analisis resiko kebakaran dan gempa bumi pada … · 2019. 12. 29. · analisis resiko........
TRANSCRIPT
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
174
ANALISIS RESIKO KEBAKARAN DAN GEMPA BUMI
PADA BANGUNAN KOMERSIAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN
PEMAHAMAN HUMAN SEBAGAI PENYELENGGARA BANGUNAN
Oleh:
Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Ismeth S. Abidin, Esmeralda Ariyanie
Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan
ABSTRAK
Dewasa ini, industri konstruksi di Indonesia berkembang dengan pesat. Namun tantangan
yang akhir-akhir ini harus dihadapi adalah kemunculan bencana yang seolah tidak ada
habisnya dan tidak terduga seperti kebakaran dan gempa. Data statistik menunjukkan adanya peningkatan frekuensi peristiwa kebakaran yang terjadi dari tahun 2002 sampai sekarang
khususnya pada gedung komersial. Selain kebakaran, resiko terhadap gempa juga telah
menjadi isu yang sedang marak di Indonesia. Secara tektonik, wilayah Indonesia khususnya
Jawa, merupakan wilayah yang tidak stabil dan hal ini menyebabkan kondisi tanah di beberapa daerah menjadi sulit diprediksi. Untuk menjawab permasalahan penelitian terhadap
faktor-faktor keselamatan bangunan akan bahaya kebakaran dan gempa serta mencari
penyebab, dampak dan penanggulangan resiko tersebut, maka penelitian ini akan menganalisis resiko keselamatan bangunan terhadap kebakaran dan gempa dengan metode
kualitatif dan kuantitatif, sehingga pemahaman human yang melakukan proses
penyelenggaraan bangunan semakin meningkat agar proses penyelenggaraan bangunan
berjalan baik.
Kata kunci : human, resiko, kebakaran, gempa bumi, komersial, bangunan.
ABSTRACT
During these days, construction industry in Indonesia is growing in a good direction. But although the industry is making a good prospect, now people also have to face the
occurrence of disasters which is never ended and unpredictable, such as fire and
earthquake. There are lots of fires and earthquakes happened in Indonesia recently.
Statistics shows that the frequency of fire happened since 2002 until now is increasing in buildings especially commercial buildings. In spite of fire risk, risk of earthquake is also a
big issue in Indonesia. Tectonically, this region especially Java is highly unstable, and
although the volcanic ash has resulted in fertile soils, it makes agricultural conditions unpredictable in some areas. In answering the research questions about the risk factors of
fire risk and risk of earthquake and find the cause, effect and how to treat that both of risks,
this research will analyze the risk of building safety against fire and earthquake based on qualitative and quantitative method, in order to increase the awareness of human who keep
the building’s operation run well.
Keywords: human, risk, fire, earthquake, commercial, building.
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
175
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Banyaknya pembangunan
proyek yang terlihat dewasa ini
menunjukkan telah bangkitnya dunia
konstruksi di Indonesia khususnya di
DKI Jakarta. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya nilai pertambahan
jumlah proyek yang telah selesai
tercatat di Badan Statistik Indonesia
yaitu dari tahun 2001 sebesar 72421
proyek sampai dengan tahun 2005
yaitu sebesar 81771 proyek. Namun,
pertumbuhan proyek konstruksi ini
juga diikuti dengan isu kecelakaan dan
bencana yang berupa kebakaran dan
gempa yang berkaitan dengan proyek
atau bangunan tersebut. Pada kurun
waktu 2002 s/d 2006 tercatat adanya
kenaikan jumlah kebakaran dari 869
menjadi 902 kebakaran. Bahkan pada
tahun 2007, mulai dari bulan Januari
sampai dengan September 2007, Dinas
Kebakaran DKI Jakarta telah mencatat
554 kebakaran yang terjadi di Jakarta.
Dengan adanya fakta kebakaran
tersebut dapat dipahami perencanaan
suatu gedung masih kurang
diperhatikan aspek sirkulasi dan
aksesibilitas gedung terutama dalam
hal perlindungan terhadap bahaya
kebakaran. Mantan Kepala Dinas
Pemadam DKI Jakarta bapak Suharso
juga menyatakan dari banyaknya
kasus kebakaran yang terjadi salah
satu faktor penghambat penanganan
kebakaran pada satu lokasi secara
efektif yaitu sulitnya akses bagi
petugas pemadam kebakaran untuk
masuk ke lokasi bangunan.
Selain kebakaran, isu gempa
juga merupakan isu yang perlu
diperhatikan mengingat banyaknya
kejadian gempa akhir-akhir ini dan
pengalaman gempa Yogyakarta. Pada
kurun waktu 2000 s/d Agustus 2007,
United States Geological Survey tahun
2007 telah mencatat sejumlah 29
peristiwa gempa di Indonesia dimana
17 diantaranya memiliki kekuatan > 7
SR. Resiko ini diperkuat dengan
kondisi wilayah dan tektonik
Indonesia yang terletak di lingkaran
api (dilalui banyak gunung berapi
yang masih aktif) dan merupakan
pertemuan antara lempeng Indo-
Australia dan Eurasia (di mana
lempengan ini masih akan terus
bergerak).
Penelitian ini selanjutnya akan
mengambil sampel gedung komersial
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
176
secara umum dan bangunan gedung
mal secara khusus di Jakarta yang
kemudian bertujuan untuk meningkat-
kan pemahaman bagi human sebagai
penyelenggara bangunan untuk
mampu mengantisipasi bencana
kebakaran maupun bencana gempa
yang dapat terjadi setiap waktu.
Pemilihan sampel ini berdasarkan
jumlah kebakaran pada bangunan
umum merupakan kebakaran kedua
tertinggi setelah bangunan perumahan
dalam kurun waktu 2002 sampai dan
dengan 2006, serta adanya nilai
ekonomis pada bangunan komersial.
Badan Statistik Indonesia mencatat,
nilai konstruksi dari tipe bangunan
non residential pada tahun 2005
adalah yang tertinggi dibandingkan
dengan tipe konstruksi lain yaitu
sekitar Rp 12.478.204.000.000 dari
total nilai Rp 44.578.130.000.000.
Sedangkan dilihat dari tingkat hunian
bangunan, bangunan komersial juga
memiliki tingkat hunian yang tinggi.
Pemilihan lokasi Jakarta disebabkan
lokasi tersebut sebagai ibukota negara
yang memiliki lahan terbatas sehingga
sektor industri jasa konstruksi harus
memperhatikan efektivitas peng-
gunaan lahan sebagai konsekuensi
keterbatasan lahan tersebut yang
menjadikan pembangunan perkotaan
cenderung kearah vertikal yakni dalam
bentuk high rise building. Oleh karena
itu faktor resiko keselamatan
bangunan komersial harus benar-benar
diperhatikan.
Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian ini
yaitu: Faktor-faktor resiko kesela-
matan terhadap bahaya kebakaran dan
bahaya gempa apa saja yang dapat
terjadi pada bangunan gedung
komersial di DKI Jakarta agar dapat
meningkatkan pemahaman human
sebagai penyelenggara bangunan?
TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan Komersial
Definisi bangunan gedung sesuai
Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 bab 1 Pasal 1 yaitu wujud fisik
hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukan-
nya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatan-
nya. Dalam penelitian ini, obyek
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
177
penelitian merupakan bangunan
gedung komersial di DKI Jakarta.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2002, bangunan gedung
komersial didefinisikan sebagai
bangunan dimana lebih dari 50% luas
lantainya digunakan untuk aktivitas
komersial. Bangunan komersial atau
bangunan usaha juga memiliki definisi
menurut UU yaitu: bangunan yang
berfungsi sebagai perkantoran, per-
dagangan, perindustrian, perhotelan,
wisata dan rekreasi, terminal dan
penyimpanan. Secara umum bangunan
gedung komersial memiliki karak-
teristik, yaitu: memiliki nilai ekonomi
yang tinggi, memiliki public area dan
service area, memiliki tingkat hunian
atau kepadatan yang tinggi, memiliki
fasilitas standar yang menjamin
berlangsungnya kegiatan usaha atau
perdagangan di tempat tersebut,
memiliki sisi arsitektural yang cukup
tinggi, struktur bangunan yang khusus
karena umumnya memiliki bentuk
vertikal, perlindungan terhadap
bencana sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Sedangkan bangunan mal
merupakan gabungan dari beberapa
department stores dan arcades (toko-
toko yang lebih kecil) yang
dihubungkan dengan area pejalan kaki
atau dengan kata lain bangunan mal
merupakan area belanja yang besar
dalam satu bangunan yang terdiri dari
berbagai toko-toko dan dikelilingi oleh
area parkir. Bangunan mal memiliki
karakteristik yaitu: terdiri dari
berbagai macam toko atau pertokoan
yang saling dihubungkan dengan area
pedestrian, memiliki fasilitas yang
hampir sama dengan bangunan
komersial perkantoran, memiliki
lokasi yang strategis seperti di pusat
kota atau pusat keramaian, dan
memiliki dimensi yang besar karena
terdiri dari banyak toko yang
umumnya indoor.
Keselamatan Bangunan
Persyaratan keselamatan gedung
yang diatur dalam Pasal 17 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 yaitu
meliputi persyaratan keamanan
bangunan gedung untuk menahan
beban muatan serta kemampuan
gedung dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan
petir. Untuk memenuhi syarat-syarat
tersebut, menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 pihak proyek
harus memperhatikan struktur
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
178
bangunan yang disesuaikan dengan
pembebanan dan fungsi bangunan
gedung, ketahanan struktur terhadap
keruntuhan jika terjadi gempa
misalnya, dan juga perlu diperhatikan
penggunaan material dan sistem
pengamanan.
Faktor Resiko Keselamatan
Bangunan Terhadap Bahaya
Kebakaran
Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung dan berbagai
peraturan terkait lainnya, faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap
keselamatan bangunan terhadap
bahaya kebakaran antara lain:
a. Faktor Resiko Sistem Proteksi
Aktif
Sistem proteksi aktif merupakan
sistem perlindungan bangunan
terhadap kebakaran yang
memerlukan sumber daya baik
listrik maupun manusia untuk
mengoperasikannya. Sistem
proteksi aktif lebih ditujukan untuk
menanggulangi api pada saat
kebakaran terjadi. Faktor-faktor
dalam kelompok ini yaitu: alarm
kebakaran, detektor asap, sistem
pengendalian asap, sprinkler,
hidran air, adanya persediaan atau
cadangan air, pemadam api
portable, penerangan darurat,
sistim daya listrik darurat.
b. Faktor Resiko Sistem Proteksi
Pasif
Sistem proteksi pasif merupakan
sistem proteksi yang melekat pada
bangunan itu sendiri. Sistem ini
bertujuan untuk membatasi
penyebaran api dengan lebih
menekankan pada pembatasan zona
kebakaran atau dengan kata lain
kompartemenisasi dan pengaturan
struktur bangunan serta isinya.
Yang termasuk dalam faktor resiko
sistem proteksi pasif yaitu: jenis
dan stabilitas struktur, kompar-
temenisasi dalam bangunan, bukan
pada lantai bangunan, perlindungan
pada bukaan, penataan desain
ruang, aksesibilitas untuk evakuasi,
pintu darurat, tangga darurat,
evakuasi dengan lift, ruang terbuka
di luar bangunan, material yang
digunakan.
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
179
c. Faktor Resiko Fire Safety
Management
Fire safety management dapat
didefinisikan sebagai pola
pengelolaan atau pengendalian
unsur-unsur manusia, sistem dan
peralatan, informasi dan data
teknis, serta kelengkapan lainnya
secara holistik dengan tujuan untuk
menjamin dan meningkatkan
keselamatan total bangunan gedung
terhadap bahaya kebakaran. Faktor-
faktor yang termasuk dalam Fire
Safety Management berdasarkan
Revisi Perda No 3 tahun 1992
yaitu: prosedur kerja yang aman,
inspeksi dan perawatan sistem
proteksi kebakaran, audit
keselamatan terhadap kebakaran,
pembentukan emergency response
team, pelatihan fire safety dan fire
fighting, latihan kebakaran (fire-
drills), penyusunan emergency
response manual, fire emergency
plan, tanda rambu-rambu
kebakaran, pembuatan brosur dan
poster kebakaran.
Faktor Resiko Keselamatan
Bangunan Terhadap Bahaya
Gempa
Di dalam SNI terdapat aturan
dasar bagi seluruh pihak untuk
membangun sebuah bangunan yang
dapat merespon bahaya gempa.
Adapun faktor-faktor keselamatan
bangunan terhadap bahaya gempa
antara lain:
a. Faktor Resiko Kondisi Tanah
Yang termasuk dalam kelompok
faktor kondisi tanah adalah semua
faktor yang berhubungan dengan
keadaan dan kondisi tanah saat
gempa terjadi. Faktor-faktor ini
antara lain: intensitas pergerakan
tanah, durasi pergerakan tanah,
kecepatan pergerakan tanah.
b. Faktor Resiko Desain
Faktor resiko desain berhubungan
dengan semua hal yang perlu
dipertimbangkan pada saat
mendesain struktur bangunan agar
tahan terhadap beban gempa sesuai
dengan persyaratan bangunan yang
ada. Faktor resiko desain terdiri
dari: karakteristik frekuensi per-
gerakan tanah rencana, tingkatan
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
180
spektrum desain, kemampuan tarik-
tekan struktur, periode alami dari
getaran struktur, kapasitas dinamik
bangunan, kemampuan daktilitas
struktur, perkuatan interior struktur,
perkuatan eksterior struktur,
perhitungan kondisi pembebanan,
tingkat kerusakan ijin, tingkat
hunian bangunan, faktor resiko
gempa, faktor histori gempa dan
karakteristik gempa itu sendiri
(keberadaan gunung berapi di
sekitar lokasi, histori gempa di
sekitar lokasi, rekuensi terjadinya
gempa, magnitude gempa), faktor
resiko lain-lain (tangga darurat,
jalur darurat, petunjuk darurat,
perkembangan teknologi).
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam
penelitian ini, yaitu dapat dilihat pada
gambar 1:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Manajemen Resiko
Adapun kegiatan manajemen
resiko proyek berdasarkan AS4360
merupakan suatu proses sistematis
yang terdiri dari: pengenalan dan
pemahaman konteks resiko, tujuan dan
faktor kinerja, proses identifikasi
faktor dan variabel (resiko, dampak,
dan penyebab), proses evaluasi dan
analisis dengan data primer, sekunder
Identifikasi faktor-faktor keselamatan
bangunan terhadap
gempa dan kebakaran.
Metode kualitatif 1. Menyebar kuesioner ke pakar untuk mendapatkan faktor yang
dominan.
Hasil
kuesioner 1 dijadikan
perbandingan
dalam pengambilan kesimpulan
Metode kualitatif 2 : Menyebar kuesioner ke-2 kepada
stakeholder
Metode kuantitatif menganalisis data secara
statistik untuk menemukan model resiko
keselamatan bangunan dan
faktor-faktor yang paling
berpengaruh.
Mengidentifikasi
penyebab dari faktor-
faktor
tersebut.
Mencari dampak
atas pemodelan
yang
didapat dengan Crystal
Ball.
Kesimpulan dari hasil analisis
Pendekatan
Risk
Management
Melakukan simulasi
dari pemodelan
yang
didapat
Pembahasan
Hasil Analisis
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
181
dan verifikasi secara kualitatif dan
kuantitatif, proses perumusan mitigasi
atau tindakan koreksi, statistical dan
simulasi mathematical modelling dan
validasi untuk monitor pengendalian
proses manajemen resiko, proses
dokumentasi, lesson learned dan
database seluruh kegiatan selama
masa pelaksanaan manajemen resiko
dan untuk masa mendatang.
Metode kualitatif
Metode kualitatif dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara
melakukan studi referensi awal dan
pendekatan langsung kepada pihak
yang berkaitan dengan bangunan
gedung tersebut yang disebarkan
kepada beberapa responden. Setelah
studi referensi selesai dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor kesela-
matan bangunan, kemudian faktor-
faktor tersebut dianalisis oleh pakar
untuk divalidasi atau bahkan
menambah hasil referensi sesuai
faktor-faktor yang paling berpengaruh
di lapangan Adapun kuesioner dibagi
menjadi dua bagian yaitu kuesioner
untuk mencari model keselamatan
bangunan gedung terhadap bahaya
kebakaran dan terhadap bahaya
gempa, dengan X sebagai faktor-
faktor yang mempengaruhi kesela-
matan bangunan terhadap kebakaran/
gempa dan faktor Y merupakan faktor
tingkat keselamatan bangunan yang
menunjukkan sejauh mana faktor X
tersebut memiliki pengaruh terhadap
keselamatan bangunan yang selanjut-
nya diselasikan secara kuantitatif.
Metode Kuantitatif
Dengan metode kuantitatif, data
dari kuesioner para pakar akan
digunakan sebagai studi awal.
Kemudian dibuat kuesioner kedua
dengan memasukkan kembali semua
variabel awal yang disebar pada para
stakeholders yang kompeten di bidang
sesuai tuntutan penelitian ini, untuk
kemudian dibandingkan hasilnya.
Kemudian, dilakukan analisis data
yang merupakan metode kuantitatif
secara statistik dengan menggunakan
software SPSS untuk mencari
pemodelan optimal atas faktor-faktor
keselamatan bangunan yang didapat
dari hasil metode kualitatif.
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
182
Gambar 2. Model Keselamatan Bangunan
Di mana :
Y1j = Tingkat keselamatan bangunan terhadap kebakaran pada responden ke j
Y2j = Tingkat keselamatan bangunan terhadap gempa pada responden ke j
Xkj = Variabel resiko kebakaran berpengaruh terhadap keselamatan bangunan
ke k pada responden ke j
Xlkj = Variabel resiko gempa berpengaruh terhadap keselamatan bangunan ke k pada
responden ke j
Hasil analisis dengan model-
model tersebut dengan menggunakan
software SPSS dilakukan analisis
korelasi dan interkorelasi, analisis
variabel penentu, analisis regresi, uji
model (R square dan Adjusted R
Square (R2), multi collinearity, cek
koefisien regresi, uji F dan uji t,
Durbin Watson Test, simulasi. Setelah
kedua pemodelan atas keselamatan
bangunan terhadap kebakaran dan
gempa didapat dan telah teruji
kebenarannya dengan uji normalitas
data, langkah terakhir yaitu melakukan
simulasi. Simulasi ini dilakukan
berdasarkan pemodelan yang didapat
dengan menggunakan software
Crystall Ball.
Yij
3
3 6
Y1j = f(Xkj)
Y2j = f(Xlj)
6
Xkj atau Xlj
6
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
183
HASIL & PEMBAHASAN
Analisis Kuesioner I
Secara singkat, hasil dari
kuesioner I adalah sebagai berikut:
a. Faktor resiko kebakaran tereduksi
menjadi 22 dari 30 variabel yang
teridentifikasi.
b. Faktor resiko gempa tereduksi
menjadi 11 dari 22 variabel yang
teridentifikasi.
Gambar 3. Faktor Resiko Kebakaran
Gambar 4. Faktor Resiko Gempa
Alarm, detektor asap, pengendalian asap,
sprinkler, hidran, persediaan air
Jenis struktur, bukaan, desain ruang, aksesibilitas
evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, jenis
material,
Prosedur kerja human terhadap keamanan,
inspeksi dan perawatan, latihan kebakaran, fire
emergency plan
Resiko
Kebakaran Pasif
Aktif
Fire Safety
Management
Resiko
Gempa
Kondisi
Tanah
Desain
Lain-lain
Intensitas, durasi, kecepatan
Karakteristik frekuensi, spectrum desain,
daktilitas struktur, perhitungan kondisi
pembebanan
Tangga darurat, jalur darurat, petunjuk darurat,
perkembangan teknologi
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
184
Analisis Kuesioner II
Kuesioner II disebarkan sebagai
kuesioner penelitian kepada responden
yang lebih luas yaitu 31 stakeholders.
Hasil pengisian para responden
menjadi data yang diolah. Hasil
pengisian tersebut disajikan dalam
lampiran. Untuk tahapan analisis data
ini dipergunakan software SPSS 13.0.
Berturut-turut dilakukan analisis
korelasi untuk mengukur tingkat
kekuatan hubungan antara variabel-
variabel Y dengan variabel X. Analisis
korelasi dilakukan dengan metode
korelasi pearson (product moment
correlations). Kemudian dilakukan
analisis regresi untuk mendapatkan
model variabel resiko yang paling
dominan. Terakhir kemudian
dilakukan analisis simulasi untuk
mencari keadaan-keadaan yang
optimal untuk model yang dipilih.
Analisis Korelasi dan Regresi
Dengan menggunakan program
SPSS 13.0 perhitungan model korelasi
Pearson menunjukkan tingkat
hubungan antar variabel terutama
antar variabel dependent Y dengan
independent X. Dari hasil tersebut,
dipilih variabel-variabel bebas
(independent) yang berhubungan
dengan variabel terikat (dependent)
dan mempunyai nilai korelasi diatas
nilai kritis. Pada penelitian ini
digunakan nilai kritis 0,4. Semua
variabel yang memiliki nilai korelasi
lebih besar dari 0,4 akan diikut-
sertakan untuk analisis regresi.
Adapun hasil regresi yang telah
divalidasi adalah:
Model untuk faktor resiko
kebakaran yaitu :
Y = -0,713 + 0,204 X22 + 0,57 X2 +
0,342 X19 ….(1)
Di mana :
X2 = Detektor Asap
X19 = Ketersediaan master point
X22 = Inspeksi dan Pemeliharaan
Sistem Proteksi Kebakaran
Model untuk faktor resiko
gempa yaitu :
Y = 8,54 – 0,075X2 – 0,063X3 –
0,212X4 - 0,36X6 - 0,665X8 ....(2)
Di mana :
X2 = Durasi pergerakan tanah
X3 = Kecepatan pergerakan tanah
X4 = Karakteristik frekuensi per-
gerakan tanah rencana.
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
185
X6 = Kemampuan tarik tekan struktur
X8 = Kapasitas dinamik bangunan
Simulasi Model
Simulasi dilakukan dengan
memasukkan model sebagai input
beserta nilai mean, min, dan max dari
variabel (Gambar 5). Kemudian dibuat
beberapa kondisi untuk dilakukan
replikasi data. Hasil simulasi akan
memberikan kondisi yang paling kritis
dalam bentuk grafik (Gambar 6).
Gambar 5. Simulasi Model
Gambar 6. Simulasi resiko yang paling kritis
Cumulative Comparison
,000
,250
,500
,750
1,000
1,00 2,25 3,50 4,75 6,00
c3
c9
c15
c21
c27
c33
c39
c45
c51
c57
c63
c69
c75
c81
c87
c93
c99
c105
c111
c117
c123
c129
c135
Overlay Chart
Cumulative Comparison
, 000
, 250
, 500
, 750
1,000
2,50 3,63 4,75 5,88 7,00
C55
c63
c71
c79
c87
c103
c111
c119
c127
c135
c143
c151
c159
c167
c175
c183
c191
c199
c207
c215
c223
Overlay Chart
Cumulative Chart
Score 1-6
,000
,250
,500
,750
1,000
0
10000
1,21 1,40 1,60 1,80 1,99
10.000 Trials 9.892 Displayed
Forecast: c123
Cumulative Chart
Score 1-6
,000
,250
,500
,750
1,000
0
10000
2,96 3,58 4,20 4,82 5,44
10.000 Trials 9.987 Displayed
Forecast: c151
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
186
Dampak, Penyebab dan Tindakan
Koreksi
Faktor dampak, penyebab dan
tindakan koreksi dari resiko kebakaran
dan resiko gempa yang dihasilkan
dalam penelitian ini, yaitu:
a. Resiko kebakaran
1) Resiko detektor asap
- Dampak: Kemunculan keba-
karan tidak terdeteksi yang
mengakibatkan keterlambatan
penanganan
- Penyebab: Kurang baiknya
perencanaan dan tidak adanya
perawatan sehingga sistem
tidak bekerja dengan baik
- Koreksi: Adanya perencanaan
yang baik terhadap keter-
sediaan, letak, dan dilakukan-
nya perawatan sistem.
2) Resiko master pont
- Dampak: Tercerai-berainya
penghuni bangunan yang
hendak melakukan penyela-
matan sehingga menyulitkan
petugas dalam melakukan
penyelamatan.
- Penyebab: Tidak tersedianya
atau sulitnya menyediakan
tempat berkumpul / master
point pada bangunan Mal.
- Koreksi:Harus lebih diperhati-
kan perencanaan ketersediaan
master point di luar bangunan.
3) Resiko inspeksi dan perawatan
sistem proteksi
- Dampak: Sistem proteksi yang
tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.
- Penyebab: Tidak dilakukannya
inspeksi dan perawatan secara
berkala.
- Koreksi: Dibuatnya rencana
inspeksi dan perawatan sistem
proteksi secara berkala dan
dilaksanakannya rencana
tersebut.
b. Resiko gempa
1) Resiko durasi pergerakan tanah
- Dampak: Menekan struktur
sampai pada batas elastisitas-
nya.
- Penyebab: Kurangnya data
seismologi dan geologi, kurang
atau tidak dilakukannya penye-
lidikan tanah yang memadai.
- Koreksi: Pentingnya melibat-
kan tim seismologi dan
geologi dalam melakukan
penyelidikan tanah.
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
187
2) Resiko kecepatan pergerakan
tanah
- Dampak: Menekan struktur
sampai pada batas elastisitas-
nya.
- Penyebab: Kurangnya data
seismologi dan geologi.
- Koreksi: Lebih memperhatikan
kualitas penyelidikan tanah.
3) Resiko karakteristik frekuensi
pergerakan tanah rencana
- Dampak: Kapasitas struktur
yang tidak mampu menahan
beban gempa.
- Penyebab: Adanya perbedaan
karakteristik yang dapat me-
nimbulkan perbedaan dampak
pada masing-masing lokasi.
- Koreksi: Penyelidikan yang
lebih dalam.
4) Resiko kemampuan tarik tekan
struktur
- Dampak: Kerusakan bangunan
secara struktur atau bahkan
sampai pada keruntuhan
struktur.
- Penyebab: Kesalahan dalam
memperhitungkan kondisi
pembebanan yang dapat di-
akibatkan oleh kurangnya data
atau kompetensi perencana.
- Koreksi: Perhitungan kondisi
pembebanan lebih berhati-hati
dengan memperhatikan kombi-
nasi pembebanan.
5) Resiko kapasitas dinamik
bangunan
- Dampak: Kerusakan bangunan
secara struktur atau bahkan
sampai pada keruntuhan
struktur.
- Penyebab: Kurangnya pertim-
bangan ketahanan material
dalam merencanakan kondisi
dinamik struktur.
- Koreksi: Pada saat perenca-
naan harus dibuat relasi antara
kapasitas dinamik struktur
dengan tingkatan komponen
dasar dari kriteria desain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini yang
memberikan kontribusi bagi human
sebagai penyelenggara bangunan,
yaitu:
a. Faktor resiko kebakaran pada
bangunan gedung komersial di DKI
Jakarta, yaitu: resiko detektor asap,
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
188
master point/tempat berkumpul,
inspeksi & perawatan sistem.
b. Faktor resiko gempa pada
bangunan gedung komersial di DKI
Jakarta, yaitu: durasi pergerakan
tanah, kecepatan pergerakan tanah,
karakteristik frekuensi pergerakan
tanah rencana, kemampuan tarik
tekan struktur, kapasitas dinamik
bangunan.
c. Dari hasil penelitian ini, kontribusi
bagi human sebagai subyek
penyelenggara bangunan gedung
komersial di DKI Jakarta, yaitu:
- Terciptanya pemahaman bagi
human terhadap risiko kebakaran
dan gempa pada bangunan
komersial.
- Terhadap resiko kebakaran,
human sebagai penyelenggara
bangunan akan meningkatkan
kepedulian terhadap inspeksi dan
perawatan sistem proteksi
kebakaran, sehingga bangunan
dan seluruh penghuni tanggap
terhadap risiko kebakaran yang
dapat terjadi setiap waktu.
- Terhadap resiko gempa hasil
penelitian ini memberikan
pemahaman agar human sebagai
penyelenggara bangunan semakin
tanggap terhadap penyebab
gempa yang dapat terjadi setiap
waktu.
Saran
Saran yang diajukan dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Para pemilik, pengelola, dan
penghuni gedung komersial perlu
meningkatkan kepedulian terhadap
resiko kebakaran dan resiko gempa
yang dapat terjadi setiap waktu
melalui sosialisasi secara berkala
ataupun melalui latihan penang-
gulangan dalam keadaan darurat,
sehingga semua pihak dapat men-
cegah ataupun bahkan menang-
gulangi resiko tersebut.
b. Meningkatkan pemahaman human
sebagai penyelenggara bangunan
agar kualitas operasi dan perawatan
bangunan secara berkala untuk
dapat semakin baik mendeteksi
sejak dini resiko kebakaran ataupun
gempa yang dapat terjadi setiap
waktu.
c. Meningkatkan pemahaman human
terhadap pentingnya kualitas desain
bangunan komersial agar selain
Analisis Resiko....... (Manlian R.A.S., Ismeth S.A., Esmeralda A.)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
189
mampu menampung seluruh akti-
vitas komersial yang direncanakan,
namun mampu juga untuk
menyelematkan penghuni ataupun
asset yang ada pada bangunan
komersil.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Statistik Indonesia., 2001-2005,
Value of Construction Com-
pleted by Type of Construction,
Badan Statistik Indonesia,
Jakarta.
Butcher, E.G. and A.C. Parnell, 1983,
Designing for Fire Safety, John
Wiley & Sons, Ltd, New York,
USA.
Dinas Pemadam Kebakaran DKI
Jakarta, Data Kebakaran
Periode tahun 2002 s/d 2006,
Dinas Pemadam Kebakaran DKI
Jakarta, DKI Jakarta.
Evans, J.R. and L Olson, 1998,
Introduction to Simulation and
Risk Management, Decisio-
neering, Inc, New York.
Suharso, 1998, Sistem Penanggu-
langan Kebakaran Pada
Bangunan, Majalah Jakarta
Arsitektur, Jakarta.
Housner, G.W. and P.C. Jennings,
Earthquake Design Criteria for
Structures, California Institute
of Technology, California.
Liwang, Freddy, 2007, Teknologi
Rumah Hunian Tahan Gempa,
Kompas, Jakarta.
Mahalingam, E. and Levitt, 2007,
Safety Issues on Global Projects,
ASCE Journal July, 133 (7)
Menteri PU, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 29/PRT-
/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung, Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
1992.
Rostiyanto. and Jessica, 2002, Studi
Pemeliharaan Sistem Kebakaran
Pada Mal dan Plaza di Jakarta,
Jurnal Teknik Sipil Universitas
Tarumanegara, 1.
Sarwidi, 2007, Perlu Rekayasa Agar
Bangunan Tahan Gempa,
Kompas 29 Mei 2007, Kompas,
Jakarta.
Schexnayder and E. Mayo, 2004,
Construction Management
Fundamentals. McGraw-Hill,
Inc, New York, USA.
Soeharto, Imam, 1999, Manajemen
Proyek Dari Konseptual Sampai
Operasional. Erlangga. Jakarta
Winardi, A. dan G. Rahardjo, 2006,
Gempa Jogja, Indonesia dan
Dunia. Gramedia. Jakarta.
Zimmerman, D.S., 2005, Risks of
Involvement In Contractor
Safety. Occupational Health and
Safety, Waco, USA.