manual blu | i · sebagai pembina keuangan satker blu, menteri keuangan dalam hal ini direktorat...

65
MANUAL BLU | i

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

MANUAL BLU | i

Page 2: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

ii | MANUAL BLU MANUAL BLU | iii

Page 3: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

iv | MANUAL BLU MANUAL BLU | i

KATA PENGANTAR

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah memberikan koridor

baru bagi instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan kepada

masyarakat untuk dapat menerapkan pola keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas,

efisiensi, dan efektivitas dengan sebutan umum sebagai satuan kerja Badan Layanan Umum

(satker BLU). Peluang ini diberikan kepada instansi pemerintah yang melaksanakan tugas melayani

masyarakat publik (seperti layanan kesehatan, pendidikan, pengelolaan kawasan, dan pengelola dana

khusus) untuk mengelola kegiatannya dengan ala bisnis (business like) sehingga pemberian layanan

kepada masyarakat dapat lebih efisien dan efektif.

Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal

Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi

teknis di bidang pembinaan pengelolaan keuangan satker BLU. Dalam kerangka pembinaan tersebut,

maka disusun manual yang mengacu pada paparan kebijakan teknis. Manual ini memiliki makna yang

sangat penting sebagai pedoman dan informasi bagi satker BLU, pembina keuangan, Kementerian

Negara/Lembaga, Dewan Pengawas, dan pemangku kepentingan lainnya terkait dengan penerapan

pengelolaan satker BLU untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Manual ini terdiri atas lima bagian yaitu (1) Memahami BLU, (2) Membentuk Satker BLU, (3) Menata

Kelembagaan BLU, (4) Mengelola Keuangan BLU, dan (5) Akuntabilitas BLU. Dengan manual ini,

semua pihak diharapkan dapat lebih memahami mengenai bagaimana BLU dibentuk dan dikelola.

Akhirnya, semoga manual ini dapat bermanfaat bagi satker BLU, pembina keuangan, Kementerian

Negara/Lembaga, Dewan Pengawas, dan pemangku kepentingan lainnya sehingga pengelolaan

BLU dapat berjalan dengan baik untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jakarta, Juni 2013

Direktur Jenderal Perbendaharaan

Agus Suprijanto

Page 4: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

ii | MANUAL BLU MANUAL BLU | iii

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR BOKS

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

SINGKATAN DAN AKRONIM

- Bagaimana BLU Dikembangkan di

Indonesia?

- Apa BLU itu?

- Bagaimana Karakteristik BLU Bidang

Pengelola Kawasan?

- Apa Maksud dan Tujuan Penyusunan

Manual BLU ini?

- Bagaimana Sistematika Penyajian

Manual BLU ini?

I. MEMAHAMI BLU

2

4

7

9

9

- Apa Persyaratan Substantif Menjadi

Satker BLU?

- Apa Persyaratan Teknis Menjadi

Satker BLU?

- Apa Persyaratan Administratif

Menjadi Satker BLU?

- Bagaimana Pengkajian oleh

Kementerian Negara/Lembaga?

- Bagaimana Penilaian dan Penetapan

Menteri Keuangan?

- Kapankah Status Satker BLU

Berakhir?

12

14

15

21

21

22

1

- Bagaimanakah Menata Organisasi

BLU Bidang Pengelolaan

Kawasan?

- Siapa Unsur Pengelola BLU?

1. Pemimpin BLU

2. Pejabat Keuangan BLU

3. Pejabat Teknis BLU

4. Satuan Pemeriksa Intern

5. Dewan Pengawas

- Bagaimana menata Kepegawaian

BLU?

24

28

28

29

29

29

30

36

- Siapakah Unsur Pejabat

Perbendaharaan BLU?

1. Kuasa Pengguna Anggaran

2. Pejabat Pembuat Komitmen

3. Pejabat Penguji dan

Penandatangan SPM

4. Pejabat Penerbit SP3B BLU

5. Bendahara Pengeluaran

6. Pejabat Pengelola Dana BLU

38

38

39

40

41

42

42

II. MEMBENTUK SATKER

BLU

11 III. MENATA KELEMBAGAAN

BLU

23

i

ii

vi

vii

viii

ix

DAFTAR ISI

Page 5: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

iv | MANUAL BLU MANUAL BLU | v

- Bagaimana Proses Perencanaan

dan Penganggaran BLU?

1. Mengidentifikasi Tarif Layanan

BLU

2. Mengajukan Target PNBP BLU

3. Menyusun dan Mengajukan

Usul Standar Biaya

4. Menyusun dan Mengajukan

Pengesahan Rencana Bisnis

Anggaran

5. Mengkaji dan Menetapkan RBA

Berdasarkan Pagu Anggaran

6. Menyusun RBA Definitif

7. Menyusun RBA dalam kerangka

Penyusunan APBN

44

44

47

48

49

53

54

54

IV. MENGELOLA KEUANGAN

BLU

43

- Bagaimana Proses Pelaksanaan

Anggaran BLU?

1. Menyusun DIPA BLU

2. Mengajukan Pengesahan DIPA

BLU

3. Mengelola Kas

4. Mengelola Keuangan Intern

Satker BLU

5. Mengajukan Pengesahan

Pendapatan dan Belanja BLU

56

56

57

57

60

60

63

65

82

82

83

84

- Bagaimana Menerapkan

Remunerasi BLU?

1. Umum

2. Teknis Penerapan Sistem

Remunerasi

3. Penyusunan Usulan Remunerasi

67

67

69

71

- Bagaimana Proses Pengelolaan

Piutang dan Utang BLU?

1. Menyusun dan Menentukan

Kualitas Piutang

2. Menyetujui dan Menghapus

Piutang Bersyarat

3. Kriteria dan Batasan Utang BLU

6. Mengajukan dan Menyetujui

Revisi RBA

7. Mengajukan Pengesahan Revisi

DIPA BLU

- Bagaimanakah Mengelola Risiko

BLU Bidang Pengelolaan Kawasan?

1. Menerapkan Manajemen Risiko

Pada BLU

2. Tujuan dan Manfaat Penerapan

Manajemen Risiko

3. Struktur Manajemen Risiko

4. Proses Manajemen Risiko

5. Mitigasi Risiko

6. Risiko-Risiko Utama Satker BLU

Bidang Pengelolaan Kawasan

73

73

73

75

76

77

78

Page 6: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

vi | MANUAL BLU MANUAL BLU | vii

3

6

8

13

45

61

62

74

85

96

100

DAFTAR BOKS

Perbandingan Penerapan BLU di Beberapa Negara

Kelembagaan Sektor Publik di Indonesia

Data dan Fakta BLU Pengelola Kawasan

Beberapa Kasus Persiapan Menjadi BLU

Sistematika Usulan Tarif Layanan BLU kepada Menteri Keuangan

Ilustrasi penyampaian SP3B BLU ke KPPN adalah triwulanan

Ilustrasi penyampaian SP3B BLU ke KPPN lebih dari satu kali dalam satu triwulan

Risiko, Manajemen Risiko, Kemungkinan dan Dampak Risiko

Proposal Usulan Remunerasi

Balanced Scorecard

Contoh Penilaian Kinerja Layanan untuk BLU Bidang Pengelolaan Kawasan

Tabel 3.1

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

31

64

68

70

72

79

Keanggotaan Dewas

Perubahan Akibat Revisi RBA Definitif

Penggolongan Kualitas Piutang PNBP

Kewenangan Penghapusan secara bersyarat terhadap Piutang BLU

Kewenangan Persetujuan atas Pinjaman Jangka Pendek BLU

Contoh Risiko dan Mitigasi Risiko pada BLU Bidang Pengelolaan Kawasan

DAFTAR TABEL

- Bagaimana Bentuk

Pertanggungjawaban BLU?

1. Laporan Keuangan

2. Laporan Kinerja

- Bagaimana Pengawasan dan

Pemeriksaan BLU?

1. Reviu Laporan Keuangan BLU

2. Audit Keuangan dan Kinerja

88

88

95

102

102

106

V. AKUNTABILITAS BLU 87

Aspek Yang Dinilai Menurut Pedoman Penilaian Kinerja Untuk Pelayanan Publik 101

DAFTAR PUSTAKA 109

Page 7: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

viii | MANUAL BLU MANUAL BLU | ix

Gambar 3.1

Gambar 3.2

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Gambar 4.8

Gambar 4.9

Gambar 4.10

Gambar 4.11

Gambar 4.12

Gambar 4.13

Gambar 4.14

Gambar 4.15

Gambar 4.16

Gambar 4.17

Gambar 5.1

Gambar 5.2

26

27

49

50

52

53

53

54

55

56

57

58

59

59

65

66

71

75

84

89

93

DAFTAR GAMBAR

Kriteria Struktur Organisasi BLU

Ilustrasi Struktur Organisasi Satker BLU

Penyusunan RBA

Skema Penyusunan RBA

Belanja pada Ikhtisar RBA

Pengajuan dan Pengesahan RBA

Pengkajian dan Penetapan RBA Pagu Anggaran

Penyusunan RBA Definitif

Penyusunan RBA dalam Kerangka Penyusunan APBN

DIPA BLU

Saldo Awal Kas

Pembukaan Rekening

Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening

Pembukaan Rekening Pengelolaan Kas

Kewenangan Pengesahan Revisi RBA Definitif

Revisi DIPA

Alur Penghapusan Piutang BLU

Model Tiga Tingkat Pengendalian

Tahapan Penyusunan Usulan Remunerasi

Prosedur Akuntansi

Mapping Laporan SAK ke Laporan SAP

SINGKATAN DAN AKRONIM

ADK

APBN

BAP

BAS

BPK

BLU

BUN

BUMN

CaLK

Dewas

DIPA

Dit. PKN

DJA

DJPBN

DPR

IAI

K/L

KAK

KAP

KEM

KMK

KPA

KPKNL

KPPN

Arsip Data Komputer

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Berita Acara Penilaian

Bagan Akun Standar

Badan Pemeriksa Keuangan

Badan Layanan Umum

Bendahara Umum Negara

Badan Usaha Milik Negara

Catatan atas Laporan Keuangan

Dewan Pengawas

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Direktorat Pengelolaan Kas Negara

Direktorat Jenderal Anggaran

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Dewan Perwakilan Rakyat

Ikatan Akuntan Indonesia

Kementerian Negara/Lembaga

Kerangka Acuan Kegiatan

Kantor Akuntan Publik

Kerangka Ekonomi Makro

Keputusan Menteri Keuangan

Kuasa Pengguna Anggaran

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Page 8: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

x | MANUAL BLU MANUAL BLU | xi

KPS

LAKIP

LK

Kerjasama Pemerintah Swasta

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

Laporan Keuangan Pokok

Laporan Realisasi Anggaran

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Pengguna Anggaran

Pinjaman Hibah Luar Negeri

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Penerimaan Negara Bukan Pajak

Pegawai Negeri Sipil

Pejabat Pembuat Komitmen

Pejabat Penguji dan Penandatangan Surat Perintah Membayar

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

SINGKATAN DAN AKRONIM

LKKL

LKP

LRA

Menpan dan RB

PA

PHLN

PK BLU

PNBP

PNS

PPK

PP-SPM

PSAK

SINGKATAN DAN AKRONIM

SAI

SAK

SAK-ETAP

SAKIP

SAKPA

SAP

Satker

SBK

SBM

Sistem Akuntansi Instansi

Sistem Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan - Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah

Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran

Standar Akuntansi Pemerintah

Satuan Kerja

Standar Biaya Keluaran

Standar Biaya Masukan

Sumber Daya Manusia

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara

Standard Operating Prosedure

Surat Pengesahan DIPA BLU

Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja

Surat Perintah Pencairan Dana

Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja

Satuan Pemeriksa Intern

Standar Pelayanan Minimal

Surat Pernyataan Tanggung Jawab

Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak

RAB

RAPBN

RBA

Renja K/L

Renstra Bisnis

RKA-KL

RKP

RM APBN

RPJMN

RUU APBN

Rencana Anggaran Biaya

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Rencana Bisnis dan Anggaran

Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga

Rencana Strategis Bisnis

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Rencana Kerja Pemerintah

Rupiah Murni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

SDM

SIMAK-BMN

SOP

SP DIPA BLU

SP2B

SP2D

SP3B

SPI

SPM

SPTJ

SPTJM

SWOT

TGR

TOR

Tupoksi

UAPA

UAPPA-E1

Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats

Tuntutan Ganti Rugi

Term of Reference

Tugas Pokok dan Fungsi

Unit Akuntansi Pengguna Anggaran

Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I

Page 9: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

xii | MANUAL BLU MANUAL BLU | 1

1

MEMAHAMIBLU

latar belakang

definisi dan karakteristik

karakteristik BLU bidang pengelolaan kawasan

maksud dan tujuan

sistematika penyajian 1

Page 10: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

2 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 3

Mem

aham

i BLU

Mem

aham

i BLU

Instansi pemerintah dapat ditinjau dari sudut

mechanic view, sebagai bagian dari birokrasi,

atau organic view, sebagai organisasi yang

berkembang dinamis. Dari kacamata organic

view, instansi pemerintah dapat dipersepsikan

sebagai agen pemerintah untuk melayani

masyarakat (public service agency). Fungsi ini

bersifat dinamis dan dapat ditransformasikan

ke dalam bentuk autonomous agency, yaitu

semacam badan otonom yang tetap menjadi

bagian pemerintah dan melaksanakan

kaidah-kaidah bisnis yang sehat, namun tidak

mengutamakan mencari keuntungan.

Sejalan dengan terbitnya Undang-Undang

nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara, pemerintah memperkenalkan Pola

PK-BLU bagi satker yang menyediakan layanan

kepada masyarakat. Secara khusus ketentuan

mengenai PK BLU diatur pada pasal 68 dan

69 Undang-Undang dimaksud, yang kemudian

diterjemahkan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 23 tahun 2005 tentang PK BLU. Hal ini

membuka koridor baru bagi penerapan basis

kinerja ini di lingkungan pemerintah. Dengan

Pasal 68 dan Pasal 69 dari undang-undang

tersebut, instansi pemerintah yang tugas

pokok dan fungsinya memberi pelayanan

kepada masyarakat dapat menerapkan pola

pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan

menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan

efektivitas. Instansi BLU ini diharapkan menjadi

contoh konkrit yang menonjol dari penerapan

manajemen keuangan berbasis pada hasil

kinerja.

Secara khusus, peluang menjadi satker

BLU terbuka bagi satker pemerintah yang

melaksanakan tugas operasional pelayanan

publik (seperti layanan kesehatan, pendidikan,

pengelolaan kawasan, dan lisensi), untuk

membedakannya dari fungsi pemerintah

sebagai regulator dan penentu kebijakan.

Praktik ini telah berkembang luas di

manca negara berupa upaya pengagenan

(agencification) aktivitas yang tidak harus

dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi

diselenggarakan oleh instansi yang dikelola

ala bisnis (business like) sehingga pemberian

layanan kepada masyarakat menjadi lebih

efisien dan efektif.

Bagaimana BLU

Dikembangkan di Indonesia?Perbandingan Penerapan BLU di Beberapa NegaraIdeologi dan doktrin new public management telah mengilhami banyak negara di dunia untuk

membentuk unit organisasi pemerintah yang bertindak sebagai agen dalam memberikan layanan

kepada masyarakat. Tren agencification yang dimulai awal tahun 1990-an di beberapa negara maju

memiliki beberapa karakteristik yang unik, antara lain:

• Entitas di dalam pemerintah/kekayaan negara yang tidak

terpisahkan.

• Pembiayaan dapat dilakukan sendiri tanpa persetujuan

parlemen.

• Pendapatan dari jasa layanan dan tidak memerlukan

pendanaan APBN.

• Diupayakan menyetorkan sebagian pendapatan

kepada negara.

• Tarif dalam full cost, meski tidak berupaya mengejar

keuntungan.

• Profit bukan merupakan objek pajak.

• Entitas tidak terpisah.

• Memiliki otonomi pengelolaan, namun dibatasi pada

pengeluaran pegawai dan investasi.

• Pendapatan berasal dari anggarannya sendiri.

• Pengawasan anggaran hanya merupakan evaluasi

anggaran, karena bergantung pada anggarannya sendiri.

• Bagian dari kementerian induknya.

• Otonomi pengelolaan, namun bekerja berdasarkan

kontrak kinerja dengan principal.

• Pendapatan sebagian berasal dari kementerian induknya,

sehingga barang/jasa yang dihasilkan harus disetujui

kementerian keuangan dan dewan kementerian.

• Anggaran diterbitkan terpisah dari anggaran kementerian.

Trading fundINGGRIS

Industrial and Commercial Establishment Publique

PERANCIS

State agencies (agentschappen)

BELANDA

Page 11: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

4 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 5

Mem

aham

i BLU

Mem

aham

i BLU

Dengan Pola PK BLU, fleksibilitas diberikan

dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk

pengelolaan pendapatan dan belanja,

pengelolaan kas, dan pengelolaan aset.

Kepada satker BLU juga diberikan kesempatan

untuk mempekerjakan tenaga profesional

non PNS serta kesempatan pemberian

imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan

kontribusinya. Sebagai penyeimbang,

satker BLU dikendalikan secara ketat dalam

perencanaan dan penganggarannya, serta

dalam pertanggungjawabannya. BLU berperan

sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga

induknya dengan menandatangani kontrak

kinerja (a contractual performance agreement),

di mana menteri/pimpinan lembaga induk

bertanggung jawab atas kebijakan layanan

yang hendak dihasilkan, dan satker BLU

bertanggung jawab untuk menyajikan layanan

yang diminta.

Apa BLU itu?

Badan Layanan Umum adalah instansi di

lingkungan pemerintah yang dibentuk

untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/

atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan

mencari keuntungan dan dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi

dan produktivitas.

Dalam pengelolaan keuangannya, BLU

diberikan fleksibilitas berupa keleluasaan

untuk menerapkan praktik-praktik bisnis

yang sehat untuk meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat, sebagai pengecualian

dari ketentuan pengelolaan keuangan negara

pada umumnya. Instansi pemerintah yang

menerapkan Pola PK BLU menyelenggarakan

kegiatan yang bersifat operasional.

Instansi dimaksud dapat berasal dari dan

berkedudukan pada berbagai jenjang eselon

(struktural) atau non eselon (non struktural).

Berdasarkan jenis layanan yang diberikan,

satker BLU dapat dikelompokkan menjadi 3

(tiga) golongan besar:

1. Penyedia layanan barang dan/atau jasa,

misalnya: pendidikan dan pelatihan,

kesehatan, penelitian dan pengembangan,

serta bidang penyiaran publik.

2. Pengelola wilayah/kawasan tertentu,

misalnya: otorita, kawasan pengembangan

ekonomi terpadu.

3. Pengelola dana khusus, misalnya:

pengelola dana bergulir, rekening dana

investasi, dan rekening pembangunan

daerah.

BLU bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa dengan

memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan

keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan

produktivitas serta penerapan praktik bisnis

yang sehat.

Satker BLU mempunyai karakteristik sebagai

berikut :

1. Berkedudukan sebagai lembaga

pemerintah (bukan kekayaan negara yang

dipisahkan).

2. Menyelenggarakan pelayanan umum yang

menghasilkan semi barang/jasa publik

(quasi public goods).

3. Tidak mengutamakan mencari keuntungan/

laba.

4. Dikelola secara otonom dengan prinsip

efisiensi dan produktivitas ala bisnis

(business like).

5. Rencana kerja/anggaran dan

pertanggungjawaban dikonsolidasikan

pada instansi induk.

6. Pendapatan BLU dapat digunakan

langsung.

7. Pegawai dapat terdiri atas PNS dan

profesional non-PNS.

Dalam pengelolaan keuangannya,

BLU diberikan fleksibilitas berupa

keleluasaan untuk menerapkan praktik-

praktik bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat”

Page 12: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

6 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 7

Mem

aham

i BLU

Mem

aham

i BLU

Pola transformasi kelembagaan sektor publik pada tahun 1990an dan awal 2000 terjadi dalam

berbagai cara, antara lain: (1) rightsizing (cut the government), yaitu reorganisasi untuk mengurangi

birokrasi demi meningkatkan efisiensi; (2) corporatization (managing for results), yaitu membuat

autonomous agency di instansi pemerintah yang bekerja ala korporasi; atau (3) privatization, yaitu

menjadikan sektor publik terbuka untuk dimiliki masyarakat/swasta. Dalam kasus Pola PK BLU, pola

transformasi mengikuti pola corporatization.

Sebagai agen yang otonom, satker BLU memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan

instansi lainnya. Berikut ini merupakan perbandingan kelembagaan sektor publik di Indonesia.

Kelembagaan Sektor Publik

di Indonesia

Kriteria

Status hukum

Tujuan

Manajemen

Pengelolaan

keuangan

Sumber dana

SDM

Satker

Bagian K/L

Non profit

Kepemerintahan

Asas universalitas

RM APBN

PNS

BLU

Bagian K/L

Not for profit

Otonom ala korporasi

Nomenklatur

kepemerintahan

Dikecualikan asas

universalitas

RM APBN

PNBP BLU

PNS

Non PNS

BUMN

Badan Hukum/ kekayaan

negara dipisahkan

Profit

Korporasi,

Perum, Persero

Bisnis

RM APBN (PMN)

Pendapatan usaha

Pegawai persero

(Diolah dari berbagai sumber)

Fleksibilitas diberikan dalam rangka

pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan

pendapatan dan belanja, pengelolaan kas,

dan kesempatan untuk mempekerjakan

tenaga profesional non-PNS serta kesempatan

pemberian imbalan jasa kepada pegawai

sesuai dengan kontribusinya. Fleksibilitas

tersebut disesuaikan dengan kebutuhan

masing-masing satker BLU, karena tidak

semua satker BLU membutuhkan suatu

fleksibilitas tertentu.

Bagaimana Karakteristik BLU Bidang Pengelola Kawasan?

BLU bidang pengelola kawasan

menyelenggarakan layanan dalam bidang

pengelolaan wilayah/kawasan tertentu.

Sampai dengan saat ini terdapat 3 BLU

yang mempunyai rumpun layanan pengelola

Kawasan yaitu:

1. BLU Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung

Karno (PPK-GBK)

2. BLU Pusat Pengelola Komplek Kemayoran

(PPK Kemayoran)

3. BLU Badan Pengusahaan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Batam (BP Batam)

Ketiga BLU pengelola kawasan tersebut pada

prinsipnya mempunyai karakteristik yang sama

yaitu mengelola aset yang sangat besar dan

mempunyai potensi pendapatan yang besar.

Penetapan pengelola kawasan tersebut

menjadi satker BLU pada dasarnya bertujuan

membenahi tata kelola ke arah clear and clean

corporate governance, pengamanan aset

negara, serta mengoptimalkan pendapatan

untuk dapat berkontribusi maksimal terhadap

keuangan negara.

Page 13: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

8 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 9

Mem

aham

i BLU

Mem

aham

i BLU

MManual ini ditujukan bagi satker

BLU Pengelola Kawasan di

lingkungan Pemerintah Pusat. Penyusunan

manual dimaksudkan untuk memberikan

petunjuk bagi pelaksanaan PK BLU

pada satker BLU Pengelola Kawasan.

Secara khusus, tujuan dari manual ini antara

lain:

1. Memberikan pedoman sekaligus

informasi bagi satker BLU Pengelola

Kawasan terkait dengan kewajiban dan

fleksibilitas dalam menerapkan PK BLU,

untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat.

Sistematika penyajian manual ini sebagai

berikut:

1. Memahami BLU, memuat bagaimana

BLU dikembangkan di Indonesia, apa

BLU itu, bagaimana karakteristik BLU

bidang pengelolaan kawasan, apa maksud

dan tujuan penyusunan manual BLU ini,

bagaimana sistematika penyajian manual

BLU ini.

Apa Maksud dan Tujuan

Penyusunan Manual BLU ini?

Bagaimana Sistematika Penyajian Manual BLU ini?

2. Memberikan pedoman bagi pembina

keuangan untuk melaksanakan pembinaan

PK BLU.

3. Memberikan pedoman sekaligus informasi

bagi K/L/Dewan Kawasan sebagai pembina

teknis bagi satker BLU yang berada di

bawah kewenangannya.

4. Memberikan pedoman dan informasi

bagi Dewas dalam rangka pengawasan

pengelolaan BLU terhadap Satker BLU.

5. Memberikan informasi kepada pemangku

kepentingan lainnya.

6. Memberikan informasi kepada pemangku

kepentingan lainnya.

2. Membentuk Satker BLU, memuat apa

persyaratan substantif menjadi satker BLU,

apa persyaratan teknis menjadi satker

BLU, apa persyaratan administratif menjadi

satker BLU, bagaimana pengkajian oleh

kementerian negara/lembaga, bagaimana

penilaian dan penetapan oleh Menteri

Keuangan, kapankah status satker BLU

berakhir.

3. Menata Kelembagaan BLU, memuat

bagaimanakah menata organisasi BLU

BLU pengelola kawasan adalah BLU dengan jumlah aset yang sangat besar. Sebagai contoh PPK

GBK mempunyai aset ± 50 Trilyun sementara PPK Kemayoran mempunyai aset ± 25 Trilyun, namun

besarnya pendapatan yang dihasilkan BLU Pengelola Kawasan (BLU PPK-GBK dan PPK Kemayoran)

dimaksud pada tahun 2011 baru mencapai 1% dari keseluruhan pendapatan BLU dari berbagai jenis

layanan.

Data dan Fakta

BLU Pengelola Kawasan

Grafik Persentase Pendapatan (PNBP) Per Jenis Layanan Tahun 2011

57%Pendidikan

24%Kesehatan

8%Pengelola

Dana

10%Barang/jasa

Lainnya

1%Pengelola Kawasan

Page 14: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

MANUAL BLU | 11

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

10 | MANUAL BLU

Mem

aham

i BLU

bidang pengelolaan kawasan, siapa

unsur pengelola BLU, bagaimana menata

kepegawaian BLU, siapa unsur pejabat

perbendaharaan BLU.

4. Mengelola Keuangan BLU, memuat

bagaimana proses perencanaan dan

penganggaran BLU, bagaimana proses

pelaksanaan anggaran BLU, bagaimana

proses pengelolaan piutang dan utang

BLU, bagaimanakah mengelola risiko BLU

bidang pengelolaan kawasan, bagaimana

menerapkan remunerasi BLU.

5. Akuntabilitas BLU, memuat bagaimana

bentuk pertanggungjawaban BLU,

bagaimana pengawasan dan pemeriksaan

BLU.

MEMBENTUKSATKER BLU

persyaratan substantif

persyaratan teknis

persyaratan administratif

pengusulan

penilaian dan penetapan

pencabutan/perubahan status BLU

2

Page 15: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

12 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 13

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Apa Persyaratan Substantif

Menjadi Satker BLU?

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

calon BLU sebelum melakukan penilaian

pemenuhan persyaratan substantif:

1. Merupakan satker pemerintah yang

dibentuk berdasarkan peraturan menteri/

pimpinan lembaga atau peraturan lainnya

yang lebih tinggi, dan disetujui oleh Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi baik bersifat struktural

(memiliki eselonering tertentu) maupun

non struktural (tidak memiliki eselonering

tertentu).

2. Mempunyai pengelolaan keuangan yang

mandiri dan dicirikan dengan:

a. Memiliki kode satker dari Kementerian

Keuangan,

b. Memiliki alokasi anggaran tersendiri

dalam dokumen pelaksanaan anggaran

yang terpisah dari instansi vertikalnya,

dan

c. Membuat laporan keuangan sebagai

pertanggungjawaban anggaran.

3. Mempunyai pendapatan fungsional yang

signifikan dari hasil layanan yang diberikan

kepada masyarakat berupa PNBP.

4. Merupakan satker yang telah berdiri

sekurang-kurangnya dalam 2 tahun

anggaran atau satker baru yang

diamanatkan Peraturan Pemerintah atau

peraturan lainnya yang lebih tinggi.

Kasus 3

Berdasarkan Undang Undang APBN tahun

anggaran berjalan, DPR mengamanatkan

pembentukan satker BLU. Potensi

pendapatan yang akan diperoleh di masa

depan cukup signifikan untuk menjamin

kontinuitas layanan.

Beberapa Kasus

Persiapan Menjadi BLU

Analisis

Seyogyanya fokus pada memperjelas

bentuk kelembagaan satkernya terlebih

dahulu, sebelum dikembangkan menjadi

satker BLU.

Kasus 1

Sebuah balai diklat di bawah K/L akan

dikembangkan menjadi satker BLU. Diklat

tersebut sudah berjalan selama lebih dari

2 tahun anggaran. Seluruh pembiayaan

balai diklat diperoleh dari alokasi rupiah

murni APBN dan menginduk pada satker

Sekretariat Jenderal K/L. Ke depan, balai

diklat dimaksud akan diarahkan untuk

melayani masyarakat luas dan memperoleh

pendapatan yang signifikan.

Analisis

Seyogyanya tidak dikembangkan

menjadi satker BLU, mengingat balai

diklat dimaksud bukan merupakan

satker mandiri dan tidak mempunyai

pendapatan yang signifikan.

Kasus 2

Sebuah satker PNBP yang telah berdiri

selama 5 tahun mempunyai pendapatan

yang cukup signifikan, namun sebagian

besar pendapatannya dikelola di luar

mekanisme anggaran yang berlaku

(off-budget). Untuk menghindari temuan

pemeriksaan satker ingin berubah bentuk

menjadi satker BLU, sehingga menjadi

lebih akuntabel.

Analisis

Seyogyanya memperbaiki tata kelola

satker PNBP terlebih dahulu dengan

mengelola seluruh pendapatan sesuai

peraturan yang berlaku (on budget),

sebelum mengusulkan menjadi satker

BLU.

(Diolah dari berbagai sumber)

Page 16: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

14 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 15

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Persyaratan substantif bagi BLU Pengelola

Kawasan terpenuhi apabila instansi pemerintah

bersangkutan:

1. Menyelenggarakan layanan umum yang

berhubungan dengan pengelolaan

wilayah/kawasan tertentu untuk

tujuan meningkatkan perekonomian

masyarakat atau layanan umum. Contoh

instansi yang melaksanakan kegiatan

pengelolaan wilayah atau kawasan secara

otonom adalah otorita dan Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet).

2. Menyelenggarakan layanan yang sebagian

besar dinikmati oleh masyarakat atau pihak

lain di luar pemerintah, dan bukan layanan

kepada satker pemerintah lainnya (internal

service).

3. Bukan merupakan pelayanan yang

bersifat administratif dan mandatory yang

hanya dapat dilaksanakan oleh instansi

pemerintah. Contoh instansi pemerintah

penyelenggara layanan penerbitan SIM,

STNK, paspor, KTP, surat nikah, akta

kelahiran, sertifikat tanah dan pemberian

hak atas tanah, ijin pendirian perusahaan,

ijin usaha, dan bentuk-bentuk perijinan

lainnya, layanan di bidang pertahanan dan

keamanan, layanan di bidang kejaksaan,

serta layanan di bidang peradilan tidak

dapat dikembangkan menjadi satker BLU.

Penilaian persyaratan teknis calon BLU

terpenuhi apabila satker bersangkutan:

a. Mempunyai kinerja layanan di bidang tugas

pokok dan fungsinya yang layak dikelola

dan ditingkatkan pencapaiannya melalui

BLU sebagaimana direkomendasikan oleh

menteri/pimpinan lembaga. Hal ini dicirikan

dari pengaruh (impact) layanan terhadap

masyarakat yang cukup besar atau

layanannya mempengaruhi pencapaian

sasaran program K/L.

b. Mempunyai kinerja keuangan satker yang

sehat dan memenuhi batasan threshold

tertentu

Apa Persyaratan Teknis Menjadi Satker BLU?

Agar dapat menghasilkan dokumen

persyaratan administratif yang

memuaskan, satker harus memenuhi unsur-

unsur:

1. Menyusun Pernyataan Kesanggupan untuk

meningkatkan kinerja layanan, keuangan,

dan manfaat bagi masyarakat. Pernyataan

kesanggupan tersebut disusun sesuai

dengan format yang ditetapkan Menteri

Keuangan, bermaterai, ditandatangani oleh

pimpinan satker yang mengajukan usulan

untuk menjadi satker BLU, dan disetujui

oleh menteri/pimpinan lembaga terkait

2. Menyusun dokumen Pola Tata Kelola yang

menjelaskan hal-hal berikut ini:

a. Organisasi dan tata laksana yang

memuat mengenai struktur organisasi

yang menggambarkan posisi satker

dalam kerangka organisasi K/L, serta

hubungan, wewenang, dan tanggung

jawab di antara unit kerja atau jabatan

di dalamnya. Uraian di dalamnya harus

mencerminkan pengelompokkan fungsi

yang logis. Isi dari sub bab ini harus

dapat menjelaskan antara lain:

1) Dasar hukum atau ketentuan

perundang-undangan yang diacu

dalam pembentukan satker.

2) Bagan struktur organisasi sebelum

dan sesudah menjadi satker BLU

secara memadai.

3) Justifikasi bahwa penambahan

dan/atau penghapusan unit kerja

telah mempertimbangkan prinsip

efisiensi dan efektifitas pelayanan.

4) Uraian tupoksi organisasi secara

rinci pada berbagai jenjang

jabatan.

5) Uraian tugas jabatan yang meliputi

nama jabatan, persyaratan jabatan,

standar kompetensi, ikhtisar

jabatan, tujuan jabatan, uraian

tugas dan kegiatan, hasil kerja,

wewenang, tanggung jawab,

dan hubungan kerja yang tidak

duplikatif.

6) Pembagian tugas, wewenang,

dan tanggung jawab di antara

pemimpin BLU, pejabat teknis dan

pejabat keuangan secara logis

dan telah mengikuti aturan yang

berlaku.

7) Pembentukan SPI dan Dewas

sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

b. Prosedur kerja yang menggambarkan

alur proses dan prosedur penyelesaian

tugas sesuai wewenang dan tanggung

jawab masing-masing jabatan. Satker

Apa Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU?

Page 17: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

16 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 17

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

harus mempunyai prosedur kerja untuk

semua kegiatannya, terutama untuk

kegiatan utama (core business). Isi dari

sub bab ini harus dapat menjelaskan

antara lain:

1) Cakupan prosedur kerja sesuai

dengan tupoksi.

2) Uraian prosedur kerja meliputi

definisi, tujuan pembentukan

prosedur kerja, ruang lingkup,

pejabat yang bertanggungjawab,

batas waktu penyelesaian, dan

penjelasan lainnya.

3) Prosedur kerja yang digambarkan

dalam bagan alur.

4) Prosedur kerja layanan yang

mengedepankan prinsip efisiensi.

c. Ketersediaan dan pengembangan

SDM yang memadai untuk

menjalankan kegiatan dalam rangka

mencapai tujuannya. Ketersediaan

SDM mencakup kuantitas SDM,

standar kompetensi, pola rekruitmen,

dan rencana pengembangan SDM.

Isi dari sub bab ini harus dapat

menjelaskan antara lain:

1) Uraian profil SDM secara jelas,

sekurang-kurangnya memuat

statistik pegawai berdasarkan

pendidikan atau kompetensi yang

dimiliki, jabatan, dan usia.

2) Analisis terhadap ketersediaan dan

kondisi ideal (gap analysis) pegawai

sesuai dengan kebutuhan/

perkembangan organisasi ke

depan.

3) Kebijakan pengembangan pegawai

terkait pola rekrutmen, promosi,

demosi, pemberhentian, dan

mutasi.

4) Upaya peningkatan kompetensi

pegawai di masing-masing

unit, antara lain pendidikan dan

pelatihan, tugas belajar, dan in-

house training.

d. Akuntabilitas satker yang memadai,

meliputi penjelasan mengenai

mekanisme pengukuran kinerja yang

telah dan akan dilakukan dengan

pendekatan keluaran (output-based

approach). Mekanisme pengukuran

kinerja yang menggunakan pendekatan

masukan dapat dipergunakan

sepanjang sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Isi dari sub bab ini harus

dapat menjelaskan antara lain:

1) Kebijakan pengukuran kinerja

program, kegiatan dan keuangan

yang efektif.

2) Mekanisme pengukuran dan

penilaian kinerja program, kegiatan

dan keuangan.

3) Media pertanggungjawaban kinerja

program, kegiatan dan keuangan

yang tersedia untuk pihak internal

dan eksternal.

4) Laporan akuntabilitas program,

kegiatan dan keuangan dilakukan

secara periodik.

Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU

e. Transparansi layanan yang diberikan,

meliputi komitmen satker untuk

menginformasikan layanan dan

kinerjanya kepada masyarakat luas

melalui pengelolaan media publikasi

yang memadai. Isi dari sub bab ini

harus dapat menjelaskan antara lain:

1) Media publikasi yang permanen

yang digunakan, seperti website,

surat kabar, dan media lainnya.

2) Pemuktahiran informasi secara

berkala yang dilakukan.

3) Umpan balik yang menyatakan

publikasi sudah cukup informatif.

4) Mekanisme penanganan saran/

masukan dan pengaduan/keluhan

masyarakat.

5) Adanya kebijakan terkait

keterbukaan informasi kepada

publik.

3. Menyusun Renstra Bisnis BLU yang

menunjukkan adanya peningkatan kinerja

layanan dan keuangan sesudah satker

tersebut menjadi satker BLU ke depan.

Renstra ini harus menggambarkan:

a. Kinerja yang telah dicapai sampai

dengan tahun berjalan, yang

menyiratkan adanya tata kelola yang

baik dalam penyelenggaran tupoksi.

Isi dari sub bab ini harus dapat

menjelaskan antara lain:

1) Kinerja tahun berjalan dalam

berbagai aspek secara memadai,

yaitu dari aspek layanan,

keuangan, SDM, serta sarana dan

prasarana.

2) Kinerja tahun berjalan yang

menunjukkan tren peningkatan

dibandingkan dengan kondisi

tahun-tahun sebelumnya.

3) Laporan kondisi kinerja tahun

terakhir yang diperinci sesuai

dengan kegiatan, indikator kinerja

kegiatan, rencana belanja, realisasi

belanja, target keluaran, dan

realisasi keluaran.

4) Pengukuran kinerja yang telah

mengikuti metode yang lazim

atau sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, misalnya Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) atau BSC.

5) Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi capaian kinerja

secara memadai.

b. Strategi bisnis dalam 5 tahun ke

depan yang menggambarkan capaian

rasional yang dapat diraih oleh satker

apabila berubah menjadi satker BLU

berdasarkan analisis kemampuan

yang dimiliki saat ini. Secara terperinci

strategi bisnis ini harus menjelaskan:

1) Analisis situasi/lingkungan

yang realistis dan memadai

menggunakan metode yang

berlaku umum, misal: Strengths,

Weaknesses, Opportunities and

Threats (SWOT)/Boston Consulting

Group (BCG) analysis.

2) Strategi besar (grand strategy)

pengembangan layanan BLU

Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU

Page 18: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

18 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 19

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

secara memadai berdasarkan

hasil identifikasi analisis situasi/

lingkungan.

3) Visi dan misi sesuai dengan visi

dan misi K/L dengan penjelasan

yang cukup memadai. Visi

organisasi ke depan harus

menantang organisasi untuk

mewujudkan cita dan citra yang

dikehendaki. Sedangkan misi

menggambarkan sesuatu yang

harus diemban atau dilaksanakan

sesuai visi yang ditetapkan, agar

tujuan organisasi dapat terlaksana

dan berhasil dengan baik. Visi dan

misi yang dibuat dapat berbeda

dengan visi dan misi saat ini.

4) Tujuan, sasaran, dan indikator

sasaran secara memadai.

5) Kebijakan yang menggambarkan

pilihan strategi yang cocok dan

dapat dilaksanakan secara efisien

dan efektif.

6) Indikator kinerja program dan

kegiatan lima tahunan yang jelas

dan sesuai dengan kebijakan

berupa indikator layanan,

keuangan, SDM, serta sarana dan

prasarana.

7) Matriks keterkaitan antara visi,

misi, tujuan, sasaran, kebijakan,

program dan kegiatan (termasuk

kegiatan rutin).

c. Proyeksi layanan dan keuangan

dari satker BLU ke depan

yang menggambarkan potensi

perkembangan yang signifikan apabila

berubah menjadi satker BLU, sehingga

dapat berkontribusi dalam penyediaan

layanan publik. Proyeksi ini berisikan:

1) Asumsi ekonomi yang dapat

diperbandingkan berdasarkan

kemampuan riil atau sumber daya

yang dimiliki.

2) Anggaran indikatif yang disusun

secara realistis dan memadai.

3) Analisis proyeksi keuangan yang

sesuai dengan bidang layanan

menggunakan metode yang tepat.

4) Analisis proyeksi peningkatan

volume dan/atau kualitas layanan

yang logis dan signifikan.

5) Analisis proyeksi peningkatan

PNBP yang realistis dan signifikan

yang disertai indikasi tarif yang

akan diberlakukan.

6) Analisis peningkatan proporsi

belanja dari PNBP.

4. Menyusun laporan keuangan pokok sesuai

dengan ketentuan yang berlaku bagi satker

pemerintah. Kriteria utama yang harus

dipenuhi adalah penyajian yang lengkap

dan sesuai dengan SAP yang berlaku.

Untuk satker instansi pemerintah yang

baru atau satker lainnya yang berasal dari

non instansi pemerintah dapat menyusun

laporan keuangan sesuai ketentuan SAK

yang berlaku. Materi laporan keuangan

pokok ini harus memenuhi unsur-unsur:

a. Disajikan dengan lengkap mengikuti

ketentuan mengenai penyusunan

laporan keuangan K/L/satker.

Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU

Komponen dari laporan keuangan

sesuai SAP memuat:

1) Laporan Realisasi Anggaran, yaitu

laporan yang menyajikan ikhtisar

sumber, alokasi, dan pemakaian

sumber daya ekonomi yang

dikelola, serta menggambarkan

perbandingan antara anggaran dan

realisasinya dalam suatu periode

pelaporan yang terdiri dari unsur

pendapatan dan belanja.

2) Neraca, yaitu laporan yang

menggambarkan posisi keuangan

mengenai aset, kewajiban, dan

ekuitas pada tanggal tertentu.

3) Catatan atas Laporan Keuangan

(CaLK), yaitu laporan yang berisi

penjelasan naratif atau rincian dari

angka yang tertera dalam Laporan

Realisasi Anggaran, dan Neraca,

disertai laporan mengenai kinerja

keuangan.

b. Terdapat analisis laporan keuangan

yaitu berupa analisis tren, analisis

persentase per komponen, analisis

rasio, dan analisis sumber penggunaan

dana. Penggunaan metode analisis

dapat disesuaikan dengan bidang

layanan satker yang bersangkutan.

Metode analisis tersebut digunakan

untuk menguraikan lebih lanjut

tentang informasi keuangan satker,

sehingga pengguna laporan keuangan

mempunyai informasi tambahan

mengenai tren posisi keuangan, tren

pendapatan dan biaya, tren arus kas,

potensi kemampuan pelayanan publik

dan pemenuhan kewajiban dengan

sumber daya yang ada di masa

yang akan datang, serta kontribusi

satker BLU terhadap kesejahteraan

masyarakat di masa sekarang dan di

masa depan.

5. Menyusun Standar Pelayanan Minimal

yang menggambarkan ukuran pelayanan

yang harus dipenuhi oleh satker instansi

pemerintah yang akan menerapkan PK

BLU dengan mempertimbangkan kualitas

layanan, pemerataan, dan kesetaraan

layanan serta kemudahan memperoleh

layanan. Standar Pelayanan Minimal

tersebut harus ditetapkan oleh menteri/

pimpinan lembaga yang sekurang-

kurangnya mengandung unsur:

a. Persetujuan berupa tanda tangan dari

pimpinan satker yang bersangkutan

dan menteri/pimpinan lembaga.

b. Jenis kegiatan atau layanan yang

diberikan satker, yaitu uraian mengenai

seluruh layanan yang diberikan oleh

satker baik yang bersifat internal

satker maupun layanan yang diberikan

kepada masyarakat. Jenis kegiatan ini

merupakan tupoksi dari satker yang

bersangkutan. Pemahaman layanan ini

harus menjelaskan antara lain:

1) Layanan secara komprehensif

yang mencakup uraian mengenai

jenis layanan, standar layanan,

standar SDM, standar sarana dan

prasarana, serta standar lainnya.

2) Kualitas, pemerataan, dan

Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU

Page 19: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

20 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 21

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

kesetaraan layanan, serta

kemudahan untuk mendapatkan

layanan.

3) Kebutuhan para pemangku

kepentingan (internal dan

eksternal).

4) Pengalaman empiris untuk

menjalankan Standar Pelayanan

Minimal.

5) Kesesuaian dengan tupoksi satker.

c. Rencana Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal, yaitu uraian

mengenai target tahunan pencapaian

Standar Pelayanan Minimal dengan

mengacu pada batas waktu

pencapaian Standar Pelayanan Minimal

sesuai dengan peraturan yang ada dan

merincinya ke dalam uraian rencana

pencapaian Standar Pelayanan

Minimal untuk masing-masing unit

layanan secara memadai. Rencana

Standar Pelayanan Minimal ini harus

menjelaskan antara lain:

1) Rencana pencapaian Standar

Pelayanan Minimal yang telah

mencantumkan target waktu.

2) Acuan pada standar pelayanan

tertinggi yang telah dicapai dalam

bidang terkait contoh ISO.

d. Indikator pelayanan yang memuat jenis

layanan, indikator Standar Pelayanan

Minimal, dan batas waktu pencapaian

Standar Pelayanan Minimal. Indikator

layanan ini harus memuat antara lain:

1) Indikator pelayanan yang realistis

sesuai sumber daya.

2) Rincian jenis layanan, indikator, dan

batas waktu penyelesaian layanan.

3) Kesesuaian dengan prinsip-prinsip

SMART criteria yaitu : Specific

(fokus pada layanan), Measurable

(dapat diukur), Attainable (dapat

dicapai), Relevant (relevan dan

dapat diandalkan), Timely (tepat

waktu).

6. Menyampaikan laporan keuangan hasil

audit tahun terakhir sebelum satker

diusulkan untuk menjadi satker BLU

dari pemeriksa eksternal. Satker harus

membuat pernyataan bersedia untuk

diaudit secara independen yang disusun

dengan mengacu pada format yang telah

ditetapkan oleh Menteri Keuangan, serta

ditandatangani oleh pemimpin satker dan

disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga

terkait.

7. Terdapat konsistensi penyajian data dan

informasi antar dokumen administratif.

Persyaratan Administratif Menjadi Satker BLU

Pemimpin satker secara berjenjang

menyampaikan usulan dengan dilampiri

dokumen persyaratan administratif di atas

kepada menteri/pimpinan lembaga untuk

kemudian dilakukan pengkajian/penilaian

Bagaimanakah Pengkajian oleh Kementerian Negara/Lembaga?

pertimbangan penetapan satker bersangkutan

menjadi satker BLU. Menteri Keuangan

menetapkan keputusan penetapan satker

tersebut menjadi satker BLU berdasarkan

rekomendasi dari Tim Penilai. Hasil keputusan

Menteri Keuangan disampaikan kepada

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

2. Menteri/pimpinan lembaga beserta

Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal,

dan Unit Eselon I yang membawahi satker

yang bersangkutan.

3. Unit Eselon I lain lingkup Kementerian

Keuangan terkait.

4. Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan KPPN

setempat.

5. Satker BLU yang ditetapkan.

Bagaimanakah Penilaian dan Penetapan Menteri Keuangan?

Penilaian persyaratan administratif calon

satker BLU dan penetapan menjadi satker

BLU dilakukan oleh Menteri Keuangan. Menteri

Keuangan memberi keputusan penetapan atau

surat penolakan terhadap usulan penetapan

satker BLU paling lambat 3 bulan sejak

diterimanya usulan dari menteri/pimpinan

lembaga.

Proses penilaian dilakukan dalam 2 tahap, yaitu

penilaian kelengkapan dan akurasi penyajian

oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q.

Direktorat Pembinaan PK BLU, dan penilaian

material oleh Tim Penilai yang dibentuk Menteri

Keuangan.

Hasil penilaian Tim Penilai dituangkan dalam

Berita Acara Penilaian dan disampaikan

kepada Menteri Keuangan sebagai bahan

oleh K/L bersangkutan. Berdasarkan hasil

pengkajian/penilaian tersebut K/L selanjutnya

mengajukan usulan penetapan menjadi satker

BLU bagi calon satker BLU yang dianggap

layak kepada Menteri Keuangan.

Page 20: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

MANUAL BLU | 23

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

22 | MANUAL BLU

Mem

bent

uk S

atke

r BLU

Sementara itu, status satker BLU akan

berakhir apabila:

1. Dicabut oleh Menteri Keuangan sesuai

dengan kewenangannya,

2. Dicabut oleh Menteri Keuangan

berdasarkan usul dari menteri/pimpinan

lembaga sesuai dengan kewenangannya,

atau

3. Berubah statusnya menjadi badan hukum

dengan kekayaan negara yang dipisahkan.

Pencabutan status satker BLU oleh Menteri

Keuangan dilakukan apabila satker BLU sudah

tidak lagi memenuhi persyaratan substantif,

teknis, dan/atau administratif, antara lain

diakibatkan perubahan orientasi layanan

sehingga tidak menghasilkan PNBP, tidak

terpenuhinya target kinerja, dan hal-hal lainnya

yang mengganggu kontinuitas penerapan Pola

PK BLU. Perubahan menjadi badan hukum

dengan kekayaan negara yang dipisahkan

antara lain apabila BLU Pengelola Kawasan

berubah status menjadi Badan Usaha Milik

Negara (BUMN).

Kapankah Status Satker BLU Berakhir?

MENATA KELEMBAGAAN

BLUmenata organisasi

unsur pengelola

menata kepegawaian

unsur pejabat perbendaharaan

3

Page 21: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

24 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 25

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Struktur organisasi menggambarkan posisi

jabatan yang ada pada organisasi dan

hubungan wewenang/tanggung jawab antar

jabatan dalam pelaksanaan tugasnya. Melalui

struktur organisasi, budaya dan prinsip-prinsip

organisasi diterapkan dalam menjalankan roda

kehidupannya.

Desain organisasi harus memperhatikan

keserasian antara besaran organisasi dengan

beban tugas, kemampuan dan sumber

daya yang dimiliki. Dalam rangka menjamin

kejelasan mekanisme kerja dan akuntabilitas

organisasi, maka desain organisasi satker BLU

harus menggambarkan secara jelas bagan

organisasi meliputi kedudukan, susunan

jabatan, dan hubungan kerja antar unit. Tugas

dan wewenang tiap jabatan harus diuraikan

secara jelas, berikut persyaratan menduduki

jabatannya.

Satker BLU harus mempunyai struktur

organisasi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Menggambarkan pengendalian internal

yang memadai, dapat dilihat antara lain

dari:

a. Pemisahan tugas yang memadai;

Harus ada pemisahan fungsi antara

fungsi pemimpin, sebagai penanggung

jawab atas seluruh kegiatan dalam

suatu organisasi, fungsi keuangan,

fungsi operasional/pelaksanaan, dan

fungsi pengawasan.

b. Adanya badan/unit yang berfungsi

sebagai internal audit; Fungsi tersebut

dapat dilaksanakan oleh SPI ataupun

Inspektorat Jenderal pada K/L. Bentuk

unit tersebut disesuaikan dengan

kebutuhan satker yang bersangkutan

2. Menunjukkan kejelasan garis komando

Bagaimanakah Menata Organisasi BLU Bidang Pengelolaan Kawasan?

atau koordinasinya, yaitu agar dalam

struktur organisasi tersebut terlihat

garis komando, sehingga jelas pola

pertanggungjawabannya.

3. Menggambarkan pengelompokan fungsi

yang logis

Bidang-bidang yang ada dalam suatu

organisasi harus dikelompokkan sesuai dengan

fungsinya. Pengelompokan fungsi-fungsi dalam

struktur organisasi harus dilakukan secara logis

dan sesuai dengan prinsip pengendalian intern.

Untuk mencapai kriteria diatas, satker BLU

perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam

menyusun struktur organisasi sesuai dengan

kaidah organisasi modern, yaitu:

1. Adanya persamaan visi di semua

level organisasi, namun manajemen

puncaklah yang bertanggung jawab untuk

memastikan bahwa visi tersebut ada dan

dipelihara.

2. Peran pemimpin adalah membangun visi

bersama, memberdayakan karyawan,

menginspirasikan komitmen, dan

mendorong pengambilan keputusan

secara efektif melalui pemberdayaan dan

kepemimpinan yang kharismatik.

3. Perumusan dan implementasi ide terjadi di

semua level organisasi.

4. Pegawai memahami tugas masing-masing,

termasuk kaitan pekerjaan masing-masing

pegawai dengan pegawai lainnya.

5. Organisasi menjalankan proses, bukan

tugas. Masing-masing proses mempunyai

‘pemilik’ dan tujuan kinerja khusus.

6. Pengguna jasa layanan sebagai faktor

pengendali kinerja. Kepuasan masyarakat

sebagai penggerak utama dan ukuran

kinerja, bukan keuntungan semata.

7. Semua pegawai mendapat informasi penuh

dan mendapat kesempatan pelatihan.

8. Membangun budaya keterbukaan,

kerjasama dan kolaborasi, budaya yang

fokus pada peningkatan kinerja yang terus-

menerus, tanggung jawab pegawai, dan

lain-lain.

Prinsip penyusunan organisasi satker BLU

adalah:

1. Mempunyai visi, misi dan tujuan yang

spesifik di bidang peningkatan mutu

pelayanan masyarakat.

2. Pembagian jumlah unit organisasi harus

memperhatikan sifat pekerjaan dalam

organisasi dalam arti untuk mendukung

terwujudnya institutional coherence, maka

tugas-tugas yang bersesuaian tidak perlu

dipecah-pecah ke dalam beberapa unit

3. Adanya kepastian bahwa tugas-tugas

dalam organisasi akan terus berlangsung

dalam jangka waktu yang lama (tidak

bersifat adhoc).

4. Semua tugas organisasi harus dibagi habis

ke dalam unit-unit organisasi dibawahnya,

sehingga tidak ada tugas yang tidak

ditangani oleh suatu unit organisasi dan

tidak ada tugas yang ditangani oleh lebih

dari satu unit organisasi.

5. Setiap unit organisasi harus mempunyai

hubungan yang jelas antara satu dengan

yang lain sehingga terdapat kesatuan arah

dan tindakan dalam mencapai visi dan misi

Page 22: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

26 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 27

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

organisasi.

6. Setiap unit organisasi harus mempunyai

kewenangan yang jelas sehingga

mekanisme pengambilan keputusan

pada masing-masing unit organisasi

dapat menunjukkan keseimbangan antara

kewenangan dan tanggungjawab.

7. Desain organisasi harus memperhatikan

keserasian antara besaran organisasi

dengan beban tugas, kemampuan dan

sumber daya yang dimiliki.

8. Dalam rangka menjamin kejelasan

mekanisme kerja dan akuntabilitas

organisasi, maka desain organisasi BLU

harus menggambarkan secara jelas

pembaganan mengenai kedudukan,

susunan jabatan, dan hubungan kerja antar

unit organisasi.

KriteriaStrukturOrganisasiBLUSTRUKTUR

ORGANISASI BLU

KR ITERIA

Menggambarkan pengendalian internal

yang memadai

Menunjukkan kejelasan garis komando

atau koordinasinya

Menggambarkan pengelompokan fungsi

yang logis

Kriteria Struktur Organisasi BLU

Gambar 3.1

Jika struktur organisasi yang ada saat

ini (existing) belum menggambarkan

pengendalian internal yang memadai, maka

harus diajukan format struktur organisasi

yang baru yang memenuhi ketentuan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2005. Penyusunan struktur organisasi yang

baru hendaknya memperhatikan kebutuhan

terhadap fleksibilitas, kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan,

kreativitas, pengetahuan dan kemampuan

dalam mengatasi ketidakpastian lingkungan.

Satker BLU dapat melakukan perubahan/

penyesuaian tata kelola maupun perubahan

PIMP. BLU

SPI

DEWAS

PJBT BID TEKNIS 1

PJBT BID TEKNIS 2

PJBT BID TEKNIS 3

PEJABATKEU

PJBT SUBID TEKNIS

1A

PJBT SUBID TEKNIS

1B

PJBT SUBID TEKNIS

1C

PJBT SUBID TEKNIS

2A

PJBT SUBID TEKNIS

2B

PJBT SUBID TEKNIS

2C

PJBT SUBID TEKNIS

3A

PJBT SUBID TEKNIS

3B

PJBT SUBID TEKNIS

3C

PJBT KEU

1

PJBT KEU

2

Ilustrasi Struktur Organisasi Satker BLU

Gambar 3.2

Page 23: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

28 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 29

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

struktur organisasi. Perubahan tata kelola dan

struktur organisasi tersebut dilakukan dengan

mengikuti mengikuti peraturan atau ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Tata laksana atau prosedur kerja merupakan

urutan pekerjaan yang dilakukan oleh satker

BLU dalam melaksanakan kegiatannya.

Prosedur kerja ini menggambarkan wewenang/

tanggung jawab masing-masing jabatan dan

prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan

tugasnya. Secara sederhana, prosedur

kerja dapat diartikan sebagai pedoman yang

menunjukkan apa yang harus dilakukan,

kapan hal tersebut dilakukan, dan siapa yang

melakukannya. Sehingga, adanya prosedur

kerja sangat dibutuhkan oleh setiap organisasi,

baik dari tingkat pimpinan hingga level

organisasi yang terendah.

Prosedur kerja dapat memberikan arah bagi

BLU dalam upaya peningkatan kinerja BLU

yang bersangkutan, disamping menghindarkan

adanya tumpang tindih dalam pelaksanaan

pekerjaan. Disamping itu, prosedur kerja

dapat digunakan untuk menelusuri kesalahan-

kesalahan prosedural, baik dalam pemberian

pelayanan kepada publik maupun pelaksanaan

pekerjaan rutin.

Satker pemerintah yang menjadi satker BLU

harus mempunyai prosedur kerja untuk semua

kegiatannya, terutama kegiatan utama (core

business). Prosedur kerja disajikan dalam

bentuk bagan arus (flowchart) diikuti dengan

narasi yang menjelaskan bagan arus tersebut.

Prosedur kerja mencakup empat aspek, yaitu

aspek pelayanan, keuangan, administrasi

(termasuk aspek sarana dan prasarana) dan

SDM.

BLU dikelola oleh pejabat pengelola

BLU yang terdiri dari Pemimpin BLU,

Pejabat Keuangan, dan Pejabat Teknis.

Sebutan tersebut dapat disesuaikan dengan

nomenklatur yang berlaku pada instansi

pemerintah yang bersangkutan. Kedudukan

Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis dalam

struktur organiasi harus setara untuk menjamin

adanya mekanisme saling uji (check and

balance). Selain itu, dalam rangka pembinaan

dan pemeriksaan intern BLU juga dilengkapi

dengan Dewas dan SPI.

Siapa Unsur Pengelola BLU?

Kepala satker berkedudukan sebagai

Pemimpin BLU yang berfungsi sebagai

penanggung jawab umum operasional serta

keuangan BLU, dan berkewajiban:

a. menyiapkan Renstra Bisnis BLU,

b. menyiapkan RBA tahunan,

c. mengusulkan calon pejabat keuangan dan

pejabat teknis sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, dan

d. menyampaikan pertanggungjawaban

kinerja operasional dan keuangan BLU.

Pejabat keuangan BLU berfungsi sebagai

penanggung jawab keuangan yang

berkewajiban:

a. mengkoordinasikan penyusunan RBA,

b. menyiapkan dokumen pelaksanaan

anggaran satker BLU,

c. melakukan pengelolaan pendapatan dan

belanja,

d. menyelenggarakan pengelolaan kas,

e. melakukan pengelolaan utang-piutang,

f. menyusun kebijakan pengelolaan barang,

aset tetap, dan investasi BLU,

g. menyelenggarakan sistem informasi

manajemen keuangan, dan

h. menyelenggarakan akuntansi dan

penyusunan laporan keuangan.

Pejabat Teknis BLU berfungsi sebagai

penanggung jawab teknis di bidang masing-

masing yang berkewajiban:

a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di

bidangnya,

b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA,

dan

c. mempertanggungjawabkan kinerja

operasional di bidangnya.

Pemimpin BLU

Pejabat Keuangan BLU

Pejabat Teknis BLU

Satuan Pemeriksaan Intern

Fungsi pengawasan dan pemeriksaan

intern dalam pelaksanaan kegiatan harus

dilaksanakan oleh satker BLU. Fungsi tersebut

dapat dilaksanakan oleh SPI sebagai unit yang

melakukan fungsi pemeriksaan intern BLU,

dan sebagai unit kerja yang berkedudukan

langsung di bawah pemimpin BLU untuk

menjamin independensinya dari kegiatan atau

unit kerja yang diaudit.

Secara umum, fungsi SPI antara lain:

d. Membantu Pemimpin BLU dalam

menyelenggarakan penilaian atas sistem

pengendalian, pengelolaan manajemen

serta memberikan saran perbaikan.

e. Sebagai konsultan dan juga melaksanakan

pengawasan dalam rangka pengelolaan

risiko, pengendalian dan penerapan

prinsip-prinsip good governance.

f. Sebagai mitra kerja strategis unit kerja

dalam mencapai sasaran kegiatan.

g. Sebagai mitra kerja dari auditor eksternal.

Kepala SPI harus memiliki kualifikasi akademis

dan kompetensi yang memadai agar dapat

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Kepala SPI diangkat dan diberhentikan oleh

Pemimpin BLU. Pembentukan SPI disesuaikan

dengan kondisi satker yang bersangkutan. Jika

satker belum mampu membentuk SPI, maka

Page 24: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

30 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 31

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

fungsi pengawasan intern dapat diserahkan

kepada Inspektorat Jenderal pada K/L

bersangkutan, atau unit lain yang mendapat

kewenangan dari Pemimpin BLU untuk

melakukan fungsi pengawasan.

Tugas-tugas SPI antara lain:

a. Pemeriksaan dan penilaian terhadap baik

atau tidaknya pengendalian akuntansi dan

pengendalian administratif dan mendorong

penggunaan cara-cara yang efektif dengan

biaya yang minimum.

b. Menilai sampai seberapa jauh pelaksanaan

kebijakan manajemen puncak/ Pemimpin

BLU dipatuhi.

c. Menilai sampai seberapa jauh aset

dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari

segala macam kerugian.

d. Menilai keandalan informasi yang dihasilkan

oleh berbagai unit.

e. Memberikan rekomendasi perbaikan

kegiatan-kegiatan satker BLU.

Ruang lingkup SPI meliputi audit keuangan

dan audit manajemen. Audit keuangan melihat

kewajaran atas laporan keuangan yang telah

disajikan manajemen dengan fokus pada

audit operasional organisasi. Sementara audit

manajemen melihat segi efisiensi, efektivitas,

ekonomi, dengan tujuan menguji apakah

pelaksanaan/kegiatan telah sesuai dengan

ketentuan/peraturan yang berlaku.

SPI mempunyai wewenang antara lain:

a. Menyusun, mengubah dan melaksanakan

kebijakan audit internal termasuk antara

lain menentukan prosedur dan lingkup

pelaksanaan pekerjaan audit.

b. Mengakses seluruh dokumen, pencatatan,

personal dan fisik, informasi tempat atas

obyek audit yang dilaksanakannya, untuk

mendapatkan data dan Informasi yang

berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.

c. Melakukan verifikasi dan uji kehandalan

terhadap informasi yang diperolehnya,

dalam kaitan dengan penilaian efektifitas

sistem yang diauditnya. SPI tidak

mempunyai kewenangan pelaksanaan

dan tanggung jawab atas aktivitas yang

direviu/diperiksa, tetapi tanggung jawab

SPI adalah pada penilaian dan analisa atas

aktivitas tersebut

Dewas adalah organ BLU yang bertugas untuk

melakukan pengawasan terhadap BLU.

Adapun tugas, keanggotaan, persyaratan dan

hal-hal terkait Dewas dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Keanggotaan dan Persyaratan

Pembentukan Dewas

Dewas untuk BLU di lingkungan

pemerintah pusat dibentuk dengan

keputusan menteri/pimpinan lembaga/

Dewan Kawasan atas persetujuan Menteri

Keuangan. Unsur-unsur Anggota Dewas

terdiri dari pejabat K/L/Dewan Kawasan

sebagai unsur pembina teknis, pejabat

dari Kementerian Keuangan sebagai

unsur pembina keuangan dan tenaga ahli

yang sesuai dengan kegiatan satker BLU

sebagai unsur profesional.

Dewan Pengawas

2

Omset di atas Rp 30

milyar atau aset di

atas Rp 200 milyar.

No Nilai omset dan aset

1

Omset antara Rp 15

s.d. 30 milyar atau

aset antara Rp 75

s.d. 200 milyar.

3 orang tsb. di atas, atau 5 orang terdiri dari: :• 2 dari kementerian

teknis• 2 dari Kementerian

Keuangan• 1 tenaga ahli

Jumlah Dewas Keterangan

3 orang terdiri dari :• 1 dari kementerian

teknis• 1 dari Kementerian

Keuangan• 1 tenaga ahli

Nilai omset berdasarkan jumlah PNBP pada LRA tahun terakhir.Nilai aset berdasarkan nilai aset dalam Neraca tahun terakhir.

Jumlah Dewas tersebut dapat ditinjau kembali apabila realisasi nilai omset dan/atau nilai aset mengalami penurunan selama 2 (dua) tahun berturut turut lebih rendah dari persyaratan.

Tabel 3.1 Keanggotaan Dewas

Dewan Pengawas

Dewas dibentuk apabila satker BLU

memenuhi syarat minimum nilai omzet dan/

atau nilai aset, yang dapat dijelaskan pada

tabel berikut ini:

Dewan Pengawas

` Keanggotaan Dewas dari unsur K/L/Dewan

Kawasan dan dari unsur Kementerian

Keuangan adalah wakil menteri atau

pejabat struktural maupun pejabat

fungsional yang bukan pegawai BLU yang

masih aktif.

Keanggotaan Dewas dari unsur profesional

merupakan orang yang mempunyai

kompetensi pada bidang tugas sesuai jenis

BLU akan tetapi bukan pegawai BLU yang

bersangkutan

b. Persyaratan Keanggotaan Dewas

Yang dapat diangkat sebagai anggota

Dewas adalah orang perseorangan

dengan persyaratan:

1) memiliki integritas, dedikasi, itikad baik

dan rasa tanggung jawab;

2) memahami masalah-masalah yang

berkaitan dengan kegiatan BLU;

3) dapat menyediakan waktu yang cukup

untuk melaksanakan tugasnya;

4) bukan sebagai kepala daerah, anggota

Page 25: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

32 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 33

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

legislatif, anggota Parpol, anggota

DPD, staff khusus menteri/ penasehat

menteri;

5) bukan merupakan pegawai BLU; dan

6) mampu melaksanakan perbuatan

hukum dan tidak pernah dinyatakan

pailit atau tidak pernah menjadi

anggota direksi atau komisaris atau

Dewas yang dinyatakan bersalah

sehingga menyebabkan suatu badan

usaha pailit, atau orang yang tidak

pernah dihukum karena melakukan

tindak pidana yang merugikan

keuangan negara.

Dalam rangka memenuhi persyaratan

tersebut dilakukan penilaian internal oleh

K/L terhadap calon anggota Dewas dari

unsur pejabat K/L dan dari unsur tenaga

ahli yang sesuai dengan layanan BLU

sementara penilaian oleh Kementerian

Keuangan dilakukan terhadap calon

anggota Dewas dari unsur pejabat

Kementerian Keuangan.

c. Kewenangan, Tugas, Kewajiban, dan Hak

Dewan Pengawas

Dewas mempunyai kewenangan meliputi:

1. Menilai Renstra Bisnis/Revisi Renstra

2) Menilai RBA/Revisi RBA

3) Menandatangani sebagai pihak yang

mengetahui RBA

4) Menyetujui atas pinjaman jangka pendek

yang bernilai diatas 10% sampai dengan

15% dari jumlah pendapatan BLU

tahun anggaran sebelumnya yang tidak

Dewan Pengawas

bersumber dari APBN dan hibah.

5) Menyetujui penghapusan secara

bersyarat terhadap piutang BLU untuk

jumlah lebih dari Rp.200.000.000,- s.d.

Rp.500.000.000,- per penanggung

piutang.

Dewas bertugas melakukan pengawasan

terhadap pengelolaan BLU yang dilakukan

oleh Pejabat Pengelola BLU yang meliputi

aspek pengelolaan keuangan, layanan,

organisasi dan SDM, sarana dan prasarana

serta kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan.

Dalam menjalankan tugas Dewas

berkewajiban:

1) memberikan pendapat dan saran

secara tertulis kepada menteri/pimpinan

lembaga/ ketua Dewan Kawasan dan

Menteri Keuangan mengenai Renstra

Bisnis dan RBA yang diusulkan oleh

Pejabat Pengelola BLU;

2) melaporkan dengan segera kepada

menteri/pimpinan lembaga/ ketua

Dewan Kawasan dan Menteri

Keuangan apabila terjadi gejala

menurunnya kinerja BLU;

3) mengikuti perkembangan kegiatan

BLU, memberikan pendapat dan saran

secara tertulis kepada menteri/pimpinan

lembaga/ketua Dewan Kawasan dan

Menteri Keuangan mengenai setiap

masalah yang dianggap penting bagi

pengelolaan BLU;

4) memberikan nasihat kepada Pejabat

Pengelola BLU dalam melaksanakan

pengelolaan BLU termasuk kepatuhan

peraturan perundang-undangan;

5) menyampaikan laporan kepada

menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan dan Menteri

Keuangan terkait kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan dalam

pengelolaan BLU;

6) meneliti dan mengkaji laporan berkala

yang disiapkan oleh Pejabat Pengelola

BLU antara lain laporan keuangan dan

laporan kinerja, termasuk laporan hasil

audit SPI;

7) menyelenggarakan pertemuan dengan

Pejabat Pengelola BLU paling sedikit

setiap triwulan untuk mengawasi

pengelolaan BLU;

8) menyampaikan laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan

tugas, kewajiban dan hak Dewas

minimal setiap semester kepada

menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan dan Menteri

Keuangan;

9) menyusun program kerja tahunan

Dewas mempunyai hak sebagai berikut:

1) memperoleh data dan informasi

mengenai pengelolaan satker BLU

secara berkala dan tepat waktu

sesuai dengan peraturan perundang-

undangan;

2) bertanya kepada Pejabat Pengelola

BLU mengenai pengelolaan satker

BLU;

3) meminta kepada Pejabat Pengelola

BLU menghadiri rapat Dewas untuk

Dewan Pengawas

memperoleh penjelasan tentang

pengelolaan satker BLU;

4) mendapatkan tenaga ahli/staf khusus

dalam jangka waktu tertentu apabila

diperlukan dalam melaksanakan

tugasnya

Pertanggungjawaban Dewan Pengawas

Dewas melaporkan pelaksanaan tugas,

kewajiban dan haknya sebagai bentuk

pertanggungjawaban berkala kepada

menteri/pimpinan lembaga/ketua Dewan

Kawasan dan Menteri Keuangan yang

disampaikan paling sedikit 1 kali dalam satu

semester dan sewaktu-sewaktu apabila

diperlukan.

Menteri/pimpinan lembaga/ketua Dewan

Kawasan melakukan evaluasi setiap

semester atas kinerja Dewas dan hasil

evaluasi tersebut disampaikan kepada

Menteri Keuangan. Menteri Keuangan

dapat menggunakan hasil evaluasi sebagai

bahan pertimbangan dalam melakukan

evaluasi kinerja Dewas. Dalam hal hasil

evaluasi menunjukkan bahwa anggota

Dewas tidak melaksanakan tugas dan

kewajibannya dengan baik, maka Menteri

Keuangan dapat:

1) menyampaikan rekomendasi

pemberhentian antar waktu anggota

Dewas dari unsur pejabat K/L/Dewan

Kawasan dan tenaga ahli kepada

menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan terkait.

2) melakukan pemberhentian dan

penggantian antar waktu anggota

Page 26: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

34 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 35

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Dewas dari unsur pejabat Kementerian

Keuangan

d. Pengangkatan Dewas

Dengan memperhatikan tugas, fungsi dan

kewenangan Dewas, Dewas dari unsur

pejabat Kementerian Keuangan haruslah

benar-benar yang memahami mengenai

peraturan-peraturan, pengelolaan

keuangan, RBA, Renstra Bisnis, dan

lain-lain terkait BLU. Bagi Dewas dari

K/L/ Dewan Kawasan

haruslah yang kompeten dan profesional

dibidang layanan. Untuk pencalonan

menjadi Dewas dari unsur pejabat K/L/

Dewan Kawasan dan unsur tenaga ahli/

profesional merupakan kewenangan

menteri/pimpinan lembaga/ketua Dewan

Kawasan. Pengangkatan anggota Dewas

dari unsur pejabat Kementerian Keuangan

merupakan kewenangan Menteri Keuangan

Masa jabatan anggota Dewas ditetapkan

selama 5 tahun dan dapat diangkat

kembali untuk 1 kali masa jabatan

berikutnya. Pengangkatan anggota Dewas

tidak bersamaan waktunya dengan

pengangkatan Pejabat Pengelola BLU,

kecuali pengangkatan untuk pertama

kalinya pada waktu pembentukan BLU.

Menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan menyampaikan usulan

pengangkatan calon ketua/anggota

Dewas dari unsur pejabat K/L/Dewan

Kawasan dan unsur tenaga ahli/profesional

kepada Menteri Keuangan untuk

mendapatkan persetujuan.

Menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan dapat menyampaikan

rekomendasi nama calon anggota

Dewas yang berasal dari unsur pejabat

Kementerian Keuangan dalam usulan.

Usulan pengangkatan anggota Dewas

disertai dengan informasi kompetensi yang

paling sedikit terdiri dari:

1) Daftar Riwayat Hidup;

2) Salinan/fotocopy ijazah terakhir yang

dimiliki yang disahkan oleh pejabat

berwenang pada K/L bersangkutan;

dan

3) Surat Pernyataan dari menteri/pimpinan

lembaga bahwa calon anggota Dewas

yang diusulkan telah dilakukan proses

penilaian internal

Setelah mendapatkan persetujuan

Menteri Keuangan, menteri/pimpinan

lembaga/ketua Dewan Kawasan segera

menerbitkan keputusan tentang penetapan

pengangkatan anggota Dewas. Keputusan

penetapan tersebut ditembuskan kepada

Menteri Keuangan dan Direktur Jenderal

Perbendaharaan.

Apabila Menteri Keuangan menolak usulan

pengangkatan calon ketua/anggota

Dewas, menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan segera mengajukan

usulan calon dewas lainnya selambat-

lambatnya 1 bulan sejak disampaikannya

keputusan penolakan oleh Menteri

Keuangan

e. Pemberhentian Dan Penggantian Anggota

Dewas

Menteri/pimpinan lembaga/ketua Dewan

Kawasan berwenang memberhentikan

dan mengganti anggota Dewas dari

unsur pejabat K/L/Dewan Kawasan

dan unsur tenaga ahli/profesional.

Menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan dapat mengusulkan

pemberhentian dan penggantian anggota

Dewas dari unsur pejabat Kementerian

Keuangan. Menteri Keuangan berwenang

mengusulkan pemberhentian dan

mengganti anggota Dewas dari unsur

pejabat Kementerian Keuangan.

Pemberhentian dan penggantian Dewas

dapat dikarenakan:

1) Pemberhentian dan Penggantian Antar

Waktu

Dapat dilakukan apabila anggota

Dewas tidak dapat meneruskan masa

jabatannya karena:

a) tidak melaksanakan tugasnya

dengan baik;

b) tidak melaksanakan ketentuan

perundang-undangan;

c) terlibat dalam tindakan yang

merugikan BLU;

d) dipidana penjara;

e) berhalangan tetap;

f) fmengundurkan diri; atau

g) menduduki jabatan lain yang

berakibat terjadi benturan

kepentingan dalam pengawasan

BLU atau munculnya halangan

Dewan PengawasDewan Pengawas

yang menganggu kemampuan

untuk bertindak secara bebas

dalam pengawasan BLU.

Masa jabatan anggota Dewas

Pengganti Antar Waktu ditetapkan

selama sisa masa jabatan anggota

Dewas yang diganti.

2) Pemberhentian karena Berakhir Masa

Jabatan

Menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan menerbitkan

keputusan pemberhentian anggota

Dewas yang berakhir masa jabatannya

tanpa persetujuan Menteri Keuangan

dengan tembusan kepada Menteri

Keuangan dan Direktur Jenderal

Perbendaharaan.

Menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan mengajukan usulan

pengangkatan untuk masa jabatan

Dewas berikutnya kepada Menteri

Keuangan selambat-lambatnya 3 bulan

sebelum berakhirnya masa jabatan

anggota Dewas

3) Pemberhentian Anggota Dewas karena

status satker BLU Berakhir

Dalam hal status satker BLU berakhir,

menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan menerbitkan

keputusan pemberhentian anggota

Dewas tanpa persetujuan Menteri

Keuangan dengan tembusan kepada

Menteri Keuangan dan Direktur

Page 27: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

36 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 37

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Jenderal Perbendaharaan.

Status satker BLU berakhir karena:

a) dicabut oleh Menteri Keuangan;

b) dicabut oleh Menteri Keuangan

berdasarkan usul dari menteri/

pimpinan lembaga/ketua Dewan

Kawasan; atau

c) berubah statusnya menjadi badan

hukum dengan kekayaan negara yang

dipisahkan

g. Sekretaris Dewas

Sekretaris Dewas BLU, adalah organ

Dewas yang membantu pelaksanaan

tugas, kewajiban dan hak Dewas di bidang

kesekretariatan. Sekretaris Dewas diangkat

dan diberhentikan oleh Pemimpin BLU atas

persetujuan Dewas.

Sekretaris Dewas memiliki kewajiban antara

lain:

1) menyiapkan penyelenggaraan rapat

Dewas, termasuk menyiapkan

undangan dan bahan-bahan rapat

Dewas;

2) menghadiri rapat Dewas dan rapat

gabungan antara Dewas dan Pejabat

Pengelola BLU;

3) mengelola, memutakhirkan dan

menyimpan dokumen dan informasi

yang terkait dengan pelaksanaan tugas

Dewas;

4) menyusun notulen rapat;

5) mengumpulkan data atau informasi

Dewan Pengawas

yang relevan dengan pelaksanaan

tugas Dewas;

6) melaporkan pelaksanaan tugas kepada

Dewas secara berkala;

7) membantu Dewas dalam menyusun

program kerja, laporan, pendapat,

kajian dan saran Dewas; dan

8) melaksanakan kegiatan-kegiatan lain

yang mendukung pelaksanaan tugas,

kewajiban dan hak Dewas.

Sekretaris Dewas memiliki kewajiban antara

lain:

1) menyiapkan penyelenggaraan rapat

Dewas, termasuk menyiapkan

undangan dan bahan-bahan rapat

Dewas;

2) menghadiri rapat Dewas dan rapat

gabungan antara Dewas dan Pejabat

Pengelola BLU;

3) mengelola, memutakhirkan dan

menyimpan dokumen dan informasi

yang terkait dengan pelaksanaan tugas

Dewas;

4) menyusun notulen rapat;

5) mengumpulkan data atau informasi

yang relevan dengan pelaksanaan

tugas Dewas;

6) melaporkan pelaksanaan tugas kepada

Dewas secara berkala;

7) membantu Dewas dalam menyusun

program kerja, laporan, pendapat,

kajian dan saran Dewas; dan

8) melaksanakan kegiatan-kegiatan lain

yang mendukung pelaksanaan tugas,

kewajiban dan hak Dewas.

Sekretaris Dewas adalah orang

perseorangan yang:

1) memiliki integritas, dedikasi, itikad baik

dan rasa tanggung jawab;

2) dapat menyediakan waktu yang cukup

untuk melaksanakan tugasnya;

3) tidak pernah dihukum karena melakukan

tindak pidana yang merugikan keuangan

Negara; dan

4) menguasai Teknologi Informasi.

Bagaimana menata Kepegawaian BLU?

Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU

dapat terdiri atas PNS dan/atau tenaga

profesional non PNS sesuai dengan kebutuhan

BLU. Pejabat pengelola BLU dan pegawai

BLU yang berasal dari tenaga profesional non

PNS dapat dipekerjakan secara tetap atau

berdasarkan kontrak. Pejabat perbendaharaan

pada BLU pada K/L yang meliputi KPA,

Bendahara Penerimaan, dan Bendahara

Pengeluaran harus dijabat oleh PNS.

Syarat pengangkatan dan pemberhentian

pejabat pengelola dan pegawai BLU yang

berasal dari PNS sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang

kepegawaian.

Syarat pengangkatan dan pemberhentian

pejabat pengelola dan pegawai BLU di

lingkungan K/L yang berasal dari tenaga

profesional non PNS diatur oleh pemimpin BLU.

Kebutuhan tenaga profesional non PNS

disesuaikan dengan Renstra Bisnis, Pola Tata

Kelola, dan Standar Pelayanan Minimal satker

BLU.

BLU menerapkan standar kompetensi bagi

pejabat pengelola dan pegawai BLU. Adanya

standar kompetensi menunjukkan aspek

transparansi dalam penempatan posisi jabatan,

dan memenuhi aspek keadilan. Sedangkan

terkait tenaga profesional non PNS, selain

standar kompetensi BLU perlu mengatur

mengenai batasan usia, jumlah/proporsi tenaga

profesional non PNS yang dianggap layak dan

jangka waktu kontrak non PNS.

K/L hendaknya memiliki pertimbangan khusus

terhadap pola mutasi para pejabat BLU,

yaitu dalam rangka promosi dan demosi

berdasarkan kinerja yang telah dicapai.

Page 28: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

38 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 39

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Siapa Unsur Pejabat Perbendaharaan BLU?

1. Kuasa Pengguna Anggaran

KPA adalah pejabat yang memperoleh

kuasa dari PA untuk melaksanakan

sebagian kewenangan dan tanggung

jawab penggunaan anggaran pada K/L

yang bersangkutan.

Kepala Satker BLU berkedudukan

sebagai KPA dan menetapkan Pejabat

Perbendaharaan Negara lainnya yaitu PPK

dan PP-SPM. Dalam hal kepala satker BLU

berkedudukan sebagai PA, pimpinan satker

BLU dapat menunjuk pejabat lain yang

berstatus PNS sebagai KPA. Setiap terjadi

pergantian jabatan kepala Satker, setelah

serah terima jabatan pejabat kepala Satker

yang baru langsung menjabat sebagai

KPA.

Dalam pelaksanaan anggaran pada

Satker BLU, KPA memiliki tugas dan

wewenang:

a. menyusun RBA, RKA-K/L, dan DIPA;

b. menetapkan PPK untuk melakukan

tindakan yang mengakibatkan

pengeluaran anggaran belanja Negara

(untuk 1 DIPA, KPA menetapkan 1 atau

lebih PPK);

c. menetapkan PPSPM untuk melakukan

pengujian tagihan dan menerbitkan

SPM atas beban anggaran belanja

Negara (untuk 1 DIPA, KPA menetapkan

1 PP-SPM);

d. menetapkan panitia/pejabat yang

terlibat dalam pelaksanaan kegiatan

dan pengelola anggaran/keuangan;

e. menetapkan rencana pelaksanaan

kegiatan dan rencana penarikan

dana;

f. memberikan supervisi dan

konsultasi dalam pelaksanaan

kegiatan dan penarikan dana;

g. mengawasi penatausahaan

dokumen dan transaksi

yangberkaitan dengan pelaksanaan

kegiatan dan anggaran;

h. menyusun laporan keuangan

dan kinerja atas pelaksanaan

anggaran sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

KPA bertanggung jawab atas

pelaksanaan kegiatan dan anggaran

yang berada dalam penguasaannya

kepada PA. Pelaksanaan tanggung

jawab KPA dilakukan dalam bentuk:

a. mengesahkan rencana

pelaksanaan kegiatan, rencana

penerimaan PNBP BLU dan

rencana penarikan dana;

b. merumuskan standar operasional

yang diperlukan dalam rangka

pengelolaan BLU;

c. menyusun sistem pengawasan

dan pengendalian agar proses

penyelesaian tagihan atas beban

APBN, baik RM maupun pendapatan

BLU (PNBP) dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-

undangan;

d. melakukan pengawasan agar

pelaksanaan kegiatan dan pengadaan

barang/jasa sesuai dengan keluaran

(output) yang ditetapkan dalam DIPA;

e. melakukan monitoring dan evaluasi

agar pembuatan perjanjian/kontrak

pengadaan barang/jasa dan

pembayaran atas beban APBN

sesuai dengan keluaran (output) yang

ditetapkan dalam DIPA serta rencana

yang telah ditetapkan;

f. merumuskan kebijakan agar

pembayaran atas beban APBN

sesuai dengan keluaran (output) yang

ditetapkan dalam DIPA; dan

g. Melakukan pengawasan,

monitoring, dan evaluasi atas

pertanggungjawaban pelaksanaan

anggaran dalam rangka penyusunan

laporan keuangan.

KPA menetapkan PPK dan PP-SPM

dengan surat keputusan. Penetapan

PPK dan PP-SPM tersebut tidak terikat

periode tahun anggaran. Artinya, dalam

hal tidak terdapat perubahan pejabat

yang ditetapkan sebagai PPK dan/atau

PP-SPM pada saat pergantian periode

tahun anggaran, penetapan PPK dan/

atau PP-SPM tahun yang lalu masih

tetap berlaku. Dalam hal PPK atau

PP-SPM dipindahtugaskan/pensiun/

diberhentikan dari jabatannya/

berhalangan sementara, KPA

menetapkan PPK atau PP-SPM

pengganti dengan surat keputusan

dan berlaku sejak serah terima jabatan.

PPK dan PP-SPM yang penunjukannya

berakhir harus menyelesaikan seluruh

administrasi keuangan yang menjadi

tanggung jawabnya pada saat menjadi

PPK atau PP-SPM.

KPA menyampaikan surat keputusan

penunjukkan PP-SPM dan PPK kepada:

a. Kepala KPPN selaku Kuasa BUN

beserta spesimen tanda tangan PP-

SPM dan cap/stempel Satker;

b. PP-SPM disertai dengan spesimen

tanda tangan PPK; dan

c. PPK.

Dalam hal tidak terdapat penggantian

PPK dan/atau PPSPM, pada awal

tahun anggaran, KPA menyampaikan

pemberitahuan kepada pejabat tersebut

pada huruf a, b dan c diatas

2. Pejabat Pembuat Komitmen

PPK adalah pejabat yang ditetapkan

oleh KPA dalam rangka melaksanakan

kewenangan PA/KPA untuk

mengambil keputusan dan/atau

tindakan yang dapat mengakibatkan

Unsur Pejabat BLU

Page 29: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

40 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 41

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

pengeluaran atas beban APBN. Dalam

melaksanakan kewenangan dimaksud,

PPK mempedomani pelaksanaan tanggung

jawab KPA kepada PA. PPK tidak dapat

merangkap sebagai PP-SPM. Untuk satu

DIPA, KPA dapat menetapkan beberapa

PPK. Dalam melakukan tindakan yang

dapat mengakibatkan pengeluaran

anggaran belanja negara, PPK memiliki

tugas dan wewenang:

a. menyusun rencana pelaksanaan

kegiatan dan rencana penarikan dana

berdasarkan DIPA;

b. menerbitkan Surat Penunjukan

Penyedia Barang/Jasa;

c. membuat, menandatangani dan

melaksanakan perjanjian/kontrak

dengan Penyedia Barang/Jasa;

d. melaksanakan kegiatan swakelola;

e. memberitahukan kepada Kuasa

BUN atas perjanjian/ kontrak yang

dilakukannya;

f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/

kontrak;

g. menguji dan menandatangani surat

bukti mengenai hak tagih kepada

negara;

h. membuat dan menandatangani SPP;

i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian

kegiatan kepada KPA;

j. menyerahkan hasil pekerjaan

pelaksanaan kegiatan kepada KPA

dengan Berita Acara Penyerahan;

k. menyimpan dan menjaga keutuhan

seluruh dokumen pelaksanaan

kegiatan; dan

l. melaksanakan tugas dan

wewenang lainnya yang

berkaitan dengan tindakan yang

mengakibatkan pengeluaran

anggaran belanja negara.

Penyusunan rencana pelaksanaan

kegiatan dan rencana penarikan dana

berdasarkan DIPA di atas, dilakukan

dengan:

a. menyusun jadwal waktu

pelaksanaan kegiatan termasuk

rencana penarikan dananya;

b. menyusun perhitungan kebutuhan

UP/ TUP sebagai dasar pembuatan

SPP-UP/TUP; dan

c. mengusulkan revisi Petunjuk

Operasional Kegiatan (POK)/DIPA

kepada KPA.

Sementara pengujian atas surat bukti

mengenai hak tagih kepada negara

dilakukan dengan :

a. menguji kebenaran materiil dan

keabsahan surat-surat bukti

mengenai hak tagih kepada negara;

dan/atau

b. menguji kebenaran dan keabsahan

dokumen/surat keputusan yang

menjadi persyaratan/kelengkapan

pembayaran belanja pegawai

3. Pejabat Penguji dan Penandatangan

SPM

Unsur Pejabat BLU

PP-SPM melaksanakan kewenangan KPA

untuk melakukan pengujian tagihan dan

perintah pembayaran atas beban anggaran

negara.

Dalam rangka melakukan pengujian tagihan

dan perintah pembayaran, PP-SPM

memiliki tugas dan wewenang:

• menguji kebenaran SPP atau dokumen

lain yang dipersamakan dengan SPP

beserta dokumen pendukung;

• menolak dan mengembalikan SPP,

apabila tidak memenuhi persyaratan

untuk dibayarkan;

• membebankan tagihan pada mata

anggaran yang telah disediakan;

• menerbitkan SPM atau dokumen lain

yang dipersamakan dengan SPM;

• menyimpan dan menjaga keutuhan

seluruh dokumen hak tagih;

• melaporkan pelaksanaan pengujian

dan perintah pembayaran kepada

KPA; dan

• melaksanakan tugas dan wewenang

lainnya yang berkaitan dengan

pelaksanaan pengujian dan perintah

pembayaran.

PP-SPM bertanggung jawab terhadap:

• kebenaran administrasi;

• kelengkapan administrasi; dan

• keabsahan administrasi dokumen

hak tagih pembayaran yang

menjadi dasar penerbitan SPM dan

akibat yang timbul dari pengujian

yang dilakukan

4. Pejabat Penerbit SP3B BLU

Tata cara pencairan dana yang

berasal dari RM mengikuti ketentuan

sebagaimana diatur dalam PMK

190/PMK.05/2012 tentang Tata

Cara Pembayaran Dalam Rangka

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

Dan Belanja Negara. Sementara itu,

penggunaan dan pertanggungjawaban

PNBP BLU berpedoman pada

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

92/PMK.05/2011 tentang Rencana

Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan

Anggaran Badan Layanan Umum

dan Peraturan Direktur Jenderal

Perbendaharaan Nomor PER-30/

PB/2011 tentang Mekanisme

Pengesahan Pendapatan dan Belanja

Satker BLU.

Pendapatan yang diperoleh oleh

BLU dapat dikelola langsung untuk

membiayai pengeluaran BLU sesuai

dengan RBA definitif. Pengelolaan

pendapatan dan belanja BLU

dilaksanakan secara tertib, efisien,

transparan dan bertanggung jawab

sesuai ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

Unsur Pejabat BLU

Page 30: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

42 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 43

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Untuk SPM bagi pelaksanaan

pembayaran yang bersumber dari RM (baik

UP maupun LS), ditandatangani oleh PP-

SPM, kemudian diajukan ke KPPN untuk

diterbitkan SP2D, sedangkan untuk yang

bersumber dari Pendapatan BLU setelah

diterbitkan SPM Internal dapat diterbitkan

SP2D Internal (bisa juga dengan sebutan

lain yang dirasa lebih sesuai, misal: Surat

Perintah Transfer Dana, Cek, dan lain-lain

yang sejenis).

Dalam rangka pertanggungjawaban

pendapatan dan/atau belanja atas PNBP

BLU, BLU mengajukan SP3B BLU kepada

KPPN untuk diterbitkan SP2B BLU. Pejabat

penandatangan SP3B BLU adalah juga

Pejabat Penguji/Penandatangan SPM.

Demikian juga petugas pengantar SP3B

BLU adalah petugas pengantar SPM.

5. Bendahara Pengeluaran

Bendahara Pengeluaran mengelola

rekening pengeluaran untuk

menampung uang yang bersumber

dari RM, dan pengelolaannya mengikuti

ketentuan PMK 190/PMK.05/2012

tentang Tata Cara Pembayaran Dalam

Rangka Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Negara.

6. Pejabat Pengelola Dana BLU

Pejabat pengelola dana BLU

bertugas untuk mengelola dana BLU

yang ditampung dalam Rekening

Operasional, Rekening Pengelolaan

Kas, dan Rekening Dana Kelolaan.

Pemimpin BLU dapat menunjuk

Bendahara Penerimaan yang sudah

ada sebelumnya (ketika satker masih

berbentuk satker PNBP) untuk

menjadi pejabat pengelola dana BLU.

Pengelolaan belanja yang bersumber

dari pendapatan BLU, mengacu

pada peraturan yang ditetapkan oleh

pemimpin Satker BLU.

Unsur Pejabat BLU

1

MENGELOLAKEUANGAN

BLUperencanaan dan penganggaran

pelaksanaan anggaran 4pengelolaan piutang dan utang

mengelola risiko

menerapkan remunerasi

Page 31: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

44 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 45

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

1. Mengidentifikasi Tarif Layanan BLU

BLU dapat memungut biaya kepada

masyarakat sebagai imbalan atas barang/

jasa layanan yang diberikan dalam bentuk tarif

yang disusun atas dasar perhitungan biaya per

unit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif

layanan tersebut harus mempertimbangkan 4

aspek yaitu :

a. Kontinuitas dan pengembangan layanan

yaitu pengaruh pengenaan tarif secara

keseluruhan terhadap kelangsungan

hidup (going concern) dan pertumbuhan

satker BLU. Keberlangsungan dan tingkat

pertumbuhan dapat dilihat dari proyeksi

kinerja layanan/keuangan yang akan

datang yang tercermin dari proyeksi

laporan keuangan di masa yang akan

datang

b. Daya beli masyarakat yaitu pertimbangan

yang berorientasi kepada kemauan

dan kemampuan daya beli masyarakat

penerima layanan (ability and willingness to

pay) terhadap masing-masing tarif layanan.

c. Asas keadilan dan kepatutan

memperhatikan antara lain :

1. Pengenaan tarif kepada masyarakat

penerima layanan mencerminkan

keadilan dan kepatutan sesuai dengan

golongan masyarakat penerima

layanan tersebut.

2. Tarif yang dikenakan tidak bertentangan

dengan kebijakan dan peraturan

pemerintah yang berlaku.

c. Kompetisi yang sehat yaitu apabila

dibandingkan dengan industri sejenis

dan dengan mempertimbangkan antara

lain faktor lokasi dan nilai tambah yang

diberikan, tarif yang dikenakan merupakan

tarif yang wajar untuk diberlakukan kepada

masyarakat.

Menteri Keuangan mengatur pedoman umum

penyusunan tarif layanan. Menteri/pimpinan

lembaga/ketua Dewan Kawasan mengatur

pedoman teknis penyusunan tarif layanan

BLU. BLU menyusun tarif layanan dengan

memperhatikan pedoman umum dan pedoman

teknis tersebut.

Tarif layanan diusulkan oleh pemimpin BLU

kepada menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan. Menteri/pimpinan lembaga/

ketua Dewan Kawasan menyampaikan usulan

tarif layanan kepada Menteri Keuangan untuk

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan.

Bagaimana Perencanaan dan Penganggaran BLU? Sistematika Usulan Tarif Layanan BLU kepada

Menteri Keuangan

Boks 4.1

Sistematika Usulan Tarif Layanan BLU kepada Menteri Keuangan

I. PENDAHULUAN

a. Kondisi umum b. Potensi dan permasalahan

II. Karakteristik BLU a. Visi, misi dan tujuan b. Tupoksi, struktur organisasi, pusat biaya dan unit-unit layanan c. Produk/layanan

III. Perhitungan biaya per unit/hasil per investasi dana

a. Kebijakan dalam perhitungan biaya per unit /hasil per investasi dana

b. Perhitungan biaya per unit hasil per investasi dana per produk/layanan

IV. Usulan Tarif a. Kebijakan tarif b. Tarif yang diusulkan

V. Dasar Pertimbangan Tarif

a. Kontinuitas dan pengembangan layanan b. Daya beli masyarakat c. asas keadilan dan kepatutan d. Kompetisi yang sehat

VI. PENUTUP Lampiran-Lampiran

Page 32: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

46 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 47

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Penyusunan usulan tarif BLU dilakukan melalui

tahap-tahap antara lain :

a. Persiapan usulan tarif layanan yaitu:

1) Mengidentifikasi tarif-tarif yang

sesuai dengan tugas, fungsi dan

kewenangannya

2) Mengidentifikasi tujuan penentuan tarif

dan bagaimana keterkaitan penentuan

tarif tersebut dengan strategi satker

BLU.

3) Mengumpulkan data-data dan

informasi yang diperlukan dalam

penyusunan usulan tarif.

b. Menyusun analisis mengenai kondisi

umum, potensi dan permasalahan, yaitu :

1) menyusun analisis mengenai

kondisi tarif BLU yang saat ini telah

diberlakukan, apabila dibandingkan

dengan aspek legalitas, kesesuaian

dengan kebijakan dan regulasi dalam

lingkup kewenangan K/L, serta

kesesuaian dengan ke-4 aspek yang

harus diperhatikan dalam tarif layanan,

dan

2) Menyusun analisis permasalahan,

potensi, kelemahan, peluang, serta

tantangan jangka menengah yang akan

dihadapi apabila tarif yang ada selama

ini tetap diberlakukan, serta bagaimana

tarif yang diusulkan oleh BLU dapat

mendorong terwujudnya visi dan misi

BLU

c. Menyusun perhitungan biaya per unit

dengan tahapan antara lain:

1) Mengidentifikasi pusat-pusat biaya

(cost center) dan pusat-pusat

pendapatan (revenue center)

2) Mengidentifikasi layanan pada pusat

pendapatan dan target layanan sesuai

dengan RBA

3) Mengidentifikasi biaya masing-masing

pusat pendapatan. Biaya dalam

masing-masing kegiatan diklasifikasikan

dalam biaya langsung, tidak langsung,

biaya variabel dan biaya tetap sesuai

RBA serta klasifikasi biaya dari RM dan

PNBP sesuai dengan kebutuhan dan

kebijakan tarif.

4) Melakukan distribusi biaya dari pusat

biaya kepada pusat pendapatan

Tahapan penyusunan perhitungan biaya

per unit tersebut dilakukan dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Perhitungan biaya per unit adalah

perhitungan biaya per unit layanan

dengan ketentuan kebijakan dan

asumsi-asumsi yang digunakan.

2) Metode perhitungan biaya per unit

dapat menggunakan sistem biaya

tradisional, activity base costing atau

metode costing yang lain.

3) Asumsi biaya, volume, pendapatan

sesuai dengan asumsi-asumsi dalam

RBA.

4) Klasifikasi biaya sesuai dengan

metode costing yang digunakan dan

disesuaikan dengan karakteristik BLU,

dan kebutuhan manajemen.

5) Perhitungan biaya per unit bersifat

full costing yaitu perhitungan semua

biaya secara akrual terdiri dari biaya

yang langsung berhubungan dengan

layanan dan biaya yang tidak langsung

Perencanaan dan Penganggaran BLU

berhubungan dengan layanan.

6) Distribusi kegiatan tidak langsung

terhadap kegiatan langsung yang

menghasilkan layanan dapat

mengunakan beberapa metode

costing antara lain: Simple Distribution,

Step Down Method, Activity Based

Costing, Double Distribution atau yang

lain.

d. Penyusunan usulan tarif BLU

Penyusunan usulan tarif BLU dilakukan

dengan memperhatikan kebijakan tarif yang

akan dilakukan. Tarif layanan BLU yang

ditetapkan dapat lebih besar dari biaya

per unit layanan (cost plus), lebih kecil dari

biaya per unit layanan (cost minus) atau

sama dengan biaya per unit layanan (cost

recovery).

Setelah usulan tarif layanan tersusun, satker

BLU mengajukan usulan tersebut kepada

menteri/pimpinan lembaga/Dewan Kawasan.

Selanjutnya menteri/pimpinan lembaga /Dewan

Kawasan melakukan penelahaan usulan tarif

dengan memperhatikan justifikasi 4 aspek tarif

dan kesesuaian tarif yang dikenakan dengan

kebijakan dan peraturan teknis K/L.

Dalam proses penelaahan menteri/pimpinan

lembaga/ Dewan Kawasan dapat meminta

satker BLU untuk membahas dan memperbaiki

usulan tarif yang diajukan. Hasil pembahasan

tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan

penyempurnaan usulan tarif BLU. Usulan tarif

yang telah disempurnakan diajukan menteri/

pimpinan lembaga/ Dewan Kawasan kepada

Menteri Keuangan untuk ditetapkan.

Menteri Keuangan c.q. Ditjen Perbendaharaan

c.q. Direktorat PPK BLU melakukan pengkajian

atas kelengkapan dan kelayakan usulan tarif

satker BLU. Hasil kajian kemudian disampaikan

kepada tim penilai tarif untuk dinilai dengan

memperhatikan justifikasi atas 4 aspek tarif

layanan. Dalam melakukan penilaian terhadap

usulan tarif, tim penilai tarif dapat mengundang

narasumber atau pihak tekait yang kompeten di

bidangnya apabila diperlukan.

Hasil penilaian berupa rekomendasi

diserahkan kepada Menteri Keuangan melalui

Dirjen Perbendaharaan. Menteri Keuangan

menetapkan/menolak usulan tarif berdasarkan

rekomendasi yang disampaikan oleh tim penilai

tarif.

Selain ditetapkan oleh Menteri Keuangan,

penetapan tarif BLU dapat didelegasikan

oleh Menteri Keuangan kepada menteri/

pimpinan lembaga dan/atau pemimpin BLU.

Pendelegasian kewenangan penetapan tarif

layanan ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Keuangan mengenai penetapan tarif layanan

satker BLU.

2. Mengajukan Target PNBP BLU

Target PNBP BLU merupakan hasil

penghitungan atau penetapan PNBP BLU,

yang diperkirakan akan diterima dalam 1 tahun

yang akan datang (1 Januari s.d. 31 Desember

tahun yang akan datang). Penyusunan target

(rencana) PNBP BLU dikoordinasikan oleh

masing – masing K/L. Target (rencana) PNBP

Perencanaan dan Penganggaran BLU

Page 33: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

48 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 49

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

BLU disusun serealistis mungkin dengan

memperhitungkan seluruh potensi pendapatan

yang akan diperoleh pada tahun berkenaan

3. Menyusun dan Mengajukan Usul Standar

Biaya

Standar Biaya adalah satuan biaya yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku

pengelola fiskal (chief financial officer) baik

berupa standar biaya masukan maupun

standar biaya keluaran, sebagai acuan

perhitungan kebutuhan anggaran dalam

penyusunan RKA-K/L.

a. Standar Biaya Masukan (SBM)

SBM adalah satuan biaya yang ditetapkan

untuk menyusun biaya komponen keluaran

(output).

SBM terdiri atas:

1) harga satuan;

2) tarif; dan

3) indeks.

SBM berfungsi sebagai:

1) batas tertinggi untuk menghasilkan biaya

komponen keluaran (output) (merupakan

besaran biaya yang tidak dapat dilampaui), dan

2) alat reviu angka dasar (baseline), yang

digunakan untuk menghitung alokasi kebutuhan

besaran biaya komponen keluaran (output)

sebagai bahan penyusunan pagu indikatif.

Dalam rangka pelaksanaan anggaran, SBM

berfungsi sebagai:

1) batas tertinggi, merupakan besaran biaya

yang tidak dapat dilampaui, atau

2) estimasi, merupakan prakiraan besaran

biaya yang dapat dilampaui dengan

mempertimbangkan:

a) harga pasar;

b) proses pengadaannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

c) ketersediaan alokasi anggaran; dan

d) prinsip ekonomis, efisiensi dan efektifitas.

PA/kuasa PA dalam menyusun RKA-K/L

menggunakan SBM yang telah ditetapkan atau

disetujui Menteri Keuangan. Dalam rangka

penyusunan RKA-K/L, PA/kuasa PA dapat

menggunakan satuan biaya masukan lainnya

yang antara lain didasarkan pada:

1) harga pasar; dan

2) satuan harga yang ditetapkan oleh menteri/

pimpinan lembaga/instansi teknis yang

berwenang.

Penggunaan satuan biaya masukan lainnya

tidak termasuk untuk satuan biaya yang

menambah penghasilan dan/atau fasilitas

bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan

non pegawai negeri yang dipekerjakan

dalam rangka melaksanakan tugas rutin K/L.

Penggunaan satuan biaya masukan lainnya

yang menambah penghasilan dan/atau fasilitas

tersebut harus mendapat persetujuan Menteri

Keuangan.

Dalam rangka penyusunan RBA, pemimpin

satker BLU dapat menetapkan SBM untuk

satker BLU. Penetapan SBM oleh pemimpin

satker BLU harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) untuk kegiatan yang sumber dananya

berasal dari PNBP BLU;

2) merupakan komponen biaya dari tarif

Perencanaan dan Penganggaran BLU

layanan; dan

3) mempertimbangkan standar biaya pasar.

Satuan biaya bagi satker BLU berupa satuan

biaya yang menambah penghasilan dan/

atau fasilitas di luar komponen remunerasi

bagi dewan pengawas, pejabat pengelola,

dan pegawai satker BLU dan satuan biaya

perjalanan dinas dalam negeri dan luar negeri,

mengacu pada ketentuan SBM.

SBM untuk satker BLU untuk kegiatan yang

sumber dananya tidak berasal dari penerimaan

PNBP BLU, mengacu pada ketentuan SBM

dan satuan biaya masukan lainnya.

Dalam rangka pelaksanaan anggaran, SBM

yang ditetapkan oleh pemimpin satker BLU

merupakan estimasi yang dapat dilampaui,

dengan mempertimbangkan:

a. harga pasar;

b. proses pengadaannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. ketersediaan alokasi anggaran; dan

d. prinsip ekonomis, efisiensi dan efektifitas.

Pemimpin satker BLU bertanggung jawab

atas kesesuaian penggunaan SBM, dan

bertanggung jawab atas kebenaran formal

dan material terhadap satuan biaya masukan

lainnya dalam penyusunan RBA.

Dalam hal SBM Satker BLU belum ditetapkan,

satker BLU menggunakan SBM dan/atau

satuan biaya masukan lainnya.

2. Standar Biaya Keluaran (SBK)

SBK terdiri atas:

a. indeks biaya keluaran, merupakan SBK

untuk menghasilkan satu volume keluaran

(output).

b. total biaya keluaran, merupakan SBK untuk

Gambar 4.1 Penyusunan RBA

Perencanaan dan Penganggaran BLU

Page 34: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

50 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 51

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

prakiraan besaran biaya yang dapat dilampaui,

antara lain karena perubahan komponen

tahapan dan/atau penggunaan satuan biaya

yang dipengaruhi harga pasar.

Besaran biaya yang dapat dilampaui

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. proses pengadaannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. ketersediaan alokasi anggaran; dan

c. prinsip ekonomis, efisiensi, dan efektifitas

Dalam hal besaran SBK yang dilampaui

tersebut memerlukan revisi anggaran,

Gambar 4.2 Skema Penyusunan RBA

Perencanaan dan Penganggaran BLU

pelaksanaannya mengacu pada ketentuan

dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai

revisi anggaran.

Mekanisme pengajuan dan penetapan SBK

lebih lanjut agar mengikuti ketentuan Peraturan

Menteri Keuangan yang mengatur mengenai

Satuan Biaya.

4. Menyusun dan Mengajukan Pengesahan

Rencana Bisnis Anggaran

RBA disusun dengan mengacu pada Renstra

Bisnis lima tahunan, sementara Renstra Bisnis

mengacu pada Renstra K/L. RBA memuat

program, kegiatan, anggaran pendapatan dan

belanja termasuk estimasi saldo kas.

RBA disusun berdasarkan usulan dari

masing-masing unit kerja pada satker BLU.

Masing-masing unit kerja tersebut mengajukan

kebutuhan anggaran yang diperlukan

beserta target pendapatannya. Penyusunan

kebutuhan anggaran yang akan diajukan harus

berada dalam koridor program, kegiatan,

dan kebijakan yang telah dituangkan dalam

Renstra Bisnis. Pemimpin BLU bertugas untuk

menerjemahkan dan mensosialisasikan Renstra

Bisnis tersebut kepada unit-unit kerja yang ada

serta menghimpun rencana dan anggaran yang

telah diajukan oleh masing-masing unit kerja untuk

kemudian ditransformasikan dalam bentuk RBA.

RBA disusun berdasarkan :

1. Basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya

menurut jenis layanannya.

2. Kebutuhan dan kemampuan pendapatan

yang diperkirakan akan diterima.

3. Basis akrual.

RBA menganut pola anggaran fleksibel dengan

persentase ambang batas belanja tertentu. Pola

anggaran fleksibel merupakan pola anggaran

yang penganggaran belanjanya dapat bertambah

atau berkurang dari yang dianggarkan sepanjang

pendapatan terkait bertambah atau berkurang

setidaknya proporsional. Hal ini hanya berlaku

untuk belanja yang bersumber dari pendapatan

PNBP BLU.

Persentase ambang batas merupakan besaran

persentase realisasi belanja yang dapat

melampaui anggaran dalam DIPA BLU. Besaran

ini ditentukan tanpa memperhitungkan saldo awal

kas dan tercantum dalam RKA-K/L dan DIPA BLU.

Konsolidasi RBA kedalam RKA-K/L memerlukan

ikhtisar RBA mengingat RBA berbasis akrual

sementara RKA-K/L berbasis kas. Ikhtisar RBA

adalah ringkasan RBA yang berisikan program,

kegiatan, sumber pendapatan dan jenis belanja

Perencanaan dan Penganggaran BLU

menghasilkan total volume keluaran (output).

Penyusunan SBK dilakukan pada level keluaran

(output)/sub keluaran (suboutput) yang menjadi

tugas dan fungsi K/L.

Keluaran (output)/sub keluaran (suboutput)

yang dapat diusulkan menjadi SBK mempunyai

kriteria sebagai berikut:

a. bersifat berulang;

b. mempunyai jenis dan satuan yang jelas serta

terukur; dan

c. mempunyai komponen/tahapan yang jelas.

SBK berfungsi sebagai:

a. batas tertinggi yang besarannya tidak dapat

dilampaui.

b. referensi penyusunan prakiraan maju.

c. bahan penghitungan pagu indikatif K/L, dan/

atau

d. referensi penyusunan Standar Biaya

Keluaran untuk keluaran (output) sejenis pada

kementerian negara/ lembaga yang berbeda.

Dalam rangka pelaksanaan anggaran, SBK

berfungsi sebagai estimasi, yaitu merupakan

Page 35: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

52 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 53

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Penjelasan untuk *) pada gambar 4.3 mengenai belanja adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3 Belanja pada Ikhtisar RBA

Selanjutnya, pengajuan usulan RBA

oleh Pemimpin BLU untuk mendapatkan

persetujuan dan pengesahan dari menteri/

pimpinan lembaga dapat digambarkan sebagai

berikut :

Perencanaan dan Penganggaran BLU

Gambar 4.4 Pengajuan dan Pengesahan RBA

5. Mengkaji dan Menetapkan RBA Berdasarkan

Pagu Anggaran

Proses pengkajian dan penetapan RBA berdasarkan Pagu Anggaran dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Gambar 4.5 Pengkajian dan Penetapan RBA Pagu Anggaran

Perencanaan dan Penganggaran BLU

Belanja Pegawai

Belanja barang

Belanja modal

- Belanja Gaji dan Tunjangan, - Belanja Barang, - Belanja Jasa, - Belanja Pemeliharaan, - Belanja Perjalanan, dan - Belanja Penyediaan Barang dan Jasa

BLU Lainnya yang berasal dari PNBP BLU termasuk Belanja Pengembangan SDM

- Belanja Modal tanah, - Belanja Modal Gedung dan Bangunan - Belanja Modal Peralatan dan Mesin,

Belanja Modal jalan, Irigasi dan Jaringan dan

- Belanja Modal Fisik Lainnya

pengeluaran untuk perolehan asset tidak berwujud, pengembangan aplikasi/software yang memenuhi kriteria aset tak berwujud

Belanja pegawai yang berasal dari APBN

- Belanja pegawai yang didanai dari PNBP

- Belanja Barang yang didanai APBN

- Belanja Barang yang didanai PNBP

- Belanja Modal yang didanai APBN

- Belanja Modal yang didanai PNBP BLU

serta pembiayaan sesuai dengan format RKA-

K/L.

Page 36: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

54 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 55

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

7. Menyusun RBA dalam kerangka

Penyusunan APBN

Dalam rangka penyusunan APBN, terdapat tiga

kali penetapan pagu dana untuk K/L yaitu pagu

indikatif, pagu anggaran, dan alokasi anggaran.

Angka yang tercantum dalam ketiga ketentuan

tersebut merupakan angka tertinggi yang tidak

boleh dilampaui oleh K/L sebagi acuan dalam

menyusun RKA-K/L.

Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu

6. Menyusun RBA Definitif

Setelah alokasi anggaran ditetapkan satker

BLU sekali lagi menyesuaikan RBA yang telah

dibuat menjadi RBA Definitif. Penyusunan RBA

Definitif dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 4.6. Penyusunan RBA Definitif

Gambar 4.7 Penyusunan RBA dalam kerangka Penyusunan APBN

Perencanaan dan Penganggaran BLU

anggaran yang diberikan kepada K/L sebagai

pedoman dalam penyusunan Renja-K/L. Pagu

indikatif diperoleh dari angka prakiraan maju

yang sudah dicantumkan tahun sebelumnya

yang telah melalui proses penyesuaian

ditambah dengan inisiatif baru pada

kesempatan pertama yang diakomodir/disetujui

Pagu Anggaran K/L adalah batas tertinggi

anggaran yang dialokasikan kepada K/L

dalam rangka penyusunan RKA-K/L. Pagu

anggaran ditetapkan Menteri Keuangan dengan

berpedoman pada kapasitas fiskal, besaran

pagu indikatif, Renja-K/L, dan memperhatikan

hasil evaluasi kinerja K/L. Angka yang

tercantum dalam pagu anggaran adalah angka

di pagu indikatif, penyesuaian angka dasar (jika

diperlukan lagi) ditambah dengan inisiatif baru

pada kesempatan kedua yang diakomodir/

disetujui. Pagu anggaran K/L disampaikan

kepada setiap K/L paling lambat pada akhir

bulan Juni.

Alokasi Anggaran K/L adalah batas tertinggi

anggaran pengeluaran yang dialokasikan

kepada K/L berdasarkan hasil pembahasan

Rancangan APBN yang dituangkan dalam

berita acara hasi kesepakatan Pembahasan

Rancangan APBN antara Pemerintah dan DPR.

Angka yang tercantum dalam alokasi anggaran

adalah angka yang tertuang dalam berita acara

hasil kesepakatan pembahasan RUU APBN,

penyesuaian angka dasar (jika diperlukan

lagi), ditambah dengan inisiatif baru pada

kesempatan ketiga yang diakomodir/disetujui.

Penyusunan RBA oleh satker BLU tidak dapat

dilepaskan dari kerangka penyusunan APBN.

Penyusunan RBA harus sejalan dengan timeline

penetapan pagu indikatif, pagu anggaran dan

alokasi anggaran pada penyusunan APBN.

Page 37: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

56 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 57

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Bagaimana Pelaksanaan Anggaran BLU?

1. Menyusun DIPA BLU

DIPA BLU disusun dengan mengacu pada RBA

Definitif dan Ikhtisar RBA Definitif. DIPA BLU

merupakan dokumen pelaksanaan anggaran

BLU, dan menjadi dasar pencairan/penarikan

dana dari APBN.

Gambar 4.8 DIPA BLU

Penjelasan untuk tanda *) di poin saldo awal kas pada Gambar 4.8 diatas dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Gambar 4.9 Saldo Awal Kas

2. Mengajukan Pengesahan DIPA BLU

DIPA BLU disampaikan oleh menteri/pimpinan

lembaga kepada Menteri Keuangan c.q. Dirjen

Anggaran. Selanjutnya Menteri Keuangan c.q.

Direktur Jenderal Anggaran mengesahkan

DIPA BLU paling lambat tanggal 31 Desember

dengan menerbitkan Surat Pengesahan DIPA

BLU (SP-DIPA BLU).

3. Mengelola Kas

BLU perlu melakukan pengelolaan kas

terhadap pendapatan yang bersumber dari

pendapatan PNBP. Pengelolaan kas BLU

dilaksanakan berdasarkan praktik bisnis yang

sehat. Artinya, pengelolaan kas BLU harus

ditujukan dan mampu untuk meningkatkan

layanan kepada masyarakat secara

berkesinambungan.

Secara sederhana pengelolaan kas BLU

adalah seluruh aktivitas yang bertujuan untuk

menjamin ketersediaan kas dalam jumlah

dan waktu tertentu dalam rangka pemberian

layanan. Dalam hal pengelolaan kas, BLU

menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut:

• Merencanakan penerimaan dan

pengeluaran kas berdasarkan rencana

kegiatan yang tercantum dalam RBA.

• Menerima pendapatan yang

bersumber dari PNBP satker BLU.

Pendapatan PNBP tersebut berasal

dari tarif layanan termasuk pendapatan

yang berasal dari pemanfaatan aset

Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 38: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

58 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 59

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

yang dimiliki.

• Menyimpan kas, melakukan

pembayaran dan

mengelola rekening bank.

Dalam rangka mengelola pendapatan

dan belanja, satker BLU membuka

rekening yang terdiri dari rekening

pengeluaran untuk menampung dana

yang bersumber dari RM dan rekening

lainnya untuk mengelola pendapatan

dan belanja yang bersumber dari

PNBP BLU. Pembukaan rekening

pengeluaran harus mendapat ijin

terlebih dahulu dari Kuasa BUN.

Sementara untuk pembukaan rekening

lainnya harus mendapat ijin dari Kuasa

BUN Pusat (DJPBN).

Rekening lainnya pada BLU terdiri

dari rekening operasional BLU untuk

mengelola pendapatan dan BLU, rekening

pengelolaan kas BLU untuk penempatan

idle cash BLU dan rekening dana kelolaan

menampung dana yang tidak dimasukkan

ke dua rekening pengelolaan kas dan

operasional BLU.

kas dan operasional BLU.

Gambar 4.10 Pembukaan Rekening

Pelaksanaan Anggaran BLU Gambar 4.11 Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening

Gambar 4.12 Pembukaan Rekening Pengelolaan Kas

Page 39: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

60 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 61

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Dalam rangka pengelolaan kas, pemimpin

BLU dapat menutup rekening pengelolaan

kas BLU untuk dipindahkan ke rekening

operasional BLU

d. Menatausahakan dan

mempertanggungjawabkan pengelolaan

kas. Pemimpin BLU bertanggung jawab

terhadap seluruh dana yang berada pada

penguasaaannya dan bertanggung jawab

atas pembayaran yang dilaksanakannya.

Pemimpin BLU juga perlu melakukan

pemeriksaan jumlah kas yang berada

dalam penguasaannya secara rutin. Selain

pemeriksaan kas secara rutin, setiap

transaksi keuangan yang dilakukan oleh

satker BLU juga harus dibukukan.

Pertanggungjawaban terhadap pengelolaan

kas yang dilakukan oleh BLU disusun

dalam bentuk laporan. BLU perlu

membuat laporan pertanggungjawaban

pengelolaan kas secara rutin minimal 1

bulan sekali. Laporan pertanggungjawaban

sekurang-kurang memuat informasi

mengenai keadaan pembukuan pada

bulan pelaporan, meliputi saldo awal,

penambahan, penggunaan, dan saldo

akhir, penjelasan atas selisih (jika ada);

4. Mengelola Keuangan Intern Satker BLU

Salah satu fleksibilitas yang dimiliki oleh BLU

adalah dapat menggunakan pendapatan

yang diperoleh secara langsung. Untuk

menjamin akuntabilitas keuangan dan

mencegah terjadinya penyimpangan pencairan

kas, pemimpin BLU wajib menyusun SOP

pengelolaan kas.

SOP ini setidaknya terdiri dari prosedur

penerimaan dan prosedur pengeluaran kas.

Prosedur penerimaan menjadi pedoman bagi

masyarakat/mitra kerja dalam melakukan

penyetoran PNBP BLU dan bagi bendahara

dalam melakukan pencatatan atas penerimaan

BLU. Prosedur penerimaan tidak hanya

mengatur mekanisme penerimaan pada

satker BLU, tetapi juga mengatur prosedur

pencatatan/pengakuan atas PNBP tersebut.

Prosedur pengeluaran menjadi pedoman

bagi bendahara dalam melakukan pencatatan

pengeluaran dan bagi unit-unit kerja pada

satker BLU ketika akan mencairkan dana BLU

untuk membiayai kegiatannya.

5. Mengajukan Pengesahan Pendapatan dan

Belanja BLU

Dalam rangka mempertanggungjawabkan

pendapatan dan belanja PNBP BLU yang

dapat digunakan langsung, BLU mengajukan

SP3B BLU.

Penyampaian SP3B BLU tersebut dapat

dilakukan satu kali atau lebih dalam satu

triwulan, sehingga BLU dapat mengajukan

SP3B BLU ke KPPN secara mingguan,

bulanan dan/atau triwulanan disesuaikan

dengan kebutuhan.

Pelaksanaan Anggaran BLU

Ilustrasi penyampaian SP3B BLU ke KPPN adalah triwulanan

1) Cut off

a) Triwulan I adalah untuk realisasi pendapatan dan

belanja mulai tanggal 1 Januari s/d 27 Maret 20xx.

Cut off triwulan I adalah tanggal 28 Maret 20xx (3

hari kerja sebelum akhir triwulan I)

b) Triwulan II adalah untuk realisasi pendapatan dan

belanja sejak cut off triwulan I, yaitu tanggal 28

Maret 20xx s/d 26 Juni 20xx. Cut off triwulan II adalah

tanggal 27 Juni 20xx (3 hari kerja sebelum akhir

triwulan II).

c) Triwulan III adalah untuk realisasi pendapatan dan

belanja sejak cut off triwulan II, yaitu tanggal 27 Juni

20xx s/d 26 September 20xx. Cut off triwulan

III adalah tanggal 27 September 20xx (3 hari kerja

sebelum akhir triwulan III).

d) Triwulan IV adalah untuk realisasi pendapatan dan

belanja sejak cut offt riwulan III, yaitu tanggal 27

September 20xx s/d 31 Desember 20xx.

2) Pengajuan SP3B BLU

a) Pengajuan SP3B BLU Triwulan I adalah mulai tanggal

28, 29, 30, dan paling lambat tanggal 31 Maret

20xx pada pukul 10.00 waktu setempat.

b) Pengajuan SP3B BLU Triwulan II adalah mulai tanggal

27, 28, 29, dan paling lambat tanggal 30 Juni 20xx

pada pukul 10.00 waktu setempat.

c) Pengajuan SP3B BLU Triwulan III adalah mulai

tanggal 27, 28, 29, dan paling lambat tanggal 30

September 20xx pada pukul 10.00 waktu setempat.

d) Pengajuan SP3B BLU Triwulan IV mengikuti

ketentuan mengenai langkah-langkah menghadapi

akhir tahun anggaran.

Page 40: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

62 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 63

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Ilustrasi penyampaian SP3B BLU ke KPPN lebih dari satu kali dalam satu triwulan

Pada triwulan II, SP3B BLU pertama diajukan pada

tanggal 29 Juli 20xx untuk realisasi sejak cut off

pada triwulan II yaitu tanggal 27 Juni 20xx sampai

dengan realisasi pendapatan dan/atau belanja yang

dipertanggungjawabkan dalam SP3B dimaksud yaitu

tanggal 28 Juli 20xx

1) BLU menyampaikan SP3B BLU kedua pada tanggal

25 Agustus 20xx untuk realisasi sejak tanggal 29 Juli

20xx sampai dengan realisasi pendapatan dan/atau

belanja yang dipertanggungjawabkan dalam SP3B

dimaksud yaitu tanggal 24 Agustus 20xx).

2) Dalam hal sampai dengan cut off triwulan III

(27 September 20xx) masih terdapat realisasi

pendapatan dan/atau belanja, maka satker BLU

menyampaikan SP3B BLU ketiga dengan ketentuan

sebagai berikut:

a) SP3B BLU yang ketiga merupakan

pertanggungjawaban realisasi pendapatan dan/atau

belanja sejak tanggal 25 Agustus 20xx s.d. tanggal 26

September 20xx.

b) Pengajuan SP3B BLU yang ketiga adalah mulai

tanggal 27, 28, 29 dan paling lambat tanggal

30September 20xx.

c) Realisasi pendapatan dan/atau belanja

tanggal 27, 28, 29dan 30 September 20xx

dipertanggungjawabkan dalam SP3B BLU Triwulan

berikutnya.

d) Dalam hal sampai dengan cut off triwulan III

(tanggal 27 September 20xx) tidak terdapat realisasi

pendapatan dan/atau belanja, maka satker BLU

tidak menyampaikan SP3B BLU ketiga.

e) Pengajuan SP3B BLU pertama pada triwulan IV

adalah realisasi pendapatan dan belanja sejak cut

off triwulan III (tanggal 27 September 20xx) s.d

realisasi yang akan dipertanggungjawabkan pada

SP3B BLU berikutnya.

a. Pengajuan dan Pengujian SP3B BLU

BLU menyampaikan SP3B BLU ke KPPN

dilampiri:

1. Surat Pernyataan Tanggung Jawab

(SPTJ) yang ditandatangani oleh

Kuasa PA/Pemimpin BLU, dan

2. ADK SP3B BLU yang dihasilkan dari

aplikasi yang telah disediakan oleh

DJPBN.

3. KPPN selanjutnya menerbitkan SP2B

BLU berdasarkan SP3B BLU yang

diajukan oleh BLU.

Dalam hal terjadi kesalahan pada SP3B

BLU, BLU mengajukan ralat SP3B BLU

ke KPPN. Kesalahan SP3B BLU dapat

berupa kesalahan administrasi dan/

atau kesalahan pencantuman jumlah

nominal pendapatan dan/atau belanja

BLU, termasuk kesalahan pencantuman

kegiatan, output, jenis belanja, dan akun.

Pengajuan ralat SP3B BLU dilampiri:

1) Fotokopi SP3B BLU yang akan diralat.

2) SPTJ yang ditandatangani oleh KPA/

Pemimpin BLU.

3) ADK dan hard copy ralat SP3B BLU.

4) penjelasan penyebab terjadinya

kesalahan yang ditandatangani KPA/

Pemimpin BLU.

KPPN selanjutnya menerbitkan ralat

SP2B BLU berdasarkan ralat SP3B

BLU.

b. Pejabat Penandatangan dan Petugas

Pengantar SP3B BLU

Pejabat penandatangan, petugas pengantar

SP3B BLU, dan petugas pengambil SP2B

BLU adalah PP- SPM, petugas pengantar

SPM dan petugas pengambil SP2D pada

BLU. Pada surat Keputusan PA/Kuasa PA

tentang penunjukan PP-SPM, petugas

pengantar SPM dan petugas pengambil SP2D

agar ditambahkan kewenangan sebagai

penandatangan SP3B, pengantar SP3B BLU

dan pengambil SP2B BLU..

6. Mengajukan dan Menyetujui Revisi RBA

Revisi RBA Definitif dapat dilakukan sepanjang

tidak mengubah program pada DIPA BLU serta

dapat dilakukan:

1) dalam rangka percepatan pencapaian

sasaran kinerja.

2) dalam rangka penggunaan saldo awal kas

untuk menambah pagu belanja. dan/atau

3) akibat terlampauinya target PNBP BLU.

Dalam hal untuk memenuhi kebutuhan biaya

operasional, atau merupakan hasil optimalisasi

dan digunakan untuk hal-hal yang bersifat

prioritas, mendesak, kedaruratan atau yang

tidak dapat ditunda, dapat dilakukan antar

program.

Pelaksanaan Anggaran BLU

Page 41: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

64 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 65

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Tabel 4.1 Perubahan Akibat Revisi RBA Definitif

No.Akibat Revisi

RBA Definitif

Menyusun Ikhtisar

RBA

Updating

Data RKA K/L

Revisi

DIPA BLU

1.

Tidak merubah data

RKA K/L dan DIPA

BLU

Tidak Tidak Tidak

2.Hanya merubah data

RKA K/LYa Ya Tidak

3.Merubah data RKA

K/L dan DIPA BLUYa Ya Ya

Pelaksanaan Anggaran BLU

Gambar 4.13 Kewenangan Pengesahan Revisi RBA Definitif

Revisi RBA Definitif disampaikan kepada

menteri/pimpinan lembaga/ketua Dewan

Kawasan dan Menteri Keuangan (DJA dan

DJPBN). Revisi RBA Definitif yang telah

mendapatkan pengesahan tersebut di atas

merupakan dasar melakukan kegiatan BLU.

7. Mengajukan Pengesahan Revisi DIPA BLU

Revisi DIPA BLU yang sumber dananya berasal

dari PNBP dilakukan akibat adanya Revisi RBA

Definitif, perubahan/ralat karena kesalahan

administrasi dan hal-hal khusus yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Ikhtisar RBA Definitif sebagaimana dijelaskan

pada tabel diatas digunakan sebagai dasar

untuk pemutakhiran RKA K/L atau Revisi DIPA

BLU.

Usul Revisi RBA Definitif yang akan

dilakukan oleh BLU disampaikan unit

kerja BLU bersangkutan kepada pejabat

keuangan BLU, selanjutnya pejabat

keuangan BLU menelaah usulan untuk

kemudian disampaikan kepada pemimpin

BLU guna mendapatkan pengesahan.

Pengaturan mengenai kewenangan

pengesahan Revisi RBA Definitif diatur sebagai

berikut:

Pelaksanaan Anggaran BLU

Adapun perubahan yang terjadi akibat revisi

RBA Definitif dan pengaruhnya terhadap

penyusunan Ikhtisar RBA, data RKA-K/L dan

DIPA BLU dapat dijelaskan pada tabel berikut :

Page 42: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

66 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 67

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Gambar 4.14 Revisi DIPA

Revisi DIPA BLU dapat dilakukan

sepanjang:

a. dalam program yang sama.

Dalam hal untuk memenuhi kebutuhan

biaya operasional, atau merupakan hasil

optimalisasi dan digunakan untuk hal-

hal yang bersifat prioritas, mendesak,

kedaruratan atau yang tidak dapat

ditunda, dapat dilakukan antar program.

b. tidak mengurangi volume Keluaran

Kegiatan Prioritas Nasional

dan/atau Prioritas Bidang, dan

c. tidak mengakibatkan pengurangan

alokasi anggaran terhadap:

1) pembayaran berbagai tunggakan.

2) paket pekerjaan yang bersifat

multiyears, dan

3) paket pekerjaan yang telah

dikontrakkan dan/atau

direalisasikan dananya sehingga

menjadi minus.

Revisi DIPA BLU yang berakibat menambah

keluaran (output) baru, dapat dilakukan

Pelaksanaan Anggaran BLU sepanjang sejalan dengan indikator kinerja

kegiatan dalam DIPA BLU.

Revisi DIPA BLU yang memenuhi

batasan-batasan tersebut diatas dilakukan

tanpa perubahan SP RKA-K/L, sementara

apabila batasan-batasan tidak terpenuhi

maka revisi DIPA BLU dilakukan dengan

berpedoman pada ketentuan yang berlaku,

sebagai contoh revisi penggunaan saldo

awal dan revisi pagu belanja yang melewati

ambang batas dengan menambah output

baru harus mendapat persetujuan Menteri

Keuangan.

Bagaimana Pengelolaan Piutang dan Utang BLU?1. Menyusun dan Menentukan Kualitas Piutang

BLU dapat memberikan piutang sehubungan

dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau

transaksi lainnya yang berhubungan langsung

atau tidak langsung dengan kegiatan BLU.

Piutang BLU merupakan piutang negara dan

terjadi sehubungan dengan penyerahan barang

dan/atau jasa (tidak dalam bentuk uang).

Piutang BLU dikelola dan diselesaikan secara

tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan

bertanggung jawab serta dapat memberikan

nilai tambah, sesuai dengan praktik bisnis yang

sehat. Untuk itu Pemimpin BLU wajib membuat

SOP pengelolaan piutang BLU yang disetujui

menteri/pimpinan lembaga/Dewan Kawasan

yang bersangkutan. SOP pengelolaan piutang

BLU paling kurang mencakup :

a. Prosedur dan persyaratan pemberian

piutang;

b. Penatausahaan dan akuntansi piutang;

c. Tata cara penagihan piutang; dan

d. Pelaporan piutang

Piutang BLU merupakan aset di neraca yang

harus terjaga agar nilainya sama dengan nilai

bersih yang dapat direalisasikan (net realizable

value). Untuk itu, diperlukan penyesuaian

dengan membentuk penyisihan piutang tidak

tertagih yaitu cadangan yang harus dibentuk

sebesar persentase tertentu dari akun piutang

berdasarkan penggolongan kualitas piutang.

Kualitas piutang adalah hampiran atas

ketertagihan piutang yang diukur berdasarkan

kepatuhan membayar kewajiban oleh

debitor. Penilaian kualitas piutang dilakukan

berdasarkan kondisi piutang pada tanggal

laporan keuangan. Kualitas piutang

menentukan besarnya cadangan yang harus

dibentuk dari akun piutang.

Page 43: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

68 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 69

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Tabel 4.2 Penggolongan Kualitas Piutang PNBP

Penggolongan

Kualitas PiutangKondisi Piutang

Kualitas lancarApabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh

tempo yang ditetapkan

Kualitas kurang lancarApabila dalam jangka waktu 1 bulan terhitung sejak tanggal

Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan

Kualitas diragukanApabila dalam jangka waktu 1 bulan terhitung sejak tanggal

Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan

Kualitas macet

Apabila dalam jangka waktu 1 bulan terhitung sejak tanggal

Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan; atau Piutang

telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN

Dalam rangka penyisihan piutang tidak tertagih

pada BLU, Pemimpin BLU wajib menilai kualitas

piutang serta memantau dan mengambil

langkah-langkah yang diperlukan agar hasil

penagihan piutang yang telah disihkan

senantiasa dapat direalisasikan.

Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan

mempertimbangkan sekurang-kurangnya :

a. Jatuh tempo piutang

b. Upaya penagihan

Dalam pengelolaan piutang, BLU wajib

membentuk penyisihan piutang tidak tertagih

yang umum dan yang khusus. Besarnya

cadangan yang harus dibentuk untuk

penyisihan piutang tidak tertagih yang umum

dan yang khusus ini adalah sebagai berikut :

• Penyisihan piutang tidak tertagih yang

umum ditetapkan paling sedikit sebesar

0,5% dari piutang yang memiliki kualitas

lancar.

• Penyisihan piutang tidak tertagih yang

khusus ditetapkan sebesar:

1. 10% dari piutang dengan kualitas

kurang lancar setelah dikurangi dengan

nilai agunan atau nilai barang sitaan;

2. 50% dari piutang dengan kualitas

diragukan setelah dikurangi dengan

Pengelolaan Utang dan Piutang BLU

nilai agunan atau nilai barang sitaan;

dan

3. 100% dari piutang dengan kualitas

macet setelah dikurangi dengan nilai

agunan atau nilai barang sitaan.

K/L/Dewan Kawasan dapat melakukan

restrukturisasi terhadap debitur sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan

dalam hal:

• Debitur mengalami kesulitan pembayaran;

dan/atau

• Debitur memiliki prospek usaha

yang baik dan diperkirakan mampu

memenuhi kewajiban setelah dilakukan

Restrukturisasi.

Kualitas piutang setelah persetujuan

restrukturisasi dapat diubah oleh K/L/Dewan

Kawasan, yaitu:

• setinggi-tingginya kualitas kurang lancar

untuk piutang yang sebelum restrukturisasi

memiliki kualitas diragukan atau kualitas

macet; dan

• tidak berubah, apabila piutang yang

sebelum restrukturisasi memiliki kualitas

kurang lancar

Apabila kewajiban yang ditentukan dalam

restrukturisasi tidak dipenuhi oleh debitur, maka

kualitas piutang dinilai kembali seakan-akan

tidak terdapat restrukturisasi.

2. Menyetujui dan Menghapus Piutang

Bersyarat

Satker BLU harus melakukan penagihan

secara maksimal terhadap piutang BLU. Dalam

hal piutang BLU tidak terselesaikan setelah

dilakukan penagihan secara maksimal maka

tahap-tahap yang dilakukan adalah:

• BLU menyerahkan pengurusan piutang

kepada PUPN/DJKN sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang

pengurusan piutang negara,

• PUPN mengurus sampai lunas, selesai,

optimal/dinyatakan PSBDT, atau

• Pemimpin BLU melakukan penghapusan

secara bersyarat terhadap piutang

BLU yang dinyatakan PSBDT

dengan menerbitkan surat keputusan

penghapusan.

Penghapusan secara bersyarat terhadap

piutang BLU yang telah dinyatakan PSBDT

oleh PUPN dilakukan dengan menghapuskan

Piutang BLU dari pembukuan BLU tanpa

menghapus hak tagih negara. Penghapusan

secara bersyarat terhadap piutang BLU

dilakukan dengan dilengkapi :

• Daftar nominatif para penanggung utang

• Besaran piutang yang dihapuskan; dan

• Surat pernyataan PSBDT dari PUPN

Pemimpin BLU diberikan kewenangan

penghapusan secara bersyarat sesuai jenjang

Pengelolaan Utang dan Piutang BLU

Page 44: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

70 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 71

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

No. Jumlah Piutang Kewenangan Keterangan

1.

≤ Rp.200.000.000

per penanggung

utang.Pemimpin BLU

Penghapusan piutang BLU

dilaporkan kepada Dewas atau

pejabat yang ditunjuk dengan

tembusan kepada menteri/

pimpinan lembaga

2.

Rp. 200.000.001

sd. 500.000.000 per

penanggung utang.

Pemimpin BLU dengan

persetujuan Dewas atau pejabat

yang ditunjuk oleh menteri/

pimpinan lembaga yang

bersangkutan

Ya

3.

> Rp.500.000.000

per penanggung utang

Sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang

penghapusan Piutang Negara

Ya

Tabel 4.3 Kewenangan Penghapusan secara bersyarat terhadap PiutangBLU

Perlakuan akuntansi penghapusan piutang

dilakukan dengan cara mengurangi akun

piutang dan akun penyisihan piutang tidak

tertagih sebesar jumlah yang tercantum dalam

surat keputusan.

Selanjutnya pemimpin BLU menyampaikan

laporan penghapusan secara bersyarat

terhadap piutang BLU kepada Menteri

Keuangan c.q. Direktur Jenderal Kekayaan

Negara dan Direktur Jenderal Perbendaharaan

paling lambat 5 hari kerja setelah surat

keputusan penghapusan diterbitkan.

Penghapusan secara mutlak terhadap piutang

BLU dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang penghapusan

piutang negara.

Pengelolaan Utang dan Piutang BLU

kewenangannya. Kewenangan penghapusan

secara bersyarat terhadap piutang BLU adalah

sebagai berikut:

Alur penghapusan piutang BLU adalah sebagai berikut:

Gambar 4.15 Alur Penghapusan Piutang BLU

3. Kriteria dan Batasan Utang BLU

Dalam kegiatan operasional dengan

pihak lain, BLU dapat memiliki utang yang

dikelola secara tertib, efisien, ekonomis,

transparan, dan bertanggung jawab,

sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.

Pembayaran utang BLU pada prinsipnya

menjadi tanggung jawab BLU dan harus

dibayarkan dari PNBP BLU. Secara umum,

terdapat dua jenis utang pada BLU yaitu

utang jangka pendek dan utang jangka

panjang. Utang jangka pendek ditujukan

hanya untuk belanja operasional, dan utang

jangka panjang dapat dilakukan apabila

mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan.

BLU dapat melakukan pinjaman jangka

pendek atas namanya sendiri sesuai

kebutuhan. Pinjaman jangka pendek

merupakan pinjaman dalam rangka

menutup selisih antara jumlah kas yang

tersedia ditambah aliran kas masuk yang

diharapkan dengan jumlah pengeluaran

yang diproyeksikan dalam suatu tahun

anggaran (mismatch). Pinjaman jangka

pendek digunakan untuk memenuhi

kebutuhan belanja operasional/memberikan

manfaat jangka pendek

BLU dapat melakukan perikatan pinjaman

jangka pendek dengan pihak lain yaitu

badan usaha dalam negeri baik berupa

lembaga keuangan perbankan maupun

non perbankan, badan usaha lainnya atau

BLU. Dalam melakukan perikatan pinjaman

Pengelolaan Utang dan Piutang BLU

Page 45: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

72 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 73

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

dimaksud aset tetap dilarang dijadikan

jaminan.

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam

melakukan pinjaman jangka pendek

adalah:

a. Kegiatan tersebut telah tercantum

dalam RBA tahun anggaran berjalan,

namun dana yang tersedia dari PNBP

tidak/belum mencukupi untuk menutup

kebutuhan atau kekurangan dana

untuk membiayai kegiatan dimaksud.

b. Kegiatan yang akan dibiayai bersifat

mendesak dan tidak dapat ditunda.

c. Saldo kas dan setara kas BLU tidak

mencukupi atau tidak memadai untuk

membiayai pengeluaran dimaksud, dan

d. Jumlah pinjaman jangka pendek yang

masih ada ditambah dengan jumlah

pinjaman jangka pendek yang akan

ditarik tidak melebihi 15% (lima belas

persen) dari jumlah pendapatan BLU

tahun anggaran sebelumnya yang

tidak bersumber langsung dari APBN

(Rupiah Murni) dan hibah terikat.

Tabel 4.4 Kewenangan Persetujuan atas Pinjaman Jangka Pendek BLU

No. Jumlah Pinjaman Kewenangan

1.

≤ 10% jumlah pendapatan BLU

tahun anggaran sebelumnya yang

tidak bersumber dari APBN (Rupiah

Murni) dan hibah terikat.

Pemimpin BLU

2.

10% < X ≤ 15% jumlah pendapatan

BLU tahun anggaran sebelumnya

yang tidak bersumber dari APBN

(Rupiah Murni) dan hibah terikat..

Pemimpin BLU atas persetujuan Dewan

Pengawas

3.

10% < X ≤ 15% jumlah pendapatan

BLU tahun anggaran sebelumnya

yang tidak bersumber dari RM dan

hibah terikat.

Pemimpin BLU atas persetujuan

menteri/pimpinan lembaga atau

pejabat yang ditunjuk oleh menteri/

pimpinan lembaga bagi BLU yang

tidak memiliki Dewas

Pengelolaan Utang dan Piutang BLU Bagaimanakah Mengelola Risiko BLU Bidang Pengelolaan Kawasan?

1. Menerapkan Manajemen Risiko Pada BLU

Manajemen risiko adalah kegiatan kunci bagi

suatu organisasi. Manajemen risiko yang

berhasil akan menjamin pencapaian tujuan

organisasi secara efektif dan efisien. Tujuan

organisasi tersebut dicapai melalui serangkaian

aktivitas dari penetapan perencanaan

strategis, pelaksanaan tugas dan fungsi,

dan pengelolaan sumber daya. Keseluruhan

aktivitas tersebut melibatkan risiko. Manajemen

risiko membantu pengambilan keputusan

dengan mempertimbangkan ketidakpastian dan

pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan.

Dengan perkembangan kompleksitas

pengelolaan keuangan BLU, perlu diterapkan

manajemen risiko pada BLU. Manajemen

Risiko dimaksudkan sebagai salah satu upaya

untuk mendukung pencapaian tujuan dan misi

organisasi secara efektif, efisien, dan produktif.

2. Tujuan dan Manfaat Penerapan Manajemen

Risiko

a. Penerapan manajemen risiko bagi BLU

bertujuan untuk:

1) Mengantisiapsi dan menangani segala

bentuk risiko secara efektif dan efisien;

2) Mengidentifikasi, mengukur, dan

mengendalikan risiko serta memantau

kinerja manajemen risiko, dan

3) Mengintgrasikan proses manajemen risiko

ke dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi kinerja.

b. Manfaat penerapan manajemen risiko:

1) Menghindari terjadinya hal-hal yang tidak

diharapkan dalam bentuk keluhan maupun

keberatan dari stakehokders;

2) Memberikan perlindungan bagi satker

BLU sebagai akibat kegagalan manusia,

proses, dan sistem, dan

3) Meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan

produktivitas

Page 46: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

74 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 75

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Risiko, Manajemen Risiko,

Kemungkinan dan Dampak Risiko

Risiko adalah segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan yang diukur

berdasarkan kemungkinan dan dampaknya sementara manajemen risiko adalah pendekatan

sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian.

Kemungkinan Keterangan

Rendah Tidak Pernah-Jarang Terjadi

Sedang Kemungkinan terjadinya Sedang

Tinggi Kemungkinan Tinggi terjadi/Hampir Pasti terjadi

Kemungkinan Resiko

Dampak Risiko

Tingkat Konsekuensi Risiko Keterangan

Rendah

- Pengaruhnya terhadap strategi dan aktivitas operasi

rendah

- Pengaruhnya terhadap kepentingan para pemangku

kepentingan (stakeholders) rendah

Sedang

- Pengaruhnya terhadap strategi dan aktivitas operasi

sedang

- Pengaruhnya terhadap kepentingan para pemangku

kepentingan (stakeholders) sedang

Tinggi

- Pengaruhnya terhadap strategi dan aktivitas operasi

tinggi

- Pengaruhnya terhadap kepentingan para pemangku

kepentingan (stakeholders) tinggi

3. Struktur Manajemen Risiko

Pengelolaan risiko BLU mengadopsi model tiga

tingkatan pengendalian sebagaimana terlihat

pada gambar berikut:

Gambar 4.16 Model Tiga Tingkat Pengendalian

Mengelola Resiko BLU

Model tersebut bekerja sebagai berikut:

1. Pengendalian di tingkat kebijakan

bertanggung jawab untuk

mengkoordinasikan, memfasilitasi, dan

mengawasi efektifitas dan integritas proses

manajemen risiko.

2. Pejabat di tingkat pengendalian operasional

bertanggung jawab langsung atas

pengelolaan dan pengendalian risiko

sehari-hari.

3. Tingkatan pengawasan pengendalian

berfungsi memberikan penilaian

Page 47: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

76 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 77

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

independen atas efektivitas pelaksanaan

manajemen risiko.

Secara umum, risiko yang berpotensi

muncul dalam organisasi dan perlu

memperoleh perhatian dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Fraud adanya tindak kecurangan.

Ciri-cirinya: disengaja, melanggar hukum,

merugikan negara.

b. Stratejik dan kebijakan, risiko ini

disebabkan oleh:

1) Perubahan kebijakan lingkungan

organisasi

2) Kebijakan organisasi sebagai respon

terhadap perubahan kebijakan

lingkungan organiasasi

c. Operasional, risiko ini disebabkan terjadinya

kegagalan pada:

1) SDM

2) Proses

3) Sistem

d. Kepatuhan, munculnya risiko ini karena

adanya pelanggaran terhadap peraturan

perundang-undangan dan ketentuan yang

berlaku

e. Finansial, adalah risiko yang disebabkan

oleh adanya kegagalan pihak ketiga dalam

memenuhi kewajibannya kepada BLU.

4. Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko adalah sebagai

berikut :

a. Penetapan konteks dilakukan dengan

cara menjabarkan latar belakang, ruang

lingkup, tujuan, dan kondisi lingkungan

pengendalian dimana manajemen

risiko akan diterapkan.

b. Identifikasi risiko dilakukan dengan cara

mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab

dan proses terjadinya peristiwa risiko

yang dapat menghalangi, menurunkan,

atau menunda tercapainya sasaran

BLU.

c. Analisis risiko dilakukan dengan

cara mencermati sumber risiko dan

tingkat pengendalian yang ada serta

dilanjutkan dengan menilai risiko dari

sisi konsekuensi dan kemungkinan

terjadinya.

d. Evaluasi risiko dilakukan untuk

pengambilan keputusan mengenai

perlu tidaknya dilakukan penanganan

risiko lebih lanjut serta prioritas

penanganannya.

e. Penanganan risiko dilakukan dengan

mengidentifikasi berbagai opsi

penanganan risiko yang tersedia dan

memutuskan opsi penanganan risiko

yang terbaik yang dilanjutkan dengan

pengembangan rencana mitigasi risiko.

f. Monitoring dan Reviu dilakukan dengan

cara memantau efektivitas rencana

penanganan risiko, strategi, dan sistem

manajemen risiko.

g. Komunikasi dan konsultasi dilakukan

dengan cara mengembangkan

komunikasi kepada stakeholder internal

maupun eksternal.

Mengelola Resiko BLU Mengelola Resiko BLU

5. Mitigasi Risiko

Risiko-risiko yang telah diidentifikasi dan

dianalisis, langkah selanjutnya adalah

dilakukan mitigasi atas risiko-risiko

tersebut. Mitigasi risiko ini ditujukan untuk

menentukan jenis penanganan yang efektif

dan efisien untuk setiap risiko tersebut.

Manajemen memilih serangkaian aksi

tindak lanjut selaras dengan toleransi risiko

perusahaan.

Strategi yang dapat diambil antara lain:

a. Menghindari aktivitas yang

mengandung risiko. Opsi ini dipilih

apabila dampak risiko lebih besar

daripada dampak tercapainya tujuan

organisasi, opportunity loss, dan biaya

untuk menghindari risiko.

b. Mengurangi baik kemungkinan dan/

atau dampak. Opsi ini dilakukan

dengan membuat membuat analisis

biaya manfaat terlebih dahulu.

c. Memindahkan (transfer), yaitu

melakukan transfer risiko dengan pihak

ketiga. Opsi ini dilakukan apabila

kemampuan pemilik risiko dalam

mengelola risiko lebih kecil daripada

kemampuan pihak ketiga yang akan

dibagi risikonya. Selain itu, biaya untuk

membagi risiko lebih kecil daripada

dampak risiko yang akan diterima.

Contoh: asuransi dan kontrak kerja

dengan pihak ketiga (outsourcing).

d. Menerima risiko dengan tidak melakukan

tindakan apapun untuk mempengaruhi

dampak dan kemungkinan risiko. Opsi ini

dipilih apabila kapasitas untuk menerima

risiko lebih besar daripada dampak risiko

yang diterima. Pelaksanaan manajemen

risiko haruslah menjadi bagian integral dari

pelaksanaan sistem manajemen BLU.

Proses manajemen risiko ini merupakan

salah satu langkah yang dapat dilakukan

untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan

(continuous improvement).

Monitoring selama pengendalian risiko

berlangsung perlu dilakukan untuk

mengetahui perubahan-perubahan yang

bisa terjadi. Perubahan-perubahan tersebut

kemudian perlu ditelaah ulang untuk

selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan.

Pada prinsipnya pemantauan dan telaah

ulang perlu untuk dilakukan untuk menjamin

terlaksananya seluruh proses manajemen

risiko dengan optimal

Adapun kriteria risiko-risiko yang diretensi

antara lain:

a. Maksimal memiliki tingkat konsekuensi

pada level yang telah ditetapkan untuk

diretensi sesuai dengan toleransi dan

selera risiko instansi yang telah ditetapkan.

b. Terdapat perlindungan hukum yang

memadai mencakup regulasi dan/atau

kontrak/perjanjian, dan

c. Unit Pengambil Risiko dan Pemilik Risiko

terkait dapat memastikan dengan tingkat

keyakinan di atas 85% bahwa tidak akan

terjadi kegagalan pada orang, proses dan

Page 48: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

78 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 79

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Tabel 4.5. Contoh Risiko dan Mitigasi Risiko pada BLU Pengelola Kawasansistem yang ada.

Sementara itu, kriteria risiko-risiko yang harus

ditransfer antara lain:

d. Risiko-risiko residual dengan tingkat

konsekuensi pada level yang tidak dapat

diterima sesuai denga toleransi dan risiko

instansi yang dapat diterima, dan

e. Instansi tidak memiliki sumber daya yang

memadai untuk membiayai konsekuensi

risiko yang diperkirakan.

6. Risiko-Risiko Utama Satker BLU Bidang

Pengelolaan Kawasan

Secara umum, terdapat risiko-risiko utama

yang harus dimitigasi oleh satker BLU bidang

pendidikan. Laporan mengenai mitigasi risiko-

risiko utama tersebut harus disampaikan

kepada Dewas setiap semesternya sebagai

bahan pengawasan.

Selain memonitor risiko-risiko di atas, satker

BLU dapat membuat dan memonitor risiko-

risiko lainnya yang mungkin timbul, sesuai

selera risiko (risk appetite) pemilik risiko.

No Jenis Risiko Mitigasi Risiko1 Fraud

Mark up harga pada saat perencanaan dan pelaksanaan

pengadaan barang/jasa

Mengoptimalkan pengawasan

dan pengendalian dalam

proses penganggaran dan

pelaksanaan pengadaan

2 Stratejik

Kebijakan mengenai pertanahan yang akan sangat

berpengaruh terhadap kebijakan terkait layanan yang

akan diambil oleh BLU pengelola kawasan

Melakukan cost and benefit

analysis ketika BLU Pengelola

Kawasan akan mengeluarkan

kebijakan terkait layanan

3 Operasional

• Kurangnya kompetensi SDM • Capacity building bagi SDM

• Assessment SDM

• Rekruitment SDM yang

sesuai dengan kebutuhan

• SOP dalam pengelolaan keuangan BLU yang belum

jelas ( misal SOP pengelolaan piutang) sehingga dapat

menghambat pemecahan terhadap masalah piutang tak

tertagih

SOP yang terinci dan jelas

• Perangkat dalam melaksanakan pekerjaan yang belum

lengkap misal sistem informasi manajemen pengelolaan

SDM yang masih kurang memadai sehingga dapat

berpengaruh terhadap pengelolaan SDM

Penyempurnaan sistem

informasi

4 Kepatuhan

• SOP yang tidak dijalankan dengan sempurna.

• SPM yang tidak dijalankan dengan sempurna

Pengawasan dan Pengendalian

oleh internal BLU

5 Finansial

• Pihak ketiga yang mengikat kontrak dengan BLU

pengelola kawasan tidak mempunyai komitmen untuk

memenuhi kewajiban membayar biaya sewa kawasan,

• Kontrak-kontrak dengan pihak ketiga yang kontraktor

pelaksana-nya tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya

sesuai dengan kontrak yang disepakati.

Kontrak yang jelas baik

mengenai kewajiban pihak

ketiga dan sanksi apabila pihak

ketiga tidak menyelesaikan

kewajiban

• Perubahan nilai kurs Diatur dalam kontrak

Page 49: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

80 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 81

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah

menjadi bagian integral dari pelaksanaan

sistem manajemen BLU. Proses manajemen

risiko ini merupakan salah satu langkah yang

dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan

berkelanjutan (continuous improvement).

Monitoring selama pengendalian risiko

berlangsung perlu dilakukan untuk mengetahui

perubahan-perubahan yang bisa terjadi.

Perubahan-perubahan tersebut kemudian

perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan

perbaikan-perbaikan. Pada prinsipnya

pemantauan dan telaah ulang perlu untuk

dilakukan untuk menjamin terlaksananya

seluruh proses manajemen risiko dengan

optimal.

Page 50: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

82 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 83

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

1. Umum

Remunerasi merupakan imbalan kerja yang

dapat berupa gaji, honorarium, tunjangan tetap,

insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan/

atau pensiun. Remunerasi diberikan kepada

Pejabat Pengelola, Dewas, dan Pegawai BLU

berdasarkan tingkat tanggung jawab dan

tuntutan profesionalisme yang diperlukan.

Remunerasi dapat juga diberikan kepada

Sekretaris Dewas.

Penentuan besaran gaji Pemimpin BLU

ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor-

faktor sebagai berikut :

• Proporsionalitas, yaitu pertimbangan atas

ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola

BLU serta tingkat pelayanan;

• Kesetaraan, yaitu dengan memperhatikan

industri pelayanan sejenis;

• Kepatutan, yaitu menyesuaikan

kemampuan pendapatan BLU yang

bersangkutan;

Kinerja operasional BLU yang ditetapkan

oleh menteri/pimpinan lembaga/ketua

Dewan Kawasan sekurang-kurangnya

mempertimbangkan indikator keuangan,

pelayanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat.

Dalam rangka pemberian remunerasi tersebut,

maka BLU harus memperhatikan komponen

sistem remunerasi sebagai berikut:

• Pay for position

Penghargaan pelaksanaan pekerjaan

(pay for position) untuk mendorong dan

menghargai berlangsungnya kewajiban

pelaksanaan proses bekerja. Komponen ini

dikaitkan dengan harga jabatan.

Untuk PNS, struktur remunerasinya

terdiri dari gaji pokok dan tunjangan

tunjangan struktural/fungsional yang

dibayarkan dari RM ditambah tunjangan

yang dibayarkan dari pendapatan BLU

(PNBP). Sementara untuk non PNS

profesional struktur remunerasinya

merupakan penyetaraan sebagai PNS

ditambah tunjangan yang semuanya

dibayarkan dari pendapatan BLU (PNBP).

Besaran remunerasi bersifat tetap dan

dibayarkan rutin setiap bulan.

• Pay for performance

Penghargaan kinerja (pay for performance)

bertujuan untuk mendorong motivasi

perwujudan kinerja. Komponen remunerasi

ini dikaitkan dengan pencapaian

target kinerja sebagaimana yang telah

dikontrakkinerjakan. Komponen ini

diberikan sebagai penghargaan atas

capaian kinerja individu yang dikaitkan

dengan kinerja unit kerja/organisasi.

Komponen ini berupa insentif dan/atau

bonus. Besarannya tergantung pada

tingkat capaian target dan dibayarkan

secara periodik sesuai kebijakan unit kerja/

organisasi.

Bagaimana Menerapkan

Remunerasi BLU? • Pay for people

Program perlindungan keamanan, fasilitas

untuk mendukung kenyamanan dan

kesejahteraan yang ditetapkan dengan

kriteria yang bersifat individual (pay for

people) atau disebut dengan program

benefit. Komponen remunerasi ini terkait

dengan kondisi perorangan/individu, yang

dapat berupa premi asuransi, pesangon,

pensiun.

Contoh :

Pemberian remunerasi dalam bentuk fasilitas

dalam rangka mendorong motivasi dan

penghargaan kepada pegawai BLU atas kinerja

yang telah dicapai (misalnya fasilitas kendaraan

dinas atau kepesertaan dalam sebuah

asuransi).

Hal utama yang perlu pula diperhatikan

dalam rangka pemberian remunerasi adalah

pelaksanaan proses analisis jabatan yang

terdapat pada BLU. Proses ini dimulai dari

aktivitas analisis jabatan, menyusun uraian

jabatan, dan melaksanakan evaluasi jabatan.

Rangkaian proses analisis jabatan dilakukan

dalam rangka mengidentifikasi :

• Tingkat risiko jabatan yang disandang

(misalnya risiko terkait dengan masalah

penggunaan dana/uang, risiko

penyalahgunaan wewenang);

• Tingkat kompleksitas jabatan;

• Peringkat jabatan;

Analisis jabatan dilaksanakan dengan cara

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• Kompetensi jabatan (misalnya jenjang

pendidikan minimal pascasarjana untuk

Direktur Utama);

• Tingkat urgensi tugas sebuah jabatan

dalam sebuah proses bisnis (misalnya

seorang Kepala Bagian Keuangan yang

memiliki kewenangan melakukan otorisasi

pengeluaran unit kerja).

Hal-hal tersebut diatas perlu mendapatkan

perhatian dalam menerapkan sistem

remunerasi pada pegawai BLU

2. Teknis Penerapan Sistem Remunerasi

Perhitungan besaran gaji Pejabat Keuangan

dan Pejabat Teknis ditetapkan sebesar

90% dari gaji Pemimpin BLU. Sedangkan

perhitungan honorarium Dewas ditetapkan

sebagai berikut :

• Honorarium Ketua Dewas sebesar 40%

dari gaji Pemimpin BLU.

• Honorarium anggota Dewas sebesar 36%

dari gaji Pemimpin BLU.

• Honorarium Sekretaris Dewas sebesar

15% dari gaji Pemimpin BLU

Bagi Pejabat Pengelola, Dewas dan Sekretaris

Dewas yang diberhentikan sementara dari

jabatannya memperoleh penghasilan sebesar

50% dari gaji/honorarium bulan terakhir yang

berlaku sejak tanggal diberhentikan sampai

dengan ditetapkannya keputusan definitif

tentang jabatan yang bersangkutan.

Disamping pemberian gaji/honorarium, Pejabat

Pengelola, Dewas, Sekretaris Dewas, dan

Pegawai BLU dapat memperoleh tunjangan

tetap, insentif, bonus atas prestasi, pesangon

dan/atau pensiun dengan memperhatikan

Menerapkan Remunerasi BLU

Page 51: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

84 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 85

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Men

gelo

la K

euan

gan

BLU

kemampuan pendapatan BLU yang

bersangkutan.

Apabila Pejabat Pengelola, Dewas, dan

Sekretaris Dewas telah berakhir masa

jabatannya, dapat diberikan pesangon

berupa santunan purna jabatan dengan

pengikutsertaan dalam program asuransi

atau tabungan pensiun yang beban premi/

iuran tahunannya ditanggung oleh BLU yang

besarannya ditetapkan paling banyak sebesar

25% dari gaji/honorarium dalam satu tahun.

Besaran remunerasi untuk Pejabat Pengelola,

Dewas, Sekretaris Dewas, dan Pegawai BLU

pada masing-masing BLU ditetapkan oleh

Menteri Keuangan berdasarkan usulan menteri/

pimpinan Lembaga

3. Penyusunan Usulan Remunerasi

Proses penyusunan usulan remunerasi dapat

djelaskan sebagai berikut :

Gambar 4.17 Tahapan Penyusunan Usulan Remunerasi

Dokumen sumber yang diperlukan dalam

rangka penyusunan proposal remunerasi:

1. Tugas Dan Fungsi BLU

2. Struktur Organisasi BLU

3. Diskripsi Pekerjaan/Job Desk

4. Kompetensi Jabatan/Job Competency

5. Data Pembanding/Benchmarking

6. Data Keuangan

7. Data Kinerja

Menerapkan Remunerasi BLU

Bab I. Pendahuluan

1. Latar Belakang :

Menjelaskan latar belakang, urgensitas dan pertimbangan usulan pengusulan remunerasi

2. Maksud dan Tujuan :

Maksud dan tujuan sistem remunerasi dengan sistem kinerja BLU berdasarkan visi dan

misi organisasi.

3. Landasan hukum

Ketentuan dan peraturan yang menjadi landasan hukum penetapan sistem remunerasi

baru ini adalah segala ketentuan dan peraturan terbaru dan atau yang masih berlaku

Bab II. Data Umum BLU

1. Visi, misi, tujuan, dan budaya kerja organisasi

2. Tugas dan fungsi organisasi

3. Struktur organisasi

4. Komposisi pegawai

(PNS, non PNS Profesional, dan rencana pengembangan pegawai

5. Data Kinerja

a. Data Keuangan (3 tahun sebelum, tahun berjalan, dan 3 tahun kedepan)

- Rupiah Murni

Pagu, Realisasi Belanja (Belanja Pegawai, Belanja Barang dan

BelanjaModal)

- PNBP

Target, Realisasi Belanja (Belanja Barang dan Belanja Modal)

b. Data Keuangan

- Belanja Pegawai terdiri dari Rupiah Murni (akun 51 dan 52) dan PNBP

- proyeksi keuangan

c. Kinerja Operasional

Bab III. Sistem Remunerasi

1. Kebijakan eksisting remunerasi

2. Rencana kebijakan remunerasi

3. Identifikasi komponen remunerasi

Proposal

Usulan Remunerasi

Page 52: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

MANUAL BLU | 87

Aku

ntan

si B

LU

86 | MANUAL BLU

Men

ata

Kel

emba

gaan

BLU

Proposal

Usulan Remunerasi

4. Perhitungan remunerasi

a. komponen pay for position

b. komponen pay for performance

c. komponen pay for people

5. Penyusunan skala/struktur jabatan (struktural dan fungsional)

6. Penyusunan skala besaran remunerasi

a. Besaran remunerasi mencerminkan nilai jabatan dan/atau

b. benchmarking dari jabatan yang selevel pada industri yang sejenis

yang memiliki skala/kompleksitas mendekati sama

7. Perhitungan kebutuhan remunerasi

Menyajikan perhitungan kebutuhan remunerasi untuk 1 bulan dan 1 tahun termasuk gaji ke

13 dan sumber pembiayaan remunerasi (RM dan PNBP)

Bab IV : Analisa Remunerasi

Analisa di dasarkan pada empat faktor :

- Proporsionalitas,yaitu pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola BLU

serta tingkat pelayanan;

- Kesetaraan, yaitu dengan memperhatikan industri pelayanan sejenis;

- Kepatutan, yaitu menyesuaikan dengan kemampuan pendapatan BLU yang bersangkutan;

- Kinerja operasional BLU, ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Dewan Kawasan

Bab V : Penutup

AKUNTABILITASBLU

pertanggungjawaban BLU

pengawasan dan pemeriksaan BLU 5

Page 53: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

88 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 89

Aku

ntan

si B

LU

Aku

ntan

si B

LU

Bagaimana

Pertanggungjawaban BLU?

BLU menyusun menyajikan laporan

keuangan dan laporan kinerja sebagai

bentuk pertanggungjawaban dan transparansi

dalam pengelolaan keuangan dan kegiatan

pelayanannya.

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi

dari transaksi keuangan suatu entitas pada

suatu periode akuntansi tertentu yang dapat

digunakan untuk menggambarkan kinerja BLU.

Laporan keuangan menyediakan informasi

mengenai posisi keuangan, operasional

keuangan, dan arus kas BLU yang bermanfaat

bagi pengguna laporan keuangan dalam

membuat dan mengevaluasi keputusan

ekonomi. Pemimpin BLU bertanggung jawab

atas penyusunan dan penyajian laporan

keuangan BLU. Laporan Keuangan dilengkapi

dengan surat pernyataan tanggung jawab

pemimpin BLU yang berisikan pernyataan

bahwa pengelolaan anggaran telah

dilaksanakan berdasarkan sistem pengendalian

intern yang memadai, akuntansi keuangan

telah diselenggarakan sesuai dengan standar

akuntansi keuangan, dan kebenaran isi

laporan keuangan merupakan tanggung jawab

pemimpin BLU.

a. Prosedur Akuntansi

Untuk menyajikan laporan keuangan, BLU perlu

melakukan langkah-langkah sesuai prosedur

akuntansi yang dimulai dengan pencatatan,

penggolongan, pengikhtisaran hingga

pelaporan, yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Pencatatan

` Penyusunan laporan keuangan didasari

atas transaksi keuangan yang dapat

mengakibatkan perubahan pada aset,

utang, modal, pendapatan dan biaya,

sebagai contoh penerimaan bunga

pinjaman, pembelian inventaris kantor, dan

sebagainya.

Dasar pencatatan transaksi keuangan

adalah bukti transaksi, contohnya kuitansi

pembelian inventaris, rekening koran

pembayaran bunga pinjaman.

Bukti transaksi tersebut dijurnal secara

historis dengan menyebutkan akun yang

didebet dan dikredit disertai dengan jumlah

masing-masing.

2) Penggolongan

Penggolongan merupakan proses

memindahkan data (posting) dari jurnal

ke Buku Besar secara periodik, sebagai

contoh memindahkan catatan penerimaan

bunga pinjaman ke Buku Besar

penerimaan bunga pinjaman.

3) Pengikhtisaran

Pengikhtisaran Buku Besar dilakukan pada

akhir periode akuntansi yang mencakup

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Pembuatan Neraca Percobaan (Neraca

Saldo)

Merupakan ringkasan dari akun-akun

buku besar. Pembuatan Neraca Saldo

ini untuk membuktikan bahwa jumlah

debet dan kredit pada buku besar telah

sama.

b) Pembuatan Jurnal Penyesuaian untuk

mengoreksi perkiraan-perkiraan tertentu

sehingga mencerminkan keadaan aset,

kewajiban, biaya, pendapatan dan

modal yang sebenarnya. Contoh jurnal

penyesuaian adalah jurnal penyusutan,

biaya inventaris kantor.

4) Pelaporan

Pelaporan merupakan proses menyusun

laporan keuangan berupa Laporan

Aktivitas, Neraca, Laporan Arus Kas dan

Catatan atas Laporan Keuangan.

Gambar 5. 1. Prosedur Akuntansi

Pertanggungjawaban BLU

Page 54: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

90 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 91

Aku

ntan

si B

LU

Aku

ntan

si B

LU

b. Standar Akuntansi

Suatu pedoman agar laporan keuangan dapat

dibandingkan baik dengan laporan keuangan

periode sebelumnya maupun dengan

laporan keuangan satker BLU yang lain. BLU

menerapkan dua standar akuntansi SAK dan

SAP

1) Standar Akuntansi Keuangan

Standar akuntansi adalah prinsip akuntansi

dalam menyusun dan menyajikan laporan

keuangan suatu entitas.

Satker BLU merupakan instansi

pemerintah yang menerapkan paradigma

mewiraswastakan pemerintah (enterprising

the government), sehingga dikelola

ala bisnis (business like). Sebagai

konsekuensinya, akuntansi dan pelaporan

keuangan satker BLU juga dilakukan

layaknya entitas bisnis dengan menerapkan

SAK yang diterbitkan oleh asosiasi profesi

akuntansi Indonesia (Ikatan Akuntan

Indonesia/IAI). SAK yang diterbitkan oleh

IAI tersebut berupa Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK). Satker BLU

menerapkan SAK yang telah ada tersebut

disesuaikan dengan jenis industrinya

masing-masing.

Apabila SAK yang sudah ada dianggap

tidak sesuai atau tidak cocok untuk

diterapkan pada suatu BLU, maka BLU

tersebut dapat mengembangkan sendiri

standar akuntansi yang spesifik sesuai

dengan jenis industrinya, dengan mengacu

pada pedoman akuntansi BLU yang

berlaku. Standar akuntansi yang telah

dikembangkan tersebut harus ditetapkan

oleh menteri/pimpinan lembaga setelah

mendapatkan persetujuan dari Menteri

Keuangan.

Laporan keuangan berdasarkan SAK terdiri

dari Laporan Operasional, Neraca, Laporan

Arus Kas, dan Catatan atas Laporan

Keuangan.

2) Standar Akuntansi Pemerintahan

Sebagai satker yang masih merupakan

satker pemerintah, satker BLU merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari

K/L induknya. Oleh karena itu, laporan

keuangan BLU harus dikonsolidasikan

dengan laporan keuangan K/L. Laporan

keuangan untuk tujuan konsolidasi tersebut

disusun dan disajikan sesuai dengan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Laporan keuangan berdasarkan SAP yaitu

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan

Catatan atas Laporan Keuangan.

c. Sistem Akuntansi BLU

Sistem akuntansi BLU adalah serangkaian

prosedur manual maupun yang

terkomputerisasi mulai dari proses

pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran

dan pelaporan keuangan BLU yang mencakup

semua pendapatan dan belanja BLU, baik

yang bersumber dari pendapatan usaha dari

jasa layanan, hibah, pendapatan RM dan

pendapatan usaha lainnya.

BLU setidak-tidaknya mengembangkan 3

sistem akuntansi yang merupakan subsistem

dari sistem akuntansi BLU, yaitu sistem

Pertanggungjawaban BLU

akuntansi keuangan, sistem akuntansi aset

tetap, dan sistem akuntansi biaya.

1) Sistem Akuntansi Keuangan

Sistem Akuntansi Keuangan adalah

sistem akuntansi yang menghasilkan

laporan keuangan pokok untuk tujuan

umum (general purpose). Tujuan laporan

keuangan adalah:

a) Akuntabilitas, yaitu

mempertanggungjawabkan

pengelolaan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakan yang

dipercayakan kepada BLU dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan

secara periodik.

b) Manajemen, yaitu membantu para

pengguna untuk mengevaluasi

pelaksanaan kegiatan suatu BLU

dalam periode pelaporan sehingga

memudahkan fungsi perencanaan,

pengelolaan, dan pengendalian atas

seluruh penerimaan, pengeluaran,

aset, kewajiban, dan ekuitas BLU untuk

kepentingan stakeholders.

c) Transparansi, yaitu memberikan

informasi keuangan yang terbuka dan

jujur kepada masyarakat berdasarkan

pertimbangan bahwa masyarakat

memiliki hak untuk mengetahui

secara terbuka dan menyeluruh

atas pertanggungjawaban BLU

dalam pengelolaan sumber daya

yang dipercayakan kepadanya

dan ketaatannya pada peraturan

perundang-undangan

Sistem akuntansi keuangan mencakup

antara lain:

a) Kebijakan akuntansi

Kebijakan akuntansi meliputi pilihan

prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi,

peraturan dan prosedur yang

digunakan BLU dalam penyusunan

dan penyajian laporan keuangan.

b) Sub sistem akuntansi

Sub sistem akuntansi merupakan

bagian dari sistem akuntansi.

Contohnya sub sistem penerimaan

kas, sub sistem pengeluaran kas.

c) Prosedur Akuntansi

Prosedur akuntansi adalah prosedur

yang digunakan untuk menganalisa,

mencatat, mengklasifikasi dan

mengikhtisarkan informasi untuk

disajikan di laporan keuangan.

d) Bagan Akun Standar

BAS merupakan daftar perkiraan Buku

Besar yang ditetapkan dan disusun

secara sistematis oleh pemimpin BLU

untuk memudahkan perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan anggaran

serta akuntansi dan pelaporan

keuangan. Untuk tujuan konsolidasi

laporan keuangan BLU dengan

laporan keuangan K/L, digunakan BAS

yang telah ditetapkan oleh Menteri

Keuangan.

Sistem Akuntansi Keuangan BLU wajib

dikembangkan oleh BLU paling lama

2 tahun setelah ditetapkan sebagai

sebagai satker BLU.

2) Sistem Akuntansi Aset Tetap

Sistem Akuntansi Aset Tetap menghasilkan

laporan tentang aset tetap untuk keperluan

Pertanggungjawaban BLU

Page 55: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

92 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 93

Aku

ntan

si B

LU

Aku

ntan

si B

LU

manajemen aset. Sistem ini menyajikan

informasi tentang jenis, kuantitas, nilai,

mutasi, dan kondisi aset tetap milik BLU

ataupun bukan milik BLU tetapi berada

dalam pengelolaan BLU.

Pengembangan Sistem Akuntansi Aset

Tetap diserahkan sepenuhnya kepada

BLU yang bersangkutan. Namun demikian,

BLU dapat menggunakan sistem yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan

seperti Sistem Informasi Manajemen dan

Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-

BMN).

3) Sistem Akuntansi Biaya

BLU mengembangkan Sistem Akuntansi

Biaya yang menghasilkan informasi tentang

harga pokok produksi, biaya satuan

(unit cost) per unit layanan, dan analisis

varian. Sistem Akuntansi Biaya berguna

dalam perencanaan dan pengendalian,

pengambilan keputusan, dan perhitungan

tarif layanan.

d. Penyajian Laporan Keuangan

Dalam penyajian laporan keuangan, setiap

komponen harus diidentifikasi secara jelas dan

menyajikan informasi antara lain mencakup:

1) nama BLU atau identitas lain.

2) cakupan laporan keuangan, apakah

mencakup hanya satu unit usaha atau

beberapa unit usaha.

3) tanggal atau periode pelaporan.

4) mata uang pelaporan dalam Rupiah.

5) satuan angka yang digunakan dalam

penyajian laporan keuangan.

e. Konsolidasi Laporan Keuangan BLU ke

dalam Laporan Keuangan K/L.

Laporan keuangan BLU yang dikonsolidasikan

adalah laporan keuangan berdasarkan

SAP. Komponen laporan keuangan yang

dikonsolidasi yaitu Laporan Realisasi Anggaran

dan Neraca.

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan

informasi mengenai realisasi anggaran BLU.

Informasi yang wajib disampaikan dalam

laporan realisasi anggaran adalah transaksi

keuangan BLU yang bersumber dari

pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah,

pendapatan RM, dan pendapatan usaha

lainnya. Dalam mengkonsolidasikan laporan

realisasi anggaran ke laporan K/L, satker BLU

mengesahkan pendapatan dan belanjanya ke

KPPN dengan mekanisme SP3B/SP2B.

Pos-pos neraca juga dikonsolidasikan ke

neraca K/L. Untuk tujuan ini perlu dilakukan

reklasifikasi pos-pos neraca agar sesuai

dengan SAP dengan menggunakan BAS yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Dalam hal sistem akuntansi keuangan BLU

belum dapat menghasilkan laporan keuangan

untuk tujuan konsolidasi dengan laporan

keuangan K/L, BLU perlu melakukan konversi

laporan keuangan BLU berdasarkan SAK ke

dalam laporan keuangan berdasarkan SAP.

Proses konversi laporan keuangan dari SAK

ke SAP mencakup pengertian, klasifikasi,

Pertanggungjawaban BLU

pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan

atas akun-akun neraca dan laporan aktivitas/

operasi, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengertian

Pada umumnya, pengertian akun-akun

menurut SAK tidak jauh berbeda dengan

SAP. Apabila ada pengertian yang berbeda,

maka untuk tujuan konsolidasi pengertian

akun menurut SAP, yaitu berdasarkan

Peraturan Pemerintah mengenai SAP.

2) Klasifikasi

Klasifikasi aset, kewajiban, ekuitas,

pendapatan, dan biaya perlu disesuaikan

dengan klasifikasi aset sesuai dengan BAS

yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri

Keuangan. Penyesuaian tersebut dilakukan

dengan cara mapping laporan SAK ke

laporan SAP.

Gambar 5. 2. Mapping Laporan SAK ke Laporan SAP

3) Pengakuan dan pengukuran

SAK menggunakan basis akrual dalam

pengakuan aset, kewajiban, ekuitas,

pendapatan, dan biaya. Pendapatan

diakui pada saat diterima atau hak untuk

menagih timbul sehubungan dengan

adanya barang/jasa yang diserahkan

kepada masyarakat. Biaya diakui jika

penurunan manfaat ekonomi masa depan

yang berkaitan dengan penurunan aset

atau peningkatan kewajiban telah terjadi

dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti

pengakuan biaya terjadi bersamaan

dengan pengakuan kenaikan kewajiban

atau penurunan aset, misalnya akrual hak

karyawan atau penyusutan aset tetap.

SAP menggunakan basis akrual dalam

pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas

serta basis kas dalam pengakuan

pendapatan dan belanja. Pendapatan

diakui pada saat kas diterima pada

Pertanggungjawaban BLU

Page 56: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

94 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 95

Aku

ntan

si B

LU

Aku

ntan

si B

LU

rekening Kas Umum Negara. Belanja

diakui pada saat terjadinya pengeluaran

dari rekening Kas Umum Negara dan

dipertanggungjawabkan. Pendapatan

(tidak termasuk pendapatan yang ditransfer

dari APBN) dan belanja BLU diakui

jika pendapatan dan belanja tersebut

dilaporkan dengan mekanisme SP3B BLU

dan SP2B BLU atas pendapatan dan

belanja tersebut. Belanja yang didanai

dari pendapatan BLU diakui sebagai

belanja oleh Bendahara Umum Negara jika

belanja tersebut telah dilaporkan dengan

mekanisme SP3B BLU dan SP2B BLU.

Untuk kepentingan konsolidasi dengan

laporan keuangan K/L, perlu dilakukan

penyesuaian atas akun pendapatan dan

belanja yang berbasis akrual menjadi akun

pendapatan dan belanja berbasis kas.

Formula penyesuaian pendapatan dan

belanja berbasis akrual menjadi berbasis

kas adalah sebagai berikut:

4) Pengungkapan

Pengungkapan laporan keuangan

berpedoman pada ketentuan mengenai

SAP.

f. Rekonsiliasi Laporan Keuangan

Sebelum laporan keuangan disampaikan

kepada pihak-pihak yang berwenang maka

harus dilaksanakan proses rekonsiliasi internal

dan rekonsiliasi ekternal.

1) Rekonsiliasi Internal

a) Rekonsiliasi antara Buku Bank dengan

Rekening Koran;

b) Rekonsiliasi antara Laporan Barang

(SIMAK-BMN) dengan Laporan

Keuangan berdasarkan SAP (SAKPA);

c) Rekonsiliasi antara Laporan Keuangan

SAP dengan Laporan Keuangan SAK.

2) Rekonsiliasi eksternal

a) Rekonsiliasi dengan KPPN dilakukan

setiap bulan yaitu :

(1) Rekonsiliasi rekening Koran BLU

dengan Saldo Kas BLU pada SAU

Pertanggungjawaban BLU

KPPN

(2) Rekonsiliasi data SAI dengan SAU

yaitu:

• Rekonsiliasi Laporan Realisasi

Anggaran yaitu rekonsiliasi

data estimasi pendapatan,

pagu belanja, realisasi

pendapatan, realisasi belanja,

realisasi pengembalian

pendapatan, realisasi

pengembalian belanja

• Rekonsiliasi Neraca yaitu

rekonsiliasi data kas di

bendahara pengeluaran; Kas

pada Badan Layanan Umum

dan investasi jangka pendek

BLU.

b) Rekonsiliasi Laporan Barang dengan

KPKNL berdasarkan Perdirjen

Kekayaan Negara tentang Rekonsiliasi

Barang Milik Negara

g. Penyampaian Laporan Keuangan BLU

1) Laporan keuangan BLU berdasarkan SAK

Disampaikan secara berjenjang kepada

eselon I kementerian teknis serta kepada

Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal

Perbendaharaan c.q. Direktur PPK BLU

setiap triwulan, semester, dan tahunan.

Penyampaian laporan keuangan

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai

berikut:

a) laporan triwulanan paling lambat

tanggal 15 setelah triwulan berakhir,

terdiri dari laporan operasional, laporan

arus kas, dan catatan atas laporan

keuangan, disertai laporan kinerja.

b) laporan semesteran paling lambat

tanggal 10 setelah semester berakhir,

terdiri dari laporan operasional, neraca,

laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan, disertai laporan

kinerja.

c) laporan tahunan (unaudited) paling

lambat tanggal 20 setelah tahun

berakhir, terdiri dari laporan realisasi

anggaran/laporan operasional, neraca,

laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan, disertai laporan

kinerja.

d) laporan keuangan tahunan (audited)

disampaikan kepada Dit PPK BLU

paling lambat tanggal 30 April setelah

tahun berakhir harus diaudit oleh

auditor ekstern, yaitu oleh BPK atau

Kantor Akuntan Publik (KAP).

Dalam hal tanggal penyampaian

Laporan Keuangan jatuh pada hari libur,

penyampaian Laporan Keuangan paling

lambat dilaksanakan pada hari kerja

berikutnya.

2) Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAP

Penyusunan, penyampaian dan

kelengkapan Laporan Keuangan BLU

untuk konsolidasian dilaksanakan secara

berjenjang berdasarkan peraturan yang

berlaku.

Laporan Keuangan tahunan (unaudited)

disampaikan kepada Dit PPK BLU dan

UAPPA-Es1 terdiri dari Laporan keuangan

berdasarkan SAK dan Laporan Keuangan

berdasarkan SAP, sedangkan Laporan

Keuangan tahunan (audited) disampaikan

kepada Dit PPK BLU paling lambat tanggal

Pertanggungjawaban BLU

Pendapatan Berbasis Kas

Belanja Berbasis Kas

(Pendapatan BLU + pendapatan

diterima di muka) – pendapatan

yang masih harus diterima.

Biaya BLU – Biaya yang dibayar

tidak tunai termasuk Penyusutan

+ utang biaya yang dibayar +

biaya dibayar di muka.

Page 57: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

96 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 97

Aku

ntan

si B

LU

Aku

ntan

si B

LU

30 April setelah tahun berakhir harus

diaudit oleh auditor ekstern, yaitu oleh BPK

atau Kantor Akuntan Publik (KAP).

2. Laporan Kinerja

a. Pengelolaan Kinerja BLU sesuai dengan

Balanced Scorecard (BSC).

BSC adalah suatu alat manajemen

strategis yang secara komprehensif

menjelaskan tentang sasaran strategis

dan kinerja suatu institusi dari beberapa

perspektif stakeholder, customer, internal

process dan learning and growth.

Proses penyusunan BSC pada satker BLU

adalah sebagai berikut:

1) Menentukan Perspektif Peta Strategi

Dalam menentukan peta strategi, satker

BLU

a) Menentukan pemangku kepentingan

(stakeholders) dan ekspektasinya atas

layanan yang dilakukan oleh BLU

b) Menentukan perspektif pelanggan

(customers)

c) Menentukan perspektif bisnis proses

internal

d) Menentukan perspektif pembelajaran

dan pertumbuhan

2) Menentukan Sasaran Strategis

Balanced Scorecarda) Menentukan kata kunci dari Visi dan

Misi unit organisasi

b) Menerjemahkan kata kunci ke dalam

Sasaran Strategis. Berdasarkan kata

kunci yang terdapat pada Visi dan Misi,

satker BLU menentukan kondisi ideal

yang dan realistis yang ingin dicapai.

Sasaran strategis ini merupakan

sasaran yang bersifat penting dan

memperoleh prioritas tinggi dan jajaran

manajemen.

c) Mengelompokkan Sasaran Strategis

(1) Sasaran Strategis pada perspektif

stakeholders

(2) Sasaran strategis pada perspektif

pelanggan (customers)

(3) Sasaran Strategis pada perspektif

Bisnis Proses Internal

(4) Sasaran Strategis pada perspektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan

d) Menggambarkan kedalam peta strategi

3) Menyusun Indikator Kinerja Utama

Dalam menyusun IKU menganut prinsip

sebagai berikut:

a) Specific yaitu indikator kinerja harus

mampu menyatakan sesuatu yang

khas/unik dalam menilai kinerja suatu

unit kerja;

b) Measurable yaitu indikator kinerja harus

dapat diukur dengan jelas, memiliki

satuan pengukuran, dan jelas pula cara

pengukurannya;

c) Agreeable yaitu indikator kinerja harus

disepakati antara bawahan dan atasan;

d) Realisitic yaitu indikator kinerja harus

dapat dicapai, namun menantang.

e) Time-bouded yaitu indikator

kinerja harus memiliki batas waktu

penyampaian;

f) Continuously improved yaitu indikator

kinerja dapat menyesuaikan dengan

perkembangan strategi organisasi.

Sementara itu, unsur-unsur yang harus

dipertimbangkan dalam menyusun indikator

kinerja antara lain:

(a) Biaya pelayanan (cost of service)

(b) Penggunaan (utilization)

(c) Kualitas dan standar pelayanan (quality

and standards)

(d) Cakupan pelayanan (coverage)

(e) Kepuasan (satisfaction)

b. Penilaian Kinerja Keuangan BLU

Ditjen Perbendaharaan cq. Direktorat

Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU

melakukan penilaian kinerja BLU. Penilaian

kinerja BLU meliputi penilaian kinerja keuangan

dan kinerja layanan. Penilaian kinerja keuangan

meliputi aspek keuangan, dan aspek

kepatuhan pengelolaan keuangan BLU.

c. Penilaian Kinerja Layanan

Penilaian kinerja layanan sangat tergantung

dari jenis layanan dari Satker BLU tersebut

sesuai dengan tujuan pelayanannya. Penilaian

kinerja layanan selanjutnya digabungkan

dengan penilaian kinerja keuangan sehingga

menghasilkan penilaian kinerja BLU secara

keseluruhan. Penilaian kinerja layanan BLU

akan terdiri dari beberapa aspek yang antara

lain meliputi penilaian terhadap produktivitas,

efisiensi, mutu layanan, pengembangan

organisasi dan pengelolaan SDM dan aspek

lain yang sesuai dengan karakteristik BLU

bidang pendidikan.

Page 58: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

98 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 99

Aku

ntan

si B

LU

Aku

ntan

si B

LU

No. Indikator Rumus/Unsur Penilaian

A. Aspek Keuangan

1. Rasio Keuangan

1.1. Rasio Kas (cash ratio) Kas dan Setara KasX 100%

Kewajiban Jangka Pendek

1.2. Rasio Lancar (current ratio) Aset LancarX 100%

Kewajiban Jangka Pendek

1.3. Periode Panagihan Piutang

(collection period)Piutang Usaha x 360

X 1 hariPendapatan Operasional

1.4. Perputaran Aset Tetap (fixed

asset turnover)Pendapatan Operasional

X 100%Aset Tetap

1.5. Imbalan atas Aktiva Tetap

(return on asset)Surplus atau Defisit sebelum Pos

Keuntungan atau Kerugian X 100%

Total Aset Tetap

1.6. Imbalan Ekuitas (return on

equity)Surplus atau Defisit sebelum Pos

Keuntungan atau Kerugian X 100%

Total Ekuitas

2. Rasio Biaya Operasional

Pendapatan Operasional

(BOPO)

Pendapatan BLUX 100%

Biaya Operasional

B. Aspek Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU

1. Rencana Bisnis dan Anggaran

(RBA) Definitif

Jadwal Penyusunan dan Kelengkapan

No. Indikator Rumus/Unsur Penilaian

2. Laporan Keuangan

Berdasarkan SAK

Laporan Triwulan I, Semester I, Triwulan III, Tahunan, dan

Audit Laporan Keuangan serta Opini Audit atas Laporan

Keuangan

3. Surat Perintah Pengesahan

Pendapatan dan Belanja BLU

(SP3B BLU)

Penyampaian SP3B BLU minimal sekali dalam Satu

Triwulan dan kesesuaian jumlah saldo awal kas dengan

saldo akhir kas triwulan sebelumnya

4. Tarif Layanan Peraturan yang digunakan sebagai dasar dalam

memungut tarif atas layanan yang diberikan

5. Sistem Akuntansi Memiliki Sistem Akuntansi Keuangan, Sistem Akuntansi

Biaya, dan Sistem Akuntansi Aset

6. Persetujuan Rekening Rekening sudah mendapatkan persetujuan Bendahara

Umum Negara baik Rekening Pengelolaan Kas BLU,

Rekening Operasional BLU dan Rekening Dana Kelolaan

7. Standard Operating Procedure

(SOP)

Memiliki SOP Pengeloaan Kas, SOP Pengelolaan Piutang,

SOP Pengelolaan Utang, SOP Pengadaan Barang dan/

atau Jasa, dan SOP Pengelolaan Barang Inventaris.

Penilaian kinerja layanan

sangat tergantung

dari jenis layanan

dari Satker BLU tersebut

sesuai dengan tujuan

pelayanannya.

Page 59: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

100 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 101

Aku

ntan

si B

LU

Aku

ntan

si B

LU

Contoh Penilaian Kinerja Layanan untuk BLU

Bidang Pengelolaan Kawasan

NO URAIAN / INDIKATOR

1. Pertumbuhan

Produktivitas Layanan

Seberapa produktif layanan yang dihasilkan dari aset yang ada dan seberapa

besar peningkatan produktivitas tersebut dari tahun ke tahun, contoh :

Tingkat occupancy rate, pertumbuhan occupancy rate, perbandingan

luas kawasan dengan jumlah layanan yang diberikan, dan sebagainya.

2. Efisiensi Pelayanan Seberapa efisien BLU dalam memberikan pelayanan kepada konsumen

misalnya efisiensi dalam hal waktu pelayanan, jumlah SDM berbanding dengan

aset yang dikelola, Optimalisasi pemanfaatan sumber daya baik eksternal

maupun internal, Pelaksanaaan SOP layanan sesuai SPM, dan sebagainya

3. Mutu layanan Seberapa baik kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat misalnya:

tingkat kenyamanan, keamanan, ketertiban kawasan, tingkat kepuasan

konsumen, Tingkat keterbukaan informasi pelayanan kepada pengguna,

Standar pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat, dan sebagainya

4. Pengembangan

organisasi dan

pengelolaan SDM

Apa yang telah dilakukan satker BLU untuk mengembangkan organisasi dan

mengelola SDM misalnya : dalam hal pengembangan sistem manajemen,

pengembangan sistem rekrutmen , pendidikan dan Pelatihan Pegawai dan

penerapan Reward and Punishment, Assessment SDM, dan sebagainya

(data indikator diolah berdasarkan analisa terhadap karakteristik BLU Pengelola Kawasan dan hasil

masukan dari BLU Pengelola Kawasan)

Boks 5.3

Aspek yang dinilai menurut Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik (Permenpan 38/2012)

1. Visi, misi, dan motto pelayanan. Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi: a. Adanya visi dan misi yang dijabarkan dalam perencanaan (Renstra, Renja) mengacu UU Nomor 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. b. Penetapan motto pelayanan yang mampu memotivasi pegawai untuk memberikan pelayanan terbaik. c. Motto pelayanan diumumkan secara luas kepada pengguna layanan.

2. Standar Pelayanan dan Maklumat Pelayanan Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi: a. Penyusunan, penetapan, dan penerapan standar pelayanan yang mengacu Undang-undang Nomor

25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. b. Maklumat Pelayanan yang dipublikasikan.

3. Sistem, Mekanisme, dan Prosedur Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi: a. Memiliki sertifikat ISO 9001:2008 dalam menyelenggarakan pelayanan publik dengan ruang lingkup

semua jenis mengacu UU 25/2009 (Catatan: Bila belum memiliki sertifikat ISO 9001:2008, lanjutkan ke pertanyaan b)

b. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM), namun tidak memiliki sertifikat ISO 9001:2008 (Catatan: Bila belum memiliki sistem manajemen mutu, lanjutkan ke pertanyaan c)

c. Penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) d. Penetapan uraian tugas yang jelas

4. Sumber Daya Manusia Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi: a. Penetapan dan penerapan pedoman kode etik pegawai b. Sikap dan perilaku pegawai dalam memberikan pelayanan kepada pengguna layanan c. Tingkat kedisiplinan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada pengguna layanan d. Tingkat kepekaan/ respon pegawai dalam memberikan pelayanan kepada pengguna layanan e. Tingkat keterampilan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada pengguna layanan f. Penetapan kebijakan pengembangan pegawai dalam rangka peningkatan keterampilan/

profesionalisme pegawai dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengguna pelayanan

5. Sarana dan Prasarana Pelayanan Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi: a. Sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk proses pelayanan telah didayagunakan secara

optimal b. Sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia memberikan kenyamanan kepada pengguna layanan

(perhatikan: kebersihan, kesederhanaan, kelayakan dan kemanfaatan) c. Sarana pengaduan (Kotak pengaduan, loket pengaduan, telepon tol, email dan lainnya)

6. Penanganan Pengaduan (10%) Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi: a. Sistem/prosedur pengelolaan pengaduan pengguna layanan b. Petugas khusus/ unit yang menangani pengelolaan pengaduan c. Persentase jumlah pengaduan yang dapat diselesaikan d. Pengelolaan pengaduan yang mengacu Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 13 Tahun 2009 tentang

Pedoman Peningkatan Kualitas Pelayanan Dengan Partisipasi Masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan

7. Indeks Kepuasan Masyarakat Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi: a. Pelaksanaan survei IKM dalam periode penilaian b. Survei IKM yang dilakukan yang mengacu Kepmenpan 25 Tahun 2004 dalam periode penilaian c. Rata –rata skor IKM yang diperoleh d. Tindak lanjut dari hasil survei IKM

8. Sistem Informasi Pelayanan Publik Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi: a. Sistem informasi pelayanan secara elektronik

b. Penyampaian informasi pelayanan publik kepada pengguna layanan

c. Tingkat keterbukaan informasi pelayanan kepada pengguna layanan 9. Produktivitas dalam pencapaian target pelayanan

Indikator penilaian untuk komponen ini meliputi: a. Penetapan target kinerja pelayanan

b. Tingkat Pencapaian target kinerja

Page 60: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

102 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 103

Aku

ntan

si B

LU

Aku

ntan

si B

LU

Sebelum pelaksanaan reviu, aparat

pengawasan intern perlu melakukan

persiapan-persiapan agar reviu dapat

dilaksanakan secara efektif dan terpadu.

Adapun persiapan yang dilakukan dalam

rangka pelaksanaan reviu adalah sebagai

berikut:

1) Pengumpulan informasi keuangan

SPI mengumpulkan informasi

keuangan seperti laporan bulanan,

triwulanan, semester dan tahunan serta

kebijakan akuntansi dan keuangan

yang telah ditetapkan. Informasi ini

diperlukan untuk memperoleh informasi

awal tentang laporan keuangan entitas

yang bersangkutan serta ketentuan-

ketentuan yang berlaku dalam

akuntansi dan pelaporan keuangan.

2) Persiapan penugasan

Sebelum dilakukan penugasan reviu

perlu persiapan yang memadai antara

lain penyusunan tim reviu. Tim ini

secara kolektif harus mempunyai

kemampuan teknis yang memadai

di bidang akuntansi dan pelaporan

keuangan pemerintah. Jadwal dan

jangka waktu pelaksanaan reviu

disesuaikan dengan kebutuhan

dan batas waktu penyelesaian dan

penyampaian laporan keuangan.

3) Penyiapan program kerja reviu

Tim yang ditugasi untuk melakukan

reviu perlu menyusun program kerja

reviu yang berisi langkah-langkah

dan teknik reviu yang akan dilakukan

selama proses reviu.

e. Pelaksanaan Reviu

1) Penelusuran angka-angka dalam

laporan keuangan

SPI menelusuri angka-angka yang

disajikan dalam laporan keuangan

ke buku atau catatan-catatan yang

digunakan untuk meyakini bahwa

angka-angka tersebut benar.

Penelusuran ini dapat dilakukan

dengan:

a) Membandingkan angka pos

laporan keuangan terhadap saldo

buku besar,

b) Membandingkan saldo buku besar

terhadap buku pembantu,

c) Membandingkan angka-angka

pos laporan keuangan terhadap

laporan pendukung, misalnya Aset

Tetap terhadap Laporan Mutasi

Aset Tetap dan Laporan Posisi

Aset Tetap.

2) Permintaan keterangan

Dalam menentukan permintaan

keterangan, SPI dapat

mempertimbangkan:

a) Sifat dan materialitas suatu pos;

b) Kemungkinan salah saji;

c) Pengetahuan yang diperoleh

selama persiapan reviu;

d) Pernyataan tentang kualifikasi para

personel bagian akuntansi entitas

tersebut;

e) Seberapa jauh pos tertentu

dipengaruhi oleh pertimbangan

manajemen;

f) Ketidakcukupan data keuangan

Pengawasan dan Pemeriksaan BLUBagaimana Pengawasan dan Pemeriksaan BLU?

1. Reviu Laporan Keuangan BLU

Reviu dilakukan oleh SPI. Tujuan reviu adalah

untuk memberikan keyakinan terbatas

atas akurasi, keandalan, dan keabsahan

informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan sebelum disampaikan kepada

menteri/pimpinan lembaga dan Menteri

Keuangan. Reviu tidak memberikan dasar

untuk menyatakan pendapat seperti dalam

audit, karena dalam reviu tidak mencakup

suatu pemahaman atas pengendalian intern,

penetapan resiko pengendalian, pengujian

catatan akuntansi dan pengujian atas respon

terhadap permintaan keterangan dengan cara

pemerolehan bahan bukti yang menguatkan

melalui inspeksi, pengamatan atau konfirmasi

dan prosedur tertentu lainnya yang biasa

dilakukan dalam suatu audit.

Reviu hanya mengumpulkan keterangan yang

dapat menjadi bahan untuk penyusunan

Statement of Responsibility (Pernyataan

Tanggung Jawab) oleh Pemimpin BLU. Reviu

dapat mengarahk an perhatian SPI kepada

hal-hal penting yang mempengaruhi laporan

keuangan, namun tidak memberikan keyakinan

bahwa SPI akan mengetahui semua hal

penting yang akan terungkap melalui suatu

audit.

Dalam melakukan reviu atas laporan keuangan,

SPI harus memahami secara garis besar sifat

transaksi entitas, sistem dan prosedur

akuntansi, bentuk catatan akuntansi dan basis

akuntansi yang digunakan untuk menyajikan

laporan keuangan.

a. Ruang Lingkup Reviu

Ruang lingkup reviu hanya terbatas pada

penelaahan laporan keuangan dan catatan

akuntansi. Hal ini diperlukan dalam rangka

menguji kesesuaian antara angka-angka

yang disajikan dalam laporan keuangan

terhadap catatan, buku, laporan yang

digunakan dalam sistem akuntansi di

lingkungan BLU yang bersangkutan.

b. Sasaran Reviu

Sasaran reviu adalah untuk memperoleh

keyakinan terbatas bahwa laporan

keuangan entitas pelaporan telah disusun

dan disajikan sesuai dengan Standar

Akuntansi yang digunakan.

c. Jadwal Pelaksanaan Reviu

Jadwal pelaksanaan reviu dilakukan secara

paralel dengan pelaksanaan anggaran dan

penyusunan laporan keuangan BLU. SPI

membuat Pernyataan Telah Direviu atas

laporan keuangan BLU dan dilampirkan

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

laporan keuangan yang disampaikan ke

Menteri/Pimpinan Lembaga dan Menteri

Keuangan. Dalam hal satker BLU belum

memiliki SPI reviu dilakukan oleh Itjen K/L

yang bersangkutan. Pernyataan Telah

Direviu diterbitkan setidak-tidaknya sekali

dalam setahun terhadap laporan keuangan

tahunan BLU.

d. Persiapan Reviu

Page 61: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

104 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 105

Aku

ntan

si B

LU

Aku

ntan

si B

LU

entitas yang mendasari;

g) Ketidaklengkapan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan.

Permintaan keterangan dapat meliputi:

a) Kesesuaian antara sistem akuntansi

dan pelaporan keuangan yang

diterapkan oleh entitas tersebut

dengan peraturan yang berlaku.

b) Kebijakan dan metode akuntansi

yang diterapkan oleh entitas yang

bersangkutan.

c) Prosedur pencatatan, pengklasifikasian

dan pengikhtisaran transaksi serta

penghimpunan informasi untuk

diungkapkan dalam laporan keuangan

d) Keputusan yang diambil oleh pimpinan

entitas pelaporan/pejabat keuangan

yang mungkin dapat mempengaruhi

laporan keuangan

e) Informasi dari hasil audit atau reviu

atas laporan keuangan periode

sebelumnya.

f) Personel yang bertanggung jawab

terhadap akuntansi dan pelaporan

keuangan, mengenai:

(1) Apakah pelaksanaan anggaran telah

dilaksanakan sesuai dengan sistem

pengendalian intern yang memadai.

(2) Apakah laporan keuangan telah

disusun dan disajikan sesuai dengan

Standar Akuntansi.

(3) Apakah terdapat perubahan kebijakan

akuntansi pada entitas pelaporan

tersebut.

(4) Apakah ada masalah yang timbul

dalam implementasi Standar Akuntansi

dan pelaksanaan sistem akuntansi.

(5) Apakah terdapat peristiwa setelah

tanggal neraca yang berpengaruh

secara material terhadap laporan

keuangan.

Daftar pertanyaan tersebut merupakan

ilustrasi pertanyaan-pertanyaan yang

dapat diajukan dalam rangka memperoleh

keterangan dari personel yang kompeten

dalam penyusunan dan penyajian laporan

keuangan entitas. Namun demikian perlu

diingat bahwa pertanyaan-pertanyaan

tersebut tidak harus diterapkan untuk

setiap reviu dan juga tidak dimaksudkan

untuk mencakup seluruh aspek yang

direviu.

f. Prosedur analitik

Prosedur analitik dilakukan pada akhir

reviu. Prosedur analitik dirancang untuk

mengidentifikasi adanya hubungan antar

pos dan hal-hal yang kelihatannya tidak

biasa. Prosedur analitik dapat dilakukan

dengan:

1) Mempelajari laporan keuangan untuk

menentukan apakah laporan keuangan

sesuai dengan Standar Akuntansi.

2) Membandingkan laporan keuangan

dalam beberapa periode yang setara.

3) Membandingkan realisasi terhadap

anggaran.

4) Mempelajari hubungan antara unsur-

unsur dalam laporan keuangan yang

diharapkan akan sesuai dengan pola

yang dapat diperkirakan atas dasar

pengalaman entitas tersebut.

Dalam menerapkan prosedur ini, SPI

Pengawasan dan Pemeriksaan BLU

harus mempertimbangkan jenis masalah

yang membutuhkan penyesuaian, seperti

adanya peristiwa luar biasa dan perubahan

kebijakan akuntansi. Jumlah-jumlah yang

disebabkan karena adanya peristiwa luar

biasa atau perubahan kebijakan tersebut

harus dieliminasi dari laporan keuangan

sebelum dilakukan proses reviu.

g. Pelaporan

SPI membuat kertas kerja yang memuat

hal-hal berikut ini:

1) Kertas kerja penelusuran angka-angka

pos laporan keuangan.

2) Daftar pertanyaan reviu dan kertas kerja

permintaan keterangan.

3) Kertas kerja prosedur analitik.

4) Masalah yang tercakup dalam

permintaan keterangan dan prosedur

analitik.

5) Masalah yang dianggap tidak biasa

oleh aparat pengawasan intern

selama melaksanakan reviu, termasuk

penyelesaiannya.

Kertas kerja ini menjadi dasar untuk

pembuatan laporan hasil reviu dan

Pernyataan Telah Direviu oleh SPI. Laporan

hasil reviu memuat masalah yang terjadi

dalam penyusunan dan penyajian laporan

keuangan, rekomendasi untuk pelaksanaan

koreksi, dan koreksi yang telah dilakukan

oleh entitas yang direviu. Hasil pelaksanaan

reviu dituangkan dalam Pernyataan Telah

Direviu, yang menyatakan bahwa:

1) Reviu dilaksanakan sesuai dengan

Standar Akuntansi dan peraturan

terkait.

2) Semua informasi yang dimasukkan

dalam laporan keuangan adalah

penyajian manajemen entitas

pelaporan tersebut.

3) Reviu terutama mencakup penelusuran

angka-angka dalam laporan keuangan,

permintaan keterangan kepada para

pejabat/petugas yang terkait dan

prosedur analitik yang diterapkan

terhadap data keuangan.

4) Lingkup reviu jauh lebih sempit

dibandingkan dengan lingkup audit

yang tujuannya untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan

secara keseluruhan. Dengan demikian,

reviu tidak bertujuan untuk menyatakan

pendapat seperti dalam audit.

5) SPI tidak menemukan adanya suatu

modifikasi material yang harus

dilakukan atas laporan keuangan

agar laporan tersebut sesuai dengan

Standar Akuntansi.

6) Tanggal penyelesaian permintaan

keterangan dan prosedur analitik

yang dilakukan oleh akuntansi harus

digunakan sebagai tanggal laporannya.

Laporan hasil reviu mencakup hal-hal

sebagai berikut:

1) Hasil penilaian mengenai pengendalian

akuntansi dan pengendalian

administratif.

2) Hasil atas penilaian kepatuhan atas

pelaksanaan kebijakan manajemen

pemimpin BLU.

3) Hasil reviu mengenai penggunaan aset.

Pengawasan dan Pemeriksaan BLU

Page 62: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

106 | MANUAL BLU MANUAL BLU | 107

Aku

ntan

si B

LU

Aku

ntan

si B

LU

4) Rekomendari perbaikan kegiatan-

kegiatan satker BLU.

Laporan hasil reviu dan Pernyataan Telah

Direviu disampaikan kepada Pemimpin BLU

terkait dalam rangka penandatanganan

Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of

Responsibility). Laporan Keuangan yang direviu

oleh SPI harus disertai dengan Pernyataan

Telah Direviu yang ditandatangani oleh Ketua

SPI.

Prosedur lain yang dilaksanakan sebelum

atau selama reviu tidak boleh diungkapkan

dalam laporan audit. Apabila SPI tidak dapat

melaksanakan penelusuran angka-angka

pos dalam laporan keuangan, pengajuan

pertanyaan dan prosedur analitik yang

dipandang perlu untuk memperoleh keyakinan

terbatas yang seharusnya ada dalam suatu

reviu, maka reviu dianggap tidak lengkap.

Suatu reviu yang tidak lengkap bukanlah dasar

yang memadai untuk menerbitkan laporan reviu

dan/atau Pernyataan Telah Direviu.

2. Audit Keuangan dan Kinerja

Laporan Pertanggungjawaban BLU diaudit oleh

pemeriksa ekternal (BPK atau KAP). Audit atas

laporan pertanggungjawaban BLU meliputi:

a. Audit Keuangan

Audit keuangan merupakan audit atas

laporan keuangan. Audit keuangan

menghasilkan laporan hasil audit yang

memuat opini atas laporan keuangan.

Opini merupakan pernyataan profesional

auditor mengenai kewajaran informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan yang

didasarkan pada kriteria:

1) Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

2) Kecukupan pengungkapan (adequate

disclosures)

3) Kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan

4) Efektivitas sistem pengendalian internal

Opini yang dapat diberikan oleh auditor

yaitu:

1) Opini wajar tanpa pengecualian

(unqualified opinion)

2) Opini wajar dengan pengecualian

(qualified opinion)

3) Pernyataan menolak memberikan opini

(disclaimer of opinion), atau

4) Opini tidak wajar (adversed opinion)

Audit keuangan dirancang untuk

memberikan keyakinan memadai atas

pendeteksian salah saji yang material

dalam laporan keuangan. Konsep

keyakinan memadai menunjukkan bahwa

auditor bukan seorang penjamin kebenaran

laporan keuangan. Salah saji dibedakan

menjadi dua yaitu kekeliruan (errors) dan

ketidakberesan (irregularities) . Kekeliruan

adalah salah saji yang tidak disengaja

sedangkan ketidakberesan adalah salah

saji yang disengaja.

b. Audit Kinerja

Audit kinerja merupakan audit atas

pengelolaan keuangan negara yang

terdiri atas audit aspek ekonomi dan

efisiensi serta audit aspek efektivitas.

Pengawasan dan Pemeriksaan BLU

Audit kinerja menghasilkan laporan hasil

audit yang memuat temuan, kesimpulan,

dan rekomendasi. Dalam audit kinerja,

tinjauan yang dilakukan tidak terbatas pada

masalah-masalah akuntansi saja namun

juga meliputi evaluasi terhadap struktur

organisasi, pemanfaatan komputer, metode

produksi, pemasaran, dan bidang-bidang

lain sesuai dengan keahlian auditor.

c. Audit dengan Tujuan Tertentu

Audit dengan tujuan tertentu merupakan

audit yang tidak termasuk dalam audit

keuangan dan audit kinerja. Audit ini

meliputi antara lain audit atas hal-hal lain di

bidang keuangan negara, audit investigatif

dan pengawasan atas pengendalian intern.

b. Pengawasan oleh Dewas

Pengawasan oleh Dewas meliputi aspek:

1) Pengelolaan keuangan.

2) Layanan.

3) Organisasi dan SDM.

4) Sarana dan prasarana.

5) Kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan.

Kewajiban dan tugas dewas sebagaimana

dijelaskan pada bagian Kelembagaan.

Pengawasan dan Pemeriksaan BLU

Page 63: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

MANUAL BLU | 109 108 | MANUAL BLU

Aku

ntan

si B

LU

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara.

4. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 23

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

5. Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah.

6. Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga.

7. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tentang Pusat Investasi Pemerintah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah

9. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

10. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Stándar

Pelayanan Minimal.

11. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah.

12. Peraturan Menteri Keuangan No. 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis Anggaran serta

Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.

13. Peraturan Menteri Keuangan No. 230/PMK.05/2009 tentang Penghapusan Piutang BLU.

14. Peraturan Menteri Keuangan No. 77/PMK.05/2009 tentang Pinjaman pada Badan Layanan

Umum.

15. Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir.

16. Peraturan Menteri Keuangan No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Badan Layanan Umum.

17. Peraturan Menteri Keuangan No. 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif dalam

Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah untuk Menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

18. Peraturan Menteri Keuangan No. 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas pada Badan

Layanan Umum.

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik

Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja sebagaimana telah dirubah terakhir kali

dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 05/PMK.05/2010.

20. Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi

bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum sebagaimana

Page 64: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan

110 | MANUAL BLU

telah dirubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 73/PMK.05/2007.

21. Peraturan Menteri Keuangan No. 8/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa

pada Badan Layanan Umum.

22. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor Per/02/M.PAN/1/2007 tentang

Pedoman Organisasi Satuan Kerja di Lingkungan Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

23. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 38/2012 tentang Pedoman

Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik

24. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara Revisi

RBA Definitif dan Revisi DIPA BLU.

25. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-30/PB/2011 tentang Mekanisme

Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satker BLU.

26. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-58/PB/2008 tentang Mekanisme

Pengembalian Sisa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Yang

Diterima Sebelum Ditetapkan Sebagai Satuan Kerja Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum.

27. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-08/PB/2008 tentang Pedoman

Penyusunan Laporan Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Dilingkungan Pemerintah Pusat.

28. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-67/PB/2007 tentang Tata Cara

Pengintegrasian Laporan Keuangan BLU ke dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/

Lembaga.

29. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2007 tentang Pedoman Penilaian

Usulan Penerapan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

30. Lembaga Administrasi Negara, Modul Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Penerbit Lembaga

Administrasi Negara, Jakarta, 2004.

31. LAN dan BPKP, Perencanaan Strategis Instansi Pemerintah, cetak ke-2, Lembaga Administrasi

Negara Jakarta, 2000.

32. Deputi IV – Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP, Pedoman

Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,

Jakarta.

33. Nasution, Mulia P., Kebijakan Kerjasama Operasional dan Utang pada Rumah Sakit Badan

Layanan Umum, paper seminar, Jakarta, 2007.

MANUAL BOOK BLU

PengawasDirektur Jenderal Perbendaharaan

Penanggung JawabDirektur PPK BLU

PenyusunTim Direktorat PPK BLU

Desain dan LayoutDaryono

Muhammad Fithrah

Bayu Candra Setiawan

Sukmawan Wachida

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Jl. Lapangan Banteng Timur 2-4 Jakarta Pusat

Telepon (021) 3812767, 3449230 ext 5632

Faximile (021) 3812767

Page 65: MANUAL BLU | i · Sebagai pembina keuangan satker BLU, Menteri Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan