masalah 1-mencapai tujuan kurikulum 2013 dengan keterbatasan buku teks

22
MENCAPAI TUJUAN KURIKULUM 2013 DENGAN KETERBATASAN BUKU TEKS MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Problematika Pendidikan Kimia Yang dibina oleh Bapak Dr. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed Oleh : Ika Farida Yuliana 130331811076 Fitria Rizkiana 130331811080 Mohammad Arfi Setiawan 130331811085 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA

Upload: sandi-danar-cynthia-sari

Post on 18-Jan-2016

75 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kk

TRANSCRIPT

Page 1: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

MENCAPAI TUJUAN KURIKULUM 2013 DENGAN

KETERBATASAN BUKU TEKS

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Problematika Pendidikan Kimia

Yang dibina oleh Bapak Dr. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed

Oleh :

Ika Farida Yuliana 130331811076

Fitria Rizkiana 130331811080

Mohammad Arfi Setiawan 130331811085

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Agustus 2014

Page 2: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

MENCAPAI TUJUAN KURIKULUM 2013 DENGAN KETERBATASAN

BUKU TEKS

Abstrak: Kurikulum adalah alat dalam mencapai tujuan pendidikan

sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan

pendidikan. Dalam kurun waktu terakhir ini, baru saja dimulai babak

baru dari Kurikulum 2013. Ada kesenjangan antara fakta yang

terjadi dan harapan terhadap buku teks yang sesuai standar

Kurikulum 2013, sehingga dibutuhkan solusi agar tujuan Kurikulum

2013 tetap tercapai. Makalah ini berisi beberapa solusi yaitu,

membuat dan mengembangkan bahan ajar atau modul sesuai

Kurikulum 2013 dari buku teks yang ada, tidak membatasi peserta

didik dalam memperoleh berbagai informasi seputar materi

pelajaran, pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan bahan

ajar dan pemberian pelatihan ICT kepada guru-guru yang kurang

kompeten dalam memanfaatkan teknologi.

PENDAHULUAN

Kurikulum menurut UU nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (Permendikbud, 2013). Dari pengertian tersebut dapat

diketahui bahwa kurikulum adalah alat dalam mencapai tujuan pendidikan

sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.

Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum cenderung

mengalami perubahan yang disebabkan oleh tuntutan masyarakat, nilai

sosial dan kebutuhan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum yaitu

pada Tahun 1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004,

2006, 2013 (Kemendikbud, 2012). Perubahan kurikulum dalam sistem

pendidikan terus terjadi akibat adanya tantangan masa depan yang

semakin tinggi seperti globalisasi, kemajuan teknologi, ekonomi berbasis

Page 3: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

pengetahuan, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas

teknosains (Kemendikbud, 2012). Dalam kurun waktu terakhir ini, baru

saja dimulai babak baru dari Kurikulum 2013. Perubahan Kurikulum KTSP

menjadi Kurikulum 2013 ini tidak lain untuk menjawab tantangan yang

telah disebutkan di atas.

Perubahan kurikulum tanpa didukung oleh implementasi yang baik

tidak akan menghasilkan buah perbaikan dari perubahan tersebut. Agar

implementasi dari Kurikulum 2013 dapat efektif maka harus didukung oleh

sarana dan prasarana yang salah satunya adalah bahan ajar. Suatu

bahan ajar akan berubah jika kurikulum itu berubah. Perubahan bahan

ajar terjadi karena di dalam suatu bahan ajar hendaknya

mengintegrasikan keempat standar pembentuk kurikulum, sesuai dengan

model interaksi pembelajaran, model pembelajaran berbasis pengalaman

individu, serta mendukung efektivitas sistem pendidikan (Kemendikbud,

2012). Namun, faktanya perubahan kurikulum ini belum didukung dengan

baik oleh buku teks pelajaran sebagai bahan ajar siswa. Berdasarkan

hasil survei dan kajian referensi yang telah ditemukan dapat ditetapkan

beberapa fakta berikut terkait bahan ajar saat ini :

1. Buku babon khususnya buku teks kimia kelas XI dan XII yang

dijanjikan oleh pemerintah untuk mendukung implementasi Kurikulum

2013 sampai akhir tahun pelajaran 2013-2014 belum diterbitkan.

2. Buku babon untuk kelas XI baru diterbitkan awal tahun pelajaran 2014-

2015. Berdasarkan hasil kajian terhadap buku tersebut menunjukkan

bahwa penyampaian materi masih bersifat verifikasi. Hal ini dapat

dilihat pada kegiatan praktikum yang disajikan setelah konsep dari

suatu materi diuraikan pada buku tersebut.

3. Adanya keterbatasan dalam memilih buku teks sebagai bahan ajar

yang sesuai. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Situmorang (2012) mengenai analisis materi ajar, yaitu

adanya larangan/batasan pembelian buku yang mengakibatkan siswa

hanya mendapat materi pelajaran dari satu jenis buku saja.

Page 4: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

4. Jenis-jenis buku teks pelajaran kimia yang beredar di pasaran masih

menggunakan standar isi KTSP 2006 di antaranya buku terbitan esis,

BSE, Erlangga, Yudhistira, dan Ganeca exact.

5. Buku teks pelajaran kimia mengandung banyak kesalahan konsep.

Wibowo (2006) menyatakan kebanyakan buku teks di Indonesia

memiliki kelemahan yaitu kurang atau tidak adanya review buku teks

dari segi isi dan materi. Dari kelemahan tersebut kemungkinan terjadi

kesalahan-kesalahan dalam contoh dan penjelasan yang diberikan

dalam buku-buku kimia. Misalnya penjelasan tentang kepolaran

molekul sebagai berikut: molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena

ikatan O-H mapun N-H bersifat polar dan bentuk molekul tidak simetris

dan molekul BeCl2 dan BCl3 bersifat nonpolar karena molekulnya

nonpolar. Pernyataan tersebut tidak tepat karena baik molekul H2O

maupun BeCl2 merupakan molekul-molekul simetrik, relatif terhadap

unsur-unsur simetri tertentu (Effendy, 2005).

6. Buku teks pelajaran yang beredar di pasaran saat ini dapat dikatakan

jauh dari harapan Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil analisis yang

difokuskan pada salah satu BAB yang terdapat pada buku kimia kelas

XI, dari 7 aspek yang dianalisis berdasarkan aturan Kemendikbud

meliputi kesesuaian SKL, kesesuaian KD, kesesuaian KI, kecukupan

materi, informasi pembelajaran sesuai standar proses, penerapan

pendekatan scientific, dan penilaian autentik,hanya 2 dari 7 aspek

tersebut yang memenuhi standar Kurikulum 2013 yaitu kesesuaian KD

dan kecukupan materi, sedangkan 5 aspek lainnya belum memenuhi

standar.

7. Fakta lain terkait penggunaan bahan ajar oleh guru adalah

kebanyakan guru hanya menggunakan satu buku untuk pembelajaran

di kelas ataupun untuk memberi tugas dan pekerjaan rumah

(Adisenjdada & Romlah, 2007). Sebagai perbandingan, hasil penelitian

di Amerika menyimpulkan bahwa 90% guru sains menggunakan 90%

waktu pembelajarannya dengan menggunakan satu buku ajar (Stake &

Page 5: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

Easley, 1978; Weiss, 1989). Sebesar 75% pembelajaran di kelas dan

90% pekerjaan rumah didasarkan atas buku ajar (Blystone, 1989).

8. Kecenderungan meningkatnya penulis buku pelajaran sains yang

bekerja untuk penerbit tertentu “inhouse” (Adisenjdada & Romlah,

2007).Hal ini akan mengikis integritas ilmiah dan isi sains karena para

penulis cenderung tidak menjadi seorang ilmuwan dan teks yang

ditulisnya tidak direview oleh komunitas ilmiah (McInnerney, 1986).

9. Sebagian besar buku teks menampilkan informasi yang harus

dipelajari seperti fakta-fakta, konsep-konsep, teori-teori, hukum-hukum

kimia yang pada hakikatnya ialah memindahkan informasi-informasi

tersebut ke siswa saat mereka mempelajari materi tersebut

(Adisenjdada & Romlah, 2007). Buku yang demikian sifatnya tidak

lebih dari sekedar ensiklopedia.

10.Guru lebih suka menggunakan buku teks dari penerbit sebagai bahan

ajar dibandingkan membuat bahan ajarnya sendiri.

Fakta-fakta terkait bahan ajar yang telah dijelaskan di atas

berbanding terbalik dengan standar atau tuntutan dari kurikulum yang

berlaku. Berikut diuraikan tuntutan standar Kurikulum 2013 yang mengacu

pada kajian teori yang telah ada:

1. Berdasarkan draft dalam pengembangan Kurikulum 2013

(Kemendikbud, 2012) dinyatakan bahwa buku teks ditulis dari awal

desember 2012 hingga akhir Februari, dilanjutkan dengan tender

penggandaan buku di pertengahan Januari hingga akhir Maret,

pengandaan buku di awal Maret hingga akhir April, dan distribusi buku

teks di awal April hingga akhir Mei 2013.

2. Adanya jaminan penyediaan buku pegangan guru dan siswa yang

dijamin kualitas isi dan penyajian materi dari bahan ajar tersebut

(Kemendikbud, 2012). Penyediaan buku teks ini bertujuan untuk

mengurangi beban orangtua agar tidak membeli buku baru.

3. Bahan ajar yang disusun disesuaikan dengan model interaksi

pembelajaran (Kemendikbud, 2012). Model interaksi pembelajaran

Page 6: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

yang dimaksud pada kalimat tersebut adalah pendekatan saintifik,

dapat berupa discovery/inquiry.

Dari uraian diatas, terlihat adanya kesenjangan antara fakta yang

terjadi di lapangan dengan apa yang diharapkan oleh pemerhati

pendidikan dalam pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia.

Kesenjangan tersebut menunjukkan adanya masalah yang dihadapi

dalam sistem pendidikan di Indonesia khususnya dalam pengadaan

bahan ajar. Masalah tersebut diantaranya:

1. Belum ada kesesuaian antara bahan ajar yang beredar dari segi

penyampaian informasi yang sesuai dengan standar proses Kurikulum

2013.

2. Kebiasaan lama yang dimiliki oleh Guru dalam penyampaian bahan

ajar hanya menggunakan cara konvensional, seperti ceramah, tidak

sesuai dengan standar proses Kurikulum 2013.

3. Sebagian besar Guru hanya mau menggunakan satu atau dua buku

tertentu baik dalam penyampaian bahan ajar, pemberian tugas,

ataupun pekerjaan rumah.

4. Kurangnya keinginan Guru untuk berinovasi dalam membuat bahan

ajar yang sesuai agar dapat digunakan dalam proses belajar

mengajar.

5. Tidak ada review dari buku teks yang diterbitkan.

Rumusan masalah yang dapat diambil dari beberapa uraian

masalah di atas yaitu dengan menggunakan buku teks yang ada, apa

solusi yang dapat digunakan agar tujuan Kurikulum 2013 tetap tercapai?

PEMBAHASAN

Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang

disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses

pembelajaran (Belawati, 2003). Berdasarkan jenisnya bahan ajar dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Bahan Ajar Cetak

a. Handout

Page 7: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

b. Buku pelajaran/buku teks

c. Modul

d. Programmed Materials

2. Bahan Ajar Elektronik

a. CD interaktif

b. TV

c. Radio

Buku teks sebagai salah satu bentuk bahan ajar memiliki syarat sebagai

berikut: (1) buku teks harus mengintegrasikan keempat standar

pembentuk kurikulum, (2) sesuai dengan model interaksi pembelajaran,

(3) sesuai dengan model pembelajaran berbasis pengalaman individu, (4)

serta mendukung efektivitas sistem pendidikan.

Berdasarkan fakta dan harapan terhadap buku teks yang beredar

dalam implementasi Kurikulum 2013 maka dapat dirangkum dalam tabel

komparasi sebagai berikut.

Tabel 1. Komparasi Fakta dan Harapan Buku Teks Kurikulum 2013

Fakta Tuntutan1. Buku babon khususnya buku teks

kimia kelas XI dan XII yang dijanjikan oleh pemerintah untuk mendukung implementasi Kurikulum 2013 sampai akhir tahun pelajaran 2013-2014 belum diterbitkan

2. Buku babon yang telah diterbitkan sifatnya masih verifikasi

3. Adanya keterbatasan dalam memilih buku teks sebagai bahan ajar yang sesuai (Situmorang, 2012).

4. Jenis-jenis buku teks pelajaran kimia yang beredar di pasaran masih menggunakan standar isi KTSP 2006

5. Buku teks pelajaran kimia mengandung banyak kesalahan konsep (Wibowo, 2006)

6. Buku teks pelajaran yang beredar di pasaran saat ini dapat dikatakan jauh dari harapan Kurikulum 2013

7. Sebagian besar Guru hanya menggunakan satu buku ajar untuk pembelajaran di kelas ataupun untuk memberi tugas dan pekerjaan rumah (Adisenjdada & Romlah, 2007)

8. Kecenderungan meningkatnya penulis buku pelajaran sains yang bekerja

1. Berdasarkan draft dalam pengembangan Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2012) dinyatakan bahwa buku teks ditulis dari awal Desember 2012 hingga akhir Februari, dilanjutkan dengan tender penggandaan buku di pertengahan Januari hingga akhir Maret, penggandaan buku di awal Maret hingga akhir April, dan distribusi buku teks di awal April hingga akhir Mei 2013.

2. Adanya jaminan penyediaan buku pegangan guru dan siswa yang dijamin kualitas isi dan penyajian materi dari bahan ajar tersebut (Kemendikbud, 2012).

3. Menurut Kemendikbud (2012) Bahan ajar yang disusun disesuaikan dengan model interaksi pembelajaran (pendekatan saintifik)

Page 8: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

untuk penerbit tertentu “inhouse” (Adisenjdada & Romlah, 2007)

9. Sebagian besar buku teks menampilkan informasi yang harus dipelajari (Adisenjdada & Romlah, 2007)

10. Guru lebih suka menggunakan buku teks dari penerbit sebagai bahan ajar dibandingkan membuat bahan ajarnya sendiri.

Dari Tabel 1 diatas, terdapat kesenjangan-kesenjangan yang dapat

menimbulkan berbagai masalah yaitu: (1) keterlambatan distribusi buku

babon, (2) sampai sekarang buku teks yang digunakan masih belum

sesuai. Fakta di lapangan menunjukkan adanya keterlambatan distribusi

awal buku teks pada tahun pertama penerapan Kurikulum 2013 yang

menyebabkan proses pembelajaran masih menggunakan buku teks lama.

Bahkan, pada tahun pelajaran 2014-2015, distribusi buku teks juga masih

belum sesuai harapan. Hal ini terlihat seperti yang diberitakan koran

elektronik sinarharapan.com (2014), bahwa memasuki hari ketiga tahun

ajaran baru, beberapa sekolah belum mendapatkan buku pelajaran bagi

para siswanya. Beberapa sekolah menyatakan buku Kurikulum 2013

belum sampai ke tangan para peserta didik. Laporan tersebut berasal dari

sekolah di DKI Jakarta, Provinsi Jambi, Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY), dan Jawa Timur.

Masalah berikutnya adalah ketika buku babon telah diterima oleh

sekolah, isi dari buku babon masih belum sesuai dengan tuntutan

Kurikulum 2013. Dari hasil dokumentasi, kemudian dilakukan analisis

terhadap perbedaan buku teks pelajaran kimia dari penerbit yang

berbeda-beda seperti Esis, Erlangga, BSE, Ganeca exact yang sesuai

standar isi KTSP 2006, dan buku teks Kurikulum 2013 (buku babon) yang

telah diterbitkan oleh Mediatama, diperoleh suatu fakta bahwa baik buku

yang masih mengacu pada standar isi KTSP 2006 ataupun buku babon,

keduanya tidak jauh berbeda baik dari segi penyampaian informasi berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, hukum-hukum ataupun kekinian materi.

Perbedaan yang tampak pada buku-buku tersebut adalah pada buku

Page 9: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

babon dilengkapi dengan portofolio sebagai penilaian autentik sedangkan

pada buku-buku berstandar KTSP belum menekankan penilaian autentik.

Hal lain yang tampak dalam hasil analisis bahan ajar tersebut

adalah tidak munculnya karakteristik pendekatan saintifik seperti isi dari

buku teks kurang memotivasi siswa untuk menemukan konsep secara

mandiri. Idealnya, suatu bahan ajar menekankan pendekatan saintifik

berupa inquiri/discovery yang sesuai dengan karakteristik dari ilmu kimia

sebagai ilmu sains. National Research Council America (1990)

memberikan acuan yang tersusun atas tujuh kriteria yang harus

dipertimbangkan di dalam memilih buku ajar sains:

1. Buku ajar tidak bersifat ensiklopedia.

2. Teliti dan cermat melihat fakta.

3. Mengikuti perkembangan konsep mutakhir dan materi subyek baru.

4. Memiliki koherensi yang logis.

5. Kejelasan eksplanasi atau penjelasan dan keefektifan ilustrasi.

6. Sesuai dengan minat dan tingkatan siswa.

7. Mewakili sains sebagai sains eksperimental

Adanya keterlambatan dan ketidaksesuaian buku babon,

memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan kreatifitasnya

dalam membuat bahan ajar yang sesuai dengan Kurikulum 2013.

Menyiapkan bahan ajar juga merupakan salah satu tugas guru agar dapat

memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik (Arifin,

2005). Salah satu fungsi dari bahan ajar adalah pedoman bagi guru yang

akan mengarahkan semua aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

sekaligus merupakan substansi kompetesi yang seharusnya diajarkan

kepada siswanya. Dari pernyataan tersebut jelas terlihat bahwa adanya

buku teks ataupun bahan ajar memegang peranan penting dalam

memberikan pengalaman belajar bagi siswa sehingga membuat siswa

aktif dalam menemukan konsep sendiri.

Salah satu jenis bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum

2013 dan dapat dikembangkan oleh guru adalah bahan ajar dengan

menggunakan model inkuiri terbimbing. Berdasarkan hasil wawancara

Page 10: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

dengan guru, Wibisono (2012) mengemukakan bahwa sampai saat ini

proses pembelajaran kimia mengalami kendala dalam hal keterbatasan

bahan ajar, khususnya bahan ajar cetak seperti buku atau modul. Oleh

karena itu, dengan menggembangkan bahan ajar berupa modul ataupun

LKS dengan model inkuiri, guru dapat memberikan pengalaman belajar

sesuai pendekatan saintific approach dan tentunya siswa mendapatkan

pengalaman belajar yang bermakna. Pernyataan ini juga didukung oleh

hasil penelitian Novianty (2013) yang menyebutkan bahwa bahan ajar

berupa modul berbasis inkuiri efektif untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dan persepsi siswa selama mengikuti pembelajaran sangat positif.

Selain dua masalah pokok di atas, sebagian besar guru terlalu

monoton dalam mengajar dan menggunakan sumber belajar (Nasution,

2012). Guru yang seperti ini cenderung hanya menggunakan buku teks

tertentu dan tidak memberikan peserta didik untuk mendapatkan buku

teks yang lain. Hal ini tentunya tidak dibenarkan karena ilmu pengetahuan

alam khususnya kimia adalah ilmu yang terus berkembang seiring dengan

perkembangan globalisasi jaman, sehingga guru harus selalu up to date

dalam hal bahan ajar dan media belajar yang digunakan. Guru tidak

seharusnya membatasi peserta didik dalam memperoleh berbagai

informasi seputar materi pelajaran dengan catatan guru tetap harus

memantau informasi yang diperoleh oleh siswa. Hal yang dipantau Guru

adalah bagaimana peserta didik mendapatkan informasi dan kebenaran

dari informasi tersebut.

Solusi lain yang dapat dilakukan oleh guru untuk memaksimalkan

kegiatan pembelajaran yaitu dengan memanfaatkan perkembangan

teknologi dan informasi. Guru bisa mengembangkan bahan ajar atau

modul baru berupa multimedia interaktif. Bahan ajar atau modul interaktif

berbasis multimedia sudah terbukti meningkatkan hasil belajar. Hal

tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian berikut.

a. Hidajati (2011) mengembangkan bahan ajar interaktif untuk kelas X

SMK dengan metode penemuan terbimbing. Bahan ajar yang

Page 11: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

dikembangkan efektif dengan pencapaian hasil belajar 94,7 % siswa

telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

b. Kartika (2013) mengembangkan bahan ajar interaktif dengan

pendekatan inkuiri terbimbing untuk SMK RSBI. Hasil belajar siswa

dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan menunjukkan

90,9 % siswa mencapai nilai KKM 75 dengan skor rata-rata 80,5.

c. Lou dkk. (2012) menguji efektivitas bahan ajar multimedia praktikum

kimia organik untuk siswa SMA. Hasil penelitian dapat diketahui

bahwa nilai postes kelompok yang menggunakan video dan animasi

lebih tinggi dari pada kelompok yang hanya menggunakan gambar

diam. Kelompok yang menggunakan video dan animasi lebih baik

dalam mengoperasikan alat, ketepatan prosedur praktikum dan

berhasil menyelesaikan langkah-langkah dalam praktikum.

Namun, sebagian besar guru memiliki keterbatasan dalam

memanfaatkan teknologi dikarenakan proses untuk membuat modul atau

bahan ajar tersebut yang sesuai dengan materi tidaklah mudah apalagi

jika menggunakan media interaktif. Hal ini karena pembuatan bahan ajar

dengan aneka bentuk sangat tergantung dengan kemampuan guru dalam

teknologi tertentu, misalnya jika guru akan membuat bahan ajar berupa

gambar tentu saja guru minimal bisa membuat gambar secara manual

meskipun akan sangat lama dan hasilnya juga kurang baik, akan tetapi

lebih baik lagi jika menggunakan media komputer dan dicetak sesuai

kebutuhan. Hal ini tentunya menuntut guru untuk melek teknologi

komputer dan desain grafis (minimal bisa membuat gambar dengan

program paint) walaupun bisa juga mendownload gambar-gambar instan

dari internet, tapi ini juga akan menjadi kendala bagi guru yang gaptek

(gagap teknologi) karena biasanya guru-guru khususnya guru-guru di

pedesaan mereka jarang sekali bersentuhan dengan teknologi komputer.

Permasalahan ini memang banyak terjadi di kalangan guru-guru

yang sudah berumur (tua) karena notabene mereka mengalami masa di

mana teknologi tidak berkembang sepesat teknologi saat ini. Kebanyakan

guru yang sudah berumur memiliki kemampuan dengan perkembangan

Page 12: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

media, teknik, metode yang sangat ketinggalan jika diukur dengan materi

pembelajaran yang semakin hari berkembang seiring dengan kemajuan

peradaban manusia. Sedangkan bagi guru-guru muda mereka sudah lebih

banyak menikmati informasi tentang media komputer, dan elemen-elemen

program yang ada di dalamnya, jadi otomatis dalam mempersiapkan

bahan ajar rata-rata mereka tidak mengalami kesulitan.

Solusi sederhana yang dapat digunakan oleh guru yang terkendala

dalam hal menggunakan ICT adalah guru mengikuti kursus kilat untuk

mengenalkan mereka dengan teknologi komputer. Selain itu, pemerintah

juga telah menyediakan program pelatihan komputer (ICT) yang

dilaksanakan hampir setiap tahun yang dapat diikuti oleh guru. Pelatihan

pembuatan bahan ajar bagi guru dan kemajuan informasi yang cukup

pesat memberikan kesempatan guru-guru untuk menambah pengetahuan

dan pengalaman serta membantu guru untuk membuat bahan ajar yang

baik, manfaat, efektif dan efisien sehingga dapat memacu kreativitas dan

kemandirian siswa dalam belajar yang dapat memberikan efek positif

pada hasil belajar serta pengalaman belajar yang berguna bagi siswa

menuju ke jenjang berikutnya.

Selain mengikuti kursus kilat maupun workshop mengenai ICT,

Guru juga bisa menggunakan alternatif lain untuk tetap dapat

menggunakan ICT dalam pembelajaran yaitu dengan lesson study. lesson

study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil

pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan

oleh sekelompok guru. Tujuan utama lesson study yaitu untuk : (1)

memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa

belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang

bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran;

(3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri

kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana

seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Manfaat

yang yang dapat diambil lesson study, diantaranya: (1) guru dapat

mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh

Page 13: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

umpan balik dari anggota lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan

dan mendiseminasikan hasil akhir dari lesson study. Lesson study

dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang terdiri dari: (1)

perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak

lanjut (act).

Dalam lesson study, guru yang sudah cukup berumur bisa

berkolaborasi dengan Guru muda yang memahami dan menguasai

penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Kedua pihak yang

berkolaborasi tentunya mendapatkan manfaat. Bagi Guru yang sudah

cukup berumur bisa mempelajari ICT dari Guru yang lebih muda dan

berbagi tugas. Guru yang lebih muda mendapatkan pemahaman materi

dari guru yang lebih tua karena lebih berpengalaman. Sehingga lesson

study akan bisa mengoptimalkan proses pembelajaran dan guru bisa

saling melengkapi kekurangan masing-masing.

KESIMPULAN

Adanya kesenjangan antara fakta yang terjadi dan harapan

terhadap buku teks yang sesuai standar Kurikulum 2013 dapat diatasi

dengan solusi sebagai berikut.

1. Membuat dan mengembangkan bahan ajar atau modul sesuai

Kurikulum 2013 dari buku teks yang ada. Bahan ajar yang dapat

dikembangkan oleh guru adalah bahan ajar dengan menggunakan

model inkuiri terbimbing karena guru dapat memberikan

pengalaman belajar sesuai pendekatan saintific approach dan

tentunya siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.

2. Guru tidak membatasi peserta didik dalam memperoleh berbagai

informasi seputar materi pelajaran dengan catatan guru tetap harus

memantau informasi yang diperoleh oleh siswa.

3. Memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi dengan

mengembangkan bahan ajar atau modul baru berupa multimedia

interaktif. Bahan ajar atau modul interaktif berbasis multimedia

sudah terbukti meningkatkan hasil belajar.

Page 14: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

4. Pemberian pelatihan ICT kepada guru-guru yang kurang kompeten

dalam memanfaatkan teknologi.

Referensi

Adisenjdada & Romlah. 2007. Analisis Buku Ajar Sains Berdasarkan Literasi Ilmiah Sebagai Dasar Untuk Memilih Buku Ajar Sains (Biologi). Diseminarkan pada tgl 25-26 Mei 2007 pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Arifin, M. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: UM press

Blystone, R.V. (1989). College Introductory Biology Textbooks: An Important Communication Tool”. The American Biology Teacher. 49 (7): 418-425.

Effendy. 2005. Simetri dan Kelompok Titik. Bahan Kuliah Ikatan Kimia. Tidak Diterbitkan. Jurusan Kimia FMIPA. Malang: Universitas Negeri Malang.

Hidajati, S. E. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Kimia Berdasarkan Metode Penemuan Terbimbing dan Model Plomp Untuk Mata Pelajaran Kosmetika pada Kelas X SMK Program Keahlian Tata Kecantikan. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS UM.

Kartika, D. A. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Interaktif dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk SMK RSBI Kelas X Program Keahlian Keahlian Tata Boga SMKN 2 Bondowoso pada Mata Pelajaran Kosmetika. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS UM.

Kemendikbud, 2012. Dokumen Kurikulum 2013, (Online) (http://kangmartho.com), diakses tanggal 25 Juni 2014.

Kemendikbud. 2012. Pengembangan Kurikulum 2013. diakses tanggal 25 Juni 2014

Lou Shi-Jer, Lin Hui-Chen, Shih Ru-Chu, & Tseng Kuo-Hung. 2012. Improving The Effectiveness of Organic Chemistry Experiments Through Multimedia Teaching Materials for Junior High School Students. The Turkish Online Journal of Educational Technology, 11 (2): 135-141.

McInnerney, J.D.,1986. Biology textbook-Whose business?. The American Biology Teacher, 48: 396-400

Page 15: Masalah 1-Mencapai Tujuan Kurikulum 2013 Dengan Keterbatasan Buku Teks

Nasution, I.S. 2012. Pengaruh pengembangan berpikir kritis dalam pembelajaran melalui bahan ajar kelarutan untuk meningktakan hasil belajar siswa MAN 2 Model Medan kelas XI semester genap tahun ajaran 2011/2012. Tesis tidak diterbitkan. UNIMED, (Online), (http://digilib.unimed.ac.id), diakses tanggal 29 Agustus 2014..

National Research Council America. 1990. Fulfilling the promise: Biology Education in the Nation’s schools. Washington, DC: National Academy Press.

Novianty, Iqma. 2013. Efektivitas Penerapan Modul Materi Analisis Elektrokimia Berbasis Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar dan Persepsi Siswa Kelas XI Semester 1 Kompetensi Keahlian Kimia Analisis SMKN 7 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Permendikbud. 2013. Kerangan Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Diakses tanggal 20 Juni 2014.

Situmorang, I.G. 2012. Analisis Materi Ajar dan Pembelajaran Kimia di SMP Negeri 9 Pematangsiantar. Pendidikan Kimia. Pascasarjana Unimed.

Stake, R.E. & Easley, J.A. 1978. Case Studies in Science Education. Center for Instructional Research an Curriculum Evaluation: University of Illinois at Urbana-Champaign.

Wibowo, A.M. 2006. Analisis Kesalahan Konsep Materi Ikatan Kimia padaBuku Kimia SMA dan Perbaikannya Dengan Menggunakan Bahan Ajar. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Wibisono, R.Y. 2012. Pengembangan Modul Materi Analisis Elektrokimia Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Kimia Analisis SMK Negeri 2 Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.