materi buku laporan tahunan jilid ii-1_komisi ix

41
LAPORAN KINERJA TAHUNAN FRAKSI PKB DPR RI 2010- 2011 KOMISI IX BIDANG TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, KEPENDUDUKAN, DAN KESEHATAN I. Peta Masalah - Ruang lingkup Komisi IX bersangkutan langsung dengan beberapa kebutuhan primer yang menentukan kesejahteraan sosial. Ruang lingkup tersebut adalah tenaga kerja dan transmigrasi, kependudukan dan kesehatan. Tiga bidang tersebut dicover oleh Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Menteri Kesehatan, Badan Koordinasi Keluarga Berancana Nasional, BPOM, BNP2TKI dan beberapa BUMN. - Dalam bidang ketenagakerjaan setidaknya terdapat tiga persoalan yang tidak pernah tuntas, yakni: 1) masalah perlindungan hukum terhadap buruh, 2) masalah pendidikan buruh, dan 3) tingkat upah buruh. Keberadaan UU No.23 tahun 2009 tentang ketenagakerjaan masih menyimpan kontroversi. Diantara kontroversi tersebut adalah anggapan bahwa UU itu melegalisasi perbudakan gaya modern dengan menjadikan buruh sebagai buruh kontrak (outsourching) seumur hidupnya dengan upah yang murah. Selain itu, UU tersebut dinilai hanya memperhatikan kepentingan modal asing.

Upload: buruh-migran

Post on 02-Aug-2015

43 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

LAPORAN KINERJA TAHUNAN FRAKSI PKB DPR RI 2010-2011

KOMISI IX

BIDANG TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, KEPENDUDUKAN, DAN

KESEHATAN

I. Peta Masalah

- Ruang lingkup Komisi IX bersangkutan langsung dengan beberapa kebutuhan primer

yang menentukan kesejahteraan sosial. Ruang lingkup tersebut adalah tenaga kerja

dan transmigrasi, kependudukan dan kesehatan. Tiga bidang tersebut dicover oleh

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Menteri Kesehatan, Badan

Koordinasi Keluarga Berancana Nasional, BPOM, BNP2TKI dan beberapa BUMN.

- Dalam bidang ketenagakerjaan setidaknya terdapat tiga persoalan yang tidak pernah

tuntas, yakni: 1) masalah perlindungan hukum terhadap buruh, 2) masalah pendidikan

buruh, dan 3) tingkat upah buruh. Keberadaan UU No.23 tahun 2009 tentang

ketenagakerjaan masih menyimpan kontroversi. Diantara kontroversi tersebut adalah

anggapan bahwa UU itu melegalisasi perbudakan gaya modern dengan menjadikan

buruh sebagai buruh kontrak (outsourching) seumur hidupnya dengan upah yang

murah. Selain itu, UU tersebut dinilai hanya memperhatikan kepentingan modal asing.

- Dilain pihak tingkat pendidikan buruh juga penting untuk dilihat kembali. Tingkat

pendidikan sangat menentukan tingkat ketrampilan. Persaingan dalam pasar bebas

menciptakan persaingan yang ketat antara buruh Indonesia dengan buruh dari negara

lain. Sementara saat ini nilai lebih Indonesia dalam bidang industri terletak pada buruh

murah, bukan buruh terampil. Ini akan menjadi masalah yang berdampak luas dimasa

mendatang.

- Dalam bidang kesehatan setidaknya terdapat beberapa masalah yakni 1) pelayanan

kesehatan yang buruk, khususnya bagi masyarakat miskin dipedesaan maupun

perkotaan sehingga masih banyak kasus bayi kurang gizi, 2) Tidak terjangkaunya akses

Page 2: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

perawatan dan perbaikan kesehatan karena mahalnya obat-obatan dan vitamin, 3)

Sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan karena keterbatasan tenaga medis,

infrastruktur kesehatan, maupun akses ke asuransi kesehatan, 4) Buruknya kualitas

pelayanan medis karena lemahnya pengawasan dari pemerintah, 5) Kurangnya sinergi

antara pemerintah, swasta, lembaga masyarakat, dan anggota masyarakat dalam

peningkatan pelayanan kesehatan.

- Masalah dasar kependudukan Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan

distribusi yang tidak merata. Diperkirakan saat ini penduduk Indonesia hampir

mencapai angka 250 juta orang. Dengan luasnya geografis Indonesia, jumlah tersebut

sesungguhnya bukan masalah besar. Akan tetapi dengan melihat persebaran yang

terkonsentrasi di Jawa, Sumatera dan Sulawesi, kondisi tersebut tidak menguntungkan

bagi pembangunan ekonomi.

- Persebaran penduduk yang tidak merata diiringi dengan beberapa masalah lain yaitu

pertumbuhan penduduk, angka kelahiran dan angka kematian. Harus lebih diperhatikan

juga masalah komposisi jumlah penduduk menurut usia, masalah mobilitas penduduk,

dan seperti telah dikemukakan, masalah kepadatan penduduk.

II. Agenda Strategis

A. Bidang Kesehatan:

- Pembuatan sistem dan prosedur yang mudah bagi rakyat miskin untuk mengakses

dan menikmati layanan kesehatan gratis.

- Mengkampanyekan gerakan peningkatan sarana dan prasarana kesehatan yang

menunjang pengembangan pola dan perilaku hidup sehat masyarakat.

- Menghidupkan kembali program-program kesehatan ditingkatan desa maupun unit

yang lebih kecil untuk pengendalian pertambahan penduduk dan peningkatan kualitas

hidup ibu, bayi dan anak-anak.

Page 3: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

- Meningkatkan kesejahteraan tenaga medis dan tenaga bantu medis didaerah-daerah

terbelakang.

- Mengembangkan pusat-pusat kesehatan regional dibeberapa daerah untuk mendidik

tenaga medis dan tenaga bantu medis secara profesional dan mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang prima.

B. Bidang Ketenagakerjaan :

- Perbaikan upah minimum berdasarkan standard kebutuhan hidup layak, atau

perbaikan upah minimum berdasarkan competence/skill-based.

- Mengawal perbaikan dan penegakan undang-undang ketenagakerjaan yang lebih adil

guna melindungi dan memajukan kesejahteraan pekerja

- Mendorong tumbuh dan berkembangnya industri formal lewat penyediaan modal dan

kemudahan berusaha

- Perlindungan terhadap persaingan dari luar, baik yang berhubungan dengan tenaga

kerja maupun usaha-usaha nasional

- Akses rumah sehat untuk low income dengan membuat rumah lebih murah, IMB,

listrik, air, sertifikat, akses terhadap material murah.

- Pembiayaan yang murah dan kemudahan mendapatkan pembiayaan

- Penyediaan bahan baku untuk rumah sederhana yang sehat dan berstandar nasional

- Pembangunan rumah susun sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah-

menengah diperkotaan

C.Bidang kependudukan

- Mengawal UU kependudukan yang memungkinkan tingkat pengendalian pertumbuhan

Page 4: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

penduduk, pengendalian angka kematian dan pelayanan kesehatan untuk menjamin

proporsionalitas jumlah penduduk di Indonesia.

- Kampanye partisipasi program Keluarga Berencana (KB)

- Pendidikan tenaga terampil dan pengadaan lapangan kerja baru khususnya diluar

jawa, dan lebih khusus lagi di Indonesia bagian timur.

- Pengadaan regulasi dalam hal mobilitas penduduk, khususnya mobilitas penduduk ke

daerah-daerah padat penduduk.

- Mencanangkan program strategis dan multi-sektor untuk menangani masalah

kependudukan; diantaranya meliputi kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan.

Kerja Unggulan FPKB

Perjuangan FPKB Terhadap Pahlawan Devisa

a. Aspek Regulasi; Revisi Undang-Undang 39 Tahun 2004

Revisi Undang-Undang 39 Tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia Luar Negeri dengan arah revisi yang dilakukan adalah mengedepankan

perlindungan daripada penempatan TKI sehingga bisa mencegah terjadinya berbagai

persoalan di masa datang. UU 39/2004 substansinya lebih banyak mengatur tata niaga

penempatan daripada pengaturan. Chusnunia sebagai anggota panitia kerja (Panja) UU

39/2004 menjelaskan pasal yang mengatur penempatan ada 66 pasal atau 38 persen

dari 109 pasal. Sedangkan tentang perlindungan hanya delapan pasal atau tujuh

persen. Fraksi PKB DPR RI salah satu yang konsen dengan garis perjuangan partainya

bahwa paradigma pengaturan tersebut adalah komoditas Tenaga Kerja Indonesia.

Dalam UU 39/2004 juga tidak ada konsisten antara pasal-pasalnya. Selain itu juga

terdapat dua lembaga yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan

perlindungan dan penempatan yakni Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Page 5: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

(Kemenakertran) dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia (BNP2TKI). Selain itu juga, pada revisi UU 39/2004 arah perubahan lainnya

memperbesar peran pemerintah daerah untuk kewenangan rekrutmen, seleksi,

pendaftaran, pendataan, pendidikan, pelatihan pemeriksaan dan penyelesaian

dokumen.

b. Advokasi Kasus; Vonis Hukuman Pancung

Seorang TKI bernama Sumartini dan Warnah mendapat hukuman vonis pancung. Awal

2009, TKI Sumartini menelepon keluarga, kondisi sehat dan baik-baik; tetapi dia dalam

penjara di Arab Saudi. Akhir Maret 2010 TKI Sumartini dan Warnah mendapat

kunjungan dari perwakilan KBRI Riyadh, pada bulan April 2010, pendampingan dan

pembelaan hukum baru didapat TKI Sumartini dan Warnah. Dari analisa kasus ini,

dugaan ada keterlambatan dari pemerintah RI mengenai pendampingan dan

pembelaan hukum, karena vonis hukuman mati TKI telah dijatuhkan pada proses

persidangan tingkat pertama. TKI Sumartini dan Warnah diketahui, dipaksa

menandatangani surat pengakuan di bawah tekanan majikan dan pihak kepolisian;

dengan cara diseterika dan tubuh ditanam dalam gurun pasir hingga batas leher. TKI

Sumartini dan Warnah berada pada ruang penjara hukuman paling berat (Hukuman

Mati); padahal kedua TKI sudah mencabut surat pengakuan. Menyikapi hal ini, Fraksi

PKB, Chusnunia selaku anggota komisi IX DPR RI menyatakan sikap atas peristiwa

yang menimpa Sumartini dan Warnah. Chusnunia meminta Satgas TKI dan atase

ketenagakerjaan lebih pro-aktif guna advokasi. Satgas TKI dan atase ketenagakerjaan

harus memaksimalkan upaya perlindungan, permohonan ampun, serta diplomasi.

c. Moratorium Pengiriman TKI

Pasca kasus TKI Ruyati yang dihukum pancung oleh pemerintah Arab Saudi,

pemerintah Indonesia melaksanakan kebijakan moratorium (penghentian sementara) ke

Arab Saudi. FPKB juga mendorong moratorium TKI ke Arab Saudi, tetapi harus ada

pertanggungjawaban dari pemerintah pasca moratorium TKI tersebut. Menurut

Chusnunia, selaku praktisi politik perempuan di DPR RI, eksekusi tersebut sebagai

bukti lemahnya perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar

Page 6: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

negeri. Muhaimin Iskandar selaku Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

menginstruksikan kepada kepala BNP2TKI agar memastikan hak-hak Ruyati bintii

Sapubi, TKI asal Bekasi Jawa Barat dapat terpenuhi. Selain itu juga, agar peristiwa

tersebut tidak terulang, BNP2TKI agar bekerja samadan berkoordinasi dengan KBRI

dan KJRI di Arab Saudi. Terhitung 1 Agustus 2011 mendatang, pemerintah Indonesia

telah memutuskan untuk menghentikan pengiriman pekerja Indonesia ke Arab Saudi.

Keputusan yang dikeluarkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menyusul

sejumlah kasus pidana yang dihadapi oleh pekerja Indonesia, khusunya pembantu

rumah tangga, yang mendapat hukuman maksimum untuk kesalahan mereka.

Pemerintah juga harus bertanggung jawab pasca moratorium TKI diberlakukan,

setidaknya ada lebih dari 36.000 orang yang akan menganggur. Tersedianya lapangan

pekerjaan bagi para TKI harus ada dan direalisasikan pemerintah.

d. Penambahan Jumlah Atase Ketenagakerjaan

Selama ini banyak tenaga kerja Indonesia (TKI) terutama wanita mengalami

penganiayaan dan kasus hukum di luar negeri. Contoh kasus itu TKI Ruyati yang sudah

dihukum pancung di Arab Saudi pada pertengahan Juni 2011 lalu. Selain itu juga, ada

TKI Rosita, yang akhirnya lolos dari maut hukuman pancung, TKI Rosita pun berhasil

meninggalkan Uni Emirat Arab dan tiba di Indonesia pada 12 Juni 2011. Seperti

diketahui, ada 26 TKI yang menunggu eksekusi mati oleh pemerintahan Arab Saudi.

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) menyikapi hal ini, menyatakan penambahan

jumlah atase ketenagakerjaan, karena para TKI kerap menghadapi kasus hukum.

Seperti dikatakan Juru bicara FPKB Chusnunia, Hal ini dijadikan alasan lantaran

perlindungan TKI di negara penempatan tidak terjamah sama sekali. Atase

ketenagakerjaan sejatinya memiliki kewenangan bersifat kebijakan. Sehingga dapat

digunakan untuk upaya perlindungan TKI. Sebagian besar di negara-negara seperti

Singapura, Korea, Brunei, Kuwait, ataupun di Jeddah, yang menggunakan jasa TKI

memang ada atase ketenagakerjaan. Namun, dari bercontoh kasus Ruyati, dan terkait

banyaknya kasus kekerasan dan kasus hukum sampai pada titik ratusan TKI akan di

hukum pancung, perlu langkah konkrit pemerintah RI. Tugas atase ketenagakerjaan

bagi TKI adalah diplomasi, prosedur administrasi hukum di pengadilan, proses

Page 7: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

advokasi, dan juga prosedur pemulangan TKI, dan terlebih TKI yang terkena hukum di

negara lain bisa terbebas dari dakwaan hukumannya.

e. Remitansi atau Pengiriman Uang TKI Perlu Ada Organ Pengawas

Remitance atau pengiriman uang TKI dari Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur

sepanjang 2010 sudah tercatat mencapai Rp40 miliar lebih. Uang tersebut, dikirimkan

oleh 1.000 TKI asal Bojonegoro yang bekerja di 20 negara. Dengan besaran remitansi

ini, pemerintah diharapkan bertanggung jawab. Sebab jumlah uang yang dikirim tak

sedikit dan berpotensi dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab

untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Nantinya berharap, menjadi bahan masukan

dalam pembahasan draft UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Ongkos pengiriman uang TKI dari

luar negeri ke Indonesia, seharusnya tidak mahal. Sehingga tidak membebani TKI. Dia

mencontohkan, TKI harus menyisihkan Rp12.500 jika mengirim uang sebesar

Rp500.000. Kemudian, untuk mengirimkan uang Rp500.000 sampai Rp2 juta, akan

dikenakan biaya pengiriman Rp15.000, pengiriman uang Rp2 juta sampai Rp5 juta,

dikenakan biaya Rp20.000. Dalam kaitan ini, FPKB ingin ada organ pengawasan yang

memiliki struktur serta sistem kerja yang jelas. Pengiriman uang TKI, ada baiknya

dikelola dari pihak Indonesia yang berketempatan di luar negeri. Setidaknya bukan

bank atau organ asing yang mengelola uang TKI, melainkan Indonesia sendiri, di

berbagai penempatan negara yang menggunakan jasa TKI.

f. Rekomendasi Untuk TKI Diusulkan

FPKB ingin membuat tiga rekomendasi untuk Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.

Tiga diantaranya adalah, pelatihan, pengenalan kultur, dan juga pemahaman hukum

sosial untuk para calon Tenaga Kerja Indonesia. Sepanjang Tahun 2011, bangsa

Indonesia dipenuhi dengan masalah hukum dan kekerasan, pada titik point di negara

Arab Saudi. Chusnunia, juru bicara FPKB menyatakan atas keprihatinan berbagai

masalah Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi, sejauh ini Tenaga Kerja Indonesia

belum mengenal hukum asal negara tersebut, terutama di Arab Saudi. Adanya

pelatihan prapenempatan adalah sebuah upaya awal untuk membuat Tenaga Kerja

Page 8: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

Indonesia ikut terlibat dan memahami sebenarnya kondisi di lapangan (Arab Saudi.) Hal

ini terungkap dikarenakan para Tenaga Kerja Indonesia banyak yang belum mengerti

kondisi disana (di Arab Saudi) maka penting untuk pengenalan kultur atau kebudayaan.

Sebagai contoh kecil kasus sihir, jika Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Arab

Saudi, diketahui majikannya sedang menyisir rambut, dan rambut itu banyak yang

rontok dan ditadah kemudian disimpan rapi, hal ini dianggap majikan sebagai bangsa

Arab adalah sihir. Satgas TKI, atase tenaga kerja, dan Tenaga Kerja Indonesia harus

saling memahami dan bekerjasama lebih baik guna situasi yang kondisional. Bisa

dibayangkan saja, hal kecil jika tidak diketahui akan membuat Tenaga Kerja Indonesia

dihukum.

FUNGSI LEGISLASI

KOMISI IX

1) RUU tentang Kebidanan

Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) saat in ianggota IBI diseluruh Indonesia ada

72.000 orang. Hal ini memerlukan perlindungan dan regulasi yang jelas. RUU ini

diharapkan akan memberikan landasan antara lain:

- Legislasi praktik kebidanan, pemantapan hasil sertifikasi, dan pembenahan lisensi.

- Memberikan payung hukum terhadap terjadinya mal praktek yang dilakukan oleh

bidan.

- Soal tanggung jawab dan wewenang bidan, perlindungan khusus dan jaminan

keamanan bidan.

- Peran penting bidan terhadap keberhasilan MDGs, terutama dalam mengurangi angka

kematian ibu melahirkan dan anak yang dilahirkan, serta kesehatan ibu dan anak

secara bersinambungan.

2) RUU tentang Perubahan atas UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Page 9: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

Beberapa argumentasi mendasar mengapa RUU tentang Perubahan atas UU No.13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mendesak dilakukan:

- Secara filosofis, perspektif UU ini hanya melihat para pekerja sebagai alat produksi

semata seperti mesin. UU ini tidak melihat pekerja dari perspektif kemanusiaannya

dengan seluruh dimensi yang dimiliki. Tanpa melihat dari perspektif kemanusiaan,

buruh akan dieksploitasi tanpa penghargaan yang manusiawi.

- Sedang secara yuridis, perubahan atas UU No13 Tahun 2003 ini penting dilakukan

karena dalam UU ini banyak pasal-pasal yang hanya berpihak kepengusaha dan

merugikan hak-hak pekerja. Diantaranya, mulai dari soal pesangon (pasal 156, 161,

162, 164), pengupahan (pasal 88, 89), hak cuti (pasal 79), perpanjangan waktu (pasal

59, 65), hingga soal mogok kerja (pasal 142) dan beberapa pasal lain yang perlu untuk

dikritisi.

- Pengalihan pekerjaan kepada pihak ketiga (outsourching), upah, dan pesangon,

3) RUU tentang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga atau pekerja di sektor

informal

Pengajuan RUU ini dilandasi oleh:

- Sampai saat ini hukum perburuhan dan ketenagakerjaan secara substansial masih

terbatas diperlakukan kepada buruh dan karyawan pada sektorformal. Sementara

Pekerja Rumah Tangga (PRT) praktis belum tersentuh jaminan perlindungan hukum.

Sampai sekarang belum ada regulasi berupa peraturan perundang-undangan yang

mengatur perlindungan PRT, kondisi PRT masih termarjinalisasi dan jauh dari akses

hukum perburuhan dan ketenagakerjaan. PRT selama ini tidak dilindungi oleh peraturan

yang ada, yang menjamin hak-hak pekerja seperti upah minimum, batasan jam kerja,

hak untuk beristirahat, hak untuk berlibur dan hak untuk bergabung dengan serikat

buruh. Pada hal beban kerja PRT sangat banyak, hampir semua pekerjaan rumah

tangga harus ditanganinya. Ditambah lagi tidak adanya perjanjian kerja secara tertulis,

kalaupun ada hanya perjanjian lisan.

Page 10: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

- UU yang ada saat ini, yakni UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UU No.

2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, dan UU No.39

Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri. Undang-undang diatas masih terlalu umum belum mengatur secara khusus

mengatur pekerja domestik. Dalam rangka memenuhi standar hukum international

sebelum Konferensi ILO 2010 mengenai Kerja yang Layak untuk Pekerja Rumah

Tangga, maka penting adanya prioritas RUU tentang Perlindungan Pekerja Rumah

Tangga atau Pekerja di Sektor Informal.

Adapun beberapa isu yang hendak diperjuangkan oleh FPKB adalah :

- Bahwa pekerja rumah tangga mendapatkan hak-hak yang sama dengan pekerja-

pekerja lain, misalnya kontrak tertulis, upah minimum, upah lembur,satu hari libur dalam

seminggu, delapan jam kerja perhari, waktu istirahat pada hari kerja, libur hari besar

nasional, liburan, cuti sakit dengan gaji, kompensasi pekerja, dan jaminan sosial.

- Menetapkan sanksi yang efektif untuk majikan yang melanggar undang-undang

tersebut, termasuk denda, larangan resmi untuk kembali memperkerjakan pekerja

rumah tangga, membayar ganti rugi perdata, dan hukuman penjara sesuai dengan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam kasus pelecehan fisik dan seksual.

- Mensyaratkan majikan dan agen tenaga kerja yang merekrut dan menyalurkan

pekerja rumah tangga untuk melakukan verifikasi usia calon pekerja rumah tangga

dengan memeriksa dan menyimpan salinan akta kelahiran atau ijazah Sekolah

Menengah Pertama pekerja. Sanksi harus ditetapkan bagi individu-individu yang

menyediakan dokumen-dokumen palsu kepada anak-anak untuk memalsukan usia

mereka.

- Menetapkan jumlah jam kerja maksimal untuk anak-anak berusia 15 tahun keatas,

termasuk mereka yang bekerja di sektor informal, untuk memungkinkan anak-anak

yang bekerja dapat mengakses terhadap pendidikan dasar dan jenjang pendidikan

lanjutan yang lebih tinggi, termasuk pelatihan kejuruan.

Page 11: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

- Menetapkan kondisi minimum pengaturan tempat tinggal, penyediaan makanan dan

melindungi kebebasan bergerak dan komunikasi pekerja rumah tangga.

4) Revisi UU 39/2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri

UU no 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia, KOMISI IX DPR yang membidangi ketenagakerjaan memasukkan revisi

UndangUndang Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia di Luar Negeri sebagai prioritas yang harus segera dibahas pada tahun

2011.

- Setelah dilakukan pengkajian, terdapat lebih dari 50 persen perubahan pada materi,

sistematika dan esensi dari UU itu. Salah satu aturan yang akan diubah adalah

mengenai  pembatasan pekerja rumah tangga.

- Dalam revisi nanti akan lebih mengedepankan perlindungan daripada penempatan,

baik kepada calon TKI maupun kepada anggota keluarga TKI. Revisi juga akan

memperkuat peran pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada TKI.

- Dalam revisi ini juga akan mengurangi peran swasta (PPTKIS) dalam keseluruhan

mekanisme penempatan TKI, dan meningkatkan peran Kementrian Luar Negeri untuk

melakukan pengawasan di luar negeri sebagai garda terdepan dalam pembelaan

hukum bagi TKI.

- Dalam revisi UU 39 Tahun 2004 juga diusulkan untuk menghapus pengiriman tenaga

kerja informal, seperti pembantu rumah tangga. Karena sektor ini sangat rentan

terhadap tindak kekerasan, kalau tenaga kerja formal dari segi SDM maupun

pekerjaannya sendiri relatif lebih safety

5) RUU Keperawatan Harus Memiliki Payung Hukum Yang Jelas

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menegaskan perawat harus memiliki payung

hukum yang jelas. Sehingga tidak sampai terjadi masalah RUU Keperawatan

dilenyapkan dan berubah menjadi RUU Tenaga Kesehatan. Sekalipun menjadi inisiatif

DPR  ternyata kebiasaan  melenyapkan sesuatu yang sudah disepakati terjadi di DPR

Page 12: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

pada Sidang Paripurna 12 Oktober 2010 yang  semena-mena menunda usulan Badan

legislatif (Baleg), justru memasukkan RUU Tenaga Kesehatan menggantikan RUU

Keperawatan yang sudah diinisiasi selama ini oleh DPR.

Pada awalnya RUU Keperawatan sudah menjadi prioritas no. urut 160 dalam Prolegnas

2004, no. urut 26 pada Prolegnas 2009, dan akhirnya menjadi inisiatif DPR menjadi no.

urut 18 tahun 2010.

Sudah sepatutnya negara membuat pengaturan yang kuat, untuk melindungi

masyarakat dari pelayanan perawat yang buruk dan tidak bertanggung jawab.

Setidaknya melindungi para pemberi pelayanan pada masyakat, dengan  tidak terbatas

pada kondisi geografi dan strata sosial ekonomi serta berada pada semua seting

pelayanan kesehatan.

Segera tindak lanjuti RUU Keperawatan dicontohkan pada kasus Misran yang pernah

hangat hingga dibawa ke Mahkamah Konstitusi bulan Mei 2010 lalu. Kasus Perawat

Misran di Kalimantan Timur, adalah fakta tak terbantahkan betapa akan terancamnya

pelayanan kesehatan ketika daerah-daerah terpencil, bila perawat selalui dihantui oleh

resiko masalah hukum karena tidak ada pengaturan UU untuk perawat tersendiri.

Komisi IX DPR RI akan mulai membahas rancangan undang-undang (RUU)

keperawatan pada September mendatang. RUU keperawatan saat ini masih dalam

penggodokan badan legislasi (banleg) DPR. Draf baru akan diserahkan kepada komisi

setelah penggodokan selesai.

Page 13: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

FUNGSI ANGGARAN

KOMISI IX

1) Bidang Kesehatan

- Memberikan pelayanan kepada masyarakat di setiap sudut pelosok negeri selama 24

jam secara terus menerus, dengan fungsi kinerja keperawatan dan bidan sebagai

tenaga medis atau kesehatan.

- Bantuan operasional kesehatan guna gizi dan kesehatan ibu dan anak

- Pembinaan dan pengawasan setiap tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota guna

dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan sehingga dapat

memberikan hasil seoptimal mungkin.

- Meningkatkan pelayanan kesehatan promotif dan preventif, Pos Kesehatan Desa

(Poskesdes), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

2) Bidang Ketenagakerjaan

- Aspek perencanaan kinerja penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(TKI)

- Sektor pengorganisasian sumber daya TKI

- Aspek pelaksanaan dan pengendalian

- Sistem atau proses rekruitment TKI

- Pasca pemberlakuan moratorium

- Program penempatan dan perluasan kesempatan kerja yang meliputi:

a. Padat karya infrastruktur

Page 14: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

b. Terapan teknologi tepat guna

c. Subsidi program untuk wirausaha baru

d. Job fair

e. Gerakan penanggulangan pengangguran

f. Pemberdayaan tenaga kerja muda

3) Bidang Kependudukan

Grand desain kependudukan sebagai kebijakan makro pembangunan KKB di

Indonesia:

- Sebagai pedoman sekaligus bisa mengakomodir kepentingan berbagai pihak, baik

pusat, daerah dalam menyelesaikan permasalahan kependudukan

- Grand desain bisa menekan laju pertumbuhan pendudukan Indonesia. Hal ini

dikarenakan, hasil sensus 2010, penduduk Indonesia bertambah 32,5 juta jiwa dan

rata-rata pertumbuhan sebesar 1,49 persen.

- Pengkoordinasian dengan Menkokesra, BKKBN, serta database dengan Badan Pusat

Statistik. Begitu juga, materi kualitas dengan Departemen Pendidikan Nasional.

- Indonesia ditargetkan benar-benar aman dari ancaman krisis pangan pada Tahun

2061 mendatang. Diikuti stabilnya laju pertumbuhan penduduk.

Page 15: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

FUNGSI PENGAWASAN

KOMISI IX

1) RUU Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

FPKB memandang RUU ini sangat penting, karena mengatur tentang institusi

penyelenggara jaminan sosial dan bagaimana mekanisme kerjanya dalam mengelola

dana umat dan menyediakan pelayanan jaminan sosial, sehingga sangat bersentuhan

erat dengan kepentingan mayoritas rakyat terutama dari kalangan tidak mampu. Dalam

melakukan pembahasan terhadap RUU ini, FPKB mencurahkan segenap perhatian dan

mengerahkan segala kekuatannya untuk memastikan bahwa materi pengaturan dalam

RUU ini nantinya dapat diarahkan untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat.

Terhadap RUU ini, FPKB memperjuangkan beberapa hal berikut ini:

- Prinsip dana amanat. Fraksi PKB sejak dini sudah menegaskan bahwa dalam

pengelolaan dana jaminan sosial, prinsip dasar yang harus dipegang adalah prinsip

dana amanat. Prinsip ini dimaksudkan bahwa dana yang dikelola oleh BPJS adalah

berasal dari pengiur yang memang sejak awal mempercayakan dana tersebut kepada

badan semata-mata hanya untuk kepentingan jaminan sosial mereka dan bukan untuk

kepentingan lain Sewaktu-waktu dana tersebut harus dikembalikan kepada pengiur

sesuai dengan perjanjian yang sudah dibuat sebelumnya dan tidak dimungkinkan

terjadinya ingkar janji dari badan Oleh sebab itu, Fraksi PKB mengapresiasi definsi

Dana Jaminan Sosial dalam ketentuan umum RUU ini yang dengan tegas menyebutkan

ia adalah dana amanat milik seluruh peserta bukan milik pengelola BPJS.

- Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu. Dalam konsep jaminan sosial, pada prinsipnya

semua peserta jaminan sosial diwajibkan membayar iuran. Dalam hal, pengiur adalah

fakir miskin, orang yang tidak mampu dan anak-anak terlantar, maka sesuai amanat

konstitusi, posisi mereka harus dicover oleh negara dengan cara negara membayar

kewajiban iuran mereka kepada BPJS. Fraksi PKB sejak awal juga meminta hal ini

ditegaskan dalam RUU BPJS dengan bahasa yang lugas dan tegas agar tidak

Page 16: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

membuka ruang bagi upaya untuk berkelit dan menginterpretasikan lain atas ketentuan

ini. Oleh karena itu, Fraksi PKB mengapresiasi bunyi Pasal 13 RUU BPJS yang dengan

tega menyebutkan bahwa dalam hal peserta merupakan fakir miskin dan orang tidak

mampu iuran dibayar oleh pemerintah dalam bentuk iuran.

- Bentuk Kelembagaan BPJS. Hasil kajian internal Fraksi PKB bersama dengan

sejumlah stake holder yang membidangi jaminan sosial, sebagian besar memang

mengusulkan agar bentuk kelembagaan BPJS adalah tunggal dengan struktur

organisasi yang ramping tapi kaya fungsi. Hal ini untuk menghindari terjadinya

pemborosan atau in efesiensi terhadap biaya-biaya manajerial kelembagaan yang tidak

perlu, sehingga dengan demikian dana yang terserap dari masyarakat atau pengiur

betul-betul dapat termanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan pengiur. Oleh

karena itu, Fraksi PKB mengapresiasi ketentuan tentang BPJS tunggal berupa badan

hukum publik wali amanat yang termuat dalam pasal 5 RUU BPJS yang kemudian

diikuti dengan ketentuan peralihan Pasal 48 RUU BPJS tentang peleburan empat

perusahaan negara dibidang jasa asuransi yakni Jamsostek, Taspen, ASABRI dan

Askes menjadi satu kedalam BPJS, selambat-lambatnya dua tahun setelah RUU ini

disahkan menjadi undang-undang. Meski terlihat tidak mudah untuk melakukan

konsolidasi empat perusahaan yang sudah mengakar cukup lama itu, namun demi

mengembalikan fungsi awal jaminan sosial yang berbeda sama sekali dengan bisnis

asuransi, maka mau tidak mau hal ini harus ditempuh.

- Prinsip Pengembangan Dana Jamian Sosial. Bangkrutnya sejumlah perusahaan

asuransi multinasional terkemuka beberapa tahun terakhir ini, menjadi pelajaran yang

sangat berharga bagi kita semua. Betapa investasi yang dilakukan tanpa mendasarkan

diri pada prinsip kehati-hatian dan hanya mengejar keuntungan berlipatganda dalam

tempo yang sesingkat-singkatnya, terbukti justru mempercepat penggalian kubur bagi

perusahaan itu sendiri. Siapa yang menyangka perusahaan sekuritas sebesar Lehman

Brothers Amerika Serikat yang sudah berumur 157 tahun dengan jaringan bisnis

dihampir seluruh negara, hancur dalam tempo yang begitu singkat tanpa ada yang

mampu menyelamatkannya. Kita semua tentu tidak ingin BPJS bernasib sama seperti

perusahaan tersebut. Karena, BPJS bukanlah sebuah perusahaan dengan mainstream

Page 17: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

profit oriented melainkan ia adalah badan layanan sosial yang mengedepankan

pelayanan kepada publik atau public service obligation (PSO). Oleh karena itu, Fraksi

PKB menyambut gembira dimasukkannya usulan FPKB tentang larangan terhadap

BPJS melakukan kegiatan investasi yang beresiko tinggi, seperti yang termaktub dalam

pasal 40 ayat d berikut dengan penjelasannya. Investasi BPJS di surat berharga hanya

dibatasi untuk deposito dibank-bank pemerintah dan surat berharga yang dikeluarkan

oleh negara. Sementara deposito di bank non-pemerintah, bermain di valuta asing dan

juga program sejenis dana reksa, secara tegas dinyatakan dilarang.

2) RUU Tentang Perlindungan Pembantu Rumah Tangga (PPRT)

Dari tahun ketahun, jumlah PRT di dalam negeri maupun PRT migrant terus bertambah.

PRT merupakan salah satu profesi dengan jumlah tenaga kerja yang cukup besar.

Tahun2001, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut jumlah PRT di kota-kota besar di

Indonesia diperkirakan mencapai 570 ribu orang, sementara organisasi buruh

internasional ILO-IPEC, Tahun 2002 merilis angka empat kali lipatnya yakni 2,5 juta

orang, angka serupa juga pernah dirilis oleh Jurnal Perempuan (2005). Sekarang,

jumlah PRT secara nasional diperkirakan mencapai 4 juta orang. Angka yang cukup

besar dan artinya kebutuhan untuk memberikan perlindungan terhadap mereka

termasuk kategori yang mendesak. Oleh sebab itu, keberadaan RUU PRT ini sangat

strategis. Berikut ini beberapa pendapat penting FPKB terkait RUU ini, al:

- Akibat tidak adanya UU tentang perlindungan PRT, beberapa kali Indonesia gagal

dalam melakukan perjanjian bilateral untuk perlindungan buruh migran khususnya PRT

migran dengan sejumlah negara, antara lain; Malaysia, Arab Saudi, Singapura dan Uni

Emirat Arab. Negara-negara ini menilai bahwa Indonesia tidak konsisten dengan

perlindungan PRT, karena Indonesia sendiri tidak memiliki UU khusus yang melindungi

PRT-nya di dalam negeri. Bandingkan dengan Philipina, India dan Cina yang relatif

lebih mudah melakukan perjanjian bilateral dengan negara-negara tujuan PRT seperti

Singapura, Hongkong dan Kuwait, karena mereka menghargai PRT-nya didalam negeri

dengan membuat aturan khusus tentang perlindungan PRT. Semakin lama Indonesia

Page 18: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

menunda pembahasan dan pengesahan RUU PPRT, semakin lama pula PRT

Indonesia diluar negeri berada dalam situasi yang rentan terhadap praktek eksploitasi

- Keberadaan UU Perlindungan PRT bisa menjadi starting poin bagi pemerintah untuk

secara bertahap menggeser para pekerja sektor informal menjadi pekerja formal.

Pergeseran ini menjadi penting untuk memberikan kepastian perlindungan hukum bagi

para pekerja in-formal. Dengan berada di wilayah formal, negara dapat memberikan

perlindungan hukum secara langsung karena dijamin oleh undang-undang.

- Pergeseran PRT ke sektor informal sekaligus bisa menjadi awal yang baik bagi

pemerintah untuk secara bertahap menggeser tenaga kerja sektor informal lainnya ke

wilayah formal. Kementerian Tenaga Kerja RI sempat menyebutkan jumlah tenaga

kerja informal jumlahnya mencapai 67% dari total tenaga kerja nasional. Dengan

menggeser pekerja informal menjadi pekerja formal, maka dengan sendirinya, akan

memberi manfaat bagi negara dengan terbukanya peluang peningkatan pendapatan

negara, setidaknya dari sektor pajak. Begitu profesi PRT menjadi formal, maka status

pemberi kerja (majikan) akan ikut menjadi formal, minimal bagi mereka yang selama ini

tidak memiliki NPWP akan mengurus NPWP dan membayar pajak sesuai ketentuan

yang berlaku.

3) Revisi UU No 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia

FPKB sangat setuju dengan memasukkan revisi Undang Undang Nomor 39 tahun 2004

tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri sebagai

prioritas yang harus segera dibahas pada tahun 2011. Undang-undang Nomor 39

Tahun 2004 telah tujuh tahun diberlakukan, namun masalah dan kasus yang terjadi

semakin banyak dan kompleks, baik secara kuantitas maupun variasinya, baik TKI

selama masih di dalam negeri maupun pada saat bekerja di luar negeri. Oleh sebab itu,

FPKB menilai Undang Undang ini perlu untuk direvisi, berikut pendapat tentang Undang

Undang No 39 Tahun 2004 al:

Page 19: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

- Selama ini pemberlakuan UU PP TKI, belum banyak memberikan rasa keadilan dan

kepastian hukum serta perlindungan yang memadai bagi TKI.

- TKI di luar negeri terutama, PRT, seringkali menghadapi permasalahan, seperti gaji

yang tidak pernah dibayarkan, pemerkosaan, pemukulan, penyiksaan bahkan

pembunuhan. Sebagian besar masalah karena Undang Undang tidak dapat mengatasi

masalah dalam menyelesaikan kasus-kasus TKI luar negeri, karena itu FPKB

mendukung adanya revisi tersebut.

- Dalam undang-undang penggantian ini akan membatasi pekerjaan rumah tangga,

karena pekerja rumah tangga khususnya wanita banyak terjadi masalah. PRT minimal

berusia 21 tahun dan lulus SMP.

- Selain itu, dalam revisi nanti akan lebih mengedepankan perlindunga,n daripada

penempatan, baik kepada calon TKI maupun kepada anggota keluarga TKI. Revisi juga

akan memperkuat peran pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada TKI.

- Dalam revisi UU No 39 Tahun 2004 mengenai Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia juga mengatur BNP2TKI itu harus memberikan pelayanan,

mengkoordinasikan, dan melakukan pengawasan mengenai dokumen, pembekalan

akhir pemberangkatan (PAP), penyelesaian masalah, hingga peningkatan

kesejahteraan TKI dan keluarganya dan itu harus dimasukkan di dalam revisi.

- Komisi rekrutmen nasional Kamar Dagang dan Industri Arab Saudi memutuskan

menunda rekrutmen tenaga kerja Indonesia (TKI). Keputusan ini akan menjadi

masukan bagi Panitia kerja DPR dalam merevisi Undang-Undang No. 39 tentang

Perlindungan TKI. Komisi IX juga akan memasukkan revisi untuk menghapus

pengiriman tenaga kerja informal, seperti pembantu rumah tangga. Karena sektor ini

sangat rentan terhadap tindak kekerasan. Hal tersebut dikarenakan, kalau tenaga kerja

formal dari segi SDM maupun pekerjaannya sendiri relatif lebih safety.

Page 20: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

4) RUU Tentang Keperawatan

Mengapa Undang Undang Keperawatan ini dinilai penting? Landasan pertama adalah

UU ini memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi masyarakat yang akan

memanfaatkan pelayanan keperawatan. Dan juga memberikan kepastian dan jaminan

hukum bagi tenaga perawat yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan

keperawatan. Berikutnya adalah mengapa UU tentang Keperawatan ini dinilai penting,

meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan dan mutu pelayanan keperawatan. Dan

yang terakhir adalah mempercepat keberhasilan upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. FPKB juga menilai Undang Undang tentang Keperawatan dinilai penting

antara lain:

- Hakekad setiap UU adalah mengatur perilakua anggota masyarakat yang akan

menjamin berlangsungnya interaksi antar anggota masyarakat secara harmonis dan

lancar.

- Untuk warga profesi keperawatan, pengaturan perilaku sebagai sebuah sistem dalam

bentuk UU Keperawatan, terutama pada:

a. Interaksi antara sesama warga keperawatan

b. Interaksi anatara warga keperawatan dengan pihak-pihak lain diluar keperawatan

Juni 2010

FPKB Setuju BPJS Berada dalam satu atap atau tunggal

Anggota DPR RI Chusnunia (10/06/2010) menyatakan, Rancangan Undang-Undang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (RUU BPJS) masih dalam pembahasan di

Komisi IX. Ada sejumlah wacana yang muncul dalam pembahasan RUU tersebut. Di

antaranya, muncul kecenderungan untuk memilih BPJS berada dalam satu atap atau

tunggal. Di dalamnya akan ada kamar-kamar yang bertanggung jawab melaksanakan

jaminan sosial sesuai tugasnya. Keberadaan BPJS tunggal dapat memudahkan

konsolidasi program jaminan sosial dan sistem pengawasannya lebih rapi dibanding

BPJS multi. Selain itu, BPJS tunggal juga mengurangi kemungkinan terjadi overlapping

Page 21: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

antarprogram. Jika struktur BPJS multi yang digunakan maka ada kecenderungan

menjadikan BPJS ini gemuk, tidak efisien dan berpotensi sulit terkoordinasi. Struktur

yang gemuk juga akan berimbas pada anggaran. Tidak hanya anggaran untuk

merealisasikan sistem jaminan sosial nasional, tapi juga anggaran rutin kesekretariatan

BPJS. Jika bentuknya BPJS multi, maka anggaran rutin (overhead kantor, gaji pegawai,

dll) yang dibutuhkan akan lebih banyak dibanding BPJS tunggal. Potensi pemborosan

anggaran nonprogram lebih besar. Banyak keuntungan dan manfaat lebih jika BPJS

menggunakan struktur tunggal. Selain lebih ramping, BPJS tunggal akan

meminimalisasi kerumitan dalam pembentukan kantor perwakilan BPJS nasional

dan/atau BPJS daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota (jika BPJS Daerah

jadi dibentuk).

Juli 2010

RUU PRT Adalah Produk Hukum Penting yang Harus Hati-Hati dalam

Pembahasan

RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga atau RUU PRT adalah produk hukum yang

penting meskipun dalam pembahasannya harus hati-hati. Terutama bila menyentuh

persoalan gaji dan penentuan obyek hukum terkait RUU PRT. Menurut Juru Bicara

Fraksi PKB DPR RI, Chusnunia (13/07/2010) menjelaskan, namun apa pun itu, RUU

PRT harus tetap ada dan disiapkan dengan matang. Penentuan gaji yang terlalu besar

akan membuat pengguna PRT enggan menggunakan jasa PRT karena tidak mampu

membayar. Sementara soal budaya, budaya abdi dalem di keraton Jawa atau nyantrik

di pondok pesantren tradisional. FPKB juga mengingatkan LSM yang selama ini fokus

pada RUU PRT untuk mempersiapkan diri agar benar-benar siap untuk dibahas.

Jangan sampai UU PRT yang akan dibentuk ini menjadi produk gagal dewan.

Pertaruhannya adalah apakah produk ini efektif untuk melindungi PRT di dalam dan

luar negeri atau tidak, karena itu harus benar-benar dibahas. RUU PRT akan terus

dibahas meski di samping itu ada tiga UU lain yang juga dalam proses pembahasan.

Seperti UU No 13 No 2003 tentang Ketenagakerjaan dan UU No 39 Tahun 2004

Page 22: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

tentang Pekerja Migran. Chusnunia menambahkan, semuanya tentang pekerja, maka

mana yang siap itu yang akan didahulukan, dan bila ditunda itu tidak berarti tidak akan

dilanjutkan.

September 2010

TKI Tidak Melemahkan Posisi Diplomasi Indonesia

Adanya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) harusnya tidak menjadi hal yang melemahkan

posisi diplomasi Indonesia dalam kasus sengketa dengan Malaysia. Chusnunia

(01/09/2010), selaku anggota Komisi IX DPR RI menyatakan, TKI adalah hal yang

memang ada sejak sengketa Indonesia-Malaysia muncul, untuk itu tidak tepat bagi

pemerintah untuk melemahkan posisi dalam berdiplomasi. Chusnunia menyarankan

untuk tidak beranggapan, Malaysia dengan mudah mendeportasi seluruh TKI yang

berjumlah 2 juta orang dan tersebar di banyak wilayah Malaysia itu. Ini karena regulasi

pemulangan TKI diatur dalam regulasi nasional dan regional. FPKB meminta regulator

TKI di Indonesia seperti Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2-TKI) untuk

bekerja lebih keras. Selama ini, baik parlemen maupun partai sudah memiliki hubungan

dengan partai di Malaysia seperti UMNO dan pasti ada pengaruhnya.

Februari 2011

Susu Formula yang Mengandung Bakteri

Fraksi PKB DPR RI terus mendesak Menkes, BPOM dan ITB, dalam mengumumkan

merek susu formula yang terkontaminasi bakteri Enterobachter sakazakii. Chusnunia

(17/02/2011), sebagai anggota Komisi IX DPR RI mengatakan, merek susu formula

yang diteliti IPB tahun 2003-2006 harus diumumkan. Jangan sampai dengan

kebungkaman tiga tergugat ini (Menkes, BPOM dan IPB) mencontohkan sikap tidak

benar kemasyarakat. Seharusnya pemerintah dapat memberikan contoh ke

Page 23: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

masyarakat. Berikan info yang benar. Katakan susu formula yang berbakteri itu tahun

2003-2006. Sekarang sudah tidak berbahaya lagi. Buat pernyataan dan segera

memberikan nama-namanya. Terbukti dengan pernyataan dari Menko Kesra bahwa,

pemerintah akan menjamin jika ada masyarakatnya yang jika terkena bakteri sakazakii

ini akan diobati. Jadi tidak ada alasan untuk tiga tergugat ini, untuk tidak

mengumumkan merek susu tersebut. Chusnunia berpendapat, persoalan susu formula

ini sudah lama bergulir. Sampai sekarang IPB menyatakan pihaknya mengalami

dilematis. Hal ini dinilai tidak perlu ditakutkan atau IPB merasa dilema. Sebab, kalau

IPB katakan ini persoalan etika, lalu kenapa IPB hanya memberitahukan merek tersebut

hanya kepada produsen bukan kepada DPR. Ini jelas tidak beretika. Menkes dianggap

egois, karena mengatakan, instansinya tidak memiliki kompeten untuk mengumumkan

merek susu formula yang diteliti. Pada kasus susu formula ini, FPKB menilai tidak ada

koordinasi antara Kemenkes dan Kemendiknas, keduanya saling melempar tangan.

Maret 2011

BKKBN Tidak Fokus Program

Pada Rapat dengar pendapat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) dengan Komisi IX DPR diwarnai dengan kritikan dan sejumlah komplain dari

anggota dewan. Rapat yang membahas tentang program prioritas BKKBN tahun 2011

tentang peningkatan partisipasi KB dan pelaksanaan layanan berbasis teknologi,

informasi dan komunikasi pada tahun 2011 ini dinilai oleh sebagian besar anggota

Komisi IX terlalu makro. Chusnunia (07/03/2011), sebagai anggota dari Fraksi PKB

menyatakan beberapa hal penting diantaranya:

- BKKBN terlalu makro dan tidak fokus sehingga terlihat mengawang-awang.

- Ketidakjelasan kinerja BKKBN juga bisa dilihat dari jawaban-jawaban yang

disampaikan BKKBN atas sejumlah pertanyaan anggota Komisi IX.

Page 24: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

- Jawaban yang diberikan terlalu mudah dan tidak match antara pertanyaan dan

jawaban. Ini menunjukkan ketidakseriusan BKKBN dalam menyelesaikan persoalan

kependudukan ini.

- Seharusnya BKKBN fokus menyampaikan program, target, dan apa saja capaian-

capaian yang ingin didapat. Dan menyampaikan apa saja yang menjadi kendala

BKKBN selama menjalankan program sebelumnya.

- Dari sisi anggaran BKKBN mendapatkan anggaran jauh lebih besar jika dibandingkan

dengan badan lain. BKKBN mendapatkan alokasi dana sebanyak Rp 2,4 triliun.

Sementara badan lainnya seperti BNP2TKI  hanya mendapatkan alokasi dana sebesar

RP 200 miliar. Untuk bisa mendalami masalah terkait kependudukan, FPKB

mengusulkan kepada Komisi IX supaya dibentuk Panitia Kerja BKKBN.

April 2011

Pengawasan TKI di Jeddah Arab Saudi

Fraksi PKB mengamati proses pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) over stayers,

Chusnunia (26/04/2011) saat melakukan kunjungan ke Jeddah Arab Saudi menemukan

berbagai kenyataan yang memilukan. Dari pengawasan tersebut ada beberapa yang

dapat dijadikan landasan yakni diantaranya:

- Secara general, TKI dinilai terlalu baik hingga mudah ditipu dan pada akhirnya

membuahkan persoalan pada TKI itu sendiri.

- Di Jeddah, Arab Saudi saat melakukan kunjungan on the spot yang tidak

direncanakan, hal ini agar tidak ada yang ditutup tutupi. Ketika di bawah jembatan di

Jeddah bertemu dengan TKI yang akan dipulangkan. Seorang TKI asal Nusa Tenggara

Timur (NTT) yang mengaku bernama Supriyatin mengatakan, dirinya sudah mengurus

surat-surat melalui calo, namun hingga hari kepulangan tiba, surat-surat yang dijanjikan

itu belum juga ada.

Page 25: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

- Ditemukan juga salah seorang TKI di Jeddah mengaku tidak dibayar selama 15 tahun

oleh majikannya. Anehnya, TKI ini mengatakan, meski tidak dibayar, namun dia

diperlakukan dengan baik oleh sang majikan.

- Di Jeddah ditemukan kasus lain juga, seorang TKI mengaku dibayar secara penuh

dan menerima tanda bukti. Tapi, karena tidak memiliki cara menyimpan uang, TKI ini

menitipkan kembali uang yang diterimanya ke majikan. Dengan harapan, uang itu bisa

diambil kembali saat kontraknya berakhir. Tetapi, majikan itu tidak mau mengembalikan

uangnya.

- FPKB mengharapkan, pemberdayaan TKI yang akan berangkat menjadi solusi untuk

menekan persoalan-persoalan seperti yang terjadi di Jeddah Arab Saudi.

Mei 2011

FPKB Mendorong Untuk Pelaksanaan APBN Tahun 2012

FPKB mendorong untuk pelaksanaan APBN tahun 2012 idealnya dijalankan dengan

tidak hanya untuk mengejar peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro growth) semata,

tapi juga memperhatikan strategi pembangunan ekonomi lainnya, yaitu, pro jobs, pro

poor, dan pro environment sehingga percepatan laju pertumbuhan ekonomi ini juga

disertai dengan perbaikan distribusi pendapatan (growth with equity) dengan indikator

kesempatan kerja semakin banyak tersedia serta kemiskinan di Indonesia juga semakin

berkurang. Hal ini juga sesuai dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun

2012, yaitu: “Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan

Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat.” Pokok – pokok pembicaraan

RAPBN TA 2012 diantaranya adalah sebagai berikut:

1. FPKB melihat dengan semakin membaiknya kondisi ekonomi makro dunia maupun

kondisi ekonomi domestik sejak tahun 2010 yang lalu, serta dengan didukung oleh

meningkatnya kinerja investasi dan perdagangan dunia sehingga berdampak positif

pada peningkatan ekspor dan investasi di Indonesia, maka pertumbuhan ekonomi

Indonesia masih memungkinkan untuk mencapai angka 7 persen.

Page 26: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

2. FPKB mendorong pemerintah untuk dapat meningkatkan tax ratio menjadi sekitar 14

persen. Untuk itu, pemerintah harus lebih mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan

negara dan mengantisipasi kebocoran sumber penerimaan di sektor perpajakan yang

terjadi selama ini. Di samping sektor perpajakan, FPKB juga meminta pemerintah untuk

mengoptimalkan Pendapatan Negara di bidang kepabeanan dan cukai untuk lebih

diperhatikan lagi.

3. FPKB berpendapat bahwa Kebijakan Belanja Negara dalam tahun 2012 yang

diperkirakan sebesar 16 persen dari PDB tetap harus di arahkan pada prioritas

pembangunan yang dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh rakyat, yaitu untuk

mengatasi persoalan pengganguran, pendidikan, kesehatan, infrastruktur,

menanggulangi kemiskinan dan juga untuk meningkatkan iklim investasi dan usaha di

Indonesia tentunya.

4. FPKB memandang bahwa Kebijakan Defisit Anggaran pada tahun 2012 yang

ditentukan sekitar 1,4 – 1,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau lebih rendah

jika dibandingkan tahun 2011 sebesar 1,8 persen dari PDB harus memperhatikan

secara cermat komposisi pembiayaan baik yang lewat utang maupun non utang.

5. FPKB berpendapat, bahwa dengan target pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang

tinggi, yaitu antara 6,5-6,9 persen, maka kualitas pertumbuhan ekonomi tersebut juga

harus bisa mencerminkan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan

menurunnya pengangguran terbuka dan berkuranganya tingkat kemiskinan di tahun

2012. Untuk itu target tingkat pengangguran terbuka tahun 2012 pada kisaran 6,4 – 6,7

persen atau lebih rendah dibandingkan target tahun 2011 sebesar 7 % dan tingkat

kemiskinan antara 10,5 – 11,5 persen atau lebih rendah dari perkiraan tahun 2011

sekitar 11,5-12,5% merupakan tanggungjawab pemerintah yang wajib dilaksanakan.

6. FPKB mengusulkan kepada pemerintah untuk menempatkan pelbagai usulan alokasi

anggaran yang tersebar di beberapa Kementerian / Lembaga (K/L) dapat diintegrasikan

menjadi satu anggaran untuk desa. FPKB menyatakan menyetujui Kerangka Mikro dan

Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2012 untuk dibahas lebih lanjut.

Page 27: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

Juni 2011

Sertifikasi Tanah Masih Menjadi Persoalan Transmigran

Persoalan sertifikasi tanah, masih menjadi momok program transmigrasi. Di beberapa

lokasi transmigrasi di Indonesia, persoalan itu masih sering muncul dan menghambat

program yang bertujuan mengurangi kemiskinan dan pemerataan pembangunan itu.

Salah satunya di Sumatera Selatan. Perwakilan transmigran mendatangi DPR untuk

mengadukan persoalan itu. Di ruang rapat Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB)

itulah, masyarakat transmigran dari Tanjung Beringin, Sumatera Selatan, menjelaskan

betapa sertifikasi tanah memperburuk kondisi mereka di tanah rantau. Chusnunia

(01/062011,) selaku juru bicara FPKB DPR RI menjelaskan, dua di antara perwakilan,

Komaruddin dan Ngadiono menjelaskan perihal SK Bupati tentang tanah transmigran

yang justru mengalihkannya ke PT Sawit Lestari. Begitu juga kondisi infrastruktur di

area perkebunan. Di beberapa lokasi transmigrasi misalnya, kondisi jalan sangat buruk.

Bahkan ada jalan berupa galian tanah. Masyarakat perwakilan transmigran menilai,

bupati setempat seolah tidak menghendaki adanya transmigran. Minim perhatian

adalah buktinya. Di lokasi transmigrasi hampir pasti akan banjir bila hujan tiba. Sialnya,

tanah lokasi yang kebanyakan adalah lahan gambut, pasti akan amblas bila bercampur

dengan air. Ujungnya, persoalan tanaman pun muncul. Tanjung Beringin misalnya,

tanaman jagung yang biasanya hidup di hampir semua musim, justru tidak bisa tumbuh

dengan baik. Transmigran pernah mencoba menanam pohon nangka, namun tidak

berhasil. Hanya pohon sawit yang bisa bertahan dengan kondisi semacam itu.

Masyarakat sangat mengharapkan DPR bisa memahami dan menemukan solusi atas

hal ini. FPKB akan mengajukan usulan pengusutan tuntas problem transmigran.

Khususnya persoalan sertifikat tanah yang disalahgunakan. Sesuai proses transmigrasi

di awal, masyarakat transmigran ini sudah masuk pola pascareformasi. Yang artinya,

daerah siap menerima para transmigran.

Juli 2011

Anggaran Guna Pendidikan dan Keterampilan TKI

Page 28: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

FPKB menyarankan pasca pemberhentian sementara (moratorium) Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) ke luar negeri ada anggaran yang diperuntukkan bagi pendidikan dan

keterampilan TKI. Chusnunia (19/07/2011) mengatakan, untuk meningkatkan

pendidikan dan keterampilan kerja TKI itu, pemerintah khususnya Kementerian

Pendidikan Nasional (Kemdiknas) diharapkan menyisihkan anggaran. Diketahui, saat

ini, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berencana menambah anggaran pendidikan

sebesar Rp 14,479 triliun. Anggaran tersebut diharapkan dapat memperbaiki program-

program pendidikan. TKI juga perlu mendapatkan pendidikan dan keterampilan kerja.

Peraturannya sudah ada di undang-undang. TKI kita perlu dapat pendidikan dan

keterampilan kerja yang layak. Pasca moratorium, perlu juga pemerintah membuka

lapangan pekerjaan yang besar jumlahnya, sehingga bekerja di Indonesia cukup aman

dan terjamin kelayakan hidupnya.

FUNGSI REPRESENTASI

1. Bidang Ketenagakerjaan

Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia.

- Masyarakat meminta untuk difasilitasi adanya program pemberdayaan calon TKI agar

lebih profesional sebelum mereka diberangkatkan. Disamping itu juga pelatihan

peningkatan kemampuan bahasa asing bagi TKI.

- Masyarakat juga mendorong untuk diberantasnya pungli-pungli kepadaTKI, dan

ditutupnya PJTKI yang nakal.

- Kepada pemerintah, masyarakat meminta untuk pembebasan biaya paspor kepada

TKI, serta kemudahan sarana bagi para TKI dalam mentransfer uang dari luar negeri.

- Masyarakat juga mengusulkan adanya pemberdayaan melalui pelatihan dan

bimbingan bagi Pasca TKI, sehingga TKI ini tidak keluar negeri lagi. Mengingat bahwa

TKI yang telah balik kedaerah asal nya ini telah memiliki modal yang cukup.

Page 29: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX

2. Bidang Kesehatan

Pelaksanaan Jamkesmas dan Jamkesda.

Masyarakat meminta sosialisasi yang lebih detail cara mengurus Jamkesmas ataupun

Jamkesda, karena selama ini masih dirasakan kurang.

Keperawatan

Masyarakat umum meminta agar profesionalitas kinerja bagi tenaga kesehatan

khususnya perawat, sebab hal ini dinilai banyak perawat yang salah menggunakan

tenaga medisnya untuk membuka mal praktek.

Persoalan informasi tentang RUU Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)

dan RUU Perlindungan PRT.

Masyarakat umum dan konstituen banyak yang kurang memperoleh akses informasi

tentang RUU BPJS dan RUU PRT yang masih dibahas di DPR RI. Padahal informasi

mengenai dua RUU tersebut sangat penting, apalagi ini berkaitan dengan kewajiban

negara untuk melindungi masyarakat dan memberi kepastian hukum atas jaminan

sosial yang menjadi hak rakyat, dan juga berkaitan dengan perlindungan hukum

terhadap sektor informal seperti PRT.

Page 30: Materi Buku Laporan Tahunan Jilid II-1_komisi IX