materi kelompok 4 persidangan
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui masalah-masalah yang ada
dalam persidangan.Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang "Persidangan" dan sengaja dipilih karena menarik
perhatian penulis untuk dicermati. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada
bapak/tgk pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Persidangan.......................................................................................
B. Tata Ruang Sidang..............................................................................................
C. Susunan Persidangan...........................................................................................
D. Protokoler Persidangan.......................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persidangan adalah sebuah media atau tempat untuk merumuskan suatu
permasalahan yang muncul dalam suatu komunitas yang didalamnya mutlak terdapat
beberapa perbedaan faham dan kepentingan yang dimilikinya.
Persidangan juga dibuat dalam rangka merumuskan hal-hal yang menjadi
kebutuhan sebuah kelompok/organisasi dalam menjalankan tata kerja organisasi
tersebut. Persidangan itu sendiri dibuat melalui mekanisme-mekanisme yang telah
dibuat sebelumnya.
Mekanisme yang ada didalam persidangan ini berfungsi untuk menjaga keteraturan
setiap elemen yang ada didalam sidang tersebut agar persidangan dapat berjalan lancar secara
harmonis dan kondusif.
Dalam praktiknya, luas ruang sidang yang ada dilingkungan Pengadilan Agama tidak
ada keseragaman. Luas ruang sidang ada biasanya tergantung pada kondisi Pengadilan itu
sendiri, misalnya luas tanah atau kondisi bangunan yang sudah ada. Untuk meningkatkan
wibawa pengadilan, maka diharapkan untuk kedepan ada aturan standarisasi ruang sidang.
Untuk lebih jelasnya mengenai persidangan dan tata cara dalam ruang sidang akan
penulis paparkan dalam pembahasan di bawah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas, maka permasalah yang akan penulis bahas dalam makalah
ini adalah:
1. Bagaimana pengertian Persidangan.
2. Bagaimanakah Tata dalam Ruang sidang.
3. Bagaimanakah Susunan Persidang.
4. Siapakah Protokoler Persidang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Persidangan
Persidangan adalah sebuah media atau tempat untuk merumuskan suatu
permasalahan yang muncul dalam suatu komunitas yang didalamnya mutlak terdapat
beberapa perbedaan faham dan kepentingan yang dimilikinya. Persidangan juga
dibuat dalam rangka merumuskan hal-hal yang menjadi kebutuhan sebuah
kelompok/organisasi dalam menjalankan tata kerja organisasi tersebut. Persidangan
itu sendiri dibuat melalui mekanisme-mekanisme yang telah dibuat sebelumnya.
Mekanisme yang ada didalam persidangan ini berfungsi untuk menjaga
keteraturan setiap elemen yang ada didalam sidang tersebut agar persidangan dapat
berjalan lancar secara harmonis dan kondusif.
Demi kelancaran sebuah persidangan, hendaknya didukung oleh beberapa perangkat-
perangkat yang ada didalamnya, diantaranya adalah :
1. Pimpinan sidang adalah Pimpinan sidang adalah orang-orang yang telah ditunjuk
sebelumnya oleh peserta sidang yang mempunyai tugas untuk mengarahkan sidang
dan ,menetapkan hasil keputusan yang telah disepakati oleh seluruh peserta sidang. Pimpinan
sidang biasanya terdiri dari 3 (tiga) orang, yakni pimpinan sidang ketua; pimpinan sidang
sekretaris (notulen) yang bertugas untuk mencatat segala ketetapan yang telah disepakati
dalam persidangan untuk kemudian diarsipkan; dan pimpinan sidang anggota yang
mendampingi kedua pimpinan sidang ketua dan pimpinan sidang sekretaris.
2. Materi sidang adalah materi/konsep permasalahan yang akan dibahas didalam
persidangan. Materi ini merupakan rangkuman dari beberapa pokok-pokok permasalahan
yang ada dalam tubuh organisasi tersebut.
3. Peserta sidang adalah peserta yang mengikuti proses persidangan yang merupakan
anggota dari organisasi tersebut. Peserta sidang ini nantinya merupakan penentu setiap
kebijakan/keputusan dari permasalahan yang dibahas dalam persidangan.
Perangkat pendukung lainnya adalah palu siding, alat tulis menulis dan pengeras suara.
Adapun beberapa jenis ketukan palu sidang yang dilakukan oleh pimpinan sidang ketua yakni
: ketukan palu 1 kali, dilakukan untuk menyepakati keputusan forum. ketukan palu 2 kali,
dilakukan untuk menskorsing/pending siding. ketukan palu 3 kali, dilakukan untuk
menetapkan hasil keputusan forum (konsideran) dari tiap agenda sidang.
B. Ruang Sidang
Sehubungan dangan tata ruang persidangan di lingkungan Peradilan Agama, ada kajian ulama
yang dijadikan bahan pemikiran untuk mewujudkan tata ruang sidang yang ideal,
sebagaimana yang disebutkan dalam kitap Qulyuby wa ‘Umairah Juz IV halaman 302:
( ا �َح� ْي َف�ِس� ُه ِل�ِس َم�ْج� �زُن َك �َح�ُّب� َت ِس� �ْع�ِر�َفُه ( ) (َو�ُي �ْي ِل ا َظ�اِه�ِر� اى ا �اِر�َز� َب َوُن� �َح�اِض�ِر �ِل ا #َق�ِة� �َض�ْي َب �آَّذ%ى �َت ُي % �ْع�َّال ِل ْع�ا َو�اِس� �ى� ا
( ) ( َوشَتاء ( صْيف َمن ت َبااِلوق الئَقا دخناُن َوطهاِرَو َوِرُيح َوَبِرد حِر اَّذى َمصوناَمن اُه �ِر� ُي .َم�ن�
) (َوقَضاء) اِرتفاع ( عن ِلُه صونا صح اال َفى ِلِلَحكم َمْجِلِسا اتخاَّذُه َفْيكِرُه الَمِسْجدا داِرا ُيكوُن َباُن
عادة اِلَقَضاء َبمْجِلس اِلواقْعْين َواِلِلفظا االصوات
Keadaan ruang sidang diutamakan harus luas, agar pihak-pihak yang hadir dalam persidangan
tidak merasa sempit, disamping itu harus menonjol agar diketahui oleh orang-orang yang
akan menyaksikan jalannya persidangan, dan juga harus terlingdung dari gangguan yang
disebabkan oleh panas, dingin, kotoran dan sebagainya sesuai dengan keadaan musim yang
sedang terjadi.
Dan ruang sidang hendaknnya berupa bangunan tersendiri, bukan mesjid. Berdasarkan
pendapat yang kuat, hukumnya makruh apabila mesjid digunakan untuk bersidang
memutuskan perkara, hal ini untuk menjaga mesjid dari suara-suara keras dan sorak sorai
yang biasanya terjadi diruang sidang. Walaupun para Hakim pada waktu hadir dimesjid untuk
menjalankan solat bermusyawarah tentang suatu putusan hukum.
Ruang sidang Pengadilan harus diatur sedemikian rupa agar mencerminkan kewibawaan
Pengadilan. Ruang sidang utama harus lebih diperhatikan, karena rang sidang tersebut
sebagai tempat pemeriksaan pekara-perkara yang menarik perhatian masyarakat serta
digunakan sebagai tempat upacara resmi.
Dalam praktiknya, luas ruang sidang yang ada dilingkungan Pengadilan Agama tidak ada
keseragaman. Luas ruang sidang ada biasana tergantung pada kondisi Pengadilan itu sendiri,
misalnya luas tanah atau kondisi bangunan yang sudah ada. Untuk meningkatkan wibawa
pengadilan, maka diharapkan untuk kedepan ada aturan standarisasi ruang sidang.
Adapun perlengkapan yang harus ada dalam ruang sidang sebagai berikut:
a. Meja sidang
Meja sidang disebut juga meja hijau, karena meja tersebut ditutup dengan kain warna hijau.
Meja sidang mempunyai bentuk dan ukuran tertentu.
b. Kursi untuk Ketua majelis, Hakim Anggota, dan Panitera Pengganti.
c. Lambang Negara Garuda, terletak di dinding sebelah atas belakang meja sidang.
d. Bendera Merah Putih disebelah kanan meja sidang.
e. Kursi untuk tempat penggugat, tergugat dan saksi-saksi, terletak didepan meja sidang.
f. Palu di atas meja sidang dihadapan kursi Ketua Majelis.
g. Al-Qur’an.
C. Susunan Persidangan
Pada asasnya pengadilan bersidang sekurang-kurangnya tiga orang hakim, kecuali apabila
undang-undang menentukan lain. Di antara Hakim tersebut, seorang bertindak sebagai Ketua
dan lainnya sebagai Hakim Anggota. Dalam hal tertentu pemeriksaan dapat dikasanakan
dengan hakim tunggal setelah terlebih dahulu mendapat izin dari Mahkamah Agung.
Menurut Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 22 tahun 1969, susunan persidang perkara
perdata maupun pidana adalah Panitera sidang paling kiri, berurut kekanan adalah Ketua
Majelis, Hakim Anggota yang lebih senior dan Hakim Anggota yang lebih junior. Ukuran
senioritas yang dijadikan pedoman adalah senioritas dalam jabatan hakim.
Menurut undang nomor 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana susunan persidangan
adalah Ketua Majelis ditengah, Hakim anggota berada disebekah kiri dan kanannya,
sedangkan Panitera berada diantara Ketua Majelis dan Hakim Anggota (sebelah kiri ketua)
agak mundur kebelakang dengan menggunakan meja sendiri.
Dalam praktik, susunan persidangan menurut Hukum Acara Pidana tersebut dugunakan untuk
persidang perkara perdata dilingkungan Peradilan Umum maupun lingkungan Peradilan
Agama. Namun, penerapan susunan persidangan tersebut dilingkungan peradilan Agama
masih belum sepenuhnya, karena tempat duduk Panitera/Panitera pengganti masih sejajar
dengan Majelis Hakim yaitu menghadap meja sidang, sehingga terkesan bahwa Majelis
Hakim yang bersidang berjumlah 4 (empat) orang. Oleh karena itu keberadaan aturan yang
mengatur tentang susunan persidangan perkara perdata dalam hukum acara perdata sangat
diperlukan.
Tugas Hakim Anggota selain yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undang juga
diberi tugas berkaitan dengan persidang, yaitu Hakim Anggota yang senior mencatat segala
hal dan peristiwa untuk kepentingan menyusun putusan, sedangkan Hakim Anggota yang
junior mencatat segala hal dan peristiwa untuk penyusunan berita acara persidangan. Tugas-
tugas tersebut dilakukan bersama Panitera Pengganti.
Pakaian Majelis Hakim Pengadilan Agama memakai toga dan berkopiah hitam bagi
hakim pria, hakim wanita memakai toga dan berjilbab, sedangkan Panitera Pengganti
yang ikut sidang memakai jas warna hitam, untuk Panitera Pengganti wanita memakai
jas warna hitam dan berjilbab.
D. Protokoler Persidangan
Protokoler persidangan sebelum sidang dilangsungkan dilaksanakan oleh seorang petugas
khusus yang ditunjukkan untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Sedangkan protokoler
persidangan pada sidang berlangsung dilaksanakan oleh Majelis Hakim.
Dalam hukum acara perdata tidak ditemukan ketentuan yang mengatur tentang protokoler
persidangan. Protokoler persidangan orang dewasa yang terbuka untuk umum diatur dalam
hukum acara pidana.
Dalam praktik di Peradilam Agama, protokoler persidangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Sidang Pengadilan Agama dimulai pukul 09.00 waktu setempat, kecuali sebelumnya
ditentukan atau karena keadaan luar biasa.
b. Majelis Hakim dan Panitera Pengganti siap memasuki ruang sidang.
c. Petugas Protokoler memberitahu kepada hadirin bahwa sidang segera dimulai, Majelis
Hakim memasuki ruang sidang.
d. Majelis Hakim memasuki ruang sidang dan duduk di posisi yang telah ditentukan,
demikian pula Panitera Pengganti.
e. Tugas Protokoler selanjutnya menjadi tugan Majelis Hakim.
f. Ketua Majelis Hakim menbuka sidang dengan kalimat, “ pada hari
ini..........tanggal......Pengadilam Agama.....yang memeriksa perkara perdata, dinyatakan di
buka dan terbuka untuk umum, dengan menbaca Bismillahirrahmanirrahim” diikuti ketukan
palu tiga kali.
g. Sidang ditutup, diikuti ketukan palu tiga kali.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persidangan merupakan salah satu upaya dalam penyelesaikan suatu permasalahan atau
konflik yang muncul
dalam setiap induvidualisme atau bahkan perkelompok(organisasi).
Proses persidangan berlangsung dalam suatu ruang sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
penlulisan ini.serta dilengkapi dengan penjelasan yang diambil langsung dari kitab qulyuby
wa ‘umaira,sebagaimana ruang yang dapat memberikan rasa aman bagi para hakim atau
anggota lainnya,sehingga dapat mencerminkan kewibawaan pengadilan.
B. Saran
Demikianlah makalah dari kami, dan yang tertuang dalam makalah ini, menurut penulis
bukanlah hal yang sempurna kebenarannya, akan tetapi ini adalah bagian dari proses
pembelajaran menuju kebenaran. Oleh karena itu penulis masih sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari teman-teman. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amien.
DAFTAR PUSTAKA
kitap Qulyuby wa ‘Umairah Juz IV halaman 302.
Mustofa Sy. S.H., M.H, Kepaniteraan Peradilan Agama,Yan Pramadya Puspa, Op., cit., hlm.
306.
SUMBER : ENTRI