materi fisika

32
Memberikan sedikit penjelasan tentang apa dan bagaimana pembelajaran problem posing itu sendiri. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran (observer) dan hasil pengisian lembar keluhan oleh siswa secara umum kekurangan yang di sarankan siswa selama proses pembalajaran dalam siklus I ini antara lain 1) Proses pemberian materi yang terlalu cepat 2)Pengenalan konsep yang kurang termasuk penggunaan alat dala pratiku 3)Waktu pelaksanaan pratikum kurang, sehingga masing-masing anggota dalam kelompok belum dapat mengerti 4)Guru kadang hanya fokus pada kelompok yang di bimbing dan tidak menjangkau seluruh kelas. Melihat kekurangan-kekurangan yang dirasakan siswa pada siklus l di atas maka di lakukan perbaikan (revisi) pada siklus II, baik dalam 66

Upload: renal-ren-fairyscarlet

Post on 21-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tentang materi di fisika

TRANSCRIPT

Memberikan sedikit penjelasan tentang apa dan bagaimana pembelajaran

problem posing itu sendiri.

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran (observer) dan hasil

pengisian lembar keluhan oleh siswa secara umum kekurangan yang di

sarankan siswa selama proses pembalajaran dalam siklus I ini antara lain

1) Proses pemberian materi yang terlalu cepat

2) Pengenalan konsep yang kurang termasuk penggunaan alat dala pratiku

3) Waktu pelaksanaan pratikum kurang, sehingga masing-masing anggota

dalam kelompok belum dapat mengerti

4) Guru kadang hanya fokus pada kelompok yang di bimbing dan tidak

menjangkau seluruh kelas.

Melihat kekurangan-kekurangan yang dirasakan siswa pada siklus l

di atas maka di lakukan perbaikan (revisi) pada siklus II, baik dalam

rencana pelaksanaan tindakan untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Beberapa dianataranya adalah :

1. Pemberian materi tidak terlalu cepat dan dalam tempo bisa di mengerti

siswa,

2. Penyajian konsep dan pengenalan alat-alat yang di gunkan lebih di

fokuskan guru sehingga semua sisiwa dapat mengetahui dengan baik,

3. Menambahkan waktu pelaksanaan praktikum dan semua siswa di

bimbing sehingga masing-masing anggota dalam kelompok tersebut

mendapat tugas dan aktif,

4. Guru sebisa mungkin menguasai seluruh kelas,tidak hanya berfokus

pada satu atau bberapa kelompok.

66

Selanjutnya menghadapi sikap siswa yang cenderung pasif guru

kemudian memberikan penekanan pada siswa bahwa nilai yang di berikan guru

tidak hanya memperhatikan tes yang di berikan, namun juga memperhatikan

tingkat permasalahan tingkat pemahaman siswa dalam mengajukan

pertanyaan dan jawaban dari pertanyaan tersebut, keaktifan melakukan

praktek serta sikap mereka dalam tiap kegiatan pembelajaran.

b. Hasil refleksi pada siklus II

kalau pada siklus I siswa di bagi menjadi 8 kelompok, maka tidak

berbeda

dengan siklus II. Namun telah di lakukan perbaikan dari kekurangan

sebelumnya

karena keterbatasan alat maka kelompok secara bergantian dalam

memecahkan masalah. Hanya saja dalam setiap kelompok di buat berhadapa

sehingga ketika kelompo yang 1 di bimbing maka kelompok lain juga ikut

memperhaatikan guru ketika membimbing sehingga akan lebih siap dalam

memecahkan masalah. Waktu pelaksanaan peraktek dan alat yang di gunakan

untuk tiap kelompok juga ditambah walaupun belum mewakili semua

kelompok sehingga masing-masing siswa mendapat giliran dan dapat mengerti.

Siswa yang mengajukan pendapat dan menjawab pertanyaan hingga

mengajukan masalah baru juga meningkat. Disisni terlihat adanya keaktifan

siswa dalam memecahkan masalah sehingga memungkinkan hasil yang dicapai

67

meningkat. Dari hasil refleksi siklus l sebagai penyempurnaan dalam siklus ll,

maka siklus ll diperoleh sekor rata-rata menjadi 74,33 dari skor rata-rata 64,10

pada siklus sebelumnya. Hal tersebut disebabkan karena siswa lebih terbiasa

dan dapat menerima dengan baik pembelajaran Fisika dengan model

problemposing terbiasa melakukan pratikum dalam menyelesaikan masalah

yang menuntut kreativitas dan kreatifan siswa.

B. pembahasan

Hasil analisis deskritif memperlihatkan gambar bahwa terdapat

beberapa

peningkatan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah Fisika dengan

problem posing. Pada umumnya mereka sangat senang karena problem posing

merupakan hal yang baru didapatkan selama proses pembelajaran selama ini,

apalagi dirangkaikan dengan praktikum yang melibatkan semua siswa. Tentu

menjadi suatu motivasi tersendiri bagi siswa yang selama ini belum mereka

lakukan.

68

Berdasarkan hasil analisis data pada siklus l dan siklus ll, maka

ditemukan upaya peningkatan kemampuan siswa dalam memecah masalah

pada pembelajaran Fisika dengan menggunakan pembelajaran model problem

posing. Hal ini terlihat jelas pada hasil yang dicapai pada siklus l sampai pada

siklus ll. Dimana sekor rata-rata pada siklus l yaitu 64,10 yang dikategorikan

sedang, dan pada siklus ll yaitu 74,33 yang dikategorikan tinggi. Ditinjau dari

segi ketuntasan minimal berdasarkan kompetensi dasar SMK Negari 1

Purwakarta yaitu 65. Hasil tes pada siklus l menunjukan skor pemecah masalah

Fisika siswa berkisar 57,14%, maka dikatakan bahwa keberhasialan siswa

terhadap pembelajaran model problem posing pada siklus l belum tercapai

karena jumlah siswa yang mencapai KKM dibawah 85% dari jumlah seluruh

siswa. Sedangkan pada sikllus ll, tes kemampuan pemecahan masalah Fisika

melalui pembelajaran model problem posing mencapai presentase 85,71%.

Dengan pressentase tersebut pada siklus ll ketuntasan belajar Fisika melalui

pembelajaran dengan model problem posing meningkat. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pada siklus ll terjadi peningkatan pemecahan masalah

Fisika siswa yang ditandai oleh ketuntasan belajar meningkat dari 57,14%

menjadi 85,71% sehingga peninggkatan ketuntasan belajar mencapai 28,57%.

Akibat pemberian tindakan pada kedua siklus, terlihat bahwa kemapuan

pemecah masalah Fisika aiawa kelas X TSM SMK Negri 1 Purwakarta

mengalami peningkatan. Baik dari sekor tes pemecahan masalah, skor rata-

rata standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) berdasarkan kompetensi dasar

SMK Negri 1 Purwakarta.

69

Hasil ini dikarenakan pembelajaran model problem posing yang

diterapkan (a) melatih siswa untuk membentuk soal/merumuskan masalah dn

memecahkan masalah tersebut serta bagaimana siswa bekejasama khususnya

dalam pratikum. Cara ini sangat efektif karena memberikan wawasan berfikir

bagi siswa untuk bernalar, berinteraksi dan berkreasi dalam mengiikuti

pembelajaran sedangkan pembelajaran konversional menitikberatkan pada

ranah kognitif ingatan siswa tanpa adanya analisis akan sesuatu permasalahan.

(b) mereupakan permasalahan yang berpusat pada peserta didik,

pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta

didik adalah pemegang peran dalam proses pembelajaran. (c) mengaktifkan

peserta didik, menjadi kegiatan belajar dilakukan secara keritik dan analitik,

motivasi belajar relatif tinggi dan hanya berperan sebagai pasilisator.

Dengan demikian berdasarkan analisis data secara kuantitatif yang

diperoleh dari hail penelitian menujukan bahwa upaya yang dilakukan oleh

guru atau cara meningkatkan kemempuan pemecahan masalah Fisika siswa

melalui model pengajaran problem posing sudah dapat dikatakan berhasil.

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan observasi dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa

1. Secara kuantitatif, terjadi peningkatan kemamuan

memecahkan masalah Fisika siswa kelas X TSM SMK Negeri 1

Purwakarta tahun ajaran 2013/2014 melalui pembelajaran

dengan model problem posing.

2. Secara kualitatif, terjadi peningkatan rata-rata presentase

siswa kelas X TSM SMK Negeri 1 Purwakarta tahun ajaran

2013/2014

3. yang melakukan perilakku positif dari siklus l ke siklus ll.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh

dari penelitian ini, maka penulis mengajukan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Guru sebagai pemegang kendali dalam proses belajar mengajar

diharapkan dalam melaksanakan pengajaran sebaiknya

menggunakan pembelajaran model problem posing.

71

2. Diharapkan kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian

serupa atau penelitan serupa atau penelitian yang merupakan

lanjutan dari penelitian ini

dalam fase yang lebih luas dan waktu yang yang lebih banyak

sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

72

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi 2002. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan (edisi revisi).

Jakarta : Bumi aksara.

Dimyati, mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Bandung : Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses belajar mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Hudoyo.

Herman. 2005. Strategi mengajar. Malang : IKIP Malang.

Iskandar, Srim. M. 2002, proceeding 270-276. Penerapan teknik problem

posing (penyajian masalah) Dalam pembelajaran kimia SMU.

Makalah disajikan dalam Nasional Science Education Seminar 5

Agustus 2002. Di UNM-Malang : JICA-IMSTEP FMIPA UM.

Kasiati. 2008. Pemahaman Matematika Dengan Problem Posing. Portai

Pendidikan SMU [www.smu-net.com].htm. download 21 Februari

2008.

Pusat kurikulum BALITBANG. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan

(KTSP). Jakarta : DEPDIKNAS.

Sugianto, Erman, dkk. 2013. Startegi Pembelajaran Kontemporer.

Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

73

Suryanto, 1998. Problem posing dalam pembelajaran Fisika. Yogyakarta :

Kanisius.

Wiriaatmadja, Rochianti. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Remaja

Rosdakarya : Bandung.

74

75

Lampiran 1

Skor Hasil Tes Pemecahan Masalah Fisika Siklus l

NO NIS SKOR/NILAI

1 101318351 69

2 101318352 80

3 101318353 74

4 101318354 65

5 101318355 75

6 101318356 63

7 101318357 69

8 101318358 81

9 101318359 79

10 101318360 50

11 101318361 57

12 101318362 69

13 101318363 64

14 101318364 67

15 101318365 36

16 101318366 66

17 101318367 66

18 101318368 50

19 101318369 49

20 101318370 60

21 101318371 56

22 101318372 59

23 101318373 40

24 101318374 64

25 101318375 77

26 101318376 73

27 101318377 77

28 101318378 83

29 101318379 57

30 101318380 73

31 101318381 50

32 101318382 65

33 101318383 50

34 101318384 58

35 101318385 65

36 101318386 65

37 101318387 50

38 101318388 83

39 101318389 40

40 101318390 74

41 101318391 79

42 101318392 65

Jumlah 2682

Rata – Rata 64,10

Skor Tertinggi 83

Skor Terendah 36

Standar Deviasi 12,11

Lampiran 2

Skor Hasil Tes Pemecahan Masalah Fisika Siklus ll

NO NIS SKOR/NILAI

1 101318351 78

2 101318352 92

3 101318353 88

4 101318354 78

5 101318355 86

6 101318356 80

7 101318357 85

8 101318358 88

9 101318359 80

10 101318360 57

11 101318361 70

12 101318362 70

13 101318363 80

14 101318364 87

15 101318365 55

16 101318366 70

17 101318367 66

18 101318368 68

19 101318369 70

20 101318370 65

21 101318371 87

22 101318372 65

23 101318373 64

24 101318374 65

25 101318375 89

26 101318376 80

27 101318377 70

28 101318378 82

29 101318379 65

30 101318380 80

31 101318381 57

32 101318382 87

33 101318383 65

34 101318384 80

35 101318385 70

36 101318386 65

37 101318387 58

38 101318388 88

39 101318389 62

40 101318390 80

41 101318391 70

42 101318392 79

Jumlah 3122

Rata – Rata 74,33

Skor Tertinggi 92

Skor Terendah 55

Standar Deviasi 10,331

Lampiran 3

TES SIKLUS I

Petunjuk :

1. Tulislah Nama dan NIS anda pada lembar jawaban

2. Jawablah terlebih dahulu soal yang anggap lebih mudah

3. Periksa embali pekerjaan anda sebelum mengumpulkannya

SOAL-SOAL :

1. Perhatikan susunan alat ukur clan lampu berikut ini :

Pada rangkaina tersebut terdapat sebuah lampu, sebuah amperemeter

dan sebuah voltmeter. Tunjukkan dengan benar cara penempatan

ketiganya pada kedua rangkaian tersebut.

2. Mengapa dalam mengukur arus listrik, alat ukur yang dipakai adalah

ampremeter ? Begitu pula untuk mengukur tegangan yang dipakai

adalah voltmeter!

3. Jika pada suatu pengukur menggunakan ampremeter menunjukkan

skala 30 pada batas ukur 5 A, ternyata Dian memperoleh hasil 3,00 Ohm.

Akan tetapi Aldi mendapatkan hasil 1,5 Ohm. Manakah dari hasil

1

2 3

b

1

23

a

pengukuran kedua orang tersebut yang anda anggap benar ? Jelaskan

jawaban anda.

4. Sebuah lampu pijar dihubungkan ke sebuah batrai dengan ggl 10 Volt,

Sehingga kuat arus yang dihasilkan 10 mA. Ketika lampu pijar

dihubungkan ke suplay 220 Volt, kuat arus menjadi 50 mA. Apakah

hukum Ohm dipatuhi dalam kasus ini ? jika tidak, jelaskan mengapa.

5. Dalam suatu percobaan menggunakan dua buah baterai, satu bohlam

dipasang secara seri, dan dihubungkan oleh kawat penghantar.

Bagaimana keadaan nyala lampu ketika kumparan kawat tersebut

dipanaskan oleh lilin sampai berpijar merah ? Jelaskan.

6. Untuk mengurangi kebesarannya arus listrik yang lewat, Adi membeli

kabel yang diameternya lebih besar dari yang dia gunakan sebelumnya.

Apakah hal tersebut mungkin ? Jelaskan jawaban anda!

7. Jelaskan apa yang terjadi dengan lampu identik X dan Y pada gambar di

samping ketia

a. Hanya sakelas S1 ditutup

b. Hanya sakelar S2 ditutup

c. Sakelar S1 dan S2 ditutup

8. Perhatikan gambar berikut ini

I1

P

Q

Jika dalam rangkaian tersebut ditambahkan lagi 2 buah hambatan pada

Titik PQ, apakah jumlah arus yang keluar dari titik cabang Q tetap sama

dengan arus yang masuk dititk P ? Gambarkan model rangkaiannya dan

rumuskan pernyataan Fisika yang digunakan!

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) Nomor 8

Satuan Pendidikan : SMK

Mata Pelajaran : FISIKA

Kelas/Semester : X / 1

Materi Pembelajaran : Arus Listrik Statis

Alokasi Waktu : 6 x 45 menit

Standar Kompetensi

3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari

Kompetensi Dasar

3.1 Mendeskripsikan muatan listrik untuk memahami gejala-gejala

statis & hubungannya dengan kehidupan sehari – hari.

1. Indikator

1. Menyebutkan jenis muatan listrik

2. Menjelaskan beda dapat bermuatan listrik bila diperlukan dengan

cara tertentu

3. Memberi contoh peristiwa yang menghasilkan benda yang

bermuatan listrik dan menunjukkan sifat ini

2. Materi Pembelajaran : Arus Listrik Statis

3. Uraian Materi Pembelajaran

1. Memberi muatan listrik dengan cara :

a. Menggosok

b. Induksi

c. Dialiri listrik searah

2. Sifat Muatan Listrik

3. Hukum Coulomb

4. Strategi Pembelajaran

1. Pertemuan Pertama

a. Kegiatan Awal

a) Memberi salam

b) Memberi motivasi & mengabsen kehadiran siswa

c) Motivasi dan apresiasi : mengapa timbulnya halilintar pada

alam semesta

Motivasi : Guru mengajukan pertanyaan :

Mengapa bulu – bulu kaki terasa seperti berdiri ketika berdekatan

dengan baju yang habis digosok

Mengapa sobekan kertas dapat ditarik oleh penggaris plastik yang

telah digosok

Persyaratan * Teori atom

* Atom senantiasa bergerak

b. Kegiatan Inti

Siswa membentuk kelompok untuk mendemonstrasikan efek

ML statis.

Tiap kelompok siswa diminta membuat kesimpulan dari

percobaan tersebut.

c. Kegiatan Penutup

Melakukan diskusi,guru membimbing untuk menyimpulkan ML,cara –

cara ML,definisi isolator,konduktor & semi konduktor.

2. Pertemuan kedua

a. Pendahuluan

Motivasi : Guru mengajukan pertanyaan :

- Mengapa sobekan – sobekan kertas yang dapat ditarik oleh

plastik yang digosok dikatakan bahwa kertas terjadi

pemisahan muatan ?

- Apa yang terjadi jika 2 benda bermuatan listrik didekatkan ?

Persyaratan

a. Benda yang digosok bisa merbuatan listrik

b. Plastik digosok kain wol akan ber ML (-)

c. Kaca yang digosok dengan kain sutera akan ber ML (+)

b. Kegiatan Inti

Siswa membentuk kelompok untuk percobaan menunjukkan

interaki antar 2 benda ber ML

Tiap kelompok siswa diminta membuat kesimpulan dari

percobaan tersebut

c. Kegiatan Penutup

Melalui diskusi guru membimbing untuk menyimpulkan

Tolak Menolak

1. Sifat ML

Tarik Menarik

2. Pemisahan muatan pada benda yang semula netral setelah

didekatkan benda bermuatan menunjukkan bukti bahwa ML sejenis

tolak menolak dan muatan listrik tidak sejenis akan tarik menarik.