materi press release seminar nasional

5
MATERI PRESS RELEASE SEMINAR NASIONAL “Sistem Pembuktian Terbalik dan Transaksi Keuangan Non-Tunai: Strategi Baru Pemberantasan Korupsi” Di Selenggarakan Oleh Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Bekerjasama Dengan PT Bukit Asam (Persero), Tbk Ballroom Hotel Aryaduta Palembang, 12 September 2011

Upload: ardian-nugraha

Post on 17-Mar-2016

225 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

“Sistem Pembuktian Terbalik dan Transaksi Keuangan Non-Tunai: Strategi Baru Pemberantasan Korupsi”

TRANSCRIPT

MATERI PRESS RELEASE

SEMINAR NASIONAL“Sistem Pembuktian Terbalik dan Transaksi Keuangan Non-Tunai:

Strategi Baru Pemberantasan Korupsi”

Di Selenggarakan Oleh

Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya

Bekerjasama Dengan

PT Bukit Asam (Persero), Tbk

Ballroom Hotel Aryaduta

Palembang, 12 September 2011

SEMINAR NASIONAL“Sistem Pembuktian Terbalik dan Transaksi Keuangan Non-Tunai:

Strategi Baru Pemberantasan Korupsi”

I. Pendahuluan

Korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) dengan

berbagai implikasi yang ditimbulkannya. Indonesia masih menghadapi persoalan serius

dalam soal kejahatan luar biasa ini. Masih pula masuk kategori salah satu negara paling

korup di Asia Tenggara.

Pembentukan lembaga-lembaga baru, termasuk Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK), juga dimaksudkan untuk memberantas tindak pidana korupsi yang

sudah sangat meresahkan. Itu sebabnya publik sangat berharap kepada lembaga KPK

untuk membawa Indonesia keluar dari jerat praktek korupsi yang telah merusak negara

dan masyrakat dalam berbagai lini. Namun ternyata kinerja dan kredibilitas KPK harus

tetap ditingkatkan.

Konsep lain yang dinilai efektif adalah dengan melakukan perbaikan terhadap

sistem hukum. Termasuk diantaranya dengan menerapkan sistem pembuktian terbalik

terhadap mereka yang diduga telah melakukan tindak pidana korupsi. Selain itu

munculnya pemikiran adanya aturan yang mewajibkan penggunaan transaksi non-tunai

diatas jumlah tertentu.

Masih terdapat pro dan kontra penggunaan beban pembuktian terbalik dalam

pemberantasan tindak pidana korupsi. Ada perdebatan di berbagai Negara. Di

Indonesia, permasalahan yang mungkin timbul di samping proses penegakannya juga

dikarenakan kebijakan legislasi pembuatan UU yang produknya masih dapat bersifat

multi interprestasi. Salah satu contoh dapat dikemukakan di sini adalah UU Nomor 31

Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.

Ada keinginan adanya pembuktian kasus korupsi dipergunakan beban

pembuktian terbalik (Omkering van het Bewijslat atau Reversal Burden of Proof/Onus

of Proof) yang berasumsi dengan pembuktian terbalik kasus korupsi dapat diberantas.

Mungkin pernyataan tersebut ada benarnya akan tetapi banyak mengundag polemik dan

dapat diperdebatkan karena beberapa alasan. Perdebatan pertama karena dalam sejarah

korupsi dan perundang-undangan korupsi di Indonesia masih belum dapat dberantas.

Malah ada kecenderungan terjadi peningkatan. Selain itu, masih belum ada jastifikasi

yang tepat dalam penggunaan beban pembuktian terbalik tersebut.

Disamping penggunaan pembuktian (Omkering van het Bewijslat atau

Reversal Burden of Proof/Onus of Proof), muncul juga wacana untuk memprioritaskan

penggunaan transaksi non-tunai. Ada banyak sisi negative penggunaan transaksi tunai

(cash transaction) sebagaimana telah menjadi budaya bangsa Indonesia. Ada dana tunai

yang beredar dalam jumlah sangat besar. Peredaran uang tunai ini memiliki berbagai

kerentanan termasuk kemungkinan peredaran uang palsu, pencucian uang, sulitnya

melacak peredaran uang (termasuk dalam tindak pidana korupsi, suap).

Mengutip pendapat Marzuki Alie (Ketua DPR-RI) yang mengusulkan agar

semua transaksi keuangan di atas Rp. 1 Juta dilakukan secara perbankan. “Tidak boleh

lagi dilakukan secacra cash. Beli Tanah, Motor, Mobil, semuanya melalui bank, “ujar

beliau sebagaimana dikutip media. Lebih lanjut dikemukakan transaksi perbankan

diperlukan agar transaransi keuangan semua orang bisa dipertanggungjawabkan. Selain

itu, agar pengawasan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) dapat

dilakukan secara maksimal.

Pada satu sisi strategi baru yang coba dimasukkan dalam sistem hukum

Indonesia untuk memberantas korupsi harus disambut dengan baik. Namun disisi lain

muncul juga pro dan kontra dalam implementasinya. Atas dasar itu perlu dilakukan

suatu seminar untuk membahas secara objektif terhadap berbagai aspek dari kedua

strategi ini. Kita meyakini melalui contest of ideas yang dilakukan, akan mampu

medapatkan titik temu yang bermanfaat bagi strategi Indoesia dalam memerangai

kejahatan korupsi yang sudah sangant memprihatinkan tersebut.

II. Bentuk Kegiatan dan Peserta

Dalam rangka memberikan sumbangsih pemikiran yang bersifat konstruktif,

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya akan melaksanakan seminar nasional. Melalui

seminar nasional ini diharapkan muncul suatu rumusan yang terkait dengan dua

pemikiran baru tersebut untuk dipertimbangkan menjadi ketentuan tertulis.

Kegiatan seminar nasional ini diharapkan akan diikuti oleh peserta tingkat

nasional yang berasal dari unsur akademisi, praktisi hukum, para wakil rakyat, insan

media, aktivis organisasi non pemerintah, mahasiswa, serta elemen-elemen lain yang

relevan.

III. Pembicara dan Moderator

Dalam Seminar Nasional sehari ini pembicara dan moderator adalah sebagai

berikut:

No. Pembicara Jabatan Topik

1. Nur Cusnia

Kepala Bag.

Litigasi dan

Bantuan Hukum

Biro Hukum

KPK

2.Prof. Dr. Romli Atmasasmita,

SH.,LL.M

Guru Besar FH

UNPAD

Pembuktian Terbalik

Dalam Kasus Korupsi

3. Dr. Yunus Husein, SH.,LL.M Ketua PPATK

Modus Operandi

Kejahatan Pencucian

Uang

4.Prof. Denny Indrayana,

SH.,LL.M.,Ph.D

Staf Khusus

Presiden Bid.

Hukum

Tantangan

Penyelenggara Negara

Dalam Menerapkan

Sistem Pembuktian

Terbalik dan Transaksi

Keuangan Non-Tunai

Keynote Speaker:

Dr. Marzuki Alie (Ketua DPR-RI)

Moderator:

Prof. Amzulian Rifai, SH.,LL.M.,Ph.D (Dekan Fakultas Hukum UNSRI)

IV. Pelaksana Seminar

Seminar Nasional ini diselenggarakan atas kerjasama Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya dan PT Bukit Asam (PTBA).

V. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Seminar Nasional akan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Senin, 12 September 2011

Waktu : Jam 08.00 s.d 12.00 WIB

Tempat : Ballroom Hotel Aryaduta Jl. Kampus Palembang

VI. Susunan Acara Seminar

Waktu Kegiatan

08.00-08.30 Registrasi Peserta

08.30-09.45 Pembukaan:

Sambutan Dekan Fakultas Hukum UNSRI

Sambutan Rektor Universitas Sriwijaya

Penandatanganan MoU

Keynote Speaker Dr. Marzuki Alie (Ketua DPR-RI)

Penyerahan Cinderamata

09.45-10.00 Coffee Break

10.00-11.30 Pemaparan Materi dari Pembicara

Pembicara:

1. Prof. Dr. Romli Atmasasmita, SH.,LL.M

(Guru Besar FH UNPAD)

2. Prof. Denny Indrayana, SH.,LL.M.,Ph.D

(Staf Khusus Presiden Bid. Hukum)

3. Nur Cusnia

(Kepala Bag. Litigasi dan Bantuan Hukum Biro Hukum KPK)

4. Dr. Yunus Husein, SH.,LL.M

(Ketua PPATK)

Moderator:

Prof. Amzulian Rifai, SH.,LL.M.,Ph.D

(Dekan FH UNSRI)

11.30-12.45 Diskusi

12.45 Penutup

VII. Tindak Lanjut Hasil Seminar

Rumusan hasil seminar akan ditindaklanjuti dalam bentuk antara lain sebagai

berikut:

1) Menyampaikan rumusan hasil seminar kepada lembaga-lembaga negara yang

dinilai memiliki kaitan dengan upaya pemberantasan korupsi;

2) Mempublikasikan hasil seminar dalam bentuk proseding yang dikirimkan kepada

pihak-pihak yang memiliki relevansi dengan tema seminar;

3) Kajian lanjutan dalam bentuk penelitian dan publikasi ilmiah serta aktivitas-

aktivitas akademik lainnya yang dapat mendukung percepatan realisasi pemikiran

pembuktian terbalik dan transaksi keuangan non-tunai.

VIII. Penutup

Demikianlah proposal kegiatan seminar nasional yang diselenggarakan oleh

Fakultas Hukum UNSRI bekerjasama dengan PT Bukit Asam (Persero), Tbk. Harapan

kami kegiatan ini dapat bermanfaat secara maksimal sebagai berkontribusi dalam

pemberantasan tindak kejahatan korupsi.

Palembang, 10 September 2011

D e k a n FH UNSRI

Prof. Amzulian Rifai, SH.,LL.M.,Ph.D