bab ii - sudaryanti26.files.wordpress.com file · web viewhanya sebagian kecil saja penduduk...

21
BAB II KONSEP-KONSEP SUMBER DAYA MANUSIA A. Tenaga Kerja dan Bukan Tenaga Kerja Di Indonesia pengertian tenaga kerja atau manpower mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga ( Simanjuntak, 1985: 2). Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh batas usia, dan tiap-tiap negara memberikan batas usia tenaga kerja yang berbeda-beda pula. Makin maju suatu negara maka batas minimum usia tenaga kerja semakin tinggi. Sebagai contoh misalnya di Jepang batas usia minimum tenaga kerja adalah 21 tahun tanpa batas maksimum (Barthos, 1990:16). Sedangkan di Amerika Serikat batas usia minimum tenaga kerja adalah 16 tahun tanpa ada batas usia maksimum. Jadi di Amerika Serikat penduduk yang usianya kurang dari 16 tahun tergolong bukan tenaga kerja.Di India menggunakan batas usia minimum tenaga kerja antara 14 tahun sampai dengan 60 tahun. Dengan demikian penduduk yang usianya kurang dari 14 tahun atau lebih dari 60 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga kerja ( Simanjuntak, 1985: 2). Di Indonesia batas minimum usia tenaga kerja 10 tahun tanpa batas maksimum. Jadi yang tergolong tenaga kerja 7

Upload: hanga

Post on 10-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

BAB II

KONSEP-KONSEP SUMBER DAYA MANUSIA

A. Tenaga Kerja dan Bukan Tenaga Kerja

Di Indonesia pengertian tenaga kerja atau manpower mencakup penduduk yang

sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang sedang melakukan

kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga ( Simanjuntak, 1985: 2).

Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh

batas usia, dan tiap-tiap negara memberikan batas usia tenaga kerja yang berbeda-beda

pula. Makin maju suatu negara maka batas minimum usia tenaga kerja semakin tinggi.

Sebagai contoh misalnya di Jepang batas usia minimum tenaga kerja adalah 21 tahun

tanpa batas maksimum (Barthos, 1990:16).

Sedangkan di Amerika Serikat batas usia minimum tenaga kerja adalah 16 tahun

tanpa ada batas usia maksimum. Jadi di Amerika Serikat penduduk yang usianya kurang

dari 16 tahun tergolong bukan tenaga kerja.Di India menggunakan batas usia minimum

tenaga kerja antara 14 tahun sampai dengan 60 tahun. Dengan demikian penduduk yang

usianya kurang dari 14 tahun atau lebih dari 60 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga

kerja ( Simanjuntak, 1985: 2).

Di Indonesia batas minimum usia tenaga kerja 10 tahun tanpa batas maksimum.

Jadi yang tergolong tenaga kerja adalah seluruh penduduk yang berusia 10 tahun keatas.

Sedangkan penduduk yang berusia kurang dari 10 tahun tergolong sebagai bukan tenaga

kerja. Menurut Simanjuntak (1985:2-3) pemilihan batas minimum usia tenaga kerja

Indonesia adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam usia tersebut sudah banyak

penduduk terutama di desa-desa, yang sudah bekerja atau mencari pekerjaan.

Namun demikian dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah wajib belajar

sembilan tahun (Wajar Sembilan Tahun) bagi seluruh anak-anak Sekolah Dasar di

Indonesia, maka anak-anak sampai pada usia 13 tahun akan berada di sekolah. Dengan

demikian jumlah anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang,

sehingga batas minimum tenaga kerja menjadi 14 tahun dan tidak ada batas maksimum

usia tenaga kerja.

7

Page 2: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

Demikian juga di Indonesia tidak menganut batas maksimum usia tenaga kerja

dengan alasan bahwa Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Hanya

sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu

pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai swasta. Sekalipun demikian, golongan ini

masih tetap bekerja atau aktif dalam kegiatan ekonomi, sehingga mereka masih

digolongkan sebagai tenaga kerja.

B. Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Sedangkan

angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bekerja dan (2) golongan yang

menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari (1)

golongan yang bersekolah, (2) golongan yang mengurus rumah tangga, dan (3)

golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Golongan lain-lain ada dua macam yaitu :

(a) penerima pendapatan, yaitu mereka yang tidak melalkukan suatu kegiatan ekonomi

tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pension, bunga atas simpanan atau

sewa atas milik, dan (b) mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain misalnya

karena lanjut usia, cacat, dalam penjara, atau sakit kronis ( Payaman J. Simanjuntak :

1985 : 3 ).

Golongan yang bersekolah dan golongan yang mengurus rumah tangga dapat

pula disebut sebagai golongan angkatan kerja potensial karena sewaktu-waktu dapat

terjun untuk ikut bekerja. Termasuk angkatan kerja potensial adalah mereka yang

sementara menarik diri dari pasar kerja karena tidak berhasil memperoleh pekerjaan (

discouraged workers). Misalnya setelah cukup lama tidak berhasil memperoleh

pekerjaan yang diharapkan, seseorang dapat mengurungkan niatnya mencari pekerjaan

yang dimaksud. Mereka sebenarnya masih ingin bekerja, tetapi tidak aktif mencari

pekerjaan.

Kemudian tergolong angkatan kerja potensial lainnya adalah angkatan kerja

sekunder yaitu bila kondisi pekerjaan cukup menarik, atau bila keluarga tidak mampu

membiayai sekolah maka tenaga kerja yang tergolong bersekolah akan meninggalkan

sekolah untuk sementara dan mencari pekerjaan. Sebaliknya tenaga kerja tersebut akan

8

Page 3: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

kembali lagi kebangku sekolah bila kondisi pekerjaan sudah tidak menarik, atau bila

keluarga sudah mampu membiayai sekolah. Demikian pula tenaga kerja yang mengurus

rumah tangga akan masuk pasar kerja bila upah tinggi, atau bila penghasilan Keluarga

rendah disbanding dengan kebutuhannya. Mereka akan kembali mengurus rumah tangga

bila keadaan sebaliknya.

Berbeda dengan golongan angkatan kerja sekunder, adalah angkatan kerja

primer, mereka ini adalah yang secara terus-menerus berada dalam pasar kerja baik

bekerja maupun mencari pekerjaan.

C. Bekerja dan Menganggur

1. Bekerja

Untuk mendefinisikan bekerja dan menganggur ternyata cukup sulit,

sebagaimana sulitnya mendefinisikan tenaga kerja dan bukan tenaga kerja, serta

angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Batasan usia serta jumlah jam kerja juga

tidak dapat menggambarkan definisi yang mencakup keadaan yang sebenarnya.

Sebagai contoh misalnya seorang pembantu rumah tangga yang bekerja dan

mendapatkan upah digolongkan sebagai angkatan kerja, sementara mereka yang

bekerja mengurus rumah tangga dengan pekerjaan yang sama atau mungkin lebih

banyak tetapi tidak mendapatkan upah, digolongkan sebagai bukan angkatan kerja.

Seorang pesuruh disebuah kantor dengan gaji 800 ribu rupiah pada tahun 2010,

digolongkan sebagai bekerja, dan seorang konsultan hukum yang hanya bekerja satu

hari dengan penghasilan jauh lebih besar dibanding dengan pesuruh yang bekerja

selama 22 hari dalam satu bulan, digolongkan sebagai penganggur.

Tiap-tiap Negara memberikan definisi yang berbeda-beda tentang bekerja dan

menganggur, dan definisi tersebut bisa berubah menurut waktu.

Basir Barthos ( 1990 : 17 ) memberi batasan bekerja adalah melakukan kegiatan

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau

keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam satu minggu yang lalu. Waktu

bekerja tersebut harus berurutan dan tidak terputus.

Dalam bukunya Payaman ( 1985 : 4-5) disebutkan bahwa berdasarkan Sensus

Penduduk tahun 1971 orang yang bekerja dengan maksud memperoleh penghasilan

9

Page 4: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

paling sedikit dua hari dalam seminggu sebelum hari pencacahan dinyatakan sebagai

bekerja. Juga tergolong sebagai bekerja, mereka yang selama seminggu sebelum

pencacahan tidak bekerja atau bekerja kurang dari dua hari tetapi mereka adalah:

(1) pekerja tetap pada kantor pemerintahatau swasta yang sedang tidak masuk kerja

karena cuti, sakit, mogok atau mangkir.

(2) petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang sedang tidak bekerja

karena menunggu panen atau menunggu hujan untuk menggarap sawahnya.

(3) orang yang bekerja dalam bidang keahlian seperti dokter, konsultan, tukang

cukur, dan lain-lain.

Dalam Sensus Penduduk tahun 1961orang dinyatakan bekerja bila paling

sedikit 60 hari selama 6 bulan sebelum pencacahan ia melakukan kegiatan untuk

memperoleh penghasilan. Kemudian menurut Survey Penduduk Antar Sensus

(SUPAS) tahun 1976, Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 1976

dan Sensus Penduduk tahun 1980, orang dinyatakan bekerja bila selama satu minggu

sebelum pencacahan ia melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan paling

sedikit selama satu jam.

Dari beberapa definisi bekerja maka ternyata tidak ada penjelasan yang tegas

mengenai jumlah jam kerja. Oleh karena itu supaya definisi bekerja dapat mendekati

dengan kenyataan yang sebenarnya maka perlu ditegaskan jumlah jam kerja yang

dipergunakan misalnya jumlah jam kerja perminggu atau jumlah jam kerja perbulan,

dan sebagainya. Disamping itu berdasarkan definisi, bekerja adalah melakukan

kegiatan untuk mendapatkan penghasilan. Oleh karena itu disamping jumlah jam

kerja perlu pula diperhitungkan jumlah penghasilan yang diperoleh.

2. Menganggur

Istilah penganggur yang merupakan terjemahan dari istilah unemployed memang

dapat diartikan sebagai lawan kata dari employed atau bekerja. Namun agar dapat

disebut penganggur masih ada persyaratan yang lain yaitu ia harus aktif mencari

pekerjaan, sehingga lebih banyak dikategorikan sebagai pencari kerja ( Afrida :

2003 : 134 ).

10

Page 5: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

Pendapat yang hampir sama memberikan batasan penganggur sebagai orang

yang tidak bekerja sama sekali, atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu

sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan ( Payaman : 1985 : 5).

Pada umumnya pengangguran itu terjadi karena adanya ketidak seimbangan

antara permintaan tenaga kerja dan penyediaan tenaga kerja, baik secara kuantitas

maupun secara kualitas. Namun demikian pengangguran juga bisa dilihat dari sebab-

sebab terjadinya seseorang itu menganggur. Payaman J. Simanjuntak ( 1985 : 10-11)

menggolongkan pengangguran menjadi beberapa jenis. Berikut ini jenis-jenis

pengangguran dilihat dari sebab-sebab terjadinya, serta beberapa solusi yang bisa

diberikan untuk mengatasi masalah pengangguran.

a. Pengangguran friksional.

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan

temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada.

Kesulitan temporer ini dapat berbentuk :

1) Waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan seleksi.

Disatu pihak, pencari kerja tidak hanya sekedar mencari pekerjaan yang dapat

memberikan penghasilan yang tertinggi dan kondisi kerja yang terbaik diantara

beberapa alternative. Proses seperti itu memerlukan waktu. Dipihak yang lain

pihak pengusaha tidak begitu saja mengisi lowongan kerja yang ada dengan

orang yang pertama kali datang melamar. Untuk mengisi suatu lowongan

tertentu pengusaha cenderung untuk memilih seorang yang dianggap terbaik

diantara calon-calon yang ada. Pengisian lowongan seperti itu memerlukan

proses seleksi, berarti membutuhkan waktu. Selama proses yang demikian,

seorang pelamar yang menunggu panggilan untuk seleksi atau ujian masuk

( yang belum pasti diterima ) adalah tergolong penganggur friksional.

Penganggur friksional dapat pula terjadi karena kurangnya mobilitas pencari

kerja dimana lowongan pekerjaan justru terdapat bukan disekitar tempat tinggal

pencari kerja. Misalnya pencari kerja tinggal di Jakarta, sementara lowongan

kerja terdapat diluar Jakarta.

11

Page 6: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

2) Faktor jarak.

Kurangnya mobilitas pencari kerja dimana lowongan pekerjaan justru

terdapat bukan disekitar tempat tinggal si pencari kerja. Misalnya pencari kerja

terkumpul di Jakarta, sedang loeongan pekerjaan terdapat di luar Jakarta.

3) Kurangnya informasi.

Hal ini terjadi karena pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan

pekerjaan dan demikian juga pengusaha tidak mengetahui dimana tersedianya tenaga-

tenaga yang sesuai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bagaimanapun juga pengangguran

friksional tidak dapat dihindari dan pasti akan dialami oleh setiap pencari kerja.

Beberapa solusi untuk mengatasi pengangguran friksional antara lain adalah:

(1) mengurangi jangka waktu pengangguran, atau mempersingkat jangka waktu

pengangguran melalui penyediaan informasi pasar kerja yang lebih lengkap.

Misalnya dengan menyelenggarakan bursa kerja atau Job Fair.

(2) Disamping itu menurut Sonny Sumarsono ( 2003 : 130-131): Jika ditinjau dari

deskripsi permasalahannya, maka inti persoalannya terletak pada hambatan aliran

informasi antara pencari kerja dan lowongan kerja. Oleh karena itu penangannya

harus berupa usaha untuk mengintensifikasi dan mengekstensifikasi informasi.

Intensif, agar informasi disebar dalam jumlah yang cukup. Penyebaran informasi

secara ekstensif dimaksudkan agar menjangkau lokasi geografis seluas mungki,

cepat diketahui oleh yang bersangkutan untuk mempercepat bertemunya pencari

kerja dan lowongan pekerjaan. Pada saat sekarang penyebaran informasi bisa

dilakukan melalui internet, disamping menggunakan media cetak yang lainnya.

b. Pengangguran Struktural.

Pengangguran structural terjadi karena adanya perubahan dalam struktur

atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur yang demikian memerlukan

perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan. Sedangkan pihak pencari

kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan ketrampilan baru tersebut. Misalnya

dalam suatu pergeseran ekonomi agraris menjadi ekonomi industri. Disatu pihak akan

terjadi pengurangan tenaga kerja disektor pertania, dan dipihak lain bertambah

kebutuhan disektor industri. Tetapi kelebihan tenaga kerja disektor pertanian, tidak

12

Page 7: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

dapat begitu saja diserap disektor industri karena sector industri memerlukan tenaga

denga ketrampilan tertentu. Akibatnya tenaga berlebih disektor pertsnisn tersebut

merupakan penganggur srtuktural.

Bentuk pengangguran struktural lainnya adalah terjadinya pengurangan

tenaga akibat penggunaan alat-alat dan teknologi maju. Penggunaan traktor misalnya

dapat menimbulkan pengangguran dikalangan buruh tani.

Jangka waktu lamanya pengangguran srtuktural lebih panjang dari pada

pengangguran friksional. Oleh karena itu, untuk mengurangi banyaknya penganggur

struktural, salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan latihan

untuk memperoleh ketrampilan baru yang sesuai dengan permintaan dan teknologi

baru.

Pengangguran Musiman.

c.

Pengangguran musiman terjadi karena pergantian musim. Diluar musim

panen dan turun kesawah, banyak orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis,

mereka hanya sekadar menunggu musim panen tiba. Selama masa menunggu

tersebut mereka digolongkan sebagai penganggur musiman. Namun dalam Sensus

penduduk tahun 1971, Survey nasional tahun 1976 dan Sensus Penduduk tahun 1980

hal ini tidak jelas terlihat karena mereka menurut definisi tergolong bekerja.

Selain ketiga jenis pengangguran tersebut ada pendapat lain yang melengkapi

pendapat Payaman. Menurut Sony Sumarsono (2003 : 118) pengangguran terjadi

karena ketidak sesuaian antara permintaan dan penyediaan dalam pasar kerja.

Bentuk-bentuk ketidak sesuaian tersebut menjadikan beberapa jenis pengangguran

sebagai berikut :

d. Pengangguran peralihan.

Pengangguran yang disebabkan karena pencari kerja tidak tahu bahwa ada

lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki. Jenis

pengangguran ini hamper sama dengan pengangguran friksional yang disebabkan

karena faktor jarak.

13

Page 8: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

e. Pengangguran Konjungtur (Siklikal).

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang disebabkan karena

menurunnya kegiatan ekonomi atau karena perubahan konjungtur. Misalnya

terjadinya banjir lima tahunan, sepuluh tahunan, atau dalam kegiatan ekonomi ada

kalanya terjadi ekspansi kegiatan meningkat, lalu timbul kejenuhan dan penurunan

kegiatan. Setelah itu diikuti peningkatan kegiatan lagi, dan seterusnya. Kejadian ini

terus berulang-ulang secara rutin, sehingga sudah barang tentu akan mempengaruhi

permintaan tenaga kerja.

Pengangguran ini juga hampir sama dengan pengangguran musiman, hanya

saja jangka waktunya lebih panjang.

f. Pengangguran Teknologis.

Pengangguran teknologis terjadi karena adanya perubahan teknologi

produksi. Misalnya penggunaan mesin tik yang berganti dengan computer maka

pengetik harus melatih diri untuk bisa menjadi operator komputer, pompa angin

manual dengan kompresor, perubahan lokomotif tenaga uap menjadi disel sehingga

tidak lagi membutuhkan tukang api, dan sebagainya.

g. Penganggur Muda.

Penganggur muda adalah tenaga kerja kelompok umur 15 – 25 tahun yang

belum bekerja dan baru memasuki pasar kerja untuk mencari pekerjaan.

h. Penganggur Tua.

Adalah jenis pengangguran yang diderita oleh orang-orang yang karena

sesuatu sebab tidak dapat menjalani kariernya sampai usia cukup tua untuk

mengundurkan diri dari dunia pekerjaan.

i. Pengangguran yang disebabkan oleh isolasi geografis.

Adalah jenis pengangguran yang dialami oleh masyarakat yang tinggal

dalam wilayah yang jauh terpencil dari pusat kegiatan ekonomi.

14

Page 9: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

3. Setengah Penganggur.

Pendekatan angkatan kerja yang membedakan orang yang bekerja dan

menganggur pada dasarnya menimbulkan masalah-masalah pokok sebagai berikut :

a. masalah penentuan batas jam kerja yang berbeda-beda. Dalam hal ini belum

dirumuskan batas jam kerja yang tepat. Misalnya untuk membedakan bekerja dan

menganggur menggunakan batas jam kerja yang berbeda-beda seperti 60 hari

dalam 6 bulan, atau dua hari kerja dalam seminggu, atau satu jam kerja seminggu,

dan sebagainya.

b. Pembedaan tenaga kerja atas bekerja dan menganggur tidak menggambarkan

masalah tenaga kerja yang sebenarnya. Pemilihan jam kerja yang pendek misalnya

satu jam dalam seminggu, menggambarkan jumlah pengangguran yang sangat

rendah. Sebaliknya penentuan jumlah jam kerja yang terlalu panjang misalnya dua

hari atau 14 jam seminggu, akan menggambarkan tingkat pengangguran yang

relative tinggi. Angka ini memperkecil jumlah orang yang bekerja karena orang

yang bekerja 5-9 jam seminggu masih digolongkan sebagai penganggur.

c. Pembedaan atas orang bekerja dan menganggur tidak menunjukkan apa-apa

mengenai tingkat pendapatan dan produktivitas seseorang.pada dasarnya orang

bekerja untuk memperoleh penghasilan. Ada orang yang bekerja 40 jam seminggu

atau lebih pendapatannya rendah, sedang yang lain bekerja kurang dari 20 jam

tetapi penghasilannya lebih besar.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka dikembangkan pendekatan

penggunaan tenaga kerja yang menitik beratkan pada apakah seseorang cukup

dimanfaatkan dalam kerja dilihat dari segi a) jumlah jam kerja, b) produktivitas kerja

dan c) pendapatan yang diperoleh. Dengan pendekatan ini angkatan kerja dibedakan

tiga golongan, yaitu orang yang : a) menganggur, yaitu orang yang sama sekali tidak

bekerja ( penganggur terbuka ) dan berusaha mencari pekerjaan; b) setengah

menganggur, yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi

jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan; dan c) bekerja penuh atau cukup

dimanfaatkan dalam bekerja.

Sementara itu, yang tergolong setengah menganggur dapat digolongkan

berdasarkan jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan, kedalam dua

15

Page 10: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

kelompok yaitu : (a) setengah penganggur kentara, yaitu mereka yang bekerja kurang

dari 35 jam seminggu, dan (b) setengah penganggur tidak kentara atau setengah

penganggur terselubung, yaitu mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya

rendah. Atau mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu.

Namun demikian yang masih tetap sulit untuk diukur adalah penganggur

terselubung dalam bentuk produktivitas kerja dan pendapatan yang rendah.

Pada dasarnya seseorang berproduktivitas rendah disebabkan karena beberapa

kemungkinan antara lain (Payaman : 1985 : 13):

1) Kurangnya ketrampilan. Biasanya orang kurang terampil dalam pekerjaan

karena pendidikan yang rendah. Hal ini karena pendidikan yang diterima

disekolah-sekolah kadang-kadang terlalu umum dan tidak dapat secara langsung

diterapkan secara langsung dalam dalam pekerjaan. Akibatnya orang yang

sudah berpendidikan agak tinggi tetap masih mempunyai produktivitas kerja

yang rendah. Demikian juga bagi orang yang baru mulai bekerja atau kurang

pengalaman kerja biasanya mempunyai produktivitas rendah. Rendahnya

produktivitas kerja yang disebabkan kurangnya ketrampilan ini dapat

ditingkatkan melalui latihan kerja baik diluar maupun ditempat kerja.

2) Kurangnya sarana-sarana penunjang. Ini dapat berbentuk (a) kurangnya alat

kerja seperti kertas, mesin ketik, computer, penerangan yang baik, alat

pengangkutan, dll, (b) kurangnya organisasi dan manajemen pimpinan. (c)

ketidak mampuan pimpinan menumbuhkan motivasi dan membina kerja sama

yang baik antar pekerja, (d) mengadakan pembagian kerja yang jelas antara

semua karyawan, dan (e) salah dalam penempatan.

3) Rendahnya tingkat kesehatan dan gisi.

4) Rendahnya tingkat upah dan system pengupahan yang tidak mengandung

system pemberian insentif bagi karyawan yang berprestasi baik. Upah yang

rendah tidak mendorong kegairahan kerja. Upah yang rendah juga

mengakibatkan tingkat kesehatan dan konsumsi yang terbatas dan oleh sebab itu

produktivitas kerja menjadi rendah juga.

Sekalipun rendahnya tingkat produktivitas seseorang dapat ditingkatkan

dengan berbagai cara seperti latihan ditempat kerja maupun diluar tempat kerja,

namun untuk mengukur tingkat produktivitas kerja tetap masih sulit, karena

16

Page 11: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

penentuan batas antara produktivitas kerja rendah dan tinggi belum

dikembangkan secara terperinci.

D. Tingkat Partisipasi Kerja.

Sebagaimana telah diketahui bahwa tidak semua sumber daya manusia dalam

usia kerja ikut ambil bagian dalam bekerja, atau tidak semua sumber daya manusia

bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Sebagian dari mereka bekerja, sebagian

yang lain mencari pekerjaan, atau sebagian yang lainnya lagi bersekolah, mengurus

rumah tangga, atau sementara tidak bekerja karena alas an-alasan tertentu.

Tingkat partisipasi kerja juga dapat dinyatakan untuk seluruh penduduk usia

kerja, dapat pula dinyatakan untuk suatu kelompok laki-laki, kelompok wanita,

kelompok tenaga terdidik, kelompok usia 10-14 tahun didesa, dan lain-lain.

Jika jumlah penduduk semakin besar, maka jumlah tenaga kerja juga semakin

besar dan semakin besar pula jumlah angkatan kerja. Jika jumlah angkatan kerja

yang bersekolah dan yang mengurus rumah tangga semakin banyak maka tingkat

partisipasi kerja semakin kecil.

Tingakt partisipasi kerja adalah seberapa besar sumber daya manusia

yang dimanfaatkan dalam bekerja. Ada beberapa factor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya tingkat partisipasi kerja (Payaman : 1985 : 36-37) yaitu :

1) Jumlah penduduk yang masih bersekolah. Semakin besar jumlah penduduk yang

bersekolah, semakin kecil jumlah angkatan kerja sehingga semakin kecil tingkat

partisipasi kerja. Jumlah penduduk yang bersekolah dipengaruhi oleh

penyediaan fasilitas pendidikan yang semakin baik, dan tingkat penghasilan

yang semakin baik. Hal ini menjadikan penduduk tetap ingin bersekolah.

Adanya kebijakan pemerintah tentang Wajar Sembilan Tahun mengakibatkan

tingkat partisipasi kerja penduduk usia 10-14 tahun rendah.

2) Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga. Semakin banyak jumlah

penduduk yang mengurus rumah tangga maka semakin kecil tingkat partisipasi

kerja.

3) Tingkat penghasilan dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Keluarga yang

berpenghasilan besar akan mengurangi jumlah anggota Keluarga yang bekerja

sehingga tingkat partisipasi kerja kecil. Sebaliknya Keluarga yang tingkat

17

Page 12: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

penghasilannya rendah mengharuskan anggota keluarganya ikut bekerja untuk

menambah penghasilan. Akibatnya tingkat partisipasi kerja tinggi.

4) Tingkat partisipasi kerja juga dipengaruhi oleh umur. Penduduk usia muda yang

biasanya masih bersekolah pada umumnya tidak dituntut untuk bekerja. Dengan

demikian tingkat partisipasi kerja untuk kelompok usia muda adalah kecil.

Sementara itu penduduk usia 25-35 tahun terutama laki-laki pada umumnya

dituntut untuk mencari nafkah oleh sebab itu tingkat partisipasi kerja tinggi.

Untuk penduduk usia 55 tahun keatas pada umumnya sudah menurun

kemampuannya untuk bekerja oleh karena itu tingkat partisipasi kerjanya

rendah.

5) Tingkat upah. Semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat semakin banyak

anggota Keluarga yang tertarik masuk pasar kerja sehingga tingkat partisipasi

kerja tinggi. Demikian pula sebaliknya.

6) Tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu

yang disediakan untuk bekerja. Terutama untuk wanita semakin tinggi

pendidikan kecenderungan untuk bekerja semakin besar. Dengan demikian

semakin tinggi tingkat partisipasi kerja.

7) Kegiatan ekonomi. Program pembangunan disatu pihak menuntut keterlibatan

banyak orang. Dilain pihak program pembangunan menumbuhkan harapan-

harapan baru. Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut

dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja. Jadi semakin bertambah

kegiatan ekonomi semakin besar tingkat partisipasi kerja.

Tingkat partisipasi kerja pada umumnya memang ditentukan oleh

berbagai factor. Dengan perkembangan jaman yang semakin maju, tidak hanya

mempengaruhi kesempatan bagi pria, tetapi juga wanita untuk meningkatkan

kemampuannya baik melalui pendidikan maupun ketrampilan. Apalagi kesempatan

yang semakin luas disediakan oleh pemerintah bagi kaum wanita untuk

mensetarakan dengan pria baik dibidang ilmu pengetahuan maupun teknologi.

Dengan demikian akan mempengaruhi pula tingkat partisipasi kerjanya. Terutama

bagi wanita tingkat partisipasi kerja juga ditentukan oleh banyak factor, antara lain

adalah :

18

Page 13: BAB II - sudaryanti26.files.wordpress.com file · Web viewHanya sebagian kecil saja penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai ... atau bila keluarga tidak

(1) Tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wanita, semakin

besar keinginannya untuk masuk dalam pasar kerja. Wanita yang berpendidikan

tinggi akan merasa rendah diri jika pada akhirnya tidak bekerja. Dengan

demikian tingkat partisipasi kerja wanita berpendidikan tinggi lebih besar dari

pada wanita yang tidak berpendidikan tinggi.

(2) Tingkat social yang lebih tinggi. Seseorang wanita yang berada dalam

lingkungan social yang tinggi akan merasa rendah diri jika tidak bekerja.

(3) Kondisi ekonomi rumah tangga yang mengharuskan wanita bekerja. Jika kondisi

ekonomi rumah tangga rendah maka mengharuskan wanita membantu bekerja

untuk menambah menghasilan Keluarga. Akibatnya tingakat partisipasi kerja

wanita tinggi.

(4) Semakin panjang usia harapan hidup. Semakin baik tingkat kesehatan wanita,

semakin panjang harapan hidup sehingga memungkinkan wanita untuk tetap

terus bekerja.

(5) Adanya fasilitas dan kemudahan-kemudahan lain yang tersedia. Adanya “time –

saving – device” seperti rice cooker, setrika listrik, mesin cuci, dan barang-

barang elektronik lainnya menyebabkan waktu untuk mengurus rumah tangga

berkurang sehingga peluang untuk bekerja diluar rumah sangat besar.

(6) Banyak terbuka lapangan kerja baru bagi wanita.

19