manajemen pemeliharaan, konsumsi pakan dan perilaku makan kukang jawa ... · 1 objek penelitian...
TRANSCRIPT
BELISA VESMA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
MANAJEMEN PEMELIHARAAN, KONSUMSI PAKAN DAN
PERILAKU MAKAN KUKANG JAWA (Nycticebus javanicus)
DI YIARI, BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen
Pemeliharaan, Konsumsi Pakan dan Perilaku Makan Kukang Jawa (Nycticebus
javanicus) di YIARI, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2018
Belisa Vesma
NIM E34140106
ABSTRAK
BELISA VESMA. Manajemen Pemeliharaan, Konsumsi Pakan dan Perilaku
Makan Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) di YIARI, Bogor. Dibimbing oleh
BURHANUDDIN MASY’UD dan LIN NURIAH GINOGA.
Populasi kukang di alam semakin menurun, sehingga diperlukan upaya
konservasi di lembaga konservasi khusus, yaitu YIARI. Tujuan penelitian
mengkaji manajemen pemeliharaan, konsumsi pakan dan perilaku makan kukang
jawa di YIARI. Metode menggunakan observasi langsung, wawancara dan studi
literatur. Kandang kukang terdiri dari kandang individu, kandang klinik, kandang
karantina, kandang habituasi, kandang sanctuary dan kandang tupai. Pakan yang
diberikan berupa sayuran hijau, umbi-umbian, getah dan serangga. Jenis penyakit
yang sering terjadi adalah infeksi gigi. Terdapat 63 orang pekerja tetap. Tingkat
konsumsi kukang jawa juvenile lebih tinggi dibandingkan kukang jawa dewasa.
Konsumsi pakan kukang jawa juvenile sudah mencukupi 4% dari bobot badannya.
Aktivitas makan tertinggi kukang jawa juvenile dan dewasa adalah mencari
makan. Manajemen pemeliharaan di YIARI telah memenuhi standar sebagai pusat
rehabilitasi. Konsumsi energi kukang jawa juvenile dan dewasa telah tercukupi,
namun untuk konsumsi nutrisi protein kasar belum tercukupi. Tidak ada
perbedaan perilaku makan kukang jawa juvenile dan dewasa.
Kata kunci : konsumsi pakan, manajemen pemeliharaan, perilaku makan
ABSTRACT
BELISA VESMA. Maintenance Management, Food Intake and Feeding Behavior
Javan Slow Loris (Nycticebus javanicus) in YIARI, Bogor. Supervised by
BURHANUDDIN MASY’UD and LIN NURIAH GINOGA.
Population of javan slow loris in nature is decrease, needed conservation
institutions, which is YIARI. The aim is study maintenance management, feed
intake and feeding behavior of javan slow loris at YIARI. Methods use
observation, interviews and literature studies. Kukang cages which consist of
individual, clinic, quarantine, habituation, sanctuary and T. Feed given there are
green vegetables, tubers, sap and insects. The type of disease that often is a dental
infection. There are 63 workers. Feed intake of juvenile javan slow loris is higher
than of adult javan slow loris. Feed intake of juvenile javan slow loris is enough
4% of body weight. The highest feed behavior of juvenile and adult javan slow
loris foraging. Maintenance management at YIARI has the standards as a
rehabilitation center. Energy consumption of juvenile and adult javan slow loris
has been fulfilled, but crude protein nutrients has not been fulfilled. There was no
difference in feed behavior of juvenile and adult javan slow loris.
Key words : feeding behavior, food intake, maintenance management
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
MANAJEMEN PEMELIHARAAN, KONSUMSI PAKAN DAN
PERILAKU MAKAN KUKANG JAWA (Nycticebus javanicus)
DI YIARI, BOGOR
BELISA VESMA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul Skripsi: Manajemen Pemeliharaan, Konsumsi Pakan dan Perilaku Makan Kukang Jawa (Nycticebusjavanicus) di YIARI, Bogor
Nama
NIM : Belisa Vesma : E34140106
Dr Ir Burhanuddin Masy 'ud, MS
Pembimbing I
Disetujui oleh
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: t 2 SEP 2018
Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai Mei
2018 ini ialah Manajemen Pemeliharaan, Konsumsi Pakan dan Perilaku Makan
Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) di YIARI, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud,
MS dan Ibu Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi selaku dosen pembimbing, serta drh
Wendi Prameswari yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada staf YIARI yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
kakak serta keluarga di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata khususnya angkatan 51, atas segala doa dan kasih sayangnya hingga
terselesaikannya karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2018
Belisa Vesma
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2
METODE 3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3 Alat dan Bahan 3 Objek Penelitian 3 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 4 Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Hasil 9 Manajemen Pemeliharaan 9 Konsumsi Pakan 14 Perilaku Makan 16
Pembahasan 18 Manajemen Pemeliharaan 18 Konsumsi Pakan 21 Perilaku Makan 22
SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 24 LAMPIRAN 28
DAFTAR TABEL
1 Perbedaan kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa 4 2 Jenis data dan metode pengumpulan data 4 3 Aspek perkandangan di YIARI 10 4 Jumlah pemberian dan rataan konsumsi pakan segar kukang jawa 14 5 Kandungan nutrisi pada bahan pakan 15 6 Rataan konsumsi pakan kering kukang jawa 15 7 Konsumsi nutrisi protein kasar dan energi kukang jawa 16
DAFTAR GAMBAR
1 Objek penelitian kukang jawa 3 2 Sketsa denah kandang kukang di YIARI 9 3 Sarana dan fasilitas dalam kandang kukang di YIARI 12 4 Enrichment/pengayaan kandang kukang di YIARI 12 5 Tingkat palatabilitas ransum 1 dan ransum 2 kukang jawa 16 6 Grafik perilaku makan kukang jawa 17
7 Kandang asli dan sketsa kandang individu kukang di YIARI 28 8 Kandang asli dan sketsa kandang karantina kukang di YIARI 28 9 Kandang asli dan sketsa kandang sanctuary kukang di YIARI 29 10 Kandang asli dan sketsa kandang tupai kukang di YIARI 29 11 Kandang asli dan sketsa kandang habituasi kukang di YIARI 29 12 Kandang asli dan sketsa kandang klinik kukang di YIARI 30
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kandang asli dan sketsa kandang kukang di YIARI 28 2 Konsumsi pakan segar kukang jawa 31 3 Konsumsi pakan kering kukang jawa 32 4 Konsumsi nutrisi kukang jawa 33 5 Perilaku makan kukang jawa 34
6 Durasi perilaku makan kukang jawa 35 7 Penggunaan waktu perilaku makan kukang jawa 36
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki tingkat keaslian (endemisitas) spesies yang tinggi, yaitu
spesies yang diketahui hanya ditemukan di suatu habitat tertentu, tetapi tidak
ditemukan di habitat lain di dunia. Menurut Suyanto et al. (2002),
keanekaragaman spesies mamalia di Indonesia sebanyak 701 spesies. Kukang
merupakan salah satu spesies endemik Indonesia dari kelas mamalia yang
termasuk dalam golongan mamalia kecil. Berdasarkan International Biological
Program (1967) di dalam Suyanto dan Semiadi (2004), jenis satwa yang termasuk
dalam mamalia kecil adalah jenis mamalia yang memiliki berat badan dewasa
kurang dari lima kilogram. Kukang dikenal sebagai satwa nokturnal, arboreal dan
sosial. Berdasarkan ekologi dan persebarannya di Indonesia terdapat tiga spesies
kukang, yaitu kukang sumatera (Nycticebus coucang), kukang kalimantan (N.
menagensis) dan kukang jawa (N. javanicus).
Indonesia memiliki luas areal berhutan pada tahun 2002-2003 sebesar 93.92
juta ha, areal tidak berhutan sebesar 83.26 juta ha, dan data tidak lengkap sebesar
10.73 juta ha (Ditjen PHKA 2008). Pulau Jawa merupakan pulau terpadat di
Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk sebesar 149 juta jiwa berdasarkan
data BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia Tahun 2017, sehingga banyak lahan
hutan yang beralih fungsi menjadi pemukiman. Tahun 2004-2005, laju deforestasi
hutan primer dan hutan sekunder di Pulau Jawa sebesar 37.300 ha/tahun (Ditjen
Planologi Kehutanan 2012). Pengurangan luas hutan disebabkan oleh beberapa
kegiatan, di antaranya konversi kawasan hutan untuk tujuan pembangunan,
penebangan liar, pertambangan, perambahan dan kebakaran hutan. Kerusakan
lingkungan tersebut tidak diimbangi dengan kegiatan penghijauan dan reboisasi,
yang mengakibatkan meningkatnya deforestasi dan berdampak lanjut pada
kerusakan habitat satwaliar termasuk habitat kukang, kondisi kerusakan habitat,
selanjutnya menyebabkan penurunan populasi satwa.
Kepadatan populasi kukang di hutan primer sebesar 4.29 individu/km2 dan
di hutan sekunder sebesar 15.29 individu/km2 (Pambudi 2008). Populasi kukang
di alam semakin menurun. Menurunnya populasi kukang dipengaruhi oleh
hilangnya habitat kukang di alam dan perburuan ilegal untuk dijadikan satwa
peliharaan. Perdagangan kukang didorong oleh penggunaan internet yang luas,
termasuk toko online dan jaringan sosial (Nekaris et al. 2013).
Semua spesies kukang di Indonesia dilindungi dalam Peraturan Pemerintah
No.7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwaliar. Dari
ketiga spesies kukang di Indonesia, kukang jawa memiliki status tertinggi
mendekati kepunahan, Critically Endangered berdasarkan The International
Union for The Conservation of Nature (IUCN) Red List 2013 dan termasuk
Appendix I dalam Convention on International Trade in Endangered Species
(CITES) Tahun 2017. Satwa yang termasuk dalam Appendix I merupakan satwa
yang langka, endemik dan terancam punah karena populasinya di alam terus
mengalami penurunan tajam dari waktu ke waktu, sehingga dilarang untuk
diperdagangkan secara global. Larangan dan sanksi bagi pelanggar hukum telah
ditetapkan dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
2
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya pada pasal 21 ayat 2 dan pasal 40
ayat 2.
Pemerintah Indonesia melalui kerjasama dengan mitra kerja mendukung
upaya konservasi flora dan fauna, sehingga Indonesia memiliki berbagai bentuk
lembaga konservasi yang disesuaikan pada tujuannya. Mitra kerja merupakan
badan hukum yang berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha milik
swasta, lembaga swadaya masyarakat, lembaga penelitian yang kegiatannya
meliputi penelitian tumbuhan dan satwa, lembaga pendidikan formal dan yayasan
(Peraturan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2012 Tentang Lembaga Konservasi).
Salah satu bentuk pengelolaan lembaga konservasi untuk kepentingan khusus di
Indonesia adalah Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) yang
merupakan yayasan yang bergerak di bidang penyelamatan satwa domestik dan
satwaliar.
YIARI berdiri dan beroperasi pada tahun 2008 dan terdaftar secara hukum
sebagai Yayasan Indonesia di Departemen Hukum dan HAM No. AHU-
2378.AH.01.02. Kegiatan utama YIARI dalam mendukung upaya konservasi,
dikenal dengan 3R, yaitu rescue (penyelamatan), rehabilitation (rehabilitasi) dan
release (pelepasliaran). YIARI memfokuskan pada satwa primata, yaitu kukang,
monyet ekor panjang dan beruk yang berpusat di Ciapus, Bogor dan orangutan
yang berpusat di Ketapang, Kalimantan. Sebagai salah satu lembaga konservasi
yang berfokus dalam kegiatan 3R. Pelepasliaran kukang jawa merupakan salah
satu fokus kegiatan dan keberhasilannya dapat ditentukan oleh penerapan
manajemen pemeliharaan, jumlah konsumsi pakan dan perilaku makan kukang
jawa di YIARI berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian ini penting dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengkaji manajemen pemeliharaan, jumlah
konsumsi pakan dan perilaku makan kukang jawa di Yayasan Inisiasi Alam
Rehabilitasi Indonesia (YIARI).
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, yakni sebagai informasi mengenai manajemen
pemeliharaan di lembaga konservasi khusus dan pengetahuan tentang jumlah
konsumsi pakan kukang jawa di YIARI. Informasi ini dapat digunakan sebagai
acuan dasar oleh lembaga konservasi khusus lainnya yang bergerak dalam
kegiatan yang sama seperti di YIARI. Informasi mengenai manajemen
pemeliharaan, jumlah konsumsi pakan dan perilaku makan kukang jawa juga
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam pengembangan pengelolaan
lembaga konservasi khusus.
3
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di YIARI yang terletak di Jalan Curug Nangka,
Kampung Sinarwangi, RT/RW 04/05, Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Tamansari,
Ciapus, Bogor, Jawa Barat. YIARI terletak di kaki Gunung Halimun Salak dengan
ketinggian ±750 m dpl dan kemiringan sebesar 10%-15%. Jenis tanah di wilayah
YIARI adalah latosol, tanah yang mengandung horison sulfurik yang sangat
masam. Berdasarkan klasifikasi Schmid dan Ferguson termasuk dalam tipe iklim
A. Curah hujan tahunan rata-rata ±4000 mm/tahun, jumlah hari hujan 187/tahun,
kelembaban nisbi ±88% dan suhu tahunan sekitar 20-22°C. Terdapat sungai
Ciapus yang berasal dari Gunung Halimun Salak, yang digunakan oleh warga
sekitar sebagai sumber air (YIARI 2016). Pengumpulan data dilakukan dari Bulan
April sampai Mei 2018.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian, di antaranya termometer dry wet,
kamera digital, tallysheet, aplikasi Microsoft Office 2010, aplikasi Microsoft Excel
2010, panduan wawancara pengelola, timbangan digital, scanner, timbangan
pegas, blender, mixer, peralatan pakan dan peralatan kebersihan kandang. Bahan
yang dipakai dalam penelitian, di antaranya bahan pakan kukang jawa,
perlengkapan diri (masker, sarung tangan) dan cairan disinfektan.
Objek Penelitian
Objek yang diteliti dalam penelitian adalah kukang jawa juvenile dan
kukang jawa dewasa (Gambar 1).
Perbedaan antara kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa tersaji
dalam Tabel 1.
a b
Gambar 1 Objek penelitian; (a) kukang jawa juvenile; (b) kukang
jawa dewasa
4
Tabel 1 Perbedaan kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa Kukang jawa juvenile Kukang jawa dewasa
Belum matang secara fisik maupun
seksual.a)
Sudah matang secara fisik maupun
seksual.a)
Menghabiskan waktu makan di bagian
perifer pohon.b)
Menghabiskan waktu makan di bagian
tengah pohon.b)
Panjang lengan atas dan bawah lebih
rendah.b)
Panjang lengan atas dan bawah yang lebih
panjang.b)
Rata-rata berumur ±1 tahun – 3 tahun Rata-rata berumur lebih dari ± 3 tahun
Sumber: a)
Setchell dan Curtis (2003); b)
Poindexter dan Nekaris (2017).
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari tiga aspek utama, yaitu manajemen
pemeliharaan, konsumsi pakan dan perilaku makan kukang jawa di YIARI. Jenis
data dan metode pengumpulan data dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis data dan metode pengumpulan data
Aspek Kriteria Pengumpulan data
Pengamatan Pengukuran Wawancara
Perkandangan Sistem perkandagan √ √ √
Jumlah dan ukuran
kandang
√ √ -
Jenis dan konstruksi
kandang
√ - √
Sarana dan fasilitas
kandang
√ √ √
Pemeliharaan dan
perawatan kandang
√ - √
Enrichment/pengayaan
kandang
√ √ √
Pakan Jenis dan berat pakan √ √ √
Waktu pemberian pakan √ - √
Cara pemberian pakan √ √ √
Kesehatan Jenis penyakit √ - √
Penanggulangan dan
pencegahan penyakit
√ - √
Fasilitas kesehatan √ - √
Sumberdaya
manusia
Jumlah tenaga
sumberdaya manusia
- - √
Bidang keahlian tenaga
sumberdaya manusia
- - √
Keterangan: (√) = Menggunakan; (-) = Tidak Menggunakan
5
Tabel 2 Jenis data dan metode pengumpulan data (lanjutan)
Aspek Kriteria Pengumpulan data
Pengamatan Pengukuran Wawancara
Konsumsi
pakan
Jenis dan berat pakan √ √ √
Penimbangan pakan √ √ -
Palatabilitas pakan √ √ -
Penimbangan bobot
badan
√ √ √
Perilaku
makan
Frekuensi aktivitas
makan
√ √ -
Lama aktivitas makan √ √ -
Penggunaan waktu
aktivitas makan
√ √ -
Keterangan: (√) = Menggunakan; (-) = Tidak Menggunakan
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi observasi
langsung (pengamatan dan pengukuran), wawancara dengan pengelola dan studi
literatur.
Observasi Langsung
Observasi langsung dilakukan pada kegiatan pengamatan dan/atau
pengukuran untuk mendapatkan data mengenai manajemen pemeliharaan,
konsumsi pakan dan perilaku makan kukang jawa di YIARI yang mengacu pada
Tabel 2. Adapun metode pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
a. Manajemen pemeliharaan
Pengumpulan data mengenai manajemen pemeliharaan dilakukan selama
dua minggu. Aspek perkandangan yang diamati dan diukur berupa sistem
perkandangan (kandang terbuka, tertutup, semi terbuka dan semi tertutup), jumlah
dan ukuran kandang, jenis kandang dan konstruksi kandang, sarana dan fasilitas
kandang, enrichment/pengayaan kandang serta pemeliharaan dan perawatan
kandang.
Pengumpulan data sistem perkandangan meliputi jumlah dan ukuran
kandang (panjang, lebar dan tinggi dalam satuan meter). Jenis kandang dibedakan
berdasarkan kelompok umur satwa, fungsi dan tujuan penggunaannya.
Pemeliharaan dan perawatan kandang meliputi waktu pembersihan kandang, cara
perawatan dan pembersihan kandang. Pengukuran suhu dan kelembaban
dilakukan pukul 18.30 WIB, 19.30 WIB, 20.30 WIB dan 21.30 WIB. Suhu dan
kelembaban diukur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perilaku makan.
Jenis data pakan (waktu dan cara pemberian) yang diukur adalah berat awal
pemberian pakan dan pakan sisa. Pengumpulan data kesehatan meliputi jenis
penyakit, tindakan penanggulangan penyakit (pencegahan dan pengobatan) dan
fasilitas kesehatan (kandang karantina dan kandang klinik). Data yang
dikumpulkan pada aspek sumberdaya manusia adalah jumlah dan bidang keahlian
setiap tenaga yang ada. Jumlah sumberdaya manusia dapat berpengaruh terhadap
efisiensi penggunaan waktu dalam kegiatan manajemen pemeliharaan dan
pemberian pakan kukang di YIARI.
6
b. Konsumsi pakan kukang jawa
Data konsumsi pakan kukang jawa dilakukan selama sepuluh hari. Jenis
data yang dikumpulkan terkait konsumsi pakan meliputi jenis dan berat pakan,
penimbangan pakan, palatabilitas pakan dan penimbangan bobot badan. Kukang
jawa yang diteliti dikelompokkan menjadi kukang jawa juvenile dan kukang jawa
dewasa (tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin). Kukang jawa juvenile
sejumlah dua ekor dan kukang jawa dewasa (jantan dan betina) sejumlah delapan
ekor. Pengambilan sampel berdasarkan perhitungan intensitas sampling (IS)
sebesar 10%. Pemberian pakan dilakukan secara restricted feeding, yaitu
pemberian pakan yang dibatasi, namun satwa dapat bebas memilih pakan yang
diberikan. Pakan diberikan dua kali sehari, yaitu pada sore hari pukul 18.30 WIB
dan malam hari pukul 23.30 WIB. Air minum selalu tersedia di dalam kandang.
Pakan yang diberikan merupakan pakan utama yang dibedakan menjadi dua
ransum. Ransum merupakan campuran dari dua atau lebih bahan makanan yang
diberikan untuk kebutuhan 24 jam, dapat diberikan sekaligus atau beberapa kali
sebagian-sebagian (Ginoga dan Masy’ud 2013). Penimbangan pakan dilakukan
pada saat sebelum pemberian pakan dan pada pakan sisa. Palatabilitas pakan dapat
dilihat dari tingkat konsumsi pakan. Pengumpulan data bobot badan dilakukan
dengan menimbang bobot badan masing-masing kukang jawa juvenile dan kukang
jawa dewasa yang diteliti.
c. Perilaku makan kukang jawa
Jenis data yang dikumpulkan terkait perilaku makan meliputi frekuensi
aktivitas makan, lama waktu aktivitas makan dan penggunaan waktu aktivitas
makan. Pengamatan dilakukan selama satu minggu, objek yang diteliti berupa dua
ekor kukang jawa juvenile dan dua ekor kukang jawa dewasa yang dilakukan
masing-masing tiga kali pengulangan. Pengamatan dimulai pukul 18.30 WIB
sampai 21.30 WIB. Adapun metode yang digunakan berupa focal animal
sampling. Pencatatan aktivitas makan dicatat dalam ethogram yang mengacu pada
Braendle dan Geissmann (1997), yaitu mencari makan, memilih makan,
menggigit makan dan mengunyah makan.
Wawancara
Wawancara adalah kegiatan yang memerlukan interaksi di antara peneliti
dengan responden. Wawancara dilakukan kepada pengelola YIARI termasuk
dengan dokter hewan dan perawat satwa. Data yang diperoleh dalam wawancara
meliputi aspek perkandangan, pakan, kesehatan, sumberdaya manusia dan
konsumsi pakan. Wawancara mengenai aspek perkandangan meliputi sistem
perkandangan, sarana dan fasilitas kandang serta pemeliharaan dan perawatan
kandang. Data aspek pakan yang wawancarai meliputi jenis dan jumlah pakan
yang diberikan kepada kukang jawa dan waktu pemberian pakan. Data aspek
kesehatan meliputi kondisi fisik kukang jawa yang baru datang di YIARI,
penyakit yang sering terjadi pada kukang jawa, penanganan kukang jawa yang
sakit dan perawatan kesehatan yang dilakukan secara rutin. Wawancara mengenai
sumberdaya manusia meliputi jumlah tenaga kerja di YIARI dan tugas yang
dilakukan oleh tenaga kerja.
7
Studi Literatur
Studi literatur, yaitu pengumpulan data dan informasi terkait sejarah
YIARI, karakteristik lokasi penelitian (kondisi umum). Studi literatur dilakukan
sebelum dan sesudah penelitian.
Analisis Data
Manajemen Pemeliharaan
Data manajemen pemeliharaan kukang jawa yang terkumpul dianalisis
secara deskriptif kualitatif (Moleong 2008), dengan mendeskripsikan data dalam
bentuk tabel, grafik dan gambar ke dalam suatu kalimat pernyataan yang
menjelaskan dan menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh.
Konsumsi Pakan
Data jumlah konsumsi pakan diperoleh dengan menghitung selisih antara
berat awal dan berat sisa. Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel,
kemudian dideskripsikan ke dalam suatu kalimat pernyataan yang menjelaskan
dan menyimpulkan hasil yang diperoleh. Rumus konsumsi pakan sebagai berikut
(Alikodra 1990):
K = M − S
Keterangan:
K = Konsumsi pakan perhari (g)
M = Berat pakan awal (g)
S = Berat pakan sisa (g)
Data tingkat palatabilitas diketahui dari persentase konsumsi pakan. Rumus
tingkat palatabilitas sebagai berikut (Parakkasi 1999):
P = G0 − G1
G0x100%
Keterangan:
P = Palatabilitas (%)
G0 = Berat pakan awal (g)
G1 = Berat pakan sisa (g)
Data konsumsi pakan kering diperoleh dengan persentase bahan kering
dikalikan dengan bahan pakan yang dikonsumsi. Hasil perhitungan disajikan
dalam bentuk tabel, kemudian dideskripsikan ke dalam suatu kalimat pernyataan
yang menjelaskan dan menyimpulkan hasil yang diperoleh. Rumus konsumsi
bahan kering sebagai berikut (Djadjuli 1982):
KBK = K x BK
100
8
Keterangan:
KBK = Konsumsi bahan kering (g)
K = Konsumsi pakan perhari (g)
BK = Bahan kering bahan pakan (%)
Konsumsi nutrisi dan energi dihitung menggunakan rumus Pearson Method
(Ward 2010). Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian
dideskripsikan ke dalam suatu kalimat pernyataan yang menjelaskan dan
menyimpulkan hasil yang diperoleh.
KPK = ∑ KBK
∑ KBK keseluruhanx PK
KE =∑ KBK
∑ KBK keseluruhanx Energi
Keterangan:
KPK = Konsumsi protein kasar (%)
KE = Konsumsi energi (kal/g)
KBK = Konsumsi bahan kering (g)
PK = Kadar protein kasar (%)
Perilaku Makan
Data frekuensi dan lama waktu perilaku makan dihitung berdasarkan rumus
frekuensi relatif Sudaryono et al. (2012). Hasil perhitungan disajikan dalam
bentuk grafik, kemudian dideskripsikan ke dalam suatu kalimat pernyataan yang
menjelaskan dan menyimpulkan hasil yang diperoleh.
Frekuensi=X
Y x 100%
Lama waktu = 𝑡
𝑇𝑥 100%
Keterangan:
X = Frekuensi satu aktivitas yang diamati dalam pengamatan
Y = Frekuensi seluruh aktivitas yang diamati dalam pengamatan
t = Waktu yang dibutuhkan untuk makan (menit)
T = Total waktu pengamatan (menit)
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Manajemen Pemeliharaan
Perkandangan
YIARI memiliki 100 kandang kukang yang terdiri dari kandang karantina,
kandang individu, kandang klinik, kandang habituasi, kandang sanctuary dan
kandang tupai. Lokasi tiap kandang dibagi ke dalam blok-blok agar memudahkan
pengelola dalam melakukan manajemen pemeliharaan. Sketsa denah kandang
kukang YIARI yang teramati selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Keterangan: a) Kandang klinik; b) Kandang karantina; c) Kandang individu; d) Kandang
sanctuary; e) Kandang habituasi; f) Kandang tupai; *) Kandang juvenile; **) Kandang dewasa
Jenis dan ukuran kandang, konstruksi kandang, sarana dan fasilitas kandang,
serta pengayaan/enrichment kandang di YIARI disajikan dalam Tabel 3. Kandang
asli dan sketsa kandang kukang di YIARI dapat dilihat dalam Lampiran 1.
a
b
c
Blok B
Blok F
c
Blok E
c
c
d
d
d e
f
c
c
c
c
Blok A
Blok D
**
**
**
**
*
**
Gambar 2 Sketsa denah kandang kukang di YIARI
10
Tabel 3 Aspek perkandangan di YIARI
Jenis
Kandang
Aspek perkandangan
Jumlah
kandang
Ukuran kandang
p x l x t (m)
Sarana dan prasarana Pengayaan kandang Konstruksi kandang Fungsi kandang
Kandang
individu
61 2 x 2 x 3 Baki pakan: L=35 x 23 x 10 cm
Baki jangkrik: L=35 x 23 x 10 cm
Tempat getah: D=3 in; t=3 cm
Tempat minum: D=11.5 in; t= 7 cm
Tempat ulat: D=12 in; t=8 cm
Nest box: L=60 x 40 x 40 cm
Lorong bambu:
t= 53 cm; k= 76 cm
Pohon hidup
Batang/ranting mati
Karet
Atap: fiber gelombang
tembus cahaya
Kerangka: besi siku
Lantai: plester semen
Dinding/pagar: kawat
ram
Dinding pembatas:
besi
Pemeliharaan
kukang.
Kandang
karantina
13 2 x 2 x 3 Baki pakan: L=35 x 23 x 10 cm
Baki jangkrik: L=35 x 23 x 10 cm
Tempat getah: D=3 in; t=3 cm
Tempat minum: D=11.5 in; t= 7 cm
Tempat ulat: D=12 in; t=8 cm
Nest box: L=60 x 40 x 40 cm
Lorong bambu:
t= 53 cm; k= 76 cm
Batang/ranting mati
Karet
Atap: fiber gelombang
tembus cahaya
Kerangka: besi siku
Lantai: keramik
Dinding/pagar: kawat
ram dan tembok
Dinding pembatas:
kawat ram dan tembok
Penempatan
kukang yang baru
datang, untuk
tujuan
pemeriksaan
kondisi kukang
yang baru datang.
Kandang
habituasi
1 D=15 Tempat getah: D= 3 in; t=3cm
Tempat minum: D= 11.5 in; t=7 cm
Nest box: L= 60 x 40 x 40 cm
Tali
Pohon hidup
Pagar: fiber plastik
Kerangka: paralon 2 in
Lantai: tanah
Pengadaptasian
kukang dengan
habitat dan pakan
alami sebelum
dilepasliarkan.
10
10
11
Tabel 3 Aspek perkandangan di YIARI (lanjutan)
Jenis
Kandang
Aspek perkandangan
Jumlah
kandang
Ukuran kandang
p x l x t (m)
Sarana dan prasarana Pengayaan kandang Konstruksi kandang Fungsi kandang
Kandang
klinik
14 2 x 2 x 2 dan 1 x
1 x 1
Baki pakan: L=35 x 23 x 10 cm
Baki jangkrik: L=35 x 23 x 10
cm
Tempat getah: D=3 in; t=3 cm
Tempat minum: D=11.5 in; t= 7
cm
Tempat ulat: D=12 in; t=8 cm
Nest box: L=60 x 40 x 40 cm
Lorong bambu:
t= 53 cm; k= 76 cm
Batang/ranting mati
Karet
Atap: fiber gelombang
tembus cahaya
Kerangka: besi siku
Lantai: keramik
Dinding/pagar: kawat
ram dan tembok
Dinding pembatas:
kawat ram dan tembok
Memisahkan
kukang yang
sedang sakit agar
tidak menular ke
kukang lainnya.
Kandang
tupai
1 1 x 1 x 1 Tempat getah: D=3 in; t=3 cm
Tempat minum: D=11.5 in; t=7
cm
Tempat ulat: D= 12 in; t=8 cm
Pohon mati Atap: fiber gelombang
tembus cahaya
Kerangka: kayu
Lantai: kawat ram
Dinding/pagar: kawat
ram
Tempat
pemeliharaan
sementara
kukang.
Kandang
sanctuary
10 6 x 4 x 2.5/4, 3
x 4 x 3, 3 x 4.5 x
3
Baki pakan: L=35 x 23 x 10 cm
Baki jangkrik: L=35 x 23 x 10
cm
Tempat getah: D=3 in; t=3 cm
Tempat minum: D=11.5 in; t=7
cm
Tempat ulat: D=12 in; t=8 cm
Nest box: L=60 x 40 x 40 cm
Lorong bambu:
t= 53 cm; k= 76 cm
Pohon hidup
Batang/ranting mati
Karet
Atap: fiber gelombang
tembus cahaya
Kerangka: besi siku
Lantai: plester semen
Dinding/pagar: kawat
ram dan tembok
Dinding pembatas: besi
Memisahkan
kukang yang siap
untuk
dilepasliarkan.
10
1011
12
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 3 Sarana dan fasilitas dalam kandang kukang di YIARI; (a) Tempat ulat;
(b) Tempat getah; (c) Baki pakan; (d) Baki jangkrik; (e) Tempat
minum; (f) Nest box
(a)
(b) (c) (d)
Gambar 4 Enrichment/pengayaan kandang kukang di YIARI; (a) Lorong
bambu; (b) dan (c) Pohon hidup; (c) Pohon/ranting/batang mati; (d)
Karet
Peralatan pakan kukang di YIARI terdiri dari tempat ulat, tempat getah, baki
pakan, baki jangkrik dan tempat minum dapat dilihat dalam Gambar 3. Peletakan
peralatan makan berada ± 1.5 m dari lantai kandang. Tempat ulat dan tempat
getah digunakan untuk pemberian pakan berupa ulat sagu atau ulat jerman dan
getah, jumlah tempat disesuaikan dengan jumlah kukang di dalam kandang. Baki
pakan dan baki jangkrik digunakan untuk pemberian pakan berupa sayuran hijau,
umbi-umbian dan jangkrik. Setiap kandang disediakan satu baki pakan, satu baki
jangkrik dan satu tempat minum. Nest box digunakan sebagai tempat
berteduh/shelter kukang.
Enrichment/pengayaan kandang merupakan aspek penting bagi kukang
untuk mengurangi tingkat kebosanan dan stres di dalam kandang yang akan
menimbulkan perilaku steriotipe (berulang-ulang). Berbagai macam jenis
enrichment pada kandang kukang di YIARI dapat dilihat dalam Gambar 4. Jenis
enrichment yang digunakan diseluruh kandang kukang di YIARI sama dan
memiliki sedikit perbedaan. Perbedaan hanya pada jumlah pohon hidup. Pohon
hidup yang ada di dalam kandang minimal berjumlah satu pohon, tergantung pada
luas ukuran kandang. Adapun jenis yang ditanam merupakan jenis pohon
bergetah.
13
Pakan
Pakan diberikan dua kali sehari, yaitu pada waktu sore hari pukul 18.30
WIB dan malam hari pukul 23.30 WIB. Bahan pakan yang diberikan kepada
kukang diantaranya sayuran hijau, umbi-umbian, getah dan serangga. Sayuran
hijau terdiri dari brokoli, bunga kol, jagung, tomat, mentimun, buncis, jamur,
kacang-kacangan, kacang panjang, terong, oyong, labu siam dan alpukat. Umbi-
umbian terdiri dari labu, ubi manis, bit, wortel, ketela, bengkoang, kentang, lobak
dan talas. Serangga yang diberikan berupa ulat sagu, ulat jerman dan jangkrik.
Cara penyajian bahan pakan untuk sayuran hijau dikukus, kecuali mentimun dan
tomat yang diberikan secara langsung, untuk umbi-umbian semua bahan pakan
dikukus terlebih dahulu. Serangga diberikan secara langsung. Berat bahan pakan
untuk sayuran hijau dan umbi-umbian yang diberikan sebesar 25 g/ekor/hari dan
20 g/ekor/hari. Getah yang diberikan merupakan getah akasia yang telah menjadi
bubuk getah. Berat getah yang diberikan sebesar 8 g/ekor/hari. Pemberian getah
dengan cara mencampur getah dan air menggunakan mixer, kemudian dicampur
dengan jus buah asli untuk menambah nafsu makan kukang. Pemberian pakan
juga dipenuhi dengan protein yang berasal dari ulat sagu/ulat jerman dan jangkrik.
Pemberian untuk ulat jerman sebesar 8 g/ekor/hari, ulat sagu sebesar 7 g/ekor/hari.
Pemberian pakan pada sore hari dengan komposisi sayuran hijau dan getah,
sedangkan untuk malam hari dengan komposisi umbi-umbian dan ulat
jerman/sagu. Hal ini dikarenakan umbi-umbian mempunyai kandungan sumber
energi yang tinggi, namun memiliki protein yang rendah, sehingga pemberian
umbi-umbian harus diimbangi dengan pemberian kandungan protein yang tinggi
yang diperoleh dari ulat jerman/ulat sagu.
Kesehatan
Tenaga ahli yang menangani kesehatan kukang di YIARI sebanyak tiga
dokter hewan, yang bertugas untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan
kukang dan satu paramedis. Jenis penyakit pada kukang yang sering terjadi di
YIARI adalah infeksi gigi. Kukang yang baru datang di YIARI memiliki kondisi
fisik yang berbeda-beda. Kondisi fisik kukang berdasarkan sumbernya, dibedakan
menjadi tiga, yaitu kukang dari tangkapan liar (kukang yang memasuki
pemukiman) biasanya kondisi fisik bagus, masih memiliki gigi lengkap dan
berperilaku agresif dengan manusia. Kukang hasil penyitaan (kukang yang
diperdagangkan secara ilegal) banyak ditemukan gigi dalam kondisi lengkap atau
terpotong, terdapat luka di tubuh, berat badan tidak ideal dan cenderung abnormal.
Kukang peliharaan (kukang yang dipelihara oleh masyarakat) sebagian besar
kondisi gigi sudah terpotong dan terinfeksi, malnutrisi dan obesitas serta
berperilaku jinak (tidak takut dengan manusia). Penanganan kukang yang baru
datang di YIARI dilakukan pemeriksaan kondisi fisik terlebih dahulu, yaitu
dilakukan pemeriksaan medis. Pemeriksaan medis dilakukan dengan cara
membius kukang, kemudian merontgen seluruh badan dan pemeriksaan fisik yang
meliputi berat badan, temperatur, jantung, darah, feses, pemasangan microchip,
morfometrik, serta pengambilan gambar wajah dan punggung. Kukang yang
dalam kondisi sakit akan diobati sesuai penyakitnya terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan pemeriksaan medis. Semua kukang yang telah menjalani pemeriksaan
medis ditempatkan di kandang karantina selama enam minggu, setelah itu di
tempatkan pada kandang individu sampai siap dilepasliarkan.
14
Sumberdaya Manusia
YIARI memiliki 63 orang pekerja tetap, di antaranya terdapat dokter
hewan, tenaga paramedis, perawat satwa, tenaga keamanan dan tenaga
administrasi. Efisiensi penggunaan waktu merupakan faktor penting dalam
melakukan manajemen pemeliharaan. Penggunaan waktu yang digunakan oleh
seorang perawat satwa dalam melakukan pembersihan kandang dan pemberian
pakan dalam satu jam adalah kandang seluas 120 m3/jam atau sekitar 10 kandang
dan pemberian pakan sebanyak 20 ekor/jam.
Konsumsi Pakan
Pakan utama kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa yang diberikan
berupa sayuran hijau, umbi-umbian, getah dan serangga. Berdasarkan hasil
perhitungan, jumlah konsumsi pakan kukang jawa juvenile berbeda dengan
kukang jawa dewasa. Hasil perhitungan jumlah pemberian pakan dan rataan
konsumsi pakan segar pada kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah pemberian dan rataan konsumsi pakan segar kukang jawa
Bahan pakan Jumlah pemberian
pakan
Konsumsi kukang jawa
Juvenile Dewasa
-----------------------------g/ekor/hari-------------------------------
Ransum 1
Jagung 25.00 13.40 8.25
Getah 8.00 8.00 8.00
Singkong 20.00 12.10 7.55
Ulat jerman 8.00 8.00 8.00
Total 61.00 41.50 31.80
Ransum 2
Mentimun 25.00 12.10 5.00
Getah 8.00 8.00 8.00
Ubi jalar 20.00 19.40 12.93
Ulat sagu 7.00 7.00 7.00
Total 60.00 46.50 32.93
Kandungan nutrisi protein kasar dan energi diperoleh melalui studi pustaka.
Kandungan nutrisi dari setiap bahan pakan yang diberikan pada penelitian dapat
dilihat dalam Tabel 5.
15
Tabel 5 Kandungan nutrisi pada bahan pakan
Pakan BK PK Energi
-------------------------%-------------------- kal/g
Jagung 20.67 14.16 4411.00
Getah akasia 87.40 1.30 4060.00
Singkong 46.01 1.88 1560.00
Mentimun 18.72 20.84 3682.00
Ubi jalar 26.63 3.57 4137.20
Ulat jerman 48.07 46.94 6687.40
Ulat sagu* 35.79 34.60 5830.00
Jumlah pakan kering yang dikonsumsi oleh kukang jawa juvenile dan
kukang jawa dewasa selama satu hari perlu diketahui untuk menentukan
kebutuhan akan zat makanan (protein kasar dan energi) yang dikonsumsi. Hasil
perhitungan rataan konsumsi pakan kering kukang jawa juvenile dan kukang jawa
dewasa dapat dilihat dalam Tabel 6.
Tabel 6 Rataan konsumsi pakan kering kukang jawa
Bahan pakan Konsumsi kukang jawa
Juvenile Dewasa
---------------------g/ekor/hari----------------------
Ransum 1
Jagung 2.77 1.71
Getah 6.99 6.99
Singkong 5.57 3.47
Ulat jerman 3.85 3.85
Total 19.17 16.02
Ransum 2
Mentimun 2.27 0.94
Getah 6.99 6.99
Ubi jalar 5.17 3.40
Ulat sagu 2.51 2.51
Total 16.93 13.88
Berdasarkan hasil perhitungan, terdapat perbedaan konsumsi nutrisi protein
kasar dan energi pada kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa yang
disajikan dalam Tabel 7.
Sumber: Soedarmo dan Sediaoetama (1977); Barroso et al. (2014)*
Keterangan: BK= Bahan kering, PK= Protein Kasar
16
Mentimun Ubi jalar
2.42
97
20
64.63
Pal
atab
ilit
as (
%)
Ransum 2
Juvenile Dewasa
Jagung Singkong
53.6 60.5
33 37.75
Pal
atab
ilit
as (
%)
Ransum 1
Juvenile Dewasa
Gambar 5 Tingkat palatabilitas ransum 1 dan ransum 2 kukang jawa juvenile dan
kukang jawa dewasa
Tabel 7 Konsumsi nutrisi protein kasar dan energi kukang jawa
Kukang jawa juvenile Kukang jawa dewasa
Bahan Pakan PK (%) Energi (kal/g) PK (%) Energi (kal/g)
Ransum 1
Jagung 2.05 637.73 1.51 470.84
Getah 0.47 1480.41 0.57 1771.50
Singkong 0.55 453.27 0.41 337.90
Ulat jerman 9.43 1343.06 11.28 1607.15
Total 12.50 3914.11 13.77 4186.55
Ransum 2
Mentimun 2.79 384.81 1.41 249.36
Getah 0.50 1306.60 0.65 2044.63
Ubi jalar 1.10 984.78 0.88 1025.36
Ulat sagu 5.13 673.72 6.26 1054.27
Total 9.55 3349.91 9.20 4373.62
Konsumsi pakan harian kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa
dipengaruhi oleh tingkat palatabilitas pakan. Perhitungan mengenai tingkat
palatabilitas pakan berdasarkan pada jenis ransum. Palatabilitas pakan pada
kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa tersaji dalam Gambar 5.
Perilaku Makan
Perilaku makan kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa tidak
terdapat perbedaan. Total waktu perilaku makan kukang jawa juvenile, yaitu 24.75
menit dan kukang jawa dewasa, yaitu 12.42 menit. Aktivitas makan yang paling
banyak dilakukan pada aktivitas mencari makan (Gambar 6). Aktivitas memilih
makan dilakukan dengan cara berdiri datar pada baki pakan sambil mencium dan
mengambil pakan. Aktivitas menggigit makan dengan cara menggigit pakan yang
17
telah dipilih menggunakan dua kaki depan. Aktivitas mengunyah makan lebih
cepat dengan cara mengunyah pakan yang memiliki tekstur lembut.
49.24
16.92
16.92
16.92
71.35
9.56
9.56
9.56
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Mencari makan
Memilih makan
Menggigit makan
Mengunyah makan
Persentase frekuensi (%)
Akti
vit
as m
akan
Dewasa
Juvenile
(a)
56.05
21.98
21.98
70.1
59.99
8
8
8
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Mencari makan
Memilih makan
Menggigit makan
Mengunyah makan
Lama waktu (menit)
Akti
vit
as m
akan
Dewasa
Juvenile
(b)
1.05
0.81
0.14
0.39
0.45
0.18
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
18.30-19.30
19.30-20.30
20.30-21.30
Frekuensi
Wak
tu
Dewasa
Juvenile
(c)
Gambar 6 Grafik perilaku makan kukang jawa juvenile dan kukang jawa
dewasa di YIARI; (a) Persentase frekuensi; (b) Lama waktu; (c)
Penggunaan waktu
18
Pembahasan
Manajemen Pemeliharaan
Perkandangan
Terdapat 169 ekor kukang, dengan tiga spesies berbeda yang ada di
YIARI. Komposisi kukang pada setiap kandang berbeda, meliputi satu
jantan/banyak betina, satu jantan/satu betina dan banyak betina. Menurut Law
(2001), wilayah jelajah kukang jantan di alam liar tumpang tindih dengan
beberapa betina. Setiap jenis kandang ditempati maksimal tiga ekor kukang
dengan spesies yang sama, kecuali pada kandang sanctuary. Kandang sanctuary
ditempati maksimal empat ekor kukang, karena memiliki ukuran yang lebih besar
dari jenis kandang lainnya. Berdasarkan pernyataan dari Law (2001), kukang
hidup soliter di alam, tetapi kukang tidak asosial, dengan memaksimalkan ruang
dapat menampung beberapa individu bersama-sama memungkinkan individu lebih
banyak berinteraksi dengan kelompoknya.
Sistem perkandangan di YIARI dengan menggunakan sistem perkandangan
semi tertutup dan beberapa kandang klinik menggunakan sistem perkandangan
tertutup telah sesuai menurut GFAS tahun 2013, bahwa sistem perkandangan bagi
mamalia kecil dapat dibagi atas sistem perkandangan tertutup (indoor enclosures)
dan terbuka (outdoor enclosures). Menurut GFAS (2013), ruang dan ukuran
kandang yang cukup bagi mamalia kecil difungsikan untuk bergerak bebas dan
cepat, sehingga dapat mengurangi stres dan menjaga kondisi yang baik. Ukuran
kandang individu dan kandang sanctuary telah sesuai menurut standar dari GFAS
(2013), bahwa luas minimal kandang seluas 4 m2 dengan tinggi 3 m. Ukuran
kandang klinik telah sesuai dengan ukuran yang direkomendasikan oleh National
Research Council (1996) di dalam Kiroh (2002) bahwa, ukuran kandang untuk
primata dengan berat badan 0-3 kg, ukuran luas lantai kandang, yaitu 1.60-3 m2
dan tinggi sebesar 20-30 cm. Ukuran kandang tupai dan beberapa kandang klinik
telah sesuai dengan ukuran yang direkomendasikan oleh National Institute of
Health (1985) di dalam Rahman (2011), yaitu untuk primata dengan berat badan
0-3 kg, ukuran luas lantai kandang, yaitu 0.15-0.28 m2 dan tinggi sebesar 50.8-
76.2 cm.
Kandang dapat dibuat ideal dan sederhana. Kandang ideal adalah kandang
dengan konstruksi bahan yang kuat, kokoh dan tahan lama dengan luas yang
sesuai dengan kondisi habitat alami satwa (Masy’ud dan Ginoga 2016).
Konstruksi kandang harus memerhatikan aspek keamanan dan kenyamanan satwa.
Persyaratan teknis secara umum dalam menetapkan konstruksi kandang sebagai
berikut: (1) ventilasi kandang harus sempurna; (2) memiliki dinding/pagar dan
atap/tempat berteduh; (3) arah kandang sedapat mungkin dibuat menghadap
timur-barat untuk cahaya matahari pagi yang optimal. Berdasarkan standar untuk
membuat dinding/pagar yang ditetapkan oleh GFAS (2013), dinding/pagar
dibangun dari kaitan kawat, kawat ram, anyaman kawat dengan ukuran minimal
sebesar 25.4 mm x 25.4 mm.
Sarana dan fasilitas dalam kandang minimal tersedia tempat makan dan
minum, tempat berteduh/shelter dan tempat bertengger (Masy’ud dan Ginoga
2016). Tempat berteduh/shelter yang disediakan oleh YIARI untuk kukang berupa
19
nest box. Nest box juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan perilaku alami
kukang. Hal tersebut terdapat dalam salah satu poin dari animal welfare, yaitu
bebas berperilaku alami. Menurut Departement of Environment and Conservation
(2009), nest box adalah struktur buatan manusia yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan spesies yang digunakan untuk bersarang dan berteduh. DEC (2009)
menyebutkan bahwa, nest box dibuat sebagai tiruan untuk mengetahui aktivitas
dari beberapa mamalia kecil yang menggunakan lubang pohon di alam. Sarana
dan fasilitas kandang kukang di YIARI telah sesuai dari minimal sarana dan
prasarana yang diharuskan. Menurut World Society for Protection of Animal
(2009), kandang sangat mempengaruhi perilaku alami satwa. Pengayaan kandang
kukang di YIARI salah satunya terdapat pohon hidup yang bergetah. Berdasarkan
penelitian dari Nurcahyani (2015), pohon hidup yang ditanam di dalam kandang
lebih baik pohon bergetah karena kukang sangat menyukai getah dan keberadaan
pohon bergetah berperan penting dalam kelangsungan hidup kukang.
Lorong bambu terbuat dari anyaman bambu dengan bentuk silinder. Lorong
bambu diletakkan dengan cara digantung pada batang pohon mati. Kondisi dalam
lorong bambu tertutup, gelap dan sedikit cahaya matahari yang masuk melalui
celah kecil, menjadikan lorong bambu biasa digunakan kukang sebagai tempat
tidur/shelter. Menurut Kartika (2000) dan Nurcahyani (2015), kukang biasa tidur
dalam sarang yang gelap dan tertutup untuk melindungi dirinya dari predator dan
cahaya matahari yang berlebih. Berdasarkan penelitian dari Puspita (2017), shelter
yang terbuka sangat menggangu aktivitas tidur kukang, sehingga kukang
terbangun dan beraktifitas pada siang hari. Hal tersebut dapat membuat kukang
stres dan terjadi pergeseran waktu tidur kukang. Karet dan batang/ranting mati
digunakan kukang sebagai sarana berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan cara menggapai. Menurut Wiens dan Zitzmann (2003), kukang berpindah
dari pohon ke pohon lain, berjalan di dinding dan atap jaring dengan pergerakan
yang lambat dengan menggunakan keempat kakinya, hal ini disebabkan kukang
tidak dapat melompat.
Pemeliharaan kandang kukang di YIARI termasuk dalam sistem intensif.
Sistem intensif merupakan teknis manajemen pemeliharaan yang direncanakan
dan dilakukan oleh pengelola (Masy’ud dan Ginoga 2016). Perawatan kandang
dilakukan setiap hari, mulai pukul 09.00 WIB sampai selesai. Pembersihan semua
kandang kukang dilakukan oleh perawat satwa. Pembersihan dilakukan dengan
menyapu lantai kandang dari feses dan sisa pakan yang terjatuh di lantai kandang,
untuk pembersihan lantai kandang dengan menggunakan cairan disenfektan
dilakukan dua kali dalam sebulan. Pembersihan peralatan pakan dicuci
menggunakan sabun setiap hari. Peralatan lainnya seperti nest box dan enrichment
kandang dilakukan dengan mengganti saat sudah rusak. Pemeliharaan pohon mati
dilakukan dengan pergantian setiap enam bulan sekali dan pohon hidup disiram
setiap hari.
Pakan
Manajemen pakan kukang di YIARI sudah sesuai dengan kebiasaan pakan
kukang di alam. Hal ini dapat terlihat dari pemberian jenis pakan yang berupa
sayuran hijau, umbi-umbian, getah dan serangga. Kukang di alam memakan buah-
buahan, serangga dan vertebrata kecil, serta getah dari tumbuhan (NRC 2003).
Berdasarkan penelitian Romdhoni et al. (2018), Wiens (2002), Margono (2015),
20
kukang jawa di alam memakan jenis buah alpukat, getah dari tumbuhan akasia
dan berbagai serangga berupa ulat, kumbang, kupu-kupu, belalang, ngengat dan
laba-laba, serta nektar yang diperoleh dari bunga kaliandra. Menurut Streicher
(2009), Nekaris dan Bearder (2011), kukang di alam memakan getah pohon,
nektar dan serangga. Kukang yang ada di YIARI dipelihara untuk tujuan
pelepasliaran di alam, agar kukang dapat bertahan di alam, maka YIARI
memberikan pengayaan pakan berupa madu yang diletakkan di suatu tempat
tersembunyi di dalam kandang, sehingga kukang dapat mencari madu sesuai
dengan kebiasaannya di alam yaitu, mencari nektar pada bagian bunga dari
tumbuhan kaliandra.
Pemberian pakan kukang di YIARI lebih mengutamakan pakan yang
memiliki kandungan protein yang tinggi dan sumber energi tinggi. Protein
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, pembentukan otot, pembentukan
sel-sel darah merah, pertahanan tubuh terhadap penyakit, enzim dan hormon, dan
sintesis jaringan-jaringan tubuh lainnya. Protein bisa berasal dari nabati dan
hewani. Di YIARI pemberian getah dicampur dengan jus buah untuk menambah
nafsu makan kukang. Menurut hasil penelitian dari Swapna et al. (2010), kukang
bengal di India mampu bertahan hidup selama musim dingin hanya dengan
mengkonsumsi getah. Serangga yang diberikan di YIARI berupa ulat jerman, ulat
sagu dan jangkrik. Menurut Wirdateti et al. (2002), pakan kukang di alam lebih
banyak berasal dari protein hewani dibandingkan dari protein nabati.
Kesehatan
Manajemen pemeliharaan pada aspek kesehatan di YIARI sudah baik. Hal
ini dapat terlihat pada perawatan kesehatan kukang yang dilakukan oleh dokter
hewan dan tenaga paramedis. Perawatan kesehatan pada kukang dilakukan
pengecekan secara rutin, untuk pemeriksaan feses dilakukan setiap bulan,
penimbangan berat badan dilakukan setiap 2-3 bulan sekali, pemberian obat
cacing diberikan setiap 2-3 bulan sekali dan biosekuriti kandang. Kukang yang
terinfeksi suatu penyakit yang dapat menularkan ke kukang lain dan
membutuhkan pengobatan akan diobati di klinik, namun apabila penyakit tersebut
masih ringan seperti kekurangan kalsium dan terdapat sedikit luka akan tetap
berada di kandang. Fasilitas kesehatan di YIARI, diantaranya terdapat kandang
klinik, kandang karantina dan satu ruang operasi, serta koleksi obat yang
disesuaikan dengan jenis penyakit pada kukang. Sesuai dengan Permenhut No. 31
Tahun 2012, dimana salah satu kriteria sebagai pusat rehabilitasi harus memiliki
fasilitas kesehatan sekurang-kurangnya terdiri atas kandang karantina, klinik dan
koleksi obat.
Sumberdaya Manusia
Tenaga kerja di YIARI sudah memenuhi tenaga kerja di pusat rehabilitasi.
Berdasarkan Permenhut No. 31 Tahun 2012, tenaga kerja permanen sesuai bidang
keahliannya di pusat rehabilitasi satwa sekurang-kurangnya terdiri atas dokter
hewan, tenaga paramedis, perawat satwa, tenaga keamanan, dan tenaga
administrasi. Dokter hewan bertugas untuk menangani kesehatan kukang yang
dibantu oleh paramedis. Perawat satwa bertugas untuk melakukan pemberian
makan, pembersihan kandang dan menjaga kukang di YIARI. Tenaga keamanan
bertugas untuk menjaga keamanan kawasan YIARI. Tenaga administrasi bertugas
21
untuk penyediaan informasi yang dibutuhkan manajemen, pengarsipan data,
pengadaan file dan menginventarisasi peralatan yang dibutuhkan.
Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi pakan segar tertinggi ada pada ransum 2. Hal ini
dikarenakan pada ransum 2, tingkat konsumsi malam hari pada ubi jalar tinggi
dibandingkan singkong. Ubi jalar yang diberikan bertekstur halus dan lembut
serta sebagai salah satu sumber energi. Kebutuhan energi kukang jawa yang tinggi
digunakan untuk beraktivitas pada malam hari. Tingkat konsumsi kukang jawa
juvenile lebih tinggi dibandingkan kukang jawa dewasa disebabkan kukang jawa
juvenile sedang dalam masa pertumbuhan. Konsumsi pakan tergantung dari
aktivitas, jenis kelamin, umur, kondisi lingkungan dan perubahan suhu (Moen
1973).
Konsumsi pakan pada kukang jawa juvenile yang diteliti untuk ransum 1
sebesar 4.04% dan ransum 2 sebesar 4.53% dari bobot badannya, sedangkan
kukang jawa dewasa mengkonsumsi pakan pada ransum 1 sebesar 3.29% dan
ransum 2 sebesar 3.41% dari bobot badannya. Menurut Sajuthi (1983), konsumsi
kukang di penangkaran sebesar 4% dari bobot badan. Ransum 1 dan ransum 2
kukang jawa juvenile telah mencukupi konsumsi pakan dari bobot badannya,
namun untuk kukang jawa dewasa pada ransum 1 dan ransum 2 belum
mencukupi. Hal ini berkaitan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi.
Tingkat konsumsi pakan kering kukang jawa juvenile lebih tinggi
dibandingkan dengan kukang jawa dewasa. Nilai konsumsi pakan kering kukang
jawa juvenile dan dewasa relatif rendah, hal ini dikarenakan bahan pakan yang
diberikan rata-rata memiliki kadar air yang tinggi. Tingginya kadar air
dikarenakan bahan pakan yang diberikan dalam keadaan segar. Konsumsi pakan
berdasarkan bahan kering yang rendah berpengaruh kepada tingkat konsumsi air.
Semakin rendah tingkat pakan berdasarkan bahan kering, maka semakin rendah
tingkat konsumsi air, karena kebutuhan air kukang jawa juvenile dan kukang jawa
dewasa sudah terpenuhi dari bahan pakan segar yang diberikan. Satwa dapat
memenuhi kebutuhan air melalui tiga sumber, yakni air bebas (air yang berasal
dari danau, sungai, sumur, embun pada hijauan), air dalam makan (air yang
terkandung dalam bahan makanan yang dimakan satwa) dan air metabolik (air
yang dihasilkan selama proses pencernaan atau metabolisme protein, karbohidrat
dan lemak) (Ginoga dan Masy’ud 2013 ).
Konsumsi nutrisi protein kasar pakan utama pada ransum 1, kukang jawa
juvenile (12.50%) dan kukang jawa dewasa (13.77%) lebih tinggi dibandingkan
pada ransum 2, yaitu kukang jawa juvenile (9.55%) dan kukang jawa dewasa
(9.20%). Konsumsi nutrisi protein kasar dari dua ransum yang diberikan,
konsumsi nutrisi protein kasar pada ransum 1 kukang jawa dewasa lebih tinggi
sedikit dari penelitian Cabana et al. (2017), yaitu sebesar 13.57%, sedangkan
untuk kukang jawa juvenile lebih rendah sedikit. Konsumsi nutrisi protein kasar
pada ransum 2, kukang jawa dewasa dan kukang jawa juvenile belum mencukupi.
Konsumsi nutrisi protein kasar yang belum tercukupi dapat dipenuhi dengan
enrichment/pengayaan pakan yang dilakukan oleh YIARI berupa pemberian
serangga dan telur rebus. Konsumsi energi (kal/g) pakan utama, kukang jawa
22
juvenile pada ransum 1 (3914.11 kal/g) lebih tinggi dibandingkan dengan ransum
2 (3349.91 kal/g), sedangkan pada kukang jawa dewasa konsumsi energi ransum 2
(4373.62 kal/g) lebih tinggi dibandingkan ransum 1 (4186.55 kal/g). Konsumsi
energi kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa lebih tinggi dari penelitian
Cabana et al. (2017), yaitu sebesar 2.99 kkal/g atau sebesar 2990 kal/g. Perbedaan
konsumsi pakan pada kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa dapat
mempengaruhi konsumsi nutrisi protein kasar dan energi.
Tingkat palatabilitas yang ditunjukan pada Gambar 5 adalah berdasarkan
pemberian pakan ransum 1 dan ransum 2. Pemberian pakan saat sore hari,
konsumsi pakan jagung (ransum 1) lebih disukai dibandingkan mentimun (ransum
2), dengan urutan tertinggi oleh kukang jawa juvenile (53.6%) dan kukang jawa
dewasa (33%). Menurut Supriatna dan Wahyono (2000), kukang sering
mengkonsumsi biji-bijian. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan bahwa, kukang
hanya memakan biji-biji yang terdapat dalam mentimun, sedangkan jagung
tersusun dari biji-bijian, sehingga yang tersisa hanya bonggolnya saja. Menurut
Soeharsono (2010), palatabilitas dipengaruhi oleh parameter fisik dan kimia yang
dirangsang oleh penglihatan, penciuman, sentuhan dan rasa. Parameter fisik
meliputi kekerasan bahan pakan, warna, bentuk pakan dan tekstur, sedangkan
parameter kimiawi meliputi kandungan nutrisi dalam bahan pakan. Pemberian
pakan saat malam hari, konsumsi pakan ubi jalar (ransum 2) lebih disukai
dibandingkan singkong (ransum 1), dengan urutan tertinggi oleh kukang jawa
juvenile (97%) dan kukang jawa dewasa (64.63%). Ubi jalar lebih disukai
daripada singkong karena memiliki rasa manis dan teksturnya yang lembut dan
halus yang mudah dimakan oleh kukang. Tingkat palatabilitas pada getah, ulat
jerman dan ulat sagu tidak diketahui, hal ini dikarenakan tidak ada sisa selama
penelitian berlangsung. Menurut Parakkasi (1999), voluntary feed intake (VFI)
atau tingkat konsumsi yang diberikan secara ad libitum dapat menggambarkan
palatabilitas.
Perilaku Makan
Perilaku makan dicatat berdasarkan aktivitas mencari makan, memilih
makan, menggigit makan dan mengunyah makan. Terdapat perbedaan persentase
frekuensi perilaku makan antara kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa.
Perbedaan persentase frekuensi antara kukang jawa juvenile dan kukang jawa
dewasa dikarenakan kukang jawa juvenile sedang dalam tahap pertumbuhan,
sehingga diperlukan asupan makan yang tinggi. Aktivitas mencari makan pada
keduanya lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Pergerakan mencari
makan pada kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa dilakukan dengan
berjalan sambil mencium dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Namun, saat
mengetahui keberadaan peneliti kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa
akan diam dan berjalan mundur. Menurut Nurcahyani (2015), kukang jawa di
Taman Nasional Halimun Salak akan diam tidak bergerak setelah melihat
kehadiran pengamat dan mendengar suara berisik. Tingkah laku aktivitas makan
keduanya diawali dengan memilih dan mencium pakan yang diberikan kemudian
memasukannya ke dalam mulut. Tidak ditemukan aktivitas minum pada kukang
jawa juvenile maupun kukang jawa dewasa selama pengamatan berlangsung. Hal
23
ini dikarenakan bahan pakan yang diberikan mengandung air dan suhu di kandang
kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa rendah, sehingga kukang tidak
melakukan aktivitas yang berlebih. Terdapat berbagai posisi makan dari kukang
jawa juvenile dan kukang jawa dewasa, di antaranya berdiri turun, yaitu dengan
merekatkan kedua kaki belakang dan satu kaki depan pada pagar dan kaki depan
satunya memegang baki getah/pakan, posisi berdiri datar, yaitu dengan posisi
tegak menggunakan empat/dua kaki.
Persentase aktivitas makan tertinggi berdasarkan hasil pengamatan berbeda-
beda, pada kukang jawa juvenile aktivitas makan tertinggi terjadi pada pukul
18.30-20.30 WIB, sedangkan pada kukang jawa dewasa aktivitas makan tertinggi
terjadi pada pukul 19.30-21.30 WIB. Selama pengamatan didapati kukang jawa
juvenile langsung memakan pakan yang diberikan, yakni pada pukul 18.30 WIB,
namun pakan tersebut tidak sampai habis, kemudian dilanjutkan dengan perilaku
mencari makan. Kukang jawa dewasa tidak langsung makan saat pemberian
pakan, namun didapati sedang melakukan aktivitas mencari makan. Tidak terlihat
peningkatan aktivitas makan pada kedua kukang. Hal ini diduga bahwa,
peningkatan aktivitas kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa terjadi pada
tengah malam. Berdasarkan penelitian dari Kusumorini et al. (2014), peningkatan
aktivitas makan pada kukang sumatera terjadi pada pukul 24.00-02.00 WIB.
Perbedaan waktu aktivitas makan juga diduga dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban masing-masing kandang.
Tidak terjadi perbedaan suhu dan kelembaban yang besar antara kandang
kukang jawa juvenile dan kandang kukang jawa dewasa. Berdasarkan
rekomendasi dari GFAS (2013), suhu kandang berkisar antara 18°C-32°C dan
kelembaban berkisar antara 50%-70%. Kelembaban diatas 80% perlu adanya
pengaturan lingkungan, untuk mencegah pertumbuhan jamur. Suhu rata-rata di
kandang kukang jawa juvenile lebih rendah, yaitu berkisar antara 18.5°C-21.5°C
dan kelembaban rata-ratanya antara 90%-100%. Suhu yang rendah dan
kelembaban yang tinggi dikarenakan letak kandang juvenile yang berada di dalam
dekat dengan tutupan tegakan bambu dan semak-semak, selain itu dibagian
belakang kandang juga terdapat sumber air. Suhu rata-rata di kandang kukang
jawa dewasa lebih tinggi sedikit, yaitu berkisar antara 22°C-24.5°C dan
kelembaban rata-ratanya antara 90%-100%. Suhu yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kandang kukang jawa juvenile dikarenakan letak kandang kukang jawa
dewasa berada di tengah, berdampingan dan berhadapan dengan kandang kukang
lainnya. Berdasarkan rekomendasi suhu dan kelembaban dari GFAS (2013), suhu
rendah tidak berpengaruh terhadap aktivitas makan kukang jawa juvenile dan
kukang jawa dewasa, namun kemungkinan kelembaban yang tinggi hingga
mencapai 100% berpengaruh pada aktivitas makan kukang jawa juvenile dan
kukang jawa dewasa.
24
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Manajemen pemeliharan kukang jawa di YIARI menggunakan sistem
intensif, dengan teknis manajemen pemeliharaan yang direncanakan dan
dilakukan oleh pengelola. Aspek perkandangan di YIARI telah sesuai dengan
standar international menurut GFAS tahun 2013, WSPA tahun 2009, NIH tahun
1985 dan NRC tahun 1996. Aspek pakan di YIARI telah sesuai berdasarkan
pakan kukang di alamnya. Aspek kesehatan dan sumberdaya manusia di YIARI
telah memenuhi kriteria sebagai pusat rehabilitasi.
Konsumsi pakan utama dibedakan berdasarkan dua ransum. Ransum kedua
lebih disukai oleh kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa. Konsumsi
pakan segar kukang jawa juvenile diatas standar minimal 4% dari bobot badannya.
Konsumsi nutrisi protein kasar dan energi ransum 1 dan ransum 2 kukang jawa
juvenile sebesar 12.50%; 3.91 kkal/g dan 9.55%; 3.35 kkal/g, sedangkan pada
kukang jawa dewasa sebesar 13.77%; 4.19 kkal/g dan 9.20%; 4.37 kkal/g.
Konsumsi energi kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa sudah tercukupi.
Konsumsi nutrisi terutama protein kasar belum tercukupi untuk kukang jawa
dewasa pada ransum 2 dan kukang jawa juvenile pada ransum 1 dan 2.
Perilaku makan kukang jawa juvenile dan kukang jawa dewasa tidak ada
perbedaan. Lama waktu perilaku makan kukang jawa juvenile 24.75 menit,
sedangkan kukang jawa dewasa 12.42 menit. Perilaku makan tertinggi pada
aktivitas mencari makan. Waktu aktivitas makan tertinggi pada kukang jawa
juvenile pukul 18.30-19.30 WIB dan kukang jawa dewasa pada pukul 19.30-20.30
WIB.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk perkembangan pengelolaan
pemeliharaan di antaranya: 1) Perlu dilakukan pengamatan berkala pada konsumsi
pakan utama untuk mengetahui pakan kesukaan dengan kandungan nutrisi yang
terkandung, sehingga tingkat konsumsi dan konsumsi nutrisi dapat tercukupi; 2)
Perlu dilakukan pengaturan keadaan lingkungan sekitar kandang kukang, untuk
menjaga suhu dan kelembaban. Penelitian dengan jumlah satwa satu individu
dalam satu kandang perlu dilakukan untuk hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar. Edisi I. Bogor (ID): IPB Press.
Barroso FG, Haro de C, Muros MJS, Venegas E, Sanchez AM, Banon CP. 2014.
The potential of various insect species for use as food for fish. J
Aquaculture. 422(423):193-201.
25
Law BL, Snyder HF, Hawers J, Larsson L, Lester B, Ogden J, Schulze H, Slifika
K, Stalis I, Smith MS et al. 2001. Management of Lorises in Captivity.
Snyder HF, Schulze H, editor. San Diego (US): Center for Reproduction of
Endangered Species (CRES) Zoological Society of San Diego.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Indonesia. Jakarta (ID): BPS.
Braendle C, Geissmann T. 1997. Behavioural development of a pileated gibbon.
International Zoo News. 44(1):4-16.
Cabana F, Dierenfeld E, Wirdateti W, Donati G, Nekaris KAI. 2017. Trialling
nutrient recomendations for slow lorises (Nycticebus spp.) based on wild
feeding ecology. J Anim Physiol Anim Nutr. 102:e1-e10.
[CITES] Conservation on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora. 2007. Consultation with range states on proposal to amend
Appendices I and II (notifikasi). Genewa (CH): CITES.
[DEC] Departemen of Environment and Conservation. 2009. Nest Boxes for
Monitoring Arboreal Mammals. Australia (AU): DEC.
Departemen Kehutanan R1. 1990. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta (ID):
Pemerintah Republik Indonesia.
[Ditjen PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
2008. Information of Conservation Areas in Indonesia. Jakarta (ID):
Departemen Kehutanan.
[Ditjen Planologi Kehutanan] Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. 2012.
Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode 2009-2011. Jakarta (ID):
Departemen Kehutanan.
Djadjuli M. 1982. Perbandingan Nilai Gizi untuk Empat Macam Hijauan pada
Ternak Domba. Bandung (ID): Univ Padjadjaran.
[GFAS] Global Federation of Animal Sanctuaries. 2013. Standards For
Prosimian Santuaries. Amerika (US): GFAS.
Ginoga LN, Masy’ud B. 2013. Manajemen Pakan dan Kesehatan Satwa. Bogor
(ID): IPB.
[IBP] International Biological Program. 1967. Di dalam: Suyanto A, Semiadi G.
2004. Keragaman mamalia di sekitar daerah penyangga Taman Nasional
Gunung Halimun, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak. Berita Biologi:
Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun 7(1):87-94.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2013. The IUCN Red
List of Threatened Species. Version 3.1. https://www.iucnredlist.org.
[diunduh 2018 Feb 17].
Kartika RB. 2000. Studi banding aktivitas kukang di dua penangkaran [skripsi].
Bogor (ID): IPB.
Kusumorini A, Sukmaningrasa S, Octavianu R. 2014. Uji Konsumsi Pakan dan
Aktivitas Makan Pada Kukang (N. coucang) Secara Eks-situ. Volume ke-8.
Bandung (ID): UIN Sunan Gunung Djati.
Margono REJ, Rademaker M, Wirdateti, Strijkstra A, Nekaris KAI. 2015.
Noxious arthropods as potential prey of vebomous javan slow loris (N.
javanicus) in a West Javan volcanic agricultural system. J of Natural
History. 49:31-32.
Masy’ud B, Ginoga LN. 2016. Penangkaran Satwaliar. Bogor (ID): IPB Press.
26
Moen AN. 1973. Wildlife Ecology. San Fransisco (US): W.H Freeman and
Company.
Moleong JL. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Remaja
Rosdakarya.
Nekaris KAI, Bearder SK. 2011. The Lorisiform Primates of Asia and Mainland
Africa: Diversity Shrouded In Darkness. Campbell C, Fuentes A,
MacKinnon K, Panger M, Bearder SK, editor. Primates in perspective.
Oxford (GB): Oxford Univ Press.
Nekaris KAI, Campbell N, Coggins TG, Rode EJ, Nijman V. 2013. Tickled to
death: analyzing public perceptions of ‘cute’ videos of threatened species
(Slow Lorises-Nycticebus spp.) on Web 2.0 Sites. J Plos One. 8(7):e69215.
[NIH] National Institute of Health. 1985. Di dalam: Rahman DA. 2011. Studi
perilaku dan pakan Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Studi Satwa
Primata IPB dan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango: Penyiapan
pelepasliaran [tesis]. Bogor (ID). IPB.
[NRC] National Research Council. 1996. Di dalam: Kiroh HJ. 2002. Studi tentang
beberapa aspek biologis tangkasi (Tarsius spectrum) Tangkoko Sulawesi
Utara dalam upaya penangkaran [tesis]. Bogor (ID): IPB.
[NRC] National Research Council. 2003. Nutrient Requirements of Nonhuman
Primates, 2nd rev Ed. Washington D.C (USA): National Academic Press.
Nurcahyani A. 2015. Aktivitas harian dan wilayah jelajah kukang jawa (N.
javanicus Geoffroy 1812) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
[skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Pambudi JAA. 2008. Studi populasi, perilaku, dan ekologi kukang jawa (N.
javanicus E. Geoffroy 1812) di Hutan Bodogol Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango, Jawa Barat [tesis]. Jakarta (ID): UI.
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): UI
Press.
[Permenhut RI] Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. 2012. Nomor
31 Tahun 2012 Tentang Lembaga Konservasi. Jakarta (ID): Berita Negara
Republik Indonesia.
Poindexter SA, Nekaris KAI. 2017. Vertical clingers and gougers: Rapid
acquisition of adult limb proportions facilitates feeding behaviours in young
javan slow lorises (N. javanicus). Oxford (EN): Mamalian Biology.
Puspita IJ. 2017. Manajemen pengayaan kandang dan pemanfaatan ruang oleh
kukang sumatera (N. coucang Boddaert 1785) di
Taman Margasatwa Ragunan [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Romdhoni H, Komala R, Sigaud M, Nekaris KAI, Sedayu A. 2018. Studi pakan
kukang jawa (N. javanicus Geoffroy 1812) di talun Desa Cipaganti, Garut,
Jawa Barat. J Biology. 11(1):9-15.
Sajuthi D. 1983. Satwa Primata Sebagai Hewan Laboratorium. Bogor (ID): IPB.
Setchell JM, Curtis DJ. 2003. Field and Laboratory Methods in Primatology A
Practical Guide. United Kingdom (UK): Cambridge Univ Press.
Soedarmo P, Sediaoetama AD. 1977. Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Dian Rakyat.
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak: Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi dan
Interaksi Organ pada Hewan. Bandung (ID): Widya Padjajaran.
Streicher U. 2009. Diet and feeding behaviour of pygmy loris (N. pygmaeus) in
Vietnam. Viet J Primatol. 3:37-44.
27
Sudaryono, Saefullah A, Rahardja U. 2012. Statistik Deskriptif. Yogyakarta (ID):
Andi Offset.
Supriatna J, Wahyono EH. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta
(ID): Yayasan Obor Indonesia.
Suyanto A, Yoneda M, Maryanto I, Maharadatunkamsi, Sugardjito J. 2002.
Checklist of The Mammals of Indonesia. 2nd Ed. Bogor (ID): LIPI-JICA-
PHKA.
Swapna N, Radhakrishna S, Gupta AK, Kumar A. 2010. Exudativory in the
bengal slow loris (N. bengalensis) in Trishna Wildlife Sanctuary, Tripura,
Northeast India. Am J Primatol 72: 113–121.
Ward SH. 2010. Simple Ration Formulation: Pearson’s Square. Mississipi (US):
Mississipi State University Extension Service.
Wiens F. 2002. Behaviour and ecology of wild slow lorises (N. coucang): social
organization, infant care system, and diet [disertasi]. Jerman (DE): Bayreuth
Univ.
Wiens F, Zitzmann A. 2003. Social structure of the solitary slow loris N.coucang
(Lorisidae). J of Zoology. 261: 35-46.
Wirdateti, Puspitasari, Diapari D, Tjakradidjaja SA. 2002. Konsumsi dan efisiensi
pakan pada kukang. J Biol Indones. Vol III (3):236-244.
[WSPA] World Society for The Protection of Animals. 2009. Ukuran Perilaku
pada Kesejahteraan Hewan. London (EN): Grays Inn Road London.
[YIARI] Yayasan International Animal Rescue Indonesia. 2016. Laporan
Tahunan Pusat Rehabilitasi Satwaliar, Ciapus, Yayasan IAR Indonesia.
Bogor (ID): YIARI.
28
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kandang asli dan sketsa kandang kukang di YIARI
2 m 2 m
3 m
2 m
3 m
2 m
Gambar 7 Kandang asli dan sketsa kandang individu kukang di YIARI
Gambar 8 Kandang asli dan sketsa kandang karantina kukang di YIARI
29
2.5/4
m
6 m
4 m
1 m
1 m 1 m
K= 15 m
Gambar 9 Kandang asli dan sketsa kandang sanctuary kukang di YIARI
Gambar 10 Kandang asli dan sketsa kandang tupai kukang di YIARI
Gambar 11 Kandang asli dan sketsa kandang habituasi kukang di YIARI
30
2 m 2 m
2 m
Gambar 12 Kandang asli dan sketsa kandang klinik kukang di YIARI
31
Lampiran 2 Konsumsi pakan segar kukang jawa
a) Kukang jawa juvenile (g/ekor/hari)
Ransum Pakan P1 P2 P3 P4 P5 Total Rataan
1 Jagung 13.00 13.50 14.00 13.00 13.50 67.00 13.40
Getah 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 40.00 8.00
Singkong 13.50 9.00 14.50 12.50 11.00 60.50 12.10
Ulat jerman 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 40.00 8.00
Total 42.50 38.50 44.50 41.50 40.50 207.50 41.50
2 Mentimun 11.00 12.00 12.00 12.50 13.00 60.50 12.10
Getah 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 40.00 8.00
Ubi jalar 20.00 18.00 20.00 19.00 20.00 97.00 19.40
Ulat sagu 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 35.00 7.00
Total 46.00 45.00 47.00 46.50 48.00 232.50 46.50
Keterangan: P1= Pengulangan 1, P2= Pengulangan 2, P3= Pengulangan 3, P4= Pengulangan 4,
P5= Pengulangan 5
b) Kukang jawa dewasa (g/ekor/hari)
Ransum Pakan D1 D2 D3 D4 Total Rataan
1 Jagung 1.00 4.50 11.40 16.10 33.00 8.25
Getah 8.00 8.00 8.00 8.00 32.00 8.00
Singkong 2.50 11.80 6.70 9.20 30.20 7.55
Ulat jerman 8.00 8.00 8.00 8.00 32.00 8.00
Total 19.50 32.30 34.10 41.30 127.20 31.80
2 Mentimun 2.50 0.30 7.60 9.60 20.00 5.00
Getah 8.00 8.00 8.00 8.00 32.00 8.00
Ubi jalar 2.20 16.80 16.00 16.70 51.70 12.93
Ulat sagu 7.00 7.00 7.00 7.00 28.00 7.00
Total 19.70 32.10 38.60 41.30 131.70 32.93
Keterangan: D1= Dewasa 1, D2= Dewasa 2, D3= Dewasa 3, D4= Dewasa 4
32
Lampiran 3 Konsumsi pakan kering kukang jawa
a) Kukang jawa juvenile (g/ekor/hari)
Ransum Pakan P1 P2 P3 P4 P5 Total Rataan
1 Jagung 2.69 2.79 2.89 2.69 2.79 13.85 2.77
Getah 6.99 6.99 6.99 6.99 6.99 34.96 6.99
Singkong 6.21 4.14 6.67 5.75 5.06 27.84 5.57
Ulat jerman 3.85 3.85 3.85 3.85 3.85 19.23 3.85
Total 19.74 17.77 20.40 19.28 18.69 95.87 19.17
2 Mentimun 2.06 2.25 2.25 2.34 2.43 11.33 2.27
Getah 6.99 6.99 6.99 6.99 6.99 34.96 6.99
Ubi jalar 5.33 4.79 5.33 5.06 5.33 25.83 5.17
Ulat sagu 2.51 2.51 2.51 2.51 2.51 12.53 2.51
Total 16.89 16.54 17.08 16.90 17.26 84.67 16.93
Keterangan: P1= Pengulangan 1, P2= Pengulangan 2, P3= Pengulangan 3, P4= Pengulangan 4,
P5= Pengulangan 5
b) Kukang jawa dewasa (g/ekor/hari)
Ransum Pakan D1 D2 D3 D4 Total Rataan
1 Jagung 0.21 0.93 2.36 3.33 6.82 1.71
Getah 6.99 6.99 6.99 6.99 27.97 6.99
Singkong 1.15 5.43 3.08 4.23 13.90 3.47
Ulat jerman 3.85 3.85 3.85 3.85 15.38 3.85
Total 12.19 17.20 16.28 18.40 64.07 16.02
2 Mentimun 0.47 0.06 1.42 1.80 3.74 0.94
Getah 6.99 6.99 6.99 6.99 27.97 6.99
Ubi jalar 0.59 4.47 4.26 4.45 13.77 3.44
Ulat sagu 2.51 2.51 2.51 2.51 10.02 2.51
Total 10.55 14.03 15.18 15.74 55.50 13.88
Keterangan: D1= Dewasa 1, D2= Dewasa 2, D3= Dewasa 3, D4= Dewasa 4
33
Lampiran 4 Konsumsi nutrisi kukang jawa
a) Kukang jawa juvenile
Ransum Pakan Bahan kering Protein kasar Energi
----------------------%------------------ kal/g
1 Jagung 2.77 2.05 637.73
Getah 6.99 0.47 1480.41
Singkong 5.57 0.55 453.27
Ulat jerman 3.85 9.43 1343.06
Total 19.17 12.50 3914.11
2 Mentimun 2.27 2.79 384.81
Getah 6.99 0.54 1306.6
Ubi jalar 5.17 1.10 984.78
Ulat sagu 2.51 5.13 673.72
Total 16.93 9.55 3349.91
b) Kukang jawa dewasa
Ransum Pakan Bahan kering Protein kasar Energi
---------------------%------------------- kal/g
1 Jagung 1.71 1.51 470.84
Getah 6.99 0.57 1771.50
Singkong 3.47 0.41 337.90
Ulat jerman 3.85 11.28 1607.15
Total 16.02 13.77 4186.55
2 Mentimun 0.94 1.41 249.36
Getah 6.99 0.65 2044.63
Ubi jalar 3.44 0.88 1025.36
Ulat sagu 2.51 6.26 1054.27
Total 17.88 9.20 4373.62
34
Lampiran 5 Perilaku makan kukang jawa
a) Kukang jawa juvenile
Individu Hari ke Frekuensi
Mencari
makan
Memilih
makan
Menggigit
makan
Mengunyah
makan
1
1 20.00 8.00 8.00 8.00
2 21.00 5.00 5.00 5.00
3 24.00 3.00 3.00 3.00
Total 65.00 16.00 16.00 16.00
Persentase frekuensi (%) 57.53 14.15 14.15 14.15
2
1 16.00 11.00 11.00 11.00
2 18.00 7.00 7.00 7.00
3 18.00 7.00 7.00 7.00
Total 52.00 25.00 25.00 25.00
Persentase frekuensi (%) 40.94 19.69 19.69 19.69
Persentase frekuensi
keseluruhan (%) 49.24 16.92 16.92 16.92
b) Kukang jawa dewasa
Individu Hari ke Frekuensi
Mencari
makan
Memilih
makan
Menggigit
makan
Mengunyah
makan
1
1 8.00 1.00 1.00 1.00
2 11.00 2.00 2.00 2.00
3 26.00 2.00 2.00 2.00
Total 45.00 5.00 5.00 5.00
Persentase frekuensi (%) 75.00 8.35 8.35 8.35
2
1 8.00 3.00 3.00 3.00
2 11.00 2.00 2.00 2.00
3 25.00 2.00 2.00 2.00
Total 44.00 7.00 7.00 7.00
Persentase frekuensi (%) 67.69 10.77 10.77 10.77
Persentase frekuensi
keseluruhan (%) 71.35 9.56 9.56 9.56
35
Lampiran 6 Durasi perilaku makan kukang jawa
a) Kukang jawa juvenile
Individu Hari ke Durasi (menit)
Mencari
makan
Memilih
makan
Menggigit
makan
Mengunyah
makan
1
1 10.00 4.00 4.00 12.00
2 0.00 2.50 2.50 7.50
3 12.00 0.50 0.50 4.50
Total 22.00 7.00 7.00 24.00
Persentase durasi (%) 61.11 19.44 19.44 66.67
2
1 8.00 5.50 5.50 16.50
2 9.00 3.50 3.50 10.50
3 9.00 3.50 3.50 10.50
Total 26.00 12.50 12.50 37.50
Persentase durasi (%) 50.98 24.51 24.51 73.53
Persentase durasi
keseluruhan (%) 56.05 21.98 21.98 70.10
b) Kukang jawa dewasa
Individu Hari ke Durasi (menit)
Mencari
makan
Memilih
makan
Menggigit
makan
Mengunyah
makan
1
1 4.00 0.50 0.50 1.50
2 5.50 1.00 1.00 3.00
3 13.00 1.00 1.00 3.00
Total 22.50 2.50 2.50 7.50
Persentase durasi (%) 64.29 7.14 7.14 21.43
2
1 4.00 1.50 1.50 4.50
2 5.50 1.00 1.00 3.00
3 12.50 1.00 1.00 3.00
Total 22.00 3.50 3.50 10.50
Persentase durasi (%) 55.70 8.86 8.86 26.58
Persentase durasi
keseluruhan (%) 59.99 8.00 8.00 24.01
36
Lampiran 7 Penggunaan waktu perilaku makan kukang jawa
a) Kukang jawa juvenile
Individu Hari ke Frekuensi
18.30-19.30 19.30-20.30 20.30-21.30
1 25.00 21.00 3.00
1 2 22.00 17.00 1.00
3 16.00 13.00 5.00
Total 63.00 51.00 9.00
Frekuensi rata-rata 21.00 17.00 3.00
1 28.00 19.00 3.00
2 2 24.00 16.00 1.00
3 21.00 15.00 4.00
Total 73.00 50.00 8.00
Frekuensi rata-rata 24.33 16.67 2.67
Frekuensi keseluruhan 22.67 16.83 2.83
b) Kukang jawa dewasa
Individu Hari ke Frekuensi
18.30-19.30 19.30-20.30 20.30-21.30
1 5.00 6.00 0.00
1 2 5.00 6.00 4.00
3 13.00 15.00 4.00
Total 23.00 27.00 8.00
Frekuensi rata-rata 7.67 9.00 2.67
1 5.00 6.00 6.00
2 2 5.00 6.00 3.00
3 13.00 15.00 4.00
Total 23.00 27.00 13.00
Frekuensi rata-rata 7.67 9.00 4.33
Frekuensi keseluruhan 7.67 9.00 3.50
37
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Cirebon, Jawa Barat pada 25 Oktober 1996 dari pasangan
Bapak Hariyadi dan Ibu Herlina. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara, kakak bernama Dita Widya Aisyah. Pendidikan penulis di antaranya
TK Syntha, Dramaga (2000-2002), SDN Babakan Dramaga 04 (2002-2008),
SMPN 07 Bogor (2008-2011) dan SMAN 05 Bogor (2011-2014). Tahun 2014,
penulis diterima pada seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN)
jurusan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi Ikatan
Mahasiswa Bogor (IMB) dan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA). Kegiatan yang pernah diikuti di antaranya
Praktek Umum Kehutanan (PUK) di Suaka Margasatwa Cikepuh-Situ Gunung-
Hutan Pendidikan Gunung Walat (2016), Eksplorasi Fauna Flora dan Ekowisata
Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Leuweung Sancang, Jawa Barat (2017)
dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru, Jawa Timur (2017).
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis
menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Manajemen Pemeliharaan, Konsumsi
Pakan dan Perilaku Makan Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) di YIARI, Bogor”
dibimbing oleh Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS dan Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi.