materi overview pph (pajak penghasilan)

58
MANAJEMEN PERPAJAKAN OVERVIEW PAJAK PENGHASILAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Perpajakan Disusun Oleh : KELOMPOK 2 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS DIPONEGORO 2015 NAMA NIM Desi Farida Indriani 12030114220053 Erdhina Putri Riyanti 12030114220045 Nalal Muna 12030114220048 Wulandari 12030114220050

Upload: adi-putra-setianto

Post on 09-Apr-2016

249 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

menjelaskan tax planning untuk PPH

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

MANAJEMEN PERPAJAKAN

OVERVIEW PAJAK PENGHASILAN

Disusun untuk memenuhi tugas

mata kuliah Manajemen Perpajakan

Disusun Oleh : KELOMPOK 2

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2015

NAMA NIM

Desi Farida Indriani 12030114220053

Erdhina Putri Riyanti 12030114220045

Nalal Muna 12030114220048

Wulandari 12030114220050

Page 2: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Overview Pajak Penghasilan (PPh)

Subjek Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan

penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Subjek PPh meliputi :

1. Orang pribadi

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;

3. Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik

yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau

daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau

organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi

kolektif dan bentuk usaha tetap.

4. Bentuk usaha tetap (BUT)

Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi

yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia

tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat

berupa:

a. tempat kedudukan manajemen;

b. cabang perusahaan;

c. kantor perwakilan;

d. gedung kantor;

e. pabrik;

f. bengkel;

g. gudang;

h. ruang untuk promosi dan penjualan;

i. pertambangan dan penggalian sumber alam;

j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

1

Page 3: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang

dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan;

n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;

o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau

menanggung risiko di Indonesia; dan

p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau

digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan

usaha melalui internet.

Tidak termasuk Subjek Pajak Penghasilan

1. Kantor perwakilan negara asing

2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara

asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan

bertempat tinggal bersama-sama mereka

3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan dengan syarat tertentu

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan

Objek Pajak Penghasilan

Adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang

bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang

pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-

Undang Pajak Penghasilan

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;

3. Laba usaha;

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

2

Page 4: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan

lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena

pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota ;

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan

atau pengambilalihan usaha;

d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,

kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu

derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau

pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau

penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak

penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam

perusahaan pertambangan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;

6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan

asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi ;

8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak;

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

14. Premi asuransi;

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP

yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur

mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

19. Surplus Bank Indonesia.

3

Page 5: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Objek Pajak PPh Final

1. Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya

2. Penghasilan berupa hadiah undian

3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek

4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta

5. Penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Tidak Termasuk Objek Pajak

1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima

zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk

agama yang diakui di Indonesia

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu

derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau

pengusaha kecil termasuk koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro

dan kecil yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan

3. Warisan

4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau

sebagai pengganti penyertaan modal

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau

Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, wajib Pajak yang

dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma

penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh

6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan

asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi

beasiswa;

7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP

Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan

usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

4

Page 6: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

b. bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen,

kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25%

(dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan

oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang

tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang

modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan

kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian

laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan

di Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

a. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan

kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Keuangan; dan

b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, yaitu:

a. Diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi

beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang

terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri;

b. Tidak mempunyai hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi atau

pengurus dari wajib pajak pemberi beasiswa;

c. Komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah,

biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi yang diambil,

biaya untuk pembelian buku, dan/atau biaya hidup yang wajar sesuai dengan

daerah lokasi tempat belajar;

13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak

dalam bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar

pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana

dan prasarana kegiatan bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,

5

Page 7: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih

tersebut;

14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Peenyelenggara jaminan Sosial

kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

--00-

Pajak Penghasilan Pasal 21

Adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran

lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan

pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

Pemotong PPh Pasal 21

1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.

2. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah

3. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan

badan-badan lainnya;

4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang

membayar honorarium atau pembayaran lain kepada jasa tenaga ahli, orang pribadi

dengan status subjek pajak luar negeri, peserta pendidikan, pelatihan dan magang;

5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat

nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang

menyelenggarakan kegiatan;

Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21

1. Pegawai;

2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau

jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:

6

Page 8: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara,

akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris;

b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang

sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati,pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman

lainnya;

c. olahragawan;

d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,

e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;

f. pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik, computer dan system

aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial, serta

pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;

g. agen iklan;

h. pengawas atau pengelola proyek;

i. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi

perantara;

j. petugas penjaja barang dagangan;

k. petugas dinas luar asuransi;

l. distributor multilevel marketing atau direct selling;dan kegiatan sejenisnya.

4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan

keikutsertaanya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :

a. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga,

seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;

b. peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungan kerja;

c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan

tertentu;

d. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;

e. peserta kegiatan lainnya.

Penerima Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan

orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat

tinggal bersama mereka, dengan syarat :

a. bukan Warga Negara Indonesia; dan

7

Page 9: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

b. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan

atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan

perlakuan timbal balik;

2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri

Keuangan sepanjang bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha

atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21

1. penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan

yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

2. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang

pensiun atau penghasilan sejenisnya;

3. penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan

sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,

uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain

sejenis;

4. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah

mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan secara bulanan;

5. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan

imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan

dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;

6. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,

uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk

apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

1. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi

kesehatan,asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea

siswa;

2. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang

diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib

Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang

dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed

profit).

8

Page 10: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

3. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan

oleh Menteri Keuangan dan iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua

kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan

sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;

4. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil

zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;

5. Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak

pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang

terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Penerapan PPh Pasal 21

1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, bukan pegawai yang memiliki NPWP dan

menerima penghasilan secara berkesinambungan dalam 1 (satu) tahun dikenakan tarif

Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak

(PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai berikut:

a. Pegawai Tetap: Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari penghasilan

bruto, maksimum Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp 500.000,00 sebulan); dikurangi

iuran pensiun, Iuran jaminan hari tua, dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP).

b. Penerima Pensiun Bulanan: Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5% dari

penghasilan bruto, maksimum Rp 2.400.000,00 setahun atau Rp 200.000,00 sebulan)

dikurangi PTKP.

c. Bukan Pegawai yang memiliki NPWP dan menerima penghasilan secara

berkesinambungan: 50 % dari Penghasilan bruto dikurangi PTKP perbulan.

2. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan yang tidak

berkesinambungan: 50% dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap pembayaran imbalan

yang tidak berkesinambungan;

3. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan dikenakan tarif Pasal 17

ayat (1) huruf a dikalikan dengan jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran

yang bersifat utuh dan tidak dipecah

4. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI yang menerima honorarium dan imbalan lain

yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah dipotong PPh

Ps. 21 dengan tarif 15% dari penghasilan bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan

9

Page 11: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

kepada PNS Gol. IId kebawah, anggota TNI/POLRI Peltu kebawah/ Ajun Insp./Tingkat I

kebawah.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan tidak kena pajak adalah batas penghasilan yang tidak dikenakan pajak untuk

wajib pajak orang pribadi sesuai dengan jumlah tanggungan keluarganya.

Wajib Pajak Pribadi Rp 2.025.000

Tambahan untuk Wajib Pajak Menikah Rp 168.750

Tambahan utuk WP yang memiliki tanggungan (max 3) Rp 168.750

Istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan

suami

Rp 2.025.000

Tarif Penghasilan Kena Pajak

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%

di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%

di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%

di atas Rp 500.000.000,- 30%

-00-

Pajak Penghasilan Pasal 26

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang

bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain

bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

Pemotong PPh Pasal 26

1. Badan Pemerintah;

2. Subjek Pajak dalam negeri;

10

Page 12: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

3. Penyelenggara Kegiatan;

4. BUT;

5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT di Indonesia.

Tarif dan Objek PPh Pasal 26

1. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak

Luar Negeri berupa :

a. dividen;

b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan

pengembalian utang;

c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;

e. hadiah dan penghargaan

f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.

g. Premi swap dan transaksi lindung lainnya; dan/atau

h. Keuntungan karena pembebasan utang.

2. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa :

a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;

b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui

pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.

3. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau pengalihan saham

perusahaan antara conduit company atau spesial purpose company yang didirikan atau

bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak yang

mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat

kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia;

4. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia

dengan negara pihak pada persetujuan.

Saat Terutang, Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21/26

1. PPh pasal 21/26 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan

terutangnya penghasilan, tergantung yang mana terjadi lebih dahulu.

2. Pemotong PPh pasal 21/26 wajib membuat bukti pemotongan PPh pasal 21/26

rangkap 3:

a. lembar pertama untuk Wajib Pajak luar negeri;

11

Page 13: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

b. lembar kedua untuk Kantor Pelayanan Pajak;

c. lembar ketiga untuk arsip Pemotong.

3. PPh pasal 21/26 wajib disetorkan ke bank Persepsi atau Kantor Pos dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), paling lambat tanggal 10 bulan takwim

berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

4. SPT Masa PPh Pasal 21/26, dengan dilampiri SSP lembar kedua, bukti pemotongan

lembar kedua dan daftar bukti pemotongan disampaikan ke KPP setempat paling

lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

-00-

Pajak Penghasilan Pasal 22

Adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik pusat maupun

daerah sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan-badan tertentu

untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor atau

kegiatan usaha di bidang lain.

Undang-Undang PPh Pasal 22 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak dalam

tahun berjalan oleh WP atas penghasilan antara lain sehubungan dengan impor barang/jasa,

pembelian barang dengan menggunakan dana APBN/APBD dan non-APBN/APBD, dan

penjualan barang yang sangat mewah.

Pemungutan PPh Pasal 22 ada yang bersifat final dan tidak final. PPh Pasal 22 yang

bersifat tidak final saja yang bisa dikreditkan dari total PPh Terutang pada akhir tahun.

Pemungut Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010, pemungut PPh Pasal 22

adalah :

1. Bank devisa dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai, atas impor barang.

2. Bendahara pemerintah dan kuasa pengguna anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak

pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan

lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas pembelian

barang.

12

Page 14: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

3. Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang

persediaan (UP)

4. Kuasa pengguna anggaran (KPA) atau pejabat penerbit surat perintah membayar yang

diberi delegasi oleh KPA, untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan

dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)

5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, kertas, baja, dan

otomotif yang ditunjuk oleh kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil

produksinya di dalam negeri.

6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas, atas penjualan BBM,

gas, dan pelumas.

7. Industri dan ekspotir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,

dan perikanan yang ditunjuk oleh Kepala KPP atas pembelian bahan-bahan untuk

keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.

Tarif PPh Pasal 22

Pemungut Objek Pajak Tarif Dasar Pengenaan Pajak

Bank devisa dan Ditjen Bea dan Cukai Impor barang

2,5% (dengan API)

Nilai impor7,5% (tanpa API)0,5% (kedelai, gandum, terigu dengan API)7,5% (yang tidak dikuasai) Harga jual lelang

Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Pembayaran atas pembelian 1,5%

Harga Beli

Bendahara Pengeluaran

Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP)

1,5%

KPA atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh KPA

Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)

1,5%

Industri dan eksportir (kehutanan, pertanian, perkebunan, dan

Pembelian dari pedagang pengumpul

0,25%

13

Page 15: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

perikanan)

Produsen atau importir BBM, Gas, dan pelumas

Penjualan BBM dan Gas

0,25% BBM SPBU Pertamina

Penjualan0,3% BBM SPBU Non-Pertamina0,3% BBG0,3% Pelumas

Industri-Industri Tertentu

Penjualan hasil produksi di dalam negeri

0,25 % Semen

DPP PPN0,1% Kertas0,3% Baja0,45% Otomotif

WP Badan yang melakukan penjualan Barang Sangat Mewah

Penjualan Barang Mewah 5% Harga Jual

Catatan : Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.

Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22

1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan tidak terutang PPh, dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas

(SKB).

2. Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai;

dilaksanakan oleh DJBC.

3. Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor

kembali, dan dilaksanakan oleh Dirjen BC.

4. Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang lainnya yang

jumlahnya paling banyak Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan tidak merupakan

pembayaran yang terpecah-pecah.

5. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM,

benda-benda pos.

6. Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas

untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB.

7. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh Kantor Perbendaharaan dan

Kas Negara.

8. Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah

diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang memenuhi syarat

yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

9. Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog.

14

Page 16: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22

1. Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea

Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka PPh Pasal

22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor

Barang (PIB);

2. Atas pembelian barang (bendahara pemerintah, KPA, bendahara pengeluaran, pejabat

SPM) terutang dan dipungut pada saat pembayaran;

3. Atas penjualan hasil produksi (industri semen, kertas, baja, dan otomotif) terutang dan

dipungut pada saat penjualan;

4. Atas penjualan hasil produksi (BBM, gas, dan pelumas) dipungut pada saat penerbitan

Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order);

5. Atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul terutang dan dipungut pada

saat pembelian.

Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22

1. Pemungutan pajak penghasilan Pasal 22 atas impor barang dilaksanakan dengan cara

penyetoran oleh importir yang bersangkutan atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, ke

Kas Negara melalui Kantor Pos, Bank Devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri

Keuangan.

2. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang oleh pemungut pajak

(bendahara pemerintah, KPA, bendahara pengeluaran, pejabat penerbit SPM) wajib

disetor oleh pemungut ke Kas Negara melalui Kantor Pos, Bank Devisa, atau bank yang

ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah

diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh pemungut pajak.

3. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan

pelumas, dan penjualan hasil produksi industri semen, industry kertas, industri baja, dan

industri otomotif, wajib disetor oleh pemungut ke Kas Negara melalui Kantor Pos, Bank

Devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak.

4. Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan

industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor

15

Page 17: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan wajib disetor oleh pemungut ke Kas

Negara melalui Kantor Pos, Bank Devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri

Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.

5. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 oleh importer, Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai, dan pemungut pajak sebagaimana dimaksud pada poin 2, 3 dan 4 subbab

“Pemungut Pajak” (bendahara pemerintah, KPA, bendahara pengeluaran, pejabat

penerbit SPM) menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagai Bukti

Pemungutan Pajak.

6. Pemunguta pajak sebagaimana dimaksud pada poin 5, 6, dan 7 pada subbab

“Pemungutan Pajak” (badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha tertentu; produsen

atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas; industri dan eksportir yang

bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan) wajib

menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangkap tiga, yaitu:

a. lembar kesatu untuk Wajib Pajak (pembeli/pedagang pengumpul);

b. lembar kedua sebagai lempiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak

(dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22); dan

c. lembar ketiga sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan.

7. Pemungut pajak wajib melaporkan hasil perhitungan pemungutannya dengan menggukan

Surat Pemberitahuan Masa ke Kantot Pelayanan Pajak.

-00-

Pajak Penghasilan Pasal 23

Pemotongan dan Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23

Pemotong PPh Pasal 23 adalah:

1. Badan pemerintah.

2. Subjek pajak badan dalam negeri.

3. Penyelenggara kegiatan.

4. Bentuk Usaha Tetap.

5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

16

Page 18: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

6. Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang telah mendapatkan

penunjukkan dari Dirjen pajak sebagai pemotong pph pasal 23. Sebagaimana diatur

dalam keputusan Dirjen pajak No. KEP-50/PJ/1994 meliputi:

a. Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali

PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan

pekerjaan bebas.

b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas

pembayaran berupa sewa.

Penerima penghasilan yang dipotong pph pasal 23 adalah:

1. Wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan).

2. Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 23

1. Dividen.

Termasuk dalam pengertian dividen adalah:

a. Pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan

dalam bentuk apa pun.

b. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor.

c. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus

yang berasal dari kapitalisasi agio saham.

d. Pembagian laba dalam bentuk saham.

e. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran.

f. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh

pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang

bersangkutan.

g. Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika

dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran

kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan

secara sah.

h. Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima

sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut.

i. Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi.

j. Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis.

17

Page 19: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

k. Pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi.

l. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang

dibebankan sebagai biaya perusahaan.

2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan

pengembalian utang.

Premium terjadi apabila, misalnya surat obligasi dijual di atas nilai nominalnya,

sedangkan diskonto terjadi apabila surat obligasi dijual di bawah nilai nominalnya.

3. Royalti

Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau

perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak, sebagai imbalan

atas:

a. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta dibidang kesusastraan, kesenian

atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia,

merek dagang atau bentuk hak kekayaan intelektual/ industrial atau hak serupa

lainnya.

b. Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/ perlengkapan industrial, komersial,

ilmiah.

c. Pemberian pengetahuan atau informasi dibidang ilmiah, teknikal, industrial, atau

komersial.

d. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan

atau hak menggunakan hak-hak di atas, berupa:

- Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau

keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat

optik, atau teknologi yang serupa

- Penggunaan hak atau menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau

keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui

satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa.

- Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio

komunikasi.

e. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films),

film, atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio.

f. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau

pemberian hak kekayaan intelektual/ industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana

tersebut di atas.

18

Page 20: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya.

Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong pph pasal 21

ayat (1) huruf e, yaitu penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam

negeri orang pribadi yang berasal dari penyelenggaraan kegiatan sehubungan dengan

pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak termasuk dalam pengertian hadiah atau

penghargaan yang dikenakan pph adalah hadiah langsung dalam penjualan barang

atau jasa sepanjang diberikan kepada semua pembeli atau konsumen akhir tanpa

diundi dan hadiah tersebut diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat

pembelian barang atau jasa.

5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan

penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai pph

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) undang-undang pph.

6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa

konsultan, dan jasa lain.

Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa

konsultan, dan jasa lain, selain jasa yang telah dipotong pph sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal 21 undang-undang pph.

Penghasilan yang Dikecualikan dari Pemotongan PPh Pasal 23

Dikecualikan dari Pemotongan PPh Pasal 23:

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;

2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak

opsi;

3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP

dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha

yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;

2. bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan saham pada badan yang

memberikan dividen paling rendah 25% ( dua puluh lima persen) dari jumlah

modal yang disetor;

19

Page 21: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

3. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer

yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,

firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi

kolektif;

4. SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;

5. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa

keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.

Tarif dan Dasar Pemotongan PPh Pasal 23

1. 5% dari jumlah bruto atas:

a. dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga,

dan royalti;

b. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.

2. 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan

harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.

3. 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan

jasa konsultan dan jasa lainnya.

Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23

1. PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk

dibayar, atau telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi

terlebih dahulu.

2. PPh Pasal 23 disetor oleh Pemotong Pajak paling lambat tanggal sepuluh bulan

takwim berikutnya setelah bulan saat terutang pajak.

3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari

setelah Masa Pajak berakhir.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 23 bertepatan dengan

hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat

dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Bukti Pemotong PPh Pasal 23

20

Page 22: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Pemotong Pajak harus memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada Wajib Pajak

Orang Pribadi atau badan yang telah dipotong PPh Pasal 23.

-00-

Pajak Penghasilan Pasal 24

Adalah perhitungan pajak yang dibayar di luar negeri yang dapat dikreditkan atau

dikurangkan dengan Pajak Penghasilan akhir tahun di Indonesia.

a. Apabila orang atau badan memperoleh penghasilan dari luar negeri, maka akan

dipotong pajak di luar negeri di negara mana penghasilan tersebut diperoleh

b. Penghasilan yang diperoleh di luar negeri pada akhir tahun harus dijumlah dengan

penghasilan yang diperoleh di Indonesia, untuk dikenakan pajak di Indonesia.

c. Karena penghasilan dari luar negeri digabung dengan penghasilan di Indonesia, maka

pajak di luar negeri dapat dikurangkan dengan pajak akhir tahun di Indonesia.

d. Pajak yang dibayar di luar negeri tidak dapat langsung dikurangkan seluruhnya, akan

tetapi harus dihitung dahulu dengan pajak yang terutang akhir tahun di Indonesia

sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PPh Pasal 24.

Cara menghitung PPh Pasal 24 :

a. Hitung seluruh penghasilan (dari luar negeri dan dalam negeri)

b. Hitung Pph terutang dari seluruh penghasilan

c. Hitung kredit pajak luar negeri maksimal

( Penghasilan neto luar negeri : Seluruh penghasilan neto ) x Pph terutang

d. Hitung pajak yang dibayar di luar negeri

e. Pph Ps. 24 = Pajak dari perhitungan poin c dibandingkan dengan pajak dari perhitungan

poin d, pilih yang lebih kecil.

-00-

21

Page 23: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2)

Definisi

Pajak penghasilan bersifat final adalah pajak penghasilan yang tidak dapat dikreditkan

(dikurangkan) dari total pajak penghasilan terutang pada akhir tahun pajak. Pajak penghasilan

yang bersifat final terdiri atas:

1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat

utang Negara.

2. Penghasilan berupa hadiah undian.

3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative yang

diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan

modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.

4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha

jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan.

5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Pemerintah.

PPh Atas Bunga dan Deposito Lainnya

Besarnya pph yang bersifat final yang dipotong adalah 20% dari jumlah bruto.

Dikecualikan Dari Pemotongan Pph

Tidak dilakukan pemotongan pph bersifat final, jika:

1. Bunga dari deposito/ tabungan/ SBI sepanjang jumlah deposito/tabungan/SBI tidak

lebih dari Rp. 7.500.000 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.

2. Bunga diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau

cabang bank luar negeri di Indonesia.

3. Bunga deposito/ tabungan/ diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana pension

yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya

22

Page 24: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah

sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan

sangat sederhana atau rumah sususn sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku

untuk dihuni sendiri.

Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara

Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Besarnya pajak penghasilan atas bunga obligasi adalah:

1. Bunga dari obligasi dengan kupon sebesar:

a. 15% bagi wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT), dan

b. 20% atau sesuai dengan tariff berdasarkan persetujuan penghindaran pajak

berganda bagi wajib pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap (BUT).

2. Diskonto dari obligasi dengan kupon sebesar:

a. 15% bagi wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT), dan

b. 20% atau sesuai dengan tariff berdasarkan persetujuan penghindaran pajak

berganda bagi wajib pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Dari selesih lebih harga jual atau nominal di atas harga perolehan obligasi, tidak

termasuk bunga berjalan.

3. Diskonto dari obligasi tanpa bunga sebesar:

a. 15% bagi wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT), dan

b. 20% atau sesuai dengan tariff berdasarkan persetujuan penghindaran pajak

berganda bagi wajib pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Dari selisih lebih harga jual atau nominal di atas harga perolehan obligasi.

4. Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh wajib pajak

reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan,

sebesar:

a. 0% untuk tahun 2009-2010.

b. 5% untuk tahun 2011-2013.

c. 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya.

Dalam hal terdapat diskonto negatif atau rugi pada saat penjualan obligasi,

diskonto negatif atau rugi tersebut dapat diperhitungkan dengan penghasilan

bunga berjalan.

23

Page 25: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Dikecualikan Dari Pemotongan Pph

Tidak dilakukan pemotongan pph bersifat final atas bunga obligasi yang diterima oleh:

1. Wajib pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentuknya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan.

2. Wajib pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negri di

Indonesia.

Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi

Atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di

Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai pph yang bersifat final.

Tarif pajak

Besarnya pph adalah:

a. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp. 240.000 per bulan,

atau

b. 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari

Rp. 240.000 per bulan.

Hadiah Undian

Penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan

melalui undian.

Pengecualian objek pajak

Tidak termasuk dalam pengertian hadiah dan penghargaan yang dikenakan pph adalah adalah

hadiah langsung dalam penjualan barang atau jasa sepanjang diberikan kepada semua

pembeli atau konsumen akhir tanpa diundi dan hadiah tersebut diterima langsung oleh

konsumen akhir pada saat pembelian barang atau jasa.

Tarif pajak

Hadiah undian dikenakan ppg sebesar 25% dari jumlah bruto hadiah atau nilai pasar hadiah

berupa natura dan bersifat final.

24

Page 26: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Transaksi Saham dan Sekuritas Lainnya

Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi penjualan

saham di bursa efek.

Tarif pajak

1. Besarnya tarif pph adalah 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan.

2. Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan pph sebesar 0,5% dari nilai saham

perusahaan pada saat penutupan bursa di akhir tahun 1996, sedangkan setelah 1 Januari

1997, ditetapkan sebesar harga saham pada saat penawaran umum perdana.

Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas

tanah dan/atau bangunan.

Tarif pajak

1. Selain wajib pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan tersebut.

2. Bagi wajib pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan:

a. 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan untuk pengalihan rumah sederhana dan

rumah susun sederhana.

b. 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan untuk pengalihan lainnya.

Usaha Jasa Kontruksi

Atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi dikenakan pph yang bersifat final.

Tarif

Wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima penghasilan dari jasa

kontruksi dikenakan pph sebagai berikut.

Bentuk Usah Klasifikasi usaha Tarif

Pelaksana

kontruksi

Memiliki kualifikasi

Kecil 2% dari penerimaan pembayaran tidak

termasuk PPN

Menengah dan Besar 3% dari penerimaan pembayaran tidak

25

Page 27: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

termasuk PPN

Tidak memiliki kualifikasi

- 4% dari penerimaan pembayaran tidak

termasuk PPN

Perencanaan

dan Pengawasan

Memiliki kualifikasi

Kecil, Menengah, dan Besar 4% dari penerimaan pembayaran tidak

termasuk PPN

Tidak memiliki kualifikasi

- 6% dari penerimaan pembayaran tidak

termasuk PPN

Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

Penghasilan berupa sewa atas tanah dan/ atau bangunan berupa tanah, rumah susun,

apartemen, kondominium, gedung perkantoran,gudang pertokoan, atau gedung pertermuan

termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, dan bangunan industri.

Tarif pajak

Besarnya pph yang terutang bagi wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan yang

menerima atau memperoleh penghasilan dari persewaan tanah adalah 10% dari jumlah bruto

nilai persewaan tanah dan bangunan.

Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran

bruto tidak melebihi Rp. 4.800.000.000, dikenakan pph yang bersifat final.

Tarif pajak

Besarnya tarif pph yang bersifat final adalah 1% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan.

-00-

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25

26

Page 28: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Definisi

Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP

untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan (Firtriandi dkk., 2010, hlm. 173).

Menghitung Angsuran Bulanan

Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh

Wajib Pajak (WP) untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan (PPh) yang terutang

menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi

dengan :

1. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan 23, serta

Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam pasal 22, dan;

2. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi dua belas atau banyaknya bulan dalam

bagian tahun pajak.

Wajib Pajak Memperoleh Penghasilan Tidak Teratur

Penghasilan teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau diperoleh secara

berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setiap tahun pajak, yang bersumber dari kegiatan

usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan harta, dan/atau modal, kecuali penghasilan yang telah

dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Tidak termasuk dalam penghasilan teratur

adalah keuntungan selisih kurs dari utang/piutang dalam mata uang asing dan keuntungan

dari pengalihan harta (capital gain) sepanjang bukan merupakan penghasilan dari kegiatan

usaha pokok, serta penghasilan lainnya yang bersifat insidentil.

Besarnya PPh Pasal 25 dalam hal WP memperoleh penghasilan tidak teratur adalah

sebesar PPh yang dihitung dengan dasar penghitungan PPh dikurangi dengan PPh yang

dipotong dan/atau dipungut serta PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh

dikreditkan sesuai ketentuan Pasal 21, 22, 23, dan 24 UU PPh, dibagi dua belas atau

banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Dasar penghitungan PPh adalah jumlah penghasilan neto menurut Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu setelah dikurangi

dengan penghasilan tidak teratur yang dilaporkan dalam SPT tersebut.

27

Page 29: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun yang Lalu Disampaikan setelah Lewat Batas

Waktu yang Ditentukan

Apabila SPT tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan

(selambat-lambatnya tiga bulan setelah akhir tahun pajak), maka besarnya PPh 25 dihitung

sebagai berikut.

1. Untuk bulan-bulan mulai batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan

bulan sebelum disampaikannya SPT Tahunan tersebut adalah sama dengan besarnya

PPh Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak yang lalu dan bersifat sementara.

2. Setelah WP menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan, besarnya PPh Pasal 25

dihitung kembali sebagai berikut.

a. Sebesar PPh yang terutang menurut SPT Tahunan PPh yang lalu dikurangi dengan

PPh yang dipotong dan/atau dipungut serta PPh yang dibayar atau terutang di luar

negeri yang boleh dikreditkan sesuai ketentuan Pasal 21, 22, 23, dan 24 UU PPh,

dibagi dua belas atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak yang berlaku

surut mulai bulan batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh.

b. Dalam hal WP berhak atas kompensasi kerugian atau dalam hal WP memperoleh

penghasilan tidak teratur, maka besarnya PPh Pasal 25 dihitung kembali

berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi WP yang berhak atas kompensasi

kerugian atau bagi WP memperoleh penghasilan tidak teratur sebagaimana telah

diuraikan di atas. Penghitungan kembali tersebut berlaku mulai bulan batas waktu

penyampaian SPT Tahunan PPh, yaitu tiga bulan setelah akhir tahun pajak.

Apabila besarnya PPh Pasal 25 yang dihitung kembali sebagaimana dimaksud pada

poin 2 diatas, lebih besar dari PPh Pasal 25 yang dihitung mulai bulan batas waktu

penyampaian SPT Tahunan sampai dengan bulan disampaikannya SPT Tahunan yang

bersangkutan sebagaimana dimaksud pada poin 1 diatas, maka atas kekurangan setoran PPh

Pasal 25 terutang Bungan sesuai ketentuan Pasal 19 ayat (1) Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 25

dari masing-masing bulan sampai dengan tanggal penyetoran.

Wajib Pajak Diberikan Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Tahunan Pajak

Penghasilan

a. Untuk bulan-bulan mulai batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan

sampai dengan bulan sebelum disampaikannya SPT tersebut adalah sama dengan

28

Page 30: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

besarnya PPh Pasal 25 yang dihitung berdasarkan SPT sementara yang disampaikan

WP pada saat mengajukan permohonan izin perpanjangan.

b. Setelah WP menyampaikan SPT PPh, besarnya PPh Pasal 25 dihitung kembali

berdasarkan SPT tersebut dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut.

1) Menurut SPT Tahunan PPh yang lalu dikurangi dengan PPh yang dipotong

dan/atau dipungut serta PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh

dikreditkan sesuai ketentuan Pasal 21, 22, 23, dan 24 UU PPh, dibagi dua belas

atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak yang berlaku surut mulai bulan

batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh.

2) Dalam hal WP berhak atas kompensasi kerugian atau dalam hal WP memperoleh

penghasilan tidak teratur, maka besarnya PPh Pasal 25 dihitung kembali

berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi WP yang berhak atas kompensasi

kerugian atau bagi WP memperoleh penghasilan tidak teratur sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya.

Apabila besarnya PPh Pasal 25 yang dihitung kembali sebagaimana dimaksud pada

poin 2 diatas, lebih besar dari PPh Pasal 25 sebagaimana dimaksud pada poin 1 di atas, maka

kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang bunga sesuai ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-

Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, untuk jangka waktu yang dihitung sejak

jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 25 dari masing-masing bulan sampai dengan tanggal

penyetoran.

Wajib Pajak Membertulkan Sendiri SPT Tahunan PPh yang Mengakibatkan Angsuran

Bulanan Lebih Besar dari Angsuran Bulanan Sebelum Pembetulan

Besarnya PPh Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan SPT Tahunan Pembetulan

tersebut dengan memperhatikan ketentuan kompensasi dan ketentuan penghasilan tidak

teratur dan berlaku surut mulai bulan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan

Tahunan.

Apabila besarnya PPh Pasal 25 setelah pembetulan SPT Tahunan lebih besar dari PPh

Pasal 25 sebelum dilakukan pembetulan, atas kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang

bunga sesuai ketentuan pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 25

dari masing-masing bulan sampai dengan tanggal penyetoran.

29

Page 31: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Apabila besarnya PPh Pasal 25 setelah pembetulan SPT Tahunan lebih kecil dari Pph

25 sebelum dilakukan pembetulan, atas kelebihan setoran PPh Pasal 25 dapat

dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikut setelah penyampaian SPT Tahunan

Pembetulan.

Terjadi Perubahan Keadaan Usaha atau Kegiatan Wajib Pajak

Apabila sesudah tiga bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, WP dapat

menunjukkan bahwa PPh yang akan terutang untuk suatu tahun pajak tersebut kurang dari 75

persen dari PPh yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya PPh Pasal 25, WP

dapat mengajukan permohonan pengurangan besarnya PPh Pasal 25 secara tertulis kepada

Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar.

Pengajuan permohonan pengurangan besarnya PPh 25 harus disertai dengan

penghitungan besarnya PPh yang akan terutang berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan

diterima atau diperoleh dan besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun

pajak yang bersangkutan.

Apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat permohonan

WP, Kepala Kantor Pelayanan WP tersebut dianggap diterima dan WP dapat melakukan

pembayaran PPh Pasal 25 sesuai dengan penghitungannya untuk bulan-bulan yang tersisa

dari tahun pajak yang bersangkutan.

Sebaliknya apabila dalam tahun pajak berjalan WP mengalami peningkatan usaha dan

diperkirakan PPh yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut lebih dari seratus lima puluh

persen dari PPh yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya PPh Pasal 25,

besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan

harus dihitung kembali berdasarkan perkiraan kenaikan PPh yang terutang tersebut oleh WP

sendiri atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar.

Besarnya Angsuran PPh dalam Tahun Pajak Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri oleh

WP Baru, Bank, Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi, BUMN, BUMD, WP Masuk

Bursa, dan WP Lainnya yang Berdasarkan Ketentuan Diharuskan Membuat Laporan

Keuangan Berkala Termasuk WP Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

PPh Pasal 25 Bagi WP Baru

30

Page 32: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

WP Baru adalah WP orang pribadi dan badan yang baru pertama kali memperoleh

penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk WP Baru adalah sebesar PPh yang dihitung

berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan, dibagi

dua belas. Penghasilan neto adalah :

1. Dalam hal WP menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuannya dapat dihitung

besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan

pembukuannya.

2. Dalam hal WP hanya menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto atau menyelenggarakan pembukuan, tetapi dari

pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan,

penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

atas peredaran atau penerimaan bruto.

Untuk WP OP baru, jumlah penghasilan neto fiskal yang disetahukan dikurangi terlebih

dahulu dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Dalam hal WP baru berupa WP badan

yang mempunyai kewajiban membuat laporan berkala, besarnya angsuran PPh Pasal 25

adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas proyeksi laba-rugi

fiskal pada laporan berkala pertama yang disetahunkan, dibagi dua belas.

PPh Pasal 25 bagi WP Bank dan Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi

Adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi

fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi PPh Pasal 24

yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi dua belas.

PPh Pasal 25 bagi WP BUMN dan BUMD

Adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi

fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun pajak yang

bersangkutan yang telah disahkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi dengan

pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22 dan 23 serta Pajak Penghasilan Pasal 24 yang

dibayar atau terutang di luar negeri tahun pajak yang lalu, dibagi dua belas.

31

Page 33: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Dalam hal RKAP belum disahkan, maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk

bulan-bulan sebelum bulan pengesahan adalah sama dengan angsuran PPh Pasal 25 bulan

terakhir tahun pajak sebelumnya.

PPh Pasal 25 Bagi WP Masuk Bursa dan WP Lainya yang Berdasarkan Ketentuan

Diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala

Adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi

fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan di kurangi dengan

pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22, 23, dan 24 yang dibayarkan atau terutang di luar

negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi dua belas.

PPh Pasal 25 Bagi WP Orang Pribadi (WP OP) Pengusaha Tertentu

WP OP Pengusaha Tertentu adalah WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha

sebagai Pedagang Pengecer yang mempunyai satu atau lebih tempat usaha. Pedagang

pengecer adalah orang pribadi yang melakukan penjualan barang baik secara grosir maupun

eceran dan/atau penyerahan jasa melalui suatu tempat usaha.

Besarnya PPh Pasal 25 untuk WP OP Pengusaha Tertentu, ditetapkan sebesar 0,75

persen dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha.

-00-

Pajak Penghasilan Pasal 15

Pasal ini mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung

penghasilan neto dari WP tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 16

ayat (1) atau (3) Undang-Undang PPh ditetapkan Menteri Keuangan (Direktorat Jenderal

Pajak, 2008).

Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak

bagi golongan WP tertentu, berdasarkan pertimbangan praktis, atau sesuai dengan kelaziman

pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang

untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya penghasilan neto

dari WP tertentu tersebut. Norma Penghitungan Khusus untuk golongan WP tertentu, antara

lain :

32

Page 34: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

1. Perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional;

2. Perusahaan asuransi luar negeri;

3. Perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas bumi;

4. Perusahaan dagang asing;

5. Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build,

operate, and transfer/BOT).

Pajak Penghasilan Atas Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri

Dasar Hukum

1. Pasal 15 Undang-Undang PPh

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/1996.

3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ.4/1996.

Subjek Pajak

Subjek pajak perusahaan pelayaran/penerbangan luar negeri adalah perusahaan

pelayaran /penerbangan yang bertembapt kedudukan di luar negeri yang melakukan usaha

melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Objek Pajak

Penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang yang diterima oleh WP perusahaan

pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri yang melakukan usaha melalui Bentuk Usaha

Tetap (BUT) di Indonesia.

Tarif Pajak

Tarif pajaknya adalah sebesar 2,64 persen dari peredaran bruto dan bersifat final.

Peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang

atau yang diterima atau diperoleh WP Perushaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar

Negeri dari pengangkutan orang dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar

negeri.

Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan

1. Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian carter, maka pihak yang

membayar atau pihak yang mencarter wajib :

33

Page 35: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

a. Memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan/nilai

pengganti;

b. Memberikan bukti pemotongan PPh atas penghasilan perusahaan pelayaran dan/atau

penerbangan luar negeri (final) kepada pihak yang menerima atau memperoleh

penghasilan;

c. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos selambat-lambatnya

tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan,

dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);

d. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak

selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau

terutangnya imbalan.

2. Dalam hal penghasilan diperoleh selain yang dimaksud pada huruf a di atas, maka WP

perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri wajib :

a. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau kantor pos selambat-lambatnya

tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan

dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (final);

b. Melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-

lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya

penghasilan.

Pajak Penghasilan atas Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri

Dasar Hukum

1. Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475/KMK.04/1996

3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-35/PJ.4/1996.

Objek Pajak

Penghasilan yang diterima berdasarkan perjanjian carter dari pengangkutan orang

dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari

pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.

Subjek Pajak

34

Page 36: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Subjek Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan penerbangan yang

bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian

carter/sewa. Yang dimaskud dengan perjanjian carter meliputi semua bentuk carter, termasuk

sewa ruangan pesawat udara baik untuk orang dan/atau barang (space charter).

Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Tarif Pajak Penghasilan PPh Pasal 15 atas Penghasilan bagi WP Perusahaan Penerbangan

Dalam Negeri adalah 1,8 persen dari peredaran bruto dan tidak bersifat final. Pembayaran

pajak penghasilan yang dimaksud merupakan kredit pajak yang dapat diperhitungkan dalam

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Peredaran bruto bagi WP perusahaan penerbangan dalam negeri adalah semua imbalan

atau nilai pengganti berupa uang atau nilai yang diterima atau diperoleh WP berdasarkan

perjanjian carter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan

ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar

negeri.

Pemotongan dan Pelaporan

Pembayaran PPh yang terutang dilakukan melalui pemotongan oleh pencarter sepanjang

pencarter tersebut adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara

kegiatan, Bentuk Usaha Tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Pemotongan

dilakukan pada saat pembayaran atau saat terutangnya imbalan atau nilai pengganti. Atas

pemotongan PPh tersebut pencarter wajib :

1. Memberikan bukti pemotongan PPh kepada pihak yang menerima atau memperoleh

penghasilan;

2. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos selambat-lambatnya

tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan atau

nilai pengganti, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);

3. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke kantor pelayanan pajak

selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau

terutangnya imbalan atau nilai nilai pengganti.

35

Page 37: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

Pajak Penghasilan Atas Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri

Dasar Hukum

1. Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 416/KMK.04/1996

Objek Pengenaan PPh

Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau

barang, termasuk penyewaan kapal yang dilakukan dari :

1. Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;

2. Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;

3. Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan

4. Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia.

Subjek Pajak

Adalah orang yang bertempat tinggal atau badan yang didirikan dan berkedudukan di

Indonesia yang melakukan usaha pelayaran dengan kapal yang didaftarkan baik di Indonesia

maupun luar negeri atau dengan kapal pihak lain.

Tarif Dasar dan Pengenaan Pajak

Adalah sebesar 1,2 persen dari peredaran bruto dan bersifat final. Peredaran bruto adalah

semua imbalan dari pengangkutan (orang dan/atau barang), termasuk penyewaan kapal, yang

dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau

sebaliknya serta pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.

Tata Cara Pelunasan, Pemotongan, dan Pelaporan

Pelaporan PPh yang terutang dilakukan sebagai berikut.

1. Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan atau carter dengan

pemotong pajak, maka pihak yang membayar atau terutang hasil tersebut wajib :

a. memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai

pengganti;

36

Page 38: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

b. memberikan Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran dalam

Negeri (Final) kepada pihak yang menerima atau memperoleh penghasilan.

c. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-

lambatnya sepuluh bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya

imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);

d. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak

selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau

terutangnya imbalan, dilampiri dengan Lembar ke-3 SSP dan Lembar ke-2 Bukti

Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (Final).

2. Dalam hal penghasilan diperoleh selain sebagaimana dimaksud pada poin a, maka Wajib

Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri wajib :

a. menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-

lambatnya tanggal 15 bulan berikut setalah bulan diterima atau diperolehnya

penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) Final;

b. melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-

lambatnya tanggal 20 bulan berikut setalah bulan diterima atau diperolehnya

penghasilan.

37

Page 39: Materi Overview Pph (Pajak Penghasilan)

REFERENSI

Halim, Bawono, dkk. 2014. Perpajakan; Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus.

Penerbit Salemba Empat.

38