manajemen stres untuk menurunkan kecemasan menghadapi ...stress inoculation training (sit) pada...

14
Manajemen Stres untuk Menurunkan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa Sekolah Menengah Pertama Friandry W Thoomaszen dan Murtini Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Kupang Jl. Cak Doko No. 76, Kampung Baru, Kupang - 85112, Nusa Tenggara Timur.& Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. [email protected] ABSTRACT Students experienced anxiety and fear when facing the National Exam because they think it is pressed. In addition, it is caused by the lack of the resources to deal with the final exam. The research aim was tested the stress management training based on the procedure of Stress inoculation training (SIT) in the junior high school students who experienced anxiety facing the final exam. The research hypothesis was that stress management training could reduce the anxiety facing the final exam at the Junior High School students. The scale questionaire used to measure the anxiety. The research method was quasi-experiment. The results of analysis with the mixed ANAVA technique showed that the stress management training by the SIT procedure could significantly decreased anxiety when facing the final exam in junior high school students in Kupang (F = 17.192, p <0.01), with the effective contribution about 86.7%. Junior high school students who had received the stress management training decreased level of anxiety to face the final exam more significantly than those who did not received the stress management training. Key word: adolescence, anxiety, stress management. ABSTRAK Murid mengalami kecemasan dan ketakutan menghadapi Ujian Nasional. Sumber kecemasan berasal dari pikiran murid bahwa situasi UN menekan dan kekurangan sumber daya untuk menghadapi UN. Tujuan penelitian adalah melakukan uji coba pelatihan manajemen stres berdasarkan prosedur Stress Inoculation Training (SIT) pada murid SMP yang mengalami kecemasan menghadapi UN. Hipotesis penelitian yaitu pelatihan manajemen stres dapat menurunkan kecemasan menghadapi UN pada murid tingkat SMP Negeri. Alat untuk mengukur kecemasan pada murid yaitu skala kecemasan menghadapi UN. Metode penelitian adalah eksperimen-kuasi . Hasil analisis dengan teknik anova campuran menunjukan bahwa pelatihan manajemen stres berdasarkan prosedur SIT secara signifikan dapat menurunkan kecemasan menghadapi UN pada murid SMPN di Kupang (F=17,192; p<0,01), dengan sumbangan efektif sebesar 86,7%. Murid SMP yang mendapatkan pelatihan manajemen stres mengalami penurunan tingkat kecemasan menghadapi UN yang signifikan dibandingkan dengan murid yang tidak mendapatkan pelatihan manajemen stres. Kata kunci: kecemasan terhadap ujian, manajemen stres, remaja. HUMANITAS Vol. 11-2.79-92 ISSN : 1693-7236

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Manajemen Stres untuk Menurunkan Kecemasan Menghadapi UjianNasional Siswa Sekolah Menengah Pertama

    Friandry W Thoomaszen dan MurtiniSekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Kupang Jl. Cak Doko No. 76, Kampung Baru,Kupang - 85112, Nusa Tenggara Timur.& Fakultas Psikologi Universitas Gadjah [email protected]

    ABSTRACT

    Students experienced anxiety and fear when facing the National Exam because they think it ispressed. In addition, it is caused by the lack of the resources to deal with the final exam. Theresearch aim was tested the stress management training based on the procedure of Stress inoculationtraining (SIT) in the junior high school students who experienced anxiety facing the final exam. Theresearch hypothesis was that stress management training could reduce the anxiety facing the finalexam at the Junior High School students. The scale questionaire used to measure the anxiety. Theresearch method was quasi-experiment. The results of analysis with the mixed ANAVA techniqueshowed that the stress management training by the SIT procedure could significantly decreasedanxiety when facing the final exam in junior high school students in Kupang (F = 17.192, p

  • 80

    PENDAHULUAN

    Pemerintah Indonesia telah melaksanakanUjian Nasional (UN) sejak tahun 2003. Muriddikatakan lulus pada suatu jenjang pendidikanketika nilai UN memenuhi kriteria kelulusan yangtelah ditetapkan oleh pemerintah. Pada setiaptahun, kriteria kelulusan Ujian Nasionalmengalami perubahan peraturan dan kenaikannilai (standar). Pada tahun 2011/2012, PeraturanMenteri Pendidikan dan Kebudayaan NasionalNomor 59 tahun 2011 mengatakan bahwakriteria kelulusan peserta didik dari UN SMP/MTs berdasarkan perolehan Nilai Akhir (NA).Nilai Akhir (NA) adalah nilai gabungan antaraNilai Sekolah (NS) dari setiap mata pelajarandan Nilai UN. Dengan pembobotan 40% untukNS, dan 60% untuk Nilai UN. Peserta didikSMP/MTs dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata dari semua NA mencapai paling rendah 5,5(lima koma lima) dan nilai setiap mata pelajaranpaling rendah 4,0 (empat koma nol).

    Survei yang dilakukan oleh Center PublicMental Health (CPMH) Fakultas PsikologiUniversitas Gadjah Mada (2010) di KabupatenSleman Yogyakarta, didapati data bahwa 44,9%siswa SMP Negeri berada pada tingkatkecemasan tinggi dalam menghadapi UN. Penelitimemilih subjek penelitian murid SMP Negeriyang berada antara tahap perkembangan remajaawal dan tengah, 10-16 tahun (Santrock, 2007).Pada tahap tersebut, mereka menghadapi banyaktuntutan dan perubahan yang cepat sehinggamereka rentan mengalami masa yang penuhkecemasan. Ujian Nasional merupakan salah satusumber kecemasan murid berkaitan denganaktivitas sekolah.

    Pada bulan Juni 2012, peneliti melakukanstudi pendahuluan tentang kecemasanmenghadapi UN di SMP Negeri kota Kupang.Hasil wawancara dengan pihak sekolah yaitusetiap murid pasti mengalami kecemasanmenghadapi UN. Menurut guru, faktor penyebabmurid mengalami kecemasan menghadapi UN

    terdiri dari tiga bagian yaitu pihak sekolah (guru),pihak keluarga, dan pihak murid. Penelitiberfokus meneliti tentang persepsi murid terhadapsituasi UN, karena berdasarkan pendekatankognitif behavior, persepsi yang negatif dapatmempengaruhi kecemasan menghadapi UN.Sumber utama terjadi kecemasan menghadapiUN yaitu penilaian murid tentang situasi UN yangmengancam keberhasilan dan hasil belajar.Persepsi negatif murid dapat terbentuk daripenilaian murid dan tuntutan lingkungan. Caramengajar guru, kurikulum, kurang fasilitas dariorangtua, dan pola hubungan orangtua yangkurang baik termasuk tuntutan lingkungan.

    Hasil wawancara dengan 20 murid kelasIX SMP N Kupang menunjukan bahwa setiapmurid merasakan gugup, khawatir, gelisah, takut,dan kurang yakin dalam menghadapi UN. Gejalakecemasan sudah dirasakan ketika memasukisemester 2 kelas IX. Intensitas kecemasansemakin tinggi ketika UN semakin dekat. Padahari pertama pelaksanaan UN, murid beradapada titik puncak kecemasan dan semakinberkurang pada hari berikutnya. Penyebab muridmengalami puncak kecemasan pada hari pertamaUN karena sebelum UN berlangsung muridmemiliki penilaian negatif (situasi UN menakutkandan menekan) hingga mengalami khawatir yangberlebihan. Pikiran murid menyebabkanmunculnya reaksi kecemasan seperti takut tidaklulus UN, takut salah menjawab soal UN, dantakut kurang teliti menghitamkan lingkaranjawaban sehingga tidak bisa terbaca olehkomputer.

    Kesimpulan studi pendahuluan yaitukecemasan menghadapi UN terjadi karenapandangan murid tentang UN yang menekan dansumber daya pribadi yang kurang seimbangdengan tuntutan. Jika murid memiliki pengetahuantentang strategi koping yang tepat untukberadaptasi dengan tuntutan UN yang menekanmaka murid dapat mengelola kecemasanmenghadapi UN. Oleh karena itu, murid perluprogram yang memberikan pengetahuan

  • 81Manajemen Stres untuk Menurunkan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa SekolahMenengah Pertama

    mengelola tuntutan UN dan mengurangi sumberkecemasan. Dengan program tersebut dapatmendukung murid agar mampu mengelola situasiyang menekan dan tuntutan dari lingkungandengan berpikir positif bahwa situasi UNmerupakan hal yang menantang.

    Situasi UN berpotensi menimbulkan reaksistres karena adanya tuntutan dari lingkungan yangharus murid hadapi. Situasi UN juga berpotensimenimbulkan reaksi kecemasan karena muridmemberikan interpretasi pada situasi UN. Ketikamurid menilai situasi UN mengancam, menekan,dan berbahaya dapat mempengaruhi tingkatkecemasan murid dalam menghadapi UN.Lazarus dan Folkman (1984) mengatakan stresdan kecemasan saling berkaitan, karena adanyatransaksi antara individu dan lingkungan(pandangan transaksional). Stres yang berlebihanakan menyebabkan munculnya kecemasan. Stresyaitu hasil (akibat) dari ketidakseimbangan antaratuntutan dan kemampuan. Stres berkaitan denganreaksi emosional yang spesifik. Lazarus (1991)menyebutkan kecemasan merupakan salah satuemosi dasar yang negatif.

    Menurut Lazarus (1990), kecemasanadalah respon individu terhadap situasi-situasiyang menakutkan. Kecemasan adalah emosi yangmuncul terkait dengan bahaya, termasuk adanyakeinginan untuk terlepas dan terhindar daribahaya. Kondisi bahaya yang dimaksudkanadalah bahaya yang bersifat psikis, terkait denganserangan terhadap identitas seseorang. Reaksiyang muncul pada saat cemas antara lain adalahperasaan yang tidak jelas, tidak berdaya, dantidak pasti apa yang akan dilakukan. Lazarus(1991) mengatakan kecemasan muncul ketikamakna eksistensi seseorang terganggu atauterancam sebagai hasil dari ketidakmampuanfisik, konflik intrapsikis, dan peristiwa yang sulitdidefinisikan. Hal yang membuat murid merasatakut karena situasi UN bersifat simbolik. Artisimbolik yaitu situasi masa mendatang yangbelum terjadi dan tidak pasti keadaannya.Kecemasan terjadi berdasarkan tujuan personal,

    keyakinan, dan penilaian kognitif. Penilaiankognitif merupakan mediasi antara individu danlingkungan. Penilaian dan interpretasi terhadapsituasi UN yang memunculkan kecemasanmenghadapi UN (Lazarus & Folkman, 1984).Jadi kecemasan menghadapi UN yaitu reaksiemosional yang tidak menyenangkan sebagai hasildari penilaian situasi UN yang mengancampribadi (Lazarus & Folkman, 1984).

    Dua konsep utama dari teori stres dankecemasan Lazarus (1991) yaitu penilaiankognitif dan koping. Dua tahap penilaian kognitifyang berperan dalam mekanisme terjadikecemasan menghadapi ujian yaitu penilaianprimer dan sekunder (Lazarus, 1991). Penilaianprimer adalah penilaian atau evaluasi terhadapsituasi yang terjadi, dianggap sebagai sesuatuyang membahayakan (harm), mengancam(threat), atau menantang (challenge). SituasiUN dianggap membahayakan ketika muridmenilai bahaya yang diperoleh dari situasi UN.Situasi UN dianggap mengancam ketika muridmenilai kemungkinan buruk atau ancaman darisituasi UN. Situasi UN dianggap menantangketika murid merasa sanggup mengatasi danmendapatkan keuntungan dari situasi UN. Polapenilaian primer yaitu adanya pertemuan antaratujuan personal dengan situasi UN. Murid merasasituasi UN menghalangi mencapai tujuan personal(goal incongruence). Kecemasan menghadapiUN terjadi ketika murid berhadapan dengansituasi yang tidak pasti dan mengancam eksistensi.Penilaian sekunder adalah penilaian terhadapsumber daya yang dimiliki, beserta kemampuanmurid melakukan koping. Sumber ini selanjutnyaakan digunakan untuk mengatasi situasi UN.

    Lazarus dan Folkman (1984) mengatakankoping adalah proses mengelola tuntutan (internalatau eksternal) yang dianggap sebagai beban dandi luar kemampuan individu. Koping melibatkanindividu untuk berubah secara kognitif danperilaku sebagai upaya untuk mengelola(mengurangi, meminimalkan, menguasai,mentoleransi) tuntutan internal dan eksternal yang

  • 82

    dinilai sebagai stres. Koping terhadap situasi ujianterdiri atas upaya yang berorientasi kegiatan danintrapsikis untuk mengelola tuntutan internal ataueksternal, seperti menuntaskan tugas, mengaturwaktu belajar, ketekunan, kesabaran, danberpikir positif.

    Menurut Lazarus dan folkman (1984), adadua strategi dalam melakukan koping yaitu kopingyang berfokus pada masalah (problem-focusedcoping) dan berfokus pada emosi (emotion-focused coping). Penelitian Stowell, Tumminaro,dan Attarwala (2008) menemukan murid dengankecemasan menghadapi ujian yang tinggi gagaldalam menggunakan koping yang berfokus padapenyelesaian masalah. Hal ini berarti, muridpencemas kurang mempunyai pengetahuantentang strategi belajar yang efektif sehinggaberdampak pada hasil belajar yang kurangmaksimal. Murid SMP cenderung menggunakanstrategi koping yang berfokus pada emosi (Griffithdkk, 2000; Magaya dkk, 2005). Muridmengalami kecemasan menghadapi ujian karenakurang mendapatkan dukungan,ketidakmampuan dalam menilai situasi yangdianggap menekan, dan kurang keterampilankoping dengan ancaman (Rutter, Kim-Cohen, &Maughan, 2006; Kraag, Gerard, Breukelen,Kok, & Hosman, 2009).

    Kecemasan ujian pada tingkat yang sedangdan rendah dapat memberikan efek positif padahasil belajar murid. Elliot, Kratochwill, Littlefield,dan Travers (1999) mengatakan bahwakecemasan dalam tingkat rendah dan sedangberpengaruh positif pada performansi belajarmurid karena dapat meningkatkan motivasibelajar murid. Sarason (1980) menjelaskanbahwa murid yang berada pada level kecemasanterhadap ujian yang rendah akan lebih berhasildalam melengkapi tugas yang rumit dan waktuujian yang terbatas. Masalah kecemasanmenghadapi ujian terus terjadi di setiap tahun,berbagai daerah, dan memberikan akibat padakesuksesan akademik. Oleh karena itu,diperlukan suatu program preventif dengan tujuan

    mencegah dan mengurangi kasus kecemasanterhadap ujian yang terjadi pada murid SMP.Hembree (1988) mengatakan denganpengenalan program pengurangan kecemasanterhadap ujian (preventif) sejak dini dapatmemberikan manfaat yang bermakna bagi pelajarpada jenjang pendidikan selanjutnya. MuridSMP perlu diberikan program yang memberikanpengetahuan dalam mengelola (mengatur) situasiUN yang dianggap menekan. Kemampuanmengelola (manajemen) stres berkaitan denganistilah koping. Menurut Lazarus dan Folkman(1984), manajemen stres merupakan suatu upayauntuk merubah pikiran negatif dan kemudianmuncul tindakan (perilaku) untuk mengatasituntutan internal atau eksternal yang dinilaimembebani atau melebihi sumber daya yangdimiliki individu. Koping dikatakan efektif jikaindividu mampu untuk mentoleransi, menerimasituasi yang menekan, dan tidakmengkhawatirkan tekanan yang tidak dapatdikuasainya.

    Berdasarkan temuan tersebut, penelitimerancang suatu program mengurangikecemasan murid SMP terhadap ujian. Teknikintervensi dengan pendekatan kognitif behavioralmerupakan salah satu perlakuan yang efektifuntuk mengatasi kecemasan menghadapi ujian(Neuderth, Jabs, & Schmidtke, 2009; Ergene,2003). Tipe intervensi dari Pendekatan kognitif-behavioral yang dikembangkan adalah modifikasikognitif-behavioral (cognitive-behavioralmodification) dan Stress-Inoculation Training(SIT) (Zeidner, 1998; Ergene, 2003). Dalampenelitian ini, intervensi yang dipakai untukmenurunkan kecemasan menghadapi UN adalahpelatihan manajemen stres berdasarkan prosedurSIT, karena SIT termasuk dalam programpreventif kasus stres dan kecemasan terhadapujian. SIT merupakan program manajemen stresyang dikembangkan oleh Meichenbaum (1985).

    Pelatihan manajemen stres berdasarkanpendekatan kognitif behavioral Meichenbaum(1985). Prinsip pendekatan kognitif behavioral

  • 83Manajemen Stres untuk Menurunkan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa SekolahMenengah Pertama

    yaitu kognisi individu mempunyai peran signifikandalam perkembangan dan pengelolaan reaksiemosi dan perilaku terhadap situasi kehidupan.Proses kognisi seperti memberikan arti, penilaian,dan asumsi yang diasosiasikan dengan kejadianhidup yang spesifik, merupakan faktor penentuutama dari perasaan dan tindakan individuterhadap kejadian. Proses tersebut juga dapatmempermudah atau menghalangi proses adaptasiterhadap kejadian hidup. Dasar asumsi programpelatihan (Meichenbaum, 1977) yaitu melakukanpencegahan dan memberikan pendidikankesehatan psikologis. Pertama, pendidikankesehatan psikologis dan keterampilan kopingterhadap situasi ujian yang dilaksanakan dalamkonteks sekolah akan lebih baik dari padaintervensi klinis yang dilaksanakan hanya setelahkecemasan ujian telah muncul sebagai masalah.Asumsi kedua yaitu intervensi setelah muridmengalami kegagalan kecemasan menghadapiujian dapat meningkatkan resiko stres padamurid.

    SIT (Meichenbaum, 1977) merupakanteknik yang mengajarkan keterampilan kopingyang berdasarkan pada pendekatan kognitif-perilaku. Pendekatan kognitif memiliki hubunganyang kuat dengan terapi perilaku, seperti halnya“mengatur kembali pikiran secara rasional dansistematis”, mengajarkan individu untukmemodifikasi kalimat internal (pikiran) dankemudian berlatih analisis pikiran rasional sejalandengan bermain peran dan latihan perilaku.Konsep ini menyatakan bahwa perubahankognitif dan perilaku saling memperkuat. Ketikaperubahan kognitif menyebabkan perubahandalam tindakan dan perilaku, tercipta rasakesejahteraan yang dapat memperkuatperubahan dalam pikiran dan pada akhirnyasemakin memperkuat perubahan perilaku(Milkman & Wanberg, 2007).

    Berikut ini hasil penelitian yang mendukungkeberhasilan SIT dalam mengurangi kecemasansituasi evaluatif dalam lingkup bidang pendidikan.Saunders, Driskell, Johnston, dan Salas (1996)

    memperoleh hasil penelitian bahwa SITmemberikan efek positif yang kuat untukmengurangi perilaku kecemasan, mengurangikecemasan sesaat, dan meningkatkan hasilbelajar dalam keadaan tertekan.

    Kiselica, Baker, Thomas, dan Reedy(1994), menerapkan SIT danmenggabungkannya dengan pelatihan asertif(assertiveness training) sebagai programpreventif yang terdiri dari 8 sesi yang diterapkanpada subjek remaja di Australia. Hasil penelitianmenunjukan SIT dapat memberikan kemajuanyang sangat signifikan dalam mengurangikecemasan dan stres. Sheehy dan Horan (2004),mengukur efektivitas SIT terhadap kecemasan,stres, pikiran tidak rasional, dan hasil akademikmahasiswa hukum pada tahun pertama.Mahasiswa yang menerima SIT menunjukanpenurunan tingkat stres dan emosi yang stabildaripada kelompok kontrol. Mahasiswa jugamenunjukan level kecemasan, stres, dan pikirantidak rasional yang lebih rendah. Dari hasilpenelitian tersebut dapat diambil kesimpulanbahwa SIT dapat membantu mengurangikecemasan menghadapi situasi evaluatif disekolah seperti UN.

    Berdasarkan berbagai penelitian tersebutyang telah membuktikan efek positif dari SITmaka dapat dijadikan acuan untuk menerapkanSIT dalam menurunkan kecemasan menghadapiUN di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia,SIT telah diterapkan pada penelitian Prawesti(2008), Hoedaya (2007), dan Aryani (2009).Pelatihan manajemen stres diharapkan dapatmembantu murid untuk berpikir positif mengenaisituasi UN dengan cara murid melihat sumberdaya pribadi dan menerapkan berbagai strategikoping. Tujuan dari penelitian yaitu melakukanuji coba pelatihan manajemen stres berdasarkanprosedur SIT pada murid SMP yang mengalamikecemasan menghadapi UN. Hipotesis penelitianyaitu pelatihan manajemen stress berdasarkanprosedur SIT dapat menurunkan kecemasanmenghadapi UN pada murid SMP. Murid SMP

  • 84

    yang mendapatkan pelatihan manajemen stresmengalami penurunan tingkat kecemasanmenghadapi UN dibandingkan dengan muridyang tidak mendapatkan pelatihan manajemenstres.

    METODE PENELITIAN

    Subjek penelitian yaitu murid kelas IXSMP Negeri Kupang, Nusa Tenggara Timur(NTT) yang mengalami kecemasan menghadapiUN. Kriteria dari subjek penelitian: Usia 13-15tahun, murid SMP Negeri yang akan menghadapiUjian Nasional, bersedia mengikuti prosespenelitian, ditunjukan dari inform concent,berdasarkan hasil skala kecemasan menghadapiUN, murid mengalami kecemasan pada kategoritinggi dengan skor > 99.

    Penentuan kelompok penelitian dilakukandengan acak. Kelompok eksperimen adalahkelompok yang mendapatkan intervensi berupapelatihan manajemen stres, sedangkan kelompokkontrol menggunakan model waiting-list(kelompok diberikan perlakuan segera setelahpengukuran berakhir).

    Instrumen penelitian yang digunakan untukmengukur perubahan atau menurunnyakecemasan murid SMP yaitu skala kecemasanmenghadapi UN (Nurlaila, 2010). Validitas skalakecemasan menghadapi UN (validitas isi) diukurdengan melihat perilaku yang diamati telah sesuaidengan kerangka teori Anderson (1999); Ergene(2003); Spielberger & Vagg (dalam Elliot danGregor 1999). Reliabilitas skala setelah uji cobamenunjukan koefisien alpha sebesar 0,862. Skalakecemasan akan diberikan kepada semuapartisipan pelatihan saat pretest, postest, danfollow-up.

    Modul program pelatihan manajemen stresadalah panduan untuk melaksanakan programpelatihan manajemen stres sekaligus menjadi alatinstrumen. Modul disusun berdasarkan SIT(Meichenbaum, 1985) dan pandangantransaksional stres dan penyesuaian (coping)

    (Lazarus & Folkman, 1984).Desain penelitian menggunakan kuasi

    eksperimen Untreated Control Group Designwith Dependent Pretest and Posttest Samples(Shadish, Cook, & Campbell, 2002). Analisiskuantitatif untuk menguji hipotesis yaitu mixedbetween-within anava atau disebut sebagaianava campuran. Dalam penelitian inidikembangkan suatu program pelatihanmanajemen stress yang disusun berdasarkan SIT(Stress Inoculation Training) yang telahdipelopori oleh Meichenbaum (1985). SITdiadopsi berdasarkan pandangan transaksionaldari stres dan penyesuaian (coping) milik Lazarusdan Folkman (1984). Pandangan inimengemukakan bahwa stres terjadi ketika tuntutandari lingkungan (keluarga, sekolah, komunitas)dipersepsikan berlebihan dari sumber dayaindividu. Pandangan transaksional menganggapstres terjadi karena adanya interaksi darilingkungan dan karakteristik individu. Pelatihanmanajemen stres merupakan program preventif,terdiri atas 3 fase yang saling terkait danmenyambung (Meichenbaum, 1985) yaitu Fasepenjelasan konsep (conceptual educationalphase), Fase latihan dan pengembanganketerampilan (skills development and practicephase), Fase aplikasi dan follow up (applicationand follow-up phase).

    Pelatihan manajemen stres dipandu olehseorang trainer yang berpengalaman dan memilikikompetensi di bidang psikologi. Seleksi trainerdengan kriteria lulusan magister psikologi UGM,mempunyai pengalaman melatih murid SMPNegeri, dan mempunyai pengetahuan di bidangpsikologi pendidikan khususnya tentangkecemasan menghadapi UN. Trainer berperanmemimpin seluruh sesi pelatihan, memberikanmateri pelatihan lengkap dengan instruksi, carapengerjaan, pelaksanaan, membuat pesertamerasa nyaman mengikuti pelatihan, danmenjawab pertanyaan peserta. Trainer dibantuoleh tim yang terdiri dari 4 orang (satu orangfasilitator dan 3 orang observer).

  • 85Manajemen Stres untuk Menurunkan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa SekolahMenengah Pertama

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dari tabel 1 dapat diketahui bahwaterdapat interaksi antara waktu (pre-pos) dengankelompok (eksperimen-kontrol), terlihat dari nilaiF=17,192 dan Sig. 0,001 (p0,05. Dari postes ke follow-up,penurunan skor kecemasan tidak signifikan. Halini berarti setelah satu bulan, pelatihan manajemenstres masih memiliki pengaruh dalam mengurangikecemasan menghadapi UN pada murid SMPNegeri Kupang

  • 86

    Analisis kualitatif dilakukan padakelompok eksperimen berdasarkan diskusikelompok, observasi proses pelatihan, observasiindividu, dan lembar kerja subjek. Analisiskualitatif membahas dinamika psikologis padaindividu. Subjek di kelompok eksperimen yangmenunjukkan penurunan skor kecemasan palingmenonjol (tingkat kecemasan rendah) adalahsubjek Ps (skor awal 99, turun 65 poin), Mnm(skor awal 99, turun 53 poin), dan Nb (skor awal100, turun 52 poin). Selain itu, subjek yangmenunjukan penurunan skor kecemasan padatingkat sedang yaitu subjek Rm (skor awal 102,turun 41 poin), Aa (skor awal 100, turun 35 poin),dan Et (skor awal 99, turun 21 poin). Subjekkelompok eksperimen yang menunjukanpenurunan skor kecemasan yang kurangmenonjol yaitu subjek Eyn (skor awal 102, turun6 poin) dan Frld (skor awal 99, turun 12 poin).

    Penelitian ini bertujuan untuk melakukanuji coba pelatihan manajemen stress berdasarkanprosedur SIT pada murid SMP yang mengalamikecemasan menghadapi UN. Pelatihanmanajemen stres sebagai salah satu programpreventif diharapkan dapat menurunkankecemasan murid SMP dalam menghadapi UN.

    Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan,pelatihan manajemen stres mampu menurunkantingkat kecemasan menghadapi UN pada muridSMP Negeri Kupang (kelompok eksperimen).Hasil analisis menunjukan bahwa ada perbedaansecara signifikan pada penurunan skorkecemasan menghadapi UN pretes menuju pos-tes antara kelompok eksperimen yangmendapatkan pelatihan manajemen stres dengankelompok kontrol yang tidak mendapatkanpelatihan (F=17,192 dan p

  • 87Manajemen Stres untuk Menurunkan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa SekolahMenengah Pertama

    perilaku saling memperkuat. Perubahan kognitifmenyebabkan perubahan dalam tindakan danperilaku, tercipta rasa kesejahteraan yang dapatmemperkuat perubahan dalam pikiran dan padaakhirnya semakin memperkuat perubahanperilaku. Hal ini sesuai dengan pendapat yangmengatakan bahwa pendekatan kognitifbehavioral merupakan perlakuan yang efektif untukmengatasi kecemasan terhadap ujian (Neuderth,Jabs, & Schmidtke, 2009; Ergene, 2003).

    Kelompok eksperimen yang diberikanpelatihan manajemen stres mengalami perubahanpola pikir (pandangan) menjadi lebih positifterhadap situasi UN. Sebelum mendapatpelatihan, subjek mempunyai pemikiran UNmenakutkan, menekan, menegangkan, dan adaperasaan tidak mampu menghadapi situasi UN.Sesudah mendapat pelatihan, subjek mempunyaipemikiran bahwa UN merupakan tantangan yangharus dihadapi. Subjek yakin dapat menghadapiUN dengan berdoa, belajar lebih giat,menambah jam belajar, mengerjakan tugasrumah, dan menuntaskan nilai pelajaran. Selainitu, dengan menerapkan berbagai strategi kopingseperti koping yang berfokus pada masalah dankoping yang berfokus pada emosi membuatsubjek semakin yakin dapat menghadapi UN.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitianMeichenbaum (1993) yang telah berhasilmenerapkan SIT untuk mengurangi kecemasanmenghadapi situasi evaluatif, salah satunya situasiujian.

    Berikut ini penjabaran hasil penelitiansebelumnya yang mendukung hipotesis penelitian.Hains & Szyjakowski (1990); Hains & Ellmann(1994) menguji efektifitas SIT berdasarkanMeichenbaum model 1985 kepada kelompokremaja yang mengalami kecemasan berlebihanberkaitan dengan situasi stres. Hasil menunjukanbahwa kelompok pelatihan menunjukanpengurangan yang signifikan pada levelkecemasan dan marah, meningkatkan harga diri,dan berpikir positif ketika menghadapi situasiyang menekan. Saunders, dkk (1996)

    memperoleh hasil penelitian bahwa SITmemberikan efek positif yang kuat untukmengurangi perilaku kecemasan, mengurangikecemasan sesaat, dan meningkatkan hasilbelajar dalam keadaan tertekan. PenelitianKiselica, dkk (1994) menunjukan SIT dapatmemberikan kemajuan yang sangat signifikandalam mengurangi kecemasan dan stres padasubjek remaja di Australia.

    Keberhasilan pelatihan manajemen stresdalam menurunkan kecemasan menghadapi UNdapat terjadi karena modul dan materi pelatihanyang berisi pandangan transaksional tentang stresdan penyesuaian (coping skill) (Lazarus &Folkman, 1984). Pandangan ini mengemukakanbahwa kecemasan menghadapi UN akan terjadibila individu mengalami stres yang berlebihankarena tuntutan dari lingkungan (keluarga,sekolah, dan masyarakat) dipersepsikanberlebihan dari sumber daya individu. Proseskognisi dan aktivitas koping memainkan peranpenting untuk menyeimbangkan tuntutanlingkungan dengan sumber daya individu. Prinsipdasar pandangan transasional yaitu tujuanpersonal, nilai, dan keyakinan dapat menentukanterjadinya kecemasan menghadapi UN. Karenaitu, modul pelatihan ini dirancang untuk mengubahpikiran negatif murid tentang situasi UN yangmenekan dan menakutkan menjadi hal yangmenantang.

    Lazarus (1991) mengatakan mekanismekecemasan menghadapi UN terjadi berdasarkanpenilaian kognitif dan koping dari murid. Penilaiankognitif merupakan interpretasi yang diberikanpada situasi UN dan sebagai penentu intensitasemosi dan perilaku (Lazarus & Folkman, 1984).Penilaian kognitif terdiri atas dua tahap yaitupenilaian primer dan sekunder. Penilaian primerpeserta pelatihan yaitu situasi UN dianggapmembahayakan dan mengancam tujuan personalmurid untuk lulus UN. Penilaian sekunder pesertapelatihan yaitu mereka berpikir tidak memilikisumber daya yang memadai untuk menghadapisituasi UN.

  • 88

    Menurut Lazarus dan Folkman (1984),koping diperkirakan dapat membantu muridberadaptasi dengan situasi stres dan kecemasan.Koping juga melibatkan murid untuk berubahsecara kognitif dan perilaku sebagai upaya untukmengelola tuntutan internal dan eksternal. Kopingterdiri atas dua jenis yaitu koping yang berfokuspada masalah dan emosi. Hal tersebut sejalandengan penelitian Stowell, dkk (2008)mengemukakan bahwa murid dengan kecemasanujian yang tinggi gagal dalam menggunakanstrategi koping. Murid yang menggunakan kopingberfokus pada emosi dan masalah secarabersamaan menunjukan penyesuaian diri yanglebih baik daripada murid yang hanyamenggunakan salah satu jenis koping (Kraag,dkk 2009). Oleh karena itu, selain diberikanmateri tentang stres peserta juga diberikanpengetahuan tentang koping dan jenis koping agardapat mengurangi kecemasan menghadapi UN.

    Untuk mengubah pikiran dan pemahamanmateri, murid dilibatkan dengan aktivitas seperticeramah, diskusi, roleplay, dan mengisi lembarkerja. Selain itu, proses pelatihan diselingi denganadanya ice breaking, video, tayangan presentasi,dan cerita perumpamaan, yang dapat bergunamembangun suasana santai, menyenangkan, danmenarik perhatian sehingga murid lebih mudahuntuk fokus, memahami dan menyerap materipelatihan, serta bersemangat menjalani aktivitaspelatihan. Menurut Silberman (1998), aktivitastersebut merupakan pembelajaran melaluipengalaman. Pembelajaran melalui pengalamanadalah metode yang paling efektif untukmeningkatkan pemahaman dalam prosespelatihan, karena proses belajar yang terjadimelibatkan individu untuk memperhatikan,menganalisis, mencari pemahaman, dankemudian menerapkan pengetahuan danpemahaman tersebut dalam perilaku.

    Keberhasilan pelatihan manajemen stresjuga tidak lepas dari peran pengalaman trainer.Tidak jarang trainer mengimprovisasi materi yangdisampaikan sehingga pesannya ditangkap oleh

    subjek. Trainer mampu memberikan contohkonkrit menghadapi stres dan pelaksanaanstrategi koping dalam kehidupan sehari-hariremaja. Faktor keberhasilan berikutnya adalahpelatihan manajemen stres dilakukan denganmetode kelompok seperti mendengarpengalaman peserta lain sehingga peserta merasatidak sendiri menghadapi masalah UN. MenurutYalom (2005), dalam kelompok akan terjadipencerahan (insight), menerima sugesti,dukungan, pemberian keyakinan, dan dapatberbagi masalah dengan orang lain. Prawitasari(1992) juga menambahkan keuntungan pesertaberada dalam kelompok karena dapat salingmemberi umpan balik, mendapat kesempatanbelajar dan berlatih keterampilan baru, sertabelajar saling mengekspresikan perasaan.

    Selain itu, jumlah peserta dalam kelompokjuga terlibat dalam proses dinamika kelompok.Pada pelatihan ini, jumlah peserta 8 murid padakelompok eksperimen dan murid pada kelompokkontrol. Ketika jumlah peserta tidak banyakmaka seluruh peserta dalam kelompokmempunyai kesempatan untuk mengungkapkanperasaan dan umpan balik. Yalom (2005)mengatakan jumlah peserta dalam kelompokyang efektif yaitu tujuh hingga dua belas peserta.Peneliti melakukan evaluasi reaksi pesertaterhadap pelaksanaan pelatihan. Hasil evaluasimenunjukan bahwa pelatihan manajemen stresmendapatkan respon dari peserta dengan skorrata-rata 4,3 (dari skala 5). Hal ini menunjukanbahwa aspek-aspek pelatihan sepertipelaksanaan pelatihan secara keseluruhan, tempat(ruang), peralatan, konsumsi, suasana selamapelatihan, dan pengaturan waktu dianggap puasoleh subjek. Aspek penilaian yang mendapatkanskor rata-rata paling rendah yaitu ruangan (3,5)dan pengaturan waktu (3,87). Hal ini karena,pada pertemuan kedua terjadi pemindahanruangan. Suhu di dalam ruangan yang cukuppanas membuat peserta maupun fasilitatorberkeringat.

  • 89Manajemen Stres untuk Menurunkan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa SekolahMenengah Pertama

    Hasil evaluasi reaksi peserta terhadappembicara (trainer&fasilitator) mendapatkan skorrata-rata 4,45 (dari skala 5). Hal ini menunjukanbahwa aspek-aspek pembicara seperti gayamenyampaikan materi, gaya memimpin diskusi,dan gaya menjawab pertanyaan murid dianggapmenarik oleh peserta. Peserta menilai bahwatrainer mampu untuk menyampaikan materidengan jelas dan menarik. Peserta menilai semuamateri yang diberikan selama pelatihan sangatbermanfaat ketika menghadapi UN. Setelahmendapakan berbagai materi pelatihan, pesertaberpikir bahwa UN tidak perlu ditakutkanmelainkan dianggap sebagai tantangan yang bisadihadapi. Evaluasi dari observer mengamatibahwa semua peserta tampak antusias dalammengikuti pelatihan dan beberapa pesertatampak lebih aktif dari yang lainnya pada sesidiskusi dan tanya-jawab.

    SIMPULAN

    Hasil penelitian menunjukkan bahwapelatihan manajemen stres mampu menurunkantingkat kecemasan menghadapi UN pada muridSMP Negeri Kupang, dan ada perbedaan secarasignifikan pada penurunan skor kecemasanmenghadapi UN dari pretes menuju pos-tesantara kelompok eksperimen yang mendapatkanpelatihan manajemen stres dengan kelompokkontrol yang tidak mendapatkan pelatihan.Pelatihan manajemen stres berdasarkan prosedurSIT dapat digunakan untuk menurunkankecemasan menghadapi UN pada murid SMP.Hal ini karena pelatihan manajemen stres dapatmengubah penilaian kognitif dan penilaian sumberdaya (koping) yang dimiliki murid ke arah yangpositif.

    DAFTAR PUSTAKA

    Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologiedisi 2. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

    Aryani, F. (2009). Efektivitas pendekatancognitive behavior modification(cbm) untuk mengelola stres belajarsiswa (Disertasi tidak dipublikasikan).Program Studi Bimbingan danKonseling Universitas Negeri Malang,Malang.

    Elliot, S. M., Kratochwill, T. R., Littlefield, J., &Travers, J. F. (1999). Educationalpsychology:effective teachingeffective learning. Singapore: McGraw Hill Book Company.

    Ergene, T. (2003). Effective interventions on testanxiety reduction. Journal SchoolPsychology International, 24 (3),313-329.

    Griffith, M. A., Dubow, E. F., & Ippolito, M. F.(2000). Developmental and cross-situational differences in adolescentscoping strategies. Journal of youthand adolescence, 29 (2), 183-205.

    Hains, A. A., & Ellmann, S. W. (1994). Stressinoculation training as a preventativeintervention for high school youths.Journal of CognitivePsychotherapy, 8, 219"232.

    Hains, A. A., & Szyjakowski, M. (1990). Acognitive stress-reduction interventionprogram for adolescents. Journal ofCounseling Psychology, 37, 79"84.

    Hembree, R. (1988). Correlates, cause, effectand treatment of test anxiety. Reviewof educational research, 58 (1): 47-77.

    Hoedaya, D. (2007). Manajemen stres atletolahraga beregu. Jurnal IptekOlahraga, 9 (1), 1–17.

    Kiselica, M. S., Baker, S. B., Thomas, R. N., &Reedy, S. (1994). Effects of stress

  • 90

    inoculation training on anxiety, stress,and academic performance amongadolescents. Journal of CounselingPsychology, 41, 335–342.

    Kraag, G., Gerard, J. P., Breukelen, V., Kok,G.,& Hosman, C. (2009). Learn young,learn fair, a stress managementprogram for fifth and sixth graders:longitudinal results from anexperimental study. Journal of ChildPsychology and Psychiatry, 50 (9),1185–1195, doi:10.1111/j.1469-7610.2009.02088.x.

    Lazarus, R.S., & Folkman, S. (1984). Stress,appraisal, and coping. New York:Springer.

    Lazarus, R. S. (1990). Theory-based stressmeasurement. Psychological Inquiry,1, 3–13.

    Lazarus, R. S. (1991). Emotion andadaptation. New York: UniversityPress.

    Meichenbaum, D. H. (1993). Stress inoculationtraining: a twenty year update. InR. L.

    Meichenbaum, D. H. (1985). Stress inoculationtraining. Elmsford, NY: PergamonPress.

    Meichenbaum, D. H., & Deffenbacher, J. L.(1988). Stress inoculation training. TheCounseling Psychologist, 16, 69–90.

    Meichenbaum, D. (1977). Cognitive-behaviourmodification: an integrativeapproch. New York: Plenum Press.

    Milkman, H., & Wanberg, K. (2007).Cognitive-behavioral treatment, areview and discussion forcorrections professionals. National

    Institute of Corrections: Colorado.

    Neuderth, S., Jabs, B., & Schmidtke, A. (2009).Strategies for reducing test anxiety andoptimizing exam preparation inGerman university students: aprevention-oriented pilot project of theUniversity of Wu¨rzburg. JournalNeural Transmition, 116, 785–790,doi 10.1007/s00702-008-0123-7.

    Nurlaila, S. (2010). Pelatihan efikasi diriuntuk menurunkan kecemasanpada siswa-siswi yang akanmenghadapi ujian akhir nasional(Tesis tidak dipublikasikan). MagisterProfesi Psikologi Universitas GadjahMada, Yogyakarta.

    Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanNomor 59 tahun 2011 TentangKriteria kelulusan peserta didik darisatuan pendidikan Danpenyelenggaraan ujian sekolah/madrasah dan ujian Nasional. Diunduhdari http//www.bnsp.go.id.

    Prawesti, N. A. (2008). Penggunaan prolongeexpire dan stress inoculationtraining pada remaja yangmenderita amite stress disorder(asd) akibat perkosaan (Tesis tidakdipublikasikan). Fakultas PsikologiUniversitas Airlangga, Surabaya.

    Santrock, J. (2007). Adolescence 8th ed.McGraw-Hill International Edition.New York: University of Texas atDallas.

    Sarason, I. G. (1984). Stress, anxiety, andcognitive interference: Reactions toTests. Journal of Personality andSocial Psychology, 46, 929-938.

    Saunders, T., Driskell, J. E., Johnston, J. H., &

  • 91Manajemen Stres untuk Menurunkan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa SekolahMenengah Pertama

    Salas, E. (1996). The Effect of stressinoculation training on anxiety andperformance. Journal ofOccupational Health Psychology,1(2), 170-186.

    Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, D.T. (2002). Experimental and quasi-experimental designs forgeneralized causal inference.Houghton Mifflin Co: Boston.

    Sheehy, R., & Horan, J. J. (2004). Effects ofstress inoculation training for 1st-yearlaw students. International Journalof Stress Management, 11 (1), 41–55, DOI:10.1037/1072-5245.11.1.41.

    Silberman, M. (1998). Active training: ahandbook of techniques, design,case examples, and tips. Sanfransisco: Jossey-Bass. Spielberger, C.D. (1966). Anxiety and behavior.New York : Academic Press.

    Spielberger, C. D. (1972). Curent trends intheory and research on anxiety. NewYork: Academic Press.

    Spielberger, C. D. (1983). Manual for thestate-trait anxiety inventory (STAI).PaloAlto, CA: ConsultingPsychologists Press.

    Stowell, J.R, Tumminaro, T,. & Attarwala, M(2008). Moderating effects of copingon The Relationhip between TestAnxiety And Negatif Mood. Stressand Health. Vol.4. 313-321.

    Suryani, Y. (2012). Program bimbingankelompok untuk meningkatkankemampuan siswa mengelola stressekolah: studi kuasi eksperimenterhadap siswa kelas X (Tesis tidakdipublikasikan). Program StudiBimbingan dan Konseling UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

    Yalom, I. D. (2005). The theory and practiceof group psychoterapy: fifth edition.USA: Basic books, Inc.

    Zeidner, M. (1998). Test anxiety: the state ofthe art. New York: Kluwer AcademicPublishers.

  • 92