materi 3
DESCRIPTION
YES CINCAUTRANSCRIPT
KEDUDUKAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Sejak pertama kali lahir, manusia telah dikenalkan dengan ajaran
agama. Mereka mulai dikenalkan dengan ajaran-ajaran agama yang
mendasar sebagai awal perkenalan dan membuka wawasan tentang
agama. Di dalam agama Islam, setiap bayi yang lahir akan dilakukan
ritual adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri. Hal itu
dilakukan dengan maksud agar kata yang pertama kali didengar
adalah kata pujian untuk Allah SWT. Setelah itu dilanjutkan dengan
pemberian nama yang baik, karena nama merupakan do’a untuk orang
yang dinamai. Mereka diberi makanan yang bersih dan suci, dilakukan
pencukuran rambut dengan tujuan agar mereka menyukai kebersihan,
keindahan, ketampanan yang kesemuanya itu disukai Allah SWT.
Dalam ajaran agama Islam telah dijelaskan hal itu semua mulai dari
bayi sampai ajal tiba.
Kehidupan manusia sangatlah kompleks sehingga tidak bisa
lepas dengan agama. Agama berkedudukan sebagai benteng
kesehatan mental dan bersikap serta berperilaku menghapai setiap
pelik masalah yang menimpa. Agama merupakan makanan untuk
memenuhi kehausan jiwa, karena antara jiwa dan agama memiliki
korelasi yang kuat. Jika kebutuhan jiwa terpenuhi maka akan tercipta
sebuah perasaan yang tenteram dan damai. Agama berperan dalam
mewujudkan kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di
dalamnya terdapat berbagai petunjuk bagaimana seharusnya manusia
menyikapi hidup dan kehidupan agar lebih bermakna dalam arti yang
luas.
Ditinjau dari sisi psikologis, bahwa tingkah laku yang
dimunculkan manusia bersumber dari gejala kejiwaan yang mereka
alami. Perilaku manusia yang dimunculkan dipengaruhi oleh keyakinan
yang dianutnya. Ketika seorang berjumpa saling mengucapkan salam,
hormat kepada orang tua dan guru, menutup aurat merupakan gejala
keagamaan yang dapat dijelaskan melalui jiwa agama.
Dengan ilmu jiwa, seseorang akan mengetahui seberapa besar
tingkat keagamaan yang mereka hayati, pahami, dan mereka
amalkan. Kita semua sepakat bahwa manusia adalah makhluk yang
sempurna, selalu berpikir, merasa, serta mempunyai kehendak.
Perilaku yang dilakukan merupakan buah dari apa yang dipikir, dirasa,
dan yang dikehendakinya. Manusia juga bisa menjadi subjek dan objek
sekaligus, disamping dia bisa menghayati pengalaman agamanya
sendiri,meraka juga dapat meneliti keberagamaan orang lain. Secara
psikolgis agama mempunyai makna yang berbeda-beda / subjektif,
intern dan individual tergantung kepada seberapa besar amalan dan
penghayatannya terhadap agama. Bagi beberapa orang agama adalah
ritual ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, bagi sebagian yang lain
agama adalah pengabdian diri kepada sesama manusia dan makhluk
hidup yang lain sehingga mereka akan berperilaku baik. Bagi penulis
sendiri agama merupakan ajaran yang kompleks yang di dalamya
berisi aturan-aturan yang mengarahkan, membimbing, menuntun
manusia agar bahagia di dunia dan akhirat. Tidak hanya itu saja,
agama juga memberikan uraian tentang alam dan segala isinya.
Jadi pengertian agama sangatlah kompleks. Psikologi agama
mencoba menguak bagaimana agama mempengaruhi perilaku
manusia. Psikologi mampu menguak keberagamaan seseorang
bergantung kepada paradigma psikologi itu sendiri. Bagi Aliran
Psikolanalisa keberagamaan merupakan bentuk gangguan kejiwaan,
bagi Aliran Behaviorisme, perilaku keberagamaan tidak lebih dari
sekedar perilaku karena manusia tidak memilki jiwa. Aliran kognitif
mulai menghargai kemanusiaan, dan Aliran Humanisme sudah
memandang manusia sebagai makhluk yang mengerti akan makna
hidup, sehingga aliran ini lebih dekat dengan agama.
Lalu, apa sebenarnya arti dari agama? Menurut Drs. H. Achmad
Gholib, MA dalam bukunya “Studi Islam” menjelaskan bahwa definisi
agama adalah suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang
yang mempunyai akal memegang peraturan Tuhan itu dengan
kehendaknya sendiri untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Menurut Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan bahwa agama
merupakan aturan yang bersumber langsung dari Tuhan, yang
diperuntukkan untuk manusia karena manusia dikaruniai oleh akal
yang dapat menerima peraturan-peraturan Tuhan yang akan
membawanya kepada kebaikan, keselamatan dan kehagiaan di dunia
dan akhirat.
Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat diasumsikan bahwa
agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus di pegang dan
dipatuhi manusia. Ikatan yang berpengaruh terhadap kehidupan
manusia sehari-hari dan berasal dari sumber yang lebih tinggi dari
manusia. Suatu kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca
indera.
Menurut Harun Nasution, agama mempunyai empat unsur
penting :
1. Kekuatan gaib manusia : manusia merasa bahwa dirinya lemah dan
berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai temapat meminta tolong dan
berlindung. Oleh sebab itulah manusia mengadakan hubungan baik
dengan kekuatan baik tersebut dengan mematuhi segala perintah dan
menjauhi larangan gaib tersebut.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraan di dunia ini dan hidupnya di
akhirat tergantung adanya hubungan baik itu.
3. Respons yang bersifat emosional dari manusia, seperti perasaan takut
dan cinta.
4. Paham adanya yang kudus dan suci dalam bentuk kekuatan gaib,
dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang
bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.
Dari pengertian terakhir ini ditegaskan bahwa agama adalah
aturan Tuhan, yang ditujukan bagi manusia, karena manusialah yang
dianugerahi akal. Akal yang dapat menerima peraturan-peraturan
Tuhan yang akan membawa manusia kepada kebaikan, keselamatan
dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Manusia di dunia ini sangat membutuhkan agama sebagai
pegangan hidup di dunia dan akhirat. Menurut Abudin Nata dalam
bukunya “ Metodologi Studi Islam “ ada tiga alasan perlunya manusia
terhadap agama :
1. Latar belakang fitrah manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat
pertama kali ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama
adalah kebutuhan manusia. Allah SWT berfirman dalam surat al-Rum,
30:30).
“ Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah
atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah
itu “
2. Kelamahan dan kekurangan manusia
Manusia memiliki keterbatasan akal untuk menentukan hal-hal di luar
kekuatan pikiran manusia itu sendiri, dan juga manusia merupakan
makhluk lemah yang sangat memerlukan agama.
3. Tantangan manusia
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai
tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam
berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan syetan, dan tantangan dari
luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia
yang secara sengaja berusaha memalingkan manusia dari Tuhan.
Agama berfungsi untuk membimbing umat manusia agar hidup
tenang dan bahagia di dunia dan akhirat, mempererat hubungan sosial
dan kemasyarakatan, dan penawar bagi tekanan jiwa.
Manusia memiliki dua jenis kebahagiaan. Pertama, yang
berhubungan dengan inderawinya dengan objek eksternal, seperti
kebahagiaan yang diperoleh melalui pengecapan lidah dan indera
peraba seperti kontak fisik. Kedua, kebahagiaan yang berhubungan
dengan kedalaman ruh dan kesadaran manusia, yang tidak ada
kaitannya dengan tubuh-tubuh tertentu. Kebahagiaan ini termasuk
kebahagiaan menyembah Tuhan / shalat.
Pengaruh kedua dari keyakinan keagamaan dalam masalah
hubungan sosial kemasyarakatan adalah untuk memaksa orang untuk
melaksanakan kewajiban yang telah disepakati bersama demi
terwujudnya ketertiban masyarakat.
Peranan yang ketiga sebagai penawar bagi tekanan jiwa yang
gelisah, stress atau gundah gulana. Kehidupan manusia kita sukai atau
tidak mengandung penderitaan, kesedihan, kegagalan, kekecewaan,
kehilangan, dan kepahitan. Disinilah peran agama mulai dibutuhkan.
Dengan adanya pengalaman agama yang kuat maka manusia akan
terhindar dari tekanan yang dapat membelunggu kehidupannya.
Meraka sadar bahwa semua yang terjadi dalam dunia ini adalah
sebagai cobaan untuk menguji keimanan dan mereka yakin bahwa
Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi umatnya.
Bagi ahli psikologi bahwa sebagian besar penyakit mental yang
disebabkan oleh kerusakan psikolgi dan kepahitan kehidupan
ditemukan diantara orang-orang yang tidak beragama. Orang-orang
yang beragama, bergantung pada seberapa jauh ketetapan hatinya
kepada agamanya, seringkali terlindungi dari penyakit-penyakit seperti
itu. Karenanya salah satu akibat kehidupan kontemporer yang
bersumber dari ketiadaan keyakinan keagamaan adalah meningkatnya
penyakit saraf dan psikologis.
Referensi :
Nata, Abudin. 1998 . Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Azhari, Akyas. 2004 . Psikologi Umum & Perkembangan. Jakarta:
Gholib, Achmad. 2006 . Studi Islam. Jakarta: Faza Media