manajemen resiko kebakaran transjakarta

13
Manajemen Resiko “Kebakaran Transjakarta” 1.1. Contoh Kasus Rem Roda Lengket, Transjakarta Kembali Terbakar Diposting oleh : Hendy Pratama pada 16:19, 02-Jun-15 Sebuah Bus Transjakarta yang beroperasi di koridor 5 dan melayani rute Kampung Melayu-Ancol, diketahui mengalami kebakaran pada Kamis (21/5) pagi. Kebakaran yang terjadi pada pukul 05.00 WIB tersebut dipicu oleh lengketnya rem yang berada di bagian roda bus. Walaupun kondisi rem lengket, namun bus terkait tetap dipaksa beroperasi. Akhirnya, tidak beberapa lama setelah berjalan bus bernomor LRN35 itu pun terbakar dan segera berhenti beroperasi. Menurut Direktur Utama PT. TransJakarta Antonios Kosasih, perusahaan yang ia pimpin langsung melakukan evaluasi atas kembali terbakarnya bus saat beroperasi di jalan raya ibu kota. Kosasih pun berjanji akan semakin memperketat pengawasan agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi di masa mendatang. "Sebenarnya, kalau tidak dipaksa jalan tidak akan terjadi hal tersebut (kebakaran bus). Karena itu kami akan menerapkan standar pengawasan yang lebih ketat lagi untuk mencegah masalah yang sama terjadi lagi di kemudian hari," ujar Kosasih dalam keterangan tertulisnya kepada para wartawan, Kamis (21/5). Bus TransJakarta yang terbakar tersebut diketahui berasal dari operator Lorena. Kosasih lantas mengatakan bahwa ia akan semakin menekan operator-operator TransJakarta untuk menyeleksi sopir yang kompeten untuk mengendarai salah satu moda transportasi utama warga Jakarta tersebut.

Upload: hendy

Post on 16-Dec-2015

373 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

Manajemen Resiko Kebakaran Transjakarta (Kp. Melayu)

TRANSCRIPT

Manajemen ResikoKebakaran Transjakarta

1.1. Contoh KasusRem Roda Lengket, Transjakarta Kembali TerbakarDiposting oleh : Hendy Pratama pada 16:19, 02-Jun-15Sebuah Bus Transjakarta yang beroperasi di koridor 5 dan melayani rute Kampung Melayu-Ancol, diketahui mengalami kebakaran pada Kamis (21/5) pagi. Kebakaran yang terjadi pada pukul 05.00 WIB tersebut dipicu oleh lengketnya rem yang berada di bagian roda bus.Walaupun kondisi rem lengket, namun bus terkait tetap dipaksa beroperasi. Akhirnya, tidak beberapa lama setelah berjalan bus bernomor LRN35 itu pun terbakar dan segera berhenti beroperasi.Menurut Direktur Utama PT. TransJakarta Antonios Kosasih, perusahaan yang ia pimpin langsung melakukan evaluasi atas kembali terbakarnya bus saat beroperasi di jalan raya ibu kota. Kosasih pun berjanji akan semakin memperketat pengawasan agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi di masa mendatang."Sebenarnya, kalau tidak dipaksa jalan tidak akan terjadi hal tersebut (kebakaran bus). Karena itu kami akan menerapkan standar pengawasan yang lebih ketat lagi untuk mencegah masalah yang sama terjadi lagi di kemudian hari," ujar Kosasih dalam keterangan tertulisnya kepada para wartawan, Kamis (21/5).Bus TransJakarta yang terbakar tersebut diketahui berasal dari operator Lorena. Kosasih lantas mengatakan bahwa ia akan semakin menekan operator-operator TransJakarta untuk menyeleksi sopir yang kompeten untuk mengendarai salah satu moda transportasi utama warga Jakarta tersebut."Saya wajibkan semua operator untuk sertifikasi sopir mereka agar tidak terjadi hal seperti ini (kebakaran) lagi di kemudian hari," kata Kosasih.Tidak ada korban jiwa yang jatuh akibat terbakarnya bus TransJakarta kamis pagi tersebut. Petugas TransJakarta yang bertugas juga diketahui segera memadamkan api yang berkobar dari bagian roda belakang bus menggunakan Alat Pemadam Ringan (APAR) saat kejadian berlangsung.Berdasarkan pantauan, lalu lintas bus Transjakarta di Kampung Melayu berjalan seperti biasa. Di sekitar lokasi kejadian juga tak tampak jelaga dan genangan air layaknya baru terjadi pemadaman api dalam skala besar.Terbakarnya bus Transjakarta di Jatinegara Barat ini menjadi peristiwa terbakarnya bus Transjakarta yang ke-16 kalinya sejak 2008. Sebelumnya, menurut catatan PT Transjakarta, pernah ada 15 kasus bus terbakar selama 2008 sampai 2015. Dari 15 peristiwa itu, 12 bus atau 80 persen kejadian menimpa bus yang menggunakan bahan bakar compressed natural gas (CNG). Bus yang dilalap api itu buatan sejumlah pabrikan, mulai dari buatan Daewoo, Huang Hai, Hyundai, Yu Tong, dan Zhong Tong.Sumber : Tempo dan CNN IndobesiaEditor : Hendyhttp://hendypratama.heck.in/rem-roda-lengket-transjakarta-kembali-te.xhtml

1.2. Identifikasi ResikoSalah satu upaya yang dibuat oleh pemerintah daerah DKI Jakarta dalam mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas adalah menciptakan transportasi publik yang cepat, aman dan nyaman. Tetapi, dalam 10 tahun terakhir, masalah yang dialami oleh Transjakarta terus berkembang. Pada bulan Januari 2014 sampai dengan mei 2015, kasus kebakaran Transjakarta hampir terjadi setiap bulannya. Bus yang terbakar merupakan bus baru yang diimpor dari Cina, proyek ini merupakan bagian dari proyek di bawah manajemen Badan Layanan Umum (BLU) dalam penambahan unit Transjakarta. Bus yang impors dari cina terindikasi bukan bus baru, tetapi rekondisi bus lama. Selain itu, kurang profesionalnya tenaga operator juga menjadi salah satu penyebab terbakarnya bus TransJakarta.Proses Identifikasi Risiko:1.Menentukan Unit Risiko.Sebuah Bus Transjakarta yang beroperasi di koridor 5 dan melayani rute Kampung Melayu-Ancol, diketahui mengalami kebakaran pada Kamis (21/5) pagi. Kebakaran yang terjadi pada pukul 05.00 WIB tersebut dipicu oleh lengketnya rem yang berada di bagian roda bus. Walaupun kondisi rem lengket, namun bus terkait tetap dipaksa beroperasi. Akhirnya, tidak beberapa lama setelah berjalan bus tersebut pun terbakar dan segera berhenti beroperasi.Tidak ada korban jiwa yang jatuh akibat terbakarnya bus TransJakarta kamis pagi tersebut. Petugas TransJakarta yang bertugas juga diketahui segera memadamkan api yang berkobar dari bagian roda belakang bus menggunakan Alat Pemadam Ringan (APAR) saat kejadian berlangsung. Berdasarkan pantauan, lalu lintas bus Transjakarta di Kampung Melayu berjalan seperti biasa. Di sekitar lokasi kejadian juga tak tampak jelaga dan genangan air layaknya baru terjadi pemadaman api dalam skala besar.2.Memahami proses bisnis/ operasional dari unit tersebut.Di dalam unit transportasi, transjakarta merupakan suatu jenis dari Sistem Bus Rapid Transit (BRT) yang memiliki misi dan visi dalam melayani masyarakat. Dan untuk mencapai visi misi tersebut, perlu dilakukannya perawatan, pengelolaan, dan pengawasan terhadap setiap unit TransJakarta yang beroprasi.Bus yang terjakarta yang terbakar merupakan bus koridor 5 (lima) yang baru saja keluar dari pool di terminal kampung melayu. Bus tersebut melayani rute Kampung Melayu-Ancol.3.Menentukan aktivitas yang krusial.Dalam kasus terbakarnya transjakarta tersebut, aktivitas krusialnya yakni: Walapun kondisi rem lengket, namun bus terkait tetap dipaksa beroperasi. Gesekan rem macet yang dipaksa jalan sehingga panas menyebabkan ban terbakar dan pecah. Roda bus terbakar tidak jauh dari terminal kampong melayu Belum ada penumpang yang naik TransJakarta tersebut. Supir bus segera memadamkan api sendirian. Lokasi terbakarnya transjakarta dekat dengan ruko pedagang, dan perkantoran4.Menentukan barang dan orang yang ada pada aktivitas krusial tersebut Supir: Harus mengerti bagaimana keadaan kendaraan yang dibawanya. Selain itu, seorang supir transjakarta harusnya tidak memaksakan suatu tindakan yang dapat membahayakan penumpangnya. Penumpang: Berhubungan dengan masyarakat yang meggunakan jasa transjakarta. Satu Unit Bus Transjakarta : Kendaraan operasional yang digunakan untuk mengangkut penumpang.5.Mencari tahu kerugian yang dapat terjadi pada barang dari aktivitas krusial tersebut. Satu Unit Bus : Kerusakan Roda, Kerusakan Badan Bus, Bus Terbakar Total, Bus Meledak.6.Menentukan penyebab terjadinya kerugian dan risiko. Terbakarnya bagian roda Transjakarta karena gesekan panas rem lengket. Gesekan panas rem yang dipaksakan akhirnya menimbulkan percikan api dan menyaambar bagian belakang mesin. 7. Membuat daftar risiko.Pembuatan daftar risiko dengan tujuan untuk lebih mudah dalam proses identifikasi risiko.

Daftar risiko yang dapat di identifikasi dari kasus terbakarnya transjakarta :a. Kerusakan pada roda transjakartab. Terbakarnya Mesinc. Terbakarnya Radiatord. Oli Bocore. Tertabrak oleh Busway lainf. Cideranya Supir Buswayg. Cideranya pengguna jalan disekitar lokasi kebakaran transjakartaBerikut ini merupakan daftar risiko terbakarnya transjakarta :NoSumberPenyebabBahaya/ Risiko

1Rem RodaRem roda kendaraan lengket tetapi dipaksakanPanas, Terbakar

2MesinTerlalu panas, Terkena Rembetan ApiMesin Berasap, Terbakar

3RadiatorOverheat/Terlalu Panas, Terkena rembetan ApiTerbakar, Meledak

4OliOli bocor dan mengenai mesin yang panasMesin berasap, Terbakar

5Busway lainTertabrak saat Busway mengerem mendadakBagian belakan bus Rusak, Hancur

6Supir BuswayTidak memakai pengaman, salah prosedur saat memadamkan apiCidera ringan, Terbakar, Luka Bakar

7Pengguna JalanTerkena dampak terbakarnya transjakartaTerjatuh dari Kendaraan, Cidera ringan

1.3. Penilaian RisikoMetode yang digunakan untuk menilai risiko adalah metode kualitatif karena data yang diperoleh tidak lengkap.

Tabel Ukuran Kualitatif Kemungkinan (Likelihood) Menurut AS/NZS 4360

LevelDeskriptorUraian

AAlmost certainDapat terjadi setiap saat

BLikelyKemungkinan sering terjadi

CPossibleDapat terjadi sekali-kali

DUnlikelyKemungkinan terjadi jarang

Tabel Ukuran Kualitatif KonsekuensiMenurut AS/NZS 4360LevelDeskriptorUraian

1InsignificantTidak terjadi cedera, kerugian finansial kecil

2MinorCedera ringan, kerugian finansial sedang

3ModerateCedera sedang, perlu penanganan medis, kerugian finansial besar

4MajorCedera berat lebih satu orang, kerugian besar, gangguan produksi

5CatasthropicFatal lebihsatuorang, kerugian sangat besar dan dampak luas yangberdampak panjang, terhentinya seluruh kegiatan

Dari risiko yang telah diidentifikasi, berikut ini adalah penilaian risiko yang dibuat berdasarkan besar kemungkinan dan konsekuensinya:No.Sumber BahayaKemungkinanKonsekuensiNilai

1Rem roda lengketC/224

2Terbakarnya MesinC/236

3Radiator yang overheatA/4416

4Kebocoran OliB/3515

5Tertabrak oleh busway lainD/144

6Supir Busway tidak memakai pengaman/salah prosedurD/133

7Pengguna jalan terkena dampak kebakaran BuswayD/122

Peta Risiko Kematian

KonsekuensiKemungkinan12345

D/112345

C/2246810

B/33691215

A/448121620

Penentuan status risiko berdasarkan peta risiko:

Nilai 1-4: risiko rendah

Nilai 5-11: risiko sedang

Nilai 12-20: risiko tinggi

Penentuan Status Resiko :1. Rem roda lengket : Dengan nilai 4 maka status resikonya adalah Resiko Rendah2. Terbakarnya Mesin : Dengan nilai 6 maka status resikonya adalah Resiko Sedang3. Radiator yang overheat : Dengan nilai 16 maka status resikonya adalah Resiko Tinggi4. Kebocoran Oli : Dengan nilai 15 maka status resikonya adalah Resiko Tinggi5. Tertabrak oleh busway lain : Dengan nilai 4 maka status resikonya adalah Resiko Rendah6. Supir Busway tidak memakai pengaman/salah prosedur : Dengan nilai 3 maka status resikonya adalah Resiko Rendah7. Pengguna jalan terkena dampak kebakaran Busway : Dengan nilai 2 maka status resikonya adalah Resiko Rendah

1.4. Penanganan RisikoTerdapat lima cara pengelolaan risiko yaitu:

a.Risk avoidance: memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung resiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.b.Risk reduction: mengurangi kemungkinan terjadinya suatu resiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu resiko.c.Risk transfer: memindahkan resiko pada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging.d.Risk deferral: menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya resiko tersebut kecil.e.Risk Retention: walaupun resiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun mentransfernya, namun beberapa resiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.Berdasarkan besar kemungkinan risiko kebakaran, penanganan resiko dibagi menjadi empat macam:a. Kemungkinan besar, konsekuensi besar: resiko jenis ini umumnya dihindari ataupun ditransfer.b. Kemungkinan kecil, konsekuensi besar: respon paling tepat untuk tipe resiko ini adalah dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi resiko serta mengembangkancontingency plan.c. Kemungkinan besar, konsekuensi kecil: mitigasi resiko dan mengembangkancontingency plan.d. Kemungkinan kecil, konsekuensi kecil: efek dari resiko ini dapat dikurangi, namun biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini mungkin lebih baik untuk menerima efek dari resiko tersebut.

Dalam kasus tersebut, kemungkinan dan konsekuensi risiko kematian tergolong dalam kemungkinan kecil dengan konsekuensi besar, sehingga penanganan yang tepat yaitu dengan menghindari (risk avoidance). Tetapi, jika masih terjadi maka perlu melakukan mitigasi risiko (risk reduction) serta mengembangkancontingency plan. Perencanaan kontinjensi (contingency plan) adalah suatu proses perencanaan ke depan dalam keadaan yang tidak menentu di mana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi disetujui bersama untuk mencegah atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau kritis.

1.5. Pengendalian Resiko

Pengendalian Risiko Kebakaran Trans Jakarta .Dari hasil pengukuran risiko yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat dibuat daftar risiko masalah mulai dari yang memiliki probabilitas dan dampak keseriusan yang tinggi sampai risiko masalah yang memiliki probabilitas dan dampak keseriusan yang rendah sebagai berikut :

1. Terbakarnya Mesin2. Radiator yang overheat3. Kebocoran Oli4. Rem roda lengket5. Tertabrak oleh busway lain6. Supir Busway tidak memakai pengaman/salah prosedur7. Pengguna jalan terkena dampak kebakaran Busway

Dari risiko yang telah yang telah disebutkan di atas, maka dapat dibuat pengendalian sebagai berikut :a. Terbakarnya bagian mesinPerawatan, Pengecekan, dan Evaluasi Mesin secara berkalab. Radiator OverheatPerawatan, Pengecekan, dan Evaluasi Kestabilan Radiator secara berkalac. Kebocoran OliPerawatan, Pengecekan, dan pergantian Oli secara teraturd. Kerusakan pada roda transjakartaPengecekan kondisi roda sebelum operasional berjalan, Pengarahan yang intensif kepada supir Transjakartae. Tertabrak Oleh Busway LainTindakan langsung, memberikan peringatan dengan lampu hazrd, dllf. Cidera pada supir, kondektor, dan penumpangMenyediakan perangkat medis seperti P3K, tindakan lebih lanjut petugas transjakarta dapat mengubungi unit medis terdekatg. Cideranya pengguna jalan disekitar lokasi kebakaran transjakartaBerusahan mengatasi kebakaran secepat mungkin, mengalihkan lajur kendaraan, memberikan peringatan dengan lampu hazrd

Adanya petugas yang langsung mengclearing area terjadinya kebakaan, mengecek kerusakan yang terjadi di jalur transjakarta yang dapat menghambat operasional transjakarta lainnya.

1.6. Asumsi lain Mengenai Penyebab Terbakarnya Transjakartaa. Transjakarta memaksakan diri menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas) padahal sistem mesin, bodi, dan perkabelan di bus belum teruji secara baik jika menggunakan BBG.b. Bus Transjakarta yang diproduksi Cina tak memenuhi kualitas bus yang baik yang aman dari bahaya kebakaran.c. Kurangnya pengawasan, SPO (Standar Prosedur Operasional) serta SPM (Standar Pelayanan Minimal) pada setiap Pengemudi Operator.d. Bus Transjakarta yang merupakan bus rekondisi, kurang mendapatkan pemeliharaan, pengecekan, dan evaluasi saat datang ke Indonesia.

1.7. Siklus Permasalahan Kebakaran Transjakarta1. Fase pertama adalah saat masalah dikategorikan sebagai potensi masalah.2. Tahap kedua, masalah mulai memperoleh perhatian dari banyak kelompok dan kumpulan orang yang berhubungan dengan mereka dan kepentingan mereka.3. Tahap yang ketiga adalah status perkembangan masalah. Pada tahap ini, media menjadi tertarik dalam masalah ini dan topik tersebut akan menjadi pusat perhatian orang. Orang-orang akan memulai memberikan respon sesuai dengan pendapat mereka.4. Tahap keempat adalah fase dari krisis, di mana satu kelompok-kelompok orang atau menuntut sebuah penyelesaian masalah ini. Tahap ini memerlukan kebijakan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.5. Tahap kelima adalah saat masalah tersebut dianggap berhenti. Fase ini terjadi saat masalah tersebut dianggap sebagai penyelesaian masalah, baik dalam bentuk komunikasi atau tindakan, atau kedua-duanya. Dalam kasus Transjakarta, masalah ini telah memasuki tahap krisis. Kasus terbakarnya transjakarta yang sering terjadi menjadikan transportasi umum Tranjakarta dianggap tidak aman karena telah disorot dalam media sekaligus mendapatkan umpan balik negatif dari berbagai kalangan masyarakat.

PENUTUPKesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terbakarnya bagian roda Transjakarta karena gesekan panas rem lengket yang dipaksakan. 2. Dalam kasus ini, kemungkinan dan konsekuensi risiko kematian tergolong dalam kemungkinan kecil dengan konsekuensi besar, sehingga penanganan yang tepat yaitu dengan menghindari (risk avoidance). Tetapi, jika masih terjadi maka perlu melakukan mitigasi risiko (risk reduction) serta mengembangkancontingency plan. 3. Banyak prosedur penganan dan pengendalian untuk meminimalisir, maupun menghilangkan resiko, salah satunya adalah dengan melakukan pengecekan dan perawatan berkala kepada setiap unit infrastrukutr transjakarta.4. Ada beberapa asumsi mengenai terbakarnya transjakarta, mulai dari system yang belum teruji dengan baik, ketidak profesionalan supir (operator pengemudi), hingga kurangnya pemeliharaan bus rekondisi.5. Kasus terbakarnya transjakarta ini sudah memasuki tahap krisis. Seluruh stakeholder yang mengelola transjakarta diharapkan segera cepat tanggap menyelidiki, memperbaiki, dan mengevaluasi permasalahan moda transportasi umum ini.

Saran

Dalam identifikasi menejemen risiko kebakaran pada transjakarta, saran yang dapat diberikan yaitu melakukan pengecekan yang berkalaatau secara rutin. Dalam hal ini tentunya perlu adanya pengawasan yang ketat dari dinas perhubungan dan stakeholde terkait sebagai salah satu upaya menurunkan maupun menghilangkan terjadinya resiko kebakaran pada transjakarta.Sertifikasi dan profesionalisme Pengemudi Operator/Supir Transjakarta juga harus mendapat perhatian khusus agar pengguna jasa transjakarta bisa mendapatkan perasaan aman dan nyaman saat menggunakan moda transportasi umum ini.