mata tertutup kaum radikal · anaknya yang kabur dari rumah karena bergabung dengan nii. film...

1
DOK. SET FILM Mata Tertutup Kaum Radikal MENCARI ANAK: Salah satu cerita dalam film Mata Tertutup ialah kisah Asimah (Jajang C Noer), seorang ibu yang mencari anaknya yang kabur dari rumah karena bergabung dengan NII. Film garapan sineas Garin Nugroho ini mengungkapkan anak- anak muda mengambil jalan yang salah untuk keluar dari rasa frustrasi dalam kehidupan. CHRISTINE FRANSISCA Mata Tertutup, yang digali melalui riset, mencoba mengurai fakta tentang radikalisme yang berpangkal dari frustrasi. M AHASISWA dan maha- siswi di kampus satu per satu menghilang. Rima (yang diperankan Eka Nusa Pertiwi), salah satunya. Demi mencari jati diri, ia pergi dari rumah dan bergabung dengan Negara Islam Indonesia (NII), sebuah gerakan Islam fundamental yang menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asimah, ibu Rima, berjuang mencari anaknya. Sementara itu, seorang pemuda bernama Zabir (diperankan M Dinu Imansyah) hidup dalam kemiskinan yang mencekik. Ayahnya hanya bisa membentak, sedangkan ibunya yang sudah ringkih masih saja dipecut un- tuk bekerja di pasar. Zabir menghadapi dilemanya sendi- ri. Di tengah tekanan hidup, ia mencari sebuah utopia kebahagiaan. Jihad dengan membunuh kaum kar men- jadi satu-satunya jalan yang terlihat instan lagi nyata. Zabir pun dengan sukarela menjadi pelaku bom bunuh diri. “Jihad akan membawamu dan ibumu hidup damai di surga,” ujar salah satu kawannya, menghasut. Sebuah film berjudul Mata Tertu- tup, yang dibesut Garin Nugroho, membuka fakta yang mencengangkan mengenai aktivitas kaum radikal dan fundamentalis di Indonesia. Melalui riset mendalam bersama Maarif Insti- tute, Garin menyelami kompleksitas permasalahan lewat tokoh Rima, Asimah, dan Zabir. Menurut Rektor UIN Syarief Hi- dayatullah Jakarta Komaruddin Hi- dayat dalam sebuah diskusi yang diadakan di Erasmus Huis, Kamis (8/12), tiap agama memang memiliki celah yang pembenarannya bisa dicari. Namun, dalam persoalan ini, Alquran didekati dengan pendekatan tidak ber- imbang dan lepas dari konteks. “Mereka melakukan pendekatan manipulatif untuk memengaruhi orang banyak. Tiap ayat ditafsirkan sendiri-sendiri tanpa melihat kon- teks,” katanya. Walau begitu, persoalan ini tak sebatas masalah salah tafsir. Faktor kemiskinan pun bisa menjadi bensin yang membuat kaum fundamentalis berkembang di Indonesia. “Belum lagi, frustrasi kaum muda bisa jadi pemantik. Dalam keadaan seperti itu, kaum muda bisa dengan mudah dipengaruhi oleh keindahan surgawi yang palsu,” kata Pendeta Andreas A Yewangoe, Ketua Perseku- tuan Gereja-Gereja Indonesia dalam kesempatan yang sama. Usman Hamid, selaku mantan koor- dinator Kontras, pun setuju dengan kompleksitas masalah yang terjadi. “Ini bukan hanya soal salah tafsir, me- lainkan juga dipicu oleh kegagalan pe- merintah untuk merangkul kaum yang tereksklusifkan secara sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Keterasingan dan tekanan yang dialami sebagian masyarakat ini memaksa mereka menciptakan sebuah imajinasi tentang Indonesia baru yang berlandaskan Islam,” jelasnya. Karena itu, solusi terbaik ialah merangkul kembali kelompok yang tereksklusifkan tersebut dengan men- ciptakan lingkungan ekonomi politik yang ramah bagi semua pihak. “Se- lama tak ada pengakuan, tak akan ada perlindungan bagi kaum-kaum yang lemah,” ujarnya. Walau dianggap berhasil memper- lihatkan kompleksitas masalah, Mata Tertutup dinilai kurang mengkaji fakta sejarah. Dalam lm, NII dan kaum fundamentalis terkesan muncul secara tiba-tiba dalam arus modernisasi. Padahal menurut Usman Hamid, benih NII telah ada sejak masa perjuang- an kemerdekaan, ketika Kartosuwiryo mendirikan Negara Islam Indonesia akibat ketidakpuasan mereka terhadap kepemimpinan Soekarno. “Film ini belum diuji fakta empiris- nya. Apa benar NII yang dicitrakan dalam lm merupakan perwujudan fakta sesungguhnya atau apakah fakta yang dipaparkan hanya sebagian saja,” katanya. Pesimistis Pendeta Andreas A Yewangoe mera- sakan sebuah ironi yang terkesan pesimistis di akhir bagian lm. Alih- alih memberikan gambaran tentang kembalinya Rima ke rumah, Garin menampilkan tokoh Zabir yang mati tertembak dalam misi jihadnya. Film berakhir dengan muram lewat suara tembakan pistol. “Seandainya peris- tiwa kembalinya Rima ke rumah diletakkan pada akhir cerita, lm ini akan terasa lebih optimistis.” Namun, siapa pun yang sudah menonton lm ini pasti setuju bahwa Mata Tertutup bukanlah film biasa yang hanya mempertontonkan kisah menarik. Lebih dari itu, lm ini me- nyadarkan semua tentang masalah yang riil dan terjadi di Indonesia. “Film ini bisa memiliki dampak baik untuk melakukan deradikalisasi dalam masyarakat,” kata Komaruddin Hidayat. “Persoalan ini menjadi api da- lam sekam yang bisa mengancam keutuhan negara. Ketika pemerintah tak bisa tegas dalam permasalahan ini, kami berharap kaum sipil bisa bergerak dan mengatasi masalah ini,” kata Fajar Riza Ul Haq dari Maarif Institute. (M-2) [email protected] 20 F I LM SABTU, 10 DESEMBER 2011

Upload: hoangtruc

Post on 29-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

DOK. SET FILM

Mata Tertutup Kaum Radikal

MENCARI ANAK: Salah satu cerita dalam film Mata Tertutup ialah kisah Asimah (Jajang C Noer), seorang ibu yang mencari anaknya yang kabur dari rumah karena bergabung dengan NII. Film garapan sineas Garin Nugroho ini mengungkapkan anak-anak muda mengambil jalan yang salah untuk keluar dari rasa frustrasi dalam kehidupan.

CHRISTINE FRANSISCA

Mata Tertutup, yang digali melalui riset, mencoba mengurai fakta tentang radikalisme yang berpangkal dari frustrasi.

MAHASISWA dan maha-siswi di kampus satu per satu menghilang. Rima (yang diperankan Eka

Nusa Pertiwi), salah satunya. Demi mencari jati diri, ia pergi dari rumah dan bergabung dengan Negara Islam Indonesia (NII), sebuah gerakan Islam fundamental yang menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asimah, ibu Rima, berjuang mencari anaknya.

Sementara itu, seorang pemuda bernama Zabir (diperankan M Dinu Imansyah) hidup dalam kemiskinan yang mencekik. Ayahnya hanya bisa membentak, sedangkan ibunya yang sudah ringkih masih saja dipecut un-tuk bekerja di pasar.

Zabir menghadapi dilemanya sendi-ri. Di tengah tekanan hidup, ia mencari sebuah utopia kebahagiaan. Jihad dengan membunuh kaum kafi r men-jadi satu-satunya jalan yang terlihat instan lagi nyata. Zabir pun dengan sukarela menjadi pelaku bom bunuh diri. “Jihad akan membawamu dan ibumu hidup damai di surga,” ujar salah satu kawannya, menghasut.

Sebuah film berjudul Mata Tertu-tup, yang dibesut Garin Nugroho, membuka fakta yang mencengangkan mengenai aktivitas kaum radikal dan fundamentalis di Indonesia. Melalui riset mendalam bersama Maarif Insti-tute, Garin menyelami kompleksitas

permasalahan lewat tokoh Rima, Asimah, dan Zabir.

Menurut Rektor UIN Syarief Hi-dayatullah Jakarta Komaruddin Hi-dayat dalam sebuah diskusi yang diadakan di Erasmus Huis, Kamis (8/12), tiap agama memang memiliki celah yang pembenarannya bisa dicari. Namun, dalam persoalan ini, Alquran didekati dengan pendekatan tidak ber-imbang dan lepas dari konteks.

“Mereka melakukan pendekatan manipulatif untuk memengaruhi orang banyak. Tiap ayat ditafsirkan sendiri-sendiri tanpa melihat kon-teks,” katanya.

Walau begitu, persoalan ini tak sebatas masalah salah tafsir. Faktor kemiskinan pun bisa menjadi bensin yang membuat kaum fundamentalis berkembang di Indonesia.

“Belum lagi, frustrasi kaum muda bisa jadi pemantik. Dalam keadaan seperti itu, kaum muda bisa dengan mudah dipengaruhi oleh keindahan surgawi yang palsu,” kata Pendeta Andreas A Yewangoe, Ketua Perseku-tuan Gereja-Gereja Indonesia dalam kesempatan yang sama.

Usman Hamid, selaku mantan koor-dinator Kontras, pun setuju dengan kompleksitas masalah yang terjadi. “Ini bukan hanya soal salah tafsir, me-lainkan juga dipicu oleh kegagalan pe-merintah untuk merangkul kaum yang tereksklusifkan secara sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Keterasingan

dan tekanan yang dialami sebagian masyarakat ini memaksa mereka menciptakan sebuah imajinasi tentang Indonesia baru yang berlandaskan Islam,” jelasnya.

Karena itu, solusi terbaik ialah merangkul kembali kelompok yang tereksklusifkan tersebut dengan men-ciptakan lingkungan ekonomi politik yang ramah bagi semua pihak. “Se-lama tak ada pengakuan, tak akan ada perlindungan bagi kaum-kaum yang lemah,” ujarnya.

Walau dianggap berhasil memper-lihatkan kompleksitas masalah, Mata Tertutup dinilai kurang mengkaji fakta sejarah. Dalam fi lm, NII dan kaum fundamentalis terkesan muncul secara tiba-tiba dalam arus modernisasi.

Padahal menurut Usman Hamid, benih NII telah ada sejak masa perjuang-an kemerdekaan, ketika Kartosuwiryo

mendirikan Negara Islam Indonesia akibat ketidakpuasan mereka terhadap kepemimpinan Soekarno.

“Film ini belum diuji fakta empiris-nya. Apa benar NII yang dicitrakan dalam fi lm merupakan perwujudan fakta sesungguhnya atau apakah fakta yang dipaparkan hanya sebagian saja,” katanya.

PesimistisPendeta Andreas A Yewangoe mera-

sakan sebuah ironi yang terkesan pesimistis di akhir bagian fi lm. Alih-alih memberikan gambaran tentang kembalinya Rima ke rumah, Garin menampilkan tokoh Zabir yang mati tertembak dalam misi jihadnya. Film berakhir dengan muram lewat suara tembakan pistol. “Seandainya peris-tiwa kembalinya Rima ke rumah diletakkan pada akhir cerita, fi lm ini

akan terasa lebih optimistis.”Namun, siapa pun yang sudah

menonton fi lm ini pasti setuju bahwa Mata Tertutup bukanlah film biasa yang hanya mempertontonkan kisah menarik. Lebih dari itu, fi lm ini me-nyadarkan semua tentang masalah yang riil dan terjadi di Indonesia.

“Film ini bisa memiliki dampak baik untuk melakukan deradikalisasi dalam masyarakat,” kata Komaruddin Hidayat.

“Persoalan ini menjadi api da-lam sekam yang bisa mengancam keutuh an negara. Ketika pemerintah tak bisa tegas dalam permasalahan ini, kami berharap kaum sipil bisa bergerak dan mengatasi masalah ini,” kata Fajar Riza Ul Haq dari Maarif Institute. (M-2)

[email protected]

20 FILM SABTU, 10 DESEMBER 2011