manajemen program tahfizhl alquran pada pondok …

22
Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 1 MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK PESANTREN MODERN PROGRAM MANAGEMENT MEMORIZING THE QURAN AT ISLAMIC BOARDING SCHOOL Muhammad Riduan 1a , Mustolah Maufur 1 , Omon Abdurakhman 1 1 Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No. 1 Kotak Pos 35 Ciawi Bogor 16720 a Korespondensi: Muhammad Riduan, Email: [email protected] (Diterima: 04-01-2016; Ditelaah: 11-01-2016; Disetujui: 18-01-2016) ABSTRACT This research is motivated urgency of memorizing the Quran as a form of guarding its authenticity and prepareing the next generation who memorized the Quran that indicate beings scholars, noble as a form of beings who excel in Achieving Complete Standard Learning At a minimum, be able to compete in continue to pursue higher education, applicative and systematic, active and excel in the religion based on the Quran and Hadith. Therefore, the need for good management memorizing program and systematically, so that the program objectives can be achieved effectively and efficiently. Formulation of the problem in this research is how the memorizing Quran program management at boarding Fathan Mubina and whether the supporting factors and obstacles in memorizing the Quran? The research is a qualitative research with case study approach. Data were obtained by interview, documentation and observation. The results of this study indicate that the process of program activities memorizing the Quran at boarding Fathan Mubina school from planning, implementation, until the evaluation has been running well. This can be seen from the results goal of memorizing the Quran has reached 80% of the number of students who memorized and the cleric in charge of memorizing always makes a target memorizing each students were arranged in the planning of learning such as school calendars, annual program, determining the allocation of time and week effective. Implementation of the rote learning of the Quran wear tahsin method, Tahfidz, talaqqi, and tasmi. In addition, principals and coordinators memorizing always coordinate, monitor and supervise the teachers when learning takes place. Evaluation form, the lesson is to test the daily deposit, the deposit rote memorizing Semester and Final Exam (UAT). As for the children who have not experienced mastery, then do remedial accordance with the provisions. Keywords: Management, Program, Memorizing, the Quran, boarding school ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya kegiatan menghafal Alquran sebagai bentuk penjagaan keaslian Alquran dan mempersiapkan generasi penerus yang hafal Alquran bersanad yang berindikator insan cendekia, berakhlak mulia sebagai bentuk dari insan yang unggul dalam Pencapaian Standar Ketuntasan Belajar Minimal, mampu bersaing dalam melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, aplikatif, aktif dan berprestasi dalam keagamaan berdasarkan Alquran dan Hadits. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan program tahfizh yang baik dan sitematis, agar tujuan program tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen program tahfizh Alquran di Pondok Pesantren Fathan Mubina dan apakah faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal

Upload: others

Post on 05-Jun-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 1

MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK PESANTREN

MODERN

PROGRAM MANAGEMENT MEMORIZING THE QURAN AT ISLAMIC BOARDING

SCHOOL

Muhammad Riduan1a , Mustolah Maufur1, Omon Abdurakhman1

1Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor,

Jl. Tol Ciawi No. 1 Kotak Pos 35 Ciawi Bogor 16720 aKorespondensi: Muhammad Riduan, Email: [email protected]

(Diterima: 04-01-2016; Ditelaah: 11-01-2016; Disetujui: 18-01-2016)

ABSTRACT

This research is motivated urgency of memorizing the Quran as a form of guarding its

authenticity and prepareing the next generation who memorized the Quran that indicate beings

scholars, noble as a form of beings who excel in Achieving Complete Standard Learning At a

minimum, be able to compete in continue to pursue higher education, applicative and systematic,

active and excel in the religion based on the Quran and Hadith. Therefore, the need for good

management memorizing program and systematically, so that the program objectives can be

achieved effectively and efficiently. Formulation of the problem in this research is how the

memorizing Quran program management at boarding Fathan Mubina and whether the supporting

factors and obstacles in memorizing the Quran? The research is a qualitative research with case

study approach. Data were obtained by interview, documentation and observation. The results of

this study indicate that the process of program activities memorizing the Quran at boarding

Fathan Mubina school from planning, implementation, until the evaluation has been running

well. This can be seen from the results goal of memorizing the Quran has reached 80% of the

number of students who memorized and the cleric in charge of memorizing always makes a

target memorizing each students were arranged in the planning of learning such as school

calendars, annual program, determining the allocation of time and week effective.

Implementation of the rote learning of the Quran wear tahsin method, Tahfidz, talaqqi, and

tasmi. In addition, principals and coordinators memorizing always coordinate, monitor and

supervise the teachers when learning takes place. Evaluation form, the lesson is to test the daily

deposit, the deposit rote memorizing Semester and Final Exam (UAT). As for the children who

have not experienced mastery, then do remedial accordance with the provisions.

Keywords: Management, Program, Memorizing, the Quran, boarding school

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya kegiatan menghafal Alquran sebagai bentuk penjagaan

keaslian Alquran dan mempersiapkan generasi penerus yang hafal Alquran bersanad yang

berindikator insan cendekia, berakhlak mulia sebagai bentuk dari insan yang unggul dalam

Pencapaian Standar Ketuntasan Belajar Minimal, mampu bersaing dalam melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi, aplikatif, aktif dan berprestasi dalam keagamaan berdasarkan

Alquran dan Hadits. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan program tahfizh yang baik dan

sitematis, agar tujuan program tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen program tahfizh Alquran di Pondok

Pesantren Fathan Mubina dan apakah faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal

Page 2: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

2 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

Alquran? Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data

penelitian diperoleh dengan metode wawancara, dokumentasi, dan observasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa proses kegiatan program tahfizh Alquran di Pondok Pesantren Fathan

Mubina dari mulai perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi sudah berjalan dengan baik. Hal

tersebut dapat dilihat dari hasil percapaian target hapalan Alquran sudah mencapai 80% dari

sejumlah santri yang hapal dan ustadz penggung jawab tahfizh selalu membuat target hafalan

setiap santri yang disusun dalam perangkat perencanaan pembelajaran seperti kalender

pendidikan, Prota, Prosem, penentuan alokasi waktu dan minggu efektif. Pelaksanaan

pembelajaran tahfidzul Qur’an memakai metode tahsin, tahfidz, talaqqi, dan tasmi. Di samping

itu kepala sekolah dan koordinator tahfidz yang selalu mengkoordinasi, memonitoring dan

melakukan supervisi kepada para guru ketika pembelajaran berlangsung. Bentuk evaluasi

pembelajaran yang dilakukan adalah dengan tes setoran harian, setoran hafalan Semester dan

Ujian Akhir tahfidz (UAT). Sedangkan untuk anak yang belum mengalami ketuntasan, maka

dilakukan remedial sesuai dengan ketentuan.

Kata Kunci: Manajemen, Program, Tahfizh, Alquran, Pondok Pesantren

Ridwan. 2016. Manajemen Program Tahfizhl Alquran Pada Pondok Modern. Ta’dibi 5 (1): 1 -

22

PENDAHULUAN

Alquran adalah kalam Allahlyang

merupakan mukjizat serta kitab suci yang

terakhir diturunkan Allahl dengan perantara

malaikat Jibril q kepada Nabi Muhammad n

dan dituliskan di mushaf serta diriwayatkan

dengan mutawatir, membacanya termasuk

ibadah. Dan Alquran juga sebagai kitab

petunjuk (hudan) yang dapat menuntun

umat manusia ke jalan yang benar. Alquran

adalah kitab kehidupan dan pedoman bagi

siapa saja yang menginginkan keselamatan

di dunia dan terlebih di akhirat. Selain itu ia

juga berfungsi sebagai pembeda (furqon)

antara yang benar dan yang bathil.

(Lembaga Percetakan Alquran (LPQ)

Kemenag RI, 2012: 3) Sebagaimana

dijelaskan oleh Allah ldalam surat al-

Baqarah ayat 185. (Beberapa hari yang

ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,

bulan yang di dalamnya diturunkan

(permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi

manusia dan penjelasan-penjelasan

mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara

yang hak dan yang bathil). (Q.S al-Baqarah

ayat 185)

Alquran yang diturunkan kepada Nabi

Muhammadldari zaman dahulu hingga yang

ada sekarang ini masih terjaga keaslian dan

kemurniannya, sesuai dengan apa yang

diajarkan oleh Nabi Muhammadl kepada

para sahabatnya, dalam hubungan ini Allahl.

Berfirman: "Sesungguhnya kamilah yang

menurunkan Alquran, dan sesungguhnya

kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-

Hijr: 9).

Salah satu cara untuk menjaga

keaslian Alquran ialah menghafalkannya

yang biasa dikenal dengan tahfizhul qur’an,

dan berbeda dengan kitab-kitab lainnya,

Alquran itu mudah dihafal dan ternyata

banyak pula orang yang sanggup menghafal

Alquran 30 juz di luar kepala.(A. Muhaimin

Zen, 2013: xii)

Karena memelihara kesucian dengan

menghafalkannya adalah pekerjaan yang

terpuji dan amal yang mulia, yang sangat di

anjurkan Rasulullah. Dan Allahltelah

memudahkan dalam menghafal dan

menghayati Alquran kepada hamba-Nya

yang serius menghafalnya. “Dan

Sesungguhnya telah Kami mudahkan

Alquran untuk pelajaran, Maka Adakah

Page 3: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 3

orang yang mengambil pelajaran?”(Q.S Al-

Qomar: 17,22,32,40)

Disitulah Rasulullah serta para

sahabat-sahabatnya banyak yang hafal

Alquran, hingga sampai saat ini para

penghafal Alquran banyak berkembang di

manapun dan menjadi tradisi pada zaman

sekarang serta masih dilakukan oleh umat

Islam di dunia ini.

Pondok pesantren adalah suatu wadah atau

tempat yang akan membentuk karakter dan

mental spiritual sadar sepenuhnya terhadap

akan kewajiban dan tanggungjawabnya

sebagai salah satu lembaga pendidikan yang

akan mengisi pembangunan ini.

Dibangunnya pondok-pondok pesantren

baru baik oleh masyarakat maupun

pemerintah, terutama khusus yang

menghafal Alquran memungkinkan untuk

memberi kesempatan yang luas kepada

anak-anak dan remaja yang lain untuk

belajar menghafal Alquran. Hal ini

menunjukkan bahwa melalui pesantren,

berbasis Alquran mampu menjadi sumber

solusi dalam memecahkan masalah

pemasalahan kehidupan individu bahkan

masyarakat.

Pada akhir-akhir ini, bahwa banyak

terjadi perubahan yang cukup signifikan

pada dunia pesantren. Baik dalam sistem

pendidikan ataupun manajemen lembaga.

Hal ini menjadikan pendidikan Islam terus

tertantang untuk mempertahankan

eksitensinya dan terus berbenah diri untuk

bisa bersaing, bahkan bisa menjadi lembaga

pendidikan yang unggul pada masa yang

akan datang.

Di Indonesia pada saat ini,

perkembangan lembaga-lembaga Islam yang

mendidik para santri untuk mampu

menguasai ilmu Alquran secara mendalam,

dan menjadi hafidz dan hafidzhah.

Salah satunya yaitu Pondok Pesantren

Fathan Mubina lembaga berbasis modern,

dalam upayanya mencetak generasi

penghafal Alquran bersanad yang

berindikator insan cendekia yang berakhlak

mulia adalah insan yang unggul dalam

pencapaian standar ketuntasan belajar

minimal, persaingan melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi, aplikasi,

aktivitas dan prestasi keagamaan

berdasarkan Alquran dan Hadits.

Kegiatan tahfizh di Pondok Pesantren

Fathan Mubina memiliki model yang khas.

Para santri ditargetkan untuk mampu

menghafal Alquran dengan target yang telah

ditentukan, yaitu menghafal 2 juz dalam

jenjang setiap kenaikan kelas karena target

itu tersebut sebagai syarat kenaikan kelas

para santri. Para santri diharapkan sudah

memiliki hafalan yang lancar (itqan) pada

kenaikan kelas dan mereka juga dituntut

untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar

sebagaimana sekolah Umum. Mereka tetap

masuk kelas setiap hari supaya bisa

mengikuti pendidikan resmi diselenggarakan

oleh pemerintah. Pondok pesantren

menyelenggarakan kegiatan tersebut dengan

harapan mampu menghasikan generasi

qurani yang berkualitas dengan wawasan

luas.

Melihat, mengamati, dan mencermati

program pesantren yang memenej program

tahfizh Alquran pada pondok pesantren

modern seperti Pondok Pesantren Fathan

Mubina, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dengan

muncul pertanyaan penelitian: (1)

Bagaimana manajemen program tahfizh

Alquran pada Pondok Pesantren Modern?

(2) Apakah faktor pendukung dan faktor

penghambat dalam penerapan kurikulum

dalam pembelajaran tahfizh Alquran Pondok

Pesantren Modern?

Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah: (1) Untuk mengetahui manajemen

program tahfizh Alquran pada Pondok

Pesantren Fathan Mubina, (2) Untuk

mengetahui faktor pendukung dan faktor

penghambat dalam penerapan kurikulum

Page 4: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

4 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

dalam pembelajaran tahfizh Alquran Pondok

Pesantren Fathan Mubina.

MATERI DAN METODE

Materi

Deskripsi Konseptual Program Tahfizh

Alquran

Pengertian Tahfizh Alquran

Tahfizh Alquran merupakan usaha

seseorang untuk menjaga, menekuni dan

menghafal Alquran agar tidak hilang dari

ingatan dengan cara selalu membacanya,

menjaga hafalannya secara terus menerus

(A. Muhaimin Zen, 2013 : 5).

Metode Tahfizh Alquran.

Dalam hal cara atau metode menghafal

Alquran yang efektif, berlaku keberagaman,

bukan keseragaman. Maksudnya antara satu

dan lain orang berlaku metode yang tidak

sama, tergantung pada karakter, daya serap

dan daya ingat masing-masing. Saat ini

sudah banyak hafizh yang membukukan

pengalaman menghafal mereka berbagai

macam metode dalam rangka mempermudah

proses menghafal Alquran. (A. Muhaimin

Zen, 2013: 55) Metode tersebut di

antaranya:

1. Metode seluruhnya, yaitu membaca satu

halaman dari baris pertama sampai baris

terakhir secara berulang-ulang sampai

hafal

2. Metode bagian, yaitu orang yang

menghafal ayat demi ayat, atau kalimat

demi kalimat yang dirangkaikan sampai

satu halaman.

3. Metode campuran, yaitu kombinasi

antara metode seluruhnya dengan metode

bagian. Mula-mula dengan membaca satu

halaman berulang-ulang, kemudian

diulang kembali secara keseluruhan (H.

Sa’dulloh, 2008 : 57).

Di antara ketiga metode tersebut, yang

terakhir tampaknya paling banyak dipakai

orang dalam mengahafal Alquran. Selain itu,

ada juga metode menghafalkan Alquran

adalah sebagai berikut:

1) Metode Kitabah

2) Metode Sama’i

3) Metode Jami’

Syarat-syarat dalam Menghafal Alquran

Selain cara-cara yang telah diuraikan di atas,

ada beberapa hal yang juga bias membantu

dalam menghafal Alquran dan mencapai

hasil yang maksimal, baik dalam rangka

menghafal atau menjaga hafalan Alquran.

hal ini sering disebut degan hal faktor

pendukung dalam menghafal Alquran Hal-

hal tersebut adalah:

1. Niat (Intention)

2. Menjauhi Maksiat Dan Perbuatan Dosa

3. Menjauhi Sifat-sifat Tercela

(madzmumah)

4. Tentukan Target Hafalan Setiap Hari

5. Kontinuitas نْتظََمَ ( إ )

6. Sanggup Mengulang-ulang Materi yang

sudah Dihafal

7. Motivasi (Motivation)

Faktor-faktor Penghambat dalam

Menghafal Alquran

Agar proses menghafal dapat berjalan

efektif dan efesien, seorang penghafal

Alquran hendaknya mengetahui faktor-

faktor penghambat dalam menghafal

Alquran. Sehingga, pada saatnya menghafal

ia sudah mendapatkan solusi terbaik untuk

pemecehannya (H. Sa’dulloh, 2008 : 67).

Diantara Faktor-faktor yang

menghambat seseorang dalam proses

menghafal Alquran sering terjadi di

antaranya:

1. Malas (Kaslanun)

2. Tidak Menjauhi Perbuatan Dosa

3. Bersikap Sombong (Ujub)

Page 5: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 5

4. Tak Ada Rencana atau Target yang

Jelas

5. Tidak Bisa Mengatur Waktu

6. Sering Lupa ( نَسْياَن –نَسِىّ )

7. Kurang Perhatian atau Tak Ada

Motivasi

Manajemen Program

Pengertian Manajemen Program

Manajemen program adalah terapan dari

pengertian dan prinsip-prinsip manejemen

umum. Secara bahasa (etimologi)

manajemen berasal dari kata kerja “to

manage” yang berarti mengatur (Oemar

Hamalik, 2012 : 27).

Adapun menurut istilah (terminologi)

terdapat banyak pendapat mengenai

pengertian manajemen salah satunya

menurut Harold koontz dan Cryril O’Donel,

Manajemen adalah usaha mencapai suatu

tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.

Dengan demikian manajer mengadakan

koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain

yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penempatan, pengarahan,

dan pengendalian. Sedangkan menurut

Prayudi, manajemen adalah pengendalian

dan pemamfaatan dari pada semua factor

dan sumber daya yang menurut suatu

perencanaan (Planning) diperlukan untuk

mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan

kerja tertentu (Eka Prihatin, 2011 : 2).

Manajemen pada hakekatnya dapat

dipahami sebagai proses kerjasama sama

dua orang atau lebih dengan menggunakan

sumber daya yang dimiliki organisasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Onisimus Amtu, 2011 : 1).

Fungsi-fungsi Manajemen Program

Fungsi-fungsi manajemen yang dkemukakan

para penulis tidak sama, tergantung pada

sudut pendekatan dan pandangan mereka

(H. Malayu S.P. Hasibuan, 2005 :3). Untuk

bahan perbandingan dikemukan pembagian

fungsi-fungsi manajemen pada tabel 2.1 di

bawah ini.

Tabel 2.1

Fungsi-fungsi Manajemen

Dari beberapa fungsi-fungsi

manajemen para ahli di atas dapat dikatakan

bahwa manajemen program merupakan

usaha untuk pengelolaan terkoordinasi yang

meliputi perencanaan (Planning), organisasi

(organizing), pelaksanaan (actuating),

control (controlling), penilaian (evaluation)

dari sekelompok pendidik dan tenaga

pendidik untuk mencapai tujuan dan

manfaat program secara efektif dan efesien.

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah kegiatan

menentukan tujuan serta merumuskan

sertan mengatur pendayagunaan

sumber-sumber daya:, informasi,

finansial, metode, dan waktu yang di

ikuti dengan pengambilan keputusan

serta penjelasan tentang pencapaian

tujuan, penentuan kebijakan, penetuan

program, penentuan metode-metode dan

prosedur tertentu dan penentuan jadwal

pelaksanaan kegiatan (Darwiyn Syah,

Supardi, dkk, 2007: 29).

PP RI no. 19 th. 2005 tentang

standar nasional pendidikan pasal 20

menjelaskan bahwa; “Perencanaan

proses pembelajaran memiliki silabus,

perencanaan pelaksanaan pembelajaran

George R.

Terry

John F. Mee MC. Namara

1. Planning

2. Organizing

3. Actuating

4. Controlling

1. Planning

2. Organizing

3. Motivating

4. Controlling

1. Planning

2. Programming

3. Budgeting

4. System

Henry

Fayol

Drs. P. Siagian Jhon. D. Millet

1. Planning

2. Organizing

3. Commanding

4. Coordination

5. Controlling

1. Planning

2. Organizing

3. Motivation

4. Controlling

5. Evaluation

1. Directing

2. facilitation

Page 6: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

6 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

yang memuat sekurang-kurangnya

tujuan pembelajaran, materi ajar,

metode pengajaran, sumber belajar, dan

penilaian hasil belajar” (Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia no. 19

tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan: 15).

2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah suatu proses

penentuan, pengelompokan dan

pengaturan bermacam-macam aktivitas

yang diperlukan mencapai tujuan,

menempatkan orang-orang pada setiap

aktivitas, menyediakan alat-alat yang

diperlukan, menetapkan wewenang

yang secara relatif didilegasikan kepada

setiap individu yang akan melakukan

aktifitas tersebut (Syauful Sagala, 2013:

42).

3. Pelaksanaan (actuating)

Pelaksanaan program pembelajaran

merupakan proses kegiatan belajar

mengajar di kelas maupun di luar kelas

yang secara langsung antara guru dan

peserta didik. Jadi pelaksanaan adalah

interaksi guru dengan peserta didik

dalam rangka untuk menyampaikan

bahan ajar kepada peserta didik dan

untuk mencapai tujuan pengajaran.

4. Penilaian (evaluation)

Penilaian (evaluation) adalah kegiatan

mengumpulkan, mengolah dan

menyajikan data untuk masukan dalam

pengambilan keputusan mengenai

program yang sedang atau telah

dilaksanakan. Penilaian dilakukan

terhadap seluruh atau sebagian unsur-

unsur program serta terhadap

pelaksanaan program pendidikan.

Evaluasi program harus dan dapat

diselenggarakan secara terus menerus,

berkala, dan sewaktu. Kegiatan evaluasi

ini dapat dilakukan pada saat sebelum,

sedang, atau setelah program

pendidikan dilaksanakan. Evaluasi

merupakan kegiatan yang bermaksud

untuk mengetahui apakah tujuan yang

telah ditentukan dapat dicapai, apakah

pelaksanaan program sesuai dengan

rencana, dan dampak apa yang terjadi

setelah program dilaksanakan. Evaluasi

program berguna bagi para pengambil

keputusan untuk menetapkan apakah

program akan dihentikan, diperbaiki,

dimodifikasi, diperluas, atau

ditingkatkan (Djuju Sudjana, 2008: 9).

Pondok Pesantren Modern

Pondok adalah sebuah asrama di mana para

santrinya tinggal bersama dan belajar di

bawah bimbingan seseorang guru yang lebih

dikenal dengan sebutan “kyai” (H.

Ramayulis, 2012 : 269). Sedangkan

pesantren berasal dari kata santri, dengan

awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti

tempat santri-santri atau murid-murid belajar

mengaji.

Modern dalam istilah di pesantren

ialah berkonotasi pada nilai-nilai

komodernan yang positif seperti disiplin,

rapi, tepat waktu, kerja keras. Termasuk

nilai modern yang bersifat fisikal yang

tergambar dalam cara berpakaian santri

dengan simbol dasi, jas, dan rambut pendek

ala militer.

Pondok Pesantren Modern adalah

(kholaf, ashriyah), yang merupakan

kebalikan dari Pondok Pesantren Salaf

(salafiyah, tradisional). Pondok pesantren

Modern memiliki konotasi yang bermacam-

macam. Tidak ada definisi dan kriteria pasti

tentang pon-pes seperti apa yang memenuhi

atau patut disebut dengan pesantren

'modern'.

Di Indonesia mencatat, bahwa pondok

pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan

pribumi tertua di Indonesia (Departemen

Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan

Agama Islam, 2003 : 7). Secara garis

besarnya, dijumpai dua macam pendapat

yang mengutamakan tentang pandangannya

tentang asal usul pesantren, sebagai institusi

Page 7: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 7

pendidikan Islam. Pertama pesantren adalah

institusi pendidikan Islam, yang berasal dari

tradisi mereka berkesimpulan, bahwa

pesantren lahir dari pola kehidupan

tasawwuf, yang kemudian berkembang di

wilayah Islam, seperti timur tengah dan

afrika utara yang dikenal dengan sebutan

Zawiyat. Kedua pesantren merupakan

kelanjutan dari tradisi hindu budha yang

sudah mengalami proses Islamisasi. Mereka

melihat adanya hubungan antara perkataan

pesantren dengan kata shastri dari Bahasa

sanskerta (H. Ramayulis, 2012: .263).

Meskipun dalam kondisi fisik yang

sederhana, pesantren ternyata mampu

menciptakan tata kehidupan tersendiri yang

unik, terpisah, dan berbeda dari kebiasaan

umum. Bahkan lingkungan dan tata

kehidupan pesantren dapat dikatakan

sebagai subkultur tersendiri dalam

kehidupan masyarakat sekitarnya (Ahmad

Damanhuri, Didin Hafidhuddin, Endin

Mujahidin, 2013 : 32).

Sejalan dengan hal inilah, materi yang

diajarkan di pondok pesantren semuanya

terdiri dari materi agama yang berlangsung

dihali dari kitab-kitab klasik yang berbahasa

arab. Akibat perkembangan zaman dan

tuntutannya, tujuan pondok pesantren pun

bertambah dikarenakan peranannya yang

signitifikan, Tujuan itu adalah (4) berupaya

meningkatkan pengembangan masyarakat di

berbagai sektor kehidupan.

Namun sesungguhnya, toga Tujuan

terakhir adalah manifestasi dari hasil yang

dicapai pada tujuan pertama, tafaqquh fid-

din. Tujuan ini pun pun semakin

berkembang sesuai dengan tuntutan yang

ada pada saat pondok pesantren itu berdiri

(Ahmad Damanhuri, Didin Hafidhuddin,

Endin Mujahidin, 2013 : 9).

Metode

Penelitian ini merupakan jenis penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif, yaitu sebuah

penelitian yang menggunakan prosedur

untuk menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati.

Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif yang berbentuk dalam jenis

penelitian lapangan (field research) yang

berusaha mengadakan penelitian ke lokasi

secara langsung dengan maksud

memperoleh data-data yang akurat, cermat

dan lebih lengkap.

Adapun pendekatan yang digunakan

pada penelitian adalah pendekatan studi

kasus yaitu merupakan pengujian secara

rinci terhadap, suatu latar, satu subyek, satu

tempat penyimpanan, atau peristiwa tertentu.

Dalam penelitian ini studi kasus dititik

beratkan pada Manajemen Program Tahfizh

Alquran di Pondok Pesantren Fathan

Mubina di Desa Ciawi Kab Bogor Jawa

Barat supaya mendapatkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis yang disusun

berdasarkan data lisan, perbuatan, dan

dokumentasi yang diamati secara holistik

dan bisa diamati secara konteks.

Sumber data dalam penelitian adalah

Subjek dari mana data dapat diperoleh.

Adapun menurut Lofland dan Lofland,

seperti dikutip oleh Moleong, “Sumber data

utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata, tindakan, selebihnya adalah

tambahan seperti dokumen dan lain-lain (S.

Margono, 2003: 36).

Sedangkan karakteristik dari data

pendukung berada dalam bentuk data

tambahan dalam penelitian ini dapat

berbentuk surat-surat, daftar hadir, data

statistik ataupun segala bentuk dokumentasi

yang berhubungan fokus penelitian.

Dalam penelitian yang penulis lakukan

ini sumber datanya meliputi 3 unsur, yaitu:

(1) Persona yaitu sumber data yang bisa

memberikan data berupa jawaban lisan

melalui wawancara atau jawaban

tertulis.(Suharsimi Arikunto, 2013: 172).

Ucapan Pengasuh, Uztadz penanggungjawab

tahfizh, santri tahfizh dan pihak-pihak yang

Page 8: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

8 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

terkait dalam penelitian ini yang penulis

amati dan wawancarai mejadi sumber data

utama yang dituangkan melalui catatan

tertulis. (2) Tempat yaitu sumber data yang

menyajikan tampilan berupa keadaan diam

dan bergerak. (Suharsimi Arikunto, 2013:

172) Data yang berupa kondisi fisik yayasan

dan juga aktivitas yang dialami sehari-hari

oleh seluruh komunitas yang ada di yayasan

menjadi sumber data pendukung yang

diwujudkan melalui rekaman gambar. (3)

Sumber tulisan yaitu sumber data yang

menyajikan tanda-tanda berupa huruf,

angka, gambar, atau simbol-simbol lain.

(Suharsimi Arikunto, 2013: 172) Sumber

data ini diperoleh dari buku-buku, dokumen,

arsip, dan lain sebagainya. Data yang

penulis kumpulkan dari Pondok Pesantren

Fathan Mubina data yang berkaitan dengan

fokus penelitian. Jika dicermati dari segi

sifatnya, maka data yang dikumpulkan

adalah data kualitatif berupa kata-kata dan

bahasa tertulis, kata-kata subjek yang

kemudian diubah dalam bahasa tulis, dan

fenomena perilaku subjek yang

diabtraksikan dalam Bahasa tulis.

Teknik Pengumpulan Data

Wawancara mendalam

Wawancara adalah suatu percakapan yang

diarahklan pada suatu masalah tertentu.

(Imam Gunawan, 2014: 160) Wawancara

mendalam merupakan wawancara yang

bebas dimana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara

yang digunakan hanya berupa garis-garis

besar permasalahan yang akan ditanyakan.

(Sugiono, 2011: 140)

Wawancara dilakukan secara

mendalam kepada sejumlah responden yakni

para ustadz penanggung jawab program

tahfizh di pondok pesantren Fathan Mubina

yang memiliki kaitannya dengan penelitian

ini. Peneliti dapat mengajukan berbagai

pertanyaan berikutnya yang lebih terahah

pada suatu tujuan. Berikut ini beberapa

contoh garis besar bentuk pertanyaan yang

diajukan dalm wawancara: (1) Pertanyan

tentang tujuan program tahfizh Pondok

Pesantren Fathan Mubina, (2) Pertanyaan

tentang berkenaan sistem pembelajaran

tahfizh Pondok Pesantren Fathan Mubina

dan metode tahfizh Alquran Pondok

Pesantren Fathan Mubina, (3) Pertanyaan

tentang faktor-faktor penghambat dan

pendukung serta pengembangan budaya

menghafal Alquran, (4) Pertanyaan tentang

pengembangan sumber daya manusia

pengembangan sarana prasarana.

Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala

yang tampak pada objek penelitian. (S.

Margono, 1997:158) Di dalam penelitian ini

penulis menggunakan teknik observasi

partisipan dimana peneliti datang ke tempat

yang akan diteliti dan diamati.

Observasi partisipan adalah suatu

proses pengamatan bagian dalam dilakukan

oleh observer dengan ikut mengambil

bagian dalam kehidupan orang-orang yang

akan observasi. (S. Margono, 1997:161)

Observasi dan pengamatan yaitu

peneliti terjun langsung dan ikut serta dalam

kegiatan program Tahfizh Alquran di

Pondok Pesantren Fathan Mubina.

Tujuan Observasi ini adalah untuk

mengetahui bagaimana proses program

tahfizh yang diajarkan pada santri di Pondok

pesantren Fathan Mubina meliputi: (a)

Bagaimana proses program pembelajaran

tahfizh Alquran dalam kelas, baik cara guru

mengajar hafalan baru, mengulang serta

proses lainya. (b) Bagaimana tanggapan

santri-santri melalui gerak gerik serta sikap

lain yang diamati. (c) Sarana dan prasarana

yang digunakan di Pondok pesantren Fathan

Mubina.

Page 9: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 9

Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. (Sugiono, 2011:

329). Setiap bahan tertulis atau tulisan yang

memuat informasi. Biasanya ditulis di atas

kertas dan informasinya ditulis memakai

tinta baik memakai tangan atau memakai

media elektronik (printer). Teknik ini

peneliti gunakan untuk mencari data-data

yang berupa catatan atau tulisan yang

berkaitan dengan pelaksanaan manajemen

program tahfizh Alquran di Pondok

pesantren Fathan Mubina, di antaranya: (a)

Profil, visi, misi dan tujuan Pondok

pesantren Fathan Mubina. (b) Kurikulum

program tahfizh Alquran di Pondok

pesantren Fathan Mubina berupa struktur

Yayasan dan lain-lainnya. (c) File atau

dokumen mengenai data guru dan santri. (d)

Foto-foto gedung sekolah dan di kelas ketika

pembelajaran berlangsung.

Prosedur Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori,

menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun kedalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan sehingga mudah

difahami oleh diri sendiri maupun orang

lain. (Sugiono, 2014: 244)

Analisis data ini digunakan untuk

menyusun, mengolah, dan menghubungkan

semua data yang diperoleh dari lapangan

sehingga menjadi sebuah kesimpulan atau

teori. Dalam analisis data dilakukan

pengecekan data yang berasal dari

wawancara dengan pengasuh, murabbi,

ustadz, beserta pihak lain yang berkaitan.

Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut

kemudian ditelaah kembali dengan basil

pengamatan yang dilakukan selama masa

penelitian untuk mengetahui bagaimanakah

Manajemen Program Tahfizh,

bagaimanakah sistem pengajaran Ustadz.

Setelah semua data terkumpul, langkah

berikutnya adalah menjelaskan objek

permasalahan secara sistematis serta

memberikan analisis terhadap objek kajian

tersebut.

Dalam memberikan penjelasan

mengenai data yang diperoleh digunakan

metode deskriptif kualitatif yaitu suatu

metode penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,

kejadian yang bersifat sekarang. Jadi

digunakannya metode deskriptif adalah

untuk mendeskripsikan proses program

pembelajaran Tahfizh Alquran di Pondok

Pesantren Fathan Mubina.

Untuk penelitian ini penulis

menggunakan teknik analisis data Model

Miles dan Hubermen bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh. (Sugiono, 2014: 246) Maka

analisis data yang dilakukan akan melalui

beberapa tahapan yaitu data reduction

(reduksi data), data display (penyajian data),

dan consclusion drawing/verification

(kesimpulan).

Data Reduction (Reduksi Data) yaitu

mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya,

dan mencarinya bila diperlukan. (Sugiono,

2014: 247). Data yang direduksi adalah

mengenai proses program pembelajaran

Tahfizh Alquran di Pondok Pesantren

Page 10: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

10 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

Fathan Mubina yang terkumpul, baik dari

hasil penelitian lapangan atau kepustakaan

dibuat sebuah rangkuman.

Data Display (penyajian data) yaitu

penyajian data adalah menyajikan

sekumpulan informasi yang tersusun, maka

akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah

difahami tersebut. (Sugiono, 2014: 249).

Setelah itu melalui penyajian data, maka

data dapat terorganisasikan sehingga akan

semakin mudah dipahami. Sajian data

tersebut dimaksudkan untuk memilih data

yang sesuai dengan kebutuhan peneliti

tentang program pembelajaran Tahfizh

Alquran di Pondok Pesantren Fathan

Mubina. Ini artinya data yang telah

dirangkum tadi kemudian dipilih, sekiranya

data mana yang diperlukan untuk penulisan

laporan penelitian.

Penyajian data dapat berupa grafik,

matrik maupun table. Data yang disajikan

tersebut diantra lain sejarah berdirinya

Pondok Pesantren Fathan Mubina, letak

geografis, kondisi lingkungan, keadaan

guru, keadaan santri, proses program tahfizh

Alquran, visi-misi, sarana prasarana dan

seluruh hasil penelitian.

Conclusion Drawing/ verification

(kesimpulan)

Langkah ketiga yaitu penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini

akan diakui dengan bukti- bukti yang

diperoleh ketika penelitian di lapangan.

Verifikasi data dimaksudkan untuk

penentuan data akhir dari keseluruhan

proses tahapan analisis sehingga

keseluruhan permasalahan mengenai

program pembelajaran Tahfizh Alquran di

Pondok Pesantren Fathan Mubina dapat

terjawab sesuai dengan data dan

permasalahannya.

Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting

yang diperbaharui dari konsep kesahihan

(validitas) dan keterandalan (reliabilitas).

Penelitian merupakan kerja ilmiah, untuk

melakukan ini mutlak dituntut secara

objektivitas, untuk memebuhi kriteria ini

dalam penelitian maka kesahihan (validitas)

dan keterandalan (reliabilitas) harus

dipenuhi kalau tidak maka proses penelitian

itu perlu dipertanyakan keilmiahannya.

(Iskandar, 2013: 230)

Untuk menguji keabsahan data yang

dikumpulkan, maka peneliti menggunakan

teknik kepercayaan (credibility) dalam

penelitian. (1) Perpanjangan

keikutsertaan/Pengamatan. Keikutsertaan

peneliti sangat menentukan dalam

pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut

tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat,

tetapi memerlukan perpanjangan

keikutsertaan pada latar penelitian. (Lexy J.

Moleong, 2011: 327) Dengan perpanjangan

keikutsertaan maka peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan,

wawancara kembali dengan sumber data

yang pernah ditemui maupun yang baru. (2)

Meningkatkan Ketekunan, (3)

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan

pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data dan urutan peristiwa

akan dapat direkam secara pasti dan

sistematis. (Sugiyono, 2015: 370) Sebagai

bekal peneliti untuk meningkatkan

ketekunan adalah dengan cara membaca

berbagai referensi buku maupun hasil

penelitian atau dokumentasi-dokumentasi

yang terkait dengan temuan yang diteliti. (3)

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini

diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu. (Sugiyono, 2015: 372) (a)

Triangulasi sumber untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara

Page 11: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 11

mengecek data yang telah diperoleh melalui

berbagai sumber. Peneliti mengecek data

melalui beberapa narasumber yaitu sumber

pertama pimpinan; yang kedua coordinator

program tahfizh dan pembimbing

ekstrakurikuler tahfizh Alquran atau

penanggung jawab tahfizh Alquran; yang

ketiga para santri. (b) Triangulasi teknik

untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda.

Peneliti mengecek data melalui beberapa

teknik yang digunakan yaitu wawancara,

observasi dan dokumentasi. (c)

Menggunakan bahan referensi yang di

maksud dengan bahan referensi di sini

adalah adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan

oleh peneliti. Maka peneliti menggunakan

rekaman saat melakukan wawancara untuk

dapat mendukung validitas data yang

diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data

Manajemen Tahfizh Alquran di Pondok

Pesantren Fathan Mubina

Perencanaan Program Tahfizh Alquran

di Pondok Pesantren Fathan Mubina

Program adalah rangkaian kegiatan-kegiatan

atau seperangkat tindakan untuk mencapai

tujuan. Perencanaan program merupakan

untuk mengembang suatu rencana, prosedur

kerja dengan metode yang baru dan

mengembangkan kebijakan-kebijakan

berupa aturan dan ketentuan. Tujuan

perencanaan program adalah untuk

meningkat kemampuan guru dalam proses

pelaksanaan program karna yang

menentukan suatu keberhasilan proses

perencanaan program adalah guru itu

sendiri, hal ini didasarkan dengan membuat

sebuah perencanaan pembelajaran yang baik

atau lebih terperinci akan membuat guru

lebih mudah dalam hal penyampaian materi

pembelajaran, pengorganisasian peserta

didik di kelas, maupun pelaksanaan evaluasi

pembelajaran baik proses ataupun hasil

belajar.

Sebelum merencanakan program

tahfizh di Pondok Pesantren Fathan Mubina

terlebih dahulu sudah diadakan rapat dengan

unsur yang terkait langsung sebagai

pelaksanaan program tahfizh seperti

Pimpinan Pondok, Kepala Sekolah,

koordinator tahfizh, dan para instruktur

tahfizh. Dalam rapat tersebut membahas

perencanaan pembelajaran tahfizh Alquran

untuk masa yang akan datang. Dengan

adanya rapat ini diharapkan perencanaan

pembelajaran dapat lebih terencana.

Dalam proses perencanaan Program

Tahfizh Alquran di Pondok Pesantren

Fathan Mubina ada beberapa tahapan-

tahapan. Berikut ini akan dijelaskan

tahapan-tahapan tersebut:

Penentuan Materi Program Tahfizh

Alquran

Materi hafalan Tahfizh Alquran di Pondok

Pesantren Fathan Mubina mulai tahun

pelajaran 2004-2005 atas kebijakan yayasan

dan para Asatidz yakni dari kelas 1

materinya juz 30 yakni Juz amma secara

bertahap dan berangsur-angsur surat demi

surat di iringi dengan perbaikan bacaan

Alquran (Tahsinul Qur’an) para santri yang

belum lancar dalam bacaannya. Sedangkan

untuk kelas 2-5 materinya juz 1-7 secara

bertahap dan berangsur-angsur ayat demi

ayat dan surat demi surat, selanjutnya kelas

6 materinya meneruskan atau mengulangi

materi yang dulu yakni juz 30 dan juz 1-7.

Karena untuk mengejar target minimal yang

sudah ditetapkan. (Hasil wawancara, Ustadz

Mus Ahmad Khoirul Huda, 10/2/2016)

Adapun materi dan target hafalan

kelas satu adalah juz 30 yakni surat An-

Page 12: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

12 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

Naba’ sampai surat An-nas, kelas dua adalah

juz 1-2 yakni surat al-baqorah ayat 1-252,

kelas tiga adalah juz 3 yakni surat al-

Baqorah ayat 253-286 dan surah Ali Imran

ayat 1-91 serta ditambah atau mengulangi

dengan materi yang dulu yakni Juz 30 dan

Juz 1-2 , kelas empat adalah juz 4-5 yakni

surat ali Imron ayat 92-200 dan surat an

nisa’ ayat 1-147, kelas lima adalah juz 6-7

surat An Nisa’ ayat 148-176, surat Al

Maidah ayat 1-120 dan surat An An’am ayat

1-110, dan kelas 6 mengulangi materi atau

muraja’ah dari kelas satu sampai kelas 5

yakni juz 30 dan juz 1-7.

Penentuan Alokasi Waktu Jam Pelajaran

Alokasi waktu sebagai acuan terkiranya

berapa lama waktu yang akan terpakai

dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan

dalam proses belajar anak didik dalam

materi yang telah ditentukan. Alokasi suatu

hal yang sangat perlu diperhatikan untuk

memperkirakan jumlah jam pelaksanaan

program pembelajaran yang akan

diperlukan. Melihat materi dan target

hafalan yang sangat banyak tersebut, oleh

karenanya Pondok Pesantren Fathan Mubina

memberikan waktu yang sangat banyak

pula. Sehingga perminggunya 6 jam mata

pelajaran yakni 1 jam setiap hari awal

memulai pembelajaran. Jadi setiap hari ada

pelajaran tahfizh Alquran. dan di tambah

dengan waktu setelah subuh dan setelah

magrib. (Hasil wawancara, Ustadz Syahrul

Mubarok, S.Hi, 10/2/2016).

Membuat Perangkat Perencanaan

Pembelajaran

Dalam pembuatan perencanaan

pembelajaran, dari hasil wawancara dengan

Ustadz Mus Ahmad Khoirul Huda selaku

koordinator program tahfizh di Pondok

Pesantren Fathan Mubina mengatakan

bahwa dalam setiap pembelajaran yang

tersusun rapi pasti ada namanya perangkat

perencanaan pembelajaran. (Hasil

wawancara, Ustadz Mus Ahmad Khoirul

Huda, 10/2/2016) Maka di pondok pesantren

fathan mubina mengajurkan kepada ustazh

penanggung jawab tahfizh dalam pembuatan

perangkat perencanaan pembelajaran seperti

Kalender pendidikan, perhitungan pekan

efektif dan jam tatap muka, Prota (Program

tahunan), Prosem (Program semester).

Dan setelah akhir kenaikan kelas

nantinya program-program perencanaan dan

seluruh lembar penilaian dari hasil hafalan

santri disusun dan dikumpulkan, diserahkan

kepada ustadz koordintor tahfizh. Hal ini

dilakukan sebagai bentuk laporan akhir

pertanggung jawaban tugas mengajar

program tahfizh. Dengan menyusun

program-program perencanaan pembelajaran

tersebut, diharapkan kegiatan pembelajaran

Tahfizh Alquran akan menjadi terarah

dengan baik.

Pelaksanaan Program Tahfizh Alquran

di Pondok Pesantren Fathan Mubina

Pelaksanaan kegiatan program adalah

sebagai titik yang dilakukan secara

terencana oleh pendidik dalam rancangan

pelaksanaan yang telah disusun dengan baik

di dalam target materi maupun rencana

pembelajaran. Karena itu dalam pelaksanaan

kegiatan ini harus memiliki hal yang

menunjukkan penerapan langkah-langkah

metode dan strategi kegiatan belajar

mengajar.

Dalam penerapan ini mempunyai

beberapa langkah yang harus dilakukan

dalam pembelajaran tahfizh diantaranya:

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran

Tahfizh Alquran

Pelaksanaan pembelajaran mempunyai

langkah-langkah meliputi kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Dan hasil dari wawancara dan

pengamatan proses program pembelajaran

Tahfizh Alquran di Pondok Pesantren

Fathan Mubina, ada berapa tahapan yang

Page 13: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 13

dilakukan oleh ustadz-ustadz tahfizh dalam

proses kegiatan pembelajaran di kelas

kurang lebihnya yaitu sebagai berikut:

1) Pendahuluan, Dalam tahap ini

koordinator tahfizh dan para ustadz

penanggung jawab tahfizh telah

melakukan pembiasaan untuk senantiasa

berdoa bersama santri sebelum

melaksanakan atau memulaikan

pelajaran. Dan setelah itu menanyakan

kehadiran santri, kemudian memotivasi

dan membuat gairah belajar anak untuk

menghafal Alquran dan setelah itu

muraja’ah bersama-sama dan bagi kelas 1

itu diawali dengan kegiatan tahsin.

2) Kegiatan inti. Dalam tahap ini ustazh

penanggung jawab tahfizh melakukan

serangkaian aktivitas dalam pembelajaran

dengan membimbing santri untuk

menghafal Alquran. Untuk kelas 1 cara

proses penghafalannya dilakukan dengan

tahsin dan membaca dengan bersama-

sama dituntut oleh ustadz-ustadznya

dengan mengulang-ulang bacaan

perkata/perlafadz, dan secara tidak

langsung mereka hafal dengan

sendirinya. Sedangkan kelas 2 sampai

kelas 6 para ustadz meminta santri

menghafal sendiri dengan memberikan

kurang lebih 20 menit untuk menghafal 1

halaman. Setelah dirasa banyak santri

yang hafal, ustadz kemudian memanggil

satu persatu santri untuk setoran hafalan

dengan membawa buku pantauan tahfizh.

3) Kegiatan penutup. Dalam tahap ini para

ustadz muraja’ah lagi terhadap ayat yang

tadi dihafal. Kemudian ustadz menyuruh

santri yang belum setoran hafalan, untuk

menghafal di asrama dan di setor lagi

setelah magrib dan setelah subuh. Setelah

itu ustadz menutup pembelajaran dengan

membaca Shodaqallahul Adzim, dan

berdo’a bersama-sama.

Materi Setiap Pertemuan

Sesuai dengan materi dan target hafalan

yang telah dijelaskan di atas. Untuk

mewujudkan target hafalan pada Santri

Pondok Pesantren Fathan Mubina, maka

setiap pertemuan disesuaikan dengan standar

prosedur pelaksanaan program tahfizh, oleh

karena itu para santri diwajibkan menghafal

minimal 1 halaman. Semua itu tergantung

dari kemampuan hafalan santri, guru ustadz

dapat memberikan himbauan minimal 1

halaman, jika anak bisa lebih dari yang

dihimbaukan itu lebih bagus, tetapi jika anak

tidak bisa dan sulit sekali untuk menghafal,

maka disuruh untuk tadarus atau muraja’ah

saja, yang terpenting gairah anak untuk

menghafal Alquran sudah muncul dan masih

ada. (Hasil wawancara, Ustadz Mus Ahmad

Khoirul Huda, 10/2/2016)

Adapun materi untuk pertemuan

muraja’ah itu tergantung pada batas hafalan

santri dan untuk materi pertemuan ta’lim

tergantung pada kelompok masing-masing

dan kepada ustadz yang membimbing

sekaligus memantau perkembangan santri.

Biasanya materi untuk ta’lim adalah kelas 1.

Melihat kemampuan anak dalam membaca

Alquran berbeda-beda, maka batas tadarus

untuk mentahsin anak kelompok satu

dengan kelompok yang lainnya berbeda

sehingga materinya juga sedikit berbeda.

Teknik yang digunakan instruktur

tahfizh pada Program tahfizh Pondok

Pesantren Fathan Mubina untuk

menyelesaikan semua setoran hafalan santri

agar sesuai dengan waktu pembelajaran

yang diberikan yaitu dengan memberikan

target minimal setoran 1 halaman. Hal ini

dilakukan agar seluruh santri mendapat

bimbingan. Selain itu juga agar hafalan yang

disetorkan betul-betul sudah mantap.

Materi bimbingan yang digunakan

dalam pelaksanaan pembelajaran tahfizh

Alquran pada Pondok Pesantren Fathan

Mubina:

Page 14: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

14 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

1) Tahsin yaitu memperdengarkan bacaan

Alquran dengan melihat mushaf Alquran

kepada instruktut tahfizh guna

memperbaiki bacaan santri agar dapat

membaca Alquran sesuai dengan qaidah

tajwid, ini biasanya dipakai sama

tingkatan kelas 1.

2) Setoran (tahfizh), para santri

menyetorkan hafalan di hadapan

instruktur tahfizh satu persatu secara

bergiliran.

3) Pengulangan hafalan (muraja’ah), santri

melakukan muraja’ah secara individu,

berpasangan, dan muraja’ah bersama.

Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara terhadap pelaksanaan kegiatan

bimbingan tahfizh Alquran untuk santri

tahfizh kelas 1 ada sedikit perbedaan dengan

pelaksanaan pembelajaran tahfizh. Pada

tahfizh kelas 1, metode bimbingan

dilaksanakan dengan setoran tahsin dan

setoran hafalan (tahfizh). Tahsîn diberikan

khusus bagi santri yang kemampuan

membaca Alqurannya masih kurang kepada

instruktur tahfizh. Santri menyetorkan

hafalannya kepada instruktur dengan cara

satu persatu dan Instruktur tahfizh menerima

setoran hafalan santri sambil membetulkan

bacaannya apabila terjadi kesalahan pada

saat menghafal. Setelah santri mampu

menyelesaikan hafalan 1 halaman maka

dilakukan ujian tahfizh perhalaman.

Selain kegiatan tahsin dan tahfizh,

kegiatan muraja’ah juga dilaksanakan pada

pembelajaran tahfizh Alquran santri kelas 1.

Santri melakukan setoran tahfizh dan

muraja’ah setiap kali pertemuan. Muraja’ah

dilakukan dengan cara bersama-sama setelah

melaksanakan shalat magrib dan setelah

subuh sesekali muraja’ah dilakukan dengan

cara berpasangan, dan sesekali bersama-

sama secara bergiliran ayat demi ayat.

Banyaknya hafalan yang dibaca tergantung

dari komando instruktur tahfizh.

Sedangkan pelaksanaan pembelajaran

tahfizh kelas 2-6 yaitu santri menyetorkan

hafalannya kepada instruktur dengan cara

satu persatu. Bimbingan tahsin dilakukan

apabila santri melakukan kesalahan pada

saat menyetorkan hafalan. Setelah santri

mampu menyelesaikan hafalan 1 surah maka

dilakukan ujian tahfizh 1 surah.

Berbeda dengan santri kelas 1 yang

berada pada program tahfizh reguler, santri

pada tahfizh kelas 2-6 ini sudah memahami

bagaimana cara menghafal, sehingga mereka

dapat menghafal Alquran setengah sampai

satu halaman setiap harinya, selain itu

mereka lebih mudah diatur sehingga

mempermudah ustadz tahfizh untuk

mengaturnya tanpa di komando lagi mereka

sudah dapat mengetahui apa yang harus

mereka lakukan.

Setengah jam setelah magrib dan subuh

mereka dengan sendirinya murajaah Alquran

secara berpasang-pasangan. Setelah itu

santri menyetorkan hafalannya kepada

instruktur dengan cara satu persatu. Apabila

santri melakukan kesalahan pada saat

menyetorkan hafalan, maka instruktur

tahfizh langsung membetulkannya. Sesuai

dengan materi hafalan yang terdapat pada

Pondok Pesantren Fathan Mubina, maka

setiap pertemuan disesuaikan dengan standar

prosedur pelaksanaan program tahfizh,

setiap hari para santri dapat menyetorkan

hafalannya minimal 1 halaman, jika santri

bisa menyetorkan hafalan Alquran melebihi

apa yang dihimbaukan itu lebih bagus.

Tetapi jika santri tidak bisa atau sulit sekali

untuk menghafal Alquran, maka mereka di

suruh untuk tadarus atau murâja’ah saja.

Yang paling terpenting disini ialah gairah

anak untuk menghafal Alquran sudah

muncul. Adapun materi untuk pertemuan

murâja’ah itu tergantung pada batas hafalan

santri yang berbeda-beda sehingga

materinya pun sedikit berbeda.

Melihat materi hafalan dan jam pelajaran

yang banyak tersebut memang sudah baik,

Page 15: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 15

karena tetap memperhatikan kondisi

psikologis anak.

Metode yang digunakan

Salah satu faktor yang terpenting dan tidak

boleh diabaikan dalam pelaksanaan

pembelajaran adalah adanya metode yang

tepat untuk mentransfer materi yang

diajarkan. Oleh karena itu penggunaan

metode pembelajaran harus memperhatikan

kekhasan masing-masing materi pelajaran,

kondisi santri serta persediaan sarana dan

prasarana.

Proses program Tahfizh Alquran

Pondok Pesantren Fathan Mubina

dilaksanakan dengan menggunakan berbagai

metode yang disesuaikan dengan

kemampuan memori hafalan anak dan

keadaan anak yang belum lancar membaca

Alquran. Untuk mengatasi kebosanan

metode pembelajaran tahfizh selalu berubah-

ubah sesuai dengan keadaan santri, sehingga

dalam suatu program tahfizh ustadz-

ustdzahnya menggunakan metode gabungan.

Adapun metode-metode yang digunakan

guru-guru tahfizh antara lain:

1) Metode Tahsin (perbaikan bacaan).

Metode tahsin atau perbaikan bacaan

Alquran digunakan untuk santri kelas 1

sebagai santri baru dan masih lemah

dalam bacaannya, hal ini dilakukan untuk

perbaikan bacaan sebelum menghafal

Alquran. Para santri kelas 1 sebelum

memasuki tahapan menghafal Alquran

mereka dianjurkan memperbaiki bacaan

Alquran kepada ustadz pembimbing

halaqah dimesjid maupun ustadz

pernanggungjawab tahfizh dikelasnya.

2) Metode Jami’ (pembimbing membaca,

murid-murid menirukan berulang-

ulang). Metode Jami’ biasanya

digunakan untuk kelas awal (kelas 1),

khususnya yang belum lancar membaca

Alquran. Motode ini berguna selain

dapat untuk membimbing santri untuk

menghafal juga dapat menfasihkan dan

mentartilkan dalam membaca Alquran.

Untuk pelaksanaannya pertama, ustadz-

ustadznya membacakan ayat-ayat yang

akan dihafal dan santrinya

mendengarkan, kemudian murid

melantunkan bersama-sama. Hal seperti

itu dilakukan secara berulang-ulang terus

menerus sampai anak terbiasa

mendengarkannya. Setelah ayat-ayat itu

dapat mereka baca dengan baik dan

benar, dengan sedikit demi sedikit

mencoba melepaskan mushaf (menutup

mushaf) dan demikian seterusnya

sehingga ayat-ayat yang sedang

dihafalnya yaitu benar-benar sepenuhnya

masuk dalam ingatannya. Jadi secara

otomatis secara tidak sadar mereka dapat

menghafal dengan sendirinya. Setelah

kira-kira semua santri hafal, barulah

mereka disuruh menyetorkan kepada

ustadz.

3) Metode Muraja’ah (mengulang hafalan).

Metode Muraja’ah atau mengulang ulang

bacaan hafalan digunakan ketika pertama

kali mengawali pelajaran. Adapun

setoran murâja’ah secara umum caranya

tidak jauh berbeda dengan setoran

hafalan yaitu membacakan hafalannya

yang terdahulu yang sudah ia hafal

sebelumnya atau pengulangan hafalan

yang dilakukan santri baik secara

individu, berpasangan, maupun

memperdengarkan hafalan muraja’ah di

depan gurunya.

4) Metode Tasmi’ (memperdengar/

menyimak). Metode ini dilakukan murid-

murid ketika sulit dan bosan menghafal

sendiri. Biasanya dilakukan dalam

halaqah dimesjid ataupun dikelas yang

sudah lancar menghafal Alquran. Dalam

pelaksanaanya, murid-murid berhadapan

dengan teman dengan teman sebangku

atau teman dekatnya dalam satu kelas

untuk semak’an, yang satu melantunkan

ayat yang dihafal, yang satu menyimak

Page 16: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

16 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

hafalannya, secara bergantian. Setelah

hafal nantinya bisa disetorkan langsung

ke ustadz-ustadzahnya.

5) Metode Talaqqi (menyetor hafalan)

Metode talaqqi (menyetor hafalan)

selain sebagai metode sekaligus juga

untuk menilai seberapa jauh hafalan

santri. Kegiatan setor hafalan Alquran di

Pondok Pesantren Fathan Mubina secara

umum caranya tidak jauh berbeda

dengan metode di pondok pesantren

yang khusus untuk program tahfizh.

Adapun cara yang dilakukan dengan

ustadz dan ustadzahnya menyuruh siapa

yang sudah hafal untuk menyetorkan

hafalannya, dan memanggil satu persatu

santri. Setelah itu santri

memperdengarkan hafalannya di depan

ustadznya dan dinilai di buku pantauan

tahfizh Terkadang ustadz-ustdzahnya

melakukan setor hafalan di tempat

terbuka, seperti di halaman sekolah agar

suasana lebih enak dan nyaman.

6) Metode Penugasan. Metode ini dilakukan

ustadz dengan memberikan tugas hafalan

kepada santri untuk menambah

hafalannya atau memperkuat hafalannya

di asrama. Dengan variasi dalam

penggunaan strategi dan metode dalam

proses pembelajaran diharapkan santri

dalam program pembelajaran tahfizh

tetap semangat dan aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran. (Hasil wawancara,

Ustadz Mus Ahmad Khoirul Huda,

10/2/2016).

Pengelolaan Kelas

Dalam mengelola kelas ustadz-ustadz

tahfizh juga dapat dikatakan cukup baik. Hal

ini dibuktikan misalnya dari penataan

ruangan dalam mengatur posisi duduk

memang terkadang tidak teratur, bahkan

mereka bias melakukan kegiatan belajar

dengan duduk di lantai atau lesehan. Sering

juga menghafal di luar bersama-sama di luar

ruang (ruang terbuka). Tetapi yang

terpenting seorang guru harus membuat

suasana tidak tegang, nyaman,

menyenangkan untuk menghafal dan tidak

jenuh dan membosankan.

Pengelolaan kelas diperlukan karena dari

hari ke hari dan bahkan waktu ke waktu

tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu

berubah. Hari ini anak didik dapat belajar

tenang besok belum tentu. Karena itu, kelas

selalu diatur dinamis dalam bentuk perilaku,

perbuatan, sikap mental dan emosioanal

anak didik. Oleh karena itu guru diharapkan

dapat mengelola seoptimal sehingga dapat

menunjang proses pembelajaran. Selain itu

dalam pelaksanaan pembelajaran juga

memuat kegiatan dari fungsi-fungsi

manajemen lainnya, seperti

pengorganisasian, pemotivasian, pemberian

fasilitas (facilitating), dan pengawasan

pembelajaran, yakni sebagai berikut:

1) Pengorganisasian Pembelajaran

Pengorganisasian melibatkan penentuan

berbagai kegiatan seperti pembagian

pekerjaan ke dalam berbagai tugas

khusus yang harus dilakukan guru dan

peserta didik dalam proses

pembelajaran. Adapun

pengorganisasian yang dilakukan dalam

program pembelajaran tahfizh Alquran

yakni kepala madrasah sebagai

pimpinan pondok melakukan

pembagian tugas dan wewenang

(pengorganisasian) yakni dengan

membentuk khusus koordinator

program, seperti menunjuk koordinator

program tahfizh sendiri. Dengan adanya

pengorganisasian pembelajaran

memberikan gambaran bahwa kegiatan

belajar dan mengajar mempunyai arah

dan penanggung jawab yang jelas.

Kepala madrasah sebagai pimpinan

dalam memberikan fasilitas dan

kelengkapan pembelajaran, sedangkan

kedudukan guru untuk menentukan dan

mendesain pembelajaran dengan

mengorganisasikan alokasi waktu,

Page 17: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 17

desain kurikulum, media dan

kelengkapan pembelajaran dan lainnya.

2) Motivasi Pembelajaran

Di dalam pendidikan motivasi

mempunyai peranan penting, dengan

membangkitkan motivasi anak

terangsang untuk menggunakan potensi-

potensi yang dimiliki secara konstruktif

dan produktif untuk mencapai tujuan,

dan tujuan itu dianggapnya sebagai

kebutuhan yang harus diraihnya.

Dalam pembelajaran tahfizh di Pondok

Pesantren Fathan Mubina ustadz-ustadz

tahfizh selalu memberi motivasi di

setiap proses pembelajarannya kepada

anak didiknya supaya menghafal. Hal

tersebut harus selalu dilakukan oleh

para ustadz karena santri terkadang

mengalami kebosanan dan malas

menghafal. Oleh karena itu ustadz harus

mampu mengembangkan motivasi tepat

pada setiap anak didik pada waktu

belajar. Banyak cara yang dapat

dilakukan untuk agar potensi yang

dimiliki santri termotivasi pada waktu

belajar, antara lain menciptakan situasi

yang kondusif untuk belajar,

menciptakan persaingan yang sehat

antara sesama santri waktu belajar,

menimbulkan rasa puas terhadap apa

yang dia pelajari dan terhadap hasil

yang ia peroleh dan memberikan pujian.

Tanpa motivasi seorang santri akan

malas dan enggan belajar dan sekolah

dan akhirnya tentu saja tidak akan

mencapai suatu keberhasilan dalam

belajar.

3) Fasilitas (Facilitating)

Fasilitas Pondok Pesantren merupakan

faktor yang teramat penting dalam

menunjang proses belajar mengajar

dalam rangka pemberian bekal kepada

santri. Diharapkan dengan dukungan

fasilitas yang cukup santri mampu

mengaplikasikan ilmunya dengan baik.

Fasilitas yang ada di Pondok Pesantren

Fathan Mubina yang dapat digunakan

dalam pembelajaran tahfizh memang

masih minim, terutama dari Alat peraga

atau media pembelajaran. Oleh karena

itu pihak yayasan diharapkan dapat

menambahnya. Karena fasilitas

mempunyai fungsi atau kehadirannya

sangat menentukan dalam proses belajar

mengajar dan tentunya berimbas atau

berpengaruh terhadap keberhasilan

proses pembelajaran disekolah. Sebab

ketepatan dalam menggunakan fasilitas

belajar secara baik, efektif, efisien,

maka hasil dari pada kegiatan belajar

mengajar yang dicapai akan semakin

baik. Tetapi sebaliknya jika kurang

tepat dalam menggunakan fasilitas

belajar maka hasil dari pada kegiatan

belajar mengajar yang dicapai kurang

baik. Oleh karena itu, kegiatan belajar

mengajar perlu menggunakan fasilitas

belajar yang sesuai agar tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan

dapat dicapai dengan efisien karena

ketetapan dalam menggunakan fasilitas

belajar besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan proses belajar mengajar.

4) Pembinaan (conforming)

Dalam pembelajaran tahfizh disamping

guru peran Rois madrasah (pimpinan

pondok) sangatlah penting ketika

pembelajaran tahfizh. Dalam hal ini

beliau harus selalu memonitoring

(supervisi) dan untuk mengecek dan

memastikan kegiatan pembelajaran

tahfizh di kelas. Dengan itu ustadz tidak

semena-mena dan sembarangan dalam

mengajar. Pengawasan tersebut

sangatlah penting dilakukan untuk

memastikan semua program dan

kegiatan pondok dilaksanakan sesuai

standar proses yang dipersyaratkan

untuk mencapai sasaran yang

ditetapkan. Selain itu dengan

pengawasan dan supervisi, kepala

Page 18: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

18 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

sekolah dapat membantu dalam

mengatasi problematika pembelajaran.

Ustadz melakukan pengawasan

terhadap program yang ditentukannya

apakah sudah dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang ditetapkannya

sendiri. Untuk keperluan pengawasan

ini ustadz mengumpulkan,

menganalisis, dan mengevaluasi

kegiatan belajar serta memanfaatkannya

untuk mengendalikan pembelajaran

sehingga tercapai tujuan belajar.

Evaluasi Program Tahfizh Alquran di

Pondok Pesantren Fathan Mubina

Untuk dapat menilai dan mengukur sampai

dimana keberhasilan yang dicapai dalam

program Tahfizh Alquran, maka diperlukan

evaluasi. Evaluasi dalam program mencakup

evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses

pembelajaran.

Evaluasi Hasil Pembelajaran Tahfizh

Alquran

Dari beberapa hasil wawancara dan

observasi dapat diketahui bahwa sistem

evaluasi pembelajaran Tahfizh Alquran yang

dilakukan di Pondok Pesantren Fathan

Mubina menggunakan penilaian berbentuk

sistem setoran hafalan.

Tetapi waktu pelaksanaannya juga

seperti dengan mata pelajaran lainnya yakni

dengan melakukan ulangan setoran harian,

juga dengan melakukan ulangan setoran

dalam setiap mid semester dan semesteran

dan setoran akhir kelulusan. Adapun bentuk

mekanisme setoran hafalan yang dilakukan

untuk lebih jelasnya meliputi sebagai

berikut:

1) Evaluasi Setoran Harian (evaluasi

formatif)

Evaluasi setoran harian dilakukan

setiap akhir pada jam pelajaran tahfizh.

Untuk pelaksanaannya biasanya ustadz-

ustdzahnya menyuruh maju santri yang

sudah hafal atau bisa juga dengan

memanggil satu persatu dengan membawa

buku pantauan tahfizh santri. Setelah itu

ustadz-ustadzahnya memberikan catatan

penilaian di buku pantauan tahfizh santri.

Setiap kali pertemuan dalam pelajaran

tahfizh Alquran santri tidak selalu

menyetorkan hafalannya artinya ketika

santri itu sudah mampu untuk menyetorkan

hafalannya maka santri akan menyetorkan

hafalannya.

Jika santri belum mampu untuk

menyetorkan hafalannya, mereka disuruh

untuk tadarus atau muraja’ah saja. Maka

setoran hafalannya ditunda pada pertemuan

berikutnya. Sebenarnya kemampuan setor

hafalan bagi santri tidak dibatasi tetapi

semua itu disesuaikan dengan kemampuan

santri sendiri-sendiri. Tetapi agar

pembelajaran lebih terarah ustadz-

ustadzahnya menganjurkan memberikan

target minimal hafal 1 halaman, tergantung

dari panjang pendeknya ayat yang dihafal.

Evaluasi setor harian ini merupakan

langkah ini dimaksudkan agar santri selalu

rutin dan rajin menghafal sehingga

diharapkan santri mampu mencapai target

yang ditetapkan.

2) Evaluasi Setoran Semesteran (evaluasi

sumatif)

Evaluasi setoran evaluasi semesteran

dilakukan setiap enam bulan sekali. Dalam

pelaksanaan evaluasi ini dengan cara

mengulang dari hafalan dari ayat yang sudah

hafal. Setiap penilaian dalam jangka waktu

semesteran biasanya ada target tertentu.

Untuk santri yang belum mencapai

target hafalan, maka dilakukan remidi sesuai

prosedur. Ketika ada santri yang memang

sulit sekali menghafal untuk mencapai target

yang diharapkan, ustadz-ustadzahnya tidak

membebankan dan tidak memaksa mereka.

Karena supaya santri tidak ada rasa trauma

dan tidak terganggu psikologinya. Jadi target

hafalan tersebut bukan memaksa dan

menjadi syarat kenaikan kelas, tetapi hanya

sebagai himbauan atau anjuran saja, agar

Page 19: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 19

lebih pembelajaran menjadi terarah dengan

baik. Dan yang terpenting anak sudah ada

kemauan untuk menghafal.

3) Evaluasi Akhir Kelulusan

Evaluasi akhir kelulusan dilaksanakan

setiap menjelang kelulusan santri (talamidz)

Pondok Pesantren Fathan Mubina yaitu

ujian akhir tahfizh (UAT) dan pentashehkan

(pembenaran bacaan dan hafalan) yang

dibimbing langsung oleh Rois madrasah

(pimpinan pondok) dan dibantu ustadz

tahfizh. Untuk target minimal yang harus

dicapai santri kelas 6 ketika menjelang

kelulusan yakni juz 30 dan juz 1-7. (Hasil

wawancara, Ustadz Mus Ahmad Khoirul

Huda, 10/2/2016)

Selain ketiga jenis tes diatas juga

terkadang Pondok Pesantren Fathan Mubina

mengadakan perlombaan tahfizh Qur’an

(Musabaqoh Hifdzul Qur’an). Dengan

adanya perlombaan tersebut diharapkan

anak-anak lebih bersemangat dan

termotivasi untuk semakin menambah

hafalannya dan sekaligus guru dapat

mengevaluasi dan mengetahui prestasi anak

didiknya.

Adapun aspek-aspek yang dinilai

dalam evaluasi pembelajaran tersebut

adalah: (1) Partisipasi aktif dan keseriusan

dalam menghafal, (2) Tajwid dan fashahah,

(3) Akhlak terhadap pembimbing, (4)

Akhlak terhadap Alquran, (5) Kelancaran

hafalan. (Hasil wawancara, Ustadz Mus

Ahmad Khoirul Huda, 10/2/2016)

4) Evaluasi Proses Pembelajaran tahfizh

Bentuk evaluasi proses pembelajaran

yang dilakukan Pondok Pesantren Fathan

Mubina yakni dalam rapat awal tahun yang

diadakan oleh yayasan pembangunan umat

“Fathan Mubina” dengan melibatkan semua

guru yayasan pembangunan umat “Fathan

Mubina” dari tingkat, SMP dan SMA Fathan

Mubina untuk menilai kegiatan program

tahfizh pada kurun waktu satu tahun. (Hasil

wawancara, Ustadz Mus Ahmad Khoirul

Huda, 10/2/2016)

Faktor-faktor Pendukung dan

Penghambat Program Tahfízh Alquran

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,

faktor-faktor pendukung program tahfizh

Alquran pada lembaga pendidikan Pondok

Pesantren Fathan Mubina ini adalah faktor-

faktor yang keberadaannya turut membantu

dalam meningkatkan hasil hafalan dan

menurut Ustadz Mus Ahmad Khoirul Huda

selaku koordinator program tahfizh di

Pondok Pesantren Fathan Mubina

mengatakan bahwa salah satu faktornya

adalah faktor niat atau minat. (Hasil

wawancara, Ustadz Mus Ahmad Khoirul

Huda, 10/2/2016) Bila dijabarkan, faktor-

faktor pendukung yang ada adalah:

Faktor Niat

Niat adalah menginginkan sesuatu dan

bertekad hati untuk mendapatkannya, niat

ini sering disebut gairah atau keinginan dan

yang dimaksud dalam skripsi ini adalah niat

santri Pondok Pesantren Fathan Mubina

selalu ingin menghafal Alquran.

Dari hasil penelitian diketahui adanya

niat santri untuk menghafal Alquran dan niat

orang tua agar anaknya ikut menghafal

Alquran. Bahkan ada beberapa orang santri

yang ingin menghafal Alquran dengan

sempurna (30 juz). Artinya santri tidak

hanya sekedar ingin memenuhi target

hafalan yang telah ditentukan oleh Pondok

Pesantren Fathan Mubina, tetapi lebih dari

itu mereka ingin menjadi seorang

hafizh/hafizhah.

Faktor Tentukan Target Menghafal atau

Pengaturan Waktu

Tentukan Target menghafal atau Pengaturan

waktu menghafal Alquran sangat perlu

untuk diperhatikan apabila untuk santri

Pondok Pesantren Fathan Mubina yang

santrinya adalah anak-anak yang masih

dalam tahap kedewasan, yang tentunya

Page 20: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

20 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

belum mampu mengatur waktunya, dan

karena santrinya disamping belajar

menghafal Alquran juga belajar pelajaran

formal, maka pembagian waktu mempunyai

peranan yang tinggi untuk lancarnya proses

penghafalan Alquran.

Alokasi waktu di pondok pesantren

fathan mubina sepenuhnya sudah ditetapkan

oleh pihak pondok itu sendiri dan biasanya

dilaksanakan sebelum pelajaran umum dan

ditambah dengan waktu lainnya yaitu

setelah magrib dan subuh yang

dilaksanankan dalam halaqah masjid.

Dengan sudah ditetap waktu-waktu tersebut

di atas, maka diharapkan bisa menjadi

kefektifan dalam proses program tahfizh

Alquran di Pondok Pesantren Fathan

Mubina dan dapat berjalan dengan baik.

Fakto-faktor penghambat ini

datangnya bisa dalam diri santri ataupun dari

luar santri. Adapun faktor-faktor yang

dirasakan sering mengganjal santri dalam

menghafal adalah: (1) Munculnya sifat

malas pada diri santri, (2) Kesulitan santri

dalam menghafal, (3) Kelupaan atau sering

lupa terhadap ayat-ayat yang telah dihafal,

(4) Kebanyakan bermain atau tidak bisa

mengatur waktu, (5) Kurangnya perhatian

ataupun motivasi (Hasil wawancara, Ustadz

Mus Ahmad Khoirul Huda, 10/2/2016)

Untuk mengatasi hal-hal yang terjadi

seperti di atas, maka Pondok Pesantren

Fathan Mubina membuat langkah-langkah

diantaranya: (1) Menjadwalkan semua

kegiatan harian santri (2) Selalu memotivasi

santri untuk menghafal, (3)Pengawasan

yang ketat terhadap santri, (4) Menerapkan

sangsi-sangsi untuk santri (Hasil

wawancara, Ustadz Mus Ahmad Khoirul

Huda, 10/2/2016).

Hasil tersebut menunjukan bahwa

yang kurang diterapkan adalah motivasi

orang tua dan ustadz dalam pembelajaran

tahfiz ini. Karna motivasi orang tua dan

ustadz juga menentukan, bahwa orang tua

dan ustadz merupakan faktor ekternal bagi

santri dalam menghafal Alquran, meskipun

motivasi orang tua dan ustadz itu berbeda-

beda, dengan adanya motivasi dari sosok

orang tua dan ustadz dapat mengurangi salah

satu faktor penghambat dalam menghafal

Alquran.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Kesimpulan

Manajemen tahfizh Alquran di Pondok

Pesantren Fathan Mubina dilakukan melalui

3 pendekatan: 1) Perencanaan program

tahfizh Alquran di Pondok Pesantren Fathan

Mubina. Dalam tahap Perencanaan program

tahfizh Alquran di Pondok Pesantren Fathan

Mubina yang dilakukan oleh pihak yayasan

Fathan Mubina, kepala sekolah, koordinator

tahfizh dan guru-guru tahfizh yaitu dengan

cara: a) Merumuskan dan menetapakan

tujuan program pembelajaran tahfizh

Alquran yang hendak dicapai, b)

Menetapkan kurikulum dan materi

pembelajaran tahfizh Alquran yang menjadi

acuan dalam proses pelaksanaan program

tahfizh Alquran. Berdasarkan rapat yang

dilakukan antara pihak yayasan Fathan

Mubina dan pihak pesantren memutuskan

materi yang dipakai 2 juz/th, c) Menentuan

alokasi waktu jam pelajaran dalam

seminggu. Hal ini dilakukan dengan

menyesuaikan materi yang semakin banyak,

oleh karenanya jam pelajaran ditambah

menjadi 6 jam perminggunya, d) Membuat

perangkat perencanaan pembelajaran (Prota,

Prosem) sebagai acuan pembelajaran

dikelas. 2) Pelaksanaan program tahfizh

Alquran di Pondok Pesantren Fathan

Mubina. Dalam tahap Pelaksanaan program

tahfizh Alquran di Pondok Pesantren Fathan

Mubina yaitu meliputi kegiatan: Pertama,

kegiatan ustadz sebagai manajer di kelas

yakni mengajar, mendidik, memotivasi, dan

membantu dan membimbing santri supaya

mendukung dalam menghafal Al-Quran.

kedua, ustadz menggunakan metode materi

Page 21: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

Ta’dibi ISSN 2442-4994 Volume 5 Nomor 1, April 2016 21

sesuai dengan melihat kemampuan santri,

ketiga guru mengelola kelas yang

menunjang proses pembelajaran. Selain itu

kegiatan pimpinan pondok yang dilakukan

dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran

tahfizh yaitu: (1) Dalam fungsi

pengorganisasian: a) Membentuk

koordinator khusus program pembelajaran

tahfizh, b) Memilih dan menunjuk ustadz

penanggungjawab tahfizh. (2) Dalam fungsi

pemotivasian: Pimpinan pondok memotivasi

dan membimbing asatidz, ketika asatidznya

mengalami kesulitan dan masalah dalam

mengajar. (3) Dalam fungsi facilitating:

Pimpinan pondok dan pihak yayasan

berusaha memberikan fasilitas, sarana

prasarana, alat peraga/media pembelajaran

yang dibutuhkan oleh para ustadz. Seperti:

gedung dan ruang kelas yang nyaman, buku

kisah-kisah orang terdahulu dan papan tulis.

(4) Dalam fungsi pengawasan (controlling):

Pimpinan pondok selalu berkeliling-keliling

memonitoring (mengawasi) dan mengecek

kegiatan pembelajaran tahfizh. 3) Evaluasi

Program Tahfizh Alquran di Pondok

Pesantren Fathan Mubina. Bentuk evaluasi

hasil pembelajaran yang dilakukan ustadz

untuk menilai santri dalam program tahfizh

Alquran di Pondok Pesantren Fathan

Mubina yaitu dengan menggunakan tes

setoran harian, setoran, setoran hafalan

semester dan ujian akhir tahfidz (UAT).

Sedangkan untuk anak yang belum

mengalami ketuntasan, maka dilakukan

remedial sesuai dengan ketentuan. Untuk

pelaporan hasil hafalan santri terdapat buku

pantauan tahfizh santri yang digunakan

untuk memantau hafalan anak tersebut,

sehingga ustadz dapat mengecek dan

memantau hafalan santrinya. Adapun aspek

yang dinilai, yaitu: aspek kelancaran

hafalan, tajwid, fashahah, ahlak (sikap).

Adapun evaluasi proses pembelajaran untuk

menilai keberhasilan ustadz dalam mengajar

tahfizh yakni rapat akhir tahun yang

diselenggarakan oleh pihak yayasan. Hal itu

dilakukan guna mengetahui keberhasilan

pembelajaran tahfizh dalam kurun waktu

satu tahun. Dan nantinya dapat dicari umpan

baliknya agar dijadikan bahan perbaikan

untuk program pembelajaran tahfizh

selanjutnya.

Faktor pendukung dan penghambat

program tahfízh Alquran Pondok Pesantren

Fathan Mubina yaitu: 1) Faktor pendukung :

a) Faktor Niat, b) Faktor Tentukan Target

Menghafal atau Pengaturan Waktu. 2)

Faktor penghambat : a) Munculnya Sifat

Malas Pada Diri Santri, b) Kesulitan Santri

Dalam Menghafal, c) Kelupaan atau Sering

Lupa Terhadap Ayat-ayat yang Telah

Dihafal, d) Kebanyakan Bermain atau Tidak

Bisa Mengatur Waktu dan, e) Kurangnya

Perhatian ataupun Motivasi.

Implikasi

Dari hasil penelitian ini dapat dikembangkan

penelitian serupa tentang manajemen

program tahfizh Alquran terutama pada

pondok pesantren modern, serta dapat

mengembangkan pondok pesantren berbasis

modern dalam sistem tahfizh Alquran guna

mencapai tujuan pendidikan yang lebih

efektif.

efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Amtu Onisimus, 2011. Manajemen

Pendidikan di Era Otonomi Daerah,

Bandung: Penerbit Alfa Beta.

Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: rineka cipta.

Damanhuri Ahmad, Hafidhuddin Didin,

Mujahidin Endin, 2013. Inovasi

Page 22: MANAJEMEN PROGRAM TAHFIZHL ALQURAN PADA PONDOK …

22 Ridwan Manajemen Program Tahfizhl Alquran

Pegelolaan Pesantren Terpadu,

Bogor: Unida Press.

Departemen Agama RI Al Hikmah, 2010.

Al-Quran dan Terjemahannya,

Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal

Kelembagaan Agama Islam, 2003.

Pondok Pesantren dan Madrasay

Diniyah Pertumbuhan Dan

Perkembangannya, Jakarta

Gunawan Imam, 2014. Metode Penelitian

Kualitatif Teori & Praktik, Jakarta:

Bumi Aksara.

Hamalik Oemar, 2012. Manajemen

Pengembangan Kurikulum,

Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.

Hasibuan S.P. Malayu H., 2005. Manajemen

Sumber Daya Manusia, Jakarta: Pt

Bumi Aksara.

Iskandar, 2013. Metodologi Penelitian

Pendidikan dan Sosial, Jakarta :

Referensi.

Lembaga Percetakan Al-Qur’an (LPQ)

Kemenag RI, 2012. Keutamaan Al-

Qur’an dalam kesaksian Hadis.

Ciawi-Bogor: Lembaga Percetakan

Al-Qur’an Kemenag RI.

Margono, S, 1997. Metodologi Penelitian

pendidikan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Margono, S, 2003. Metodologi Penelitian

pendidikan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Moleong, Lexy, J, 2011. Metodologi

Penelitian Kualitatif , edisi revisi.

Bandung: Pt Remaja Posdakarya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

no. 19 tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan.

Prihatin Eka, 2011. Manajemen Peserta

Didik, Bandung: Alfabeta.

Ramayulis, H., 2012. Sejarah Pendidikan

Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sa’dulloh, H., 2008. Cara Cepat Menghafal

Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani

Press.

Sagala Syauful, 2013. Memahami

Organisasi Pendidikan, Bandung:

AlfaBeta.

Sudjana Djuju, 2008. Evaluasi Program

Pendidikan Luar Sekolah, Bandung:

Pt Remaja Rosdakarta.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian

Kuantitaf, Kualitatif, R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitaf,

Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitaf,

Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

Syah Darwiyn, Supardi, dkk, 2007.

Perencanaan Sistem Pengajaran

Pendidikan Agama Islam, Jakarta:

GP Press.

Zen, Muhaimin A, 2013. Tahfidz Al-Qur’an

Metode Lauhun. Jakarta: Trans

Pustaka