manajemen sekolah berwawasan gender

20
1 BAB II BAB II MANAJEMEN SEKOLAH BERWAWASAN GENDER MANAJEMEN SEKOLAH BERWAWASAN GENDER A. A. Organisasi dan Budaya Sekolah Organisasi dan Budaya Sekolah B. B. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana C. C. Administrasi Sekolah Administrasi Sekolah D. D. Kebijakan dan Pengelolaan Kebijakan dan Pengelolaan Sekolah Sekolah E E mpat komponen pendidikan yang dapat dijumpai mpat komponen pendidikan yang dapat dijumpai di lingkungan sekolah di lingkungan sekolah

Upload: gogons

Post on 25-Jun-2015

550 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

1

BAB IIBAB IIMANAJEMEN SEKOLAH BERWAWASAN MANAJEMEN SEKOLAH BERWAWASAN

GENDERGENDER

A.A. Organisasi dan Budaya SekolahOrganisasi dan Budaya Sekolah

B.B. Sarana dan PrasaranaSarana dan Prasarana

C.C. Administrasi SekolahAdministrasi Sekolah

D.D. Kebijakan dan Pengelolaan Kebijakan dan Pengelolaan SekolahSekolah

EEmpat komponen pendidikan yang dapat dijumpaimpat komponen pendidikan yang dapat dijumpai di lingkungan sekolahdi lingkungan sekolah

Page 2: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

2

A. Organisasi Dan Budaya A. Organisasi Dan Budaya SekolahSekolah

1. Hubungan timbal balik antara budaya sekolah dengan manajemen sekolah

Pengertian: Seluruh pengalaman psikologis warga sekolah (sosial, emosional dan intelektual) yang diserap mereka selama berada dalam lingkungan sekolah mencerminkan KKG

Page 3: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

3

2.2. Masalah-masalah dalam budaya sekolah yang Masalah-masalah dalam budaya sekolah yang sensitif gendersensitif gender; yaitu masih terdapatnya gejala ; yaitu masih terdapatnya gejala kesenjangan dan bias gender yang dapat diidentifikasi kesenjangan dan bias gender yang dapat diidentifikasi di dalam lingkungan sekolah: partisipasi murid, di dalam lingkungan sekolah: partisipasi murid, stereotipi, diskriminasi gender, kekerasan berbasis stereotipi, diskriminasi gender, kekerasan berbasis gender. gender.

3.3. Manfaat budaya sekolah sensitif genderManfaat budaya sekolah sensitif gender; yaitu ; yaitu terciptanya budaya sekolah yang memiliki ciri-ciri terciptanya budaya sekolah yang memiliki ciri-ciri kesetaraan dan keadilan gender dalam bentuk kesetaraan dan keadilan gender dalam bentuk sikap, sikap, norma dan relasi warga sekolahnorma dan relasi warga sekolah, sehingga laki-laki , sehingga laki-laki dan perempuan memperoleh keuntungan: akses, dan perempuan memperoleh keuntungan: akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pendidikan. partisipasi, kontrol dan manfaat pendidikan.

4.4. Analisis budaya sekolahAnalisis budaya sekolah; analisis budaya adalah ; analisis budaya adalah analisis situasi umum, perilaku dominan dan kebiasaan analisis situasi umum, perilaku dominan dan kebiasaan yang diterima dan dianggap wajar yang membentuk yang diterima dan dianggap wajar yang membentuk pola relasi antar personal dan etos kerja sekolah. pola relasi antar personal dan etos kerja sekolah. Kultur sekolah meliputi aspek-aspek sebagai berikut: Kultur sekolah meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Ekspresi verbal; (2) Ekspresi non-verbal; (3) (1) Ekspresi verbal; (2) Ekspresi non-verbal; (3) Lingkungan internal dan eksternal, dan (4) Kultur Lingkungan internal dan eksternal, dan (4) Kultur sekolah. sekolah. Sekolah perlu dibangun di atas landasan Sekolah perlu dibangun di atas landasan keadilan dan kesetaraan gender, terutama yang keadilan dan kesetaraan gender, terutama yang berkaitan dengan perkembangan sikap, norma berkaitan dengan perkembangan sikap, norma dan hubungan antar genderdan hubungan antar gender

Page 4: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

4

Langkah menciptakan Budaya Sekolah yang Langkah menciptakan Budaya Sekolah yang Sensitif Gender:Sensitif Gender:

Menciptakan rasa aman dan nyamanMenciptakan rasa aman dan nyaman tanpa ada tanpa ada kekerasan fisik, psikis, seksual berbasis perbedaan kekerasan fisik, psikis, seksual berbasis perbedaan jenis kelaminjenis kelamin

Memberikan penghargaan dan penghormatanMemberikan penghargaan dan penghormatan sesuai dengan posisi dan perannya masing-masingsesuai dengan posisi dan perannya masing-masing

Menghindari terjadinya diskriminasi genderMenghindari terjadinya diskriminasi gender baik baik terhadap laki-laki maupun terhadap perempuanterhadap laki-laki maupun terhadap perempuan

Menghilangkan stereotipi genderMenghilangkan stereotipi gender baik mengenai baik mengenai fungsi dan peran laki-laki maupun perempuanfungsi dan peran laki-laki maupun perempuan

Tidak menggunakan simbol-simbol, gambar, poster, Tidak menggunakan simbol-simbol, gambar, poster, lukisan dan bahasa verbal maupun non-verbal yang lukisan dan bahasa verbal maupun non-verbal yang dapat dapat menimbulkan pelecehanmenimbulkan pelecehan laki-laki maupun laki-laki maupun perempuanperempuan

Page 5: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

5

Karakteristik Budaya Sekolah yang Bias Dan Karakteristik Budaya Sekolah yang Bias Dan

Sensitif GenderSensitif Gender No

Aspek-aspekSituasi

Karakteristik

Bias gender Sensitif gender

1. Pola komunikasi Bersifat hirarkhis dan dominatif Bersifat setara dan proporsional

2. Idiom-idiom Merendahkan dan melecehkan Saling menghormati

3. Lelucon Bersifat merendahkan, mengejek dan melecehkan

Bersifat menyegarkan dan menghibur

4. Pajangan dan dekorasi

Bernuansa melecehkan, meremehkan, menempatkan sebagai objek: kalender, layar komputer, dll

Bernuansa mendorong warga sekolah untuk bersikap dan perilaku santun terhadap siapapun

5. Pengaturan kerja internal

Bersifat dominatif, meminggirkan aspirasi dan potensi salah satu jenis kelamin

Bersifat partisipatif, menghindari marjinalisasi jenis kelamin tertentu dan sinergi

6. Penawaran peran Mengarah pada peran stereotipi yang merugikan bagi capaian target bersama

Membiasakan untuk menghindari peran stereotipi yang merugikan

7. Kultur birokrasi Hirakhis, dominatif dan paternalistik Demokratis, akomodatif dan toleran

Page 6: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

6

Warga Sekolah dalam Menciptakan Budaya Warga Sekolah dalam Menciptakan Budaya

Sensitif GenderSensitif Gender NO UNSUR AKTIVITAS

1. Guru Memberikan keteladanan yang setara gender;Menerapkan pembelajaran adil gender;Memberikan penilaian yang tidak diskriminatif;Membangun relasi gender yang tidak diskriminatif.

2. Kepala Sekolah Memberi keteladanan setara dan adil genderMelakukan kebijakan yang setara dan adil genderMenegakkan peraturan tanpa diskriminasi genderMengembangkan relasi warga sekolah yang setara dan adil gender.

3. Murid Berperilaku tidak melecehkan gender tertentuMematuhi kebijakan sekolah yang responsif genderMenerapkan kesetaraan gender dengan menempatkan diri sesuai dengan posisinyaHubungan sosial setara sesama teman tanpa diskriminasi gender.

4. Karyawan Memberi keteladanan yang setara dan adil genderMemberikan pelayanan tanpa diskriminasi genderMelaksanakan pekerjaan tanpa stereotype gender dan tidak memihak Menjalankan peraturan tanpa diskriminasi genderMenerapkan kesetaraan gender di lingkungan kerjanyaMendukung kebijakan sekolah yang berorientasi kesetaraan dan keadilan gender

5. Komite Sekolah Komite sekolah memberi keteladanan dalam kesetaraan dan keadilan genderMelakukan kebijakan responsif genderMembiasakan pemberian akses, peran pengambilan keputusan atau kontrol yang sama antar laki-laki dan perempuanMendorong terwujudnya partisipasi kelompok marjinal dalam kegiatan sekolah

Page 7: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

7

B. B. Sarana dan PrasaranaSarana dan Prasarana

Dalam mewujudkan pendidikan di sekolah yang Dalam mewujudkan pendidikan di sekolah yang berwawasan gender (PSBG), pengembangan berwawasan gender (PSBG), pengembangan sarana dan prasarana pendidikan yang responsif sarana dan prasarana pendidikan yang responsif gender perlu dilakukan sehingga semua komponen gender perlu dilakukan sehingga semua komponen sekolah yang terlibat di dalamnya memiliki sekolah yang terlibat di dalamnya memiliki akses akses yang samayang sama untuk mendayagunakannya dengan untuk mendayagunakannya dengan tanpa membedakan jenis kelamin.tanpa membedakan jenis kelamin.

Page 8: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

8

Tabel 6: Sarana dan Prasarana yang Tabel 6: Sarana dan Prasarana yang Responsif GenderResponsif Gender

Aspek IndikatorInfrastruk-tur pendidik-an di sekolah

Tersedianya sarana-prasarana yang mempertimbangkan kebutuhan berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Pemanfaatan sarana-prasarana tidak terjadi dominasi atas dasar perbedaan jenis kelamin.

Meninjau kembali sarana-prasarana yang penggunaannya tidak ramah (kesulitan) pada jenis kelamin tertentu.

Menyediakan sarana-prasarana untuk menunjang fungsi reproduksi dan kultural, misalnya: tempat penitipan anak, kamar mandi terpisah, dan transportasi yang aman, dll.

Page 9: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

9

C. Administrasi SekolahC. Administrasi Sekolah

data yang terpilahdata yang terpilah antara laki-laki antara laki-laki dan perempuan dapat disajikan pada dan perempuan dapat disajikan pada berbagai dokumen sekolah. berbagai dokumen sekolah. Indikator yang dikembangkan dalam Indikator yang dikembangkan dalam sistem pendataan dan informasi sistem pendataan dan informasi tersebut diusahakan mencakup tersebut diusahakan mencakup unsur-unsur input, proses, dan hasil. unsur-unsur input, proses, dan hasil.

diprogramkan pula penguatan diprogramkan pula penguatan fungsi fungsi monitoring dan evaluasimonitoring dan evaluasi. .

Page 10: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

10

D. Kebijakan dan D. Kebijakan dan Pengelolaan Pengelolaan SSumberdayaumberdaya

1.1. Pertama, APBS yang Responsif Gender. Pertama, APBS yang Responsif Gender. APBS yang APBS yang berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan untuk berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan untuk laki-laki dan perempuan secara laki-laki dan perempuan secara setara, adil, dan setara, adil, dan seimbang.seimbang.

2.2. Kedua, APBS dalam perwujudan pendidikan yang Kedua, APBS dalam perwujudan pendidikan yang Responsif Gender; APBS adalah instrumen yang cukup Responsif Gender; APBS adalah instrumen yang cukup penting dalam rangka menciptakan iklim sekolah yang penting dalam rangka menciptakan iklim sekolah yang responsif gender,responsif gender,

3.3. Ketiga, Indikator Anggaran Pendidikan yang Responsif Ketiga, Indikator Anggaran Pendidikan yang Responsif Gender; Gender; untuk menyusun indikator APBS dan kesetaraan untuk menyusun indikator APBS dan kesetaraan gender digunakan beberapa pertanyaan kunci sebagai gender digunakan beberapa pertanyaan kunci sebagai berikut.berikut.

Seberapa besar anggaran yang diperuntukkan pada Seberapa besar anggaran yang diperuntukkan pada kebutuhan perempuan sebagai tindakan khusus kebutuhan perempuan sebagai tindakan khusus ((affirmative actionaffirmative action)?)?

Seberapa besar anggaran untuk mempercepat Seberapa besar anggaran untuk mempercepat terwujudnya kesetaraan gender di sekolah?terwujudnya kesetaraan gender di sekolah?

Seberapa besar anggaran untuk kebijakan dan program Seberapa besar anggaran untuk kebijakan dan program sekolah yang responsif gender dengan indikator akses, sekolah yang responsif gender dengan indikator akses, partisipasi, kontrol dan manfaatnya untuk laki-laki dan partisipasi, kontrol dan manfaatnya untuk laki-laki dan perempuan secara setara dan adil genderperempuan secara setara dan adil gender

Page 11: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

11

PEMBELANJAAN SPESIFIK GENDER

PEMBELANJAAN UNTUK MENDORONG KESETARAAN GENDER

PEMBELANJAAN UNTUK MENDORONG PUG

KATEGORIINDIKATOR

APBS

Page 12: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

12

E. E. Manajemen Sekolah Manajemen Sekolah Responsif GenderResponsif Gender

Menyediakan akses yang sama bagi laki-laki Menyediakan akses yang sama bagi laki-laki maupun perempuan untuk berperan dan maupun perempuan untuk berperan dan mendapatkan manfaat yang sama bagi mendapatkan manfaat yang sama bagi keduanya.keduanya.

Menghargai adanya karakter kerja, Menghargai adanya karakter kerja, kesempatan dan tugas kultural yang berbeda kesempatan dan tugas kultural yang berbeda antara perempuan dan laki-laki dalam antara perempuan dan laki-laki dalam menjalankan tugas kedinasan.menjalankan tugas kedinasan.

Perempuan dan laki-laki memiliki hak dan Perempuan dan laki-laki memiliki hak dan kepentingan yang sama dalam menempati kepentingan yang sama dalam menempati setiap posisi, kontrol dan manfaat yang sama.setiap posisi, kontrol dan manfaat yang sama.

Page 13: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

13

1.Tupoksi Sekolah untuk 1.Tupoksi Sekolah untuk menerapkan MBS menerapkan MBS Responsif GenderResponsif Gender

Kesetaraan dan keadilan gender dapat Kesetaraan dan keadilan gender dapat diintegrasikan melalui tugas dan fungsi (tupoksi) diintegrasikan melalui tugas dan fungsi (tupoksi) sekolah dalam menerapkan MBS yang meliputi sekolah dalam menerapkan MBS yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut:komponen-komponen sebagai berikut: pengelolaan proses belajar mengajarpengelolaan proses belajar mengajar perencanaan, evaluasi, dan supervisiperencanaan, evaluasi, dan supervisi pengelolaan kurikulum dan pembelajaranpengelolaan kurikulum dan pembelajaran pengelolaan ketenagaanpengelolaan ketenagaan pengelolaan fasilitaspengelolaan fasilitas pengelolaan keuanganpengelolaan keuangan pelayanan siswapelayanan siswa peran serta masyarakatperan serta masyarakat pengelolaan budaya sekolah.pengelolaan budaya sekolah.

Page 14: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

14

2.2. Hasil MBS Responsif Hasil MBS Responsif gendergender

Penerapan MBS responsif gender diharapkan dapat Penerapan MBS responsif gender diharapkan dapat mewujudkan sekolah yang berprestasimewujudkan sekolah yang berprestasi bagi bagi murid perempuan dan laki-laki. murid perempuan dan laki-laki. Sekolah Sekolah berprestasi dapat dikategorikan menjadi dua; yaitu berprestasi dapat dikategorikan menjadi dua; yaitu prestasi akademikprestasi akademik dan dan non akademiknon akademik.. PertamaPertama, Prestasi akademik, Prestasi akademik; murid laki-laki dan ; murid laki-laki dan

perempuan sama-sama mempunyai prestasi akademik perempuan sama-sama mempunyai prestasi akademik berbentuk nilai NUN, UAN yang tinggi, juara karya ilmiah, berbentuk nilai NUN, UAN yang tinggi, juara karya ilmiah, juara lomba-lomba akademik (seperti: Bahasa Inggris, juara lomba-lomba akademik (seperti: Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan sebagainya).Matematika, Fisika, Kimia, dan sebagainya).

KeduaKedua, Prestasi non akademik, Prestasi non akademik; murid laki-laki dan ; murid laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai prestasi non akademik perempuan sama-sama mempunyai prestasi non akademik berupa semangat/kemauan belajar seumur hidup, berupa semangat/kemauan belajar seumur hidup, mencintai ilmu, toleransi, disiplin, taat beragama, mencintai ilmu, toleransi, disiplin, taat beragama, kerajinan, memiliki cita rasa seni yang tinggi.kerajinan, memiliki cita rasa seni yang tinggi.

Ketiga, tahapan mewujudkan MBS responsifKetiga, tahapan mewujudkan MBS responsif gender gender dengan melakukan sosialisasi tentang MBS Responsif dengan melakukan sosialisasi tentang MBS Responsif gender.gender.

Page 15: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

15

Tahapan sosialisasi tentang MBS Tahapan sosialisasi tentang MBS responsif gender:responsif gender:

.Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah dengan .Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah dengan memasukkan kesetaraan gender sebagai bagian integral dan memasukkan kesetaraan gender sebagai bagian integral dan eksplisit.eksplisit.

Mengidentifikasi fungsi-fungsi sekolah yang menggunakan prinsip Mengidentifikasi fungsi-fungsi sekolah yang menggunakan prinsip MBS dengan mengintegrasikan masalah gender yang diperlukan MBS dengan mengintegrasikan masalah gender yang diperlukan untuk mencapai sasaran.untuk mencapai sasaran.

Melakukan analisis SWOT untuk mengetahui potensi pengembangan Melakukan analisis SWOT untuk mengetahui potensi pengembangan kesetaraan gender dalam perencanaan program dan pengembangan kesetaraan gender dalam perencanaan program dan pengembangan strategis untuk mencapai sasaran.strategis untuk mencapai sasaran.

Mengidentifikasi langkah-langkah pemecahan masalah terkait Mengidentifikasi langkah-langkah pemecahan masalah terkait dengan hambatan kesetaraan gender di sekolah akibat konstruksi dengan hambatan kesetaraan gender di sekolah akibat konstruksi sosial budaya.sosial budaya.

Menyusun rencana dan program peningkatan mutu yang responsif Menyusun rencana dan program peningkatan mutu yang responsif terhadap perbedaan gender sebagai kostruksi sosial dengan terhadap perbedaan gender sebagai kostruksi sosial dengan memperhatikan kebutuhan gender praktis dan gender strategis.memperhatikan kebutuhan gender praktis dan gender strategis.

Melakukan monitoring dan evaluasi dengan menggunakan indikator Melakukan monitoring dan evaluasi dengan menggunakan indikator kesetaraan gender dan indikator kebijakan responsif gender.kesetaraan gender dan indikator kebijakan responsif gender.

Merumuskan sasaran mutu baru melalui reformulasi manajemen Merumuskan sasaran mutu baru melalui reformulasi manajemen sekolah yang bias atau netral gender menuju manajemen responsif sekolah yang bias atau netral gender menuju manajemen responsif gender.gender.

Page 16: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

16

Page 17: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

17

Gambar 3: Manajemen Gambar 3: Manajemen Netral, Bias Dan Responsif Netral, Bias Dan Responsif

GenderGender

Page 18: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

18

KEBUTUHAN GENDERKEBUTUHAN GENDERKEBUTUHAN GENDER PRAKTIS KEBUTUHAN GENDER STRATEGIS

Kebutuhan untuk mendukung pelaksanaan peran gender konvensional sehingga tidak menghalangi target yang diharapkan.

Mengupayakan terjadinya fleksibilitas peran antara laki-laki dan perempuan melalui :

1) Penyadaran terhadap seluruh staf, partner staf dan stakeholder yang lain.

2) Mempertahankan peran gender konvensional. Misalnya: menyediakan tempat penitipan anak bagi guru/pegawai agar bisa tetap menjalankan peran gender konvensionalnya.

3) Mengatur jadwal mengajar yang disesuaikan dengan kegiatan reproduksi, misalnya: guru yang memiliki anak balita diberi jam agak siang, atau tidak diberi tugas guru kelas.

4) Mengatur waktu rapat dengan mempertimbangkan peran-peran gender konvensional.

Kebutuhan untuk mengubah relasi dan peran gender tradisional guna mencapai target manajemen yang diharapkan.

1) Memberlakukan "perlakuan khusus" dalam waktu tertentu (affirmative action) kepada perempuan untuk meningkatkan ketrampilan dan kapasitas manajerial.

2) Misalnya : Menerapkan kuota 30% dalam peran yang terkait dengan pengambilan keputusan.

3) Memberikan bantuan pada perempuan untuk penguatan motivasi dalam pemberdayaan diri.

Page 19: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

19

3. Karakteristik MBS yang 3. Karakteristik MBS yang Efektif dan Responsif Efektif dan Responsif

gendergender MBS yang yang efektif adalah yang MBS yang yang efektif adalah yang

memiliki karakteristik yang memiliki karakteristik yang responsif gender, baik yang responsif gender, baik yang berkaitan dengan sekolahnya itu berkaitan dengan sekolahnya itu sendiri, kepala sekolah, guru, serta sendiri, kepala sekolah, guru, serta kurikulum dan pembelajaran. kurikulum dan pembelajaran.

Page 20: Manajemen Sekolah Berwawasan Gender

20

Beberapa karakteristik yang Beberapa karakteristik yang cukup penting adalah sebagai cukup penting adalah sebagai

berikut:berikut: PertamaPertama, sekolah memiliki visi dan misi yang , sekolah memiliki visi dan misi yang

berperspektif genderberperspektif gender KeduaKedua, kepala sekolah memiliki karakteristik yang , kepala sekolah memiliki karakteristik yang

profesional dan sensitif Gender.profesional dan sensitif Gender. KetigaKetiga, karakteristik guru yang profesional dan , karakteristik guru yang profesional dan

Sensitif GenderSensitif Gender KeempatKeempat, kurikulum yang Seimbang dan Responsif , kurikulum yang Seimbang dan Responsif

GenderGender KelimaKelima, lingkungan sekolah yang sensitif gender; , lingkungan sekolah yang sensitif gender; KeenamKeenam, ramah terhadap perbedaan gender; , ramah terhadap perbedaan gender; KetujuhKetujuh, manajemen sekolah yang responsif gender; , manajemen sekolah yang responsif gender; KedelapanKedelapan, upaya mewujudkan Komite Sekolah , upaya mewujudkan Komite Sekolah

responsif gender; responsif gender;