manajemen jaringan dalam it

29
Manajemen Jaringan Pada IT Tahun 2015 Oleh : Eric Thomas Pangestu – 32130053 Ferdinand – 32130102 Garry Geraldy 32130110 Jati Kisworo – 32130056 Universitas Bunda Mulia Fakultas Teknologi Dan Desain Jakarta Utara

Upload: aaron-ferdinand

Post on 29-Jan-2018

238 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Manajemen Jaringan Pada IT Tahun 2015

Oleh : Eric Thomas Pangestu – 32130053

Ferdinand – 32130102 Garry Geraldy 32130110 Jati Kisworo – 32130056

Universitas Bunda Mulia

Fakultas Teknologi Dan Desain Jakarta Utara

2  M MANAJEMEN  JARINGAN    Pengertian Routing Routing adalah proses dimana suatu item dapat sampai ke tujuan dari satu lokasi ke lokasi lain. Beberapa contoh item yang dapat dirouting :mail, telepon call, dan data. Di dalam jaringan, Router adalah perangkat yang digunakan untuk melakukan routing trafik. Konsep Dasar Routing Routing adalah proses yang dialami datagram untuk mencapai tujuan di jaringan TCP/IP. Konsep routing adalah hal yang utama pada lapisan internet di jaringan TCP/IP. Hal ini karena pada lapisan internet terjadi proses pengalamatan. Data-data dari device yang terhubung ke internet dikirim dalam bentuk datagram, yaitu paket data yang didefinisikan oleh IP. Datagram memiliki alamat tujuan paket data. Internet Protokol memeriksa alamat ini untuk menyampaikan datagram dari device asal ke device tujuan. Jika alamat tujuan datagram tersebut terletak satu jaringan dengan device asal, datagram tersebut langsung disampaikan.Jika alamat tujuan datagram tidak terdapat di jaringan yang sama, datagram akan disampaikan kepada router yang paling tepat.

Routing memiliki dua fungsi dasar, yakni: 1. Fungsi penentuan jalur, router dapat berfungsi untuk menentukan jalan yang

akan dilewati oleh pake – paket data agar sampai ke tujuan 2. Fungsi switching pada router berfungsi sebagai switching karena dapat

meneruskan paket ke tujuannya Untuk dapat mengirim data tersebut routing membutuhkan informasi sebagai berikut :

1. Alamat Tujuan/Destination Address - Tujuan atau alamat item yang akan dirouting

2. Mengenal sumber informasi - Dari mana sumber (router lain) yang dapat

dipelajari oleh router dan memberikan jalur sampai ke tujuan.

3. Menemukan rute - Rute atau jalur mana yang mungkin diambil sampai ke tujuan.

3. Pemilihan rute - Rute yang terbaik yang diambil untuk sampai ke tujuan.

4. Menjaga informasi routing - Suatu cara untuk menjaga jalur sampai ke tujuan yang sudah diketahui dan paling sering terjadi.

Dengan adanya informasi tersebut maka routing akan dapet bekerja dengan baik, dan dibawah ini terdapat table routing sebuah router dapat mempelajari informasi darimana sumber dan tujuannya yang kemudian ditempatkan pada table routing.

Router akan berpatokan pada tabel dibawah ini untuk memberitahukan mana port yang akan dingunakan untuk menerukan paket ke alamat tujuan. Terdapat 2 jenis routing yaitu routing langsung dan tidak langsung : Static Routing ( Routing Secara Tidak Langsung)

Static routing adalah metode routing yang tabel jaringannya dibuat secara manual oleh administrator jaringannya. Static routing mengharuskan admin untuk merubah route atau memasukkan command secara manual di router tiap kali terjadi perubahan jalur. Router meneruskan paket dari sebuah network ke network yang lainnya berdasarkan rute(catatan: seperti rute pada bis kota) yang ditentukan oleh administrator. Rute pada static routing tidak berubah, kecuali jika diubah secara manual oleh administrator. Keuntungan Dan Kerugian Static Routing : Keuntungan:

1) Lebih aman daripada dynamic routing terhadap metode spoofing

2) Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada CPU router (router lebih murah dibandingkan denga router dinamis)

3) Tidak ada bandwidth yang digunakan di antara router.

4) Routing statis menambah keamanan, karena administrator dapat memilih

untuk mengisikan akses routing ke jaringan tertentu saja.

4  M MANAJEMEN  JARINGAN    

Kerugian: 1) Rentan terhadap kesalahan penulisan -lebih merepotkan dibandingkan dynamic routing. 2) Administrasi harus benar-benar memahami internetwork dan bagaimana setiap router dihubungkan untuk dapat mengkonfigurasikan router dengan benar. 3) Jika sebuah network ditambahkan ke internetwork, Administrasi harus menambahkansebuah route kesemua router secara manual. 4) Routing statis tidak sesuai untuk network-network yang besar karena menjaganya harus 24 Jam. Dynamic Routing ( Routing Secara Langsung)

Dynamic routing adalah teknik routing dengan menggunakan beberapa aplikasi networking yang bertujuan menangani routing secara otomatis. Tabel routing (ARP table) akan dimaintain oleh sebuah protokol routing, biasanya daemon. Dynamic Routing Protocol adalah routing protocol yang memungkinkan network admin untuk menset-up jaringan tanpa harus meng update konten dari routing table secara manual

bila terjadi perubahan. Router mempelajari sendiri Rute yang terbaik yang akan ditempuhnya untuk meneruskan paket dari sebuah network ke network lainnya. Administrator tidak menentukan rute yang harus ditempuh oleh paket-paket tersebut. Administrator hanya menentukan bagaimana cara router mempelajari paket, dan kemudian router mempelajarinya sendiri. Rute pada dynamic routing berubah, sesuai dengan pelajaran yang didapatkan oleh router.

Keuntungan Dan Kerugian Dynamic Routing : Keuntungan: Lebih mudah untuk mengatur network yang besar. Akan memilih jalur lain yang ada bila suatu jalur rusak. Kekurangan: Update ARP table dibagikan ke semua komputer, berarti mengkonsumsi - butuh RAM untuk menentukan jalur terbaik bila terjadi down -bandwith jalur ditentukan oleh sistem, bukan admin Routing Default Routing default digunakan untuk mengirimkan paket-paket secara manual menambahkan router ke sebuah network tujuan yang remote yang tidak ada di routing table, ke router hop berikutnya. Bisanya digunakan pada jaringan yg hanya memiliki satu jalur keluar. Macam – Macam Protokol Dalam Routing Dinamis : 1. RIP (Routing Information Protocol) 2. IGRP (Internal Gateway Routing Protokol) 3. OSPF (Open Shortest Path First) 4. EIGRP (Enhanced Internal Gateway Routing Protokol) 5. BGP (Border Gateway Protokol)

1. RIP (Routing Information Protocol)

· Routing protokol distance vector · Metric berdasarkan hop count untuk pemilihan jalur terbaik · Jika hop count lebih dari 15, paket dibuang · Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30 detik RIP merupakan routing information protokol yang memberikan routing table berdasarkan router yang terhubung langsung, Kemudian router selanjutnya akan memberikan informasi router selanjutnya yang terhubung langsung dengan itu. Adapun informasi yang dipertukarkan oleh RIP yaitu : Host, network, subnet, rute default. RIP terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

A. RIPv1

RIP versi 1 - Hanya mendukung routing classfull - Tidak ada info subnet yang dimasukkan dalam perbaikan routing - Tidak mendukung VLSM (Variabel Length Subnet Mask) - Perbaikan routing broadcast

6  M MANAJEMEN  JARINGAN    Routing Information protocol versi 1 mempunyai karakteristik: 1. Distance Vector Routing Protocol 2. Menggunakan metric yaitu hop count 3. Maximum hop count adalah 15. 16 dianggap sebagai unreachable 4. Mengirimkan update secara periodic setiap 30 sec 5. Mengirimkan update secara broadcast ke 255.255.255.255 6. Mendukung 4 path Load Balancing secara default maximumnya adalah 7. Menjalankan auto summary secara default 8. Paket update RIP yang dikirimkan bejenis UDP dengan nomor port 520 9. Bisa mengirimkan paket update RIP v.1 dan bisa menerima paket update RIP v.1 dan v.2 10. Berjenis classful routing protocol sehingga tidak menyertakan subject mask dalam paket update.Akibatnya RIP v.1 tidak mendukung VLSM dan CIDR. 11. Mempunyai AD 120

B. RIPv2

RIP versi 2 - mendukung routing classfull dan routing classless - info subnet dimasukkan dalam perbaikan routing - mendukung VLSM (Variabel Length Subnet Mask) - perbaikan routing multicast Secara umum RIPv2 tidak jauh berbeda dengan RIPv1. Perbedaan yang ada terlihat pada informasi yang ditukarkan antar router. Pada RIPv2 informasi yang dari dipertukarkan yaitu terdapat autenfikasi pada RIPv2 ini. Persamaan RIP v2 dengan RIP v1 : - Distance Vector Routing Protocol - Metric berupa hop count - Max hop count adalah 15 - Menggunakan port 520 - Menjalankan auto summary secara default PerbedaanRIP v2 dengan RIP v.1 :

- Bersifat Classless routing, dapat menyertakan field SM dalam paket update yang dikirimkan sehingga RIP V.2 mendukung VLSM dan CIDR

- Mengirimkan paket update dan menerima paket update V.2 - Mengirimakn update ke alamat multicast yaitu 224.0.0.9 - Auto summary dapat dimatikan - Mendukung fungsi keamanan berupa authentication yang dapat mencegah

routing update dikirim atau diterima dari sumber yang tidak dipercaya 2. IGRP (Interior Gateway Routing Protocol)

- Protokol routing distance vector - Menggunakan composite metric yang terdiri atas bandwith, load, delay dan

reliability - Update routing dilakukan secara broadcast setiap 90 detik

Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah routing protocol milik yang dikembangkan pada pertengahan tahun 1980-an oleh Cisco System Inc Cisco tujuan dalam menciptakan IGRP adalah untuk menyediakan protocol yang kuat untuk routing dalam system otonomi (AS). IGRP memiliki hop maks 255 tetapi default adalah 100. IGRP menggunakan bandiwith dan garis menunda secara default untuk menentukan rute terbaik dalam sebuah internet work (Composite Metrik) Pada IGRP ini routing ini dilakukan secara dilakukan secara matematik berdasarkan jarak untuk itu pada IGRP ini sudah mempertimbangkan hal berikut sebelum mengambil keputusan jalur mana yang akan ditempuh adapun hal yang harus diperhatikan load, delay, bandwith, realbility.

3. OSPF (Open Short Path First) - Protokol routing link-state - Merupakan open standard protocol routing yang dijelaskan RFC 2328 - Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah - Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi

OSPF adalah sebuah protocol standar terbuka yang telah dimplementasikan oleh sejumlah vendor jaringan. Jika Anda memiliki banyak router, dan tidak semuanya adalah cisco, maka Anda tidak dapat menggunakan EIGRP, jadi pilihan Anda tinggal RIP v1, RIP v2, atau OSPF. Jika itu adalah jaringan besar, maka pilihan Anda satu-satunya hanya OSPF atau sesuatu yang disebut route redistribution – sebuah layanan penerjemah antar – routing protocol. OSPF bekerja dengan sebuah algoritma yang disebut algoritma Dijkstra. Pertama sebuah pohon jalur terpendek (shortest path tree) akan dibangun, dan kemudian routing table akan diisi dengan jalur-jalur terbaik yang dihasilkan dari pohon tersebut. OSPF hanya mendukung routing IP saja.

4. EIGRP (Echnced Interior Gateway Routing Protocol) - Menggunakan protocol routing enchanced distance vector - Menggunakan cost load balancing yang tidak sama - Menggunakan algoritma kombinasi antara distance vector dan link-state - Menggunakan diffusing update algorithm (DUAL) untuk menggunakan jalur

terpendek

Distance vector protocol merawat satu set metric yang kompleks untuk jarak tempuh ke jaringan lainnya. EIGRP menggabungkan juga konsep link state protocol. Broadcast-broadcast di-update setiap 90 detik ke semua EIGRP router berdekatan. Setiap update hanya memasukkan perubahan jaringan. EIGRP sangat cocok untuk jaringan besar. Pada EIGRP ini terdapat dua tipe routing protokol yaitu dengan distance vektor dan

8  M MANAJEMEN  JARINGAN    dengan Link state. IGRP dan EIGRP sama-sama sudah mempertimbangkan masalah bandwitdh yang ada dan delay yang terjadi.

5. BGP (Border Getaway Protocol) - Menggunakan routing protocol distance vector - Digunakan antara ISP dengan ISP Client –Client - Digunakan untuk merutekan trafik internet antar author system

BGP merupakan salah satu jenis routing protocol yang ada di dunia komunikasi data. Sebagai sebuah routing protocol, BGP memiliki kemampuan melakukan pengumpulan rute, pertukaran rute dan menentukan rute terbaik menuju ke sebuah lokasi dalam jaringan. Routing protocol juga pasti dilengkapi dengan algoritma yang pintar dalam mencari jalan terbaik. Namun yang membedakan BGP dengan routing protocol lain seperti misalnya OSPF dan IS-IS ialah, BGP termasuk dalam kategori routing protocol jenis Exterior Gateway Protocol (EGP). BGP merupakan distance vector exterior gateway protocol yang bekerja secara cerdas untuk merawat path-path ke jaringan lainnya. Update – update dikirim melalui koneksi TCP. D. Kelebihan Dan Kekurangan dari Protocol Routing Dinamis

1. Routing Information Protocol (RIP)

Kelebihan RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan.

Kekurangan Jumlah host Terbatas. RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route. RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM). Ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahuicara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada.

2. Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) Kelebihan : Support = 255 Hop Count

Kekurangan : Jumlah Host Terbatas

3. Open Shortest Path First (OSPF)

Kelebihan Tidak menghasilkan routing loop mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area. Waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat.

Kekurangan

Membutuhkan basis data yang besar. Lebih rumit

4. Enchanced Interior Gatway Routing Protocil (EIGRP)

Kelebihan

Melakukan konvergensi secara tepat ketika menghindari loop. Memerlukan

lebih sediki tmemori dan proses. Memerlukan fitur loop avoidance

Kekurangan

Hanya untuk Router Cisco

5. Exterior Gateway Protocol (EGP)

Kelebihan

Sangat Sederhana Dalam instalasi

Kekurangan

Sangat terbatas dalam mepergunakan topologi

10   MANAJEMEN  JARINGAN    Contoh Kasus

Dalam studi kasus kali ini kita dihadapkan pada suatu permasalahan pada

perancangan suatu jaringan dan kita akan coba untuk mencari solusinya.

Seorang administrator pada suatu jaringan mendapat alokasi IP

129.135.0.0/23. Administrator diminta untuk membaginya ke beberapa kantor dengan

spesifikasi sebagai berikut.

1. Gedung A terdapat 151 host, terdiri dari kantor A1 (100 host), kantor A2 (21

host), kantor A3 (30 host).

2. Gedung B terdapat 200 host, terdiri dari kantor B1 (123 host), kantor B2 (50

host), kantor B3 (6 host), kantor B4 (21 host).

3. Gedung C terdapat 110 host, terdiri dari kantor C1 (21 host), kantor C2 (13

host), kantor C3 (10 host), kantor C4 (26 host), kantor C5 (19 host), dan C6

(21 host).

4. Setiap gedung memiliki akses setiap gedung memiliki akses hotspot yang

menggunakan satu network saja, dan diusahakan pembagian IP dilakukan

secara adil.

Ditanya: Rancang topologi jaringan di atas dengan selengkap lengkapnya dan

tentukan:

1. Subnet

2. IP Host Awal

3. IP Host Akhir

4. IP Broadcast

Jawab :

Langkah awal yang perlu kita lakukan adalah membagi area masing-masing

gedung beserta jumlah komputer di setiap area. Seperti yang tertera pada kasus di atas

terdapat 3 (tiga) area, yaitu area A dengan jumlah komputer 151 buah komputer, area

B dengan jumlah komputer 200 buah komputer, dan yang terakhir adalah area C

dengan jumlah komputer 110 buah komputer.

Berdasarkan kasus di atas, metode subnetting yang akan digunakan untuk

penyelesaian kasus tersebut adalah metode VLSM (Variable Length Subnet Mask)

karena metode ini lebih sederhana dibandingkan dengan metode CIDR.

Alokasi IP yang disediakan adalah 129.135.0.0/23. Tabel dari alokasi IP

tersebut adalah sebagai berikut.

Desimal Biner

IP 129.135.0.0 10000001.10000111.00000000.00000000

Net Mask 255.255.254.0 11111111.11111111.11111110.00000000

Berdasarkan alokasi IP 129.135.0.0/23 (perhatikan tabel di atas), berarti

banyak bit dengan nilai 1 (satu) yang akan digunakan sebagai penunjuk alamat

jaringan.

Alokasi IP 129.135.0.0 merupakan nomor IP public kelas B, dan default

netmask untuk kelas B adalah 255.255.0.0 (/16). Angka 254 pada 3 oktet terakhir dari

net mask di atas merupakan hasil subnetting, artinya oktet tersebut nantinya akan

digunakan sebagai penunjuk alamat jaringan.

Perhitungan yang lebih jelas adalah sebagai berikut.

1. Jumlah subnet = 2a = 27 = 128 subnet,

12   MANAJEMEN  JARINGAN    

di mana a adalah jumlah bit dengan bernilai 1(satu) pada 3 (tiga) oktet terakhir

(11111111.11111111. 1111111 0.00000000).

2. Jumlah host atau komputer per subnet = 2b - 2 = 29 - 2 = 510 host,

di mana b adalah jumlah bit dengan nilai 0 pada net mask

(11111111.11111111.1111111 0.00000000). Dikurangi 2 (dua) karena pada

alamat IP paling awal digunakan sebagai penunjuk network/jaringan dan IP

paling akhir digunakan sebagai broadcast. Maka dalam hal ini, IP yang valid

yang dapat digunakan sebagai alamat host hanya ada 510 buah.

3. Block subnet = 256 - c = 256 - 254 = 2,

di mana c adalah 3 (tiga) oktet terakhir (255.255.254.0), dan 256 didapat dari

jumlah angka dari 0 (nol) hingga 255. Block subnet adalah range antar satu

subnet dengan subnet yang lain. Jadi, nilai subnet yang valid adalah 0, 2, 4, 6,

8, 10, ..., 254.

Untuk memperjelas, perhatikan tabel berikut.

Subnet 129.135.0.0 129.135.2.0 129.135.4.0 ... 129.135.254.0

Host Awal 129.135.0.1 129.135.2.1 129.135.4.1 ... 129.135.254.1

Host Akhir 129.135.1.254 129.135.3.254 129.135.5.254 ... 129.135.255.254

Broadcast 129.135.1.255 129.135.3.255 129.135.5.255 ... 129.135.255.255

Langkah yang perlu dilakukan untuk selanjutnya adalah membahas

perhitungan nomor IP di setiap area secara lebih terperinci.

a) Area A

Area A membutuhkan 151 host dengan spesifikasi area A1

membutuhkan jumlah nomor IP yang paling banyak dengan jumlah host yaitu

100 buah host, diikuti area A2 dengan jumlah host 21 buah host, dan A3

dengan jumlah host 30 buah host. Alokasi IP yang disediakan adalah

129.135.0.0 dengan net mask adalah /23. Kita dapat membagi alokasi jaringan

tersebut menjadi jaringan yang lebih kecil (sesuai dengan kebutuhan) dengan

cara mengubah subnet yang ada. Untuk mempermudah perhitungan,

dahulukan menghitung dari area yang membutuhkan jumlah IP paling banyak

hingga yang memiliki kebutuhan IP paling sedikit.

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area A1 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 100 buah nomor.

Binerkan angka 100, yaitu 1100100. Hasil biner tersebut terdiri dari 7

(tujuh) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 100

sebanyak 7 (tujuh) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi,

subnet mask yang digunakan adalah

11111111.11111111.11111111.10000000, dengan desimal

255.255.255.128 (/25).

ü Jumlah host per subnet adalah 2(32 – 25) – 2 = 27 – 2 = 128 – 2 = 126

host (32 adalah jumlah semua bilangan biner dalam net mask dan 25

adalah jumlah semua bilangan biner 1 (satu) pada net mask).

Dikurangi 2 (dua) karena pada alamat IP paling awal digunakan

sebagai penunjuk network/jaringan dan IP paling akhir digunakan

sebagai broadcast. Dengan memakai subnet /25, tersedia 126 buah

host, dan host yang terdapat di area A1 adalah 100 buah host. Maka

akan ada nomor IP yang tidak terpakai. Tetapi nomor IP yang tersisa

dapat digunakan sebagai cadangan atau untuk keperluan lainnya,

seperti untuk keperluan akses hot spot.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 128 = 128,

di mana d adalah (empat) oktet terakhir sesuai dengan nilai desimal

netmask yang baru (255.255.255.128), dan 256 didapat dari jumlah

angka dari 0 (nol) hingga 255. Block subnet adalah range antar satu

subnet dengan subnet yang lain.

ü Maka, subnet yang kita pilih adalah 129.135.2.0.

Subnet dengan semua bilangan binernya 1 (satu) atau 0 (nol) dilarang.

Dalam kasus kali ini, dilarang 3 (tiga) dan 4 (empat) oktet terakhir

memiliki biner 1 (satu) atau 0 (nol) semua.

ü Host yang valid: 129.135.2.1 - 129.135.2.126

Karena sesuai block subnet yang ditetapkan adalah 128, tetapi

dikurangi 2 (dua) karena pada alamat IP paling awal digunakan

sebagai penunjuk network/jaringan dan IP paling akhir digunakan

sebagai broadcast.

14   MANAJEMEN  JARINGAN    

ü Broadcast: 129.135.2.127

Desimal Biner

Subnet 129.135.2.0 10000001.10000111.00000010.0 0000000

Net mask 255.255.255.128 11111111.11111111.11111111.1 0000000

Broadcast 129.135.2.127 10000001.10000111.00000010.0 1111111

Alamat host yang sudah direserve , semua 0 (nol) adalah milik alamat

jaringan dan semua 1 (satu) adalah broadcast.

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area A2 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 21 buah nomor.

Binerkan angka 21, yaitu 10101. Hasil biner tersebut terdiri dari 5

(lima) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 21 sebanyak

5 (lima) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11100000,

dengan desimal 255.255.255.224 (/27).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 27) – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 224 = 32

ü Subnet yang kita pilih adalah 129.135.2.128

Pada subnet sebelumnya (area A1) berakhir pada 129.135.2.127

(broadcast). Maka, untuk subnet area A2 merupakan lanjutan dari area

A1.

ü Host yang valid: 129.135.2.129 - 129.135.2.158

ü Broadcast: 129.135.2.159

Desimal Biner

Subnet 129.135.2.128 10000001.10000111.00000010.100 00000

Net mask 255.255.255.224 11111111.11111111.11111111.111 00000

Broadcast 129.135.2.159 10000001.10000111.00000010.100 11111

16   MANAJEMEN  JARINGAN    

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area A3 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 30 buah nomor.

Binerkan angka 30, yaitu 11110. Hasil biner tersebut terdiri dari 5

(lima) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 30 sebanyak

5 (lima) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11100000,

dengan desimal 255.255.255.224 (/27).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 27) – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 224 = 32

ü Maka, subnet yang kita pilih adalah 129.135.2.160.

Pada subnet sebelumnya (area A2) berakhir pada 129.135.2.159

(broadcast). Maka, untuk subnet area A3 merupakan lanjutan dari area

A2.

ü Host yang valid: 129.135.2.161 - 129.135.2.190

ü Broadcast: 129.135.2.191

Desimal Biner

Subnet 129.135.2.160 10000001.10000111.00000010.101 00000

Net mask 255.255.255.224 11111111.11111111.11111111.111 00000

Broadcast 129.135.2.191 10000001.10000111.00000010.101 11111

Maka, tabel untuk pemberian IP untuk area A adalah sebagai berikut.

A1 A2 A3

Net Mask 255.255.255.128 (/25) 255.255.255.224 (/27) 255.255.255.224 (/27)

Subnet 129.135.2.0 129.135.2.128 129.135.2.160

IP Host Awal 129.135.2.1 129.135.2.129 129.135.2.161

IP Host Akhir 129.135.2.126 129.135.2.158 129.135.2.190

Broadcast 129.135.2.127 129.135.2.159 129.135.2.191

b) Area B Area B membutuhkan 200 host dengan spesifikasi area B1

membutuhkan jumlah nomor IP yang paling banyak dengan jumlah host yaitu

123 buah host, diikuti area B2 dengan jumlah host 50 buah host, B4 dengan

jumlah host 21, dan B3 dengan jumlah host 6 buah host. Alokasi IP yang

disediakan adalah 129.135.0.0 dengan net mask adalah /23. Kita dapat

membagi alokasi jaringan tersebut menjadi jaringan yang lebih kecil (sesuai

dengan kebutuhan) dengan cara mengubah subnet yang ada. Langkah-langkah

yang perlu dilakukan tidak jauh berbeda dengan perhitungan pada area A.

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area B1 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 123 buah nomor.

Binerkan angka 123, yaitu 1111011. Hasil biner tersebut terdiri dari 7

(tujuh) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 123

sebanyak 7 (tujuh) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi

subnet mask yang digunakan adalah

11111111.11111111.11111111.10000000, dengan desimal

255.255.255.128 (/25).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 25) – 2 = 27 – 2 = 128 – 2 = 126

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 128 = 128

ü Berdasarkan pembagian IP subnet di awal, dapat ditentukan bahwa IP

subnet untuk area B adalah 129.135.4.0/23. Maka, subnet yang kita

pilih untuk area pertama di gedung B (yaitu area B1) adalah adalah

129.135.4.0.

ü Host yang valid: 129.135.4.1 - 129.135.4.126

ü Broadcast: 129.135.4.127

18   MANAJEMEN  JARINGAN    

Desimal Biner

Subnet 129.135.4.0 10000001.10000111.00000100.0 0000000

Net mask 255.255.255.128 11111111.11111111.11111111.1 0000000

Broadcast 129.135.4.127 10000001.10000111.00000100.0 1111111

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area B2 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 50 buah nomor.

Binerkan angka 50, yaitu 110010. Hasil biner tersebut terdiri dari 6

(enam) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 50 sebanyak

6 (enam) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11000000,

dengan desimal 255.255.255.192 (/26).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 26) – 2 = 26 – 2 = 64 – 2 = 62

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 192 = 64

ü Maka, subnet yang kita pilih adalah 129.135.4.128.

Pada subnet sebelumnya (area B1) berakhir pada 129.135.4.128

(broadcast). Maka, untuk subnet area B2 merupakan lanjutan dari area

B1.

ü Host yang valid: 129.135.4.129 - 129.135.4.190

ü Broadcast: 129.135.4.191

Desimal Biner

Subnet 129.135.4.128 10000001.10000111.00000100.10 000000

Net mask 255.255.255.192 11111111.11111111.11111111.11 000000

Broadcast 129.135.4.191 10000001.10000111.00000100.10 111111

Perhitungan untuk area B4 didahulukan karena seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, yaitu untuk mempermudah perhitungan. Maka,

perhitungan pada area yang memerlukan jumlah IP lebih banyak akan lebih

diutamakan. Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area B4 adalah

sebagai berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 21 buah nomor.

Binerkan angka 21, yaitu 10101. Hasil biner tersebut terdiri dari 5

(lima) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 21 sebanyak

5 (lima) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11100000,

dengan desimal 255.255.255.224 (/27).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 27) – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 224 = 32

ü Maka, subnet yang kita pilih adalah 129.135.4.192.

Pada subnet sebelumnya (area B2) berakhir pada 129.135.4.191

(broadcast). Maka, untuk subnet area B4 merupakan lanjutan dari area

B2.

ü Host yang valid: 129.135.4.193 - 129.135.4.222

ü Broadcast: 129.135.4.223

Desimal Biner

Subnet 129.135.4.192 10000001.10000111.00000100.110 00000

Net mask 255.255.255.224 11111111.11111111.11111111.111 00000

Broadcast 129.135.4.223 10000001.10000111.00000100.110 11111

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area B3 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 6 buah nomor.

Binerkan angka 6, yaitu 110. Hasil biner tersebut terdiri dari 3 (tiga)

bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 6 sebanyak

3 (tiga) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11111000,

dengan desimal 255.255.255.248 (/29).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 29) – 2 = 23 – 2 = 8 – 2 = 6 host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 248 = 8

ü Maka, subnet yang kita pilih adalah 129.135.4.224.

20   MANAJEMEN  JARINGAN    

Pada subnet sebelumnya (area B4) berakhir pada 129.135.4.223

(broadcast). Maka, untuk subnet area B3 merupakan lanjutan dari area

B4.

ü Host yang valid: 129.135.4.225 - 129.135.4.230

ü Broadcast: 129.135.4.231

Desimal Biner

Subnet 129.135.4.224 10000001.10000111.00000100.11100 000

Net mask 255.255.255.248 11111111.11111111.11111111.11111 000

Broadcast 129.135.4.231 10000001.10000111.00000100.11100 111

Maka, tabel untuk pemberian IP untuk area B adalah sebagai berikut.

B1 B2

Net Mask 255.255.255.128 (/25) 255.255.255.192 (/26)

Subnet 129.135.4.0 129.135.4.128

IP Host Awal 129.135.4.1 129.135.4.129

IP Host Akhir 129.135.4.126 129.135.4.190

Broadcast 129.135.4.127 129.135.4.191

B3 B4

Net Mask 255.255.255.248 (/29) 255.255.255.224 (/27)

Subnet 129.135.4.224 129.135.4.192

IP Host Awal 129.135.4.225 129.135.4.193

IP Host Akhir 129.135.4.230 129.135.4.222

Broadcast 129.135.4.231 129.135.4.223

c) Area C

Area C membutuhkan 110 host dengan spesifikasi area C4

membutuhkan jumlah nomor IP yang paling banyak dengan jumlah host yaitu

26 buah host, diikuti area C1 dan C6 dengan jumlah host 21 buah host, C5

dengan jumlah host 19 buah host, C2 dengan jumlah host 13 buah host, dan

C3 dengan jumlah host 10 buah host. Alokasi IP yang disediakan adalah

129.135.0.0 dengan net mask adalah /23. Kita dapat membagi alokasi jaringan

tersebut menjadi jaringan yang lebih kecil (sesuai dengan kebutuhan) dengan

cara mengubah subnet yang ada. Langkah-langkah yang perlu dilakukan tidak

jauh berbeda dengan perhitungan yang telah dilakukan pada area A dan area

B.

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area C4 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 26 buah nomor.

Binerkan angka 26, yaitu 11010. Hasil biner tersebut terdiri dari 5

(lima) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 26 sebanyak

5 (lima) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11100000,

dengan desimal 255.255.255.224 (/27).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 27) – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 224 = 32

ü Berdasarkan pembagian IP subnet di awal, dapat ditentukan bahwa IP

subnet untuk area C adalah 129.135.6.0/23. Maka, subnet yang kita

pilih untuk area perhitungan pertama di gedung C (yaitu area C4)

adalah adalah 129.135.6.0.

ü Host yang valid: 129.135.6.1 - 129.135.6.30

22   MANAJEMEN  JARINGAN    

ü Broadcast: 129.135.4.31

Desimal Biner

Subnet 129.135.6.0 10000001.10000111.00000110.000 00000

Net mask 255.255.255.224 11111111.11111111.11111111.111 00000

Broadcast 129.135.6.31 10000001.10000111.00000100.000 11111

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area C1 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 21 buah nomor.

Binerkan angka 21, yaitu 10101. Hasil biner tersebut terdiri dari 5

(lima) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 21 sebanyak

5 (lima) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11100000,

dengan desimal 255.255.255.224 (/27).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 27) – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 224 = 32

ü Maka, subnet yang kita pilih adalah 129.135.6.32.

Pada subnet sebelumnya (area C4) berakhir pada 129.135.6.31

(broadcast). Maka, untuk subnet area C1 merupakan lanjutan dari area

C4.

ü Host yang valid: 129.135.6.33 - 129.135.6.62

ü Broadcast: 129.135.6.63

Desimal Biner

Subnet 129.135.6.32 10000001.10000111.00000100.001 00000

Net mask 255.255.255.224 11111111.11111111.11111111.111 00000

Broadcast 129.135.6.63 10000001.10000111.00000100.001 11111

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area C6 adalah sebagai

berikut (untuk langkah 1 – 3, sama dengan perhitungan nomor IP area C1).

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 21 buah nomor.

Binerkan angka 21, yaitu 10101. Hasil biner tersebut terdiri dari 5

(lima) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 21 sebanyak

5 (lima) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11100000,

dengan desimal 255.255.255.224 (/27).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 27) – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 224 = 32

ü Maka, subnet yang kita pilih adalah 129.135.6.64.

Pada subnet sebelumnya (area C1) berakhir pada 129.135.6.63

(broadcast). Maka, untuk subnet area C6 merupakan lanjutan dari area

C1.

ü Host yang valid: 129.135.6.65 - 129.135.6.94

ü Broadcast: 129.135.6.95

Desimal Biner

Subnet 129.135.6.64 10000001.10000111.00000100.100 00000

Net mask 255.255.255.224 11111111.11111111.11111111.111 00000

Broadcast 129.135.6.95 10000001.10000111.00000100.010 11111

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area C5 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 19 buah nomor.

Binerkan angka 19, yaitu 10011. Hasil biner tersebut terdiri dari 5

(lima) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 21 sebanyak

5 (lima) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11100000,

dengan desimal 255.255.255.224 (/27).

24   MANAJEMEN  JARINGAN    

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 27) – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 224 = 32

ü Maka, subnet yang kita pilih adalah 129.135.6.96.

Pada subnet sebelumnya (area C6) berakhir pada 129.135.6.95

(broadcast). Maka, untuk subnet area C5 merupakan lanjutan dari area

C6.

ü Host yang valid: 129.135.6.97 - 129.135.6.126

ü Broadcast: 129.135.6.127

Desimal Biner

Subnet 129.135.6.96 10000001.10000111.00000100.011 00000

Net mask 255.255.255.224 11111111.11111111.11111111.111 00000

Broadcast 129.135.6.127 10000001.10000111.00000100.011 11111

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area C2 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 13 buah nomor.

Binerkan angka 13, yaitu 1101. Hasil biner tersebut terdiri dari 4

(empat) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 21 sebanyak

4 (empat) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11110000,

dengan desimal 255.255.255.240 (/28).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 27) – 2 = 24 – 2 = 16 – 2 = 14

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 240 = 16

ü Maka, subnet yang kita pilih adalah 129.135.6.128.

Pada subnet sebelumnya (area C5) berakhir pada 129.135.6.127

(broadcast). Maka, untuk subnet area C2 merupakan lanjutan dari area

C5.

ü Host yang valid: 129.135.6.129 - 129.135.6.142

ü Broadcast: 129.135.6.143

Desimal Biner

Subnet 129.135.6.128 10000001.10000111.00000100.1000 0000

Net mask 255.255.255.240 11111111.11111111.11111111.1111 0000

Broadcast 129.135.6.143 10000001.10000111.00000100.1000 1111

Langkah-langkah pemberian nomor IP untuk area C3 adalah sebagai

berikut.

ü Jumlah nomor IP yang diperlukan adalah sebanyak 10 buah nomor.

Binerkan angka 10, yaitu 1010. Hasil biner tersebut terdiri dari 4

(empat) bilangan.

ü Sisakan 0 (bilangan nol) dari hasil biner bilangan desimal 21 sebanyak

4 (empat) bit untuk host sesuai kebutuhan jaringan. Jadi subnet mask

yang digunakan adalah 11111111.11111111.11111111.11110000,

dengan desimal 255.255.255.240 (/28).

ü Jumlah host tiap jaringan adalah 2(32 – 27) – 2 = 24 – 2 = 16 – 2 = 14

host.

ü Block subnet = 256 - d = 256 - 240 = 16

ü Maka, subnet yang kita pilih adalah 129.135.6.144.

Pada subnet sebelumnya (area C2) berakhir pada 129.135.6.143

(broadcast). Maka, untuk subnet area C3 merupakan lanjutan dari area

C2.

ü Host yang valid: 129.135.6.145 - 129.135.6.158

ü Broadcast: 129.135.6.159

Desimal Biner

Subnet 129.135.6.144 10000001.10000111.00000100.1001 0000

Net mask 255.255.255.240 11111111.11111111.11111111.1111 0000

Broadcast 129.135.6.159 10000001.10000111.00000100.1001 1111

Maka, tabel untuk pemberian IP untuk area C adalah sebagai berikut.

C1 C2 C3

26   MANAJEMEN  JARINGAN    

Net Mask 255.255.255.224 (/27) 255.255.255.240 (/28) 255.255.255.240 (/28)

Subnet 129.135.6.32 129.135.6.128 129.135.6.144

IP Host Awal 129.135.6.33 129.135.6.129 129.135.6.145

IP Host Akhir 129.135.6.62 129.135.6.142 129.135.6.158

Broadcast 129.135.6.63 129.135.6.143 129.135.6.159

C4 C5 C6

Net Mask 255.255.255.224 (/27) 255.255.255.224 (/27) 255.255.255.224 (/27)

Subnet 129.135.6.0 129.135.6.96 129.135.6.64

IP Host Awal 129.135.6.1 129.135.6.97 129.135.6.65

IP Host Akhir 129.135.6.30 129.135.6.126 129.135.6.94

Broadcast 129.135.6.31 129.135.6.127 129.135.6.95

A. Topologi Jaringan yang Digunakan

Tampilan fisik jaringan yang menggambarkan penempatan komputer-

komputer di dalam jaringan dan bagaimana kabel ditarik untuk

menghubungkan komputer-komputer disebut topologi jaringan.

Jaringan pada kasus kali ini merupakan jaringan yang cukup besar,

maka harus benar-benar diperhatikan dalam memilih topologi jaringan yang

akan digunakan.

Berdasarkan kasus ini, topologi jaringan yang akan digunakan untuk

penyelesaian kasus tersebut adalah topologi star dengan berbagai

pertimbangan sebagai berikut.

Ø Mudah instalasinya.

Ø Tidak akan mempengaruhi kinerja jaringan walaupun ada komputer

atau peripheral yang mati atau tidak digunakan.

Ø Jika salah satu host mengalami gangguan, tidak akan mengganggu host

yang lainnya.

Ø Mudah untuk mendiagnosa permasalahan jaringan.

Ø Semua host terhubung langsung ke pusat server (kontrol terpusat).

Ø Pemasangan dan penambahan kabel menjadi mudah dan paling

fleksibel jika dibandingkan dengan topologi jaringan yang lain.

28   MANAJEMEN  JARINGAN    

KESIMPULAN Sebuah IP address adalah identitas komputer di dalam jaringan, untuk

membedakan komputer satu dengan lainnya. Dengan IP Address ini maka komputer

dapat terhubung dan berkomunikasi dengan komputer lainnya. Komponen lain dari

skema pengalamatan IP adalah subnet mask atau net mask.

Subnetting adalah sebuah metode untuk melahirkan ruang-ruang alamat baru

atau lebih tepat disebut subruang alamat dari sebuah alamat IP yang tersedia. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan alamat jaringan yang

tersedia. Subnet mask berperan membantu router membedakan antara bagian jaringan

dan bagian host dari sebuah IP. Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan

hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network. Dengan demikian,

maka kinerja jaringan akan jauh lebih efektif dan efisien.

Terdapat beberapa metode dalam melakukan subnetting. Tetapi dalam kasus

ini, metode yang digunakan adalah metode VLSM (Variable Length Subnet Mask)

karena metode ini lebih sederhana dibandingkan dengan metode lainnya. Dan pada

dasarnya semua itu tergantung pada pemahaman dan kreatifitas masing-masing orang.

Topologi jaringan yang digunakan dalam menyelesaikan kasus ini adalah

topologi star, yang dianggap paling cocok dan efisien. Gambar topologi dapat dilihat

pada lampiran-lampiran.

SUMBER     http://pengertianrouting.blogspot.co.id/ (10:33 am) http://tutorial-mj.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-routing.html (12:34 pm) http://desinilawati.blogspot.co.id/2013/10/memahami-konsep-routing-static-dan.html (11:33 pm) https://theordinaryroad.wordpress.com/2009/12/13/konfigurasi-static-routing-dan-dhcp-di-router-cisco/ (11:33pm) http://dede-note.blogspot.co.id/2013/11/routing-dinamis-rip-igrp-ospf-eigrp-dan.html (11:34 pm) http://artikel-komputer1.blogspot.co.id/2012/12/studi-kasus-subnetting-dan-topologi.html (11:42 PM)