materi – 3 - fiat justitia, et pereat mundus | … · web viewasas ini dapat dijabarkan dalam...

31
Metode Penelitian Hukum MATERI – 3 METODE PENELITIAN HUKUM Pengertian Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan penelitian hukum (legal research) ?. Dalam kepustakaan banyak sekali ditemukan pengertian tentang penelitian hukum. Masing-masing penulis memberikan tekanan tertentu pada pengertian yang diberikannya tentang penelitian hukum. Erwin Pollack memberikan pengertian penelitian hukum sebagai suatu penelitian untuk menemukan inkonkrito, yang meliputi berbagai kegiatan untuk menemukan apakah yang merupakan hukum yang layak untuk diterapkan secara inkonkrito untuk menyelesaikan perkara tertentu. 1 Pollack memberikan pengertian penelitian hukum dengan menekankan pada aspek praktis yaitu untuk menemukan hukum yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan suatu peristiwa konkrit. Mohammad Radhi mendefenisikan penelitian hukum sebagai keseluruhan aktifitas berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterpretasikan fakta-fakta serta hubungan-hubungan di lapangan hukum yang berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dapatlah dikembangkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan cara- cara ilmiah untuk menanggapi fakta dan hubungan tersebut. 2 Pengertian Radhi diatas lebih menekankan pada cara bekerjanya 1 Soejono, SH, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Cetakan Kedua, Jakarta, 2003, Hal. 110. 2 Ibid., Hal. 110 46

Upload: doannhan

Post on 11-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

MATERI – 3

METODE PENELITIAN HUKUM

Pengertian

Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan penelitian hukum (legal

research) ?. Dalam kepustakaan banyak sekali ditemukan pengertian tentang

penelitian hukum. Masing-masing penulis memberikan tekanan tertentu pada

pengertian yang diberikannya tentang penelitian hukum. Erwin Pollack

memberikan pengertian penelitian hukum sebagai suatu penelitian untuk

menemukan inkonkrito, yang meliputi berbagai kegiatan untuk menemukan

apakah yang merupakan hukum yang layak untuk diterapkan secara

inkonkrito untuk menyelesaikan perkara tertentu.1 Pollack memberikan

pengertian penelitian hukum dengan menekankan pada aspek praktis yaitu

untuk menemukan hukum yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan

suatu peristiwa konkrit.

Mohammad Radhi mendefenisikan penelitian hukum sebagai

keseluruhan aktifitas berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan,

mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterpretasikan fakta-fakta serta

hubungan-hubungan di lapangan hukum yang berdasarkan pengetahuan yang

diperoleh dapatlah dikembangkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan cara-

cara ilmiah untuk menanggapi fakta dan hubungan tersebut.2 Pengertian

Radhi diatas lebih menekankan pada cara bekerjanya penelitian hukum dan

kegunaan teoritis dari penelitian hukum yakni untuk mengembangkan prinsip-

prinsip ilmu hukum. Pengetian lain yang menekankan pada kegunaan

penelitian hukum dikemukakan oleh Soerjono Soekanto yang menyatakan

bahwa penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan

pada metode, sistimatika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk

1 Soejono, SH, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Cetakan Kedua, Jakarta, 2003, Hal. 110. 2 Ibid., Hal. 110

46

Page 2: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisasnya. Kecuali itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam

terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu

pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang

bersangkutan.3

Dalam rangka menggambarkan penelitian hukum Wignyosoebroto

mengemukakan adanya 4 (emat) tipe penelitian hukum, sebagai berikut :

a. penelitian-penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif ;

b. penelitian yang berupa usaha penemuan asas-asas dan dasar falsafah

(dogma atau doktrin) hukum positif.

c. penelitian berupa usaha penemuan hukum inkonkrito yang layak

diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara tertentu ;

d. penelitian hukum yang berupa studi empiric untuk menemukan teori-teori

mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di

dalam masyarakat;4

Dilihat dari pembagian tipe penelitian hukum yang dijelaskan

Wignyosoebroto tersebut maka dapat dipahami bahwa penelitian hukum

mempunyai lingkup yang luas. Penelitian hukum juga sangat terkait dengan

cara seseorang peneliti hukum dalam memaknai hukum. Terkadang hukum

diartikan sebagai norma yang terlepas dari kaitannya dengan masyarakat,

namun adakalanya hukum dipandang sebagai kenyataan sosial yang ada di

tengah-tengah masyarakat.

Apapun pengertian yang diberikan tentang penelitian hukum, yang jelas

bahwa penelitian hukum itu dilakukan secara sistematis, menggunakan pola

berfikir tertentu yang dilakukan terhadap hukum sebagai kaidah, ilmu

pengetahuan ataupun sebagai kenyataan empiris.3 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Pers, Cetakan Ketiga,

Jakarta, 1986, Hal. 43. 4 Wignyosoebroto, Penelitian Hukum Doktriner, BPHN, Jakarta, 1974, Hal. 89

47

Page 3: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

Perkembangan Metode-Metode Penelitian Hukum

Pada mulanya metode penelitian yang dipergunakan oleh ilmu hukum

adalah metode penelitian yuridis dogmatis. Metode ini sangat erat kaitannya

dengan metode penelitian yang dipergunakan dalam filsafat. Metode

penelitian yuridis dogmatis masih bersifat deduktif dan idealistis tanpa

mengkaitkan antara hukum tersebut dengan masyarakat. Hal ini sesuai

dengan paham para ilmuwan pada masa itu yang masih menganggap bahwa

pengembangan ilmu adalah semata-mata untuk keperluan ilmu itu sendiri.

Tokoh yang berpendirian demikian, misalnya Hans Kelsen dalam bukunya Die

Reine Rechtslehre.

Dalam tahap berikutnya muncul pula aliran histories yang diprakarsai

oleh Carl Von Savigny. Aliran ini tidak saja memandang hukum sebagai ide,

tetapi melihat hukum sebagai sebuah gejala sosial. Dalam hal ini sangat

terkenal pandangan Carl Von Savigny yang menyatakan bahwa hukum tidak

dibuat oleh manusia, tetapi hukum itu tumbuh dan berkembang secara

histories bersama-sama dengan masyarakat yang bersangkutan.

Pemikiran aliran histories ini kemudian berlanjut dengan pandangan

para ahli hukum yang menyatakan bahwa hukum itu bukan hanya norma-

norma yang tersusun secara sistematis, tetapi juga sekaligus hukum itu adalah

sebuah gejala sosial. Oleh karena itu timbullah aliran yang dikenal dengan

aliran sosiologis yang dipelopori oleh Eugene Ehrlich, murid utama dari Carl

Von Savigny. Metode penelitian hukum yang dipergunakan aliran ini adalah

metode penelitian hukum sosiologis.

Sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu hukum kemudian

mengalami perkembangan kea rah functional yurisprudence atau ilmu hukum

fungsional. Aliran yang dipelopori oleh Roscoe Pound ini menyatakan bahwa

48

Page 4: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

jurisprudence is the eye of the law.5 Menurut aliran ini hukum juga harus

memperhatikan ilmu-ilmu sosial lainnya, psikologi, ekonomi dan anthropologi.6

Oleh karena itu dewasa ini banyak diyakini bahwa penelitian hukum tidak bisa

lagi menggunakan satu metode saja atau cara berfikir saja, akan tetapi juga

menggunakan sejumlah variasi cara berfikir, sehingga dikenallah penelitian

multidisiplin.

Tujuan Penelitian Hukum

Penelitian hukum memiliki tujuan yang tidak banyak berbeda dengan

penelitian sosial lainnya, antara lain :

1. untuk mendapatkan pengetahuan tentang gejala hukum sehingga dapat

dirumuskan masalah secara tepat ;

2. untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu

gejala hukum, sehingga dapat dirumuskan hipotesa ;

3. untuk menggambarkan secara lengkap aspek-aspek hukum dari suatu

keadaan, perilaku individu atau perilaku kelompok tanpa didahului

hipotesa ;

4. untuk mendapatkan keterangan tentang frekwensi peristiwa hukum ;

5. untuk memperoleh data mengenai hubungan antara satu gejala hukum

dengan gejala yang lain ;

6. untuk menguji hipotesa yang berisikan hubungan sebab akibat.

Disamping tujuan tersebut diatas, penelitian hukum mempunyai

sejumlah tujuan tertentu yang membedakannya dengan penelitian sosial,

antara lain :

5 Harun Al Rasyid, “Kumpulan Kuliah Hukum Tata Negara”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, Hal. 24

6 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20, Alumni Bandung, 1994, Hal. 121-123

49

Page 5: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

1. untuk mendapatkan azas-azas hukum dari hukum positif yang tertulis

atau dari rasa susila warga masyarakat ;

2. untuk mengetahui sistematika dari suatu perangkat kaidah-kaidah

hukum, yang terhimpun dalam suatu kodifikasi atau peraturan

perundang-undangan tertentu ;

3. untuk mengetahui taraf sinkronisasi peraturan perundang-undangan

baik secara vertical maupun horizontal ;

4. untuk mengetahui perbandingan hukum tentang sesuatu hal dari

sejumlah sistim atau tata hukum yang berbeda ;

5. untuk mengetahui perkembangan hukum dari perspektif sejarah ;

6. untuk mengidentifikasi hukum-hukum tidak tertulis, seperti hukum

adapt ataupun kebiasaan ;

7. untuk mengetahui efektifitas dari hukum tertulis maupun tidak tertulis ;7

Kegunaan Metode Penelitian Hukum

Sejumlah kegunaan metode penelitian hukum dapat disebutkan sebagai

berikut :

1. untuk mengetahui dan mengenal apakah dan bagaimanakah hukum

positifnya mengenai suatu masalah yang tertentu dan ini merupakan

tugas semua sarjana hukum ;

2. untuk dapat menyusun dokumen-dokumen hukum (seperti gugatan,

tuduhan, pembelaan, putusan pengadilan, akta notaries, sertifikat,

kontrak, dan sebagainya) yang diperlukan oleh masyarakat. Hal ini

menyangkut pekerjaan notaries, pengacara, jaksa, hakim dan para

pejabat pemerintah ;

7 Soerjono Soekanto, Pengatar Penelitian Hukum, op.cit., Hal. 49-50

50

Page 6: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

3. untuk dapat menjelaskan atau menerangkan kepada orang lain apakah

dan bagaimanakah hukumnya mengenai peristiwa atau masalah yang

tertentu. Hal ini merupakan tugas utama para dosen dan penyuluh ;

4. untuk menulis ceramah, makalah, atau buku-buku hukum ;

5. untuk melakukan penelitian dasar (basic research) di bidang hukum,

khususnya dalam mencari asas hukum, teori hukum, dan system

hukum, terutama dalam hal penemuan dan pembentukan asas-asas

hukum baru, pendekatan hukum yang baru, dan sistim nasional yang

baru ;

6. untuk menyusun rancangan undang-undang, atau peraturan perundang-

undangan lainnya (legislative drafting) ;

7. untuk menyusun rancangan pembangunan hukum, baik rencana jangka

pendek dan jangka menengah, terlebih untuk jangka panjang ;

Tipologi Penelitian Hukum

Dalam literature-literatur hukum tentang penelitian hukum banyak

ditemukan variasi tentang pembagian tipe-tipe penelitian hukum. Namun

meskipun demikian pengklasifikasian tipe penelitian hukum yang secara

umum adalah sebagai berikut :

1. penelitian hukum normative ; yang mencakup :

a. penelitian terhadap azas-azas hukum ;b. penelitian inventarisasi hukum positif ;c. penelitian terhadap sistematika hukum ;d. penelitian taraf sinkronisasi vertical dan horizontal ;e. penelitian hukum inkonkrito ;f. penelitian hukum klinis ;g. penelitian sejarah hukum ;h. penelitian perbandingan hukum ;

2. penelitian hukum sosiologis atau empiris, mencakup :

a. penelitian hukum sosiologis ;b. penelitian anthropologi hukum ;c. penelitian terhadap identifikasi hukum tidak tertulis ;

51

Page 7: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

d. penelitian tentang efektifitas hukum ;

Perbedaan mendasar dari kedua klasifikasi penelitian hukum tersebut

terletak pada cara pandang peneliti terhadap hukum. Dalam penelitian hukum

normative, hukum dipandang sebagai norma atau kaidah yang otonom

terlepas dari hubungan hukum tersebut dengan masyarakat. Sementara

penelitian hukum empiris atau sosiologis, hukum dipandang dalam kaitannya

dengan masyarakat atau sebagai sebuah gejala sosial. Jadi dalam klasifikasi ini

hukum tidak dipandang sebagai sebuah norma atau kaidah yang otonom.

Data dan Sumber Data dalam Penelitian Hukum

Seperti halnya penelitian sosial yang membedakan antara data primer

dan data sekunder, maka penelitian hukum pun mengenal pula pembedaan

tersebut. Sepanjang yang diteliti adalah perilaku hukum dari individu atau

masyarakat, maka data yang dipergunakan adalah data primer yang dapat

diperoleh melalui observasi, dan wawancara.

Di samping itu penelitian hukum juga mengenal data sekunder, yang

dapat dibedakan berdasarkan kekuatan mengikatnya sebagai berikut :

1. bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari

:

a. norma atau kaidah dasar, yakni Undang-Undang Dasar 1945 ;

b. ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaraan Rakyat ;

c. peraturan perundang-undangan, yakni Undang-Undang dan peraturan

yang setaraf, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan-

peraturan daerah ;

d. bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, seperti hukum adapt dan

kebiasaan ;

e. yurisprudensi ;

f. traktat

52

Page 8: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

g. bahan-bahan hukum peninggalan penjajah yang sampai sekarang masih

dipergunakan seperti KUH Perdata, KUH Pidana, dan lain sebagainya ;

2. bahan hukum sekunder, yakni bahan hukum yang menjelaskan bahan

hukum primer seperti hasil-hasil penelitian dan tulisan para ahli hukum,

rancangan undang-undang, dan lain sebagainya ;

3. bahan hukum tertier, yakni bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti

kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan lain sebagainya.

Sebagai bahan perbandingan di Amerika Serikat, dikenal sejumlah

bahan hukum sebagai sumber data penelitian hukum, antara lain :

1. annotated statutes, yakni komentar yang lengkap dari para ahli maupun

praktisi tentang undang-undang yang baru dikeluarkan ;

2. annotated report, yakni dokumen yang membahas semua segi yang

menyangkut sebuah putusan yang telah dikeluarkan hakim pengadilan,

terutam hakim pengadilan tinggi dan mahkamah agung. Dokumen ini

selain menjelaskan azas-azas atau kaidah yang dipergunakan dalam

putusan juga menjelaskan perbandingannya dengan putusan-putusan

terdahulu atas perkara yang hamper sama ;

3. encyclopaedia, yakni buku yang memuat defenisi dan perumusan

tentang konsep-konsep hukum yang disusun menurut topik tertentu

atau menurut abjad. Biasanya ensiklopedi terdiri dari ensiklopedi hukum

secara hukum, ensiklopedi hukum lokal, dan ensiklopedi hukum

mengenai masalah-masalah atau subjek tertentu ;

4. citator, yakni buku hukum yang menjelaskan tentang putusan

pengadilan. Citator umumnya berisi penjelasan tentang apakah suatu

putusan pengadilan dikuatkan oleh putusan yang lain, putusan

pengadilan yang lebih tinggi, atau apakah sebuah dalil dalam suatu

53

Page 9: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

putusan pengadilan telah diubah atau dikesampingkan oleh keputusan

berikutnya ;

5. digest, yaitu kumpulan putusan pengadilan berdasarkan subjek

tertentu. Digest tidak berisi komentar atau analisis, oleh karena itu

digest tak ubahnya sebuah indeks yang mempermudah untuk

menemukan sebuah putusan pengadilan. Di Amerika Serikat, digest

tidak dirujuk sebagai bahan penelitian, karena dipandang hanya sebagai

sebuah buku petunjuk ;

6. form books, yakni buku-buku yang berisi contoh formulir atau dokumen-

dokumen hukum yang sering dipraktekkan oleh para praktisi hukum,

seperti notaries, pengacara, penuntut maupun pengadilan. Di Indonesia

form books yang banyak dipergunakan adalah yang dibuat oleh Prof. Dr.

Mr. Sudargo Gautama ;

PENELITIAN HUKUM NORMATIF/ DOKTRINAL

Penelitian hukum normative terutama dilakukan untuk meneliti hukum

dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila

hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom

tanpa dikaitkan dengan masyarakat. Dalam penelitian hukum normative,

umumnya diterima bahwa data dasar yang diperlukan adalah data-data

sekunder.

Tipologi Penelitian Hukum Normatif/ Doktrinal1. Penelitian Inventarisasi Hukum Positif

Penelitian inventarisasi merupakan sebuah kegiatan penelitian

pendahuluan sebelum seorang peneliti lebih jauh melangkah pada penelitian

inconcrito, penelitian asas, penelitian taraf sinkronisasi vertical dan horizontal,

penelitian perbandingan hukum dan penelitian hukum lainnya. Dengan

54

Page 10: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

demikian hasil penelitian inventarisasi hukum positif merupakan data dasar

yang wajib dimiliki oleh seorang peneliti hukum normative.

Kegiatan penelitian inventarisasi hukum positif sangat tergantung pada

konsepsi si peneliti tentang apa yang menjadi hukum positif, karena yang akan

diinventarisir oleh si peneliti adalah apa yang dipandangnya sebagai hukum

positif. Berdasarkan hal tersebut umumnya terdapat tiga konsepsi yang

berbeda tentang hukum positif, yakni :

1. konsepsi kaum legis-positipis yang menyatakan hukum identik dengan

norma-norma tertulis yang dibuat serta diundangkan oleh lembaga atau

pejabat negara yang berwenang. Dengan konsepsi yang demikian, maka si

peneliti hanya akan mengumpulkan peraturan perundang-undangan yang

tertulis saja. Sementara peraturan hukum lainnya meskipun berlaku

ditengah masyarakat akan tetapi tidak dalam bentuk tertulis tidak menjadi

focus dari penelitian, karena dipandang sebagai peraturan nonhukum.

2. konsepsi sosiologis yang memandang kaidah hukum tidak saja berupa

peraturan perundang-undangan tertulis, tetapi juga termasuk dan yang

utama adalah segala aturan yang secara de facto diikuti atau dipatuhi oleh

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini peneliti lebih

focus pada perilaku actual dari anggota-anggota masyarakat dan kemudian

melakukan abstraksi terhadap perilaku actual tersebut sehingga dihasilkan

suatu norma hukum yang menjadi dasar bertindak atau berperilaku

masyarakat tersebut.

3. konsepsi yang memandang bahwa hukum identik dengan putusan-putusan

hakim di pengadilan dan keputusan para pengetua adat. Berdasarkan

konsepsi yang demikian, maka penelitian ditekankan pada pengumpulan

keputusan-keputusan hakim atau pengetua-pengetua adat dalam

55

Page 11: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

memutuskan sebuah konflik hukum yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat.

Soetandyo Wignjosoebroto mengatakan terdapat tiga kegiatan pokok

yang harus dikerjakan dalam penelitian inventarisasi hukum positif, yakni :(1).

Menetapkan criteria identifikasi untuk menyeleksi manakah norma-norma

yang harus disebut sebagai norma hukum positif, dan mana yang harus

dikelompokkan sebagai norma sosial atau nonhukum. (2). Melakukan koreksi

terhadap norma-norma yang teridentifikasi sebagai norma hukum positif. (3).

Mengorganisasikan norma-norma yang sudah berhasil diidentifikasi dan

dikumpulkan itu ke dalam suatu system yang komprehensif.8

Dengan demikian penelitian inventarisasi hukum positif bukanlah

sebatas pada aktifitas untuk mengumpulkan peraturan semata, akan tetapi

juga memberikan koreksi dan juga menyusun peraturan-peraturan tersebut

dalam sebuah system yang komprehensif.

2. Penelitian Hukum untuk Perkara In-Concrito

Tujuan utama dari sebuah penelitian hukum untuk perkara inconcrito

adalah untuk menguji apakah sebuah postulat normative dapat atau tidak

dapat dipergunakan atau diterapkan untuk sebuah perkara konkrit. Penelitian

banyak dilakukan oleh para penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim dan

pengacara, karena tugas utama mereka terkait langsung dengan penegakan

norma hukum positif terhadap peristiwa-peristiwa hukum inkonrito. Meskipun

demikian penelitian ini juga penting bagi para dosen dan para mahasiswa

hukum yang menyelesaikan tugas akhir (khususnya penulisan skripsi).

Keberhasilan penelitian hukum untuk perkara inkonkrito sangat

dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam mengumpulkan fakta-fakta yang

akurat dan valid tentang sebuah peristiwa konkrit yang menjadi objek

8 Soetandyo Wignjosoebroto, “Penelitian Hukum, Sebuah Tipologi, Majalah Masyarakat Indonesia, Tahun Ke-I, No.2, 1974

56

Page 12: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

penelitian. Tanpa fakta-fakta tersebut peneliti akan mengalami kesulitan untuk

mengkonstruksikan secara tepat peristiwa konkrit yang terjadi. Oleh karena

kemampuan investigasi yang didukung oleh kemampuan akses terhadap

pengumpulan fakta dalam peristiwa konkrit sangat menentukan. Di samping

itu inventarisasi norma hukum positif yang dipandang relevan dengan

peristiwa konkrit juga menentukan hasil analisis. Oleh karena itu, penelitian ini

sangat didukung oleh kemampuan peneliti melakukan penelitian hukum

inventarisasi hukum positif.

Dengan demikian ada dua tahapan pengumpulan data yang wajib

dilakukan oleh peneliti yang melakukan penelitian tipe ini, yakni : 1. searching

for the relevant fact, yang terkandung dalam perkara hukum (peristiwa hukum

konkrit) yang sedang dihadapi), 2. searching for the relevant abstract legal

prescription, yang terdapat dan terkandung dalam rumusan hukum positif

yang berlaku.

Logika penalaran dalam analisis penelitian hukum untuk perkara

inkonkrito mempergunakan logika silogisme. Dalam logika berfikir yang

demikian, norma-norma hukum positif yang berlaku saat itu, dipandang

sebagai hukum positif in-abstracto. Norma hukum positif ini dalam proses

analisis dijadikan sebagai premise mayor atau sebagai kondisi ideal atau yang

seharusnya. Sedangkan fakta-fakta relevan terkait dengan peristiwa konkrit

dijadikan sebagai premise minor. Melalui cara berfikir silogisme akan

ditentukan kesimpulan apakah premise mayor tadi sesuai atau tepat untuk

diterapkan pada peristiwa hukum konkrit yang terjadi.

Penelitian Hukum untuk Menemukan Asas dan Doktrin Hukum

Sesuai nama yang diberikan kepadanya tipe penelitian hukum

normative ini bertujuan untuk menemukan asas atau doktrin dalam hukum

57

Page 13: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

positif yang berlaku, sehingga penelitian ini sering juga disebut dengan studi

dogmatic atau doctrinal research. Mengingat bahwa objek penelitian adalah

hukum positif yang akan dicari asas atau doktrin hukum yang mendasarinya,

maka penelitian ini akan sangat dipengaruhi oleh konsepsi yang dipergunakan

dalam memandang hukum positif. Jika hukum positif dikonsepsikan sebagai

kaidah tertulis yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki otoritas, maka

asas yang akan dicari adalah pada peraturan perundang-undang tertulis saja.

Demikian pula jika hukum positif dikonsepsikan tidak saja pada aturan tertulis,

maka pencarian asas atau doktrin ditujukan baik terhadap hukum positif

tertulis, maupun tidak tertulis yang tumbuh berkembang dan dipatuhi oleh

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keberlangsungan penelitian

untuk menemukan asas dan doktrin hukum ini sangat didukung oleh selesai

atau tidak selesainya penelitian inventarisasi hukum positif. Langkah awal

yang dilakukan peneliti tipe ini adalah menyelesaikan terlebih dahulu

penelitian inventarisasi hukum positif sesuai konsepsi atas hukum positif yang

dipergunakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil inventarisasi

hukum positif adalah pre-determinan hasil akhir setiap penelitian doctrinal.

Logika penalaran yang dipergunakan dalam analisis penelitian hukum

normative untuk menemukan asas dan doktrin adalah logika induktif. Prosedur

logika dimulai dari pengumpulan hukum positif yang relevan dengan sasaran

penelitian. Selanjutnya dilakukan proses abstraksi dari kadah-kaidah hukum

positif tersebut sehingga ditemukan sebuah pemikiran yang lebih umum, luas,

dan abstrak. Jika hasil abstraksi tidak bisa diabstraksi lebih lanjut, maka hasil

abstraksi tersebutlah yang kemungkinan besar merupakan asas atau doktrin

dari hukum positif yang diteliti.

58

Page 14: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

Untuk memudahkan pemahaman tentang asas, maka ada baiknya

dikekumakan sejumlah contoh yang dikemukan Prof. Mahadi, sebagai berikut :

1. “ kabau tagak, kubang tingga” (kerbau berdiri, kubangan tinggal).

Norma hukum positifnya dapat dikaitkan dengan masalah hak ulayat

yang berbunyi : a. bila seorang warga telah meninggalkan tanah ulayat,

maka tanah tersebut akan kembali kepada kekuasaan persekutuan.

Dengan perkataan lain, apabila seorang warga menggunakan harta

milik umum dan ia meninggalkannya, maka haknya atas harta umum

tersebut diserahkan kepada orang lain. b. dengan demikian, warga lain

dapat meminta kepala persekutuan supaya diberi ijin untuk menguasai

tanah bersangkutan ;

2. “kok lambuik halantak, kok kareh babatu, sawah bapiriang, padang

babintalak” (jika lunal ditanam tonggak, jika keras diberi tanda batu,

sawah berpiring, padang mempunyai batas-batas). Norma hukum yang

dapat dikaitkan dengan asas ini antara lain dalam hukum pertanahan

yang menyatakan tanah yang dikuasai oleh sesorang hendaklah

memiliki batas-batas yang jelas. Oleh karena itu, tanah yang dipintakan

oleh warga masyarakat untuk dikeluarkan sertifikat kepemilikannya,

maka haruslah terlebih dahulu diukur pemerintah batas-batas yang jelas

dari tanah tersebut. ;

3. “togu urat ni tobu, toguan urat ni padan” (kuat urat tebu, lebih kuat lagi

janji yang sudah diberikan). Asas ini dapat dijabarkan dalam sebuah

norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus

ditepati. Hukum positifnya seperti tercantum dalam Pasal 1338 KUH

Perdata bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

59

Page 15: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

4. “ haraouta jak haboh, haraou oh tendong” (harta yang dicari sendiri

boleh habis, harta dikampung tidak). Norma yang terkait dengan asas

ini misalnya harta pencarian terserah pada kekuasaan pemiliknya, harta

kampong, famili keluarga, kembali ke asal. Sedangkan norma hukum

positifnya kira-kira berbunyi “harta pencarian selama perkawinan

penggunaannya ditentukan oleh kehendak suami/istri.”9

Penelitian terhadap Sistimatik Hukum

Penelitian terhadap sistematik hukum dapat dilakukan pada peraturan

perundang-undang atau hukum yang tertulis. Tujuan utama dari tipe penelitian

hukum normative ini adalah untuk mengadakan identifikasi terhadap sejumlah

pengertian-pengertian dasar dalam hukum (peraturan perundang-undangan),

misalnya pengertian masyarakat hukum, objek hukum, subjek hukum,

peristiwa hukum, hak dan kewajiban dan lain sebagainya. Penelitian ini

penting mengingat bahwa masing-masing pengertian dasar tersebut

mempunyai arti tertentu dalam kehidupan hukum

Penelitian terhadap Taraf Sinkronisasi

Penelitian hukum normative tipe pengujian taraf sinkronisasi ditujukan

untuk mengetahui kesesuaian/ kesinkronan substansi yang terkandung dalam

satu peraturan dengan peraturan yang lain yang saling berkaitan, baik yang

sifatnya antar peringkat peraturan maupun antara sesame peraturan yang

berada pada satu peringkat (tingkat). Oleh karena itu, penelitian terhadap

taraf sinkronisasi selalu dibedakan menjadi dua bentuk/ jenis, yakni penelitian

taraf sinkronisasi vertical dan horizontal.

1. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal

9 Mahadi, ”Suatu Perbandingan antara Penelitian Masa Lampau dengan Metode Penelitian Dewasa ini dalam Menemukan Asas-asas Hukum”, Kertas Kerja, 10-13 Nopember, 1980.

60

Page 16: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertical ditujukan untuk menguji

taraf kesinkronan antar peraturan perundang-undangan yang berada pada

level atau peringkat perundang-undangan. Postulat dasar yang dipergunakan

dalam analisis adalah bahwa peraturan yang lebih rendah tingkatnya seharus

substansinya tidak boleh bertentangan dengan peraturan lain yang

peringkatnya lebih tinggi.

Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti harus memahami tentang

tata urutan perundang-undangan yang berlaku. Di Indonesia misalnya TAP

MPR RI No. III Tahun 2000 menetapkan tata urutan peraturan perundang-

undang di mulai dari UUD 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan

Peraturan Daerah. Oleh karena itu substansi sebuah undang-undang tidak

boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, demikian seterusnya.

Penelitian semacam ini sangat berguna terutama untuk menguji keabsahan

substansi peraturan, khususnya pada saat pengujian dalam judicial review di

Mahkamah Agung atau gugatan yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi untuk

menguji substansi sebuah Undang-Undang.

2. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi horizontal

Jika penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertical ditujukan terhadap

substansi peraturan yang berbeda peringkat, maka penelitian taraf

sinkronisasi horizontal ditujukan untuk menguji kesinkronan substansi antar

peraturan yang berada pada posisi/ peringkat yang sama, misalnya antara

sesama Undang-Undang, sesama Peraturan Pemerintah dan seterusnya.

Terlepas dari sub klasifikasi penelitian sinkronisasi tersebut diatas,

maka peneliti yang melakukan penelitian taraf sinkronisasi harus terlebih

dahulu mengetahui informasi tentang isu-isu dari substansi hukum yang akan

diuji taraf sinkronisasinya. Di samping itu, peneliti yang melakukan tipe

61

Page 17: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

penelitian ini harus menguasai metode analisis normative yang menggunakan

pendekatan content analysis (analisis isi). Metode ini sangat berperan dalam

menganalisis substansi masing-masing peraturan yang akan diuji taraf

sinkronisasinya.

Penelitian Perbandingan Hukum

Dalam penelitian hukum metode penelitian perbandingan hukum sering

dipergunakan untuk melihat perbandingan atas penyelesaian atau pengaturan

masalah yang sedang diteliti dalam system hukum atau tata hukum yang lain.

Dengan memperbandingkan hal tersebut peneliti memiliki informasi tentang

masalah yang ingin dipecahkan dalam tinjauan system hukum yang lain.

Penelitian perbandingan hukum sering dilakukan dengan

memperbandingkan unsur-unsur yang terdapat dalam suatu system hukum,

antara lain mencakup : (a) substansi hukum yang mencakup perangkat

peraturan dan perilaku teratur dari masyarakat, (b). struktur hukum,

mencakup lembaga-lembaga hukum, dan (c). budaya hukum mencakup

perangkat nilai yang diyakini dan yang dianut oleh suatu masyarakat hukum

yang mendasari persepsi, pandangan, cita-cita, keinginan dan harapan

masyarakat tersebut terhadap hukum. Adakalanya perbandingan dilakukan

terhadap masing-masing unsur secara sendiri-sendiri atau terpisah, atau

memperbandingkannya secara kumulatif.

Sunaryati Hartono, membagi dua metode penelitian perbandingan

hukum, yakni penelitian perbandingan hukum fungsional dan structural.

Penelitian perbandingan hukum fungsional ditujukan untuk mencari cara

bagaimana suatu peraturan atau pranata hukum dapat menyelesaikan suatu

masalah sosial atau ekonomi, atau bagaimana suatu pranata hukum atau

pengaturan suatu pranata sosial atau ekonomi dapat menghasilkan perilaku

62

Page 18: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

yang diinginkan. Penelitian ini juga dipergunakan untuk meneliti the existing

national law in its day to day practice, and the law in action dari setiap system

atau pranata atau kaidah hukum yang dibandingkan. Dalam kaitan ini, nilai

lebih dari metode ini adalah bahwa ia mencari dan menguji bagaimana suatu

penyelesaian atau peraturan hukum yang diusulkan untuk mengatasi suatu

masalah, sosial, ekonomi, politik dan lainnya itu benar-benar bekerja dan

berfungsi dalam masyarakat. Metode ini juga akan menguji dampak terhadap

berlakunya suatu peraturan atau pranata baru dalam sebuah masyarakat.

Penelitian perbandingan hukum structural atau sistematik terutama

berusaha untuk menyusun suatu system yang dipergunakan sebagai referensi

dalam mengadakan perbandingan-perbandingan. System termaksud dapat

saja berupa system yang konkrit, abstrak, konseptual, terbuka atau tertutup.

Penelitian perbandingan hukum jenis ini digunakan oleh peneliti yang

menganggap bahwa tidaklah mungkin membandingkan dua atau lebih system

hukum dari masyarakat yang berbeda ideology sosial-ekonominya. Oleh

karena itu terlebih dahulu diperlukan pendekatan sistemik yang

memperhatikan interaksi antara hukum dan kondisi sosial ekonomi

setempat.10

Penelitian Sejarah Hukum

Seperti halnya penelitian perbandingan hukum, penelitian sejarah

hukum merupakan suatu metode penelitian hukum. Metode ini berusaha untuk

mengidentifikasi terhadap tahap-tahap perkembangan hukum, yang dapat

dipersempit ruang lingkupnya menjadi sejarah peraturan perundang-

undangan. Selain kajian terhadap sejarah perkembangan, lazimnya juga

10 Sunaryati Hartono, op.cit, Hal. 173-174

63

Page 19: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

diidentifikasi terhadap factor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan

terjadi perubahan atau perkembangan tersebut.11

Penelitian sejaraha hukum sangat mengutamakan validitas dan

keabsahan data yang dijadikan dasar analisis. Dalam penelitian ini sedapat

mungkin dilakukan interaksi antara peneliti dengan saksi-saksi sejarah, atau

terhadap dokumen-dokumen autentik yang dihasilkan oleh para pelaku

sejarah yang sedang diteliti, misalnya arsip-arsip, dokumen-dokumen sidang,

rapat, putusan-putusan pengadilan, dan sebagainya,

Bahan Dasar yang Diteliti dalam Penelitian Hukum Normatif

Pada penelitian hukum normative, bahan pustaka atau data sekunder

merupakan data dasar yang dipergunakan dalam kegiatan penelitian. Data

sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga

meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, sampai kepada dokumen-

dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Dengan adanya data sekunder, maka sebenarnya peneliti tidak perlu

melakukan penelitian sendirian secara langsung terhadap factor-faktor yang

menjadi latar belakang penelitiannya sendiri, karena peneliti terdahulu sudah

membantu melakukan hal tersebut. Namun, meskipun demikian tidaklah

berarti bahwa keberadaan data sekunder menghilangkan berfikir kritis si

peneliti. Data sekunder tetap harus dikritisi, tidak asal diterima. Belum tentu

data sekunder tersebut benar atau akurat. Peneliti seharus tidak boleh

terjebak dengan cara berfikir yang dilakukan penulis sebelumnya, karena

belum tentu cara berfikir yang menghasilkan data sekunder tersebut sesuai

benar dengan maksud atau tujuan peneliti.

Bukanlah hal yang salah seorang peneliti mempertanyakan apakah data

sekunder yang ada tersebut dapat diterima atau tidak, atau 11 Bambang Soenggono, Metode Penelitian Hukum, Rarawali Press, Jakarta, 1998, Hal. 102

64

Page 20: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

memperbandingkan data sekunder dari sejumlah sumber yang berbeda. Hal ini

untuk memastikan data sekunder mana yang lebih dapat dipercaya. Sifat kritis

semacam ini selain dapat menghindari pemakaian data sekunder yang tidak

akurat, dapat juga memberikan masukan pada peneliti terdahulu atau peneliti-

peneliti yang akan datang tentang keabsahan atau keakuratan data sekunder

yang bersangkutan.

PENELITIAN HUKUM NON-NORMATIF/ NON-DOKTRINAL

Pada uraian-uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa perbedaan

konsepsi tentang hukum akan membawa pengaruh pada metode penelitian.

Dalam penelitian hukum normative, hukum selalu dikonsepsikan sebagai

sebuah gejala normative yang bersifat otonom. Seperti dikemukakan oleh

Imanuel Kant bahwa hukum sebagai gejala yang otonom dibentuk berdasarkan

perintah sebuah kaidah yang lebih tinggi demikian seterusnya sampai kepada

kaidah dasar yang disebutnya sebagai ground norm. Dalam perspektif ini

hukum tidak dikaitkan dengan institusi sosial yang secara riil berkaitan dengan

proses pembentukan dan bekerjanya hukum.

Dalam konteks sosio-empirik hukum selalu dikaitkan dengan variable-

variabel sosial lainnya, yang secara riil dipandang berhubungan langsung dan

tidak bisa dipisahkan dengan hukum sebagai kaidah yang berlaku di tengah

masyarakat. Apabila hukum dipandang peneliti sebagai sebuah gejala sosial

yang pembentukannya dan proses berlakunya ditentukan oleh variable-

variabel sosial lainnya, maka jelaslah bahwa penelitian tersebut menggunakan

metode penelitian non normative atau non-dogmatis. Dalam penelitian hukum

kaidah bukan focus utama dari penelitian, akan tetapi perilaku masyarakatlah

yang menjadi focus utama penelitian.

65

Page 21: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

Dalam konteks penelitian hukum empiris, hukum sebagai gejala sosio-

empirik di satu sisi dipandang sebagai independent variable yang

menimbulkan efek pada berbagai kehidupan masyarakat, dan di sisi lain

hukum juga dipandang sebagai dependen variable yang kemunculannya

sebagai hasil dari ragam kekuatan dalam proses sosial. Oleh karena perspektif

yang demikian banyak pakar yang memandang bahwa penelitian hukum sosio-

empirik bukan lagi sebuah penelitian hukum, akan tetapi lebih tepat sebagai

penelitian sosial.

Perbedaan terhadap konsepsi mengenai hukum, akan berpengaruh

pada langkah-langkah metodologis dan analisis data. Jika dalam penelitian

hukum normative langkah-langkah penelitian dan analisis data lebih

ditekankan pada langkah-langkah spekulatif-kontemplatif dengan pendekatan

analisis normative-kualitatif, maka pada penelitian hukum sosio-empirik

langkah-langkah tersebut lebih mengarah pada observasi dengan pendekatan

analisis yang bersifat empiric kuantitatif.

Penelitian empiris yang bertumpu pada kekuatan analisis kuantitatif

mengikuti langkah-langkah penelitian ilmiah secara ketat. Proses logico-

hypothetico-verifikatif diterapkan secara disiplin. Proses perumusan masalah,

penyusunan hipotesis, penyusunan dasar pemikiran untuk menguji hipotesis,

pengumpulan data, verifikasi dan analisis data empiris serta pengujian

hipotesis dilaksanakan secara ketat dan cenderung menjaga disiplin

keterurutannya.

Proses pengumpulan data primer sebagai data dasar, dilakukan

berdasarkan prinsip-prinsip pengumpulan data yang umumnya lebih

menekankan pada model probability sampling secara ketat, yang kemudian

dilanjutkan dengan kegiatan editing, coding, penghitungan frekwensi,

66

Page 22: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

penysunan table sebagai kerangka analisis dan kemudian mengukur derajat

hubungan antar variable penelitian.

Perbedaan Penelitian Hukum Normatif dan Non-normatif

Bertitik tolak pada uraian-uraian tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan secara umum perbedaan antara penelitian hukum normative dan

penelitian hukum non-normative (empiris) :

1. perbedaan konsepsi tentang hukum

Pada penelitian hukum normative/ dogmatic hukum dikonsepsikan

sebagai gejala normative yang bersifat otonom dan tidak dikaitkan dengan

variable-variabel sosial lainnya, baik dalam pembentukan maupun proses

bekerjanya hukum. Sedangkan dalam penelitian hukum empiris hukum

dikonsepsikan sebagai sebuah gejala sosial yang dipengaruhi oleh variable-

variabel sosial lainnya dan sekaligus merupakan determinant mempengaruhi

perilaku individu atau kelompok masyarakat kearah prilaku yang lebih

diinginkan.

2. perbedaan analisis

Penelitian hukum normative/ dogmatis lebih mengarah pada langkah-

langkah spekulatif-kontemplatif dengan model analisis normative- kualitatif,

sedangkan penelitian hukum empiris lebih menekankan pada langkah-langkah

observasi dengan model analisis empiric-kuantitatif.

3. perbedaan data dasar ;

Penelitian hukum normative/ dogmatic umumnya lebih mengutamakan

data sekunder, khususnya bahan hukum primer, sebagai data dasar penelitian,

sedangkan penelitian hukum empiris/ non-normatif lebih menjadikan data-data

primer sebagai data dasar penelitian. Oleh karena data primerlah yang dapat

67

Page 23: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

menggambarkan prilaku individu atau kelompok sebagai sasaran penelitian

dalam penelitian hukum empiris.

4. perbedaan tentang keutamaan tehnik pengumpulan data

Perbedaan ini terkait dengan perbedaan tentang data dasar yang

diutamakan dalam penelitian. Oleh karena penelitian hukum normative lebih

mengutamakan data sekunder, maka tipe penelitian ini lebih mengutamakan

tehnik pengumpulan data dalam bentuk studi literature atau studi pustaka.

Namun meskipun demikian, penelitian hukum normative juga memerlukan

tehnik pengumpulan data empiris, khususnya untuk menggambarkan perilaku

verbal, seperti wawancara. Di sisi lain, penelitian hukum empiris lebih

mengutama data rimer sebagai data dasar, maka tehnik pengumpulan data

lebih mengutamakan tehnik pengumpulan data lapangan, seperti observasi,

survey, angket atau kuesioner dan wawancara.

Terkait dengan perbedaan keutamaan tehnik pengumpulan data dan

analisis, dapat pula dikemukakan perbedaan lainnya yakni tentang prosedur

penentuan sampling. Penelitian hukum normative yang menggunakan analisis

kualitatif umumnya mengutamakan tehnik penetapan sampling dalam bentuk

non-probability sampling seperti purposive sampling, sedangkan penelitian

hukum empiris lebih mengutamakan tehnik probability sampling.

5. perbedaan design penelitian

Perbedaan ini juga terkait erat dengan metode analisis data. Penelitian

hukum normative yang menggunakan metode analisis kualitatif memiliki

design penelitian yang lebih fleksibel. Design yang demikian mengijinkan

perubahan design penelitian ditengah perjalanan penelitian, apabila peneliti

menemukan adanya hal-hal yang spesifik dan lebih penting dari perkiraan

68

Page 24: MATERI – 3 - Fiat Justitia, Et Pereat Mundus | … · Web viewAsas ini dapat dijabarkan dalam sebuah norma dalam hukum perjanjian yang menyatakan bahwa janji harus ditepati. Hukum

Metode Penelitian Hukum

yang disusun dalam design awal. Dalam design yang demikian juga

memungkinkan bahwa pengumpulan data dan analisis dilakukan secara

bersamaan sepanjang penelitian.

Penelitian hukum empiris, yang lebih mengarah pada penelitian sosial,

yang umumnya banyak menggunakan metode analisis kuantitatif memiliki

design penelitian yang ketat. Langkah-langkah dalam penelitian ilmiah

dilakukan secara teratur dan disiplin. Ketepatan design penelitian akan sangat

menentukan keberhasilan penelitian, misalnya jika dasar teori yang

dipergunakan keliru, atau hipotesis keliru atau kerangka pemikiran untuk

menguji hipotesis tidak tepat, maka kesimpulan penelitian juga semakin jauh

dari mendekati kebenaran.

69