materi fisika
DESCRIPTION
Tentang materi di fisikaTRANSCRIPT
Memberikan sedikit penjelasan tentang apa dan bagaimana pembelajaran
problem posing itu sendiri.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran (observer) dan hasil
pengisian lembar keluhan oleh siswa secara umum kekurangan yang di
sarankan siswa selama proses pembalajaran dalam siklus I ini antara lain
1) Proses pemberian materi yang terlalu cepat
2) Pengenalan konsep yang kurang termasuk penggunaan alat dala pratiku
3) Waktu pelaksanaan pratikum kurang, sehingga masing-masing anggota
dalam kelompok belum dapat mengerti
4) Guru kadang hanya fokus pada kelompok yang di bimbing dan tidak
menjangkau seluruh kelas.
Melihat kekurangan-kekurangan yang dirasakan siswa pada siklus l
di atas maka di lakukan perbaikan (revisi) pada siklus II, baik dalam
rencana pelaksanaan tindakan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Beberapa dianataranya adalah :
1. Pemberian materi tidak terlalu cepat dan dalam tempo bisa di mengerti
siswa,
2. Penyajian konsep dan pengenalan alat-alat yang di gunkan lebih di
fokuskan guru sehingga semua sisiwa dapat mengetahui dengan baik,
3. Menambahkan waktu pelaksanaan praktikum dan semua siswa di
bimbing sehingga masing-masing anggota dalam kelompok tersebut
mendapat tugas dan aktif,
4. Guru sebisa mungkin menguasai seluruh kelas,tidak hanya berfokus
pada satu atau bberapa kelompok.
66
Selanjutnya menghadapi sikap siswa yang cenderung pasif guru
kemudian memberikan penekanan pada siswa bahwa nilai yang di berikan guru
tidak hanya memperhatikan tes yang di berikan, namun juga memperhatikan
tingkat permasalahan tingkat pemahaman siswa dalam mengajukan
pertanyaan dan jawaban dari pertanyaan tersebut, keaktifan melakukan
praktek serta sikap mereka dalam tiap kegiatan pembelajaran.
b. Hasil refleksi pada siklus II
kalau pada siklus I siswa di bagi menjadi 8 kelompok, maka tidak
berbeda
dengan siklus II. Namun telah di lakukan perbaikan dari kekurangan
sebelumnya
karena keterbatasan alat maka kelompok secara bergantian dalam
memecahkan masalah. Hanya saja dalam setiap kelompok di buat berhadapa
sehingga ketika kelompo yang 1 di bimbing maka kelompok lain juga ikut
memperhaatikan guru ketika membimbing sehingga akan lebih siap dalam
memecahkan masalah. Waktu pelaksanaan peraktek dan alat yang di gunakan
untuk tiap kelompok juga ditambah walaupun belum mewakili semua
kelompok sehingga masing-masing siswa mendapat giliran dan dapat mengerti.
Siswa yang mengajukan pendapat dan menjawab pertanyaan hingga
mengajukan masalah baru juga meningkat. Disisni terlihat adanya keaktifan
siswa dalam memecahkan masalah sehingga memungkinkan hasil yang dicapai
67
meningkat. Dari hasil refleksi siklus l sebagai penyempurnaan dalam siklus ll,
maka siklus ll diperoleh sekor rata-rata menjadi 74,33 dari skor rata-rata 64,10
pada siklus sebelumnya. Hal tersebut disebabkan karena siswa lebih terbiasa
dan dapat menerima dengan baik pembelajaran Fisika dengan model
problemposing terbiasa melakukan pratikum dalam menyelesaikan masalah
yang menuntut kreativitas dan kreatifan siswa.
B. pembahasan
Hasil analisis deskritif memperlihatkan gambar bahwa terdapat
beberapa
peningkatan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah Fisika dengan
problem posing. Pada umumnya mereka sangat senang karena problem posing
merupakan hal yang baru didapatkan selama proses pembelajaran selama ini,
apalagi dirangkaikan dengan praktikum yang melibatkan semua siswa. Tentu
menjadi suatu motivasi tersendiri bagi siswa yang selama ini belum mereka
lakukan.
68
Berdasarkan hasil analisis data pada siklus l dan siklus ll, maka
ditemukan upaya peningkatan kemampuan siswa dalam memecah masalah
pada pembelajaran Fisika dengan menggunakan pembelajaran model problem
posing. Hal ini terlihat jelas pada hasil yang dicapai pada siklus l sampai pada
siklus ll. Dimana sekor rata-rata pada siklus l yaitu 64,10 yang dikategorikan
sedang, dan pada siklus ll yaitu 74,33 yang dikategorikan tinggi. Ditinjau dari
segi ketuntasan minimal berdasarkan kompetensi dasar SMK Negari 1
Purwakarta yaitu 65. Hasil tes pada siklus l menunjukan skor pemecah masalah
Fisika siswa berkisar 57,14%, maka dikatakan bahwa keberhasialan siswa
terhadap pembelajaran model problem posing pada siklus l belum tercapai
karena jumlah siswa yang mencapai KKM dibawah 85% dari jumlah seluruh
siswa. Sedangkan pada sikllus ll, tes kemampuan pemecahan masalah Fisika
melalui pembelajaran model problem posing mencapai presentase 85,71%.
Dengan pressentase tersebut pada siklus ll ketuntasan belajar Fisika melalui
pembelajaran dengan model problem posing meningkat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada siklus ll terjadi peningkatan pemecahan masalah
Fisika siswa yang ditandai oleh ketuntasan belajar meningkat dari 57,14%
menjadi 85,71% sehingga peninggkatan ketuntasan belajar mencapai 28,57%.
Akibat pemberian tindakan pada kedua siklus, terlihat bahwa kemapuan
pemecah masalah Fisika aiawa kelas X TSM SMK Negri 1 Purwakarta
mengalami peningkatan. Baik dari sekor tes pemecahan masalah, skor rata-
rata standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) berdasarkan kompetensi dasar
SMK Negri 1 Purwakarta.
69
Hasil ini dikarenakan pembelajaran model problem posing yang
diterapkan (a) melatih siswa untuk membentuk soal/merumuskan masalah dn
memecahkan masalah tersebut serta bagaimana siswa bekejasama khususnya
dalam pratikum. Cara ini sangat efektif karena memberikan wawasan berfikir
bagi siswa untuk bernalar, berinteraksi dan berkreasi dalam mengiikuti
pembelajaran sedangkan pembelajaran konversional menitikberatkan pada
ranah kognitif ingatan siswa tanpa adanya analisis akan sesuatu permasalahan.
(b) mereupakan permasalahan yang berpusat pada peserta didik,
pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta
didik adalah pemegang peran dalam proses pembelajaran. (c) mengaktifkan
peserta didik, menjadi kegiatan belajar dilakukan secara keritik dan analitik,
motivasi belajar relatif tinggi dan hanya berperan sebagai pasilisator.
Dengan demikian berdasarkan analisis data secara kuantitatif yang
diperoleh dari hail penelitian menujukan bahwa upaya yang dilakukan oleh
guru atau cara meningkatkan kemempuan pemecahan masalah Fisika siswa
melalui model pengajaran problem posing sudah dapat dikatakan berhasil.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan observasi dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa
1. Secara kuantitatif, terjadi peningkatan kemamuan
memecahkan masalah Fisika siswa kelas X TSM SMK Negeri 1
Purwakarta tahun ajaran 2013/2014 melalui pembelajaran
dengan model problem posing.
2. Secara kualitatif, terjadi peningkatan rata-rata presentase
siswa kelas X TSM SMK Negeri 1 Purwakarta tahun ajaran
2013/2014
3. yang melakukan perilakku positif dari siklus l ke siklus ll.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh
dari penelitian ini, maka penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Guru sebagai pemegang kendali dalam proses belajar mengajar
diharapkan dalam melaksanakan pengajaran sebaiknya
menggunakan pembelajaran model problem posing.
71
2. Diharapkan kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian
serupa atau penelitan serupa atau penelitian yang merupakan
lanjutan dari penelitian ini
dalam fase yang lebih luas dan waktu yang yang lebih banyak
sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, suharsimi 2002. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan (edisi revisi).
Jakarta : Bumi aksara.
Dimyati, mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Bandung : Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses belajar mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Hudoyo.
Herman. 2005. Strategi mengajar. Malang : IKIP Malang.
Iskandar, Srim. M. 2002, proceeding 270-276. Penerapan teknik problem
posing (penyajian masalah) Dalam pembelajaran kimia SMU.
Makalah disajikan dalam Nasional Science Education Seminar 5
Agustus 2002. Di UNM-Malang : JICA-IMSTEP FMIPA UM.
Kasiati. 2008. Pemahaman Matematika Dengan Problem Posing. Portai
Pendidikan SMU [www.smu-net.com].htm. download 21 Februari
2008.
Pusat kurikulum BALITBANG. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan
(KTSP). Jakarta : DEPDIKNAS.
Sugianto, Erman, dkk. 2013. Startegi Pembelajaran Kontemporer.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
73
Suryanto, 1998. Problem posing dalam pembelajaran Fisika. Yogyakarta :
Kanisius.
Wiriaatmadja, Rochianti. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Remaja
Rosdakarya : Bandung.
74
Lampiran 1
Skor Hasil Tes Pemecahan Masalah Fisika Siklus l
NO NIS SKOR/NILAI
1 101318351 69
2 101318352 80
3 101318353 74
4 101318354 65
5 101318355 75
6 101318356 63
7 101318357 69
8 101318358 81
9 101318359 79
10 101318360 50
11 101318361 57
12 101318362 69
13 101318363 64
14 101318364 67
15 101318365 36
16 101318366 66
17 101318367 66
18 101318368 50
19 101318369 49
20 101318370 60
21 101318371 56
22 101318372 59
23 101318373 40
24 101318374 64
25 101318375 77
26 101318376 73
27 101318377 77
28 101318378 83
29 101318379 57
30 101318380 73
31 101318381 50
32 101318382 65
33 101318383 50
34 101318384 58
35 101318385 65
36 101318386 65
37 101318387 50
38 101318388 83
39 101318389 40
40 101318390 74
41 101318391 79
42 101318392 65
Jumlah 2682
Rata – Rata 64,10
Skor Tertinggi 83
Skor Terendah 36
Standar Deviasi 12,11
Lampiran 2
Skor Hasil Tes Pemecahan Masalah Fisika Siklus ll
NO NIS SKOR/NILAI
1 101318351 78
2 101318352 92
3 101318353 88
4 101318354 78
5 101318355 86
6 101318356 80
7 101318357 85
8 101318358 88
9 101318359 80
10 101318360 57
11 101318361 70
12 101318362 70
13 101318363 80
14 101318364 87
15 101318365 55
16 101318366 70
17 101318367 66
18 101318368 68
19 101318369 70
20 101318370 65
21 101318371 87
22 101318372 65
23 101318373 64
24 101318374 65
25 101318375 89
26 101318376 80
27 101318377 70
28 101318378 82
29 101318379 65
30 101318380 80
31 101318381 57
32 101318382 87
33 101318383 65
34 101318384 80
35 101318385 70
36 101318386 65
37 101318387 58
38 101318388 88
39 101318389 62
40 101318390 80
41 101318391 70
42 101318392 79
Jumlah 3122
Rata – Rata 74,33
Skor Tertinggi 92
Skor Terendah 55
Standar Deviasi 10,331
Lampiran 3
TES SIKLUS I
Petunjuk :
1. Tulislah Nama dan NIS anda pada lembar jawaban
2. Jawablah terlebih dahulu soal yang anggap lebih mudah
3. Periksa embali pekerjaan anda sebelum mengumpulkannya
SOAL-SOAL :
1. Perhatikan susunan alat ukur clan lampu berikut ini :
Pada rangkaina tersebut terdapat sebuah lampu, sebuah amperemeter
dan sebuah voltmeter. Tunjukkan dengan benar cara penempatan
ketiganya pada kedua rangkaian tersebut.
2. Mengapa dalam mengukur arus listrik, alat ukur yang dipakai adalah
ampremeter ? Begitu pula untuk mengukur tegangan yang dipakai
adalah voltmeter!
3. Jika pada suatu pengukur menggunakan ampremeter menunjukkan
skala 30 pada batas ukur 5 A, ternyata Dian memperoleh hasil 3,00 Ohm.
Akan tetapi Aldi mendapatkan hasil 1,5 Ohm. Manakah dari hasil
1
2 3
b
1
23
a
pengukuran kedua orang tersebut yang anda anggap benar ? Jelaskan
jawaban anda.
4. Sebuah lampu pijar dihubungkan ke sebuah batrai dengan ggl 10 Volt,
Sehingga kuat arus yang dihasilkan 10 mA. Ketika lampu pijar
dihubungkan ke suplay 220 Volt, kuat arus menjadi 50 mA. Apakah
hukum Ohm dipatuhi dalam kasus ini ? jika tidak, jelaskan mengapa.
5. Dalam suatu percobaan menggunakan dua buah baterai, satu bohlam
dipasang secara seri, dan dihubungkan oleh kawat penghantar.
Bagaimana keadaan nyala lampu ketika kumparan kawat tersebut
dipanaskan oleh lilin sampai berpijar merah ? Jelaskan.
6. Untuk mengurangi kebesarannya arus listrik yang lewat, Adi membeli
kabel yang diameternya lebih besar dari yang dia gunakan sebelumnya.
Apakah hal tersebut mungkin ? Jelaskan jawaban anda!
7. Jelaskan apa yang terjadi dengan lampu identik X dan Y pada gambar di
samping ketia
a. Hanya sakelas S1 ditutup
b. Hanya sakelar S2 ditutup
c. Sakelar S1 dan S2 ditutup
8. Perhatikan gambar berikut ini
I1
P
Q
Jika dalam rangkaian tersebut ditambahkan lagi 2 buah hambatan pada
Titik PQ, apakah jumlah arus yang keluar dari titik cabang Q tetap sama
dengan arus yang masuk dititk P ? Gambarkan model rangkaiannya dan
rumuskan pernyataan Fisika yang digunakan!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) Nomor 8
Satuan Pendidikan : SMK
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/Semester : X / 1
Materi Pembelajaran : Arus Listrik Statis
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Standar Kompetensi
3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskripsikan muatan listrik untuk memahami gejala-gejala
statis & hubungannya dengan kehidupan sehari – hari.
1. Indikator
1. Menyebutkan jenis muatan listrik
2. Menjelaskan beda dapat bermuatan listrik bila diperlukan dengan
cara tertentu
3. Memberi contoh peristiwa yang menghasilkan benda yang
bermuatan listrik dan menunjukkan sifat ini
2. Materi Pembelajaran : Arus Listrik Statis
3. Uraian Materi Pembelajaran
1. Memberi muatan listrik dengan cara :
a. Menggosok
b. Induksi
c. Dialiri listrik searah
2. Sifat Muatan Listrik
3. Hukum Coulomb
4. Strategi Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
a) Memberi salam
b) Memberi motivasi & mengabsen kehadiran siswa
c) Motivasi dan apresiasi : mengapa timbulnya halilintar pada
alam semesta
Motivasi : Guru mengajukan pertanyaan :
Mengapa bulu – bulu kaki terasa seperti berdiri ketika berdekatan
dengan baju yang habis digosok
Mengapa sobekan kertas dapat ditarik oleh penggaris plastik yang
telah digosok
Persyaratan * Teori atom
* Atom senantiasa bergerak
b. Kegiatan Inti
Siswa membentuk kelompok untuk mendemonstrasikan efek
ML statis.
Tiap kelompok siswa diminta membuat kesimpulan dari
percobaan tersebut.
c. Kegiatan Penutup
Melakukan diskusi,guru membimbing untuk menyimpulkan ML,cara –
cara ML,definisi isolator,konduktor & semi konduktor.
2. Pertemuan kedua
a. Pendahuluan
Motivasi : Guru mengajukan pertanyaan :
- Mengapa sobekan – sobekan kertas yang dapat ditarik oleh
plastik yang digosok dikatakan bahwa kertas terjadi
pemisahan muatan ?
- Apa yang terjadi jika 2 benda bermuatan listrik didekatkan ?
Persyaratan
a. Benda yang digosok bisa merbuatan listrik
b. Plastik digosok kain wol akan ber ML (-)
c. Kaca yang digosok dengan kain sutera akan ber ML (+)
b. Kegiatan Inti
Siswa membentuk kelompok untuk percobaan menunjukkan
interaki antar 2 benda ber ML
Tiap kelompok siswa diminta membuat kesimpulan dari
percobaan tersebut