mar

Upload: pipit-fitri-al-bashire

Post on 29-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN PENYAKITMalformasi anorektal ialah suatu malformasi kongenital dimana rektum tidak mempunyai jalan keluar. Jadi pada kasus ini anus tertutup sama sekali dan tebalnya bagian yang tertutup ini bermacam-macam.

B. ETIOLOGIPenyebab dari penyakit ini adalah:1. Malformasi AnusGangguan pertumbuhan dan fusi serta pembentukan anus dari tonjolan embrionik.2. Malformasi RektumGangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital serta gangguan perkembangan septum anorektal yang memisahkannya (terjadi fistel).

C. PATOFISIOLOGI PENYAKITMalformasi anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki2 biasanya letak tinggi , umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate. (rektovesika). pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).Atresia anorektal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses pemisahan. Secara embriologis hindgut dari apparatus genitourinarius yang terletak di depannya atau mekanisme pemisahan struktur yang melakukan penetrasi sampai perineum. Pada atresia letak tinggi atau supra levator, septum urorektal turun secara tidak sempurna atau berhenti pada suatu tempat jalan penurunannya Urorektal dan rektovaginal bisa terjadi karena septum urorektal turun ke bagian kaudal tidak cukup jauh, sehingga lubang paling akhir dari hindgut berbelak ke anterior sehingga lubang akhir hindgut menuju ke uretra atau ke vagina. Atresia rektoanalmungkin dapat meninggalkan jaringan fibrous atau hilangnya segmen dari rektum dan anus, defek ini mungkin terjadi karena adanya cedera vaskular pada regio ini sama dengan yang menyebabkan atresi pada bagian lain dari usus. Anus imperforata terjadi ketika membran anal gagal untuk hancur.

D. MANIFESTASI KLINISSecara klinik pada bayi ditemukan tidak adanya mekonium yang keluar dalam waktu 24-48 jam setelah kelahiran atau tidak tampak adanya lubang anus. Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan pemasukan thermometer melalui anus. Tindakan ini tidak hanya untuk mengetahui suhu tubuh, tetapi juga untuk mengetahui apakah terdapat anus imperforata atau tidak. Bila anus terlihat normal dan terdapat penyumbatan yang lebih tinggi dari perineum maka gejala akan timbul dalam 24-48 jam, berupa perut kembung, muntah, tidak bisa buang air besar dan ada yang mengeluarkan tinja dari vagina atau ureter.

E. PENATALAKSANAAN MEDISPemeriksaan Diagnostik / Penunjang Malformasi Anorektal1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostic yang umum dilakukan pada gangguan ini2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium3. Pemeriksaan sinar-X lateral inverse (teknik Wangensteen-Rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada atau di dekat perineum; dapat menyesatkan jika rectum penuh dengan mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal 4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak kantong rectal4. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan cara menusukkan jarum tersebut sambil melakukan aspirasi; jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm, defek tersebut dianggap sebagai defek tingkat tinggiPenanganankelainan tipe ini harus mendapat penanganan khusus. Di mana tahapan pertama yang harus dilakukan adalah operasi dengan membuat lubang pembuangan sementara di dinding perut (kolostomi) dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari infeksi yang lebih berat. Kemudian tahap kedua dilakukan paling cepat dua bulan setelah operasi pertama, yaitu operasi dengan membuat lubang anus yang disebut postero sagital anorectoplasty (PSARP). Operasi tahap kedua ini adalah membuat anus sesuai tempatnya sekaligus pelebaran lubang anus dengan dilakukan bouginagi. Pelebaran lubang anus ini untuk mencapai kaliber lubang sesuai umur bayi, ujarnya. Setelah kaliber anus tercapai, maka tahap terakhir adalah dilakukan operasi penyambungan kembali kolostomi. Pada tahap ini diharapkan bayi atau anak tersebut dapat membuang fesesnya secara normal tanpa masalah.Perawatan post op Post kolostomi : pencegahan iritasi kulit (pemakaian kantung kolostomi yg sesuai, penggunaan skin barier) Post PSARP : Posisi tidur miring/telungkup, perawatan luka Post reanastomosis : diet bertahap Fistula perianal adalah suatu bentuk saluran abnormal (saluran yang seharusnya tidak ada) yang menghubungkan antara lapisan epitel anus dengan bagian kulit di sekitar anus, penyebabnya adalah infeksi pada kelenjar di anus yang lama-lama menyebabkan suatu saluran atau terowongan.

F. RENCANA KEPERAWATANPENGKAJIANPengumpulan Data1) Identitasa) Identitas anakNama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan klien dalam keluarga, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, nomor rekam medic, alamat.b) Identitas Orang tuaNama ayah, nama ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat.2) Riwayat kesehatana) Riwayat kesehatan sekarangPada pengkajian keperawatan dapat ditemukan penyumbatan anus (anus tidak normal), tidak adanya mekonium, adanya kembung dan terjadi muntah pada 24-48 jam setelah lahir. Atau pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium pada urin, dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium pada vagina. b) Riwayat Kesehatan dahulu1) Riwayat ParentalKesehatan ibu selama hamil, kapan hari pertama haid terakhir (HPHT), imunisasi TT, nutrisi selama ibu hamil dan kebiasaan atau perilaku ibu sewaktu hamil yang merugikan bagi perkembangan dan pertumbuhan janin, seperti : kebiasaan merokok, minum kopi, minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan obat obatan secara sembarang.2) Riwayat intranatalLamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan persalinan, berat badan lahir, keadaan bayi lahir awal, awal timbulnya pernafasan, tangisan pertama dan tindakan khusus.3) Riwayat neonatalSkor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang berlebihan paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital, kesulitan menghisap, kesulitan pemberian makan atau ASI.c) Riwayat kesehatan KeluargaMengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga uang mengalami gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan langsung dengan gangguan system gastrointestinal.3) Pemeriksaan FisikPra Operatifa) Daerah perineum dan Inspeksi dengan cermat daerah perineum secara dini untuk mencari hubungan fistula ke kulit untuk menemukan muara anus ektopik atau stenatik untuk memperbaiki bentuk luar jangka panjang untuk melihat adanya mekonium (apakah keluar dari vagina atau keluar bersama urine) untuk melihat adanya garis hitam yang menentukan letak fistel dan terapi segeranya.b) Abdomen Memeriksa tanda-tanda obstruksi usus (perut kembung). Amati adanya distensi abdomen. Ukur lingkar abdomen. Dengarkan bising usus (4 kuadran). Perkusi abdomen Palpasi abdomen (mungkin kejang usus) Kaji hidrasi dan status nutrisi Timbang berat badan tiap hari Amati muntah proyektif (karakteristik muntah)c) TTV Pada semua bayi baru lahir harus dilakukan pemasukan thermometer melalui anus. Tindakan ini tidak hanya untuk mengetahui suhu tubuh, tetapi juga untuk mengetahui apakah terdapat anus imperforata atau tidak. Ukur frekuensi pernafasan (terjadinya takipnea atau dispnea) Ukur nadi (terjadinya takikardia)

Post Operatifa) Meliputi penampilan secara umum lemah, tingkat kesadaran berat badan, tinggi badan.b) Tanda-tanda vital terdiri dari suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darahc) System pernapasanKaji adanya pernapasan cepat dan dangkald) Sistem KardiovaskulerKaji adanya takhikardia, hipotensi, leukositosise) Sistem PencernaanKaji adanya stoma pada abdomen, bising usus melemah atau menghilang. Adanya nyeri tekan dan lepas pada daerah abdomen karena ada luka post kolostomi, pada anus terdapat post operasi PSARP. Pemeriksaan pada Post Op yaitu infeksi terdapat kolostomi, warna pink seperti cery atau merah kehitaman, adakah perdarahan stoma dan bagaimana jumlah dan tipe feses. Bentuk abdomen datar, tekstur kulit lembut. Pada saat palpasi apakah adanya pembesaran atau massa, kelembaban kulit kering, turgor kulit cepat kemali setelah dicabut, tidak adanya pembesaran hepar dan limpa,pada saat auskultasi terdengar bising usus, pada saat perkusi apakah terdapat bunyi timpani atau danles.f) System endokrinPada system ini tidak ada gangguan spesifik yang menyertai MAR, kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid.g) Sistem GenitourinariaBiasanya pasien dengan post op PSARP di pasang dower kateter, pada laki-laki bentuk genetalia eksterna utuh, kaji apakah sudah disirkumisi, frekuensi BAK dan kelancarannya, adanya fistula.h) Sistem MuskuloskeletalPada system ini tidak ada gangguan spesifik yang menyertai MAR, kaji ROM, kekuatan otot, dan reflex.i) Sistem IntegumenPada system ini tidak ada gangguan spesifik yang menyertai MAR, kaji adanya penurunan turgor kulit dan peningkatan suhu tubuh.j) Sistem persarafanKaji fungsi serebral dan cranial klien

4) Data PenunjangPada Pra operatif biasanya diperiksa hematologi diantaranya : haemoglobin, leukosit, hematokrit dan trombosit.Dan pada data laboratorium klien dengan post operasi (baru operasi) biasanya ditemukan adanya peningkatan leukosit dari 10.000/mm3, hal ini menunjukan adanya infeksi oleh mikroorganisme. Pada pemeriksaan Hb ditemukan adanya penurunan akibat adanya perdarahan yang mlebih saat operasi atau nutrisi kurang dari kebutuhan namun setelah post operasi yang lama tidak ditemukan adanya data laboratorium yang menyimpang dari harga normal.

DIAGNOSA KEPERAWATANPra Operatif1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah2) Ansietas pada orang tua berhubungan dengan tindakan / prosedur pembedahan

Post Operatif1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kapasitas paru sekunder terhadap pemberian anestesi.2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perlukaan jaringan pada pembedahan3) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan4) Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan. intake tidak adekuat 5) Ganguan eliminasi berhubungan dengan .. 6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya perlukaan jaringan7) Perubahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya kemampuan fisik dan proses hospitalisasi8) Kurang pengetahuan berhubungan pendidikan kesehatan tentang perawatan kolostomiINTERVENSI KEPERAWATANPra OperatifNoDiagnosa KeperawatanPrencanaan

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi ( NIC)

1.Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan torakal sekunder terhadap distensi abdomenSetelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam pola nafas efektif, dengan kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu Menunjukkan jalan nafas yang paten ( irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal). Tanda-tanda vital dalam rentang normal ( tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu). Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan seperti : krekels, mengi. Inpeksi adanya sianosis Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan Monitoring respirasi dan satuan O2.

2Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntahSetelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, klien menunjukkan keseimbangan cairan elektrolit, dengan kriteria: Mempertahankan urine output sesuai dengan BB, BJ urine normal, Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik Jumlah dan irama pernafasan dalam batas normal Monitoring Input output cairan setiap 8 jam Monitoring status hidrasi( kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan. Monitoring TTV klien Inspeksi turgor kulit Monitoring status nutrisi klien Berikan cairan oral Inspeksi adanya distensi abdomen Kolaborasi berikan cairan IV

3.Ansietas pada orang tua berhubungan dengan tindakan / prosedur pembedahan

Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam, ansietas pada orang tua berkurang dengan kriteria hasil : Keluarga mampu mengungkapkan rasa sakit, penerimaan atas pembedahan, dan memahami prosedur pembedahan. Gunakan pendekatan yang menyenangkan Identifikasi tingkat kecemasan Peningkatan support terhadap keluarga tindakan atu prosedur tersebut tindakan tepat Jelaskan tentang prosedur tepat waktu

Post OperatifNo.Diagnosa KeperawatanRencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil ( NOC ) Intervensi ( NIC )

1.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kapasitas paru sekunder terhadap pemberian anestesi.

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, pola nafas klien efektif, dengan kriteria hasil : Klien tidak mengalami sianosis Tidak ada hipoksia Respirasi rate normal (30-60 x/menit) dan regular Tidak ada suara ngorok Catat kecepatan/ kedalaman pernafasan, auskultasi bunyi nafas, amati adanya pucat, sianosis, Monitoring TTV klien Monitoring respirasi dan satuan O2 Posisikan klien dengan meninggikan kepala 300 Ubah posisi secara periodic Berikan O2 sesuai kebutuhan

2.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perlukaan jaringan pada pembedahan

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, tidak terdapat infeksi, dengan kriteria hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Suhu normal : 36,50C 370C Tidak ada tanda-tanda radang (merah, bengkak, panas area luka) Jumlah leukosit dalam batas normal Balutan kering dan bersih. Pertahankan teknik aseptic Batasi pengunjung bila perlu Cuci tangan setisp sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Tingkatkan intake nutrisi Kolaborasi pemberian antibiotic Monitoring tanda dan gejala infeksi Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Monitoring adanya luka Dorong masukan cairan Dorong klien untuk istirahat cukup Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Kaji suhu badan klien setiap 4 jam

3.Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, nyeri berkurang, dengan kriteria hasil : Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri( skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda-tanda vital dalam batas normal Tidak mengalami gangguan tidur

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi non verbal dari adanya ketidaknyamanan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi; nafas dalam, relaksasi, distraksi Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri Tingkatkan istirahat klien Berikan informasi tentang nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang, dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur Monitoring vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali.

4.Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan. intake tidak adekuat Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil : BB klien naik Hasil pemeriksaan laboratorium seperti total protein, Hb, Ht, dan elektrolit dalam keadaan normal Kaji adanya alergi makanan Ajarkan klien bagaimana membuat catatan makanan harian Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah terjadinya konstipasi Monitoring adanya penurunan BB dan gula darah Monitoring turgor kulit Monitoring total protein, HB, Ht, Monitoring mual muntah Monitoring pucat, konjungtiva, Monitoring intake nutrisi klien Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien Kolaborasi pemberian anti emetic

5.Ganguan eliminasi fekal berhubungan dengan pemasangan kolostomi

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, klien dapat beradaptasi terhadap terpasangnya kantong kolostomi, dengan kriteria hasil: Aliran pengeluaran feces baik dengan konsistensi feces yang keluar lembek Klien tampak nyaman dan tidak rewel akibat terpasangnya kantung kolostomi Berikan penjelasan pada keluarga tentang indikasi terpasangnya kantung kolostomi Kaji mengenai keadaan, karakteristik, dan konsistensi feces yang keluar Ganti kantong kolostomi jika sudah penuh Pertahankan pemberian cairan IV

6.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya perlukaan jaringan

Setelah dilakukan perawatan selama 4x24 jam tidak terdapat kerusakan integritas kulit, dengan kriteria hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastic, temperature, hidrasi, pigmentasi) Tidak ada luka atau lesi pada kulit Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinyan cedera berulang Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit Menunjukkan terjadinya prses penyembuhan luka Inspeksi warna ukuran luka Bersihkan permukaan kulit dengan menggunakan hydrogen / air dengan sabun lunat/ petrolatum Gunakan balutan teknik aseptic monitoring intake nutrisi klien ajarka pada keluarga tentang luka dan perawatan luka cegah kontaminasi feces dan urine kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet TKTP , vitamin

7. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan pendidikan kesehatan tentang perawatan kolostomi

Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam, keluarga mengetahui dan mengerti tentang perawatan kolostomi dengan kriteria hasil : Keluarga dapat mengganti kolostomi secara mendiri Keluarga dapat mengetahui tanda tanda iritasi pada kolostomi Keluarga dapat klien dapat mencegah terjadinya iritasi pada colostomi Jelaskan dan demonstrasikan perawatan stoma tahap demi tahap Jelaskan peralatan yang di gunakan Jelaskan informasi tentang penatalaksanaan diit (makan diet rendah residu, tinggi protein dan tinggi kalori). Jelaskan tanda- tanda iritasi pada stoma Jelaskan cara mencegah agar stoma tidak terjadi iritasi

BAB IIIPEMBAHASAN KASUS

A. PENGKAJIAN1. IDENTITAS KLIENNama: An. M FTempat, Tanggal Lahir: Bandung, 15 Mei 2012Jenis Kelamin: Laki-LakiAnak Ke/ Dari: 1 Dari 1 BersaudaraAlamat: Soreang, Bandung- Jawa BaratTanggal Pengkajian: 30 Januari 2013Diagnose Medis: Mar Tanpa Fistula Post Op ColostomyNama Ayah/ Ibu: Tn. A/ Ny. HUsia Ayah/ Ibu: 38 Th/ 33 ThPekerjaan Ayah/ Ibu: Buruh/ IRTAgama Ayah/ Ibu: islamSuku: sunda

2. KELUHAN UTAMAAnak tidak memiliki lubang anus.

3. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INIIbu mengeluhkan anaknya tidak memiliki lubang anus sejak lahir. Dan saat ini ibu juga mengeluhkan lubang colostomynya mulai turun / prolaps sejak 1 bulan SMRS, ibu mengatakan bahwa direncanakan akan melakukan operasi pembuatan lubang anus dan perbaikan lubang kolostomy. Ibu mengatkan cemas dengan kondisi anaknya yang akan dioperasi karena takut operasinya berjalan tidak berjalan lancar. Kecemasan pada ibu tampak dengan ibu selalu mengelus anaknya dan saat ditanya kurang konsentrasi.

4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU Anak dari lahir sudah dirawat di RSHS dengan diagnosa malformaasi anorektal, dan dioperasi pembuatan colostomy pada usia 7 hari hingga saat ini.Riwayat imunisasi tidak lengkap hanya imunisasi hepatitis b15. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Tidak ada keluargayang memiliki riwayat penyakit seperti yang di derita klien. Dan tidak ada penyakit keturunan yang dapat diturunkan dari generasi sebelumnya.

6. PEMERIKSAAN FISIKNadi: 102x/ menitRR: 24x/ menitSuhu : 36, 5ocBB: 9100 gramTB: 72 cmKesadaran composmetis, keadaan umum baikKepala:Bentuk kepala normal, fontanel anterior menutup, distribusi rambut merata, warna rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.Mata:Mata simetris antara kanan dan kiri, pengelihatan normal, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, reflek kornea (+), reflek pupil (+), pergerakan bola mata normal.Hidung:Bentuk simetris, patensi nasal (+), tidak ada rabas nasal, pasase hidung normal, pernafasan cuping hidung tidak ada, reflek glabelar (+) , reflek bersin (+).Telinga:Posisi telinga simetris, lubang telinga bersih, tidak ada rabas telinga, fungsi pendengaran baik.Leher:Tidak ada pembesaran kelenjaran tyroid dan limfe, pergerakan leher normaltidak ada masa atau lesiThoraks, jantung dan paru:Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi interkosta, pola nafas regular, saat diperkusi suara paru resonan, suara paru vesikuler. Perkusi jantung pekak, saat auskultasi jantung nilai S1 dan S2 lup dup.Abdomen:Bentuk abdomen datar, bising usus normal,6x/ menit, terdapat colostomy dengan diameter 3 cm di kuadran kanan bawah, daerah kulit sekitar colostomy merah, dan kulit sekitar daerah colostomy lembab. colostomy prolaps, tcolostomy hanya ditutup oleh kain tidak ada pembesaran ginjal dan hepar. Kulit:Warna kulit putih, tekstur halus, terdapat kemerahan pada kulit sekitar colostomy, sekitar colostomy kulit lembab, skala breden 14 (resiko sedang)Genitalia; Skrotum belum turun, daerah sekitar genitalia bersih, tidak terdapat lubang anus.Ekstermitas atas dan bawah:Bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat benjolan maupun nyeri tekan, tidak ada fraktur, pergerakan ekstermitas normal.

7. KOSERVASI ENERGIa. NutrisiJenis makanan nasi lunak + sayur-sayuran+lauk pauk. Porsi makan 1 porsi habis. Minum susu formula dan air putih.b. Eliminasi 1) BABFrekuensi BAB tak tentu, BAB memlalui lubang colostomy dengan warna kekuningan dan konsistensi lunak2) BAKFrekuensi BAK 8x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan saat BAK3) Istirahat dan tidurFrekuensi tidur siang 2 jam, frekuensi tidur malam 10 jam, kualitas tidur nyenyak, kebiasaan sebelum tidur yaitu minum susu.4) Kebersihan diriDi mandikan oleh ibu 2x/hari paaii sabun, keramas 2x/ hari.

B. ANALISA DATANoSymptomEtiologiproblem

1DS: Ibu mengatkan cemas dengan kondisi anaknya yang akan dioperasi karena takut operasinya berjalan tidak berjalan lancar. Kecemasan pada ibu tampak dengan ibu selalu mengelus anaknya dan saat ditanya kurang konsentrasi.DO; kurang konsentrasi

Prolaps ccolostomyRepair colostomyKetakutan gagal kembaliKecemasan pada orang tuaCemasan pada orang tua b.d prosedur pembedahan

2DS;ibu mengatakan anaknya tidak menggunakan kantong colostomy dan hanya menggunakan kain dan diganti saat BAB keluarDO:Skala braden 14 (resiko sedangDaerah kulit sekitar colostomy merah dan kulit lembab sekitar colostomy.Terdapat colostomySekresi feses di daerah abdomenKulit sekitar colostomy lembabKulit resiko teriritasiResiko kerusakan integritas kulitResiko kerusakan integritas kulit b.d sekresi tubuh

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Cemas pada orang tua b.d prosedur pembedahan2. Resiko kerusakan integritas kulit b.d sekresi kimia

D. RENCANA KEPERAWATAN(Terlampir)E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATATanggalDx kepImplementasi keperawatanEvaluasi keperawatanparaf

30 januari 2013

31 januari20131,2

1 Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik

Mendorong orang tua untuk mengungkapkan perasaan cemas Mengidentifikasi tingkat kecemasan Mendengarkan dengan penuh perhatian Memberikan informasi factual mengenai diagnosis dan tindakan prognosis

S: ibu mnegatakan siap mendampingi anaknya operasiO: ibu tampak lebih tenangA: masalah teratasi sebagian, kemungkinan cemas berkurang jika anaknya telah dioperasiP: intervensi dihentikan

fitri

31 januari 2013

2 Memonitor kulit akan adanya kemerahan Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering dengan pemberian baby oil dan membersihkan stoma setiap kali di butuhkan Menganjurkan ibu untuk memandikan anaknya dengan sabun Memonitor status nutrisi pasien Menganjurkan orang tua untuk mobilisasi pasienS: ibu klien mengatakan selalu membersihkan daerah kolostomi tiap kali BABO: kulit masih kemerahan didaerah sekitar stoma, intake nutrisi adekuatA: masalah belum teratasiP: inetrvensi dilanjutkan

fitri

01 februari 20132 Memonitor kulit akan adanya kemerahan Menjaga kebersihan kulit agar tetap kering dengan menganjurkan ibu menggantikan yang digunakan tiap kali BAB keluar dan memberikan baby oil di sekitar stoma Memonitor status nutrisiS: ibu klien mengatakan sudah memberikan lotion/ babyoil dan selalu menjaga kebersihan OSO: kulit sudah tidak tampak kemerahan, kulit bersih dan tidak begitu lembab pada daerah sekitar colostomy, intake nutrisi adekuatA: masalah teratasiP; intervensi dipertahankan

fitri

DAFTAR REFERENSI

Dona L.Wong.(2003). Buku Ajar Keperawatan Pediatric Vol. 1 & 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.Alimul Hidayat, A.Aziz. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika. Jakarta.NANDA, (2005). Nursing Diagnose; Definition and Classification. NANDA international.Betz, Celcily L., dan sowden Linda A. (2002). Keperawatan Pediatri, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Hartanti Sri. (2010). Web Of Caution Ateresia Ani (Anus Inperforata).FKUI.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: MALFORMASI ANOREKTAL (MAR)DI RUANG KEMUNING LT. 2 (BEDAH ANAK)RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNGTAHUN 2013

MAKALAH(diajukan untuk memenuhi syarat pada mata kuliahpraktik keperawatan anak)

Disusun oleh:Nur Fitri Aini5012131040

PROGRAM STUDI PROFESI NERSSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHANSERANG -BANTEN2013