manajemen pendidikan di pondok pesantren...
TRANSCRIPT
i
MANAJEMEN PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM KELURAHAN GEBUGANKECAMATAN BERGAS
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh:
Siti Jumiyatis Saadah
NIM: 114-14-024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 2018/2019
ii
iii
MANAJEMEN PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM KELURAHAN GEBUGAN KECAMATAN BERGAS
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh:
Siti Jumiyatis Saadah
NIM: 114-14-024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 2018/2019
iv
v
vi
MOTTO
روا ما بأ ن فسهم ر ما بقوم حت ي غي ان الله ل ي غي
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(Q.S. Ar-Ra’d : 11)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur ALLAH SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini penulis
persembahkan untuk:
1. Almarhum Bapak Muhyiddin yang membimbingku sejak lahir.
2. Dua perempuan terhebatku Ibuku tersayang Muntamah serta Ibu Safariyatun yang
selalu membimbingku, memberikan doa, nasehat, kasih sayang dan motivasi dalam
kehidupanku.
3. Saudara kandungku kakak Muhammad Mundhofir dan adik Siti Istirochah atas
motivasi yang tidak ada hentinya kepadaku sehingga proses penempuhan gelar
sarjana ini bisa tercapai.
4. Orang tua angkatku yang senantiasa membimbing, mengarahkan, mendoakan dan
melindungiku.
5. Mas Syarif Hadiansah yang senantiasa memberikan doa, dukungan, semangat, kasih
sayang dan motivasinya kepadaku.
6. Sahabatkumacan (Bu Mamik, Bu Rica, Bu Ike) dan teman dekatku (Ikty Romyanah,
Monica Sari) yang selalu memberikan dukungan dan motivasinya.
7. Keluarga besar Pondok Pesantren Darussalam Gebugan, khususnya pengasuh, dewan
asatidz serta santri.
8. Sahabat-sahabat seperjuanganku PAI Ekstensi angkatan 2014.
9. Keluarga besar Yayasan Haji Subandi Bawen tempatku bernaung disetiap harinya.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alkhamdulillahi robbil’alamin, segala puji bagi Allah Robb semesta alam, yang Maha
Menciptakan, Menghidupkan dan Mematikan, yang rahmat-Nya meliputi langit dan
bumi, dunia dan akhirat dan kepada-Nyalah semua akan kembali. Puji syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2018.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi seluruh umat, Nabi Agung
Muhammad SAW yang diutus sebagai pemberi kabar gembira bagi yang beriman dan
mengikuti ajaranya, pemberi ancaman bagi mereka yang ingkar lagi menentang
risalahnya. Begitu juga semoga tetap terlimpah shalawat serta salam kepada keluarga,
para sahabat, tabi’in serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikanya suri
tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajaranya
agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang
telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. BapakRektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga
ix
3. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Bapak Dr. H. Wahyudhiana, M.M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, memberi masukan, mengarahkan dan meluangkan
waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
6. Semua teman seperjuangan PAI Ekstensi 2014.
7. Bapak, Ibu, Keluarga dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan
motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga, 13 Desember 2018
Penulis
Siti Jumiyatis Saadah
NIM. 114-14-024
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN BERLOGO IAIN.............................................................. ii
HALAMAN SAMPUL DALAM........................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN..................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.............. vi
MOTTO................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN................................................................................... viii
KATA PENGANTAR........................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xvi
ABSTRAK.............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Fokus Penelitian............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 6
1. Manfaat Teoretis..................................................................... 6
2. Manfaat Praktis....................................................................... 7
E. Penegasan Istilah........................................................................... 8
xi
F. Sistematika Penulisan.................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori.............................................................................. 13
1. Manajemen.................................................................................. 13
2. Manajemen Pendidikan............................................................... 19
3. Manajemen Pendidikan Pesantren............................................... 22
4. Pondok Pesantren......................................................................... 33
B. Kajian Pustaka................................................................................ 49
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................................ 55
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 57
C. Sumber Data................................................................................... 58
D. Prosedur Pengumpulan Data.......................................................... 60
E. Analisis Data.................................................................................. 63
F. Pengecekan Keabsahan Data......................................................... 64
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data Pondok Pesantren Darussalam Gebugan
1. Profil Pondok Pesantren Darussalam....................................... 68
2. Sejarah Pondok Pesantren Darussalam.................................... 68
3. Tujuan Pondok Pesantren Darussalam..................................... 69
4. Letak Geografis Pondok Pesantren Darussalam...................... 70
5. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darussalam........................... 71
6. Manajemen Pondok Pesantren Darussalam............................. 72
xii
7. Model Pembelajaran Pondok Pesantren Darussalam
Tahun 2018.............................................................................. 76
8. Evaluasi Pembelajaran Pondok Pesantren Darussalam
Tahun 2018.............................................................................. 80
9. Manajemen Personalia Pondok Pesantren Darussalam
Tahun 2018.............................................................................. 80
10. Manajemen Peserta Didik Pondok Pesantren Darussalam
Tahun 2018.............................................................................. 86
11. Manajemen Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren
Darussalam Tahun 2018.......................................................... 89
12. Manajemen AnggaranPendidikan Pondok Pesantren
Darussalam Tahun 2018.......................................................... 91
13. Manajemen Hubungan Masyarakat Pondok Pesantren
Darussalam Tahun 2018.......................................................... 92
14. Faktor Pendukung dan Penghambat Pondok Pesantren
Darussalam Tahun 2018.......................................................... 93
B. Analisis Data
1. Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Darussalam
Gebugan Tahun 2018.............................................................. 96
2. Manajemen Personalia Pondok Pesantren Darussalam
Gebugan Tahun 2018.............................................................. 102
3. Manajemen Peserta Didik Pondok Pesantren Darussalam
Gebugan Tahun 2018.............................................................. 104
xiii
4. Manajemen Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Tahun 2018.......................................... 105
5. Manajemen KetataUsahaandan Tata Laksana Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Tahun 2018.......................................... 106
6. Manajemen AnggaranPendidikan Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Tahun 2018.......................................... 107
7. Manajemen Hubungan Masyarakat Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Tahun 2018.......................................... 107
8. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
Pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Gebugan
Tahun 2018............................................................................. 108
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 110
B. Saran............................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 114
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………… 118
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Gambaran-gambaran dan lokasi PPDG Tahun 2018................ 71
Tabel 4.2 Jadwal Pengampu PPDG Tahun 2018...................................... 73
Tabel 4.3Jadwal Aktivitas Santri MI Tahun 2018................................... 74
Tabel 4.4Jadwal Aktivitas Santri SMP PPDG Tahun 2018..................... 75
Tabel 4.5Jadwal Aktivitas Santri SMK Tahun 2018................................ 75
Tabel 4.6 Pengurus PPDG Masa Bakti 2018-2019................................... 82
Tabel 4.7Keadaan Guru/Ustadz PPDG Tahun 2018................................ 85
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Persetujuan Pembimbing……………………………………………. 118
2. Surat Permohonan Ijin Penelitian…………………………………… 119
3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian……………………………. 120
4. Lembar Konsultasi………………………………………………….. 121
5. Pedoman Wawancara……………………………………………….. 122
6. Hasil Wawancara……………………………………………………. 124
7. Daftar Pengajar……………………………………………………… 132
8. Jadwal Santri………………………………………………………… 133
9. Tata Tertib…………………………………………………………… 137
10. Dokumentasi………………………………………………………… 139
xvi
ABSTRAK
Saadah, Siti Jumiyatis. 2018.Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam KelurahanGebugan Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang.Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr.
Wahyudhiana, M.M.Pd.
Kata Kunci: Manajemen Pendidikan Pesantren
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pelaksanaan manajemen pendidikan di pondok pesantren Darussalam Kelurahan
Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Pertanyaan yang ingin dijawab
melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana perencanaan pendidikan di pondok pesantren
Darussalam Gebugan. 2) Bagaiman pengelolaan Pendidikan di pondok Darussalam
Gebugan. 3) Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam penyelenggaraan
pendidikan di pondok pesantren Darussalam Gebugan.
Jenis penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dan
bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer
yakni hasil wawancara pengasuh, ustadz/ustadzah dan santri, dan sumber sekunder
berupa foto-foto kegiatan terkait dengan manajemen pendidikan. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pertama,perencanaan pendidikan di pondok
pesantren Darussalam Gebugan berkaitan dengan kurikulum yang awalnya menentukan
jadwal pelajaran yang akan dipelajari santri, perekrutan tenaga pendidik dengan beberapa
tahapan, santri baru yang masuk tidak harus pada awal tahun ajaran, pengadaan sarana
dan prasarana melalui musyawarah pengurus, bendahara merencanakan anggaran belanja
tahunan, humas menentukan koordinator dalam jajaran kepengurusan. Kedua,
pengelolaan pendidikan meliputi kurikulum yang diterapkan yaitu ala pesantren salafi
dengan metode bandongan, sorogan dan hafalan, dan pembelajaran masa kini yaitu
pembelajaran dengan system klasikal meliputi tajwid, kitab-kitab akhlak, nahwu shorof
dan fiqih, ustadz/ustadzah terkait boleh mengikuti pendidikan madrasah diniyyah dan
santri diperbolehkan mengikuti pembelajaran ganda(formal dan pesantren), pembentukan
jadwal piket untuk perawatan sarana dan prasarana, laporan pertanggungjawaban oleh TU
pada akhir tahun. Ketiga, faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan meliputi
waktu pembelajaran yang dirasa kurang lama, fasilitas pendukung santri yang
sepenuhnya belum mencukupi, motivasi belajar santri yang masih kurang. Faktor
pendukung dalam pelaksanaan pendidikan meliputi pembelajaran sesuai dengan jadwal
yang ditentukan, ustadz/ustadzah yang ahli dalam bidang yang diajarkan, kedisiplinan
santri dikoordinir oleh dewan pengurus dengan sepenuh hati, pembiayaan yang tergolong
murah dan adanya kepercayaan masyarakat untuk mensantrikan anaknya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memang tidak akan pernah ada habisnya bila diperbincangkan.
Sejak manusia lahir di dunia hingga menemui ajalnya akan melewati suatu proses
pendidikan baik formal maupun non formal. Dengan pendidikan manusia akan
terangkat derajatnya kejenjang yang lebih tinggi.
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa. Kualitas suatu bangsa
dapat diukur dari kemajuan pendidikan suatu bangsa tersebut. Dalam Undang-
undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah:
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
akhlak yang mulia, serta keterampilan yang berguna bagi dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”. (3)
Dalam keseluruhan proses pendidikan, tujuan pendidikan yaitu menyiapkan
generasi penerus yang berkualitas, baik moral maupun intelektual serta
berketerampilan dan bertanggung jawab. Hal tersebut diperjelas dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 BAB II pasal 3 yang menyatakan bahwa:
“Fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. (6)
2
Salah satu upaya untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas adalah
melalui kegiatan belajar di lembaga pendidikan baik formal, informal maupun non
formal. Belajar sangat menentukan keberhasilan seseorang di masa depan. Anak
yang berhasil di masa depan menunjukkan bahwa pendidikannya juga berhasil.
Keberhasilan pendidikan bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah melainkan juga menjadi tanggung jawab masyarakat dan orang tua di
rumah.
Perbincangan yang selama ini dilakukan oleh tokoh-tokoh pendidikan baik
melalui media cetak, elektronik maupun pada seminar-seminar mengenai
pendidikan masih fokus pada masalah kurikulum dan metode pengajaran, belum
banyak yang menyentuh aspek manajemen pendidikan.
Dalam kenyataanya setiap praktisi pendidikan baik formal maupun non formal
tidak hanya terlibat dalam kegiatan pendidikan secara profesional, tetapi juga
dalam kegiatan manajemen yang mengharuskan mereka memiliki pengetahuan,
keterampilan dan keahlian dalam menyusun perencanaan, pengorganisasian,
memberikan pemahaman dan mengkoordinasikan agar dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pendidikan.
Apabila kita melihat realita tersebut sudah semestinya jika setiap lembaga
pendidikan dikelola secara profesional, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Salah satu lembaga yang perlu dikelola secara profesional adalah pondok
pesantren.
Kehadiran pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat pada awalnya tidak
hanya sebagai lembaga pendidikan saja, tetapi juga sebagai lembaga penyiar
3
agama Islam. Pondok pesantren memiliki banyak kelebihan dan keunikan
dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal. Pondok pesantren merupakan
satu-satunya lembaga pendidikan di Indonesia untuk tafaqquh fiddien, memahami
urusan agama secara mendalam. Pendidikan agama dilakukan seutuhnya dalam
segala aspek kehidupan, sehingga para kyai tidak hanya mencerdaskan para
santrinya tetapi juga mendidik moral dan spiritual. (Sulthon, 2003: 2)
Terkait dengan manajemen, pondok pesantren dengan keanekaragamanya
termasuk lembaga atau organisasi pendidikan yang unik. Diantaranya yaitu karena
di pondok pesantren terdapat figur Kyai yang memiliki peranan dan kewenangan
yang luar biasa, hingga dalam perspektif ilmu manajemen sering kali terjadi
kontradiktif atau tidak sesuai dengan kode etiknya. Misalnya, terkait dengan
pelimpahan tugas dan wewenang, jenjang kekuasaan, masalah intervensi, dan
lain-lain.
Pondok Pesantren Darussalam Gebugan termasuk jenis pendidikan keagamaan
yang memiliki sejumlah pendidikan formal unggulan mulai dari Madrasah
Ibtidaiyyah (MI), SMP dan juga SMK. Bentuk kelembagaan pondok pesantren
Darussalam Gebugan ini lebih modern. Kehidupan pesantren bertumpu pada lima
pilar yaitu masjid/mushola, asrama santri, kyai, santri dan pengajaran kitab klasik
(kitab kuning). Selain belajar kitab kuning dan Al Qur’an santri juga diajarkan
berbagai kecakapan hidup mulai dari peternakan, perkebunan, pertanian,
perdagangan dan juga koperasi.
Pemikiran tentang perlunya manajemen pendidikan di pondok pesantren
dipandang sebagai suatu kebutuhan agar tetap dapat bertahan ditengah-tengah
4
persaingan dan globalisasi, serta sebagai landasan perkembangan dimasa yang
akan datang. Manajemen pendidikan pondok pesantren memiliki peran penting
agar pondok pesantren dapat berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Pondok pesantren seharusnya tidak bersifat ekslusif
dan tidak tertutup dari masyarakat sekitar, sehingga masyarakat mengetahui
kegiatan di pondok pesantren tersebut. Dan alasan lainya kenapa pondok pesntren
tidak tertutup karena selain mendidik para santri, pondok pesantren juga
mempunyai tanggung jawab sosial untuk membimbing masyarakat sekitarnya
mengenai tatacara kehidupan yang Islami.
Pondok pesantren sama dengan satuan pendidikan lainya, tidak bisa lepas dari
kyai/ustad sebagai pendidik, santri sebagai objek didik, masyarakat sebagai
komunitas yang akan dikembangkan sebagai wujud kontribusi lulusan, dan
kurikulum yang dijadikan pedoman pembelajaran untuk memproses para santri
selama mengaji.
Permasalahan pondok pesantren adalah mengembangkan model pendidikan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia atau santri merupakan isu
aktual yang harus diperbincangkan. Pentingnya pembahasan topik ini tidak bisa
dilepaskan dengan dua potensi besar yang melekat pada pondok pesantren, yaitu
potensi pendidikan dan pengembangan masyarakat. (Sulthon, 2003: 17)
Manajemen pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, agar tujuan
pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Meskipun Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan sudah merumuskan sistem pengelolaan pendidikanya,
namun penerapanya masih belum optimal. Dalam pelaksanaannya pondok
5
pesantren masih dijumpai hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan. Masing-
masing fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan di pondok pesantren tersebut belum berfungsi atau
berjalan sebagai mana mestinya. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti
mengenai manajemen pendidikan di pondok pesantren dengan judul: “
Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang Manajemen Pendidikan pada Pondok
Pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang. Fokus dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam
Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang ?
2. Bagaimana pengelolaan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam
Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?
3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam penyelenggaraan
pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan judul penelitian di atas, dapat diketahui tujuan penelitian ini
adalah:
6
1. Untuk mengetahui perencanaan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam
Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten semarang.
2. Untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
3. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat dan pendukung dalam
penyelenggaraan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan
Gebugan Kecamatan Begas Kabupaten Semarang.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan judul penelitian di atas, manfaat penelitian yang dapat diperoleh
adalah:
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan sumbangan dan memperluas wawasan dalam khazanah
pengetahuan dalam dunia keilmuan tentang manajemen pendidikan di
Pondok pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang.
b. Memberikan sumbangan pikiran dan informasi kepada pengelola
pesantren dalam menumbuhkan semangat dalam pengelolaan pesantren
dalam menghadapi perkembangan pendidikan Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca
1) Memberi pengetahuan tentang manajemen pendidikan Pesantren
Darussalam
7
2) Menjadikan pembaca mengetahui bagaimana pengorganisasian
pesantren terkait faktor-faktor (sarana prasarana, SDM dan bidang
akademik) sebagai penunjang penyelenggaraan pendidikan pesantren
dalam penghadapi perkembangan.
b. Pondok Pesantren
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi kedepan dalam
memberikan pengetahuan pesantren dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan bagi para santri dan memberikan sumbangsih pemikiran dan
ide terhadap pengelolaan Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan
Gebugan Kecamata Bergas Kabupaten Semarang untuk mengoptimalkan
manajemen pendidikan.
c. Peneliti
Hasil penelitian dapat memberikan wawasan bagi peneliti tentang
manajemen pendidikan di jalur pendidikan nonformal khususnya di
pondok pesantren.
d. Program Studi Manajemen Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa yang ingin
mengetahui tentang manajemen pendidikan di pondok pesantren.
E. Penegasan Istilah
8
Untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam penafsiran judul di atas,
maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti sehingga
tidak terjadi pembiasan dalam permasalahan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang
perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul di atas yaitu:
1. Manajemen
Manajemen adalah ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan
semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien (Asrorun: 2004).
Berdasarkan pengertian manajemen di atas maka makna manajemen yang
penulis maksud meliputi tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian,
penggiatan dan juga pengawasan terkait sistem pendidikan di Pondok
Pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang.
2. Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu pengelola sumberdaya
pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Husaini
Usman, 2006:7).
Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai aktivitas
memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. (Made Pidarta, 2011: 7)
9
Sumberdaya pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan dalam
menyelenggarakan pendidikan yang meliputi lima hal yaitu:
a. Kurikulum
b. Sarana dan prasarana pendidikan
c. Personalia (tenaga pengajar/dewan ustadz)
d. Kesiswaan (murid/santri)
e. Humas (hubungan dengan masyarakat) sekitar penyelenggaraan
pendidikan yang di sini adalah Pesantren.
3. Pesantren
Istilah pondok berasal dari kata funduk (bahasa arab) yang artinya rumah
penginapan atau hotel, sedangkan pondok pesantren adalah lembaga
keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta
mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam , ada juga yang
mengartikan pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang
bersifat tradisional untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan
mengamalkanya sebagai pedoman hidup keseharian.
F. Sistematika Penulisan Penelitian
Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan menyeluruh maka
diperlukan sebuah sistematika penulisan yang runtut dari satu bab ke bab yang
selanjutnya. Sedangkan sistematika sendiri memiliki arti suatu tata urutan yang
saling berkaitan, saling berhubungan dan saling melengkapi. Adapun sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
10
Pada bab pendahuluan ini akan dijelaskan tentang latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, dan sistematika penulisan laporan hasil
penelitian.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan tentang berbagai pembahasan
landasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian,
khususnya berkaitan dengan fariabel penelitian. Yaitu teori-teori
tentang manajemen penunjang penyelenggaraan pendidikan
pesantren yang disesuaikan dengan tujuan dan fokus penelitian.
Kajian pustaka yang berisi tentang telaah terhadap hasil penelitian
terdahulu (prior research) yang relevan dengan permasalahan dan
variabel yang diteliti.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode dan langkah-langkah
penelitian secara operasional yang meliputi: pendekatan penelitian,
jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data dan
tahapan-tahapan penelitian.
BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab paparan data berisi tentang Gambaran Umum Pondok
Pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang Tahun 2018 yang meliputi sejarah singkat
11
pesantren, visi dan misi, letak geografis, profil pondok, struktur
kepengurusan, daftar santri, jadwal santri, struktur organisasi, tata
tertib pondok. Analisis data, bagian analisis menguraikan gagasan
peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori, dimensi-
dimensi terhadap data yang terkumpul, dengan pentahapan,
menyimpulkan landasan teori, mendiskripsikan hasil wawancara
tentang bagaimana komponen lembaga pendidikan pesantren
dalam memanajemen para santri dan kegiatan pendidikan dalam
manajemen para santri dan kegiatan pendidikan dalam
menyeimbangkan kebutuhan keilmuan dan kemampuan skill para
santri dalam mengikuti segala kegiatan pendidikan yang diikuti,
baik pendidikan pesantren maupun pendidikan umum diluar
pesantren.
BAB V : PENUTUP
Mengakhiri penulisan skripsi, pada bab kelima akan diuraikan
mengenai kesimpulan akhir dari penelitian, tindak lanjut peneliti
dan saran atau rekomendasi yang diajukan yang berhubungan
dengan pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Manajemen
a. Pengertian Manajemen
Menurut Sagala secara etimologis manajemen berasal dari kata managio,
yang berarti pengurusan atau managiare, yaitu melatih dalam mengatur
langkah-langkah, atau dapat juga berarti bahwa manajemen sebagai ilmu, kiat
dan profesi. (Baharuddin, 2016: 68). Kata manajemen juga berasal dari bahasa
latin, yaitu dari kata “manus” yang berarti tangan, dan “agire” yang berarti
melakukan, kata tersebut digabung menjadi kata kerja menjadi kata
“manager” yang mempunyai arti menangani, managere diterjemahkan dalam
bahasa inggris dalam bentuk kata kerja to managere, dengan kata benda
managemen, dalam bahasa indonesia mempunyai arti pengelolaan. (Usman,
2006: 3)
Menurut arti istilah, kata “manajemen” memiliki banyak makna, beberapa
pengertian manajemen para pakar mengemukakan beragam devinisi, yaitu:
EM Zulfajri mengatakan manajemen adalah pemanfaatan sumber daya
secara efektif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dimaksud. (Zulfajri,
2005: 547)
Menurut Geroge R. Terry (Saefullah, 2014: 2) manajemen adalah proses
khas yang terdiri dari tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian,
penggiatan dan juga perawatan terkait pendidikan pesantren, hal ini dilakukan
13
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia dan juga sumberdaya lainya.
Oemar Hamalik dalam bukunya Manajemen Pengembangan Kurikulum
mengemukakan manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan
keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber
lainya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
yang ditentukan sebelumnya. (Hamalik, 2006: 16)
Manajemen juga merupakan usaha-usaha setiap lembaga atau organisasi
dalam mengembangkan dan memimpin suatu tim kerja sama atau kelompok
orang dalam satu kesatuan, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada yang
memiliki tujuan tertentu dalam suatu organisasi. (Suhartini, 2005: 70)
Berbicara tentang pendidikan sama dengan membahas hajat hidup orang
banyak, pendidikanlah yang akan merubah cara pandang manusia dan
membentuk perilaku setiap insan. Pendidikan tidak hanya diperuntukkan
untuk kalangan menengah ke atas saja namun setiap insan wajib untuk
menuntut ilmu. Mungkin inilah salah satu alasan dikampanyekanya
pendidikan sepanjang hayat begitu gencar disuarakan.
Berdasar pemikiran di atas, usaha pemerintah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan dengan menetapkan standar nasional pendidikan sebagai
acuan pelaksanaan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan tersebut
terdiri dari standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.
14
Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan mendeskripsikan standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Standar kelulusan ini mempunyai fungsi sebagai kriteria dalam menentukan
kelulusan peserta didik pada satuan pendidikan dan rujukan penyusunan
standar pendidikan lainya.
Standar nasional pendidikan dibuat untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan, tujuan yang akan dicapai melalui pendidikan dapat
dibedakan tujuan umum dan tujuan khusus, urutanya sebagai berikut:
1) Tujuan pendidikan nasional yaitu tujuan yang harus dicapai oleh semua
jenis pendidikan dalam lingkungan keluarga, sekolah/pesantren dan
masyarakat.
2) Tujuan institusional yaitu tujuan yang harus dicapai suatu lembaga
pendidikan sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan.
3) Tujuan kurikuler yaitu tujuan yang akan dicapai melalui mata pelajaran
tertentu.
4) Tujuan instruktusional umum yaitu tujuan yang akan dicapai melalui
materi atau satu pokok bahasan, termasuk sup pokok bahasan yang ada
dan rincianya.
5) Tujuan instruktusional khusus yaitu tujuan yang akan dicapai pendidik
saat menyampaikan materi pelajaran melalui kegiatan pembelajaran dalam
waktu tertentu. (Suharsimi Arikunto, 2000: 35)
15
Oleh karena itu, tercapainya tujuan pendidikan di atas dengan standar isi
materi pelajaran yang relevan dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta orientasi lulusan yang berkompeten
dibutuhkan manajemen kurikulum yang baik dan tepat. Manajemen yang baik
dan tepat akan menjadikan sebuah sekolah/pondok pesantren lebih terarah
dan dapat dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan pengertian manajemen diatas penulis menyimpulkan
pengertian manajemen adalah tindakan-tindakan, perencanaan,
pengorganisasian, penggiatan dan juga perawatan terkait pendidikan pondok
pesantren, hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya yang terdiri dari manusia, uang atau
material secara efektif dan efisien.
b. Fungsi Manajemen
Jika dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan manajemen adalah
applied science (ilmu aplikatif) meliputi beberapa hal. A. Halim Dkk, (dalam
manajemen pesantren 2005: 73)
1) Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya
untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai
tujuan yang ditetapkan. Perencanaan meliputi pemilihan atau penetapan
tujuan-tujuan organisasi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode,
sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
(Usman, 2006: 48)
16
Fungsi perencanaan mencakup penetapan tujuan, standar, penentuan
aturan-prosedur dan pembuatan rencana serta prediksi apa yang dikirakan
akan menjadi. Dalam manajemen pendidikan perencanaan memiliki
manfaat antara lain sebagai berikut:
a) Standar pelaksanaan dan pengawasan dalam setiap program
pendidikan yang akan dilaksanakan.
b) Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan pendidikan
yang akan dilaksanakan.
c) Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait semua
komponen penyelenggaraan pendidikan.
2) Pengorganisasian (organizing)
Dalam pelaksanaan program-program pendidikan maka
pengorganisasian memiliki fungsi yang meliputi:
a) Pemberian tugas yang terpisah kepada masing-masing pihak.
b) Membentuk bagian, mendelegasikan atau menetapkan jalur wewenang
dan tanggung jawab serta sistem komunikasi.
c) Mengkoordinir kerja setiap bawahan atau komponen dalam suatu tim
kerja yang solid dan terorganisir.
3) Penggerakan (actuating)
Setelah kegiatan perencanaan/pengorganisasian pemimpin perlu dapat
menggerakkan kelompok secara efektip dan efisien kearah pencapaian
tujuan, dalam penggerakan ini pimpinan membutuhkan berbagai sarana
yang meliputi komunikasi, kepemimpinan, musyawarah, pemberian
17
intruksi dan lain-lain. Dengan pergerakan ini, pemimpin menggerakkan
anggota secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4) Pengawasan (controling)
Pengawasan dalam manajemen suatu lembaga merupakan suatu bentuk
evaluasi dalam setiap kegiatan-kegiatan yang akan terlaksana dan telah
terlaksana, sehingga hasil dan rencana pelaksanaan sesuai yang telah
disusun dan ditetapkan.
Fungsi manajemen harus sesuai dengan aktivitas manusia di setiap tempat
dan waktu yang berbeda. menurut Henry Fayol manajemen memiliki lima
fungsi yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
commanding (perintah), coordinating (pengkoordinasian) dan controling
(pengawasan) yang dikenal dengan singkatan POCCC. (Sudjana, 2004: 51)
Dari beberapa definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa fungsi
manajemen tidak akan bisa dilepaskan dari aktivitas perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiganya saling terkait dan berkesinambungan
untuk tercapainya sebuah tujuan yang efektif dan efisien.
2. Manajemen Pendidikan
a. Pengertian Manajemen Pendidikan
Sebuah pendapat mengemukakan manajemen pendidikan dapat diartikan
sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam
usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. (Made
Pidarta, 2011: 8)
18
Manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu pengelolaan sumberdaya
pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Usman,
2006: 7)
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’du: 11 yakni:
بت من رواما با له معق رما بقوم حت ي غي ب ي يد يه و من خلفه يفظونه من امرالله, ان الله لي غي
ن دونه من وال ن فسهم, واذاارادالله بقوم سوءاف ل مردله, ومالم م
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT tidak merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, dan
apabila Allah SWT menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya dan sekali- kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia.” (Qs. Ar-Ra’du: 11)
Manajemen pendidikan ialah sebagai suatu proses atau sistem
pengelolaan, kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan yang
bertujuan untuk terlaksananya proses belajar mengajar yang mencakup tujuan
umum dan tujuan khusus yang semuanya mengandung maksud mengubah
nasib kaum yang berada dalam kebodohan dan berusaha menjadi yang
diharapkan oleh Allah SWT yang mengemban misi sebagai kholifah di muka
19
bumi. Sebagai kholifah manusia harus mengatur dan mengelola bumi dengan
sebaik-baiknya sebagaimana Allah SWT mengatur alam raya ini. Kedudukan
manusia sebagai kholifah memainkan peran ganda yaitu sebagai pemimpin
sekaligus sebagai pengelola (manager). Sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS Al Baqoroh: 30
ه ها من ي فسد في فة قا لو اأتعل في ا وإذ قال ربك للمل ئكة إن جاعل ف الأرض خلي
س لك قال إن أعلم مالت علمون ويسفك الد م اءونن نسبح بمد ك ون قد
Artinya: “Ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi.”
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (kholifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”
b. Tujuan Umum Manajemen Pendidikan
Secara umum manajemen pendidikan mempunyai tujuan menyusun suatu
sistem pengelolaan yang meliputi:
1) Organisasi kurikulum
2) Pengelolaan dan ketenagaan
3) Pengelolaan sarana dan prasarana
4) Pengelolaan kesantrian
20
5) Pengelolaan hubungan dengan masyarakat, yang mendukung
terlaksananya proses pembelajaran yang relevan, efektif dan efisien yang
menunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan.
c. Tujuan Khusus Manajemen Pendidikan
Secara khusus tujuan manajemen pendidikan adalah terciptanya sistem
pengelolaan yang relefan, efektif dan efisien yang dapat dilaksanakan dan
mencapai sasaran dengan struktur pembagian tugas dan tanggung jawab yang
jelas antara pengelola program, tata usaha dan tenaga pembimbing.
3. Manajemen Pendidikan Pesantren
a. Pengertian Manajemen Pendidikan Pesantren
Manajemen pendidikan pesantren adalah aktivitas memadukan sumber-
sumber pendidikan pesantren agar terpusat dalam usaha agar tercapai tujuan
pendidikan pesantren, yang telah ditentukan. (Hamzah: 32)
Dengan kata lain manajemen pendidikan adalah mobilisasi (mengatur)
segala sumberdaya pendidikan pesantren untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
Manajemen yang mempunyai arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan
dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang dianjurkan dalam ajaran
Islam, sebab dalam Islam arah tujuan yang jelas, landasan yang kokoh dan
kaifiyah yang benar merupakan amal perbuatan yang disenangi oleh Allah
SWT. Dalam setiap organisasi termasuk pendidikan pondok pesantren
memiliki aktifitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi
tersebut, salah satu aktifitas tersebut adalah manajemen. Dengan adanya
21
pengetahuan manajemen pengelolaan pondok pesantren dapat mengangkat
dan menerapkan prinsip-prinsip dasar serta ilmu yang ada di dalam Al-Qur’an
dan Hadis ke dalam lembaga pesantren.
Sebagaimana telah diketahui bahwa sebagai sebuah sistem pendidikan
Islam mengandung berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
Komponen tersebut meliputi landasan kompetensi dan profesionalisme ustadz,
pola hubungan ustadz dengan santri, tujuan kurikulum, metodologi
pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi dan yang lainya. Berbagai komponen
ini sering berjalan apa adanya alami dan tradisional karena dilakukan tanpa
perencanaan konsep yang matang.
b. Manajemen Kurikulum Pesantren
1) Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh
sekolah/madrasah/lembaga pendidikan yang lain kepada seluruh anak
didiknya baik yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah atau
madrasah dan lembaga pendidikan yang lain. (Suryosubroto, 2004: 32)
Dalam pengertian konvensional, kurikulum sering dimaksud sebagai
perangkat mata pelajaran yang harus ditempuh atau diterima peserta didik
untuk memperoleh ijazah (surat tanda kelulusan). (Baharuddin, Moh.
Makin, 2016: 79)
Pendapat lain kurikulum pesantren adalah kehidupan yang ada dalam
pesantren tidak hanya dalam hal pengajian, madrasah diniyah melainkan
22
semua kegiatan yang dilakukan santri selama 24 jam di pesantren. (Abdul
Aziz Dkk, 2007: 86)
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa
kurikulum adalah apapun yang dapat memberikan pengalaman belajar
positif bagi peserta didik, figur ustadz, kyai, pola interaksi antar personal
dan kultur yang ada di pesantren, serta metode-metode yang digunakan.
2) Tiga Macam Gambaran Kurikulum
Paparan kurikulum dari tim pakar Manajemen UNM (2003),
Suryosubroto (2004), maupun Oemar Hamalik (2007) ini setidaknya
memunculkan tiga macam gambaran kurikulum, yaitu:
a) Separated subject curriculum
Kurikulum model ini menyajikan bahan pelajaran dalam berbagai
macam mata pelajaran (subjek) yang terpisah-pisah satu sama lain,
seakan-akan ada batas dan dikotomis antara mata pelajaran yang satu
dengan mata pelajaran yang lainya atau antara kelas yang satu dengan
yang lainya. Dalam kondisi demikian mengakibatkan sulitnya peserta
didik untuk mempunyai pemahaman yang komprehensif terhadap
disiplin pengetahuan tertentu.
b) Correlated curriculum
Kurikulum jenis ini menghendaki agar mata pelajaran satu dengan
yang lain ada hubungan atau bersangkut paut (correlated) meskipun
batas-batas yang satu dengan yang lainya masih dipertahankan.
c) Integrated curriculum
23
Kurikulum ini diorganisasikan dalam bentuk unit-unit tanpa
adanya mata pelajaran atau bidang studi. Pembelajaran dilakukan
dengan unit teching dan materinya menggunakan unit lesson. Pelajaran
disusun oleh guru dan peserta didik mengandung suatu masalah yang
luas, menggunakan metode problem solving sesuain dengan minat dan
perkembangan anak didik. Kurikulum jenis ini meniadakan batas-batas
antara bagian mata pelajaran dan menyajikanya dalam bentuk unit atau
keseluruhan. Dengan integrasi bahan pelajaran itu, diharapkan dapat
membentuk kepribadian peserta didik yang integral pula. Dalam
pelaksanaan integrated curriculum segala sesuatu yang dipelajari
peserta didik merupakan inti yang bertalian erat dengan kehidupanya,
bukan fakta yang terlepas satu sama lain dari konteks yang sebenarnya.
(Baharuddin, Moh. Makin, 2016: 84)
3) Prinsip Kurikulum Pesantren
Kurikulum yang berkembang di pesantren menunjukkan prinsip yang
tetap.
a) Kurikulum ditunjuk untuk mencetak ulama di kemudian hari, di
dalamnya terdapat paket mata pelajaran pengalaman dan kesempatan
yang harus ditempuh oleh santri.
b) Struktur dasar kurikulum adalah pengajaran pengetahuan agama dalam
segenap tingkatan dan layanan pendidikan dalam bentuk bimbingan
kepada santri secara pribadi dan kelompok. Bimbingan bersifat
menyeluruh tidak hanya dalam penguasaan materi pelajaran,
24
melainkan menyangkut pembentukan karakter, peningkatan kapasitas,
pemberian kesempatan dan tanggung jawab yang dipandang memadai
bagi lahirnya lulusan yang dapat mengembangkan diri dan atau
meneruskan misi pesantren.
c) Secara keseluruhan kurikulum pesantren bersifat fleksibel, setiap santri
berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri secara penuh. Karena
kebutuhan santri berbeda-beda sesuai dengan panggilan dirinya , misi
keluarga, tuntutan masyarakat dan kehasyan kemampuanya. (Abdul
Aziz Dkk, 2007: 86)
4) Jenis Kurikulum Utama dalam Pesantren
a) Kurikulum pengajian non sekolah, dimana santri belajar kepada
beberapa orang kyai atau ustadz dalam sehari semalamnya, kurikulum
ini meskipun memiliki jenjang sendiri dan sangat fleksibel dalam arti
pembuatan kurikulumnya itu sendiri bersifat individual oleh masing-
masing santri.
b) Kurikulum pesantren tradisional (madrasah salafiyah), dimana
pelajaran telah diberikan di kelas dan di susun berdasarkan kurikulum
tetap yang berlaku untuk semua santri. (Abdurrahman Wahid, 2001:
151)
5) Karakteristik Kurikulum Islam
Kurikulum Islam harus memenuhi beberapa ketentuan:
25
a) Memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah
manusia dan bertujuan untuk mensucikan manusia, memelihara dari
penyimpangan dan menjaga keselamatan fitrah manusia.
b) Harus mewujudkan tujuan pendidikan Islam, yaitu memurnikan
ketaatan dan peribadatan hanya kepada Allah SWT.
c) Harus sesuai dengan tingkatan pendidikan baik dalam hal karakteristik,
tingkat pemahaman, jenis kelamin dan tugas-tugas kemasyarakatan
yang telah dirancang dalam kurikulum.
d) Memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis, menyangkut
penghidupan dan bertitik tolak dari keIslaman yang ideal, seperti
bangga menjadi umat Islam. (Nahlawi, 1983: 196)
c. Manajemen Personalia Pondok Pesantren
Keberhasilan manajemen pendidikan sangat ditentukan oleh keberhasilan
kepemimpinan dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di pondok
pesantren. Manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk
mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk
mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan seorang
pemimpin adalah menarik, mengembangkan, menggaji dan memotivasi
personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi
dan standar prilaku, memaksimalkan perkembangan karir tenaga kependidikan
serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
26
Manajemen tenaga kependidikan mencakup perencanaan pegawai,
pengadaan pegawai, pembinaan dan pengembangan pegawai, promosi dan
mutasi, pemberhentian pegawai kompensasi dan penilaian pegawai. Semua itu
perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai,
yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi
dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
dan berkualitas (Mulyasa, 2014: 42)
Komponen pokok personalia dalam pondok pesantren yaitu:
1) Kyai merupakan syimbol sentral sebuah pesantren, karena biasanya
ketenaran seorang kyai sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan banyak
sedikitnya santri yang akan menuntut ilmu di pesantren tersebut. Karena
seorang kyai merupakan panutan bagi santri maupun masyarakat pada
umunya.
2) Ustadz, seorang ustadz biasanya tinggal di pondok pesantren dan
memberikan contoh perilaku yang baik terhadap santrinya. Seorang ustadz
tidak hanya mengajarkan namun juga memberikan teladan yang baik bagi
santri-santrinya.
3) Santri, fungsi santri merupakan bagian yang penting dalam pesantren,
santri mempunyai nilai plus yang dihasilkan seperti menumbuhkan sikap
kemandirian, kesederhanaan dan rajin dalam beribadah.
d. Manajemen Peserta Didik
Dalam manajemen peserta didik terdapat empat prinsip dasar, yaitu:
27
1) Santri harus diperlakukan sebagai subyek bukan obyek, sehingga harus
didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan
keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka
2) Kondisi siswa sangat beragam ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan
intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu
diperlukan wahana untuk berkembang secara optimal
3) Siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang
diajarkan
4) Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif,
tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik (Daryanto dan Farid, 2013: 170)
Manajemen peserta didik bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di pesantren berjalan
lancar, tertib dan teratur serta mencapai tujuan pendidikan pesantren. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen peserta didik sedikitnya
memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan santri
baru, kegiatan kemajuan belajar serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
e. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumberdaya yang secara
langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal
tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi manajemen pendidikan yang
menuntut kemampuan pesantren untuk merencanakan,melaksanakan dan
mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana serta
transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Dalam operasionalisasi
28
pendidikan, masalah dana merupakan potensi yang sangat menentukan dan
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kajian manajemen
pendidikan. Menurut sagala biaya adalah seluruh dana baik langsung maupun
tidak langsung, diperoleh dari berbagai sumber (pemerintah, masyarakat dan
orang tua) yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan sekolah. (Sagala, 2007:
223)
Dengan kata lain manajemen pembiayaan adalah suatu pengaturan uang
yang meliputi penggalian sumber, pengalokasian, pemanfaatan dan
pertanggung jawaban keuangan yang digunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah/madrasah.
(Baharuddin, Moh. Makin, 2016: 130)
Komponen utama manajemen keuangan dan pembiayaan meliputi:
1) Prosedur anggaran
2) Prosedur akuntasi keuangan
3) Pembelajaran, pergudangan dan prosedur pendistribusian
4) Prosedur investasi
5) Prosedur pemeriksaan
f. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana sering disebut dengan manajemen
materiil, yaitu segenap proses penataan yang bersangkutan dengan pengadaan,
pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Dengan batasan tersebut maka
29
manajemen sarana dan prasarana meliputi: perencanaan, pengadaan,
pengaturan, penggunaan dan penghapusan. (Daryanto dan Farid, 2013: 103)
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunkan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses
belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan
media pengajaran.
Menejemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi
secara optimal dan berarti pada jalanya proses pendidikan. Kegiatan
pengelolaan ini meliputi kegiaan perencanaan, pengadaan, pengawasan,
penyimpanan inventarisasi dan penghapusan serta penataan. (Mulyasa, 2014:
49)
Dengan adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang baik
diharapkan mampu menciptakan lingkungan pesantren yang bersih, rapi,
indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi ustadz
maupun santri ketika berada di lingkungan pesantren. Disamping itu juga
diharapkan dengan tersedianya alat-alat dan fasilitas belajar yang memadai
secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan
pengajaran, baik oleh ustadz maupun santri.
g. Manajemen Hubungan Pesantren dengan Masyarakat
30
Hubungan pesantren dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan
suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di pesantren.
Tujuan hubungan sekolah/pesantren dengan masyarakat ialah untuk:
1) Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan santri.
2) Memperkokoh tujuan dan serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat.
3) Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
sekolah/pesantren. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk:
a) Saling pengertian antara sekolah/pesantren, orang tua, masyarakat dan
lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja.
b) Saling membantu antara sekolah/pesantren dan masyarakat karena
mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.
c) Kerjasama yang erat antara sekolah/pesantren dengan berbagai pihak
yang ada di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab
atas suksesnya pendidikan di sekolah/pesantren.
4. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Istilah pesantren berasal dari akar kata santri “pe-santri-an” atau tempat
santri. Dengan kata lain, istilah pesantren berasal dari kata santri, dengan
awalan “pe” di depan dan akhiran “an” berarti tempat tinggal para santri.
Sebagian pakar mengatakan bahwa istilah pesantren bukan berasal dari bahasa
arab, melainkan berasal dari bahasa india. (Mutohar, Anam, 2013: 169)
31
Sedangkan istilah pondok berasal dari bahasa arab dari kata funduk, yang
mempunyai arti rumah penginapan atau hotel. Sedangkan pondok pesantren
adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran
serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. (Ridwan Nasir:
2005)
Pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama
Islam. Sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat
berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan Islam indonesia yang bersifat “tradisional”
untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkanya sebagai pedoman
hidup keseharian (Abuddin Nata: 2007).
Pondok pesantren menurut M. Arifin adalah suatu lembaga pendidikan
agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem
asrama (komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui
sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan
dari leadership seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang
bersifat karismatik serta independen dalam segala hal. (Abuddin Nata, 2007:
2)
Pesantren adalah fenomena sosio kultural yang unik, pondok pesantren
merupakan sumber inspirasi yang tidak pernah kering sepanjang masa.
Pesantren sebagai lembaga yang mengiringi dakwah Islamiyah di Indonesia
memiliki persepsi yang plural. Pesantren dapat dipandang sebagai lembaga
ritual, lembaga pendidikan moral yang paling populer adalah sebagai institusi
32
pendidikan Islam yang mengalami konjungtur dan romantika kehidupan dalam
menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal (Asrorun: 2004).
Pendapat lain yang lebih luas disampaikan oleh Zamakhsyari Dhofier,
pondok pesantren adalah sebuah asrama pendidikan tradisional yang para
siswanya semua tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang
lebih dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat
penginapan santri. Santri tersebut berada dalam komplek yang juga
menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan
keagamaan lainya. Komplek ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat
mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(2011: 38)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa
pondok pesantren adalah suatu tempat dimana tempat tersebut dipergunakan
untuk mempelajari ilmu keIslaman dengan santri menetap atau tinggal di suatu
tempat untuk belajar dalam kurun waktu yang telah ditentukan, para santri
tersebut memperoleh pendidikan yang dibimbing oleh kyai dan para santri
harus mengikuti aturan yang mengikat para santri tersebut untuk mengikuti
pendidikan dan dalam beraktivitas.
b. Fungsi Pondok pesantren
Pondok pesantren sebagai tempat menuntut ilmu mempunyai beberapa
fungsi, (Hatim Ghazali: 2008) mempunyai pendapat fungsi pondok pesantren
dapat berperan sebagai berikut;
33
1) Sebagai wahana pendidikan bagi kalangan menengah ke bawah, sehingga
biaya di pesantren harus lebih murah dari pada pendidikan di luar
pesantren.
2) Sebagai transformasi pengetahuan agama, arah pendidikan pesantren harus
diarahkan pada pendalaman pengetahuan agama.
3) Sebagai rumah perbaikan moral dan akhlak masyarakat santri.
Di sisi lain, (Moh. Sa’id: 2012) berpendapat bahwa pondok pesantren
dapat berfungsi sebagai:
1) Sebagai lembaga tafaquh fidhin atau mendalami ilmu agama Islam.
2) Sebagai lembaga tarbiyah atau pendidikan.
3) Sebagai lembaga sosial.
4) Sebagai lembaga gerakan kebudayaan.
5) Sebagai kekuatan politik.
c. Unsur Pondok Pesantren
Untuk mendirikan pondok pesantren diperlukan beberapa unsur agar dapat
mendukung berjalanya proses belajar mengajar, menurut Zamakhsyari Dofier
unsur-unsur pondok pesantren ada 5, yaitu: pondok, masjid, santri, pengajaran
kitab-kitab klasik dan kyai. (Abuddin Nata, 2007: 27)
1) Pondok yang mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal para santri, dapat
juga sebagai tempat untuk menjaga dan mengontrol santri dari pergaulan
luar pada umumnya, karena segala aktifitas ada dalam pesantren.
2) Masjid sebagai tempat melaksanakan aktivitas keagamaan seperti sholat
berjamaah ataupun dapat digunakan juga sebagai tempat belajar untuk
34
materi kajian tertentu, misal pengajian akbar atau training perawatan,
memandikan dan mensholatkan jenazah.
3) Santri
Santri adalah siswa yang belajar di pesantren, santri ini dapat
digolongkan menjadi 2 kelompok:
a) Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang
jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang ke rumahnya, maka
ia mondok (tinggal) di pesantren. Sebagai santri mukim mereka
memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.
b) Santri kalong, yaitu santri-santri yang berasal dari daerah sekitar yang
memungkinkan mereka pulang ke tempat tinggal masing-masing.
Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang pergi antara
rumahnya dengan pesantren. (Daulay, 2011: 15)
4) Pengajaran kitab-kitab klasik, kitab sebagai buku pegangan dan bacaan
untuk mendalami materi setelah proses belajar mengajar selesai.
5) Kyai, seorang kyai yang ditunjuk oleh institusi atau yayasan pondok
pesantren bukanlah sembarang orang, orang tersebut harus mempunyai
pengetahuan agama Islam yang mendalam. Apalagi kyai dan ustadz yang
merupakan alumni dari perguruan tinggi di timur tengah lebih banyak
dipercaya untuk mengajar di pondok pesantren salaf dan khalaf.
Direktorat pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kementerian
Agama Republik Indonesia (2008) mempunyai pendapat yang berbeda
mengenai unsur-unsur pondok pesantren yang terdiri dari:
35
1) Pola kepemimpinanya berdiri sendiri dan berada di luar kepemimpinan
pemerintahan.
2) Literatur universal yang telah dipelihara berabad-abad.
3) Sistem nilainya sendiri yang terpisah dari sistem nilai yang dianut oleh
masyarakat di luar pesantren.
Berdasarkan ketiga hal tersebut, setiap pondok pesantren mengembangkan
manajemen pendidikanya sendiri dan menetapkan institusi-institusi
pendidikanya sendiri dalam rangka merespon tantangan dari luar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat penulis simpulkan unsur-unsur
pondok pesantren yaitu terdiri dari pondok sebagai tempat santri tinggal,
santri sebagai subyek belajar, kyai atau ustadz sebagai pengajarnya, kitab
sebagai rujukan materi pelajaran , sistem atau aturan yang tertib dengan
kepemimpinan yang kharismatik seorang kyai maupun ustadz, dan masjid
sebagai tempat beribadah sekaligus sebagai ruang untuk belajar santri.
d. Ciri-ciri Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai pusat mengkaji ilmu memiliki keunikan dan
perbedaan dengan sekolah formal pada umumnya. Selain menjadikan masjid
sebagai tempat ibadah sekaligus tempat belajar, para pelaksana dan pengamat
pendidikan berusaha untuk menerangkan apa saja ciri-ciri dari pondok
pesantren tersebut, diantaranya:
36
1) Adanya hubungan yang akrab antara kyai atau ustad dengan santrinya.
Hubungan emosional ini dapat tercipta karena keduanya tinggal di tempat
yang sama sehingga interaksinya lebih intens terjalin.
2) Kepatuhan santri terhadap kyai atau ustad. Ketaatan dan penghormatan ini
dapat terjaga karena salah satu adab dalam menuntut ilmu adalah harus
menghormati guru dan tidak menentangnya. Ada anggapan bahwa jika
santri menentang kyai atau ustad akibatnya ilmu yang diperoleh tidak
berkah dan akan lebih sulit dipahami oleh santri.
3) Hidup hemat dan sederhana. Hidup mewah hampir tidak ditemukan di
dalam pondok pesantren. Bahkan sedikit santri yang hidupnya terlalu
sederhana atau terlalu hemat sehingga tidak memperhatikan pemenuhan
gizinya.
4) Kemandirian sangat terasa di pondok pesantren. Bentuk kemandirian ini
dapat dilihat dari kemandirian finansial dengan membuka usaha,
perkebunan atau ternak hewan. Meskipun tidak semua pesantren demikian
tetapi masih dapat ditemui di jawa. Kemandirian aktivitas santri seperti
mencuci pakaian, memasak, membersihkan kamar dan pekarangan,
kesemuanya dituntut agar santri dapat mengatur waktu dengan baik.
5) Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan (ukhuwah islamiyah).
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan bersama di pondok pesantren
seperti sholat berjama’ah, proses belajar mengajar di kelas, membersihkan
masjid dan pondok. Aktivitas tersebut sangat menopang suasana
persaudaraan dan keakraban diantara santri.
37
6) Disiplin sangat dianjurkan, melanggar biasanya diberikan hukuman berupa
sanksi-sanksi edukatif.
7) Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia dilakukan melalui kebiasaan
puasa sunah, zikir, i’tikaf, sholat tahajud atau bentuk meneladani kyai atau
ustad yang menonjolkan sikap zuhd (tidak terpikat dengan kenikmatan
dunia).
8) Pemberian ijazah dengan mencantumkan nama yang diberikan kepada
santri yang lulus dalam menempuh proses belajar mengajar di pondok
pesantren, hal ini menandakan restu kyai atau ustad untuk mengajarkan
ilmu yang telah diperolehnya. (Sulthon Masyud: 2003)
e. Model Pembelajaran dalam Pondok Pesantren
Joice dan Weil (Rusman : 2011) mengemukakan pendapat model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di
tempat lain. Model pembelajaran dalam pendidikan di pondok pesantren ada
yang modern menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan ada pula yang
masih tradisional (salaf).
Model pembelajaran modern menurut (Rusman : 2011) terdiri dari:
1) Model Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching learning)
38
Model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dan penerapanya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2) Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
3) Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dikemas
dalam bentuk tema-tema tertentu. Tema merupakan wadah atau wahana
untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada peserta didik secara
menyeluruh. Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten
kurikulum dalam unit-unit atau satuan-satuan yang utuh dan membuat
pembelajaran lebih terpadu, bermakna dan mudah dipahami oleh peserta
didik.
Berdasarkan teori di atas, ketiga model pembelajaran modern tersebut
digunakan di pondok pesantren Darussalam. Model pembelajaran kontekstual
diajarkan dalam mata pelajaran fiqh ibadah, seorang ustad mengajarkan
bagaimana tata cara dan doa Nabi Muhammad Saw dalam melaksanakan
sholat yang dapat dicontoh oleh santri. Adapun model kooperatif diterapkan
39
dalam mata pelajaran ushul fiqh dengan cara membagi santri menjadi
beberapa kelompok dan diminta membahas materi tertentu dan hasil
pembahasan akan dipresentasikan di depan para santri yang lainnya. Model
pembelajaran tematik dilaksanakan dalam lingkup studi mubaligh yang
membahas isu-isu aktual keIslaman dan kontemporer.
Dalam mengajarkan pendidikan seorang ustadz diharapkan harus mampu
menyampaikan materi sesuai dengan keadaan santri, sehingga santri tidak
merasa bosan, hal ini sesuai dengan hadits Rosulullah SAW yang
diriwayatkan oleh imam muslim dalam ringkasan shohih muslim sebagai
berikut:
ناالله صلي الله عليه وسلم كان ي تخولون با لموعظة ف أيام ان رسول امة علي لراهية الس
Artinya: “Sesungguhnya Rosulullah SAW mengamat amati waktu untuk
memberikan pengajaran kepada kami agar kami tidak merasa jemu.” (H.R
Muslim: 142 S.M)
Maka berdasarkan hadits di atas dalam pondok pesantren menerapkan
beberapa metode pengajaran sebagai berikut:
a) Metode Sorogan
Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang artinya
menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan kyai
atau ustadz. Metode sorogan merupakan belajar secara indifidual, dimana
seorang santri berhadapan langsung dengan kyai ataupun ustadz dengan
posisi tempat duduk kyai atau ustad berhadapan dengan meja pendek yang
digunakan untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Ketika
40
salah satu santri sedang menghadap santri yang lain duduk agak menjauh
untuk mendengarkan materi yang disetorkan sambil mempersiapkan diri
dan menunggu giliranya untuk maju.
Metode sorogan merupakan sistem pembelajaran yang paling efektif
sebagai metode pembelajaran bagi seorang murid atau santri dalam awal
pembelajaran. Sistem ini terbukti dapat membimbing santri yang lebih
menitik beratkan pada pengembangan perorangan dibawah bimbingan
seorang kyai atau ustadz secara langsung. Dengan sistem sorogan santri
akan merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsungnya kegiatan
membaca kitab yang secara langsung disimak oleh kyai atau ustadz.
b) Metode Wetonan atau Bandongan
Wetonan berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang artinya waktu,
sebab pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu
sebelum atau sesudah sholat fardhu. Metode weton merupakan metode
kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling
kyai atau ustadz yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan
mengulas teks-teks huruf arab tanpa harokat, dan masing-masing santri
menyimak kitab masing-masing, melengkapi teks huruf arab tersebut dan
membuat catatan kedudukan kata dan artinya di bawah kata yang
dimaksud.
c) Metode Musyawarah atau bahtsul masa’il
Metode musyawarah atau dalam bahasa lain sering disebut dengan
istilah bahtsul masa’il merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip
41
dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa santri dengan jumlah
tertentu membentuk lingkaran yang dipimpin langsung oleh kyai atau
ustadz, atau santri senior untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam pelaksanaanya para santri dengan bebas mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya. Dengan demikian metode
musyawarah lebih menitik beratkan pada kemampuan seseorang untuk
belajar menyampaikan argumentasi dan logika berfikir yang bagus untuk
memecahkan pokok persoalan yang mengacu pada kitab-kitab tertentu.
d) Metode Pasaran (Pasan atau Kilatan)
Metode pembelajaran pasaran dalam bahasa jawa pasanan atau sering
disebut juga dengan metode kilatan, yaitu kegiatan belajar sekelompok
santri dalam bentuk mengkaji sebuah kitab yang biasanya dilaksanakan
pada waktu dan bulan-bulan tertentu, pada umumnya metode pasaran
digunakan pada tiap bulan ramadhan atau satu bulan penuh tergantung
besarnya kitab yang dibahas. Dalam metode pasaran para santri berkumpul
membentuk lingkaran dalam masjid atau tempat lain dengan membawa
kitab dan mendengarkan kyai atau ustadz yang membacakan kitab
tersebut, yang pada umumnya adalah kitab fiqih, kemudian para santri
menuliskan arti pada kitab gundul (kitab kuning yang belum memiliki arti)
atau yang sering disebut dalam bahasa jawa dengan istilah maknani.
Metode pasaran hampir sama dengan metode bandongan hanya saja dalam
42
pelaksanaannya dalam tenggang khatamnya ditentukan dalam waktu
tertentu.
e) Metode Hafalan
Metode Hafalan adalah metode belajar santri dengan cara menghafal
teks tertentu dengan pengawasan dan bimbingan kyai atau ustad. Para
santri diberi tugas untuk menghafal Al-Qur’an, hadits atau kitab tertentu
kemudian menyetorkanya kepada kyai atau ustad.
f) Metode Muhadatsah
Metode muhadatsah merupakan metode latihan bercakap-cakap
menggunakan bahasa arab yang wajib dilakukan santri pada hari tertentu
selama tinggal di pesantren.
g) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan
cara memperagakan suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah
tertentu yang dibimbing oleh ustad baik kelompok maupun perorangan,
materi yang digunakan biasanya seperti tata cara wudhu, tayamum, sholat
dan yang lainya.
f. Peran Kelembagaan Pondok Pesantren
1) Peran pesantren melalui pendidikan Islam dalam perjuangan melawan
penjajah
Dalam perkembangannya pondok pesantren pernah terjadi jurang
pemisah antara pondok pesantren dan penjajah (penguasa). Pondok
pesantren dalam masa penjajahan bergerak dalam memobilisasi
43
masyarakat untuk melakukan perlawanan terus menerus terhadap
pemerintah belanda, hal demikian berlawanan dengan kepentingan
penjajah, sehingga pemerintah sempat mengeluarkan peraturan yang
membatasi ruang gerak pendidikan agama, antara lain setiap guru agama
Islam yang mengajar harus memiliki ijin dari pemerintah. Langgar, surau,
madrasah dan pondok pesantren diawasi karena dianggap sebagai tempat
untuk mendidik kesadaran masyarakat untuk melawan penjajah.
Sikap pemerintah yang demikian justru semakin mendorong semangat
para tokoh agama dan ulama untuk berjuang melawan belanda melalui
jalur pendidikan agama baik madrasah maupun pondok pesantren. Hal-hal
yang berkaitan dengan pemerintah selalu ditentang dan ditolak oleh
kalangan pondok pesantren, karena dipastikan melemahkan perlawanan
rakyat. (Derektorat agama RI, 2003: 12)
2) Peran pondok pesantren dalam pendidikan moral dan kecerdasan anak
bangsa
Peran pendidikan keagamaan dalam mencerdaskan anak bangsa yang
disebutkan dalam “Badan Pekerja Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
yang bertindak selaku parlemen pada tanggal 27 desember 1945 tentang
pembaharuan pendidikan menyarankan antara lain:
“Madrasah dan pesantren-pesantren yang pada hakikatnya ialah satu
alat dan sumber pendidikan dalam pencerdasan rakyat jelata yang sudah
berurat berakar dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula
44
mendapat perhatian dan bantuan yang nyata berupa tuntunan dan bantuan
materil dari pemerintah.” (Derektorat Agama RI, 2003: 12)
Keberadaan pendidikan pesantren memiliki peran dalam pembinaan
humanis yang berperan dalam pengembangan pendidikan Islam dan
sesuai dengan tujuan pendidikan Islam pada Al-Qur’an yakni pendidikan
pesantren harus memiliki karakter sebagai berikut:
a) Fungsi Tafaqquh fi al din (pendalaman pengetahuan tentang agama)
b) Fungsi tarbiah al akhlaq (pembentukan kepribadian/budi pekerti)
c) Lembaga pendidikan yang memadu pendidikan integralistik,
humanistik, pragmatik, idealistik dan realistik.
d) Pusat rehabilitasi sosial
e) Sebagai pencetak manusia yang punya keseimbangan trio cerdas,
yakni Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) dan
Kecerdasan Spiritual (SQ).
Peran dan tujuan pondok pesantren yang telah dipaparkan di atas dapat
benar-benar terwujud dan sesuai dengan tujuan pendidikan maka pondok
pesantren harus bisa memanajemen lembaganya.
B. Kajian Pustaka
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan mengambil objek penelitian
di Pondok Pesantren, penelitian pertama dilakukan oleh Nur Hasanudin (2012)
tentang manajemen pendidikan pesantren studi pada Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif (qualitative research) dengan pendekatan deskriptif ,
45
pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, interviuw, wawancara dan
dokumentasi yang semua digunakan untuk mendapatkan data yang falit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa:
1. Manajemen pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa
Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, menunjukkan bahwa
manajemen pendidikan baik dalam kurikulum, personalia, peserta didik dan
sarana prasarana yang bertujuan mengoptimalkan pembelajaran yang
seimbang bagi para santri yang menempuh pendidikan dalam dua lembaga
yang berbeda (pondok dan sekolah umum), telah berperan dengan baik yakni
elemen pengurus sebagai koordinator dapat memanajemen dengan baik yang
berakibat pada efektifitas belajar santri, sedangkan keadaan lingkungan dan
hubungan semua masyarakat pesantren yang memiliki hubungan sangat erat
berakibat pada semangat belajar santri.
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan di Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga, faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan dibedakan menjadi
dua yakni pengaruh internal dan eksternal, yaitu:
a. Faktor internal meliputi:
1) Setiap kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan waktu yang tidak
bersamaan dengan pelaksanaan pendidikan formal yaitu bagi para
santri yang mengikuti.
46
2) Pendidikan madrasah dilaksanakan pada malam hari, sehingga santri
yang letih setelah mengikuti pembelajaran formal dapat beristirahat
sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
3) Kedisiplinan semua santri dengan sepenuh hati oleh dewan pengurus.
b. Faktor eksternal meliputi:
1) Faktor lingkungan yang hampir 100% masyarakatnya muslim,
sehingga kecintaan terhadap santri yang belajar di pesantren sangat
baik yang berakibat pada semangat belajar santri.
2) Pondok pesantren bertempat pada tempat yang sejuk meskipun di
tengah-tengah pemukiman penduduk.
3) Letak pondok pesantren berada jauh dari jalan raya, sehingga
berpengaruh terhadap kedisiplinan santri dalam mengikuti setiap
kegiatan pelajaran karena jika akan bepergian meninggalkan pesantren
(absen) jadi malas.
Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan di Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga meliputi:
a. Motivasi santri yang heterogen, misalnya santri memiliki niat awal sekolah
formal bukan pesantren atau dalam bahasa jawa (sekolah nyambi mondok)
yang berakibat pada kurang tekun dalam mengikuti kegiatan-kegiatan
pembelajaran tertentu.
b. Fasilitas pendukung proses pembelajaran belum sepenuhnya mencukupi
seperti komputer sebagai pengembangan life skill santri.
47
Penelitian kedua dilakukan oleh Vivi Nur Arista (2013) tentang manajemen
pembelajaran yang dilakukan di Pondok Pesantren Takwinul Mubalighin
Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manajemen
pembelajaran di Pondok Pesantren Takwinul Mubalighin, mulai dari perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif, yang menjadi
subyek penelitian adalah ustadz pendiri, ustadz pengelola dan santri. Metode
pengumpulan data menggunakan metode wawncara, observasi dan dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan analisis data deskriptif kualitatif model
interaktif dari Milles dan Michael Huberman yang terdiri dari tiga jalur kegiatan
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian tentang manajemen pembelajaran di Pondok Pesantren Takwinul
Muballighin Yogyakarta menunjukkan bahwa:
1. Perencanaan pembelajaran secara prinsip dilengkapi silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tetapi belum didokumentasikan. Pondok
Pesantren Takwinul Muballighin merupakan jenis pendidikan keagamaan
yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan nonformal, sehingga silabus
dan RPP mengacu pendidikan formal. Perencanaan pembelajaran dibuat oleh
ustadz pendiri tanpa melibatkan staf pengajar, pengelola dan belum
mengalami perubahan sampai saat ini.
2. Pelaksanaan proses belajar mengajar dilaksanakan setiap hari senin-sabtu
malam jam 20.00-21.30 dan waktu pagi jam 05.00-06.30, dimulai dengan
pembukaan atau salam, ustadz menyampaikan materi pelajaran yang
48
menggunakan media pembelajaran seperti LCD, white board, spidol dan
makalh yang dibagikan kepada santri. Metode penyampaian materi
menggunakan metode ceramah, demontrasi dan diakhiri dengan tanya jawab.
Ustadz menutup proses belajar mengajar dengan berdoa bersama dan
mengucapkan salam penutup.
3. Evaluasi pembelajaran menggunakan evaluasi formatif yaitu penilaian berupa
tes yang dilakukan setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari peserta didik
dan evaluasi sumatif yaitu penilaian berupa tes yang dilakukan setelah proses
belajar mengajar selesai dalam jangka waktu tertentu yaitu satu semester.
Contohnya untuk menjadi da’i, ada latihan ceramah yang akan dievaluasi
secara formatif setelah latihan selesai dan evaluasi sumatif dilakukan dengan
melihat penampilan santri secara langsung menyampaikan dakwah islam ke
masyarakat setelah semester selesai.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Milatur Rodiyah (2016) tentang
Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha
Kelurahan Argomulyo Kecamatan Cebongan Kota Salatiga. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pembelajaran pondok
pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Argomulyo Kecamatan
Cebongan Kota Salatiga. Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field
research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi, sedangkan subyek penelitian adalah santri
ustadzah, pengasuh dan pengelola pondok pesantren. Temuan peneliti
menunjukkan bahwa:
49
1. Manajemen pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok pesantren al-Muntaha
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, pengawasan pembelajaran dan pengevaluasian. Pelaksanaan
pembelajaran terdiri dari proses penentuan tujuan, metode atau cara yang
ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul Qur’an, menentukan materi
pembelajaran dan menentukan sistem penilaian pembelajaran yang dilakukan.
Proses pengorganisasian pembelajaran terdiri dari sarana prasarana yang
menunjang pembelajaran, pengelolaan pendidik dan peserta didik/santri,
materi serta waktu pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya, proses
pelaksanaan pembelajaran meliputi pelaksanaan pembelajaran menggunakan
metode sorogan, bandongan dan metode pemberian hukuman, sedangkan
media yang digunakan berupa media cetak dan media elektronik seperti kitab
Al-Qur’an dan terakhir adalah pengawasan serta evaluasi pembelajaran.
Pengawasan terhadap pembelajaran dilakukan oleh penanggung jawab
pembelajaran tahfidzul Qur’an yaitu pengasuh/asatidz pondok. Sedangkan
evaluasi secara normal tidak ada, tetapi lebih ditekankan secara praktis dan
lisan yang dilakukan setiap saat.
2. Problematika terkait pembelajaran tahfidzul Qur’an terdiri dari problematika
pengelola, pengurus dan santri. Problematika terkait pengelola yaitu masih
minimnya jumlah guru/ustadz sedangkan santri kurang disiplin sehingga
ketika kegiatan pembelajaran berlangsung mengakibatkan pembelajaran
kurang berjalan lancar. Problematika selanjutnya datang dari pengurus yaitu
sikap pengurus yang kurang tegas dalam menjalankan tugas serta kesulitan
50
dalam mengawasi atau mengatur santri. Hal ini dikarenakan pengurus
merupakan bagian dari santri yang juga mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kemudian problematika juga datang dari santri yaitu adanya gadget yang
mereka gunakan justru menghambat hafalan mereka karena santri lebih fokus
bermain gadget.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
G. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2002) bahwa penelitian (research) merupakan sarana
fundamental untuk memahami kesulitan dan menemukan penyelesaian bagi suatu
masalah secara ilmiah atau dengan perkataan lain, penelitian merupakan
penyelidikan dan pengujian yang amat kritis dan teliti secara cermat guna
memecahkan masalah. Sedangkan rancangan penelitian adalah seluruh proses
perencanaan dan pelaksanaan suatu riset yang meliputi kegiatan-kegiatan
identifikasi masalah, rumusan masalah, pembuatan konsep/definisi, metode
sampling dan teknik pengumpulan data, metode analisis data dan laporan
penelitian. (Supranto, 2011)
Suatu penelitian memerlukan rancangan penelitian yang sistematis agar
tahapan penelitian dapat dilaksanakan sesuai dengan pendekatan yang ditetapkan
dan dapat menghasilkan suatu temuan yang objektif dalam arti dapat
dipertanggung jawabkan.
Penelitian ini mengkaji tentang manajemen pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Pendekatan penelitian adalah cara pandang dan pilihan peneliti dalam
memahami subjek dan subtansi, dalam sebuah penelitian pendidikan itu terdapat
pendekatan yang bisa digunakan, baik pendekatan kualitatif maupun kuantitatif.
Pendekatan penelitian sangat penting bagi peneliti untuk membantu menganalisis
data penelitian yang diperoleh.
52
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan,
dalam penelitian kualitatif peneliti adalah instrumen kunci oleh karena itu peneliti
membekali diri dengan teori dan wawasan yang digunakan untuk bertanya,
menganalisis dan mengonstruksi objek yang akan diteliti menjadi lebih jelas.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan dan jenis penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan beberapa metode alamiah. (Moleong, 2008: 6)
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan informasi data yang
diamati dan tidak bertujuan menguji hipotesis serta hanya menyajikan dan
menganalisis data agar bermakna dan komunikatif. (Suharsimi Arikunto, 2006:
83)
Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor (Moleong, 2008: 4) metode kualitatif
adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa metode penelitian
kualitatif merupakan pengumpulan data secara mendalam mengenai kegiatan
suatu program, perilaku peserta dan interaksi antara manusia secara luas. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi data yang
terkumpul berupa kata-kata lisan yang mencakup laporan dan foto-foto. Jadi hasil
53
penelitian ini adalah berupa deskripsi atau gambaran manajemen pendidikan
pondok pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang Tahun 2018.
H. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi pondok pesantren berada di Jl. Syekh Penanggalan No. 05 Desa
Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Untuk sampai ke lokasi
penelitian peneliti membutuhkan waktu kira-kira dua jam perjalanan apabila
menggunakan angkutan umum dan kurang lebih satu jam apabila menggunakan
kendaraan pribadi. Peneliti menuju tempat penelitian dengan menggunakan
sepeda motor untuk mempersingkat waktu perjalanan menuju lokasi penelitian
dan juga mempermudah akses jalan karena lokasi pondok yang masih masuk jauh
dari jalan raya, jadi tidak memungkinkan bila peneliti harus menggukakan
kendaraan umum. Peneliti tertarik untuk meneliti di pondok Darussalam karena
tidak masalah tempat namun pondok Darussalam merupakan pondok yang
mempunyai santri cukup banyak meskipun lokasi pondok jauh dari perkotaan.
Namun wali santri cukup berminat menitipkan putra-putrinya untuk menuntut
ilmu dan mendapatkan bimbingan di Pondok Pesantren Darussalam. Disamping
itu juga pondok yang tidak hanya mengajarkan kepada santrinya tentang ilmu
agama saja namun ilmu umum lainya dimana pondok Darussalam juga
mempunyai sekolah formal unggulan mulai dari MI, SMP dan SMK kesehatan.
Namun penelitian ini hanya fokus pada manajemen pendidikan pondok pesantren.
Peneliti hadir secara langsung pada objek penelitian (Pondok Pesantren
Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang) dalam
54
rangka pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti, yakni dalam penelitian
lapangan ini peneliti membutuhkan waktu kurang lebih 2 minggu dalam
mengumpulkan data yang berhubungan dengan fokus penelitian (manajemen
pendidikan pesantren) serta mencari info-info untuk melengkapi data yang
dibutuhkan.
I. Sumber Data
Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber
yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti. Penelitian itu sendiri
merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar
tentang sesuatu bahwa dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data
pendukung (skunder).
1. Data Primer
Sember data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subyek
yang dapat dipercaya. (Arikunto, 2010: 22)
Adapun yang terlibat secara langsung sebagai sumber data primer berasal
dari santri, pengurus pondok, ustadz/ustadzah pondok dan pengasuh pondok
pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang. Sebagai sumber untuk menggali informasi terkait fokus penelitian,
untuk mendapatkan informasi ini peneliti menggunakan metode wawancara.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang didapat atau diperoleh secara
tidak langsung. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-
55
dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS dan lain-lain), foto-foto,
film, rekaman vidio dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer.
(Arikunto, 2010: 20)
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara. Adapun
sember data sekunder yang digunakan adalah buku-buku yang terkait dengan
manajemen pendidikan, arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan pondok
pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang.
Hal ini dilakukan karena data yang digali haruslah valid sehingga peneliti
harus melakukan pengamatan secara langsung dan mengobservasi di
lapangan yang menghasilkan data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan.
J. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam hal ini dalam mengumpulkan data yang akan digunakan sebagai
penunjang dalam penelitian, maka penulis menggunakan beberapa langkah yang
berkaitan dengan prosedur pengumpulan data tersebut antara lain:
1. Observasi
Aktivitas observasi tidak hanya mengamati saja, jika hanya mengamati
tanpa menganalisa seperti turis. Begitupun sebaliknya jika hanya menganalisa
tanpa melihat dapat disebut menghayal. Oleh sebab itu, ahli pendidikan
mengatakan metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
56
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Asmani, 2011:
23). Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang digunakan
dengan mengadakan pengamatan fenomena-fenomena yang dijadikan
pengamatan. Adapun cara yang digunakan adalah mengadakan pengamatan
langsung di Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang dengan cara melihat dan pengindraan lainya.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan kelengkapan informasi tentang
letak geografis, sarana dan prasarana (gedung, alat-alat penunjang
pembelajaran), kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, serta
fenomena yang terjadi di lapangan.
2. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan salah satu cara untuk memperoleh data penelitian,
biasanya wawancara menggunakan alat bantu seperti rekaman, handycamp
maupun alat tulis. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui
percakapan atau tanya jawab (Sudarsono, 2013: 130). Metode ini digunakan
untuk mendapatkan kelengkapan informasi tentang sejarah berdirinya dan
perkembangan, serta pendapat pengasuh pondok dan para stafnya berkaitan
dengan manajemen pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan
Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Menurut Seharsimi
arikunto (2002: 202) ada dua pedoman wawancara, yaitu:
57
a. Pedoman wawancara terstruktur dengan menyediakan pertanyaan yang
disusun secara rinci sehingga menyerupai check list. Pewawancara hanya
mencentang tanda v (check) pada tempat yang disediakan.
b. Pedoman wawancara tidak terstruktur yang memuat garis besar hal yang
akan ditanyakan. Jika menggunkan pedoman ini, dituntut kreativitas pihak
pewawancara.
Adapun dalam penelitian ini metode wawancara yang digunakan adalah
tidak terstruktur, dengan kata lain metode wawancara yang penulis gunakan
adalah metode interview bebas terpimpin. Mula-mula interviewer
mengajukan pertanyaan, kemudian dari jawaban yang ada akan diperdalam
dengan pertanyaan yang lain dan keterangan lebih lanjut. Wawancara ini
digunakan sebagai metode untuk mengetahui dan menggali informasi secara
detail seputar manajemen pendidikan pesantren dan bagaimana peran masing-
masing dewan pengasuh, asatidz, pengurus serta santri dalam menerapkan
dan mengorganisir manajemen pendidikan Pondok Pesantren Darussalam
Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
3. Dokumentasi
Aktivitas dokumentasi tidak hanya sekedar foto-foto tetapi lebih dari itu.
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda
dan sebagainya. (Arikunto, 2002: 148)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan
karakteristik Pondok Pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan
58
Bergas Kabupaten Semarang dan data yang berupa dokumentasi lainnya.
Data ini berupa catatan-catatan, dokumen, surat-surat, buku-buku dan
sebagainya yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan di Pondok
Pesantren Darussalam Kelurahan Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang. Menurut Sartono Kartodiredjo, agar data yang diperoleh melalui
dokumentasi ini terjamin akurasinya, maka perlu dilakukan tiga telaah yaitu:
(1) keaslian dokumen; (2) kebenaran isi dokumen; (3) relevansi isi dokumen
dengan permasalahan yang akan diteliti.
Berdasarkan teori teknik pengumpulan data di atas, penulis menggunakan
metode wawancara tidak terstruktur, observasi langsung dan dokumentasi untuk
memperoleh data penelitian yang valid.
4. Analisis Data
Analisis data digunakan awal penelitian hingga akhir pengumpulan data yang
bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi
reduksi data, perbaikan dan ferifikasi atas data yang diperoleh, hal ini
dimaksudkan untuk lebih mempermudah pemahaman dan kejelasan.
Menurut Moleong (2008: 280) analisis data adalah proses pengorganisasian
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.
Setelah semua data terkumpul, kemudian data tersebut diolah dan diklasifikasi
untuk selanjutnya dianalisis guna memudahkan interpretasi. Analisis ini juga
membatasi penemuan-penemuan sehingga data menjadi teratur, tersusun dan lebih
59
memiliki arti. Agar dapat menafsirkan data dengan baik maka diperlukan adanya
ketekunan, ketelitian, kesabaran dan kreatifitas yang tinggi, sehingga mampu
memberikan makna pada setiap fenomena yang ada (Sutrisno: 2001). Karena
dalam penelitian ini data yang diperoleh bersifat kualitatif, maka metode analisias
data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu ketepatan
interpretasi yang tergantung pada ketajaman analisis, objektivitas, sistematik dan
bukan pada statistika dengan menghitung berapa besar probabilitas bahwa peneliti
benar dalam interpretasi. Oleh karena itu penelitian ini lebih bersifat deskriptif
analitik, yaitu uraian naratif mengenai suatu proses tingkah laku suatu subjek
sesuai dengan masalah yang diteliti.
5. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengetahui hasil penelitian diperlukan validitas data yang diperoleh,
hal ini dilakukan agar hasil penelitian relevan dengan realitas di lapangan. Data
yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan peneliti
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Ada empat kriteria
yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data, yaitu: kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability) dan
kepastian (confirmability). (Moleong, 2008: 324)
Menurut Sugiyono (2007: 270-276) uji kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck.
1. Perpanjangan Pengamatan
60
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan melakukan
pengamatan, wawancara dengan sumber data yang pernah ditemui atau yang
baru. Tujuanya adalah agar hubungan peneliti dengan narasumber semakin
dekat dan tidak ada jarak sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan
lagi.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan lebih cermat dan
berkesinambungan untuk memastikan data dan urusan peristiwa dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Ibaratnya peneliti mengecek kembali
makalah atau soal yang dikerjakan ada yang salah atau tidak. Peneliti dapat
meningkatkan ketekunan dengan melakukan observasi berulang-ulang, untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh valid atau tidak.
3. Triangulasi
Triangulasi artinya mengecek data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara dan berbagai waktu. Sebagai contoh dalam penelitian ini penulis ingin
mengroscek data yang ditemui mengenai manajemen pendidikan di Pondok
Pesantren Darussalam dengan melakukan wawancara dengan ustadz pendiri,
ustadz pengelola dan santri. Pendapat ketiganya dapat dicocokkan untuk
mendapatkan kesimpulan data yang valid, metodenya ialah dengan
mencocokkan hasil wawancara ketiganya tentang perencanaan pendidikan,
pelaksanaan pendidikan dan evaluasi pendidikan.
4. Analisis Kasus Negatif
61
Kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
mencari data yang bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Jika tidak
ada data yang berbeda atau kontradiksi berarti data yang ditemukan sudah
dapat dipercaya, tetapi jika peneliti masih mendapatkan data-data yang
bertentangan dengan data yang diperoleh mungkin peneliti akan merubah data
temuanya. Sebagai contoh, misalnya ketika peneliti wawancara dengan ustadz
pendiri, ustadz pengelola dan santri, dua narasumber mengatakan kurikulum
Pondok Pesantren Darussalam menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK), sedangkan satu narasumber menyatakan kurikulum Pondok Pesantren
Darussalam menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Maka peneliti harus melakukan analisis kasus negatif.
5. Menggunakan Bahan Referensi
Menggunakan bahan referensi bertujuan untuk membuktikan data yang
telah ditemukan peneliti, sebagai contoh data dikuatkan dengan foto
narasumber, rekaman wawancara atau foto penelitian sehingga hasil penelitian
lebih kredibel (dapat dipercaya).
6. Mengadakan Membercheck
Membercheck adalah proses mengecekkan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan membercheck untuk mengetahui validitas data
yang diperoleh peneliti sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data,
apabila data yang ditemukan disepakati para pemberi data berarti datanya
valid sehingga lebih dapat dipercaya.
62
Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan (credibility).
Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat
agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang
penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang
dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
(Moleong, 2008: 330). Pada teknik ini peneliti melakukan triangulasi dengan
teknik yaitu dengan jalan membandingkan dengan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara dan triangulasi dengan sumber yaitu dengan cara
membandingkan data hasil wawancara antar narasumber terkait serta
membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen.
63
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data Pondok Pesantren Darussalam Gebugan
1. Profil Pondok Pesantren Darussalam
Nama Pondok Pesantren : Pondok Pesantren Darussalam
Alamat : Jln. Syekh Penanggalan No. 05
Kelurahan : Gebugan
Kecamatan : Bergas
Kota/kabupaten : Semarang
Provinsi : Jawa Tengah
Badan Penyelenggara : Yayasan Darussalam Bergas
Nama Pengasuh : KH. Murodi
2. Sejarah Pondok Pesantren Darussalam
Yayasan pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1993, yang merupakan
bentuk institusi pendidikan yang bermula dari masyarakat di sekitar yang
menginginkan adanya suatu wadah pendidikan bagi anak-anak, disamping
pendidikan formal juga pendidikan agama.
Dengan sendirinya pondok pesantren Darussalam sejak berdirinya sudah
25 tahun berkiprah secara operasional membantu pemerintah dibidang
pendidikan dan sosial, namun tidak hanya itu pondok pesantren
mengembangkannya dari berbagai segi, salah satunya memberikan bantuan
tidak hanya dalam bidang pendidikan yang sudah dijalankan namun juga
64
ketrampilan ekonomi untuk keluarga santri dan masyarakat lingkungan
setempat.
Sesuai dengan letak geografisnya yang berada di daerah pertanian yaitu
daerah areal persawahan dan ladang, maka sangat berpengaruh pada keadaan
ekonomi masyarakat, dengan kata lain santri yang belajar di pondok pesantren
Darussalam adalah anak petani yang memiliki kelas ekonomi menengah ke
bawah.
3. Tujuan Pondok Pesantren Darussalam
Pondok pesantren merupakan bentuk institusi pendidikan Islam yang telah
hadir sejak ratusan tahun yang lalu, meskipun tidak ada catatan sejarah kapan
pertama kali muncul, kecuali dikenal dalam bentuk awalnya pada sekitar abad
pertengahan. Bentuk kelembagaan pesantren yang lebih modern, sebagaimana
dikenal sekarang, tumbuh sekitar peralihan abad ke-19. Kehidupan pesantren
bertumpu pada lima pilar, yaitu masjid/mushola, pondok pesantren (asrama
santri), kyai, santri dan pengajaran kitab-kitab klasik atau yang disebut “Kitab
Kuning”.
Istilah pondok diarahkan pada pengertian suatu tempat dimana para santri
bermukim disini. Meskipun tidak dipungkiri ada sebagian santri yang tidak
mukim atau tinggal di dalam komplek pesantren yang biasa dikenal dengan
“Santri Kampung” atau “Santri Desa”.
Kata “Pesantren” merupakan bentuk kata “Santri” yang berasal dari
bahasa sansekerta “San” yang berarti suka dan “Tri” artinya menolong, yang
merupakan kecenderungan yang diharapkan bagi seorang santri yang kelak
65
diharapkan mampu menolong dalam berbagai aspek kehidupan atau dengan
kata lain bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.
Sunan Ampel merupakan sebuah nama yang terambil dari sebuah tokoh
atau ulama besar yang menyebarkan Islam pertama di Pulau Jawa yang
dikenal dengan sebutan “Wali Songo”. Suatu nama yang diharapkan bisa
merupakan cita-cita bersama menuju kejayaan, kemenangan dan kebahagiaan
umat Islam itu sendiri.
4. Letak Geografis Pondok Pesantren Darussalam
Lokasi pondok pesantren terletak di wilayah kabupaten Semarang, sekitar
10 km dari pusat kota Semarang ke arah selatan, dengan menempati lahan
seluas 1 Ha. Pondok pesantren Darussalam didirikan di atas lahan milik
pondok pesantren dan lahan milik kyai, yang pada jaman kemerdekaan dulu
menjadi saksi bisu perjuangan di palagan Ambarawa, karena jarak antara
pondok pesantren Darussalam dengan Ambarawa hanya 5 km. Sehingga
secara historis sesungguhnya daerah ini mempunyai peran dan nilai sejarah
yang cukup tinggi sesuai dengan tujuan pendidikanya pondok pesantren
Darussalam dan peran yang strategis dalam mendukung perkembangan bidang
pendidikan keagamaan di Indonesia
Tabel 4.1 Gambaran-gambaran dan Lokasi PPDG Tahun 2018
1
Nama Pondok
Berdiri tahun
PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM
1993
66
2
3
Pengelola
Alamat
No. Telepon
Pengasuh PPD
Pendidikan
Lurah PPD
Pendidikan
Kondisi Pondok
a. Jumlah guru/
Ustadz
b. Jumlah Santri
c. Sarpras
d. Media Pendidikan
e. Halaman pondok
f. Fasilitas Lain
Yayasan Darussalam Bergas
Dusun Krajan Rt 03/Rw 02 Desa
Gebugan Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang
(0298) 6926693
KH. Murodi
Aliyah
Samsul hadi
SMK Kesehatan
Putra 23, putri 15
Putra135 , putri 156
Mushola 1, ruang kelas 6, aula
pertemuan 1, aula pusat kegiatan 1,
ruang ustadz putra 1 putri 1, kantor
administrasi/TU putra 1 putri 1,
kamar putra 8 putri 11, gudang putra
1 putri 1, kantin 1, toilet putra 7 putri
6, uks putra 1 putri 1
Komputer 1, TV 1, rebana putra 1
putri 1
2 Mobil, 3 honda
5. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darussalam
a. Visi
Mewujudkan pondok pesantren yang mampu menghasilkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkepribadian mulia, kreatif dan berwawasan
luas yang dilandasi iman dan takwa.
b. Misi
67
Meningkatkan pembelajaran, pembudayaan dan pemberdayaan warga
pesantren menuju pribadi yang mulia, mandiri, disiplin, kreatif dan
berwawasan iman dan takwa.
6. Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Darussalam
Kurikulum yang diterapkan di pondok pesantren Darussalam adalah model
kurikulum assalafi ala pesantren, dalam menentukan mata pelajaranya baik
dalam pendidikan dengan metode klasikalnya (Madrasah Diniyah) dan mata
pelajaran kitab-kitab kuning dengan metode pembelajaran salafnya
(bandongan dan sorogan) pondok pesantren Darussalam menetapkan dengan
cara musyawarah para dewan asatidz yang kemudian hasilnya disampaikan
kepada pengasuh dan kemudian pengasuh menilai dan menimbang hasil
musyawarah tersebut.
Dalam proses pembelajaranya untuk lebih mempermudah penyampaian
dewan asatidz maupun penerimaan santri dalam memahami pelajaran, maka
pesantren mengelompokkan para santri dengan sistem kelas dan tingkat
kemampuan santri. Penentuan dan pengelompokan santri digambarkan oleh
Abdurro’uf (yang merupakan dewan asatidz dan penasehat) sebagai berikut
(8/08/2018, 17.00):
“Untuk menentukan kelas dan kitab kuning yang akan dipelajari oleh
santri, maka setelah penerimaan santri baru akan diadakan tes masuk, yang
mana tes bertujuan untuk mengukur kemampuan awal dan kemudian
penempatan kelas yang akan diduduki.”
Lebih jelasnya kurikulum di pondok pesantren Darussalam Gebugan tahun
2018 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Jadwal Pengampu PPDG Tahun 2018
Kelas Mata Pelajaran Pengampu
68
(Asatidz)
ULA 1 Do’a
Yan’bua 1-4
Tarikh
Imla’
Fasholatan
Ines
Delta, Asa
Shobirin
Dian, Riza
Umah, Wulan
ULA 2 Alala
Ro’sun
Fasholatan
Imla’
Yan’bua 5-7
Tedi
Mahmudi
Uamah, Wulan
Dian, Riza
Siska, Rika
ULA 3 Tamrinatul Atfal
Tambihul M
Mabadi ½
Bahasa Arab
Sifaul Jinan
Al-Qur’an
Shobirin
Syaifudin
Evi
Laila
Soraya
Duha
ULA 4 Shorof Awal
Jurumiyah
Tahfatul Atfal
Mabadi ¾
Aqidatul Awam
Bahasa Arab
Choiri
Miftakhudin
Neng Lely
Afifah
Lin
K. Mail
WUSTO 1 Durotul Yatimah
Riyadhol Badi’ah
Washoya
Arbain Nawawi
Sulam Taufik
Tasrif
Choiri
Mustofa
K. mail
Evi
Ibu Siamti
P Imam
WUSTO 2 Fathul Qorib
Al Imriti
I’rob
Targhib
Ta’lim Muta’alim
Maqsud
P Imam
Samsul
P Rouf
P Kartono
K. Yusuf
K. Bidin
Bersambung…
69
Sambungan…
WUSTHO 3 I’lal
Bulugul Marom 1
Alfiyah 1
Fathul Mu’in 1
Juwahirul K
Syaifudin
P Kartono
P Rouf
P Latif
Gus Sholah
ULYA 1 Bulughul Marom 2
Alfiyah 2
Fatkhul Mu’in 2
Masa’ilul Marom 2
Bidayatul Bidayah
P Wari
Gus Sholah
Mustofa
Neng Lely
P Karim
ULYA 2 Bukhori
J Magnum
Munhajul A
(sumber: dokumentasi PP Darussalam Gebugan, 2018)
Jadwal harian terbagi dalam jadwal aktifitas santri MI, jadwal aktifitas
santri SMP, jadwal aktifitas santri SMK.
Tabel 4.3 Jadwal Aktivitas Santri MI PPDG Tahun 2018
NO WAKTU KEGIATAN
1 04.00-04.30 Bangun tidur dan persiapan sholat subuh
2 04.30-05.00 Sholat subuh dan ngaji
3 05.00-06.00 Persiapan sekolah
4 06.00-06.30 Sarapan dan berangkat sekolah
5 06.30-13.00 Sekolah formal
6 13.00-14.00 Makan siang
7 14.00-14.30 Istirahat
8 14.30-15.00 Mandi dan persiapan sholat asyar
9 15.00-15.30 Sholat asyar dan persiapan sekolah madin
10 15.30-17.30 Sekolah madin
11 17.30-17.45 Makan sore
12 17.45-18.00 Persiapan sholat maghrib
13 18.00-19.00 Sholat maghrib dan ngaji
14 19.00-19.15 Sholat isya’
15 19.15-20.30 Belajar bersama
16 20.30-22.00 Istirahat
17 22.00-04.00 Tidur
(sumber: dokumentasi PP Darussalam Gebugan, 2018)
Tabel 4.4 Jadwal Aktivitas Santri SMP PPDG Tahun 2018
NO WAKTU KEGIATAN/AKTIVITAS SANTRI
70
1 04.00-04.30 Persiapan sholat subuh berjamaah dan mengaji
2 04.30-05.00 Sholat subuh berjamaah dan mengaji
3 05.00-05.30 Belajar bersama
4 05.30-06.00 Mandi pagi
5 06.00-06.30 Makan pagi dan persiapan untuk berangkat
sekolah
6 06.30-07.00 Berangkat sekolah
7 07.00-13.45 Sekolah umum
8 13.45-14.30 Istirahat dan makan siang
9 14.30-15.00 Mandi, persiapan sekolah madin dan sholat
ashar berjamaah
10 15.00-15.30 Sholat berjamaah dan sekolah madrasah
diniyah
11 15.30-17.00 Sekolah madin (Madrasah Diniyah)
12 17.00-17.45 Makan sore
13 17.45-18.00 Persiapan sholat maghrib berjamaah
14 18.00-19.00 Sholat berjamaah dan ngaji malam
15 19.00-19.15 Sholat isya’ berjamaah
16 19.15-20.30 Belajar bersama
17 20.30-22.00 Istirahat
18 22.00-04.00 Tiket mimpi
(sumber: dokumentasi PP Darussalam Gebugan, 2018)
Tabel 4.5 Jadwal Aktivitas Santri SMK PPDG Tahun 2018
NO WAKTU AKTIVITAS SANTRI
1 03.00-03.45 Bangun, pesiapan
2 03.45-subuh Pembacaan asmaul husna
3 Ba’da subuh-06.00 Ngaji Al-Qur’an, al Kitab dan belajar wajib
4 00.30-07.00 Berangkat sekolah (pakaian rapi dan berpeci)
5 07.00-14.00 Sekolah SMK
6 Ba’da ashar + 30 menit Belajar Madin
7 Ba’da maghrib Ngaji Al-Qur’an dan sorogan kitab
8 Ba’da isya’ Sekolah madin
9 Menyesuikan + 30
menit
Kajian kitab ihya’ulumuddin dan belajar
mapel SMK
10 Menyesuaikan Mujahadah malam
1. Jadwal yang belum termaktub akan dicantumkan dikemudian hari
2. Jadwal bisa berubah sesuai dengan kebijakan murobbi
3. Untuk kegiatan yang belum paham/ijin kegiatan hubungi murobbi
Murobbi
7. Model Pembelajaran Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun
2018
71
Dalam pelaksanaan pembelajaran pondok pesantren Darussalam
menggunakan model pembelajaran salafi ala pesantren, namun pesantren juga
menggunakan model pembelajaran klasikal dalam tingkat madrasahnya.
Sesuai dengan hasil observasi peneliti tentang model pembelajaran yang
digunakan di Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun 2018 adalah
sebagai berikut:
a. Klasikal
Pada perkembanganya pondok pesantren sudah banyak yang
menggunakan model pembelajaran klasikal (madrasi) yaitu dengan
membentuk suatu madrasah dengan membagi menjadi beberapa kelas.
Model klasikal ditetapkan di Pondok Pesantren Darussalam Gebugan
Tahun 2018 ini dengan membentuk madrasah yang terdiri dari 9 kelas
(lihat tabel 4.2). Sesuai dengan pengamatan, proses pembelajaran
madrasah berlangsung secara sistematis karena semua santri sebelumnya
sudah mempersiapkan materi yang akan diajarkan oleh ustadz/ustadzah.
Sistem klasikal diterapkan dalam pendidikan pondok pesantren yang
kegiatan/pembelajaranya berlangsung setelah (bakda) sholat ashar sampai
dengan selesai. Dilaksanakanya pembelajaran setelah ashar karena
mempertimbangkan beberapa hal, menurut paparan Samsul Hadi selaku
ketua/lurah pesantren putra sebagai berikut:
1) Sebagian santri menempuh pendidikan formal/umum di luar pondok
pesantren yang keseringan selesainya sampai sore.
72
2) Melihat waktu sore sampai malam santri dapat fokus dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran madrasah dikarenakan suasana pedesaan yang
sangat tenang.
3) Memberikan kesempatan kepada santri untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler bagi yang sekolah formal.
4) Sebagian ustadz/ustadzah masih mengikuti pembelajaran formal dan
masyarakat kampung sekitar yang memiliki waktu luang pada sore hari
maupun malam hari.
b. Bandongan
Bandongan yang dalam pembahasan di depan disebut juga dengan
istilah wetonan, yaitu hampir menyerupai halakoh akan tetapi di Pondok
Pesantren Darussalam Gebugan metode ini lebih dikenal dengan sebutan
bandongan. Pelaksanaan metode ini digambarkan oleh ustadz Abdurro’uf
sebagai berikut:
“pelaksanaan metode bandongan adalah dengan cara ustadz membaca
kitab kuning yang biasanya pada tingkat mriti (wusto awal), dimana
santri menyimak serta memaknai/ngesai/menuliskan arti pada kitab
kuning sesuai dengan yang dibaca oleh ustadz, terkadang ustadz juga
menjelaskan hal-hal yang sekiranya sulit untuk dipahami oleh para
santri.”
c. Sorogan
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa metode sorogan adalah dengan
cara santri maju satu persatu dihadapan ustadz untuk membaca kata dalam
kitab dan dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian ustadz
menyimak dan membenarkan apabila ada kesalahan. Dalam pelaksanaan
73
metode ini Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun 2018 dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
“Para santri berbaris dengan lurus dan rapi dihadapan ustadz/ustadzah,
kemudian satu persatu secara bergiliran menghadap agar lebih dekat
jaraknya dengan ustadz maupun ustadzah tersebut, kemudian santri
membaca Al-Qur’an maupun kitab kuning, sedangkan ustadz/ustadzah
menyimak dengan seksama, apabila santri membaca ayat-ayat Al-Qur’an
dan teks kitab salah ataupun kurang benar seorang ustadz
membenarkanya.”
Menurut Dian Retnowati (salah satu santri putri) (18/08/2018)
penerapan metode sorogan sangatlah membantu dalam memulai membaca
kitab untuk mencapai taraf awal latihan membaca dan memahami Al-
Qur’an maupun kitab kuning secara benar.
d. Hafalan (mukhafadloh)
Metode hafalan juga termasuk metode pembelajaran yang diterapkan
di Pondok Pesantren Darussalam Gebugan, metode hafalan diterapkan
kepada para santri dalam menghafal bait-bait nadhoman kitab-kitab
(nahwu, shorof, tajwid) yang kemudian disetorkan di depan ustadz pada
pelajaran yang ditentukan sesuai dengan tingkatan kelasnya. Biasanya
penyetoran hafalan akan dilaksanakan pada tiap-tiap minggu, khususnya
nahwunya.
e. Pasaran/Kilatan
74
Metode pembelajaran kilatan diterapkan di Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan hanya pada bulan Ramadhan saja. Dalam
pelaksanaannya metode ini tidak hanya diikuti oleh para santri pondok
pesantren saja melainkan dari sekitar pondok pesantren yang sering
disebut dengan santri pasan.
Menurut keterangan salah satu ustadz bahwa metode kilatan ini
diterapkan di Pondok Pesantren Darussalam Gebugan setiap satu tahun
sekali yakni hanya pada saat bulan Ramadhan saja. Pada metode ini santri
yang mengikuti pembelajaran tidak hanya santri yang mukim di pondok
pesantren saja namun juga santri pasan yaitu santri yang datang pada bulan
Ramadhan dan biasanya mereka datang ke pesantren dua hari sebelum
Ramadhan tiba. Kitab yang diajarkanpun tidak seperti kitab-kitab yang
diajarkan pada hari-hari biasanya melainkan ada kitab khusus yang hanya
diajarkan pada saat bulan Ramadhan yang biasanya kitab tersebut tidaklah
begitu tebal,karena harus katam pada saat itu juga, penentuan kitab yang
dipelajari kondisional sesuai dengan dawuh kyai.
8. Evaluasi Pembelajaran Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun
2018
Dalam rangka untuk mengetahuai hasil dari tujuan pembelajaran yang
diharapkan dan sesuai dengan tingkat kemampuan santri dalam penguasaan
keilmuan yang diajarkan, maka melalui musyawarah dewan asatidz
75
menetapkan adanya evaluasi Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun
2018 telah terencana secara sistematis.
Evaluasi juga diadakan dengan mengadakan berbagai macam perlombaan
pada akhir tahun ajaran yaitu pada prakhaflah/sebelum akhirussanah
berlangsung. Kegiatan ini diselenggarakan selain untuk mengetahui
kemampuan santri dalam menguasai materi juga sebagai refresing ketegangan
setelah mengikuti tes.
9. Manajemen Personalia Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun
2018
Manajemen personalia adalah teknik atau prosedur yang berhubungan
dengan pengelolaan sumber daya manusia (SDM) di dalam suatu organisasi.
Pengelolaan dan pendayagunaan personalia sekolah/madrasah, baik tenaga
edukatif maupun tenaga administratif secara efektif dan efisien banyak
tergantung pada kemampuan kepala sekolah/madrasah baik sebagai manajer
dan pemimpin pada lembaga pendidikan tersebut. (Suryosubroto, 2004: 86).
Berdasarkan penjelasan tentang pengertian manajemen personalia ini,
Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun 2018, memiliki sistem
kepengurusan sebagai berikut:
a. Pengurus Pondok Pesantren Darussalam
Pengurus pondok pesantren Darussalam berada di bawah Yayasan
Darussalam Bergas yang dipimpin oleh KH. Murodi yang mampu
melakukan tanggung jawab sesuai dengan jabatan yang sudah dipegang.
Dalam pengadaan staf pengurus pondok pesantren Darussalam Gebugan
76
Tahun 2018 menentukan dan memilih santri yang akan masuk dalam
dewan pengurus melalui beberapa faktor kecakapan antara lain:
1) Santri lebih mahir dalam bidang keilmuan.
2) Kepribadian santri yang sangat baik.
3) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif tanpa perlu
ditanyakan lagi. Pengurus yang mampu mengkomunikasikan pikiran,
perasaan, ide, perhatian dan keinginanya akan lebih mampu untuk
menghindari konflik, bernegosiasi, dan berkolaborasi.
4) Pengurus mampu bersikap adil, harus berhias diri dengan menunaikan
seluruh kewajiban, dan keutamaan, dan menghindarkan diri dari segala
kemaksiatan dan hal-hal yang merendahkan, serta terbebas dari segala
hal yang dapat merusak kewibawaan seorang pengurus.
Untuk lebih mengetahui pengurus pondok pesantren Darussalam Bergas,
penulis menyusun daftar nama pengurus sebagai berikut:
Tabel 4.6 Pengurus PPDG Masa Bakti 2018-2019
Jabatan Putra Putri
Pengasuh KH. Syamsudin
KH. Murodi
Hj. Nur Mu’awanah
Pelindung gus Sholah Mukoddam Hj. Laili Barorotul M
Penasehat Mahasin
Abdurro’uf
Syiyamti
Ketua Samsul Hadi Nur Afifah
Wakil Rasmat Ismail Dian Retnowati
Sekertaris Zainal Abidin
Muhammad Nur Dhuka
Rika Ristiawati
Dwi Kumorowati
Bendahara Muhamad Berlin Setiaji
Rizky Wahyu Perdede
Anggun Wulandari
Riza Fitriana Zahro
Seksi-seksi
Pendidikan Ahmad Choiri
Ahmad Syaifudin
Eviya Afidatus Zaena
Siska Fitriani
77
Muhammad Sobirin Nurul Bhasiroh
Keamanan Tedi Ubud Ubudin
Nur Mahmudi
Wasibun Naja
Putri Delta Sari
Soraya Dewi Anggrani
Nur Shoimah
Kebersihan Rifki Munadi
Yaenal Arifin
Muhammad Sofyan
Afifatul Umah
Qoni’atun Nadzifah
Fatwatul Karomah
Kesehatan Ahmad Muafik
Muhammad Sholihun H
Muhammad Roisun M
Siti Rofiqoh
Uji Selfia Karlina Ermi
Inventaris Abdul Jalil
Zunanto
Asa Pratiwi
Nurul alfiyah
Murobbi MI Zainal Arifin
Wawan Kurniawan
Muhammad Sofyan
Putri Delta Sari
Siti Musyarofah
Murobbi SMP Tedi Ubud Ubudin
Muhammad Sobirin
Muhammad Nur Dukha
Qoniatun Nadzlifah
Santi Fitria Sari
Murobbi SMK Imamul Muttaqi
Samsul Hadi
Siska Fitriani
Rika Ristiawati
Murobbi Ma’had Ahmad Sholeh
Imam Sya’roni
(sumber: dokumentasi PP Darussalam Gebugan, 2018)
b. Keadaan Ustadz
Dalam pelaksanaan rekrutmen ustadz baru ini memiliki berbagai
kegiatan yang di lakukan yaitu:
1) Pembentukan panitia rekrutmen ustadz baru
Sebuah strutur kepanitiaan sangatlah penting dalam pelaksanaan
sebuah kegiatan. Penetapan struktur kepanitiaan yang baik adalah yang
mampu mengantarkan suatu badan tertentu kepada suatu tujuan
kebijakan yang diambil. Disamping itu juga dapat mengatur hubungan
antara atasan dan bawahan.
Pembentukan panitia rekrutmen ustadz baru di pondok pesantren
Darussalam Gebugan dibentuk untuk memperlancar proses rekrutmen.
Yang menentukan siapa saja yang menjadi panitia rekrutmen ustadz
78
baru adalah ketua yayasan dan pengurus bagian personalia. Susunan
kepanitiaan rekrutan ustadz baru di pondok pesantren Darussalam
Gebugan terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota yang berjumlah 5
orang.
2) Penyebaran pengumuman penerimaan ustadz baru
Sumber-sumber yang digunakan untuk pengumuman penerimaan
ustadz baru di pondok pesantren Darussalam Gebugan adalah dengan
cara menggunakan papan pengumuman dan majalah, brosur dan lain
sebagainyan.
3) Penerimaan lamaran ustadz baru
4) Seleksi lamaran ustad baru
5) Penempatan tugas sesuai dengan bidangnya
Dalam pelaksanaan seleksi tahap-tahap yang yang digunakan
adalah:
a) Pengisian formulir lamaran
b) Seleksi administrasi
c) Wawancara kerja
d) Tes seleksi, meliputi : Tes pengetahuan dasar keislaman, tes
psikologi
Sedangkan dalam pengadaan staf pengajar sebagai dewan guru/ustadz
pondok pesantren Darussalam Gebugan menentukan dengan beberapa
kecakapan atau kriteria antara lain:
79
1) Memiliki kemampuan yang mahir dalam pelajaran yang akan
diajarkan.
2) Sepenuhnya mendapat restu/dawuh dari Kyai.
3) Telah menempuh pendidikan madrasah diniyah setidaknya sampai
tingkat wustho 3 (aliyah).
Dalam pembinaan dan peningkatan sumberdaya manusia (dewan
ustadz/ustadzah) pondok pesantren Darussalam Gebugan, memberikan
kesempatan pada setiap ustadz mengikuti kajian dengan metode
bandongan dan pendidikan madrasah tingkat atas. Adapun jumlah
ustadz/ustadzah adalah 35 orang, adapun perincianya sebagai berikut:
Tabel 4.7 Keadaan Guru/Ustadz PPDG Tahun 2018
No Nama Jumlah Hari
Mengajar
Jumlah Mata
Pelajaran
1 Ines 3 1
2 Delta 3 1
3 Asa 3 1
4 Shobirin 4 2
5 Dian 5 1
6 Riza 5 1
7 Umah 4 1
8 Wulan 4 1
9 Tedi 3 1
10 Mahmudi 2 1
11 Siska 2 1
12 Rika 2 1
13 Syaifudin 4 2
14 Evi 4 2
15 Laili 1 1
16 Soraya 2 1
17 Duha 3 1
18 Choiri 4 2
19 Miftakhudin 2 1
80
20 Lely 4 2
21 Afifah 2 1
22 Lin 2 1
23 K. Mail 4 2
24 Mustofa 5 2
25 Siamti 2 1
26 Imam 4 2
27 Samsul 2 1
28 Ro’uf 5 2
29 Kartono 4 2
30 Yusuf 2 1
31 Bidin 2 1
32 Latif 3 1
33 Sholah 5 2
34 Wari 2 1
35 Karim 2 1
(sumber: dokumentasi PP Darussalam Gebugan, 2018)
Dari data dewan ustadz/ustadzah di atas perlu diketahui bahwa tidak
semua ustadz mukim di pondok pesantren melainkan ada beberapa
ustadz/ustadzah yang berasal dari masyarakat sekitar pesantren dan juga
alumni pondok pesantren.
10. Manajemen Peserta Didik
Dari penjelasan arti manajemen peserta didik pada bab dua dapat dipahami
bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik, dari
mulai masuk pada lembaga penyelengara pendidikan madrasah/pesantren
sampai dengan mereka lulus, dengan cara memberikan layanan sebaik
mungkin kepada peserta didik. Yang memiliki tujuan mengatur kegiatan-
kegiatan peserta didik agar menunjang proses pembelajaran, sehingga dapat
belajar lancar, tertib dan teratur, serta dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
81
Dalam penerimaan peserta didik baru pondok pesantren Darussalam
Gebugan tidak menentukan dan mengharuskan pada setiap tahun ajaran baru,
namun jika ada santri yang menghendaki untuk mendaftar baik pada awal
maupun pertengahan tahun ajaran, pesantren tetap menerimanya. Dalam
penentuan kelas dan kitab yang akan diikuti santri tersebut harus mengikuti tes
seleksi yang diampu oleh dewan ustadz terlebih dulu, dan apabila ada calon
santri yang datang pada pertengahan tahun ajaran maka santri tersebut harus
berada pada kelas di bawahnya.
Santri pondok pesantren Darussalam Gebugan, sebagian besar merupakan
santri yang menempuh pendidikan pesantren juga mengikuti jenjang
pendidikan formal di lembaga-lembaga pendidikan umum yakni Madrasah
Ibtidaiyah (MI) sebanyak 50 anak, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sebanyak 123 anak, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 69 anak
dan Perguruan Tinggi sebanyak 35 anak. Santri yang hanya mengikuti
pembelajaran pondok saja ada sekitar 26 santri baik laki-laki maupun
perempuan.
Meskipun santri terikat pada pendidikan pesantren namun para santri yang
mengikuti kegiatan pendidikan formal mendapatkan ijin untuk mengikuti
kegiatan yang diselenggarakan pada pendidikan formal tersebut secara penuh,
baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, untuk memperlancar
pembelajaran pesantren dengan beberapa catatan:
82
a. Setiap santri memberikan keterangan kepada dewan asatidz apabila
mengikuti ekstrakurikuler pada sekolah formal yang mengganggu keikut
sertaan dalam mengikuti kegiatan pendidikan di pondok pesantren.
b. Setiap santri harus aktif dalam mengikuti kegiatan di dalam pondok
pesantren.
83
Tata Tertib PPDG Tahun 2018
1. Kewajiban Santri
a. Bertaqwa kepada Allah SWT baik di dalam maupun di luar
pesantren
b. Menjaga nama baik pesantren
c. Mengikuti sholat jama’ah setiap waktu dan sholawatan bagi
santriwati yang udzur
d. Mengikuti kegiatan madrasah diniyah
e. Mengikuti kajian Al-Qur’an dan kitab kuning baik sorogan
maupun bandongan
f. Mengikuti kegiatan ekstra yang meliputi:
1) Mujahadah lailiyah
2) Yasinan malam jum’at
3) Dibaiyah malam jum’at
4) Muhafadhoh hari jum’at
5) Khitobah malam ahad
6) Simakan Qur’an hari ahad
g. Menjaga kebersihan lingkungan pesantren dan mengikuti kerja
bakti setiap hari jum’at dan hari-hari yang ditentukan
h. Meminta ijin kepada pengurus atau pengasuh ketika keluar masuk
pesantren
i. Untuk ijin pulang penjemput harus sowan lengsung ke pengasuh
j. Mengabdi minimal satu tahun setelah tamatan atau tahtiman
k. Mendaftarkan diri selambat-lambatnya 3x24 jam (3 hari) setelah
sampai di pesantren
l. Menbayar i’anah syahriyah tepat waktu
2. Larangan Santri
a. Membawa alat elektronik atau HP
b. Belanja di luar pesantren
c. Keluar masuk pesantren tanpa ijin pengurus atau pengasuh
d. Berbuat gaduh disaat ada kegiatan belajar mengajar
e. Merayakan acara-acara non Islami seperti valentine, tahun baru
masehi, dll
f. Menemui tamu setelah maghrib tanpa seijin pengurus atau
pengasuh
g. Dilarang mencuri barang yang bukan miliknya
3. Sanksi
Santri yang melanggar akan dikenai:
a. Peringatan lisan
b. Peringatan tertulis
84
c. Pemberian takzir yang sesuai dengan tingkatan kekhilafan
d. Di sowankan ke ndalem
e. Pemanggilan orang tua atau wali santri
4. Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum termasuk dalam tata tertib akan diatur kemudian
Gebugan, 15 Syawal 1439 H
Pengasuh Ponpes Darussalam
KH. MURODI
(sumber: dokumentasi PP Darussalam Gebugan, 2018)
11. Manajemen Sarana Prasarana Pondok Pesantren Darussalam Gebugan
Tahun 2018
Manajemen sarana prasarana adalah suatu kegiatan bagaimana mengatur
dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Berdasarkan
teori tentang pengertian manajemen sarana prasarana ini pondok pesantren
Darussalam Gebugan memiliki sarana prasarana sebagai pendukung
terlaksananya pendidikan yang diselenggarakan berjalan secara efektif dan
efisien sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai yakni meliputi: 1
mushola,6 ruang kelas, 1 lokal aula pertemuan, 2 lokal ruang ustadz, 1 lokal
ruang administrasi/TU, 8 lokal kamar tidur putra, 11 lokal kamar tidur putri, 2
lokal gudang, 1 koperasi pesantren, 7 toilet putra, 6 toilet putri, 2 kamar UKS,
1 lokal aula pusat kegiatan, 1 unit komputer, 1 unit TV, 2 set alat
rebana,halaman pesantren.
a. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darussalam Gebugan
85
Dalam pengadaan sarana dan prasarana pondok pesantren Darussalam
Gebugan adalah keputusan dewan asatidz yang diperoleh melalui
musyawarah mufakat yang diadakan setiap akhir semester.
b. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Darussalam
Gebugan
Dalam pelaksanaan pengelolaan yang mencakup perawatan dan
penggunaan sarana dan prasarana dibedakan menjadi dua kategori, yakni:
1) Sarana prasarana elektronik
Sarana dan prasarana elektronik merupakan sarana yang
sepenuhnya dalam perawatan dan penempatanya khusus di ruang
kantor dewan pengurus, namun dalam penggunaan sarana prasara ini
tidak hanya untuk dewan pengurus namun santri juga diperbolehkan
dengan prosedur penggunaan yang ditetapkan dewan pengurus.
Menurut pemaparan Ina Khaerunnisyah (santri putri) (11/08/2018
20.30) adalah:
“Santri diperbolehkan untuk menggunakan sarana elektronik yang
ditempatkan di ruang pengurus tetapi dengan beberapa ketentuan,
misalkan menggunakan HP/Laptop ketika ada tugas dari sekolah
namun harus dengan ijin dan diawasi pengurus, diperbolehkan
menggunakan setrika dan juga menonton TV pada hari libur (hari
jum’at).”
2) Sarana dan prasarana non elektronik
Sarana dan prasarana non elektronik pondok pesantren Darussalam
Gebugan meliputi 6 ruang kelas, 1 lokal aula pertemuan, 2 lokal ruang
ustadz, 1 lokal ruang administrasi/TU, 8 lokal kamar tidur putra, 11
lokal kamar tidur putri, 2 lokal gudang, 1 koperasi pesantren, 7 toilet
86
putra, 6 toilet putri, 2 kamar UKS, 1 lokal aula pusat kegiatan. Dalam
penggunaanya sepenuhnya berlaku untuk semua masyarakat pondok
pesantren baik dewan pengurus maupun para santri, namun dalam
perawatan sarana dibentuk daftar piket yang bertujuan agar perawatan
berjalan secara efektif dan efisien
12. Manajemen Anggaran Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam
Gebugan
Tidak bisa dipungkiri berjalanya sebuah lembaga sangat dipengaruhi oleh
adanya pendanaan dan manajemen keuangan yang baik. Dalam hal ini podok
pesantren Darussalam Gebugan berusaha mengatur keuangan dengan baik,
sehingga dengan manajemen keuangan yang baik tersebut mampu mencukupi
kebutuhan santri baik dari fasilitas sarana dan prasarana maupun kebutuhan
lain dalam menjalankan kegiatan di pondok pesantren. Tugas dari bendahara
pondok sendiri ialah:
a. Membuat program kerja bendahara
b. Ikut merencanakan rencana anggaran belanja bersama pihak terkait
setiap awal tahun, dari rencana anggaran tersebut sudah bisa terbaca
kebutuhanya, besar anggaranya, iuran dari santri dikali dengan jumlah
yang harus dibayar dan penggunaanya sudah dirapatkan.
c. Membuat laporan pertanggungjawaban keuangan kepada pengasuh
pondok pesantren.
87
Dalam mengatur keuangan pondok pesantren tentunya ada beberapa
hambatan yang ditemui, yang lebih dominan yakni santri yang terlambat
membayar mengakibatkan pemasukan menjadi berkurang
13. Manajemen Hubungan Masyarakat Pondok Pesantren Darussalam
Gebugan
Dalam upaya meng-optimalkan semua kegiatan pendidikan pondok
pesantren maka semua kegiatan selain mendapat dukungan dari semua elemen
yang ada dalam pesantren maka pesantren juga harus mendapatkan dukungan
dari masyarakat sekitar pesantren. Pondok pesantren Darussalam Gebugan
memiliki hubungan yang sangat erat dengan masyarakat baik dari pengasuh,
pengurus, dewan asatidz maupun santri, hal ini terlihat dari antusias warga
dalam mendukung semua kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pondok
pesantren seperti pengajian dengan metode bandongan pada bulan ramadhan,
pengadaan haflah akhirussanah.
Hal ini disampaikan oleh Ina Khoirunnisyah (salah satu santri putri)
sebagai berikut (11/08/2018 21.30):
“Hubungan dengan masyarakat cukup baik, karena biasanya santri
membudidayakan menyapa ketika berpapasan dengan warga sekitar
pondok pesantren. Bekerja sama dengan warga sekitar dalam
pembangunan pondok pesantren, warga juga ada yang bekerja di pondok
pesantren (laundry), ada juga yang menitipkan daganganya di pondok
pesantren.”
Keharmonisan antara semua elemen pondok pesantren dan masyarakat
sekitar dapat tercapai karena keberadaan pondok pesantren berada di tengah-
tengah pemukiman warga tanpa adanya pagar yang memisahkan antara rumah
penduduk dan pondok pesantren.
88
14. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pendidikan
Pondok Pesantren Darussalam Gebugan
Dalam setiap pelaksanaan lembaga pendidikan baik sekolah formal
maupun pendidikan nonformal seperti pesantren pasti menghadapi banyak
faktor baik yang mendukung maupun faktor yang menghambat terlaksananya
program-program dan proses pendidikan, berkaitan dengan ini kegiatan
pendidikan pondok pesantren Darussalam Gebugan juga menghadapi hal
demikian.
Menurut ustadz Samsul Hadi (lurah/ketua pondok) 8/08/2018 22.00 WIB,
faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan pondok pesantren dibedakan
menjadi dua yakni pengaruh internal dan pengaruh eksternal yaitu:
a. Faktor internal meliputi
1) Kedisiplinan semua santri dikoordinir dengan sepenuh hati oleh dewan
pengurus.
2) Setiap kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan waktu yang tidak
bersamaan dengan pelaksanaan pendidikan formal yaitu bagi para
santri yang mengikuti.
3) Pendidikan madrasah dilaksanakan pada sore hari, sehingga santri
yang mengikuti pendidikan formal dapat beristirahat sebelum
pembelajaran dimulai.
b. Faktor eksternal meliputi
89
1) Pondok pesantren bertempat di area yang sejuk meskipun di tengah-
tengah pemukiman penduduk.
2) Faktor lingkungan yang sebagian besar masyarakatnya muslim,
sehingga kecintaan terhadap santri sangat baik yang mengakibatkan
santri semangat dalam belajar di pondok pesantren.
3) Letak pondok pesantren berada jauh dari jalan raya dan pusat
keramaian, sehingga berpengaruh terhadap kedisiplinan santri dalam
mengikuti setiap kegiatan pelajaran karena jika akan bepergian
meninggalkan pesantren (bolos) menjadi malas.
4) Bendahara pondok dapat melaksanakan program kerjanya dengan
baik, adanya pencatatan serta bukti pengeluaran dan pemasukan
anggaran . pembiayaan tergolong murah dengan fasilitas yang
mendukung dan adanya toleransi pembayaran.
5) Adanya kerjasama yang baik antara pengurus dan santri dalam
mengelola sarana dan prasarana yang ada.
Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan di
pondok pesantren Darussalam Gebugan menurut Rasmat Ismail (wakil)
11/08/2018 19.45 WIB meliputi:
1) Motifasi santri yang heterogen, misalnya santri memiliki niat awal
sekolah formal (sekolah nyambi mondok) yang berakibat pada kurang
tekun dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pembelajaran tertentu.
2) Fasilitas pendukung proses pembelajaran sepenuhnya belum
mencukupi seperti komputer sebagai pengembangan life skill santri.
90
3) Masih ada santri yang masih telat membayar iuran dan tanpa
konfirmasi kepada pihak terkait sehingga dalam pelaksanaan program
kerja kadang terhambat.
B. Analisis Data
1. Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Darussalam Gebugan
a. Kurikulum Pondok Pesantren Darussalam Gebugan
Telah disebutkan pada tabel 4.2 tentang kitab-kitab yang dipelajari
pada pendidikan pondok pesantren Darussalam Gebugan tahun 2018,
sesuai dengan masing-masing tingkatan kelasnya. Sesuai dengan sebutan
sebagai pondok pesantren salaf namun memberikan kelonggaran bagi para
santri untuk mengikuti pendidikan formal di luar pondok pesantren. Di
dalam pondok pesantren Darussalam Gebugan sama sekali tidak
memasukkan kurikulum yang bersifat umum seperti mata pelajaran yang
diselenggarakan pada sekolah formal.
Dapat dilihat dari susunan mata pelajaran yang sistematis yaitu dari
tingkat yang mendasar baru kemudian dilanjutkan pada tingkatan
selanjutnya yang komposisi mata pelajaran lebih tinggi dan linier, menurut
Tim Pakar Universitas Negeri Malang, muatan kurikulum yang diterapkan
pesantren model ini merupakan bentuk correlated curriculum yang mana
kurikulumnya “menghendaki agar mata pelajaran satu dengan yang lainya
ada hubungan atau bersangkut paut meskipun batasan-batasan yang satu
dengan yang lainya masih dipertahankan” seperti pada keterangan hasil
91
penelitian diatas pada tabel 4.2 yang menggambarkan kajian kitab-kitab
tuhfatul atfal sampai fathul mu’ien.
Selain dari pada itu pada tingkat kelas ULA 2 mata pelajaran yang
diajarkan adalah kitab dasar sebagai pembentuk pola pikir dan perilaku
seperti kitab-kitab akhlak yang dipelajari yakni kitab Syarah Alala. Pada
tingkatan ULA 3 diajarkan kitab Sifaul Jinan, Tamrinatul Atfal, Tambihul
M.
b. Model Pembelajaran Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun 2018
Sebagai pondok pesantren salafi pondok pesantren Darussalam
Gebugan tahun 2018 yakni memiliki beberapa metode yang sesuai dengan
tujuan peneliti yang ingin mengetahui dan memaparkan bagaimana konsep
pengelolaan pendidikan yang diselenggarakan pondok pesantren
Darussalam Gebugan tahun 2018, yang mencakup metode atau model
pembelajaran yang diterapkan untuk menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran, dalam data hasil penelitian dipaparkan beberapa model
pembelajaran yang akan dibahas sebagai berikut:
1) Klasikal
Model pembelajaran klasikal ditetapkan untuk memudahkan materi
pembelajaran yang disesuaikan pada tingkatanya sehingga madrasah
yang terdiri dari sembilan kelas ini masing-masing kelas mempelajari
kitab sesuai dengan tingkatanya yakni kelas ULA 1 sebagai pemula.
Materi yang diberikan adalah materi yang paling mendasar dan juga
sebagai dasar pada materi berikutnya yang diajarkan di kelas atasnya.
92
Madrasah yang dilaksanakan setelah sholat ashar yang waktunya
hanya sekitar kurang lebih 50 menit setiap mata pelajaran, waktu ini
bukanlah waktu yang lama untuk proses pembelajaran, akan tetapi
dalam kenyataanya dapat terlaksana dengan efektif karena materi yang
akan dipelajari terlebih dulu sudah dipersiapkan oleh para santri,
sehingga ustadz bisa langsung menjelaskan, memberikan contoh dan
evaluasi.
Dalam pelaksanaanya metode klasikal yang diterapkan di pondok
pesantren Darussalam Gebugan setelah ashar dengan
mempertimbangkan beberapa hal diantaranya:
a) Sebagian santri menempuh pendidikan formal/umum di luar
pondok pesantren yang keseringan selesainya sampai sore.
b) Melihat waktu sore sampai malam santri dapat fokus dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran madrasah dikarenakan suasana
pedesaan yang sangat tenang.
c) Memberikan kesempatan kepada santri untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler bagi yang sekolah formal.
d) Sebagian ustadz/ustadzah masih mengikuti pembelajaran formal
dan masyarakat kampung sekitar yang memiliki waktu luang pada
sore hari maupun malam hari.
Alasan di atas merupakan komitmen dewan pengasuh, dewan
pengurus dan ustadz/ustadzah sehingga tercipta suasana pembelajaran
93
yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan harapan ustadz/ustadzah.
2) Bandongan
Metode bandongan adalah metode pembelajaran yang sifatnya
searah, karena posisi santri hanya sebagai penyimak dan pendengar,
tidak ada komunikasi yang aktif antara ustadz/ustadzah dengan santri,
namun dengan metode ini santri dapat belajar menulis bahasa jawa
dengan menggunakan bahasa arab yang lebih dikenan dengan sebutan
arab pegon, pada keterangan disetiap kata-kata dalam kitab yang
dipelajari sesuai dengan kemampuan santri.
3) Sorogan
Model pembelajaran sorogan ini diterapkan sebagai sarana belajar
Al-Qur’an dan mencari serta memahami tata bahasa dalam sebuah
kalimat kitab-kitab ulama klasik dinilai sangat efektif, karena dengan
metode ini dapat memberikan hasil yang sempurna bagi santri untuk
dapat membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwid (baik makhorijul
huruf, waqof dan panjang pendeknya bacaan) dan lancar, mengetahui
tata bahasa dan maksud dalam membaca kitab bahasa arab.
Dalam proses pelaksanaanya terdapat sebuah mata pelajaran yang
secara langsung menerapkan isi kitab ta’lim muta’alim yaitu mendidik
santri untuk senantiasa bersikap tawadlu’ (menghormati) terhadap
ustadz/ustadzah secara langsung. Selain itu juga diajarkan belajar
untuk bersabar dan disiplin, karena setiap santri harus bersabar dalam
94
menunggu giliran sesuai dengan urutanya. Dari sinilah dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode sorogan merupakan
model pembelajaran yang bersifat langsung secara individu, tidak
adanya perantara dengan santri-santri yang lain namun hanya individu
santri dengan ustadz.
4) Hafalan (mukhofadhoh)
Metode hafalan (mukhofadhoh) ini diterapkan dalam rangka untuk
memudahkan santri dalam mengingat-ingat materi pelajaran, terutama
pada kitab-kitab nahwu dan shorof yang memiliki bait-bait (nadhom-
nadhom) ringkasan dari isi kitab yang telah dipelajari sehingga akan
lebih mudah dalam memahaminya. Metode hafalan ini juga
dimaksudkan agar santri dapat melatih ingatan menjadi kuat dalam
mengingat materi-materi pelajaran dan sebagai upaya mendidik santri
dalam memanfaatkan waktu luang untuk menghafal. Dengan adanya
metode ini santri akan lebih semangat dalam menghafal pelajaran yang
nantinya sangat bermanfaat untuk dirinya.
5) Pasaran/Kilatan
Pelaksanaan model kilatan adalah seperti model bandongan, hanya
saja dalam metode kilatan santri dituntut harus khatam/selesai pada
waktu tertentu dan penerapanya juga pada waktu tertentu.
6) Tadarus dan Simaan Al-Qur’an
Meskipun sebagai pondok npesantren kitab pondok pesantren
Darussalam Gebugan juga mengembangkan kemampuan dalam belajar
95
Al-Qur’an, hal ini terbukti adanya beberapa santri yang telah hafal Al-
Qur’an (hafidz) dan santri yang sedang dalam proses menghafal.
Dalam kegiatan mingguan pesantren mengadakan kegiatan simaan Al-
Qur’an yang dibaca oleh santri yang sudah khatam, dan diikuti oleh
santri yang lain beserta masyarakat sekitar.
c. Evaluasi Pembelajaran Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun
2018
Evaluasi yang diterapkan pondok pesantren Darussalam Gebugan
tahun 2018 dapat dinilai sudah sistematis yaitu adanya evaluasi pada tiap
akhir semester, evaluasi ini khusus dalam pembelajaran dengan model
klasikal. Sedangkan dalam pembelajaran yang lain seperti pembelajaran
dengan model sorogan dan bandongan untuk kitab-kitab fiqih, nahwu,
shorof serta Al-Qur’an pondok pesantren Darussalam menyelenggarakan
lomba-lomba diantaranya membaca kitab, tartil Al-Qur’an dan kaligrafi
yang diadakan sebelum akhirussanah berlangsung.
Dari uraian di atas tentang pembahasan manajemen kurikulum pondok
pesantren Darussalam Gebugan tahun 2018 bahwa telah memenuhi unsur-
unsur teori manajemen secara mendasar yang implementasinya untuk
mencapai tujuan dan visi misi pesantren.
2. Manajemen Personalia Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun
2018
Dalam pengelolaan sumber daya manusia yang memiliki prinsip sumber
daya manusia adalah komponen paling penting dalam menunjang
96
berlangsungnya kegiatan, baik pendidikan maupun keorganisasian lembaga
dan sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan
baik, sehingga menunjang tercapainya tujuan dari lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan.
a. Pengadaan Staf Pengurus
Dari paparan hasil penelitian dikemukakan bahwa perencanaan dan
pengadaan staf pengurus keorganisasian pondok pesantren Darussalam
Gebugan tahun 2018 menetapkan beberapa kecakapan yang harus dimiliki,
yaitu:
1) Santri lebih mahir dalam bidang keilmuan.
2) Kepribadian santri yang sangat baik.
3) Memiliki wibawa dalam mengasuh dan membimbing para santri yang
lain terutama terhadap adik-adik tingkatnya.
4) Santri mukim.
5) Santri harus mendapatkan restu dari romo kyai.
b. Pengadaan Staf Pengajar
Sama halnya dengan pengadaan staf pengurus pengadaan staf pengajar
pondok pesantren Darussalam Gebugan juga memiliki beberapa
kecakapan yang harus dimiliki oleh santri, yaitu:
1) Memiliki kemampuan yang mahir dalam pelajaran yang akan
diajarkan.
2) Sepenuhnya mendapat restu/dawuh dari Kyai.
97
3) Telah menempuh pendidikan madrasah diniyah setidaknya sampai
tingkat wustho 3 (aliyah).
c. Pelatihan dan Pengembangan Staf
Dalam pelatihan dan pengembangan staf baik staf pengurus maupun
staf pengajar pondok pesantren Darussalam Gebugan belum memiliki
program khusus pengembangan dan pelatihan. Namun dalam
pengembangan serta pelatihan ini dilakukan oleh masing-masing individu
sebagai staf dengan tetap mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan atas perintah pengasuh, yang dikhususkan untuk para staf
pengurus dan staf pengajar , seperti setiap ustadz/ustadzah mengikuti yang
langsung dari pengasuh. Staf pengurus dan staf pengajar masih
diperbolehkan mengikuti jenjang pendidikan madrasah diniyah yang
belum diselesaikan, sedangkan staf pengajar pelatihan dan
pengembanganya melalui kegiatan mengajar sesuai tingkat kemampuan
dan kelas yang diampunya. Dengan demikian para staf akan terus belajar
dan berusaha membenahi kekurangan-kekurangan sehingga menjadi
tenaga yang profesional sesuai kemampuan masing-masing individu.
3. Manajemen Peserta Didik Pondok Pesantren Darussalam Gebugan tahun
2018
Peserta didik yang merupakan sebyek dalam pembelajaran, hal ini
memberikan perhatian tersendiri bagi lembaga pendididkan sebagai
penyelenggara. Dalam manajemen peserta didik dari penerimaan santri baru
sampai pelepasan (akhirussanah) dalam pondok pesantren Darussalam
98
Gebugan tahun 2018 sesuai dengan paparan penelitian bahwa dalam
penerimaan santri tidak mengharuskan sesuai dengan tahun ajaran baru
melainkan setiap ada santri baru yang mendaftar kapanpun waktunya pasti
diterima dengan penuh ketulusan.
Karena santri membutuhkan pendidikan secara seimbang pondok
pesantren Darussalam Gebugan tahun 2018 memberikan kebebasan kepada
setiap santrinya untuk mengikuti pendidikan umum maupun pendidikan
agama. Namun hal tersebut harus sesuai dengan koridor yang sudah
ditetapkan oleh pondok pesantren. Dengan demikian pengeloalaanya baik
pengasuh, dewan asatidz dan pengurus memberikan kelonggaran kepada santri
dalam menempuh pendidikan ganda, yakni pendidikan formal dan pendidikan
pesantren. Pendidikan tersebut merupakan keduanya merupakan ilmu yang
harus dimiliki oleh santri dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Namun
setiap santri diwajibkan untuk mengikuti ketentuan dan aturan yang ditetapkan
oleh pengasuh melalui dewan pengurus.
4. Manajemen Sarana Prasarana Pondok Pesantren Darussalam Gebugan
Tahun 2018
Manajemen sarana prasarana yang merupakan penunjang
terselenggarakanya pendidikan di pondok pesantren Darussalam Gebugan
tahun 2018 yang mencakup perencanaan, pengadaan dan perawatan. Dalam
perencanaan, pengadaan dan perawatan pondok pesantren Darussalam
Gebugan mengadakan musyawarah yang melibatkan pengasuh dan pengurus
yang bertujuan untuk membentuk tim pelaksana dan pengawas. Dalam
99
musyawarah ini hanya merencanakan sarana dan prasarana yang bersangkutan
dengan pengadaan yang bersifat intern, yang dimaksud adalah pengadaan
yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat pondok pesantren yang
mencakup santri dan pengurus, dalam perencanaan ini sesuai paparan pada
paparan data di atas.
Sedangkan dalam perencanaan pengadaan sarana prasarana yang bersifat
umum,misalnya pembangunan masjid yang fungsinya digunakan oleh santri
dan masyarakat sekitar, perencanaanya dilaksanakan oleh pengurus, pengasuh
dan masyarakat dalam bentuk musyawarah.
Dalam pengadaan sarana prasarana pondok pesantren Darussalam
Gebugan tahun 2018 dilaksanakan sesuai dengan hasil perencanaan, yaitu
pengadaan harus disepakati oleh dewan asatidz, pengurus dan kemudian
disampaikan dan mendapatkan persetujuan oleh pengasuh. Pelaksanaanya
pada saat dibutuhkan namun secara agenda dilaksanakan pada akhir semester.
Kemudian dalam perawatan dan pengelolaanya berdasarkan keputusan
pengurus sebagai koordinator dan pengawas dalam semua kegiatan perawatan
dan pengelolaan.
Dari ketiga hal yang telah diselenggarakan mengenai manajemen sarana
prasarana tersebut telah sesuai dengan prinsip dasar manajemen sarana
prasarana, yaitu sebagai penunjang terselenggarakanya proses pendidikan
pesantren yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dicita-citakan oleh pesantren.
100
5. Manajemen Ketata Usahaan dan Tata Laksan Pendidikan Pondok
Pesantren Darussalam Gebugan.
Manajemen ketata usahaan pada pondok pesantren Darussalam Gebugan
mempunyai penjabaran tugas yang berbeda, tetapi tetap dalam bingkai
pekerjaan tata usaha meliputi rangkaian aktvitas menghimpun, mencatat,
mengelola, menggandakan, mengirim dan menyimpan keterangan-keterangan
yang diperlukan pondok pesntren dengan melaksanakan tugas pokok ketata
usahaan.
6. Menejemen Anggaran Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam
Gebugan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang
menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Dalam hal ini
Pondok Pesantren Darussalam Gebugan telah cukup mampu mengelola
keuangan dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan termenejnya keuangan
dari pemasukan sampai pengeluaran keuangan dengan baik dan selalu
diadakan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan. Sehingga
dengan manajemen keuangan yang baik tersebut dapat mencukupi kebutuhan
siswa baik dari fasilitas sarana dan prasarana maupun kehidupan yang lain
dalam kehidupan sehari-hari.
7. Manajemen Hubungan Masyarakat Pondok Pesantren Darussalam
Gebugan Tahun 2018
Dalam hubungan manajemen masyarakat pondok pesantren Darussalam
Gebugan tahun 2018 menetapkan koordinator dalam jajaran kepengurusan
101
yang fungsinya sesuai dengan visi pondok pesantren, yakni: “Mewujudkan
pondok pesantren yang mampu menghasilkan Sumber daya Manusia (SDM)
yang berkepribadian mulia, kreatif dan berwawasan luas yang dilandasi iman
dan takwa.” Sesuai dengan pengertianya manajemen hubungan masyarakat
yang dilaksanakan di pondok pesantren Darussalam Gebugan memiliki tujuan
seperti dalam hasil penelitian yang menitik beratkan pada keharmonisan
masyarakat, karena keharmonisan akan melahirkan kepedulian dan dukungan
yang dapat mengakibatkan semangat belajar santri dalam lingkungan yang
kondusif.
Dalam hubungan masyarakat, pondok pesantren Darussalam Gebugan
memiliki hubungan yang dapat dikatakan sangat baik , hal ini dapat dilihat
dari hubungan masyarakat yang membantu dan terlibat langsung dalam
pembangunan pondok pesantren, yang dikerjakan bersama-sama dengan
warga pondok pesantren. Namun tidak hanya itu saja, masyarakat juga
mempercayakan daganganya kepada santri untuk dikelola dan dijual di dalam
kantin pondok pesantren, ada juga warga yang membantu di dalam pondok
pesantren (laundry).
Dalam pengadaan kegiatan yang bersifat umum masyarakat sangat
berperan baik dalam menyumbangkan tenaganya, bahkan saat pelaksanaan
haflah akhirussanah yang diselenggarakan setiap akhir tahun ajaran.
8. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pendidikan di
Pondok Pesantren Darussalam Gebugan Tahun 2018
102
Dalam pelaksanaan pendidikan sangat mungkin baik lembaga sebagai
penyelenggara, pengasuh sebagai supervisi, ustadz/ustadzah sebagai
koordinator dan santri sebagai subyek, menemukan dan mengalami sesuatu
yang dapat menghambat dan mendukung di dalam pelaksanaan pendidikan.
Dari penemuan yang telah dipaparkan dalam paparan data di atas bahwa
faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan di pondok pesantren
Darussalam Gebugan tahun 2018 meliputi faktor internal (pesantren dan
masyarakat) dan faktor eksternal (lingkungan dan masyarakat). Sedangkan
faktor penghambat pelaksanaan pendidikan meliputi faktor-faktor yang secara
berkelanjutan dapat dikoordinir dan diminimalis oleh dewan pengurus sebagai
dewan koordinator.
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di pondok pesantren
Darussalam Gebugan tahun 2018, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Perencanaan pendidikan di pondok pesantren Darussaalam Gebugan meliputi:
a. Perencanaan kurikulum pondok pesantren Darussalam pertama-tama
menentukan mata pelajaran apa yang akan dipelajari santri kemudian
menentukan kelas yang nantinya kelas tersebut akan menjadi tingkatan
penentuan kitab yang akan dipelajari santri.
b. Manajemen personalia, dalam perekrutan ustadz/ustadzah melalui
beberapa tahapan, yakni: 1) pembentukan panitia 2) penyebaran brosur
lowongan 3) penerimaan lamaran 4) seleksi pelamar 5) penempatan tugas.
Ustadz harus mempunyai kecakapan: 1) kemampuan yang mahir terhadap
pelajaran yang akan diajarkan 2) mendapat restu dari kyai 3) menempati
kelas wustho 3.
c. Manajemen peserta didik dalam penerimaan santri pondok pesantren
Darussalam Gebugan tidak mengharuskan sesuai dengan tahun ajaran baru
namun santri yang mendaftar kapan pun akan tetap diterima dengan penuh
ketulusan.
104
d. Dalam pengadaan sarana dan prasarana pondok pesantren Darussalam
Gebugan merupakan keputusan dewan asatidz yang diperoleh melalui
musyawarah mufakat yang diadakan setiap akhir semester.
e. Manajemen ketata usahaan manajemen ketata usahaan pada pondok
pesantren Darussalam Gebugan mempunyai penjabaran tugas yang
berbeda, tetapi tetap dalam bingkai pekerjaan tata usaha
f. Dalam anggaran pendidikan pondok pesantren Darussalam merencanakan
rencana anggaran belanja yang dibutuhkan pondok pesantren selama satu
tahun kedepan.
g. Dalam hubungan manajemen masyarakat pondok pesantren Darussalam
menetapkan coordinator dalam jajaran kepengurusan yang fungsinya
sesuai dengan visi pondok pesantren.
2. Pengelolaan pendidikan pondok pesantren Darussalam Gebugan meliputi:
a. Kurikulum yang diterapkan adalah dengan menyelenggarakan pendidikan
dalam dua jenis metode, yaitu: metode pembelajaran ulama salaf dengan
metode bandongan, sorogan dan hafalan, serta metode pembelajaran masa
kini (kontemporer) yaitu pembelajaran dengan sistem klasikal seperti
dalam pembelajaran nahwu, tajwid, shorof, fiqih dan akhlak.
b. Usatdz/ustadzah masih diperbolehkan mengikuti jenjang pedidikan
madrasah diniyah yang belum diselesaikan, dengan demikian para
ustadz/ustadzah akan terus belajar dan membenahi kekurangan hingga
menjadi tenaga ahli yang profesional.
105
c. Memberikan kelonggaran santri dalam menempuh pendidikan ganda,
yakni pendidikan formal dan pendidikan pesantren.
d. Dalam perawatan sarana dan prasarana pondok pesantren Darussalam
Gebugan membentuk daftar piket agar perawatan berjalan secara efektif
dan efisien.
e. Manajemen ketata usahaan pada pondok pesantren Darussalam Gebugan
mempunyai penjabaran tugas yang berbeda, tetapi tetap dalam bingkai
pekerjaan tata usaha meliputi rangkaian aktvitas menghimpun, mencatat,
mengelola, menggandakan, mengirim dan menyimpan keterangan-
keterangan yang diperlukan pondok pesntren dengan melaksanakan tugas
pokok ketata usahaan.
f. Anggaran pendidikan dengan termenejnya keuangan dari pemasukan
sampai pengeluaran keuangan dengan baik dan selalu diadakan laporan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
g. Dalam hubungan masyarakat terjalin kerjasama yang sangat baik antara
dewan pengasuh, pengurus, ustadz/ustadzah serta santri dan juga
masyarakat.
3. Faktor penghambat dan pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan di
pondok pesantren Darussalam Gebugan meliputi:
a. Faktor penghambat: 1) waktu pembelajaran yang dirasa masih kurang
lama 2) masih kurangnya ustadz/ustadzah pengajar 3)motivasi belajar
santri yang masih kurang 4) fasilitas pendukung santri yang sepenuhnya
belum mencukupi 5) santri yan g telat membayar iuran tanpa konfirmasi
106
dengan pihak terkait sehingga dalam pelaksanaan program kerja kadang
terhambat.
b. Factor pendukung: 1) setiap kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwal
yang sudah ditentukan 2) ustadz/ustadzah yang ahli dibidangnya dan
kedisiplinan santri dikoordinir oleh dewan pengurus dengan sepenuh hati
3) santri yang mempersiapkan materi sebelum pembelajaran berlangsung
4) pengelolaan sarana dan prasarana yang sudah baik, terarah dan
terencana 5) pembiayaan tergolong murang dengan fasilitas yang
mendukung 6) adanya kepercayaan masyarakat untuk mensantrikan
anaknya
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah ditulis
peneliti perlu menyampaikan saran demi perbaikan ke depan tentang manajemen
pendidikan di pondok pesantren Darussalam Gebugan, sebagai berikut:
1. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran maka dari pihak ustadz/ustadzah
hendaknya selalu lebih memperhatikan semua kegiatan santri dan dengan
memperbaiki kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2. Pondok pesantren Darussalam Gebugan sebaiknya dapat menambah jumlah
ustadz supaya pembelajaran menjadi lancar.
3. Pengurus pesantren Darussalam perlu menyusun jadwal pelajaran secara baik
dan sistematis disetiap angkatanya, agar proses belajar mengajar berlangsung
dengan baik.
107
4. Untuk penyelengaraan pembelajaran tahfidzul Qur’an hendaknya lebih
ditingkatkan dan dimantapkan.
5. Saran bagi para santri yaitu bangunlah interaksi yang positif dalam
pembelajaran, menghargai sesama teman tanpa membedakan tingkat
kepandaian/kecerdasan dan dapat menggunakan fasilitas secara baik.
6. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah diharapkan untuk peneliti selanjutnya
dapat mengkaji lebih jauh lagi mengenai manajemen pendidikan di pondok
pesantren.
108
DAFTAR PUSTAKA
Al Hikmah. 2014. AL Qur’an Terjemahan. Bandung: CV Penerbit Diponegoro
A.Halim, Rr. Suhartini, M. Cholil Arif, & A. Sunarto AS.2005. Manajemen
Pesantren. Sewan: Pustaka Pesantren
Aedi Nur. 2016. Manajemen Pendidik & Tenaga Pendidikan. Yogyakarta:
Gosyen Publising
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Kurikulum. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Pendidikan UNY
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Sistem. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Aplikasi manajemen Sekolah. Jogjakarta: Diva
Press
Asrorun Niam Sholeh. 2006. Reorientasi Pendidikan Islam, Mengurai Relevansi Konsep
Al Ghozali dalam Konteks Kekinian. Ciputat Jakarta: ELSAS Jakarta
Baharuddin, Moh Makin. 2016. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN- Maliki
Malang Press
Daryanto, M dan Mohammad Farid. 2013. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Daulay, Haidar Putra. 2011. Historitas dan eksistensi Pesantren Sekolah dan
Madrasah. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2003. Pondok Pesantren dan
Madrasah Diniah, Jakarta
Djaam’an Satori, Aan Komariah. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Afabeta
Djunaidi Ghony, Fauzan Al manshur. 2012. Petunjuk Praktis Penelitian Pendidikan.
Malang: UIN- Malang Press
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatf dan Kualitatif. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Hadi, Sutrisno. 2001. Metode Research jilid 111. Yogyakarta: Andi Offset
Hamalik, Oemar. Dr. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Rosda
Karya
109
Hatim Gazali. 2008. Revitalisasi Peran dan Fungsi Pesantren. Diakses dari
http://gazali.wordpress.com/2008/04/24/revitalisasi-peran-dan-fungsi-
pesantren/. Pada tanggal 13 Maret 2018
Nata, Abuddin. 2007. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Janan Asifudin Ahmad. (2016). Manajemen Pendidikan untuk Pondok Pesantren. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam,V1 No. 2
J Supranto. 2003. Metode Riset. Jakarta: PT Rineka Cipta
Ma’mur, Asmani Jamal. 2012. Tips Aplikasi Manajemen Sekolah. Jogjakarta: DIVA
Pres
Mahmud. 2006. Model-model Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Media Nusantara
Moelong, Lexsy.J. 2008 Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya
Moh Sa’id. 2012. Pondok pesantren Terpadu. (Potret Ponpes Yanabi’ul
Warrohmah).Diakses dari
http://www.manubanatkudus.sch.id/index.php/pendidikan/121-pondok-pesantren-
terpadu pada tanggal 13 Maret 2018
Mulyana Dedi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyasa. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Pidarta, Made. 2011. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Online: http//www.manajemen pesantren.com
Qomar, Mujamil. 2006 Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi. PT Glora Aksara Pratama
Rasimin. 2019. Metodologi penelitian Pendekatan Praktis Kualitatiaf. Yogyakarta: Truss
Media Grafika
Ridlwan Nasir. 2005. Mencari Tipologi di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran, mengembangkan Provesionalisme Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Saefullah, U. 2014. Manajemen Pendidikan Islam. Cet. 2. Bandung: CV Pustaka Setia
Subandi, bambang. 2016. Manajemen Organisasi Dalam Hadis Nabi. Yogyakarta:
INDES
Sudarsono dkk. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
110
Sudjana. 2004. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Non Formal dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production
Sulthon Masyhud & Khusnurdilo. 2003. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Diva
Pustaka Jakarta
Tim penyusun panduan penulisan skripsi IAIN Salatiga Tahun 2018
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, No.20 Tahun 2003
Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori, Praktik, dan Risert Pendidikan. PT Bumi
Aksara
Wahit, Abdurrohman. 2001. Menggerakkan Tradisis. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi
Aksara
Yasmani. 2002. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Ciputra Press
111
112
113
114
115
PEDOMAN OBSERVASI TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DARUSSALAM GEBUGAN
No Aspek yang diamati
A Lingkungan pondok pesantren
1. Gambaran umum lokasi pondok pesantren (letak geografis)
2. Keadaan dan kondisi fisik pondok pesantren
a. Keadaan sarana dan prasarana
b. Keadaan ustadz
c. Keadaan santri
B 1. Manajemen pendidikan pondok pesantren
a. Manajemen kurikulum pondok pesantren
b. Manajemen personalia
c. Manajemen kesiswaan
d. Manajemen sarana dan prasarana
e. Manajemen humas
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan pesantren
116
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Ustadz/Ustadzah
1. Bagimana manajemen kurikulum pondok pesantren Darussalam?
2. Bagai mana pengurus menetapkan sistem klasikal pada santri baru?
3. Bagaimana manajemen kegiatan-kegiatan pendidikan Darussalam?
4. Dalam pelaksanaan pembelajaran pasti ada evaluasi, untuk pesantren
Darussalam bagaimana bentuk evaluasi pembelajaranya?
5. Bagaimana manajemen personalia dalam menentukan staf-staf baik pengurus
maupun ustadz ?
6. Dalam menciptakan kedisiplinan pada santri bagaimana pengurus sebagai
koordinator menyikapi ?
7. Untuk santri sebagian ada yang menempuh pendidikan formal diluar
pesantren, bagaimana pengelolaanya agar santri dapat mengikuti semua
pendidikan baik dalam pesantren maupun luar pesantren secara efektif
sebagai langkah mencapai tujuan pendidikan pesantren ?
8. Sarana dan prasana apa saja yang dimiliki pesantren Darussalam dan
bagaimana pengelolaanya ?
9. Bagaimana hubungan masyarakat kampung sekitar pesantren dengan
masyarakat Pesantren ?
10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pendidikan pesantren
Darussalam?
Untuk Santri
1. Apakah santri yang mengikuti pendidikan formal selalu aktif mengikuti
pendidikan pesantren ?
2. Bagimana pengurus mengatur waktu santri yang mengikuti pendidikan formal
agar bisa mengikuti semua kegiatan pesantren ?
3. Apakah santri diperbolehkan menggunakan sarana elektronik yang
ditempatkan diruang kantor pengurus ?
4. Menurut anda bagaimana hubungan santri dengan masyarakat sekitar
pesantren?
5. Menurut anda faktor apa saja yang mendukung dan penghambat
pembelajaran?
117
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Nara sumber : KH Murodi
Hari/Tanggal : 8 Agustus 2018
Waktu : 16.00 WIB
Jabatan : Pengasuh
2. Transkip Wawancara
Pondok Pesantren Darussalam terletak di tengah-tengah pemukiman warga Desa
Gebugan yang suasananya sejuk dan asri, karena terletak di kaki gunung ungaran.
Pada hari ini saya datang di Pondok Darussalam dan tiba di pesantren pada pukul
16.00 WIB. Kedatangan saya yang pertama ialah untuk meminta ijin penelitian kepada
pengasuh dan pengurus Pondok Pesantren Darussalam. Dengan niat ingin silaturrahim
dan memohon ijin saya langsung menuju ke dalem (rumah) pengasuh pesantren yaitu
Bapak Kyai Murodi. Kedatangan saya disambut dengan hangat oleh beliau, tanpa
banyak basa-basi saya langsung mengutarakan maksud dan tujuan saya datang ke
Pondok Pesantren Darussalam yakni soal:
Peneliti : “Begini Bapak Kyai, maksud kedatangan saya kesini yang
pertama untuk silaturrahim kepada Bapak dan juga keluarga, kemudian yang kedua
saya ingin memohon ijin untuk mengadakan penelitian di Pondok Pesantren yang
njenengan pimpin, tujuan penelitian ini untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan
yang saya yakni skripsi.”(Setelah saya selesai berbicara, bapak kyai kemudian
menjawab)
Narasumbee :“Iya, silahkan! Apa saja yang dibutuhkan silahkan bilang dan
kiranya butuh keterangan tentang Pondok Pesantren bisa ditanyakan langsung.”
Peneliti :(Kemudian saya menjawab kembali)“Iya bapak terimakasih,
dengan ini saya juga meminta ijin dalam beberapa hari ini untuk sering mengunjungi
Pondok Pesantren guna mengumpulkan data penelitian.”
Narasumber : “Iya, silahkan
Peneliti : (Pada malam tersebut saya melanjutkan meminta ijin memohon
penjelasan mengenai berdirinya Pondok Pesantren Darussalam kepada bapak kyai
namun, beliau mempersilahkan saya apabila membutuhkan data pesantren baik
sejarah, letak geografis, visi misi dan lain sebagainya yang berkaitan dengan data yang
dibutuhkan yang lebih rinci untuk menemui bapak Abdurrouf yang menyimpan data-
data tersebut. Setelah mendapatkan ijin dari bapak kyai saya kemudian meminta ijin
untuk ke tempat kediaman bapak rouf dan saya tutup dengan meminta doa restu dari
beliau)
118
HASIL WAWANCARA
3. Identitas Narasumber
Nara sumber : Abdurrouf
Hari/Tanggal : 8 Agustus 2018
Waktu : 17.00 WIB
Jabatan : Ustadz/Penasehat
4. Transkip Wawancara
Peneliti :Selamat malam pak, saya bermaksud untuk mewawancarai pak
Rouf terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Langensari Ungaran Tahun 2018.”
Narasumber : Malam juga mbak, iya silahkan!
Peneliti : Bagaimanakah pengurus menetapkan sistem klasikal pada santri
baru?
Narasumber : Untuk menentukan kelas dan kitab kuning yang akan dipelajari
oleh santri, maka setelah penerimaan santri baru akan diadakan tes masuk, yang mana
tes bertujuan untuk mengukur kemampuan awal dan kemudian penempatan kelas yang
akan diduduki.
Peneliti : Bagaimana pelaksanaan metode bandongan yang ada di pondok
pesantren Darussalam?
Narasumber : pelaksanaan metode bandongan adalah dengan cara ustadz
membaca kitab kuning yang biasanya pada tingkat mriti (wusto awal), dimana santri
menyimak serta memaknai/ngesai/menuliskan arti pada kitab kuning sesuai dengan
yang dibaca oleh ustadz, terkadang ustadz juga menjelaskan hal-hal yang sekiranya
sulit untuk dipahami oleh para santri.
Peneliti : Bagaimana pembelajaran metode pasaran/kilatan, apakah ada
disetiap tahunya?
Narasumber : Disetiap tahun ada mbak, pelaksanaan metode ini kitab yang
digunakan khusus kitab pasan kondisional sesuai yang diinginkan pak kyai, dan kitab
yang digunakan pun berbeda dengan yang digunakan pada setiap hari. Pada saat
kilatan ini tidak hanya santri mukim saja namun ada santri yang datang waktu
pelaksanaan pasan saja dan biasanya santri pasan datang ke pondok 2 hari sebelum
ramadhan tiba untuk mempersiapkan keperluan selama pasan.
Peneliti : Seperti apa evaluasi pembelajaran di pondok Darussalam?
Narasumber : Selain diadakan tes ada lomba-lomba diakhir tahun pada saat pra
haflah akhirussanah, 3 macam yang dilombakan kemampuan tahfidz, kemampuan
nahwu dan kemampuan fiqih
Peneliti : itu dulu mungkin pak rouf, trimakasih atas penjelasan dan
waktunya.
Narasumber : iya mbak sama-sama.
119
HASIL WAWANCARA
5. Identitas Narasumber
Nara sumber : Samsul Hadi
Hari/Tanggal : 8 Agustus 2018
Waktu : 22.00 WIB
Jabatan : Lurah pondok
6. Transkip Wawancara
Peneliti :Selamat malam kang, saya bermaksud untuk mewawancarai mbak
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Langensari Ungaran Tahun 2018.”
Narasumber : Malam juga mbak, iya silahkan!
Peneliti : Menurut anda apa saja faktor pendukung pelaksanaan pendidikan
pesantren Darussalam?
Narasumber : Menurut saya faktor penghambat dan pendukung dalam
pelaksanaa pendidikan pondok pesantren dibedakan menjadi dua yakni pengaruh
internal dan pengaruh eksternal.
Peneliti : Lalu diantaranya apa saja faktor internal dan eksternal tersebut?
Narasumber : Faktor internal meliputi: masalah kedisiplinan semua dikoordinir
oleh dewan pengurus, setiap kegiatan pembelajaran pondok disesuaikan dengan waktu
yang tidak bersamaan dengan terlaksananya pendidikan formal, pendidikan madrasah
dilaksanakan sore hari setelah santri mengikuti pendidikan formal dan dapat
beristirahat terlebih dahulu sebelum pembelajaran madrasah dimulai. Faktor eksternal
diantaranya: pondok pesantren Darussalam merupakan pesantren yang bertempat di
area yang sejuk meskipun berada di tengah-tengah pemukiman warga dan berada pada
lereng gunung ungaran sehingga terasa kesejukanya, warga lingkungan pondok
pesantren merupakan masyarakat yang sebagian besar muslim sehingga kecintaan
terhadap santri yang belajar di pesantren sangat baik sehingga santri lebih semanagt
dalam belajar, pondok pesantren yang letaknya jauh dari jalan raya sehingga dapat
mempengaruhi kedisiplinan santri dalam pembelajaran karena santri akan malas jika
bepergian keluar pesantren.
Peneliti :Mungkin itu dulu pertanyaan dari saya sekiranya ada yang perlu
ada yang ditanyakan saya akan hubungi kembali, trimakasih atas waktu yang
diberikan.
Narasumber : iya mbak silahkan, sama-sama
120
HASIL WAWANCARA
7. Identitas Narasumber
Nara sumber : Rasmat Ismail
Hari/Tanggal : 11 Agustus 2018
Waktu : 19.45 WIB
Jabatan : Wakil
8. Transkip Wawancara
Peneliti :Selamat malam kang, saya bermaksud untuk mewawancarai mbak
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Langensari Ungaran Tahun 2018.”
Narasumber :Malam juga mbak, iya silahkan!
Peneliti : Menurut kang Rasmat, faktor apa sajakah yang menghambat
dalam pelaksanaan pendidikan di pondok pesantren Darussalam?
Narasumber : Hmmm, faktor penghambat pendidikan ya? Diantaranya: motifasi
santri yang hiterogen dan fasilitas yang belum mencukupi.
Peneliti : Maksudnya hiterogen, mohon penjelasanya!
Narasumber :Maksudnya semisal santri mempunyai niatan awal hanya sekolah
formal (sekolah nyambi mondok istilah populernya) yang akan mengakibatkan santri
kurang tekun dalam mengikuti pembelajaran tertentu.
Peneliti : Fasilitas yang belum mencukupi itu apa ya?
Narasumber : Fasilitas pendukung proses pembelajaran seperti komputer
sebagai pengembangan life skill santri sepenuhnya belum mencukupi untuk santri.
Peneliti : Oh seperti itu ya? Trimakasih waktunya ya kang maaf sudah
mengganggu.
Narasumber : Iya mbak, sama-sama.
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Dian Retnowati
Hari/Tanggal : 18 Agustus 2018
Waktu : 19.10 WIB
Jabatan : Ustadzah
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat malam mbak Dian, saya bermaksud untuk mewawancarai mbak
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Langensari Ungaran Tahun 2018.”
Narasumber : ouwh, iya mbak silahkan!
Peneliti : Bagaimana manajemen kurikulum pondok pesantren
Darussalam?
121
Narasumber : Manajemen kurikulum di sini lebih meninjau pada kesalafian
pesantren (mengarah pada kitab kuning). Tetapi, mulai tahun ajaran 2017 telah dibuka
juga Tahfidzul Qur’an yang alkhamdulillah sudah berjalan dengan lancar hingga saat
ini.
Peneliti : Bagaimana pengurus menetapkan sistem klasikal pada santri
baru?
Narasumber : Penetapan sistem klasikal pada santri baru lebih mengarah pada
kenyamanan dan pengadaptasian santri baru terhadap lingkungan barunya, setelah
dikira sudah mulai nyaman barulah santri baru tersebut mulai dikenalkan dengan
aturan-aturan pondok pesantren yang sudah ditetapkan sesuai dengan kebijakan yang
ada.
Peneliti : Bagaimana manajemen kegiatan-kegiatan pendidikan di pondok
pesantren Darussalam?
Narasumber : Di pondok pesantren Darussalam menyediakan pendidikan formal
mulai dari MI, SMP dan SMK Kesehatan. Pada jam kegiatan pagi semua santri yang
mengikuti sekolah, melaksanakan aktifitas rutin yaitu sekolah formal mulai pukul
07.00-12.00 WIB untuk MI, jam 07.00-13.30 WIB untuk SMP dan 07.00-14.20 WIB
untuk SMK. Setelah itu istirahat dan dilanjutkan mengikuti Madrasah Diniah mulai
dari kelas Ula 1-Ula 3, mulai dari jam 15.30-17.30 WIB, setelah itu dilanjutkan makan
sore dan sholat maghrib. Kegiatan dilanjutkan dengan mengaji sorogan kitab kuning
dan Al-Qur’an hingga sholat isya’, kemudian dilanjutkan madin malam mulai dari
Wusto 1-Ulya 2 dimulai dari jam 19.30-21.30WIB, Dalailan dan mengaji kitab
Ihya’Ulumudin bersama Abah Yai hingga kurang lebih jam 10.00WIB. Bagi kelas
Wusto 3 dan Ulya 1 mengaji kitab Minhajul Qowim sampai pukul 23.00 WIB.
Kegiatan perhari sama terkecuali malam jum’at dan ketika hari jum’at siang setelah
jum’atan melakukan larlaran nadhom berdasarkan mapel masing-masing dan
ekstrakurikuler pada minggu pagi.
Peneliti : Apakan menurut mbak penerapan metode sorogan dapat
membantu para santri memulai untuk membaca kitab pada taraf awal latihan?
Narasumber : Penerapan metode sorogan memanglah sangat membantu para
santri untuk taraf memulai membaca kitab, tidak hanya kitab saja namun juga Al-
Qur’an maupun kitab-kitab kuning.
Peneliti : Trimakasih untuk waktunya mbak Dian, maaf sudah
mengganggu
Narasumber : sama-sama mbak Saadah, tidak mengganggu kok
122
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Nur Afifah
Hari/Tanggal : Agustus 2018
Waktu : 21.00 WIB
Jabatan : Ustadzah
2. Transkip Wawancara
Peneliti :Selamat malam mbak, saya bermaksud untuk mewawancarai
mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Langensari Ungaran Tahun 2018.”
Narasumber : Malam juga mbak, iya silahkan!
Peneliti : Dalam pelaksanaan pembelajaran pasti ada evaluasi kan ya mbak,
untuk pesantren Darussalam, bagaimana bentuk evaluasi pembelajaranya?
Narasumber : Biasanya uztadz/uztadzah memberikan evaluasi berupa
pertanyaan setelah mengajar, satu bulan sekali diadakan tes, tes pondok pesantren
dilakukan 1 tahun 2 kali. Tes tersebut bertujuan untuk menentukan naik atau tidaknya
santri ke kelas selanjutnya.
Peneliti : Bagaimana manajemen personalia dalam menentukan staf-staf
baik pengurus maupun ustadz?
Narasumber : penentuan staf pengurus maupun ustadz dan ustadzah dipilih yang
sudah lulus sekolah formal maupun sekolah pondok, namun biasanya untuk santri
yang sudah menempati kelas WUSTO 3 juga diberikan tanggung jawab atas
kepengurusan dan dipilih berdasarkan kemampuanya serta mendapatkan dawuh
(perintah) dari kyai.
Peneliti : Untuk santri sebagian ada yang menempuh pendidikan formal
diluar pesantren, bagaimana pengelolaanya agar santri dapat mengikuti semua
pendidikan baik dalam pesantren maupun luar pesantren secara efektif sebagai langkah
mencapai tujuan pendidikan pesantren ?
Narasumber : Bagi santri yang sekolah formal tetap mengikuti kegiatan
sekolahnya yang telah ditetapkan tetapi setelah kegiatan di luar selesai maka harus
segera pulang ke pondok dan mengikuti kegiatan-kegiatan pondok yang telah
ditetapkan di pondok pesantren.
Peneliti : Sarana dan prasana apa saja yang dimiliki pesantren Darussalam
dan bagaimana pengelolaanya ?
Narasumber : Sarana dan prasarana yang dimiliki pondok pesantren Darussalam
ialah adanya gedung madrasah, alat-alat tulis, alat-alat kebersihan, transportasi.
Pengelolaannya ialah dengan cara santri diberikan tanggung jawab untuk mengelola
sarana dan prasarana tersebut.
Peneliti : Trimakasih mbak atas waktunya, maaf sudah mengganggu.
Narasumber : Sami-sami mbak
123
HASIL WAWANCARA
9. Identitas Narasumber
Narasumber : Ina Khoirunnisyah
Hari/Tanggal : 11 Agustus 2018
Waktu : 20.30 WIB
Jabatan : Santri Putri
10. Transkip Wawancara
Peneliti :Selamat malam mbak, saya bermaksud untuk mewawancarai
mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Langensari Ungaran Tahun 2018.”
Narasumber : Malam juga mbak, iya silahkan!
Peneliti : apakah santri diperbolehkan menggunakan sarana elektronik yang
ditempatkan di ruang kantor pengurus?
Narasumber :Santri diperbolehkan untuk menggunakan sarana elektronik yang
ditempatkan di ruang pengurus tetapi dengan beberapa ketentuan, misalkan
menggunakan HP/Laptop ketika ada tugas dari sekolah namun harus dengan ijin dan
diawasi pengurus, diperbolehkan menggunakan setrika dan juga menonton TV pada
hari libur (hari jum’at).
Peneliti : Menurut anda bagaimana hubungan santri dengan masyarakat
sekitar pesantren?
Narasumber : Hubungan dengan masyarakat cukup baik, karena biasanya santri
membudidayakan menyapa ketika berpapasan dengan warga sekitar pondok pesantren.
Bekerja sama dengan warga sekitar dalam pembangunan pondok pesantren, warga
juga ada yang bekerja di pondok pesantren (laundry), ada juga yang menitipkan
daganganya di pondok pesantren.
Peneliti : Seperti itu ya mbak? Kalau begitu trimakasih mbak atas
waktunya, maaf sudah mengganggu.
Narasumber : iya mbak, sama-sama.
124
HASIL WAWANCARA
11. Identitas Narasumber
Narasumber : Nur Shoimah
Hari/Tanggal : 11 Agustus 2018
Waktu : 21.00 WIB
Jabatan : Santri Putri
12. Transkip Wawancara
Peneliti :Selamat malam mbak, saya bermaksud untuk mewawancarai
mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pendidikan di Pondok Pesantren
Darussalam Gebugan Langensari Ungaran Tahun 2018.”
Narasumber : Malam juga mbak, iya silahkan!
Peneliti : Apakah santri yang mengikuti pendidikan formal selalu aktif
mengikuti pendidikan pesantren ?
Narasumber : Alkhamdulillah selalu mengikuti, walaupun terkadang tidak
sesuai dengan niat yang penting istiqomah.
Peneliti : Bagimana pengurus mengatur waktu santri yang mengikuti
pendidikan formal agar bisa mengikuti semua kegiatan pesantren ?
Narasumber : Pada saat pulang sekolah pengurus/keamanan selalu
mengatur/menarjet waktu santri untuk pulang langsung ketika kegiatan sekolah
selesai. Setiap pengurus selalu mendampingi pada waktu belajar, pengurus
mengajarkan jam 10.00 WIB harus sudah tidur dikarenakan agar bisa untuk bangun
pagi dan mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan.
Peneliti : Apakah santri diperbolehkan menggunakan sarana elektronik
yang ditempatkan diruang kantor pengurus ?
Narasumber : Santri diperbolehkan menggunakan sarana elektronik tetapi
dengan ketentuan, seperti halnya HP milik pondok untuk menghubungi keluarga
apabila ada hal yang mendesak dan tidak untuk yang lainya.
Peneliti : Trimakasih mbak, maaf sudah mengganggu.
Narasumber : iya mbak, sama-sama.
125
126
127
128
129
130
131
132
Asrama Pondok Putra
Asrama Pondok Putri
133
Koperasi Pesantren Putra
Koperasi Pesantren Putri
134
Aula Pondok Pesantren
Halaman Pondok Pesantren
135
Bandongan kitab
Hafalan (mukhofadhoh)
136
Plang nama pondok pesantren
Sorogan kitab
137