manual

80
1 Daftar Isi Daftar Isi........................................1 Pernyataan Kebijakan Lingkungan ..................2 Profil Perusahaan ................................3 BAB I KEBIJAKAN LINGKUNGAN ......................4 BAB II PERENCANAAN ...............................5 2.1...........................................Aspe k Lingkungan ..............................5 2.2...........................................Pers yaratan UU dan Lainnya ....................5 2.3...........................................Tuju an dan Sasaran ............................6 2.4...........................................Prog ram Manajemen Lingkungan ..................6 BAB III IMPLEMENTASI DAN OPERASIONAL ..............10 3.1...........................................Stru ktur dan Tanggung Jawab ...................10 3.2...........................................Pela tihan, Kepedulian dan Kompetensi ..........26 3.3...........................................Komu nikasi ....................................28 3.4...........................................Doku mentasi SML ...............................30 3.5...........................................Peng endalian Dokumen ..........................33

Upload: gunadi-p

Post on 21-Jan-2016

50 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

manual

TRANSCRIPT

Page 1: Manual

1

Daftar Isi

Daftar Isi.........................................................................................................1

Pernyataan Kebijakan Lingkungan ...............................................................2

Profil Perusahaan ...........................................................................................3

BAB I KEBIJAKAN LINGKUNGAN ....................................................4

BAB II PERENCANAAN .........................................................................5

2.1 Aspek Lingkungan .........................................................................5

2.2 Persyaratan UU dan Lainnya ........................................................5

2.3 Tujuan dan Sasaran .......................................................................6

2.4 Program Manajemen Lingkungan ................................................6

BAB III IMPLEMENTASI DAN OPERASIONAL ..................................10

3.1 Struktur dan Tanggung Jawab .......................................................10

3.2 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi ........................................26

3.3 Komunikasi ...................................................................................28

3.4 Dokumentasi SML ........................................................................30

3.5 Pengendalian Dokumen ................................................................33

3.6 Pengendalian Operasional .............................................................35

3.7 Kesiagaan dan Tanggap Darurat ...................................................40

BAB IV PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN KOREKSI ........................49

3.8 Pemantauan dan Pengukuran ........................................................49

3.9 Ketidak Sesuaian, Tindakan Koreksi ............................................49

3.10Catatan/ Rekaman .........................................................................50

3.11Audit SML ....................................................................................50

BAB VI PENGKAJIAN MANAJEMEN ......................................................52

Page 2: Manual

2

Pernyataan Kebijakan Lingkungan

a. Menjaga kelestarian lingkungan dengan program Zero Waste yaitu dengan

memanfaatkan limbah padat dan cair menjadi kompos.

b. Meminimalisasi dampak keberadaan PKS dengan teknologi yang akrab

lingkungan.

Page 3: Manual

3

Profil Perusahaan

PTPN IV adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada

bidang usaha agroindustri. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan

komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman,

kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas

menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan

kegiatan pendukung lainnya.

PTPN IV memiliki 30 Unit Kebun yang mengelola budidaya Kelapa Sawit

dan Teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit

Proyek Pengembangan Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9

Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai,

Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara dan Mandailing

Natal.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)Status PerseroBisnis/Industri Industri PerkebunanDeskripsi Bisnis Pembudidayaan Tanaman, Pengolahan dan

penjualan produk Kelapa Sawit, Teh dan Kakao berikut turunannya.

Landasan Hukum Dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 tentang peleburan Perusahaan Perseroan PT.Perkebunan VI, PT.Perkebunan VII dan PT.Perkebunan VIII. Menjadi Perusahaan Perseroan PT Perkebunan IV (Lembaran Negara Tahun 1996 No. 5) sesuai dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH No.37 tertanggal 11 Maret 1996. Kemudian sesuai dengan surat Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH diadakan perubahan akte pendirian perusahaan (vide : Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 25 Maret 2003 nomor 24)

Page 4: Manual

4

BAB I

KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Kebijakan lingkungan merupakan pernyataan tentang keinginan dan

prinip-prinsipnya yang berkaitan dengan kinerja lingkungan keseluruhan yang

memberikan kerangka untuk tindakan dan untuk penentuan dan sasaran

lingkungannya.

Kebijakan lingkungan merupakan motor penggerak dalam implementasi

sistem manajemen lingkungan. Pernyataan kebijakan lingkungan dideklarasikan

dan ditandatangani oleh dewan komisaris.

Kebijakan lingkungan didukung oleh semua pihak dan diaplikasikan

melalui tindakan nyata dalam mendukung kebijakan dengan memberikan panutan,

menyediakan dana dan sumber daya manusia.

Adapun kebijakan lingkungan dari PTPN IV Air Batu adalah sebagai

berikut:

a. Menjaga kelestarian lingkuangan dengan program Zero Waste yaitu dengan

memanfaatkan limbah padat dan cair menjadi kompos.

b. Meminimalisasi dampak keberadaan PKS dengan teknologi yang akrab

lingkungan.

Page 5: Manual

5

BAB II

PERENCANAAN

Perencanaan bertujuan untuk menciptakan suatu rencana agar perusahaan

dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan kebijakan lingkungan yang telah

dideklarasikan.

2.1 Aspek Lingkungan

SumberAspek Lingkungan

Buangan Padat Buangan Cair Buangan Gas

Proses Sterilisasi dan

Perontokkan/Penebaha

n

Tandan Kosong

Basah

Bekas Perebusan

Buah

Proses Pengempaan Serat buah dan

tempurung

Kering

Buangan uap air

panas

Proses Pemisahan

cangkang dengan inti

sawit (kernel)

Air bekas cucian

bak

Hydrocyclone

Proses perebusan

Minyak Kasar

Limbah padat

berupa Lumpur

Air bekas

rebusan minyak

Proses Penjernihan

(Klarifikasi)

Limbah

Cair/Sludge

Proses Peyaringan Limbah cair dan

kotoran

2.2 Persyaratan UU & lainnya

a) Undang-Undang No. 20 Tahun 19990 tentang Pengendalian Pencemaran Air

b) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

c) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup

Page 6: Manual

6

d) Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air (sebagai pengganti UU No. 20 tahun 1999

e) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:

Kep-51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan

Industri

2.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari perencanaan manajemen lingkungan industri sawit adalah:

1. Meminimalisir limbah industri kelapa sawit

2. Menurunkan nilai parameter dari limbah sawit

3. Menjadikan industri kelapa sawit yang ramah lingkungan

Sasaran dari perencanaan manajemen lingkungan industri kelapa sawit:

1. Meminimalisir limbah industri kelapa sawit baik limbah padat, cair

maupun gas dalam waktu 5 tahun

2. Menurunkan nilai dari parameter limbah sawit:

a. BOD5 dari 25000 mg/L menjadi 100 mg/L dalam waktu 5 tahun mg/L

b. COD dari menjadi 45000 mg/L menjadi 350 mg/L dalam waktu 5

tahun

c. TSS dari 9000 mg/L menjadi 250 mg/L dalam waktu 3 tahun

d. Minyak dan Lemak dari 6000 mg/L menjadi 25 mg/L dalam waktu 3

tahun

e. Nitrogen Total (Sebagai N) dari 900 mg/L menjadi 50 mg/L dalam

waktu 3 tahun

f. pH dari 3,8-4,7 menjadi 6,0-9,0 dalam waktu 3 tahun

3. Mencapai tujuan dari perencanaan manajemen lingkungan industri kelapa

sawit dalam waktu 5 tahun sesuai dengan perencanaan yang direncanakan

2.4 Program Manajemen Lingkungan

Perencanaan manajemen lingkungan yang sesuai dengan komitmen dan kebijakan

lingkungan yang diterapkan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adalah memilih

Page 7: Manual

7

aplikasi teknik Produksi Bersih. Adapun teknik-teknik produksi bersih yang akan

direncanakan adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Limbah Secara Biologis (aerob-anaerob)

Pengolahan air limbah secara biologis berlangsung secara

berkesinambungan, yaitu pada kolam anaerobik, fakultatif, aerobik, dan

sedimentasi tanpa menambah zat kimia, melainkan hanya membutuhkan waktu

dalam proses perombakan zat organik oleh mikroorganisme. Sehingga terciptalah

suatu perubahan kualitas air limbah yang diinginkan pada tiap kolam – kolam

tersebut, baik itu kolam anaerobik, fakultatif, aerobik dan lain – lain.

Untuk menanggulangi masalah limbah cair pada IPAL PKS pada

umumnya menggunakan unit – unit kolam pengolahan. PKS yang menggunakan

sistem ini pada umumnya mempergunakan lahan yang cukup luas dan mempunyai

beberapa tahapan untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan bahan baku

mutulimbah yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Page 8: Manual

8

Kolam Sludge Fit

Tahap ini merupakan awal proses pengolahan air limbah PKS yaitu :

sebagai tempat pengutipan sisa minyak yang terikat dalam limbah cair dan

dikembalikan dalam proses pengolahan, sehingga kadar minyak dalam air dapat

berkurang. Minyak yang masih terikat dalam air limbah dalam jumlah yang cukup

tinggi dapat mengganggu aktivitas mikroorganisme merombak bahan organik,

disamping itu dengan adanya minyak akan membentuk lapisan film pada

permukaan air, dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air sehingga dapat

mengganggu aktivitas mikroorganisme.

Pendinginan (Cooling Pond).

Cooling Pond ini merupakan lanjutan proses dari kolam sludge fit, Colling

pond berfungsi menurunkan temperatur limbah cair yang dikeluarkan dari ruang

Minyak yang terbawa di proses kembali di pabrik

Pupuk cair menuju lahan aplikasi

Page 9: Manual

9

produksi. Karena air limbah segar yang keluar dari pabrik atau dari sludge fit

umumnya masih panas (50-70ºC) maka terlebih dahulu temperatur harus

diturunkan hingga 38-40ºC yang merupakan temperatur optimum untuk

pertumbuhan mikroorganisme pengurai. Bagian dasar dan dinding cooling pond

(kolam pendingin) dilapisi dengan semen sehingga kedap air. biasanya proses

pendinginan dilakukan selama 48 jam.

Kolam Anaerobik

Pada kolam ini limbah cair masih mengandung senyawa organik yang

kompleks seperti lemak, karbohidrat, dan protein yang akan dirombak oleh bakteri

anaerobik menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana (CH4),

karbondioksida (CO2), dan air (H2O). Proses perombakan limbah dapat berjalan

lancar jika kontak antara limbah dengan bakteri yang berasal dari kolam

pembiakan juga berjalan dengan baik.

Kolam Aerobik

Pada kolam ini cairan limbah diperkaya kandungan oksigennya dengan

aerator, oksigen ini diperlukan untuk proses oksidasi yang dilakukan oleh bakteri

aerobik. Kemudian limbah dialirkan ke sungai yang ada pada daerah industri

minyak tersebut.

Kolam Aplikasi

 Limbah yang terdapat pada kolam aplikasi ini digunakan untuk pupuk tanaman

kelapa sawit (land application). 

2. Pengolahan Limbah Padat

Limbah padat berupa cangkang, tandan kosong, serat, pelepah, dan batang

sawit mengandung 45 % selulose dan 26 % hemiselulose. Limbah-limbah ini akan

menghasilkan bau yang tidak sedap. Pemanfaatan limbah padat dapat berupa

pembuatan pupuk kompos, bioetanol, bahan pulp untuk pembuatan kertas,

pembuatan sabun dan media budidaya jamur.

Page 10: Manual

10

BAB III

IMPLEMENTASI DAN OPERASIONAL

3.1 Struktur & tanggung jawab

Page 11: Manual

11

3.1.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Pemegang Saham adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang

tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.

Jenis RUPS:

Page 12: Manual

12

a. RUPS Tahunan diadakan setiap tahun, meliputi RUPS mengenai

persetujuan Laporan Tahunan dan Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan.

b. RUPS lainnya/RUPS Luar Biasa yang diadakan sewaktu-waktu

berdasarkan kebutuhan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.

Hak Pemegang Saham:

a. Hak untuk menghadiri RUPS dan memberikan suara pada RUPS.

b. Hak untuk memperoleh informasi material mengenai pengelolaan

perusahaan baik dari Dewan Komisaris maupun Direksi secara lengkap,

tepat waktu, dan teratur.

c. Hak untuk memperoleh pembagian laba Perusahaan (dividen).

d. Menyelenggarakan RUPS dalam hal Direksi dan/atau Komisaris lalai

menyelenggarakan RUPS Tahunan dan sewaktu-waktu meminta

penyelenggaraan RUPS Luar Biasa.

Wewenang Pemegang Saham:

a. Mengangkat dan memberhentikan Direksi dan anggota Dewan Komisaris

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Menyetujui atau menolak Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan

RKAP.

c. Menetapkan target kinerja masing-masing Direksi dan Komisaris.

d. Melakukan penilaian kinerja Direksi dan Komisaris.

e. Menetapkan auditor eksternal untuk melakukan audit atas laporan

keuangan.

f. Menetapkan remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi sesuai ketentuan

yang berlaku.

g. Menetapkan anggaran dasar dan perubahannya.

3.1.2 Dewan Komisaris

Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta

memberi nasihat kepada Direksi. Berdasarkan Anggaran Dasar PTPN IV No. 11

tanggal 04 Agustus 2008 dan Peraturan Menteri Negara BUMN No :

Page 13: Manual

13

PER-12/MBU/2012 tentang Organ Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN

adapun tugas dan wewenang Dewan Komisaris adalah sebagai berikut :

Tugas Dewan Komisaris:

a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam melaksanakan

pengurusan Perseroan serta memberi nasehat kepada Direksi termasuk

pelaksanaan Rencana Jangka Panjang perusahaan, rencana kerja dan

anggaran perusahaan serta ketentuan Anggaran Dasar dan rapat umum

pemegang saham dan peraturan perundangundangan yang berlaku.

b. Melakukan evaluasi terhadap laporan atas pencapaian target dari masing-

masing indicator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Perfomance Indicator

(KPI) dan melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka pencapaian

target yang telah ditetapkan.

c. Memantau efektivitas praktek Good Corporate Governance yang

diterapkan oleh perusahaan

Wewenang Dewan Komisaris

Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris berwenang untuk:

a. Melihat buku-buku, surat-surat, serta dokumendokumen lainnya,

memeriksa kas untuk keperluan verifikasi dan lain-lain surat berharga dan

memeriksa kekayaan Perusahaan.

b. Memasuki pekarangan, gedung, dan kantor yang dipergunakan oleh

Perusahaan.

c. Meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya mengenai segala

persoalan yang menyangkut pengelolaan Perusahaan.

d. Mengetahui segala kebijakan dan tindakan yang telah dan akan dijalankan

oleh Direksi.

e. Meminta Direksi dan/atau pejabat lainnya di bawah Direksi dengan

sepengetahuan Direksi untuk menghadiri rapat Dewan Komisaris.

f. Mengangkat dan memberhentikan sekretaris Dewan Komisaris, jika

dianggap perlu.

g. Memberhentikan sementara anggota Direksi sesuai dengan ketentuan

Anggaran Dasar.

Page 14: Manual

14

h. Membentuk Komite-komite lain selain Komite Audit, jika dianggap perlu

dengan memperhatikan kemampuan Perusahaan.

i. Menggunakan tenaga ahli untuk hal tertentu dan dalam jangka waktu

tertentu atas beban Perseroan, jika dianggap perlu.

j. Melakukan tindakan pengurusan Perusahaan dalam keadaan tertentu untuk

jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

k. Menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap

hal-hal yang dibicarakan.

l. Melaksanakan kewenangan pengawasan lainnya sepanjang tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar,

dan/atau keputusan RUPS.

Kewajiban Dewan Komisaris:

a. Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan

Perusahaan.

b. Meneliti dan menelaah serta menandatangani Rencana Jangka Panjang

Perusahaan, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang disiapkan

Direksi, sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

c. Memberikan pendapat dan saran kepada RUPS mengenai Rencana Jangka

Panjang Perusahaan, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan mengenai

alasan Dewan Komisaris menandatangani RJP dan RKAP;

d. Mengikuti perkembangan kegiatan Perusahaan, memberikan pendapat dan

saran kepada RUPS mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi

kepengurusan Perusahaan.

e. Melaporkan dengan segera kepada RUPS apabila terjadi gejala

menurunnya kinerja Perusahaan.

f. Meneliti dan menelaah laporan berkala dan laporan tahunan yang

disiapkan Direksi serta menandatangani laporan tahunan.

g. Memberikan penjelasan, pendapat dan saran kepada RUPS mengenai

Laporan Tahunan, apabila diminta.

h. Menyusun program kerja tahunan dan dimasukan dalam RKAP.

i. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya.

j. Mengusulkan Akuntan Publik kepada RUPS.

Page 15: Manual

15

k. Melaporkan kepada Perusahaan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau

keluarganya pada Perusahaan dan Perusahaan lain.

l. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan

selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.

m. Melaksanakan kewajiban lainnya dalam rangka tugas pengawasan dan

pemberian nasihat, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan, Anggaran Dasar, dan/atau keputusan RUPS.

3.1.3 Direksi

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh

atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maskud

dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar

pengadilan sesuai ketentuan Anggaran Dasar.

Tugas dan Wewenang Masing-Masing Anggota Direksi Berdasarkan

Keputusan Direksi No. 04.01/KPTS/04/III/2012 Tentang Pembagian Tugas Dan

Wewenang Anggota Direksi sebagai berikut :

1. Direktur Utama

Tugas Direktur Utama:

a. Mengelola Perusahaan sesuai amanat RUPS untuk mewujudkan sasaran

Perusahaan.

b. Menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan

Perusahaan untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan

tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan baik di dalam maupun diluar

pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian dengan memperhatikan

ketentuan peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar dan Keputusan

RUPS.

c. Memimpin, mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan pelaksanaan

program kegiatan Direktur Produksi, Direktur SDM dan Umum, Direktur

Keuangan dan Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha, Manajer

Grup dan Manajer Unit.

d. Menjalankan arahan dari Dewan Komisaris dan RUPS.

e. Mengatur pembagian tugas dan wewenang masing-masing anggota

Direksi.

Page 16: Manual

16

f. Mengadakan dan memimpin rapat Direksi secara berkala, untuk

mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan masing-masing Direktorat,

Grup Unit Usaha dan Unit Usaha.

g. Memberi penjelasan kepada Dewan Komisaris dan/atau Rapat Umum

Pemegang Saham, mengenai Rencana Jangka Panjang Perusahaan,

Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan serta Laporan Tahunan.

h. Melaksanakan pemenuhan aspek legal dan kepatuhan Perusahan terhadap

Anggaran Dasar, keputusan RUPS dan peraturan perundang-undangan.

i. Mengkoordinir penyelenggaraan akuntansi keuangan, akuntansi biaya,

verifikasi dan administrasi aset.

j. Mengkoordinir Direksi melakukan evaluasi secara berkala terhadap

pencapaian target Indikator Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance

Indicators (KPI) serta merumuskan tindakan perbaikan yang diperlukan.

k. Mengkoordinir pembuatan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan

Tahunan yang akan disampaikan kepada Dewan Komisaris dan Pemegang

Saham.

l. Melakukan pembinaan dan monitoring tugas-tugas dibidang Satuan

Pengawasan Intern dan Sekretaris Perusahaan (termasuk P2BJ).

m. Mengkoordinir pelaksanaan dan pemantauan terhadap implementasi Good

Corporate Governance dan Manajemen Risiko.

n. Mengkoordinir perumusan program kegiatan masingmasing Direktorat,

Grup Unit Usaha dan Unit Usaha, dan Sekretaris Perusahaan serta SPI

yang dijabarkan dari RKAP dan RJPP.

o. Mengkoodinir penyusunan RJPP, RKAP dan rencana-rencana lainnya

untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris dan RUPS.

p. Penanggung jawab pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan

pengembangan usaha Perusahaan.

Wewenang Direktur Utama:

a. Menetapkan kebijakan kepengurusan Perusahaan yang sejalan dengan

RUPS.

Page 17: Manual

17

b. Bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili Perusahaan dengan

ketentuan semua tindakan Direktur Utama tersebut telah disetujui dalam

Rapat Direksi.

c. Mengatur penyerahan kekuasaan Direksi kepada seseorang atau beberapa

anggota Direksi untuk mengambil keputusan atas nama Direksi atau

mewakili Perusahaan di dalam dan di luar pengadilan

d. Mengatur penyerahan kekuasaan Direksi kepada seseorang atau beberapa

orang pekerja Perusahaan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama atau

kepada orang lain, untuk mewakili Perusahaan di dalam dan di luar

Pengadilan.

e. Mengangkat dan memberhentikan pekerja Perusahaan setelah

mendengarkan saran dari Direktur SDM dan Umum.

f. Memberikan persetujuan pengeluaran anggaran dalam rangka kebutuhan

operasional Perusahaan dengan batasan nilai sesuai ketentuan yang

berlaku.

2. Direktur Produksi

Tugas Direktur Produksi:

a. Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat

Produksi.

b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat

Produksi.

c. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan di Bidang Tanaman,

Pengolahan (termasuk P3TBS) dan Teknik.

d. Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS.

e. Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan Direktorat

Produksi untuk mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan.

f. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator

Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang

berkaitan dengan aspek operasional.

g. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang Tanaman,

Teknik dan Pengolahan (termasuk P3TBS).

Page 18: Manual

18

h. Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan auditor eksternal yang

berkaitan dengan tugas operasionalnya.

i. Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan

dibidang Tanaman, Teknik dan Pengolahan (termasuk P3TBS).

j. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian Tanaman, Teknik

dan Pengolahan (termasuk P3TBS) yang didasarkan kepada penjabaran

dari RKAP dan RJPP yang telah disahkan.

k. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan

dilingkungan Direktorat Produksi dan selanjutnya disampaikan kepada

Direktur Utama untuk ditetapkan.

Wewenang Direktur Produksi:

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan Perusahaan pada Direktorat Produksi.

b. Mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai

ketentuan yang berlaku.

c. Bertindak untuk dan atas nama Direksi berdasarkan surat kuasa dari

Direktur Utama.

d. Mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan surat

kuasa untuk melakukan perbuatan tertentu yang berkaitan dengan tugas-

tugas Direktur Produksi.

e. Memberikan persetujuan pengeluaran anggaran dalam rangka operasional

Direktorat Produksi dengan batasan nilai sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Mengusulkan kepada Direktur Utama untuk promosi, demosi, mutasi dan

memberhentikan karyawan dilingkungan Direktorat Produksi sesuai

dengan peraturan kepegawaian dan peraturan perundangundangan yang

berlaku.

3. Direktur SDM dan Umum

Tugas Direktur SDM dan Umum:

a. Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat SDM

dan Umum.

b. Menyusun struktur organisasi Perusahaan beserta uraian tugasnya.

c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat

SDM dan Umum.

Page 19: Manual

19

d. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan dibidang SDM,

Umum, Hukum dan Pertahanan serta Pengadaan.

e. Melaksanakan pengelolaan SDM, termasuk rekrutmen, penempatan,

penilaian kinerja, karir, remunerasi dan purna tugas.

f. Menyusun Perjanjian Kerja Bersama (PKB) untuk dibahas bersama

dengan Serikat Pekerja dan peraturan kepegawaian.

g. Mengurus permasalahan hukum yang dihadapi Perusahaan dan

pengurusan hak atas tanah sesuai ketentuan yang berlaku.

h. Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS.

i. Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan SDM,

Umum, Hukum dan Pertanahan serta Pengadaan untuk mengevaluasi

pelaksanaan kegiatannya.

j. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator

Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang

berkaitan dengan aspek operasional.

k. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang SDM, Umum,

Hukum dan Pertanahan serta Pengadaan.

l. Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan auditor eksternal yang

berkaitan dengan tugas operasionalnya.

m. Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan di

bidang SDM, Umum, Hukum dan Pertanahan, dan Pengadaan.

n. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian SDM, Bagian

Umum, Bagian Hukum dan Pertanahan serta Bagian Pengadaan yang

didasarkan kepada RKAP dan RJPP yang telah disahkan.

o. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan

dilingkungan Direktorat SDM dan Umum dan selanjutnya disampaikan

kepada Direktur Utama untuk ditetapkan.

Wewenang Direktur SDM dan Umum:

a. Menetapkan kebijakan pengurusan Perusahaan pada Direktorat SDM dan

Umum.

Page 20: Manual

20

b. Mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai

ketentuan yang berlaku.

c. Bertindak untuk dan atas nama Direksi berdasarkan surat kuasa dari

Direktur Utama.

d. Mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan surat

kuasa untuk melakukan perbuatan tertentu yang berkaitan dengan tugas-

tugas Direktur SDM dan Umum.

e. Memberikan persetujuan pengeluaran anggaran dalam rangka operasional

Direktorat SDM dan Umum dengan batasan nilai sesuai ketentuan yang

berlaku.

f. Mengusulkan kepada Direktur Utama untuk promosi, demosi, mutasi dan

memberhentikan karyawan dilingkungan Direktorat SDM dan Umum dan

Direktorat lainnya sesuai peraturan kepegawaian dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

4. Direktur Keuangan

Tugas Direktur Keuangan:

a. Memimpin dan mengkordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat

Keuangan.

b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat

Keuangan.

c. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan yang telah

dirumuskan, meliputi Bidang Keuangan, Akuntansi dan Pemasaran

d. Menjalankan arahan-arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan

RUPS.

e. Mengadakan rapat internal secara berkala guna membahas masalah-

masalah dibidang Keuangan, Akuntansi dan Pemasaran.

f. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator

Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang

berkaitan dengan aspek operasionalnya.

g. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang Keuangan,

Akuntansi dan Pemasaran.

Page 21: Manual

21

h. Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan audit eksternal yang berkaitan

dengan tugas operasionalnya.

i. Menyiapkan laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Laporan

Tahunan serta Laporan Keuangan untuk dibahas bersama-sama dengan

Anggota Direksi sebelum disampaikan kepada Dewan Komisaris dan

Pemegang Saham.

j. Menyelenggarakan dan memelihara akuntansi keuangan, akuntansi biaya,

verifikasi dan akuntansi aset.

k. Menyiapkan rancangan RKAP, RJPP dan rencana lainnya di bidang

keuangan, akuntansi, dan pemasaran dan sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan untuk selanjutnya mengkoordinir penyusunan RKAP, RJPP dan

rencana lainnya secara korporasi.

l. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan Bagian Keuangan,

Akuntansi dan Bagian Pemasaran yang didasarkan kepada RKAP dan RJP

yang telah disahkan.

m. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan

dilingkungan Direktorat Keuangan dan selanjutnya disampaikan kepada

Direktur Utama untuk ditetapkan.

n. Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan penjualan/ pemasaran dan

persediaan produk.

Wewenang Direktur Keuangan:

a. Menetapkan kebijakan pengurusan Perusahaan pada Direktorat Keuangan.

b. Mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai

ketentuan yang berlaku.

c. Bertindak untuk dan atas nama Direksi berdasarkan surat kuasa dari

Direktur Utama.

d. Mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan surat

kuasa untuk melakukan perbuatan tertentu yang berkaitan dengan

tugastugas Direktur Keuangan.

e. Memberikan persetujuan pengeluaran anggaran dalam rangka operasional

Direktorat Keuangan dengan batasan nilai sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 22: Manual

22

f. Mengusulkan kepada Direktur Utama untuk promosi, demosi, mutasi dan

memberhentikan karyawan dilingkungan Direktorat Keuangan sesuai

dengan peraturan kepegawaian dan peraturan perundangundangan yang

berlaku.

5. Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha

Tugas Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha:

a. Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas di bawah Direktorat

Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan di bawah Direktorat

Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

c. Melaksanakan dan mengendalikan program kegiatan di Bidang

Perencanaan (termasuk IT), Pengembangan Usaha (tidak termasuk

pengembangan di Bidang Tanaman) dan Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL).

d. Menyusun dan melaksanakan kegiatan Perusahaan dalam pengembangan

industri hilir dan industri pendukung.

e. Pengelolaan dan pengurusan Anak Perusahaan dan Perusahaan Penyertaan

(tidak termasuk aspek legal).

f. Menjalankan arahan dari Direktur Utama, Dewan Komisaris dan RUPS.

g. Mengadakan rapat-rapat internal secara berkala dilingkungan Direktorat

Perencanaan dan Pengembangan Usaha untuk mengevaluasi pelaksanaan

program kegiatan.

h. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pencapaian target Indikator

Kinerja Kunci (IKK) atau Key Performance Indicators (KPI) yang

berkaitan dengan aspek operasional.

i. Melaksanakan dan memantau penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Govermance dan Manajemen Risiko di lingkungan Bidang Perencanaan

(termasuk IT) Pengembangan Usaha dan PKBL.

j. Menyiapkan Laporan Manajemen Triwulan, Semesteran dan Tahunan di

Bidang Perencanaan (termasuk IT) Pengembangan Usaha dan PKBL

k. Menindaklanjuti temuan hasil audit SPI dan eksternal auditor yang

berkaitan dengan tugas operasionalnya.

Page 23: Manual

23

l. Menyiapkan rancangan RKAP, RJPP dan rencana lainnya di bidang

Perencanaan (termasuk IT), Pengembangan Usaha dan program Kemitraan

dan Bina Lingkungan.

m. Merumuskan dan menetapkan program kegiatan bagian Perencanaan

(termasuk IT), Pengembangan Usaha dan Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan yang didasarkan kepada RKAP dan RJPP yang telah

disahkan.

n. Merumuskan kebijakan dan menyusun pedoman kerja yang digunakan

dilingkungan Direktorat Pengembangan Usaha dan selanjutnya

disampaikan kepada Direktur Utama untuk ditetapkan.

Wewenang Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha

a. Menetapkan kebijakan pengurusan Perusahaan di bidang Perencanaan,

Pengembangan Usaha dan PKBL.

b. Mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai

ketentuan yang berlaku.

c. Bertindak untuk dan atas nama Direksi berdasarkan surat kuasa dari

Direktur Utama.

d. Mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan surat

kuasa untuk melakukan perbuatan tertentu yang berkaitan dengan

tugastugas Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

e. Memberikan persetujuan pengeluaran anggaran dalam rangka operasional

Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha dengan batasan nilai

sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Mengusulkan kepada Direktur Utama untuk promosi, demosi, mutasi dan

memberhentikan karyawan di lingkungan Direktorat Perencanaan dan

Pengembangan Usaha sesuai peraturan kepegawaian dan peraturan

perundang-unangan yang berlaku.

3.1.4 Komite-Komite Yang Berada di Bawah Dewan Komisaris

Page 24: Manual

24

Sesuai Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor. PER-10/MBU/2012 tentang

Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN, Dewan Komisaris

telah membentuk Komite untuk membantu kinerja Dewan Komisaris. Komite-

Komite tersebut bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam fungsinya

membantu pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan Komisaris dengan

mengacu kepada Pedoman dan Tata Tertib Kerja yang telah disusun untuk

masing-masing Komite. Berdasarkan Surat Wakil Menteri Negara BUMN No. S-

375/MBU.WK/2011 tanggal 5 Desember 2011 Hal Kebijakan Menteri Negara

BUMN dalam pengurusan dan pengawasan BUMN dinyatakan Dewan Komisaris

hanya boleh memiliki Komite Audit dan dapat memiliki satu komite lainnya.

Komite yang berada dibawah Dewan Komisaris yaitu Komite audit dan Komite

Pemantau Manajemen Risiko dan GCG.

1. Komite Audit

Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit:

a. Komite Audit bekerja secara kolektif dalam melaksanakan tugasnya

membantu Dewan Komisaris.

b. Komite Audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun

dalam pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan

Komisaris

c. Membantu Dewan Komisaris untuk memastikan efektivitas sistem

pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal auditor

dan internal auditor.

d. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh

Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal.

e. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian

manajemen serta pelaksanaannya.

f. Memastikan telah terdapat prosedur evaluasi yang memuaskan terhadap

segala informasi yang dikeluarkan perusahaan.

g. Memberikan rekomendaasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan

Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan

kepada RUPS.

Page 25: Manual

25

h. Melakukan identifikas hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan

Komisaris serta tugas- tugas Dewan Komisaris lainnya.

i. Melakukan penelaahan atas informasi mengenai perusahaan, serta

Rencana Jangka Panjang, Rencana kerja dan Anggaran Perusahaan,

laporan Manajemen, dan informasi lainnya.

j. Melakukan penelaahan atas pengaduan yang berkaitan dengan perusahaan.

2. Komite Pemantauan Manajemen Risiko dan GCG

Tugas dan Tanggung Jawab Komite Pemantau Manajemen Risiko dan

GCG:

a. Komite Pemantau Manajemen Risiko bekerja secara kolektif dalam

melaksanakan tugasnya membantu Dewan Komisaris.

b. Komite Pemantau Manajemen Risiko bersifat mandiri baik dalam

pelaksanaan tugasnya maupun pelaporan, dan bertanggung jawab langsung

kepada Dewan Komisaris.

c. Mendapatkan pemahaman atas manajemen risiko perusahaan yang

mencakup berbagai manajemen risiko yang dihadapi oleh perusahaan,

strategi, sistem dan kebijakan manajemen risiko perusahaan, pengendalian

intern perusahaan, termasuk kebijakan, metodologi dan infrastruktur.

d. Melakukan evaluasi terhadap berbagai model pengukuran risiko yang

digunakan perusahaan dan memberikan rekomendasi penyempurnaan

lebih lanjut.

e. Memantau kesesuaian berbagai kebijakan dan pelaksanaan manajemen

risiko perusahaan.

f. Melakukan koordinasi implementasi dan pengawasan keberadaaan dan

tingkat efektivitas masing-masing komponen dari Enterprise Risk

Management (ERM) dalam perusahaan.

g. Mengukur efektivitas masing-masing komponen dari ERM yang di

terapkan di perusahaan.

h. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Dewan Komisaris

berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Page 26: Manual

26

3.1.5 Komite – Komite dibawah Direksi

1. Komite Nominasi

Dalam upaya meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja bagi seluruh

karyawan PTPN IV, telah dibentuk Komite ataupun Tim Nominasi sesuai dengan

Keputusan Direksi Nomor. 04.12/ Kpts/R/87/VI/2010 tentang Tim Nominasi

dalam Rangka Pemberian Reward, Punishment, Promosi dan Demosi.

Uraian Tugas & Tanggung Jawab:

a. Membuat kajian dan analisis kinerja unit maupun individu untuk

menetapkan kriteria sebagai dasar pemberian reward, punishment, promosi

dan demosi sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

b. Memberikan masukan kepada Direksi berikut alternatif pilihan terhdap

pemberlakuan reward, punishment, promosi dan demosi untuk bahan

pertimbangan kepada Direksi dalam mentukan kebijakan selanjutnya.

2. Komite Remunerasi

Dalam rangka membangun suatu perusahaan yang sehat diperlukan sistem

manajemen yang dapat mengatur penghasilan yang diterima karyawan di segala

lini pekerjaan, penerimaan penghasilan tersebut tentu harus berdasarkan

kemampuan, tangung jawab dan prestasi yang dimiliki. Komite Remunerasi di

PTPN IV dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor

04.01/Kpts/12/IV/2008 tentang Pembentukan Komite remunerasi di PTPN IV.

Komite Remunerasi bertugas :

a. Membahas, menyusun serta merumuskan sistim Remunerasi yang akan

diterapkan di PTPN-IV, sehingga penghasilan yang diterima seorang

karyawan dapat disesuaikan dengan kemampuan, tanggung jawab dan

prestasi yang dimiliki.

b. Mencari kriteria dan faktor-faktor pendukung yang dapat dipergunakan

sebagai pedoman untuk menerapkan sistem remunerasi, dan apabila

dipandang perlu dapat melakukan benchmark dengan perusahaan lain.

c. Dalam melaksanakan tugas dapat melakukan koordinasi dengan direktur

bidang masingmasing.

Page 27: Manual

27

d. Dalam bekerja komite remunerasi agar melaporkan hasil kerja secara

berkala kepada Direktur Utama.

3.1.6 Sekretaris Perusahaan

Sekretaris Perusahaan adalah salah satu organ Direksi dalam mendukung

penerapan GCG di PTPN IV yang dibentuk, diangkat dan diberhentikan oleh

Direksi yang kedudukannya berada langsung di bawah Direktur Utama serta

bertanggung jawab kepada Direksi. Sekretaris Perusahaan mempunyai fungsi

untuk memastikan ketaatan perusahaan terhadap seluruh persyaratan dari

perundang-undangan dan peraturan yang berlaku serta mendorong penerapan

prinsip-prinsip GCG.

3.1.7 Satuan Pengawasan Intern (SPI)

Dasar hukum pembentukan SPI di perusahaan BUMN adalah Pasal 67 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, yang

menyatakan “pada setiap BUMN dibentuk Satuan Pengawas Intern yang

merupakan aparat pengawas intern perusahaan”. Selanjutnya pada ayat (2)

menyatakan” Satuan Pengawas Intern dipimpin oleh seorang kepala yang

bertanggung jawab kepada Direktur Utama”. Dalam melaksanakan tugasnya agar

independen dan objektif, Direksi telah menetapkan Internal Audit Chapter yang

mengatur mengenai kode etik, standar auditor dan mekanisme kerja SPI.

3.2 Pelatihan, Kepedulian & Komp.

3.2.1 Pelatihan

Adapun teknik-teknik pelatihan yang diberikan pihak perusahaan kelapa sawit

adalah:

1. Pelatihan ditempat kerja ( on the job training )

Perusahaanmelakukan pelatihan ini ditempat kerja disini karyawan dilatih oleh

seorang karyawan berpengalaman peserta pelatihan. Berarti membuat orang

belajar dengan cara menjalankannya secara sesungguh-sungguhnya. Ada beberapa

jenis pelatihan yang paling dikenal adalah metode pelatihan (coaching) atau

understudy.

Page 28: Manual

28

2. Pelatihan magang (Apprenticeship Training)

Merupakan suatu proses terstruktur yang dengan individu-individu menjadi

karyawan terlatih melalui kombinasi intruksi dikelas dan pelatihan di tempat

kerja.

Sasaran dari pelatihan dan pendidikan yang dilakukan adalah : Meningkatkan

kemampuan dan keterampilan teknis karyawan dalam melakukan pekerjaan.

Meningkatkan keahlian dan kecakapan memimpin serta mengambil keputusan

atau manajerial skill.

Pada perusahaan kelapa sawit pengembangan karyawan kedepannya adalah

melakukan pembinaan karyawan melalui pendidikan formal, hal ini sangat

penting karena kita tahu bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan umum seseorang, yang mencakup peningkatan

penguasaan teori dan keterampilan untuk memutuskan persoalan-persoalan yang

menyangkut kegiatan pencapaian tujuan. Pembinaan bagi karyawan akan dapat

meningkatkan pengetahuan karyawan dan lebih bersifat teoritis dan lebih banyak

ditunjukkan terhadap usaha pembinaan mental dan kewajiban (sikap, tingkah laku,

kedewasaan, berpikir dan berkepribadian). Setiap pendidikan juga ditunjukan

untuk menstabilisasikan karyawan. Para karyawan mendapatkan pendidikan

secara berencana yang memberikan kemungkinan untuk mengembangkan diri

sendiri dalam memangku jabatan yang lebih tinggi, pada umumnya cenderung

lebih lama bekerja pada perusahaan tersebut.

3. Pelatihan kompetensi dalam tugas tertentu

JENIS PELATIHAN YANG DIPERLUKAN :

SELURUH KARYAWAN A

KETEKNIKAN B

ANGGOTA TIM C

GAWAT DARURAT

PEMELIHARAAN D

PENYEDIA E

MENANGANI LIMBAH F

GUDANG G

STAF LINGKUNGAN H

Tabel 3.1 Jenis Pelatihan

Page 29: Manual

29

JENIS PELATIHAN A B C D E F G H

WAKTU(JAM) 2 1 8 20 1 4 4 3

                 

SELURUH KARYAWAN                

KETEKNIKAN                

ANGGOTA TIM                

GWAT DARURAT      

PEMELIHARAAN                

PENYEDIA                

MENANGANI LIMBAH                

GUDANG                

STAF LINGKUNGAN                

Tabel 3.2 Waktu Pelatihan

3.3 Komunikasi

Komunikasi memegang peranan penting bagi kehidupan suatu perusahaan,

baik Perusahaan swasta maupun negeri. Komunikasi sangat penting untuk

menjalin hubungan kerja sama antara manusia yang terlibat dalam suatu

perusahaan dan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses pencapaian

tujuan Perusahaan tersebut. Komunikasi akan memungkinkan setiap karyawan

yang berada di perusahaan untuk saling membantu dan mengadakan interaksi.

Perusahaan ini melakukan komunikasi melalui memo atau poster yaitu

mengenai hal berupa:

3.3.1 Komunikasi internal

1. Disiplin kerja

Disiplin dimulai dengan semangat dan rasa senang karyawan terhadap suatu

pekerjaan, yang meliputi : kepatuhan pegawai pada jam kerja,kepatuhan pegawai

pada instruksi yang datang dari atasan, ketaatan pada peraturan dan tata tertib

yang ada, menggunakan pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

menggunakan dan memelihara peralatan kerja dan perlengkapan kerja dengan

baik danpenuh hati- hati, mengerjakan tugas sesuai dengan prosedur dan cara

kerja yang telah ditentukan.

2. Kerja Sama

Page 30: Manual

30

Kerja Sama, meliputi : Kesediaan pegawai untuk bekerja sama dengan teman

sejawatnya, atasan maupun bawahannya berdasarkan pada kesadaran untuk

mencapai tujuan, Adanya kemauan untuk memberi dan menerima saran maupun

kritik sehingga diperoleh adanya cara kerja yang terbaik, adanya kemauan untuk

membantu teman yang mengalami kesulitan, Bagaimana tindakan seseorang

apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya.

3. Tanggung Jawab

Tanggung Jawab adalah satu sikap yang ditunjukkan oleh pegawai dimana

mereka harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan yaitu dengan

bekerja sebaik-baiknya,meliputi : kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan

kesanggupan dalam bekerja, kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas

dengan tepat waktu dan benar, mempunyai rasa bahwa pekerjaan yang diberikan

bukan hanya untuk kepentingan perusahaan juga kepentingan sendiri.

3.3.2 Komunikasi Eksternal

1. Komunikasi melalui media

Mengadakan suatu acara silaturrahmi oleh perusahaan kepada media massa

sebagai komunikasi yang baik akan berbuah pada penyajian informasi yang lebih

berimbang. Tidak bisa dimungkiri, banyaknya pemberitaan miring mengenai

industri kelapa sawit diakibatkan tertutupnya akses media terhadap informasi yang

berasal dari perusahaan. Hal ini sebagai keterbukaan informasi dalam rangka

meningkatkan transparansi perusahaan.

2. Komunikasi melalui email/internet

Perusahaan memilki akses web tersendiri dengan perencanaan program-

program yang akan dilaksanakan atau sedang berlangsung, yaitu:

http://www.ptpn4.co.id

3.4 Dokumentasi SML

Page 31: Manual

31

3.4.1 Daftar Isi Prosedur Manajemen Lingkungan

Page 32: Manual

32

Daftar isi manual manajemen lingkungan

Bab uraian indeks

0.0 Umum  

  0.1 Daftar isi  

  0.2 Pernyataan Kebijakan Lingkungan  

  0.3 Profil Perusahaan  

  0.4 Kolom Perubahan  

  0.5 Daftar Perubahan  

1.0 Persyaratan Umum  

2.0 Kebijakan Lingkungan  

3.0 Perencanaan  

  3.1 Aspek Lingkungan  

  3.2 persyaratan UU dan lainnya  

  3.3 Tujuan dn Saran  

  3.4 Program Manajemen Lingkungan  

4.0 Implementasi dan operasional  

  4.1 struktur dan tanggung jawab  

  4.2 pelaihan,kepedulian dan kompt  

  4.3 komunikasi  

  4.4 pengendalian dokumen  

  4.5 Pengendalian Operasional  

  4.6 kesiagaan dan tanggap darurat  

5.0 Pemeriksaan dan tindakan koreksi  

  5.1 pemantauan dan pengukuran  

  5.2 ketidaksesuaian, tindakan koreksi  

  5.3 catatan /rekaman  

  5.4 Audit Lingkungan  

6.0 Pengkajian Manajemen  

Page 33: Manual

33

Tabel 3.3 Daftar Isi PML

3.4.2 Daftar Isi Instruksi Kerja

Daftar isi instruksi kerja

Bab uraian indeks

0.0 Umum  

  0.1 Daftar Isi  

1.0 Persyaratan dan syarat lain :  

  IK penelusuran peraturan lingkungan  

2.0 Pengendalian Operasional  

  IK prose Pengolahan limbah  

  IK penempatan bahan baku  

3.0 Kesiagaan dan tanggap darurat  

  IK Pemeriksaan Hidrant  

  IK penanganan kecelakaan kerja  

  IK penanganan keadaan darurat  

  IK Evakuasi  

4.0 Pemantauan dan Pengukuran  

  IK pemantauan parameter lingkungan  

Tabel 3.4 Daftar Isi Instruksi Kerja

3.4.3 Daftar Isi Catatan Lingkungan

Daftar isi Catatan Lingkungan

Bab Uraian Indeks

Page 34: Manual

34

0.0 Umum : Daftar Isi  

1.0 Informasi Proses  

2.0 Rekaman pelatihan  

3.0 Informasi kinerja Vendor  

4.0 Laporan keluhan pihak kinerja  

5.0 Laporan kecelakaan  

6.0 Laporan Kesiagaan dan tanggap darurat  

7.0 Laporan kalibrasi alat  

8.0 Laporan pemantauan lingkungan  

9.0 Laporan tindakan korelasi  

1.1 Laporan pengkajian manajemen  

Tabel 3.5 Daftar Isi Catatan Lingkungan

3.5 Pengendalian Dokumen

TINDAKAN Nama Jabatan Tandatangan Tanggal

Disiapkan

Diperiksa

Disetujui

Tabel 3.6 Prosedur Pengendalian Dokumen

Page 35: Manual

35

No. Jabatan Deskripsi Dokumen Tanggal

1. Direktur Utama Salinan 1

2. Direktur Produksi Salinan 2

3. Direktur Keuangan Salinan 3

4. Direktur Perencanaan &

Pengembangan Usaha

Salinan 4

5. Direktur SDM dan Umum Salinan 5

6. Kepala Bagian Sekretaris Perusahaan Salinan 6

7. Kepala Satuan Pengawasan Intern Salinan 7

8. Kepala Bagian MR & GCG Salinan 8

Tabel 3.7 Lembar Distribusi

3.5.1 Tujuan

Prosedur ini dibuat untuk mengatur tata cara pengendalian dokumen agar

sesuai dengan persyaratan sistem manajemen mutu.

3.5.2 Ruang Lingkup

Prosedur ini berlaku dan digunakan di lingkungan Pabrik Kelapa Sawit,

dalam hal :

1. pengendalian dokumen internal yang meliputi kegiatan penyusunan,

pengesahan, pengidentifikasian, penerbitan, penggandaan,

pendistribusian, pemeliharaan, penarikan, perubahan atau revisi, dan

pemusnahan dokumen,

2. pengendalian dokumen eksternal yang meliputi pengidentifikasian,

pemeliharaan dan pendistribusian dokumen.

3.5.3 Tanggung Jawab

1. Direktur Utama bertanggungjawab atas pengesahan dokumen internal

dan pemusnahan dokumen;

2. Para Direktur Bagian bertanggung jawab atas kesesuaian dan kebenaran

isi dokumen serta penetapan pengajuan perubahan dokumen;

Page 36: Manual

36

3. Kepala Bagian Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab atas

pemeriksaan dan penilaian dokumen, pengidentifikasian, pemeriksaan

dan penyimpanan dokumen;

4. Kepala Satuan Pengawas Intern bertanggung jawab atas pelaksanaan

pemusnahan dokumen;

5. Kepala Bagian MR & GCG bertanggung jawab atas materi usulan

pembuatan dan/atau pengubahan dokumen;

3.5.4 Definisi

Dalam prosedur ini yang dimaksud dengan:

1. Dokumen adalah informasi (data yang ada artinya) dan media

pendukungnya (bisa berupa kertas, file elektronik, dll);

2. Dokumen Internal adalah dokumen yang dimiliki oleh Pabrik Kelapa

Sawit untuk mendokumentasikan kegiatan Pabrik Kelapa Sawit dalam

rangka penerapan SB 77-0001-80:2005. Dokumen internal berupa:

Pernyataan Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu;

Pedoman Mutu;

Prosedur Mutu dan Prosedur Kerja;

Instruksi Kerja; dan

Rekaman dan formulir.

3. Dokumen Eksternal merupakan dokumen yang berasal dari luar Pabrik

Kelapa Sawit sebagai pendukung kegiatan, yang berupa standar, pedoman,

dan peraturan;

4. Pengubahan dokumen adalah kegiatan amandemen dan revisi;

5. Amandemen adalah pengubahan minor terhadap suatu dokumen;

6. Revisi adalah pengubahan signifikan terhadap suatu dokumen.

3.6 Pengendalian Operasional

3.6.1 SOP Digester

1. Tujuan

Untuk menjamin bahwa pengoperasian Digister dilaksanakan secara efisien,

aman dan optimal.

2. Ruang Lingkup

Page 37: Manual

37

SOP ini berlaku di Pabrik Kelapa Sawit Stasiun Press.

3. Definisi

Sebuah alat bejana yang di lengkapi Arm dan Expeler yang berfungsi untuk

melumatkan brondolan.

4. Prosedur

a. Sebelum Operasi

Check alat berikut perangkat pendukungnya,( pastikan dalam kondisi

baik dan siap dioperasikan).

b. Pengoperasian Mesin

1. Hidupkan conv recycle.

2. Pastikan Chute Digister terbuka.

3. Hidupkan MPD 2 conv.

4. Buka uap masuk ke digester, hidupkan digester. Dengarkan ada

tidaknya kejanggalan suara dari digester dan electro motor.

5. Bersihkan sisa buah yang menyumbat saluran atau chute ke screw

press.

6. Tutup pintu outlet, brondolan mulai masukkan dari distributing

conveyor, pertahankan sampai penuh selama 15 menit, setelah itu

pintu outlet di buka.

7. Pertahankan suhu sampai 85° C – 120˚C.

8. Aduk Beberapa saat sebelum press di hidupkan.

5. Ketentuan K3

Pastikan mesin-mesin di Digester dapat beroperasi dengan baik sehingga

dapat dipastikan tidak adanya kecelakaan kerja.

Petugas harus menjamin bahwa tugasnya dilaksanakan dengan penuh

perhatian terhadap K3.

Alat Pelindung Diri (Helm; Sepatu; Masker) wajib digunakan pada saat

pengoperasian Digester.

6. Ketentuan Lingkungan

Aspek Lingkungan yang harus diperhatikan dalam kegiatan di Stasiun Press

yaitu Pencegahan terhadap pencemaran air dan pencemaran tanah.

Page 38: Manual

38

3.6.2 SOP Pengoperasian Water Treatment Plant (WTP)

1. Tujuan

Untuk menjamin bahwa pengoperasian WTP dilaksanakan secara efisien,

aman dan optimal.

2. Ruang Lingkup

SOP ini berlaku di lingkungan Pabrik Minyak Kelapa Sawit

3. Definisi

Sebuah alat penjernihan air dari kotoran atau endapan dengan menggunakan

prinsip perbedaan berat jenis.

4. Prosedur

a. Sebelum Operasi

1. Check alat berikut perangkat pendukungnya,( pastikan dalam kondisi

baik dan siap dioperasikan).

2. Pastikan tidak ada kebocoran atau sumbat pada pipa dan tangki

3. Merekap Flow meter pada setiap pagi untuk perkiraan penggunaan air

4. Periksa kondisi pompa dan motor dalam keadaan baik

5. Pastikan kawasan lingkungan bahan kimia bersih

b. Pengoperasian Mesin

1. Hidupkan Genset Hydrant setiap pagi selama 10 menit dan pastikan

genset dalam kondisi siap pakai

2. Hidupkan pompa air dari waduk ke tangki Clarifier, dan nyalakan

pompa chemical

3. Gunakan chemical sesuai dengan dosis yang telah ditentukan oleh

pihak laboratorium

4. Pastikan air dari tangki Clarifier menuju ke Water Basin bersih dan

jernih

5. Pastikan level air pada Water Basin aman dan matikan pompa air dari

waduk ke tangki Clarifier apabila air diWater Basin sudah overflow

6. Pastikan Sand Filter dalam kondisi baik dan lakukan backwash 3 jam

sekali atau sesuai kondisi

Page 39: Manual

39

7. Pastikan level air pada tangki Tower selalu penuh

8. Pastikan pengaturan air untuk proses dan domestik sudah sesuai

dengan ketentuan dari perusahaan.

5. Ketentuan K3

Pastikan mesin – mesin di WTP dapat beroperasi dengan baik sehingga dapat

dipastikan tidak adanya kecelakaan kerja. Petugas harus menjamin bahwa

tugasnya dilaksanakan dengan penuh perhatian terhadap K3. Alat pelindung diri

( helm, sepatu safety, masker, chemical, dan sarung tangan karet ) wajib

digunakan pada saat pengoperasian WTP.

6. Ketentuan Lingkungan

Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam kegiatan distasiun WTP

yaitu pencegahan terhadap :

a. Pencemaran air.

b. Pencemaran tanah dan

c. Pencemaran udara.

3.6.3 SOP Kolam Limbah

1. Tujuan

Pengoperasian kolam limbah secara benar dan tepat untuk mendapatkan hasil

pengolahan yang optimum sehingga air limbah yang diolah sesuai dengan baku

mutu limbah cair yang berlaku.

2. Definisi

Kolam limbah adalah suatu unit instalasi pengolahan air limbah yang terdiri

dari kolam Mixing Pond, Anaerobik Primer 1,  Anaerobik Primer 2, Anaerobik

Sekunder 1,Anaerobik Sekunder, Fakultatif , Aerobik 1,Indikator 1, Indikator 2,

Indikator 3, yang berguna sebagai tempat mengolah limbah cair (menurunkan

kadar polutan hingga sesuai dengan baku mutu limbah cair) sebelum dialirkan ke

lahan.

3. Penanggung jawab

Page 40: Manual

40

Mill Manager

4. Ruang Lingkup

SOP ini berlaku dalam kawasan Pabrik Minyak Kelapa Sawit

5. Referensi

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003

tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari

Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit

d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003

tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air

Limbah Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa

Sawit

e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

Kep-51/MENLH/10/1995 Baku Mutu Limbah Cair untuk industri

f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 122 Tahun

2004 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor Kep-51/MENLH/10/1995,Baku Mutu Limbah Cair

untuk industri.

6. Prosedur

a. Persiapan kegiatan

1. Pastikan jumlah pekerja yang mengawasi kegiatan pada instalasi

pengolahan air limbah cukup

2. Periksa semua kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) untuk pekerja

(Masker, sarung tangan karet, sepatu boot)

3. Pengawas harus dilengkapi alat komunikasi (HT)

4. Berikan briefing singkat sebelum memulai pekerjaan (Safety Talks)

5. Periksa semua pompa, valve (katup/keran), kondisi system pemipaan

dalam lokasi IPAL.

b. Pelaksanaan kegiatan

Page 41: Manual

41

1. Periksa ketinggian maksimum air limbah pada masing-masing kolam.

Periksa semua saluran antar kolam

2. Periksa semua tanggul kolam pastikan tidak terdapat rembesan dan

kebocoran

3. Lakukan perawatan tanaman penutup tanah pada semua tanggul

4. Lakukan pengambilan solid pada permukaan kolam anaerob 1 bila

sudah tebal

5. Lakukan pengambilan sampel pada kolam anaerobik 2, indikator 1

dan indikator 3.

c. Penghentian kegiatan

1. pastikan semua peralatan dalam kondisi tidak aktif

2. pastikan semua peralatan kerja dikumpulkan dan terawat dengan baik.

d. Pelaporan

1. Jumlah limbah harian yang dihasilkan PKS

2. pH harian limbah yang dihasilkan PKS

3. Pengambilan sampel air dan analisis dari kolam limbah kontrol setiap

1 bulan sekali

4. Pengambilan sampel air dan analisis dari sungai pondok damar setiap

1 bulan sekali.

7. Ketentuan K3

1. Petugas harus menjamin bahwa tugasnya dilaksanakan secara penuh

perhatian terhadap K3

2. Peralatan K3 yang sesuai ( helm, sarung tangan dan masker) harus dipakai

selama bekerja.

3.7 Kesiagaan & Tanggap Darurat

Perusahaan terus mengupayakan peningkatan kesejahteraan pekerja beserta

seluruh keluarganya. Penjabarannya diwujudkan dengan memberikan pelayanan

kesehatan bagi pekerja dan batihnya, jaminan pensiun serta memberikan

perlindungan melalui asuransi jaminan sosial tenaga kerja. Perusahaan juga secara

terus-menerus memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerja secara

maksimal.

Page 42: Manual

42

Upaya tersebut telah mendapat pengakuan pemerintah dengan diterimanya

Sertifikat Bendera Emas untuk penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan kerja (SMK3). Sertifikat diterima untuk 13 unit usaha terdiri dari :

1 pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kebun, 1 Pabrik Teh dengan kebun dan 11

kebun. Dalam peningkatan taraf hidup pekerja, perusahaan memberikan gaji dan

tunjangan yang setiap tahunnya disesuaikan dengan standar upah minimum. Biaya

kesehatan bagi pekerja dan batihnya dijamin oleh perusahaan. PTPN IV memiliki

3 unit fasilitas rumah sakit dengan satu rumah sakit bersertifikat Akreditasi dari

KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) yang diperuntukan bagi karyawan serta

bagi masyarakat sekitar. Ketiga Rumah Sakit tersebut juga telah memperoleh

sertifikat Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001 : 2008) dan Sistem Manajemen

Lingkungan (ISO 14001 :2004). Komposisi biaya tenaga kerja dan kesehatan

mencapai 30% terhadap total biaya produksi. Terhadap kesetaraan gender,

komposisi pekerja wanita mencapai 26 % dari total tenaga kerja. Dari 20 posisi

jabatan yang berada satu tingkat di bawah direksi, terdapat 4 orang wanita. Guna

meningkatkan kompetensi dan kapabilitas sumber daya manusia, setiap karyawan

diberi kesempatan mengikuti program pendidikan dan pelatihan kepada 2.754

orang dengan total biaya tahun 2012 sebesar Rp. 5,47 miliar. Sebagai bentuk

penghargaan kepada karyawan yang bekerja selama 25 tahun, 30 tahun dan 35

tahun tanpa terputus perusahaan memberikan sertifikat, piagam dan uang

penghargaan. Sepanjang tahun 2012 penghargaan telah diberikan kepada 1.131

orang dengan total biaya sebesar Rp. 4,15 miliar.

3.7.1 Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri atau biasa disingkat APD adalah salah satu kendali resiko

yang diterapkan guna melindung para pekerja dari cedera saat sedang melakukan

pekerjaannya. Jika dilihat dari hirarki kendali APD berada di posisi paling

terakhir. APD bukanlah cara terbaik mencegah kecelakaan karena masih

bergantung kepada individu masing-masing.

Cara pencegahan kecelakaan yang terbaik adalah peniadaan bahaya seperti

pengamanan mesin atau peralatan lainnya, namun dalam hal tersebut tidak

mungkin, diberikan perlindungan diri kepada tenaga kerja dalam bentuk masker,

kacamata, sepatu dan alat proteksi lainnya.

Page 43: Manual

43

Saat ini terdapat beraneka ragam alat alat pelindung diri di masyarakat. Antara

lainnya adalah sebagai berikut:

1. Kaca Mata (safety glasses)

Salah-satu masalah tersulit dalam pencegahan keselakaan adalah pencegahan

kecelakaan yang menimpa mata. Jumlah keselakaan demikian besar. Orang -orang

yang tidak terbiasa dengan kaca mata biasanya tidak memakai pelindungan

tersebut dengan alasan mengganggu saat bekerja dan mengurangi kenikmatan

kerja, sekalipun kaca mata pelindung yang memenuhi persyaratan kian banyak

jumlahnya.

Pekerja yang menyadari bahwa jika bekerja tidak menggunakan kacamata itu

beresiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan memakainya dengan

kemauannya sendiri. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa bahaya itu kecil,

mereka tidak akan mempergunakannya.

2. Sepatu Safety (Pengaman)

Sepatu pengaman harus dapat melindungi pekerja terhadap kecelakaan yang

disebabkan oleh beban-beban yan gmenimpa kaki, paku-paku atau benda tajam

lainnya yang mungkin terinjak, logam pijar, asam-asam, dan sebagainya. Biasanya

sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik cukup memberikan perlindungan, tetapi

terhadap kemungkinan tertimpa benda-benda msih perlu sepatu dengan ujung

bertutup baja dan lapisan baja di dalam soalnya. Lapisan baja di dalam soal perlu

untuk melindungi pekerja dari tusukan benda-benda runsing dan tajam khususnya

pada pekerjaan bangunan.

3. Sarung tangan (Safety Gloves)

Sarung tangan harus diberikan kepada pekerja dengna pertimbangan akan

bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan. antara lain syaratnya adalah

bebasnya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung kepada jenis kecelakaan

yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena bahan

kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi dan sebagainya.

Harus juga diingat bahwa memakai sarung tangan saat bekerjapada mesin

pengebor, mesin pengepres dan mesin-meisn lainnya yang dapat meyebabkan

sarung tangan tertarik ke mesin adalah berbahaya.

4. Topi Pengaman

Page 44: Manual

44

Topi pemganan harus dipakai oleh pekerja yang mungkin tertimpa pada

kepala oleh benda jatuh atau melayang atau benda lain-lainnya yang bergerak.

Topi demikian harus cukup kerjas dan kokoh, tetapiringan. Bahan plastik dengan

lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini.

5. Pelindung Telinga

Jika perlu, telinga harus dilindung terhadap loncatan api, percikan logam pijar

atau partikel-partikel yang melayang. Perlindungan terhadap kebisingan

dialkuaknd engan sumbat atau tutup telinga.

6. Pelindung Pernafasan

Pernafasan kita sangatlah vital oleh karena itu diperlukan perlindungan yang

sesuai agar orang vita yang ada di dalam tubuh seperti paru-paru dapat terlindungi

manakala tercemar oleh udara atau ada kemungkinan kekurangan oksigen dalam

udara. Pecemaran mungkin berbentuk gas, uap logam, kabut, debu, dan lain-

lainnya. Kekurangan oksigen mungkin terjadi di tempat-tempat yang

pengudaraanya buruk seperti tangki atau gudan di bawah tanah. Pencemaran-

pencemaran yang berbahaya ungkin beracun, korosif, atau menjadi sebab

rangsangan. Pengaruh lainnya termasuk dalam upaya kesehatan kerja.

7. Alat-alat pelindung diri lainnya

Sebenarannya masih ada alat pelindung diri lainnya seperti tali pengaman bagi

pekerja yang bekerja di ketinggian yang memiliki potensi terjatuh. Selain itu pula

diadakan tempat kerja khusus bagi pekerja dengan segala alat proteksinya. Juga

pakaian khusus bagi saat terjai kecelakaan atau utuk penyelamatan.

3.7.2 Root Cause Analysis of Incident

Tujuan utama dari analisa kecelakaan adalah untuk mengetahui penyebab

utama kejadian kecealakaan dalam upaya mencegah terjadinya kembali

kecelakaan tersebut. Setiap analisa akar penyebab (root cause) dan proses

pelaporan dari suatu kejadian kecelakaan secara umum di bagi dalam lima tahapan

sebagai berikut:

Tahap I. Pengumpulan Data

Page 45: Manual

45

Pengumpulan data adalah tahapan yang sangat penting untuk memulai analisis

akar penyebab kejadian kecelakaan. Pengumpulan data harus segera dilakukan

setelah terjadinya kecelakaan untuk memastikan tidak ada data yang hilang segera

setelah terjadinya identifikasi untuk memastikan bahwa data tidak hilang. Tanpa

mengorbankan keselamatan atau pemulihan,data harus dikumpulkan bahkan

selama terjadinya kecelakaan atau incident. Informasi yang harus dikumpulkan

terdiri dari kondisi sebelum, selama, dan setelah terjadinya; personil yang terlibat

(termasuk tindakan yang diambil); faktor lingkungan, dan informasi lain yang

memiliki relevansi dengan kejadian kecelakaan tersebut.

Tahap II. Penilaian

Setiap metode analisa root cause yang digunakan pasti melalui tahapan

berikut: 

1. Mengidentifikasi masalah

2. Menentukan pentingnya masalah

3. Mengidentifikasi penyebab (kondisi atau tindakan) sesegera mungkin baik

sebelum dan sekitar kejadian.

4.  Mengidentifikasi alasan mengapa penyebab pada langkah sebelumnya

ada, dan menganalisa akar penyebabnya (alasan yang mendasar dan jika

diperbaiki akan mencegah terulangnya kejadian yang sama atau serupa

diseluruh fasilitas perusahaan).  

Tahap III. Tindakan korektif

Melaksanakan tindakan-tindakan korektif berdasarkan rekomendasi tahapan

sebelumnya secara efektif untuk mengurangi penyebab dari setiap kemungkinan

terulangnya kejadian kecelakaan dan meningkatkan kehandalan sistem

keselamatan dan keamanan. Penting untuk diketahui dalam merencanakan

tindakan korektif harus berdasarkan hasil analisis root cause yang telah dilakukan

pada tahapan sebelumnya. Tindakan korektif hendaklah mempertimbangkan tiga

faktor utama penyebab kecelakaan yaitu: Working Condition, Management System

dan Human Factor.

Penyebab dasar kecelakaan dapat dikelompokan pada tiga kelompok yang

saling berhubungan, yaitu:

1. Kebijakan dan keputusan manajemen.

Page 46: Manual

46

2. Faktor personal (pekerja)

3. Faktor lingkungan.

Kelompok pertama adalah kebijakan dan keputusan manajemen,misalnya

adalah target produksi dan keselamatan;  prosedur kerja; pencatatan; penugasan

tanggung jawab dan otoritas, dan kepercayaaan; pemilihan karyawan, pelatihan,

penempatan, pengawasan dan pengarahan;  prosedur komunikasi;  prosedur

inspeksi;  peralatan, suplai, dan disain fasilitas, pembelian dan perawatan;

prosedur pekerjaan standar dan darurat; dan kebersihan dan kerapian.

Kelompok kedua adalah faktor personal atau pekerja, misalnya adalah

motivasi; keadaan fisik dan mental; waktu reaksi; kepedulian pribadi.

Kelompok ketiga adalah faktor lingkungan, misalnya adalah temperatur;

tekanan; kelembaban; debu; gas; uap; aliran udara; kebisingan; pencahayaan;

kondisi alami lingkungan (permukaan yang licin, hambatan, penopang yang tidak

baik, benda berbahaya).

Tahap IV. Menginformasikan

Tahapan ini sangat penting untuk membantu pelaksanaan tindakan korektif

guna mencegah terulangnya kecelakaan. Hasil analisis penyebab kecelakaan harus

dikomunikasikan dan diinformasikan kepada semua stakeholder seperti pekerja,

supervisor dan line manajemen. Sangat disarankan untuk menjelaskan kepada

pekerja yang berhubungan dengan proses terjadinya kecelakan dan proses serupa

secara detil baik melalui daily meeting, news letter, papan informasi dll. Informasi

harus meliputi penyebab dan proses terjadinya kecelakaan serta tindakan korektif

yang akan dilakukan dan penekanan terhadap keterlibatan mereka dalam

mencegah terjadinya kecelakaan serupa dimasa mendatang.

Tahap V. Tindak lanjut

Tindak lanjut termasuk menentukan apakah tindakan perbaikan telah efektif

dalam

memecahkan masalah. Kajian efektivitas sangat penting untuk memastikan bahwa

tindakan perbaikan yang telah ditetapkan dapat mencegah kejadian tersebut

terulang kembali.

Keterlibatan manajemen dan alokasi sumber daya yang memadai sangat

penting untuk mensukses pelaksanaan tahapan analisa root cause tersebut diatas.

Page 47: Manual

47

3.7.3. Pendekatan Behavior Based Safety Dalam Mengurangi Angka

Kecelakaan Kerja

Pendekatan Terpadu

ISRS yang terdiri dari 20 elemen banyak sekali menggunakan pendekatan

behavior dalam penerapan manajemen K3 diantaranya :

Elemen 1 : Leadership and Administration

Melibatkan partisipasi pekerja dalam pengelolaan K3. Dari sisi traditional,

pengelolaan K3 dikelola dari atas kebawah yang mempunyai tendensi macet di

level lini, sehingga mengakibatkan pekerja tidak dilibatkan dan merasa kurang

dihargai dan kemungkinan dapat berbuat perilaku tidak aman. Dalam hal

pendekatan behavior diharapkan dapat mengatasi kemacetan ini melalui

pendekatan dari bawah keatas, disini pekerja diberikan peluang untuk

berpartisipasi untuk mendapatkan komitmennya sehingga pekerja merasa sebagai

ownership dari proses manajemen K3.

Elemen 5: Accident/Incident Investigation, dan Elemen 9: Accident/Incident

Analysis

Pendekatan yang ada pada ISRS secara umum untuk kecelakaan dan hampir

celaka kami anggap sudah memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan masukan ha-

hal yang berhubungan dengan unsafe-behavior untuk perbaikan program  kerja

khususnya mengurangi kecelakaan. Dilihat dari sisi behavior-based safety

pendekatan secara behavior positif sebenarnya dapat dilakukan dengan

menginformasikan penyebab-penyebab kecelakaan dan kondisi-kondisi tidak

aman melalui elemen 15 Personal Communication yang menitikberatkan pada

Planned-Personal-Contact antara atasan dan bawahan. Atau melalui elemen 16

Group Communication yaitu pada pelaksanaan Group HSE Meeting.

Elemen 4 : Critical Task Analysis dan procedure, Elemen 6 : Task

Observation, Elemen 14: Engineering Change Management

Indentifikasi tugas serta melakukan risk assessment merupakan salah satu

kunci untuk mengetahui risiko yang ada dan kemudian dilakukan tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tingkat risiko yang dapat diterima. Sisi lain

menghilangkan bahaya dengan teknik rekayasa mengurangi potensi unsafe

behavior. Namun, tidak selalu berhasil.  Hal itu semata-mata karena manusia

Page 48: Manual

48

mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan tidak aman dan melakukan

override safety system. Sebagai contoh, untuk sistem pengamanan gedung dari

kebakaran, operator control room yang bertugas mendapatkan alarm kebakaran

dari smoke/heat detector di suatu ruangan, kemudian dilakukan pengecekan, tetapi

tidak ada kebakaran. Karena sering mendapatkan hal seperti ini melakukan

override system ini dan akibatnya bila suatu saat ada kebakaran yang

sesungguhnya maka detector tidak dapat mendetaksi. Tindakan ini merupakan

unsafe behavior.

Elemen 8 : Rule and Work Permit

Memberi hukuman sampai pekerja melakukan safe behavior ? Cara ini praktis,

namun dapat mengarah pada dampak positif atau negatif. Pendekatan ini lebih

menekankan pentaatan disiplin dan penghukuman untuk menghimbau tidak

melakukan tindakan tidak aman, sementara perilaku-aman tidak diperhatikan.

Hal seperti ini sering menghasilan kebalikan yang diinginkan (karena takut

kena sanksi maka kecelakaan atau near-miss tidak dilaporkan). Walaupun

peraturan dapat diberlakukan, lebih sering tidak dipatuhi. Alasannya sangat

sederhana : efektifitas dari konsistensi pemberlakuannya. Itu hukuman dapat

tergantung efektif jika langsung pada dilakukan, dan berlaku untuk setiap

tindakan tidak aman yang terjadi. Memberi penghargaan pada pekerja yang

melakukan safe behavior ? Bagaimana manajemen lini dapat memastikan bahwa

penguatan 'bekerja dengan aman' lebih kuat dari mereka yang 'bekerja dengan

tidak aman'. Sudah menjadi kenyataan bahwa manusia cenderung memberi respon

lebih pada suatu penghargaan dan 'social approval' dari pada faktor lain. Namun

yang krusial adalah, sifat manusia yang hanya ingin melakukan karena pujian.

Peningkatan kepercayaan oleh atasan kepada anak buah dapat berdampak pada

budaya K3 yang positif. Aplikasi Bagaimana mengaplikasikan pengetahuan ini

untuk meningkatkan 'safety behavior’ Kita mengetahui bahwa dengan memfokus

pada safety behavior dapat membawa perubahan yang diinginkan dan bahwa

perubahan sikap dapat merubah perilaku. Kita mengetahui pula bahwa, 'social

approval' dan himbauan dapat membawa perubahan positif pada norma-norma

K3. Dan, kita tahu pula bahwa pekerja adalah orang terbaik untuk merubah norma

K3 mereka, karena mereka sendiri yang mengkontrol perilakunya. Oleh sebab itu,

Page 49: Manual

49

setiap inisiatif perba1kan pengelolaan K3 yang mengandalkan line management

secara exclusif belum tentu berhasil seperti mengandalkan pekerja itu sendiri.

Pendekatan behavioral safety adalah sangat bergantung pada pekerja dan

diperbaiki oleh pekerja, sejalan dengan manajemen. Dengan cara ini, pekerja

diberikan tanggung jawab dan batasan-batasan untuk mengidentifikasi dan

memantau tindakannya (safe and unsafe behaviors), demikian juga menyusun

target 'perbaikan K3' mereka sendiri.  Hasilnya, kelompok kerja dapat menentukan

norma-norma K3 mereka dalam lingkungan yang mendukung. Line management

memfasilitasi proses ini dengan memberikan sumber-sumber dan dukungan untuk

menghimbau 'employee ownership of safety', juga menekankan bahwa tidak

seorangpun akan diberikan sanksi sebagai akibat dari pemantauannya. Dengan

cara ini tercipta 'blame free' pro-active safety culture yang sangat vital dalam

pencapaian sukses jangka panjang.

3.7.4 Prinsip dan Kriteria OHSAS 18001 : 2007

Seri persyaratan penilaian keselatan dan keselamatan kerja OHSAS

18001:2007 memuat persyaratan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) agar organisasi mampu mengendalikan resiko-resiko K3 dan dapat

meningkatkan kinerja K3 nya.Secara umum standar OHSAS ini dapat diterapkan

oleh organisasi yang ingin:

1. Menerapkan sistem manajemen K3 untuk mengurangi atau menghilangkan

resiko kecelakaan dan keselamatan terkait aktifitas organisasi pada

personil dan pihak lain yang berkepentingan.

2.  Menerapkan, memelihara dan terus meningkatkan sistem manajemen K3.

3.  Menjamin bahwa organisasi sesuai dengan kebijakan K3 yang dibuat

sendiri oleh organisasi.

4.  Mendapat pengakuan kesesuaian (dengan standar OHSAS ini) dari pihak-

pihak yang berkepentingan seperti pelanggan.

5. Mendapatkan sertifikat sistem manajemen K3

3.7.5 Performance Based Audit

Performance based audit adalah audit yang bertujuan untuk mencari peluang

perbaikan kinerja dari suatu proses. Performance based audit mempunyai

perbedaan dengan compliance based audit baik dalam tahapan-tahapan prosesnya

Page 50: Manual

50

maupun dari kompetensi auditornya. Dalam tahapan-tahapan prosesnya,

performance based audit mirip dengan tindakan koreksi tetapi terbatas sampai

pada pencarian penyebab dari suatu masalah. Dalam hal kompetensi auditor,

auditor harus orang yang mempunyai pemahaman yang cukup baik tentang proses

yang akan diaudit. Auditor harus merupakan 'subject matter expert' dari proses

yang diaudit.

Performance based audit sangat tepat diterapkan pada proses-proses yang

kinerjanya masih bermasalah atau proses-proses yang menyerap banyak sumber

daya dan perlu perbaikan kinerja secara berkesinambungan.

BAB IV

PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN KOREKSI

4.1 Pemantauan dan Pengukuran

Unsur utama dalam pemantauan dan pengukuran dalam industri kelapa sawit ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Objek pemantauan dan pengukuran

Jenis Kegiatan Parameter Kunci Metode PengukuranLimbah cair BMLingkungan

BOD,COD,TSS,Minyak danLemak, N total, pH.

*BOD Menggunakan Metode Titrasi Winkler (SNI 6989.72:2009)*COD Metode refluks tertutup secara spektrofotometri (SNI 6989.2:2009)

Page 51: Manual

51

* TSS,Minyak dan lemak, *N metode sesuai metode standar

Buangan Limbah Gas

CO2 dan CH4 Sesuai dengan metode standart

4.2 Ketidaksesuaian, tindakan koreksi

No

.Kriteria Kesesuaian Sesuai/ Tidak

1. Menetapkan kebijakan lingkungan yang memadai √

2.

Mengidentifikasi aspek lingkungan yang timbul dari

kegiatan, produk dan jasa organisasi di masa lalu, sekarang

ataupun yang direncanakan, agar dapat menetapkan

dampak lingkungan yang penting.

3.

Mengidentifikasi persyaratan peraturan perundang-undang

yang berlaku dan persyaratan lain yang diikuti oleh

organisasi.

4.Mengidentifikasi prioritas dan menentukan tujuan dan

sasaran lingkungan yang memadai√

5.Menetapkan struktur dan program untuk menerapkan

kebijakan dan mencapai tujuan dan memenuhi sasaran√

7.

Memfasilitasi perencanaan, pengendalian, pemantauan,

tindakan pencegahan dan perbaikan,audit dan peninjauan

untuk memastikan bahwa kebijakan dipenuhi dan system

manajemen lingkungan tetap memadai

8.

Mampu menyesuaikan dengan perubahan kondisi dari

paparan diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa tidak

mengalami ketidaksesuaian (sesuai) dengan persyaratan

Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO.

4.3 Catatan/ rekaman

ParameterMinggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

BOD5

Page 52: Manual

52

COD

TSS

pH

N Total

Myk & Lmk

4.4 Audit SML

Rencana Kerja

Rencana kerja tahunan dimaksud antara lain sebagai berikut;

a. Melakukan evaluasi atas efektivitas Satuan Pengawasan Intern (SPI)

b. Melakukan evaluasi atas Sistem Pengendalian Intern kegiatan tertentu.

c. Melakukan evaluasi dan memonitor atas laporan. Direksi tentang progres

pelaksanaan arahan RUPS.

d. Melakukan evaluasi atas Laporan Manajemen Triwulan Direksi.

e. Melakukan evaluasi atas Laporan Kinerja bulanan Group Unit Usaha dan

Unit Usaha tertentu

f. Melakukan evaluasi atas rencana dan realisasi cash flow perusahaan.

g. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PKBL dan CSR.

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diminta Komisaris.

i. Ketentuan Pelaksanaan Program Kerja Komite Audit:

j. Pelaksanaan kegiatan tersebut di atas disesuaikan dengan kemampuan

tenaga dan waktu yang tersedia, untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan

tertentu dapat dilakukan secara uji petik (sampel).

k. Hasil pelaksanaan kegiatan Komite Audit tersebut secara periodik

disampaikan kepada Komisaris untuk digunakan sebagai masukan dalam

pelaksanaan tugasnya.

l. Pembagian tugas kegiatan tersebut kepada masingmasing anggota Komite

Audit ditetapkan oleh Ketua Komite Audit sesuai dengan kemampuan dan

kesediaan waktu masing-masing anggota.

m. Pelaksanaan tugas Komite Audit dilakukan bekerja sama dengan Satuan

Pengawasan Intern Perusahaan. Data dan informasi yang diperlukan

Page 53: Manual

53

terlebih dahulu diminta dari Satuan Pengawasan Intern (SPI), apabila tidak

ada, baru diminta kepada unit kerja atau pejabat yang bersangkutan.

Hasil Audit

Adalah penting bahwa rekomendasi dari kedua audit yang sekarang

ataupun audit lingkungan internal selanjutnya untuk diperhatikan oleh pihak

manajer atasan dari staf di lokasi PTPN IV Air Batu. Untuk mencapai hal ini

mungkin perlu bagi staf untuk membantu staf lapangan dalam memberikan

rekomendasi kepada pihak manajemen yang lebih tinggi. Rekomendasi audit

harus ditindaklanjuti dengan tepat dalam rangka peningkatan pengelolaan

lingkungan di PTPN IV Air Batu.

BAB V

PENGKAJIAN MANAJEMEN

5.1 Tugas dan tanggung jawab komite pengkajian ulang SML

a. Komite pengkajian ulang SML bekerja secara kolektif dalam

melaksanakan tugasnya membantu Dewan Komisaris.

b. Baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun pelaporan, dan bertanggung

jawab langsung kepada Dewan Komisaris.

c. Mendapatkan pemahaman atas manajemen risiko perusahaan yang

mencakup berbagai manajemen risiko yang dihadapi oleh perusahaan.,

Page 54: Manual

54

strategi, sistem dan kebijakan manajemen risiko perusahaan, pengendalian

intern perusahaan, termasuk kebijakan, metodologi dan infrastruktur.

d. Memantau kesesuaian berbagai kebijakan dan pelaksanaan manajemen

risiko perusahaan.

e. Melakukan koordinasi implementasi dan pengawasan keberadaaan dan

tingkat efektivitas masing-masing komponen dari Enterprise Risk

Management (ERM) dalam perusahaan.

f. Mengukur efektivitas masing-masing komponen dari ERM yang di

terapkan di perusahaan

g. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Dewan Komisaris

berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan.

5.2 Program Kerja Komite Manajemen Risiko dan ISO

a. Melakukan evaluasi dan monitoring pengelolaan risiko pada PTPN IV.

b. Melaksanakan evaluasi dan monitoring pelaksanaan ISO di PTPN IV.

c. Mengevaluasi pemetaan Risiko PTPN IV dalam kaitannya dengan

pelaksanaan tugas Dewan Komisaris

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diminta oleh Dewan Komisaris.

e. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan arahan RUPS dibidang

Manajemen Risiko dan ISO.

5.3 Realisasi Program Kerja Komite Pemantau Manajemen Risiko dan

ISO Dewan Komisaris

a. Piagam Komite Pemantau Manajemen Risiko dan Dewan Komisaris

telah selesai disusun (dengan arahan/supervisi BPKP) dan telah

ditandatangani oleh Komisaris Utama dan Direktur Utama (DK-07/

Kpts B/VI/2011).

b. Anggota Komite Pemantau Manajemen Risiko dan Dewan Komisaris

telah diangkat (DK-03/Kpts/ III/2012).

c. Buku Panduan Pemantau Manajemen Risiko PTPN IV (dengan

supervisi BPKP) telah tersusun dan disosialisasikan untuk menjadi

pedoman pengelolaan risiko di PTPN IV.

Page 55: Manual

55

d. Evaluasi dan monitoring pelaksanaan Manajemen Risiko di PTPN IV

telah selesai dilakukan

e. Evaluasi dan monitoring pelaksanaan GCG di PTPN IV telah selesai

dilakukan .

f. Komite Pemantau Manajemen Risiko dan GCG telah melakukan

evaluasi analisis risiko yang menjadi dasar pengambilan keputusan

Dewan Komisaris g. Selain itu Ketua Komite Pemantau Manajemen

Risiko dan ISOtelah melakukan 12 penugasan khusus dari Dewan

Komisaris.

g. Komite Pemantau Manajemen Risiko dan GCG telah meminta Direksi

(melalui Dewan Komisaris) untuk menyampaikan laporan progres

arahan RUPS dan arahan Dekom, dan telah disampaikan pada rapat

Dekom dan Direksi.