masalah perilaku

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Di antara faktor–faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan individu maupun kelompok sangatlah besar. Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan. Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025 atau “Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, 1

Upload: fahrurrozi-syarif

Post on 12-Aug-2015

40 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

public health

TRANSCRIPT

Page 1: Masalah Perilaku

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku, lingkungan,

pelayanan kesehatan dan keturunan. Di antara faktor–faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap

status kesehatan, baik kesehatan individu maupun kelompok sangatlah besar.

Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi

demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks.

Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan

dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku

yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan.

Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025 atau

“Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia

Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan

masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan

masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).

PHBS dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar

kesadaran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri

sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

Untuk melihat keberhasilan dalam pembudayaan PHBS diukur dengan pencapaian indikator

rumah tangga sehat.

Adapun indikator PHBS di Rumah Tangga adalah sebagai berikut: 1) Pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan; 2) ASI eksklusif; 3) penimbangan bayi dan balita; 4)

Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari; 5) mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun; 6) menggunakan jamban sehat; 7) memberantas jentik nyamuk di rumah; 8) makan buah

dan sayur tiap hari; 9) melakukan aktivitas fisik/ olahraga; 10) tidak merokok di dalam rumah.

1

Page 2: Masalah Perilaku

Berdasarkan data diatas mengingat pentingnya masalah perilaku dalam mempengaruhi

kesehatan masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan mengidentifikasi masalah perilaku

di wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi masalah perilaku yang

mempengaruhi kesehatan dan pengelolaannya di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui cara identifikasi masalah perilaku di wilayah kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan.

b. Mengetahui indikator yang digunakan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

c. Mengetahui cara pengelolaan masalah perilaku di wilayah kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan.

d. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masalah perilaku di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.3 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai cara mengidentifikasi masalah perilaku yang

mempengaruhi kesehatan dan pengelolaanya di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai

literature, laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2012, dan diskusi.

2

Page 3: Masalah Perilaku

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan. Perilaku manuasia pada hakekatnya adalah suatu tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Bahkan kegiatan internal

seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa prilaku pada manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati langsung dari pihak luar.

Perilaku dipengaruhi oleh genetik yang merupakan konsepsi dasar untuk perkembangan

prilaku dan lingkungan yang merupakan kondisi untuk perkembangan prilaku tersebut.

Mekanisme pertemuan keduanya dalam rangka terbentuknya prilaku disebut proses belajar

(learning process).

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku sebagai respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan tertentu dari luar subyek (teori S-O-R atau

teori stimulus-organisme-respon) dan membedakannya:

1. Respondent response atau reflexife response

: Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Perangsang semacam ini disebut

elicting stimuli karena menimbulkan respon yang relatif tetap misalnya makanan lezat

menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat menyebabkan mata tertutup , menangis

karena sedih, muka merah karena marah dan lain sebagainya.

2. Operant response atau instrumental response

: respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu . Perangsang

semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsang tersebut

memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu perangsang ini

mengikuti atau memperkuat perilaku yang sudah dilakukan. Sebagai contoh apabila

seorang anak belajar atau sudah melakukan suatu perbuatan kemudian dia memperoleh

hadiah maka dia akan lebih giat belajar atau lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut.

Dengan kata lain respon yang diberikannya akan lebih intensif dan kuat.

3

Page 4: Masalah Perilaku

Dalam kehidupan sehari-hari responden respons sangat terbatas keberadaannya pada

manusia sehingga kemungkinan memodifikasinya kecil. Sedangkan operant respons merupakan

bagian terbesar dari prilaku manusia sehingga kemungkinan memodifikasinya besar.

Menurut Respon terhadap stimulus, prilaku dibedakan kepada dua macam yaitu : 5,6

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung dan tidak

secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Respon masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan/ kesadaran. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu

dapat mencegah penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke

puskesmas untuk diimunisasi.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Adalah perilaku yang jelas dapat di observasi atau diamati secara langsung dari luar

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuk misalnya dari contoh tadi si ibu membawa

anaknya ke puskemas untuk imunisasi

2.2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman , serta

lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit

yaitu bagaimana manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan

sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat

pencegahan penyakit

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya

makann makanan bergizi, dan olahraga.

Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria,

pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit

kepada orang lain.

4

Page 5: Masalah Perilaku

Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati

penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas

kesehatan tradisional.

Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit

misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan.

Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas

kesehatan dan obat–obat yang terwujud dalam bentuk sikap, persepsi, pengetahuan

ataupun penggunaan yankes.

3. Perilaku terhadap makanan.

Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta

unsur–unsur yang terkandung di dalamnya, pengelolaan makanan dan lain sebagainya

sehubungan dengan tubuh kita.

4. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai

salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan

lingkungan.itu sendiri.

2.3. Faktor Penentu (Determinan) Perilaku

Perilaku kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor.

Menurut Lawrence Green (1980) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal

pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh

3 faktor yaitu :

• Faktor pembawa (predisposing factor) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai–nilai dan lain sebagainya.

• Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.

• Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

Sebagai contoh, Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya , dapat disebabkan

karena dia memang belum tahu manfaat imunisasi (predisposing factor),.atau karena jarak

5

Page 6: Masalah Perilaku

posyandu dan puskesmas yang jauh dari rumahnya (enabling factor) sebab lain bisa jadi karena

tokoh masyarakat di wilayahnya tidak mau mengimunisasikan anaknya (reinforcing factor)

Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku secara umum

tergantung faktor internal (dari dalam individu ) dan faktor eksternal (dari luar individu) yang

saling memperkuat. Maka sudah selayaknya kalau kita ingin mengubah perilaku kita harus

memperhatikan faktor–faktor tersebut di atas.

2.4. Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan

Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan

perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau

penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud

bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.

Di dalam program–program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai

dengan norma–norma kesehatan diperlukan usaha–usaha yang konkrit dan positif. Beberapa

strategi untuk memperoleh perubahan perilaku seperti:

1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan

perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan–peraturan/undang–undang yang

harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi

biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran

sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan

membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba/penilaian

selesai banyak pagar yang kurang terawat.

2. Pemberian informasi

Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara

menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.

Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada

akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.

Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan

bersifat lebih langgeng.

3. Diskusi partisipatif

6

Page 7: Masalah Perilaku

Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi

kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa

masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam

diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebihlama

dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar

perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih

mantap.

Ketiga faktor ini tidak berjalan jika tidak didukung oleh pendidikan kesehatan seseorang

itu sendiri. Hal ini dapat dilihat di diagram sebagai berikut:

Bagan 1.Modifikasi skema dari Blum dan Green

7

Reinforcing Factors (sikap dan perilaku

petugas)

Keturunan

Status kesehatan

Perilaku

LingkunganPelayanan kesehatan

Enabling Factors

(ketersediaan sumber daya) /fasilitas)

Pendidikan Kesehatan

Pem. Sosial

Predisposing Factors ( pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya)

Keturunan

Status kesehatan

Perilaku

Reinforcing Factors (sikap dan perilaku

petugas)

komunikasi

Predisposing Factors ( pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya)

training

Reinforcing Factors (sikap dan perilaku petugas,toma,toga)

Page 8: Masalah Perilaku

2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan

mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif

dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud

keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada

program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup.

Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan salah satu wujud dari perilaku kesehatan

yang dilakukan dalam ruang lingkup rumah tangga. Indikator PHBS rumah tangga terdiri dari

indikator perilaku dan lingkungan, yaitu:

Persalinan ditolong tenaga kesehatan

Pemberian ASI eksklusif

Penimbangan bayi dan balita

Penggunakan air bersih

Mencuci tangan dengan air dan sabun

Menggunakan jamban sehat

Memberantas jentik nyamuk di rumah

Makan sayur dan buah setiap hari

Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Tidak merokok di dalam rumah

Manfaat pelaksanaan PHBS di rumah tangga, di antaranya:

1) Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

2) Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga.

8

Page 9: Masalah Perilaku

3) Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya

dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya

pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

4) Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang

kesehatan.

5) Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan.

2.6 Cara Identifikasi Masalah Perilaku Kesehatan yang Mempengaruhi Kesehatan

Masyarakat

2.6.1 Diagram Identifikasi Masalah Perilaku

Bagan 2. Diagram Identifikasi Masalah Perilaku

Penjelasan Masalah: Dalam melakukan identifikasi masalah perilaku langkah pertama

yang harus dilakukan adalah melakukan survey mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat) kemudian lakukan pengumpulan data lalu lakukan pengolahan dan analisa data dan

disesuaikan dengan indikator, dalam identifikasi masalah perilaku yang digunakan sebagai

indikator adalah point-point mengenai PHBS kemudian bisa ditentukan sebagai masalah perilaku

apabila tidak mencapai indikator.

2.6.2 Merumuskan masalah PHBS

Indikator PHBS ini digunakan untuk menilai Rumah Tangga Sehat, yaitu rumah tangga

yang telah melaksanakan seluruh indikator PHBS tersebut. Penilaian dilakukan dengan

9

Survey PHBS Pengumpulan Data

Indikator PHBS

Masalah Perilaku

Pengolahan dan Analisa Data

Page 10: Masalah Perilaku

pengambilan 210 sampel rumah tangga di setiap kelurahan. Jumlah ini didapat berdasarkan

rekomendasi WHO dengan perhitungan sederhana:

Dari sejumlah sampel tersebut, diharapkan dapat menggambarkan secara keseluruhan

bagaimana penerapan PHBS rumah tangga di suatu kelurahan atau wilayah.

Hasil pemetaan PHBS direkapitulasi secara berurutan dari KK nomor urut 1 s/d KK

nomor urut 210 ke dalam format rekapitulasi. Setelah itu lakukan prosedur sebagai berikut:

1. Jumlahkan jawaban (Ya) ke bawah untuk mengetahui persentasi besar-kecilnya masalah tiap

indikator dari 10 indikator PHBS.

2. Makin kecil persentasi cakupan program indikator PHBS makin besar masalah dari indikator

tersebut.

3. Berikan nomor urut masalah mulai dari persentasi indikator PHBS yang paling kecil sampai

persentasi yang paling besar.

4. Tentukan maksimal dua masalah perioritas yang akan diintervensi oleh lintas program dan

lintas sektor terkait tingkat puskesmas dan kabupaten/kota.

5. Jumlahkan jawaban (Ya) ke kanan untuk mengetahui klasifikasi PHBS tiap KK

- Klasifikasi I jika jawaban Ya banyaknya antara 1 s/d 3 (warnah merah)

- Klasifikasi II jika jawaban Ya banyaknya antara 4 s/d 6 (warnah kuning)

- Klasifikasi III jika jawaban Ya banyaknya antara 7 s/d 9 (warnah hijau)

- Klasifikasi IV jika klasifikasi III + dana sehat (JPKM) (warnah biru)

2.7 Pengelolaan Masalah Perilaku

Perilaku menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor

predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor penguat

(reinforcing factors). Oleh sebab itu perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu

melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki

perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

10

30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga perkluster)

Page 11: Masalah Perilaku

Perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural

yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang

mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan

strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru.

Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi

kesehatan dan PHBS yaitu:

1. Gerakan Pemberdayaan Pemberdayaan

Gerakan Pemberdayaan Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara

terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses

membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar

(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu

melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).

Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok

masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan,

boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang

bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan

adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community

organisation) atau pembangunan masyarakat (community development).

Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok

untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun

masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari

dermawan).

Di sinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan

program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat

oleh program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan

sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh

masyarakat.

2. Bina suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong

individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.

Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di

11

Page 12: Masalah Perilaku

manapun ia berada (keluarga di rumah, orang- orang yang menjadi panutan/idolanya,

kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui

atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses

pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase

tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina

Suasana, yaitu:

a. Pendekatan Individu

b. Pendekatan Kelompok

c. Pendekatan Masyarakat Umum

3. Advokasi

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).

Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya

berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana. Juga dapat

berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-

lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) di

bidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa

komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam

waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu:

(1) mengetahui atau menyadari adanya masalah,

(2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah,

(3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai

alternatif pemecahan masalah,

(4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif

pemecahan masalah, dan

(5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan

tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:

- Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi

12

Page 13: Masalah Perilaku

- Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah

- Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah

- Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based

- Dikemas secara menarik dan jelas

- Sesuai dengan waktu yang tersedia.

BAB III

ANALISIS SITUASI

3.1 Sejarah Puskesmas

Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan

KAN yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M2 dan Gedung Puskesmas sendiri

didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M2 , pada tahun itu juga Puskesmas

mempunyai 1 buah Pustu Baringin.

Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan

saat itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada pada saat itu

sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian Pimpinan Puskesmas

sebanyak 15 kali.

Pada Tahun 1997 telah dilakukan renovasi Puskesmas secara maksimal, karena

adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu dijadikan kantor

dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya.

Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen

terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi

13

Page 14: Masalah Perilaku

dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang termasuk Pustu. Walaupun demikian

bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang

obat, gudang gizi (PMT) dan ruangan khusus Pelayanan Lansia.

Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6 Upaya

Kesehatan Wajib yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan

(Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berancana (KB), Program

Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Menular (P2M) dan

Pengobatan (BP) juga ada Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan

Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya

Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia).

3.2 Kondisi Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah

Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan

dengan luas:

a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2

b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2

c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2

d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2

e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2

f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2

g. Kelurahan Tarantang : 1.85 Km2

3.3 Kondisi Demografi

14

Page 15: Masalah Perilaku

Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50032 Jiwa yang terdiri

dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut:

a. Kelurahan Bandar Buat : 14.359 jiwa dan 2.743 KK

b. Kelurahan Padang Besi : 6.797 jiwa dan 1.610 KK

c. Kelurahan Indarung : 11.069 jiwa dan 2.632 KK

d. Kelurahan Koto Lalang : 6.563 jiwa dan 1.550 KK

e. Kelurahan Batu Gadang : 6.480 jiwa dan 1.489 KK

f. Kelurahan Baringin : 2.277 jiwa dan 244 KK

g. Kelurahan Tarantang : 2.460 jiwa dan 439 KK

Dengan jumlah 44 RW. Dan 171 RT dengan perincian sebagai berikut:

a. Kelurahan Batu Gadang : 5 RW/ 21 RT

b. Kelurahan Indarung : 12 RW/ 44 RT

c. Kelurahan Padang Besi : 4 RW/ 20RT

d. Kelurahan Bandar Buat : 11 RW/ 43 RT

e. Kelurahan Koto Lalang : 8 RW/ 31 RT

f. Kelurahan Baringin : 2 RW/ 5 RT

g. Kelurahan Tarantang : 2 RW/ 7 RT

15

Page 16: Masalah Perilaku

3.4 Cara Identifikasi Masalah Perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan

Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang memengaruhi kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan, dilakukan survey perilaku dengan indikator yang digunakan adalah

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Indikator PHBS rumah tangga yang dapat dinilai

adalah:

1. Persalinan ditolong tenaga kesehatan

2. Pemberian ASI eksklusif

3. Penimbangan bayi dan balita

4. Penggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik nyamuk di rumah

8. Makan sayur dan buah setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

Tabel 1 Data Rumah Tangga Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

Tahun 2012

NO KelurahanLinakes

%

ASI Ekslusif

%

Menimbang Balita

Air Bersih

CTPS JambanMemberantas

Jentik

Makan Buah Dan

Sayur

Aktifitas Fisik

Tdk Merokok

Rata2

1 Bandar Buat 97 63 59.2 72 48 74 45 52 65 46 62.12

16

Page 17: Masalah Perilaku

2Padang Besi 98.2 66.1 78.7 89.6 47.1 72.4 38.5 91.3 63.2 40.2 68.53

3 Indarung 97.6 72.1 73.6 98.6 73.9 85.5 75 80 77.8 72.8 80.69

4 Koto Lalang 90 43 60 74 23 43 36 32 45 51 49.7

5Batu Gadang 97.6 64.5 66.3 88.2 51.2 76.3 40 71.1 65.4 50.8 67.14

6 Baringin 98 11.9 63.8 68.2 35.3 26.7 20.5 48 53 49.3 47.47

7 Tarantang 81.8 65.2 60.9 72.1 39.5 44 39.9 57.6 56 68 58.5

Puskesmas 94.3 55.1 66 80.3 45.2 60.2 45.2 60.7 60.7 54 62.17

Berdasarkan tabel diatas, tampak pencapaian indikator terendah adalah tidak mencuci

tangan dengan sabun, memberantas jentik dan tidak merokok di dalam rumah. Dan kelurahan

yang terbanyak PHBS yaitu Kelurahan Indarung (80.69%). Dan Kelurahan yang terendah PHBS

yaitu Kelurahan Baringin (47,47 %).

Masih kurangnya penerapan PHBS di rumah tangga sebagai salah satu perilaku

pencegahan penyakit tentunya menyebabkan berkurangnya kualitas kesehatan masyarakat. Hal

ini dapat dilihat dari kejadian penyakit yang cukup tinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan. Berikut

beberapa penyakit dengan angka kejadian yang cukup tinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan

sehubungan dengan PHBS.

17

Page 18: Masalah Perilaku

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Cara identifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Cara identifikasi masalah perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan telah mengikuti

tata cara yang seharusnya di mana langkah pertama dalam identifikasi masalah adalah dengan

melakukan survey PHBS. Survey PHBS di Puskesmas Lubuk Kilangan terakhir dilakukan tahun

18

Page 19: Masalah Perilaku

2012. Dari survey tersebut didapatkan data pencapaian PHBS rumah tangga di wilayah kerja

Puskesmas lubuk Kilangan, yang digunakan sebagai landasan untuk mengidentifikasi masalah.

Berdasarkan tabel diatas, tampak pencapaian indikator terendah adalah tidak mencuci tangan

dengan sabun, memberantas jentik dan tidak merokok di dalam rumah. Dan kelurahan yang

terbanyak PHBS yaitu Kelurahan Indarung (80.69%). Dan Kelurahan yang terendah PHBS yaitu

Kelurahan Baringin (47,47 %).

Beberapa faktor penyebab rendahnya PHBS di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

adalah :

1. Faktor pendidikan / pengetahuan

Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap PHBS menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan rendahnya pelaksanaan PHBS di rumah tangga. Meskipun berbagai

sosialisasi telah dilakukan, namun tidak mencapai seluruh kalangan masyarakat,

sehingga masih ada sejumlah masyarakat yang tidak tahu mengenai PHBS dan tidak

melaksanakannya.

2. Faktor sikap dan kebiasaan

Sikap sebagai salah satu domain perilaku juga menjadi faktor yang menentukan

keberhasilan pelaksanaan PHBS. Masih banyak masyarakat yang tertutup terhadap

informasi mengenai PHBS, dan juga masih ada masyarakat yang sudah tahu mengenai

PHBS tapi masih tidak melaksanakannya. Hal ini juga terkait kebiasaan yang sudah

sejak lama dilakukan seperti merokok, jarang olahraga, mencuci tangan hanya saat

akan makan dan tidak pakai sabun dan jarang makan buah dan sayur yang sulit

diubah.

3. Faktor sosial ekonomi

Faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat, khususnya

golongan masyarakat ekonomi rendah. Salah satu pengaruhnya adalah terhadap

19

Page 20: Masalah Perilaku

kebiasaan makan buah dan sayur setiap hari. Perekonomian keluarga yang kurang

menyebabkan mereka tidak bisa menyediakan buah dan sayur setiap hari di rumah.

4.2 Pengelolaan Masalah Perilaku di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

Setelah dilakukan pendataan dan identifikasi dan disimpulkan masalahnya, maka

dilakukan penyusunan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah tersebut. Dilakukan lokakarya

mini dengan mengundang tokoh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

Setelah itu, dilakukan pengolahan masalah. Pengelolahan masalah perilaku di wilayah

kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan dengan cara melakukan advokasi ke camat untuk

menggerakkan PKK dan kader, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat, kemitraan untuk

memberikan informasi kepada masyarakat dengan pihak lain dan DKK.

1. Advokasi ke camat untuk menggerakkan PKK dan kader.

Dengan adanya advokasi ke camat ini, diharapkan camat bisa menggerakkan PKK

yang sebagian besar anggotanya adalah kader untuk memberikan pengetahuan pada

masyarakat akan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2. Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat

Bina suasana dan pemberdayaan masyarakat ini dilakukan pada daerah yang cakupan

PHBSnya masih rendah. Pembinaan dilakukan melalui dua cara yaitu:

a. Penyuluhan Perorangan

Penyuluhan perorangan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas bekerja

sama dengan kader setempat dengan mendatangi langsung rumah di wilayah yang

cakupannya masih rendah itu dan memberikan penyuluhan langsung.

b. Penyuluhan Kelompok

Penyuluhan kelompok ini dilakukan oleh petugas promosi kesehatan dari

Puskesmas Lubuk Kilangan kepada masyarakat secara berkelompok. Berdasarkan

data Laporan Tahunan Promosi Kesehatan, terdapat 10 kali penyuluhan dengan

tema PHBS dengan jumlah yang disuluh sebanyak 330 orang.

Pemberdayaan dilakukan dengan:

20

Page 21: Masalah Perilaku

- Memberikan informasi pentingnya PHBS kepada kader agar kader tersebut dapat

menyampaikan informasi itu ke masyarakat.

- Mendorong kader agar menjadi contoh/role model bagi masyarakat untuk ber-

PHBS. Setelah dilakukan pembinaan dan pemberdayaan, untuk pemantauan

perilaku pasca pembinaan diberikan kepada masing-masing pembina wilayah.

Setiap bulannya pembina wilayah akan melaporkan mengenai perkembangan

perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.

3. Kemitraan

Kemitraan/kerja sama dilakukan Puskesmas Lubuk Kilangan dengan beberapa elemen

seperti:

- Dinas Kesehatan Kota; di mana DKK memberikan poster-poster dan spanduk

tentang PHBS kepada Puskesmas Lubuk Kilangan.

- Mahasiswa STIKES/koas; di mana mereka memberikan penyuluhan mengenai

PHBS terhadap masyarakat dan membuat leaflet PHBS untuk masyarakat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Identifikasi masalah di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan melalui

survey PHBS.

21

Page 22: Masalah Perilaku

2. Cara menilai perilaku masyarakat adalah menilai sejauh mana masyarakat menerapkan 10

indikator PHBS.

3. Pengelolaan masalah perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan melalui 3 cara:

advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah perilaku di Puskesmas Lubuk Kilangan adalah

faktor pendidikan/pengetahuan, sikap dan kebiasaan, dan sosial ekonomi..

5.2 Saran

1. Diteruskan dan ditingkatkan kegiatan sosialisasi dan edukasi masyarakat mengenai

PHBS dan rumah tangga sehat, baik melalui penyuluhan, media informasi (poster,

pamflet, leaflet).

2. Melakukan pemberdayaan kader untuk program bina suasana dan kegiatan advokasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program PHBS, Makasar, 2006.

Lasma Rohani. Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Desa Medan. Medan, 2007.

Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, 2012

Nengah Adnyana, Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Bali, 2012.

22

Page 23: Masalah Perilaku

Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat-Prinsip Dasar. Jakarta, 2003.2.5.

23