materi - i - fiat justitia, et pereat mundus | … · web viewhanya terhadap penelitian yang...
TRANSCRIPT
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
MATERI – I
ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN
Kecenderungan ingin tahu manusia
Setiap manusia dikarunia oleh Penciptanya akal budi yang
menjadi ciri pembeda antara manusia dengan mahluk lain
ciptaan Tuhan. Kelebihan ini membawa manusia pada suatu sifat
dasar yaitu sifat ingin mengetahui. Rasa ingin tahun oleh
manusia diiplementasikan dalam suatu kegiatan yang lazim
disebut penelitian. Hasil akhir yang diinginkan dari proses
bekerjanya akal budi melalui kegiatan meneliti adalah sebuah
kebenaran. Dengan demikian secara sederhana penelitian pada
dasarnya adalah cara menemukan kebenaran.
Manusia setiap saat mendambakan kebenaran, oleh karena
itu kegiatan meneliti sebagai wadah menuju kebenaran tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Mengapa manusia
mendambakan kebenaran ? Dalam banyak kajian filsafat
diterima bahwa jiwa manusia berasal dari Zat Yang Maha Benar,
oleh karena itulah dorongan untuk menemukan kebenaran selalu
ada dalam diri manusia.
Proses mencari kebenaran (baca : meneliti) bisa dilakukan
dalam banyak cara. Mulai dari bentuk yang sangat sederhana
seperti penemuan secara kebetulan, trial and error (coba-coba)
sampai pada sebuah cara yang sangat rumit, sistematis dan
memiliki prosedur yang ketat. Cara yang terakhir ini
1
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
dipergunakan untuk mencari sebuah kebenaran yang teruji dan
terukur, yang lazim disebut sebagai ilmu pengetahuan. Metode
yang dipergunakan untuk menemukan kebenaran ilmu biasa
disebut dengan metode ilmiah.
Perkembangan rasa ingin tahu manusia
Rasa ingin tahu manusia berkembang terus dari zaman ke
zaman seiring dengan berkembangnya peradabatan manusia
tersebut. Setidaknya ada tiga tahap perkembangan rasa ingin
tahu manusia, yakni :
1. tahap mistis
Pada tahap ini manusia merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib di sektiranya. Mereka belum tahu seluk
beluk dan rahasia susunan dan kekuatan alam yang
mengitarinya, sehingga mereka takut, cemas dan selalu merasa
terancam oleh alam di sekitarnya. Mereka tidak mengetahui
penyebab terjadinya banjir, hujan, petir, penyakit menular dan
fenomena alam lainnya.
Untuk mengendalikan fenomena tersebut mereka merayu
dan membujuk alam yang mereka anggap dominant itu melalui
pemujaan, sesajen dan berbagai ritual atau penghormatan.
2. tahap ontologis
2
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
Pada tahap ini manusia tidak lagi merasa dirinya terkepung
atau terancam oleh kekuatan-kekuatan gaib, justru mulai
mengenal dan menelaah gejala-gejala alam, melihat hubungan
sebab akibat antara satu fenomena alam dengan fenomena
lainnya. Pada tahap ini mereka sudah memahami secara rasional
sebab-sebab terjadinya suatu fenomena alam.
3. tahap fungsional
Manusia telah mampu memanfaatkan dan memfungsikan
potensi alam untuk kepentingan kehidupan mereka sehari-hari.
Kekuatan air dimanfaatkan untuk mengairi sawah bahkan sampai
menghasilkan energi listrik.
Kegiatan mencari tahu melalui penelitian yang sistematis
mulai berkembang pada tahap ontologis. Pada tahap ini manusia
sudah melakukan kajian-kajian dengan mempergunakan
kekuatan akal budinya, dan melepaskan diri dari kekuatan-
kekuatan mistis yang dianggap mengekang dirinya.
Cara Menemukan Kebenaran
Dalam usaha manusia mencari dan menemukan
kebenaran, ditempuh sejumlah cara, antara lain :
1. Penemuan secara kebetulan
Karakter utama dari cara ini adalah penemuan tentang
kebenaran datangnya tidak dapat diperhitungkan terlebih
3
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
dahulu. Keadaannya tidak pasti, tanpa ada suatu proses atau
cara kerja yang sistematis dan terukur dan tidak selalu memberi
gambaran kebenaran.
2. Trial and Error
Cara ini sudah mempergunakan usaha percobaan untuk
menemukan sebuah kebenaran, akan tetapi percobaan tersebut
tidak dilandasi oleh suatu cara berpikir atau proses yang
dipersiapkan secara sistematis. Dengan demikian hasil dari
percobaan tersebut tidak bisa diperhitungkan sebelumnya.
Percobaan dilakukan terus sampai sebuah kebenaran ditemukan.
Artinya jika suatu percobaan gagal, maka percobaan lain tetap
terus dijalankan dengan mempelajari kegagalan pertama,
demikian seterusnya sampai kebenaran ditemukan.
Karakter dominant dari metode ini adalah sama dengan
penemuan secara kebetulan yaitu datangnya kebenaran tidak
dapat diperhitungkan sebelumnya. Hanya saja cara ini sedikit
lebih maju, meskipun kebenaran sebagai hasil akhir diharapkan
dengan sikap untung-untungan.
3. Otoritas/ Kewibawaan
Cara menerima kebenaran melalui cara ini tidak
membutuhkan upaya yang kritis. Sebuah kebenaran diterima
begitu saja karena dikeluarkan oleh seseorang atau lembaga
4
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
yang memiliki kekuasaan atau otoritas atau kewibawan atas
sesuatu. Orang lain yang berada di luar kekuasaan, otoritas atau
kewibaan tersebut hanya menerima kebenaran yang dianggap
benar oleh otoritas tersebut.
4. Pemecahan secara spekulasi
Cara ini merupakan bentuk lebih maju dari trial and error.
Dalam pemecahan spekulasi orang yang mencari kebenaran
melalui cara ini sudah memiliki sejumlah asumsi tentang cara
penyelesaian masalah yang dihadapi, akan tetapi tetap saja
orang tersebut tidak memiliki keyakinan atas pilihan-pilihan
penyelesaian yang mungkin lahir sebagai kebenaran. Pengujian
dilakukan spekulatif dengan harapan bahwa cara tersebutlah
yang diharapkan benar, jika ternyata tidak maka alternative lain
yang sudah disediakan/ dipikirkan sebelumnya dicoba dengan
harapan yang sama.
Perbedaannya dengan trial and error adalah cara
penyelesaian spekulatif sifatnya lebih sistematis, karena
sebelumnya sudah dipikirkan sejumlah alternative pemecahan
masalah. Sementara dalam trial and error tidak dipersiapkan
sebelumnya sejumlah alternative penyelesaian. Jika percobaan
salah dipikirkan kembali yang mungkin benar dan baru kemudian
dicoba.
5
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
5. Berpikir kritis berdasarkan pengalaman
Dibandingkan dengan cara-cara sebelumnya, cara ini jauh
lebih maju. Cara ini sudah mempergunakan kemampuan berfikir
atas suatu logika tertentu. Misalnya dengan mempergunakan
logika silogysme si peneliti menyusun premis-premis umum dan
kemudian menyusun premis khusus yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman empiris. Kemudian berdasarkan
premis-premis tersebut ditarik sebuah kesimpulan untuk
menemukan kebenaran.
Cara ini merupakan cikal bakal metode ilmiah yang
sifatnya lebih kompleks, lebih sistematis dan lebih terukur. Cara
berpikir kritis berdasarkan pengalaman dapat dikatakan sebagai
metode ilmiah dalam bentuk yang sangat sederhana.
6. Metode Penelitian Ilmiah
Metode ilmiah merupakan cara tertinggi untuk
mendapatkan kebenaran dalam dunia keilmuan. Cara ini sangat
kompleks, tersusun secara sistematis, dilandasi oleh logika
tertentu, didukung oleh bukti-bukti empiris, bersifat objektif dan
penarikan kesimpulan dilakukan secara terukur atau terkontrol.
Metode ilmiah dengan demikian memadukan logika penalaran
deduktif dan induktif dalam suatu rangkaian kegiatan yang
tersusun secara sistematis.
6
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
Metode (Penelitian) Ilmiah
Dalam pengertian yang sederhana metode (penelitian)
ilmiah dapat dikatakan sebagai proses berfikir untuk mencari
atau menemukan kebenaran ilmu pengetahuan. Karakteristik
dominan dalam metode (penelitian) ilmiah adalah berdasarkan
pada fakta, bebas dari prasangka, analitis, menggunakan ukuran
objektif dan menggunakan tehnik kuantifikasi. Oleh karena itu
metode ilmiah selalu diasosiasikan dengan penelitian kuantitatif.
Proses kerja dari sebuah penelitian ilmiah selalu disebut
dengan istilah logica-hypotetica-verificative. Istilah ini
menggambarkan sequensitas atau urutan sistematis dari
serangkaian kegiatan. Paling tidak istilah ini menggambarkan
tiga urutan kegiatan yaitu penyusunan logika, penyusunan
hipotesis dan verifikasi data.
Logika dalam hal ini adalah sejumlah hasil penalaran atau
kebenaran yang sudah disusun atau ditemukan para peneliti
terdahulu yang dijadikan sebagai dasar analisis atau pisau
analisis terhadap data-data yang akan dikumpulkan kemudian.
Dalam praktek penelitian ada yang menamakan proses ini
sebagai studi pustaka, atau kajian pustaka, atau ada pula yang
menyebutnya sebagai landasan teoritis. Apapun nama yang
disebutkan pada dasarnya logico adalah penyusunan dasar-dasar
pengetahuan yang akan dipergunakan sebagai kerangka acuan
7
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
dalam melakukan verifikasi atau analisis data empiris. Jika
dipandang dari segi ilmu, logico adalah sebuah kegiatan
penalaran deduktif, yakni sebuah logika penalaran yang bermula
dari kebenaran yang bersifat umum menuju kebenaran yang
bersifat khusus.
Hypotetica adalah penyusunan hipotesis atau jawaban
sementara atas permasalahan yang diajukan oleh si peneliti.
Hypotesis inilah yang akan diuji kebenarannya dan hasilnya
adalah kebenaran. Hipotesis yang diajukan setelah diuji bisa
diterima sebagai kesimpulan yang benar, sebaliknya bisa pula
ditolak sebagai jawaban yang benar.
Namun meskipun demikian, patut dipahami bahwa tidak
semua penelitian harus memiliki hypotesis (lebih lanjut akan
dibahas pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Hanya terhadap
penelitian yang menguji kebenaran suatu teori atau untuk
menguji hubungan antar variable penelitianlah yang wajib
mencantumkan hipotesis. Sedangkan penelitian yang tidak
ditujukan untuk menguji teori atau hubungan antar variable tidak
wajib mencantumkan hipotesis.
Verifikatif adalah kegiatan untuk menguji kebenaran
landasan teoritis atau hubungan keterkaitan antar variable
berdasarkan pada data-data atau fakta empiris yang telah
dikumpulkan dalam sebuah kegiatan penelitian. Jika dilihat dari
perspektif ilmu, maka dapat dikatakan kegiatan verifikatif
8
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
merupakan bentuk kegiatan penalaran atau logika induktif yakni
penarikan kesimpulan dari kebenaran yang bersifat khusus
menuju kebenaran yang lebih umum.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa metode
ilmiah yang berpegang teguh pada proses logico-hypothetica-
verificative adalah perpaduan antara penalaran/ logika induktif
dan deduktif. Perpaduan kedua logika inilah menyebabkan
metode ilmiah dikatakan sebagai cara terbaik untuk menemukan
kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
Jika diuraikan lebih rinci, maka proses logico-hypothetica-
verificative dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. perumusan masalah,
Permasalahan adalah pertanyaan mengenai objek empiris
yang memiliki batas yang jelas serta dapat diidentifikasi
faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
Untuk sebuah penelitian deskriftive dimana peneliti hanya
dituntut untuk menguraikan gejala-gejala yang terjadi dan
menganalisis gejala tersebut pertanyaan cukup sederhana
dan umumnya tidak sampai pada tingkat masalah (problem).
Oleh karenanya peneliti kurang dituntut untuk mencari atau
menemukan penyelesaian atas problem tersebut. Perumusan
masalah dalam hal ini umumnya didahulu dengan kata Tanya
apakah (what), berapa banyak (how many), siapa (who) atau
bagaimanakah (how).
9
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
Contoh : Apakah manfaat Perjanjian Damai antara RI dengan
Gerakan Aceh Merdeka bagi Negara Kesatuan RI ?
Berbeda dengan sebuah penelitian preskriftive analitis
dimana peneliti dituntut untuk menemukan sebuah
penyelesaian, jadi tidak sekedar menggambarkan gejala saja.
Dalam hal ini permasalahan yang dirumuskan berupa
problematika yang membutuhkan penyelesaian.
Permasalahan demikian biasanya dimulai dengan kata tanya
mengapa (why). Dengan kata tanya ini berarti dalam masalah
terdapat perbedaan antara keadaan ideal atau seharusnya
dengan kenyataan yang terjadi.
Contoh : Mengapa terjadi ketidak pastian hukum dalam
pengaturan perijinan penanaman modal di Indonesia ?
2. Studi pustaka untuk merumuskan kerangka berfikir dalam
pengujian hipotesis
Studi pustaka atau studi teoritis merupakan rangkaian
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin
terdapat antara berbagai factor yang saling mengkait dan
membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir ini
disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang
telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan factor-faktor
empiris yang relevan dengan permasalahan.
10
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
Dalam praktek, kegiatan studi pustaka dapat saja terjadi
bersamaan dengan perumusan permasalahan. Hal ini terjadi
misalnya karena peneliti sudah memiliki gambaran umum
permasalahan tetapi belum memiliki keyakinan yang pasti
tentang masalah yang akan dirumuskan, sehingga studi pustaka
akan sangat membantu perumusan masalah kearah yang lebih
tepat.
3. Perumusan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan yang materinya
merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang
dikembangkan dari hasil studi pustaka.
Perlu untuk ditekankan sekali lagi bahwa tidak semua
penelitian mutlak memerlukan hipotesis. Hipotesis wajib pada
penelitian yang bertujuan untuk menguji hubungan antar
variable penelitian atau pada penelitian preskriftive yang
bertujuan untuk merumuskan sebuah pemecahan masalah yang
teruji kebenarannya atas sebuah problematika yang sedang
terjadi.
4. Merumuskan model untuk menguji hipotesis
Kegiatan ini tentunya diperlukan bagi bentuk-bentuk
penelitian yang mutlak membutuhkan hipotesis. Sebelum
11
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
hipotesis diuji haruslah terlebih dahulu disusun sebuah model
untuk menguji kebenran hipotesis. Salah satu model untuk uji
hipotesis misalnya dengan menggunakan metode uji statistic,
yang banyak dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial atau ekonomi.
Atau dalam ilmu pasti dengan menggunakan rumus atau formula
tertentu untuk menguji hipotesis.
5. Mengumpulkan data
Data sangat diperlukan untuk menguji hipotesis. Data
dapat dikumpulkan dengan menggunakan sejumlah metode
pengumpulan data tergantung pada jenis data yang akan
dikumpul serta metode penelitian yang akan dikumpulkan.
Misalnya dalam penelitian kuantitatif banyak dipergunakan
metode pengumpulan data melalui quesioner atau angket yang
diedarkan kepada responden penelitian. Dalam penelitian
kualitatif misalnya dipergunakan metode pengumpulan data
melalui wawancara mendalam (in-depth interview). Lebih lanjut
masalah ini akan dibahas pada pertemuan-pertemuan
berikutnya.
6. Menyusun, menganalisis atau mengiterpretasi data
Setelah data terkumpul kemudian data tersebut disusun
secara sistematis untuk memudahkan proses analisis data.
Penyusunan data dapat dilakukan dengan menggunakan table,
12
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
diagram, atau dengan menggunakan bantuan computer. Setelah
data tersaji dan dianalisis kemudian data tersebut
diinterpretasikan oleh Peneliti.
7. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis
yang diajukan diterima atau ditolak. Sekiranya dalam pengujian
terdapat cukup fakta yang mendukung hipotesis maka hipotesis
diterima. Sebaliknya apabila dalam pengujian ternyata banyak
fakta yang tidak mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut
ditolak. Hipotesis yang diterima inilah kemudian diterima sebagai
sebuah kebenaran dalam perspektif ilmu pengetahuan. Dengan
demikian dalam sebuah penelitian ilmiah antara permasalahan,
hipotesis dan kesimpulan wajib konsisten satu dengan yang lain.
Kedudukan Penelitian Ilmiah dalam Struktur Ilmu
Pengetahuan
Dalam kajian filsafat ilmu pengetahuan, diterima secara
umum bahwa tubuh ilmu pengetahuan terbagi dalam tiga pilar
utama, yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi
adalah sebuah bidang kajian yang mempelajari tentang hakekat
yang dikaji oleh sebuah ilmu pengetahuan atau cabang ilmu
pengetahuan. Singkatnya apa saja yang dipelajari dalam satu
13
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
ilmu pengetahuan tertentu merupakan kajian ontologis atas ilmu
pengetahuan tersebut. Berdasarkan kajian inilah kita bisa
memahami bahwa ilmu hukum dalam arti yang sederhana
mengkaji kaidah-kaidah hukum yang mengatur kehidupan
masyarakat agar kehidupan tersebut tertata sedemikian rupa
sehingga tercipta kehidupan yang aman, tertib dan moderen.
Epistemologi adalah sebuah kajian mengenai cara sebuah
pengetahuan mencari atau mendapatkan kebenaran. Bidang
kajian inilah yang memiliki hubungan keterkaitan langsung
dengan metode penelitian. Sebuah ilmu pengetahuan harus
memiliki cara tertentu untuk menemukan kebenaran. Dengan
demikian metode penelitian adalah syarat wajib bagi sebuah
ilmu pengetahuan. Oleh karena setiap ilmu pengetahuan
memiliki karakter tertentu yang membedakannya dengan ilmu
pengetahuan lain, maka adalah hal yang wajar jika setiap ilmu
pengetahuan memiliki metode penelitian yang berbeda.
Perbedaan ini bisa disebabkan misalnya oleh karena perbedaan
objek kajian. Ilmu pengetahuan alam (fisika, kimia, dan lain-lain)
yang focus kajiannya adalah gejala-gejala alam tentu sangat
berbeda metode penelitiannya dengan ilmu-ilmu sosial yang
focus pada gejala-gejala sosial. Berbeda pula dengan ilmu
kemanusiaan (humaniora) seperti ilmu hukum yang fokus
kajiannya lebih kepada gejala-gejala kemanusiaan yang
terimplementasi melalui norma-norma hukum.
14
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
Aksiologi adalah cabang pengetahuan yang memberikan
kajian tentang sisi manfaat sebuah ilmu. Dengan kata lain
manfaat apa yang bisa diberikan oleh suatu cabang ilmu
pengetahuan dan metodenya bagi kehidupan manusia adalah
koridor bagi aksiologi ilmu pengetahuan. Sebuah cabang ilmu
pengetahuan belumlah dapat dikatakan sebagai ilmu jika ilmu
tersebut tidak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Jika diperhatikan uraian tersebut, jelaslah bahwa metode
penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
ilmu pengetahuan. Ketiadaan sebuah metode untuk menemukan
kebenaran menyebabkan cacatnya status sebuah cabang ilmu
untuk bisa dikatakan sebagai ilmu. Dengan demikian jika orang-
orang hukum mengakui bahwa hukum adalah salah satu cabang
ilmu pengetahuan, maka sudah pasti mereka harus mampu
menguasai metode penelitian yang diterima dalam ilmu
pengetahuan tersebut. Tidak salah jika dikatakan bahwa
kedudukan gelar Sarjana Hukum adalah cacat untuk diemban
jika yang bersangkutan sendiri tidak memahami metode
penelitian yang diterima dalam ilmu hukum.
Hubungan antara Penelitian, Ilmu dan Kebenaran
Telah disinggung sebelumnya bahwa penelitian tak lain
adalah sebuah proses yang komprehensif dan sistematis untuk
menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan. Dalam kerangka yang
15
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
lebih luas, ilmu bukan merupakan hasil akhir. Ilmu pengetahuan
justru adalah sebuah proses untuk menghasilkan suatu hasil
akhir yang disebut dengan “kebenaran”. Jadi, hasil akhir yang
ingin dicapai oleh sebuah metode penelitian adalah kebenaran.
Kebenaran yang dihasilkan dari sebuah metode penelitian
yang absah adalah sebuah kebenaran ilmu yang teruji dan
terukur. Namun meskipun demikian, dalam perspektif ilmu
pengetahuan diterima secara umum bahwa makna dari
kebenaran tersebut tidak bersifat mutlak tetapi relative.
Kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dengan
demikian adalah kebenaran relative atau umum disebut dengan
kebenaran yang “mendekati kebenaran”. Oleh karena itu tidak
tertutup kemungkinan sebuah kebenaran diuji kembali dengan
menggunakan metode penelitian yang sudah ada. Dalam siklus
ini kebenaran adalah feed back atau umpan balik untuk
menemukan kebenaran lainnya. Secara sederhana siklus ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1Hubungan Penelitian, Ilmu dan Kebenaran
16
KEBENARAN
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
Kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan bersifat
tidak absolute. Pada dasarnya kebenaran ilmu pengetahuan
adalah hasil kesepakatan masyarakat ilmu pengetahuan itu
sendiri dalam suatu masa tertentu. Dengan demikian kebenaran
ilmu pengetahuan dapat ditumbangkan oleh hasil penelitian
ilmiah lebih lanjut yang didukung oleh fakta-fakta empiris dapat
membuktikan sebaliknya. Disinilah pentingnya kegiatan
penelitian. Apabila kegiatan penelitian berhenti maka
konsekuensinya kebenaran yang tidak absolute tersebut makin
lama semakin kabur maknanya atau sebaliknya kebenaran
tersebut pada suatu saat tertentu ternyata sudah tidak valid
tanpa disadari oleh komunitas ilmu pengetahuan.
Bagaimanakah makna kebenaran ?. Dalam filsafat ilmu
kebenaran tidak diterima dengan satu cara. Setidaknya ada tiga
cara orang menerima sesuatu itu benar, yakni :
1. kebenaran berdasarkan teori koherensi
Dalam hal ini suatu pernyataan dikatakan benar apabila
pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan-
17
PENELITIAN ILMU
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
pernyataan benar yang sudah ditemukan sebelumnya. Dalam
praktek penelitian hal ini tercermin dari penyusunan kerangka
berfikir atau landasan teoritis atau studi pustaka. Studi pustaka
adalah kumpulan argumentasi teoritis yang dikemukakan
sejumlah ahli terdahulu yang sudah diuji kebenarannya dan
selanjutnya dijadikan sebagai kerangka analisis penelitian yang
dilakukan saat itu.
Sebuah hasil penelitian berdasarkan kerangka berfikir
koheren dapat diterima jika argumentasi teoritis yang
dipergunakan sebagai dasar analisis adalah argumentasi yang
benar dan relevan dengan objek penelitian. Kesalahan dalam
memilih landasan teoritis menyebabkan jawaban permasalahan
dipandang tidak tepat. Atau lazim didengar bahwa penelitian
yang demikian adalah penelitian yang mengambang karena tidak
jelas dasar berpijaknya secara teoritis.
Logika penalaran yang dipergunakan dalam teori
kebenaran koheren adalah logika deduktif, dimana proses
penalaran dimulai dari sebuah kebenaran umum menuju
kebenaran yang lebih khusus. Logika ini banyak dipergunakan
dalam penelitian-penelitian ilmu pasti seperti ilmu matematika.
Dimana dasar berfikir dilandaskan pada rumus-rumus umum
yang sudah ada ditemukan oleh pakar-pakar terdahulu dan
sudah diterima kebenarannya.
18
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
2. Kebenaran berdasarkan teori korespondensi
Dalam teori ini suatu pernyataan dikatakan benar apalagi
isi pernyataan tersebut berkoresponden dengan objek factual
yang terkandung pernyataan tersebut. Dengan bahasa yang
sederhana sebuah pernyataan baru dianggap benar apabila
didukung oleh fakta-fakta empiris (kenyataan). Misalnya
pernyataan bahwa saat ini hujan dipandang benar jika secara
kenyataan bahwa hujan memang sudah turun. Jika hari
mendung, awan hitam disertai angin yang bertiup kencang
belum dianggap fakta yang mendukung kebenaran pernyataan
tersebut. Fakta empiris turunnya hujan adalah satu-satunya fakta
yang berkoresponden dengan pernyataan tadi.
Logika penalaran yang dipergunakan dalam teori
kebenaran ini adalah logika indukti, dimana kebenaran dimulai
dari satu atau beberapa kebenaran yang bersifat khusus untuk
kemudian merumuskan sebuah pernyataan benar yang bersifat
umum. Jadi, logika induktif menarik kesimpulan melalui proses
generalisasi fakta-fakta empiris.
3. Kebenaran berdasarkan teori kebenaran pragmatis
Dalam teori ini sesuatu dipandang benar jika pernyataan
tersebut mempunyai manfaat praktis yang dapat diterapkan atau
dipergunakan manusia. Fokus kebenaran adalah manfaat praktis
dari suatu temuan penelitian, tanpa terlalu mempersoalkan
19
Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum
landasan teoritis ataupun korespondensinya dengan fakta-fakta
empiris.
Uraian-uraian diatas dapat membantu menyadarkan kita
bahwa kebenaran yang dihasilkan pemikiran manusia tidak
bersifat absolute, karena cara pandang yang berbeda dalam
menerima kebenaran bisa menyebabkan suatu pernyataan
dipandang benar oleh sekelompok oranng, akan tetapi
dipandang sebaliknya oleh kelompok lain. Inilah hakikat dasar
kebenaran yang bisa dicapai oleh pemikiran manusia.
Ilmu pengetahuan melalui metode penelitian ilmiah
mencoba mempertinggi tingkat kebenaran yang tidak absolute
tersebut dengan memadukan logika deduktif dan logika induktif.
Sebuah penelitian ilmiah terlebih dahulu disusun berdasarkan
kerangka penalaran deduktif dengan merumuskan landasaran
teoritis (kajian pustaka, landasan teori), kemudian
mengumpulkan fakta-fakta empiris yang mendukung landasan
teoritis tersebut. Data empiris kemudian diverifikasi dengan
menjadikan landasan teoritis/ kajian pustaka sebagai kerangka
acuan. Dalam tahap ini logika yang dipergunakan adalah logika
induktif. Sehingga diharapkan kebenaran penelitian ilmiah dapat
diterima berdasarkan sudut pandang teori kebenaran koheren
maupun koresponden.
20