manajemen bencana

32
MANAJEMEN BENCANA 1. SISTEM KOMANDO 2.1 STRUKTUR OPERASI TANGGAP DARURAT 2.1.1 Definisi Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Tahapan keadaan darurat bencana meliputi siaga darurat, tanggap darurat dan transisi ke pemulihan. Sistem komando tanggap darurat bencana adalah suatu standar penanganan darurat bencana yang mengintegrasikan pengerahan fasilitas, peralatan, personil, prosedur dan komunikasi dalam suatu struktur organisasi. Komando tanggap darurat bencana adalah organisasi penanganan tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang Komandan dan dibantu oleh staf komando dan staf umum, memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas. Staf Komando adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana (KTDB) dalam menjalankan tugas kesekretariatan, hubungan masyarakat, perwakilan instansi/lembaga serta keselamatan dan keamanan. Staf Umum adalah pembantu KTDB dalam menjalankan fungsi utama komando untuk bidang operasi, bidang perencanaan, bidang logistik dan bidang peralatan serta bidang administrasi keuangan untuk penanganan tanggap darurat. 2.1.2 Tahapan Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana Terbentuknya komando tanggap darurat bencana meliputi tahapan yang terdiri dari : 1) Informasi Kejadian Awal 2) Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC) 3) Penetapan Status/Tingkat Bencana

Upload: aulina-refri-rahmi

Post on 18-Feb-2016

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MANAJEMEN BENCANA

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN BENCANA

MANAJEMEN BENCANA1. SISTEM KOMANDO

2.1 STRUKTUR OPERASI TANGGAP DARURAT2.1.1 DefinisiTanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Tahapan keadaan darurat bencana meliputi siaga darurat, tanggap darurat dan transisi ke pemulihan.Sistem komando tanggap darurat bencana adalah suatu standar penanganan darurat bencana yang mengintegrasikan pengerahan fasilitas, peralatan, personil, prosedur dan komunikasi dalam suatu struktur organisasi.Komando tanggap darurat bencana adalah organisasi penanganan tanggap darurat bencana yang dipimpin oleh seorang Komandan dan dibantu oleh staf komando dan staf umum, memiliki struktur organisasi standar yang menganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando yang jelas.Staf Komando adalah pembantu Komandan Tanggap Darurat Bencana (KTDB) dalam menjalankan tugas kesekretariatan, hubungan masyarakat, perwakilan instansi/lembaga serta keselamatan dan keamanan.Staf Umum adalah pembantu KTDB dalam menjalankan fungsi utama komando untuk bidang operasi, bidang perencanaan, bidang logistik dan bidang peralatan serta bidang administrasi keuangan untuk penanganan tanggap darurat.

2.1.2 Tahapan Pembentukan Komando Tanggap Darurat BencanaTerbentuknya komando tanggap darurat bencana meliputi tahapan yang terdiri dari :1) Informasi Kejadian Awal2) Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)3) Penetapan Status/Tingkat Bencana4) Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana

Tahapan pembentukan komando tanggap darurat bencana tersebut harus dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian sistem komando yang terpadu. Rincian masing-masing tahapan tersebut adalah :1) Informasi Kejadian Awal Bencanaa. Informasi awal kejadian bencana diperoleh melalui berbagai sumber antara lain pelaporan, media massa, instansi/lembaga terkait, masyarakat, internet, dan informasi lain yang dapat dipercaya. BNPB dan/atau BPBD melakukan klarifikasi kepada instansi/lembaga/masyarakat di lokasi bencana. Informasi yang diperoleh dengan menggunakan rumusan pertanyaan terkait bencana yang terjadi, terdiri dari :o Apa : jenis bencanao Bilamana : hari, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu setempato Dimana : tempat/lokasi/daerah bencanao Berapa : jumlah korban, kerusakan sarana dan prasaranao Penyebab : penyebab terjadinya bencana

Page 2: MANAJEMEN BENCANA

o Bagaimana : upaya yang telah dilakukanb. Penjelasan rumusan pertanyaan informasi kejadian awal yang harus dikumpulkan.

2) Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)a. Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB dan/atau BPBD menugaskan Tim Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat bencana, untuk melaksanakan tugas pengkajian secara cepat, tepat, dan dampak bencana, serta serta memberikan dukungan pendampingan dalam rangka penanganan darurat bencana.b. Hasil pelaksanaan tugas TRC tanggap darurat dan masukan dari berbagai instansi/lembaga terkait merupakan bahan pertimbangan bagi :o Kepala BPBD Kabupaten/Kota untuk mengusulkan kepada Bupati/Walikota dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota.o Kepala BPBD Provinsi untuk mengusulkan kepada Gubernur dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala provinsi.o Kepala BNPB untuk mengusulkan kepada Presiden RI dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala nasional.

3) Penetapan Status / Tingkat Bencana1. Berdasarkan berbagai masukan yang dapat dipertanggung jawabkan dalam forum rapat dengan instansi/lembaga terkait, maka :a. Bupati/Walikota menetapkan status/tingkat bencana skala kabupaten/kota.b. Gubernur menetapkan status/tingkat bencana skala provinsi.c. Presiden RI menetapkan status/tingkat bencana skala nasional.2. Tindak lanjut dari penetapan status/tingkat bencana tersebut, maka Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya menunjuk seorang pejabat sebagai komandan penanganan tanggap darurat bencana sesuai status/tingkat bencana skala nasional/daerah.

4) Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana1. Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai status/tingkat bencana dan tingkat kewenangannya :a. Mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.b. Melaksanakan mobilisasi sumberdaya manusia, peralatan dan logistik serta dana dari instansi/lembaga terkait dan/atau masyarakat.c. Meresmikan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.2. Ilustrasi pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.

2.1.3 Organisasi dan Tata Kerja Komando Tanggap Darurat BencanaA. Organisasi1. Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana merupakan organisasi satu komando, dengan mata rantai dan garis komando serta tanggung jawab yang jelas. Instansi/lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi berdasarkan satu kesatuan komando. Organisasi ini dapat dibentuk di semua tingkatan wilayah bencana baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat nasional.

Page 3: MANAJEMEN BENCANA

2. Struktur organisasi komando tanggap darurat terdiri atas Komandan yang dibantu oleh staf komando dan staf umum, secara lengkap terdiri dari :a. Komandan Tanggap Darurat Bencanab. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencanac. Staf Komando :· Sekretariat· Hubungan Masyarakat· Keselamatan dan Keamanan· Perwakilan instansi/lembagad. Staf Umum :· Bidang Operasi· Bidang Perencanaan· Bidang Logistik dan Peralatan· Bidang Administrasi Keuangan3. Struktur organisasi ini merupakan organisasi standar dan dapat diperluas berdasarkan kebutuhan.4. Sesuai dengan jenis, kebutuhan dan kompleksitas bencana dapat dibentuk unit organisasi dalam bentuk seksi-seksi yang berada di bawah bidang dan dipimpin oleh Kepala Seksi yang bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

B. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi1. Komando Tanggap Darurat Bencana memiliki tugas pokok untuk :a. Merencanakan operasi penanganan tanggap darurat bencana.b. Mengajukan permintaan kebutuhan bantuan.c. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengerahan sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana secara cepat tepat, efisien dan efektif.d. Melaksanakan pengumpulan informasi dengan menggunakan rumusan pertanyaan (lihat Lampiran-1), sebagai dasar perencanaan Komando Tanggap Darurat Bencana tingkat kabupaten/kota/provinsi/nasional.e. Menyebarluaskan informasi mengenai kejadian bencana dan pananganannya kepada media massa dan masyarakat luas.2. Fungsi Komando Tanggap Darurat Bencana adalah mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mensinkronisasikan seluruh unsur dalam organisasi komando tanggap darurat untuk penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana dengan segera pada saat kejadian bencana.

C. Tugas dan Tanggung Jawab Unit Organisasi1. Komandan Tanggap Darurat Bencanaa. Komandan Tanggap Darurat Bencana adalah personil dengan pangkat/jabatan senior peringkat pertama dalam Komando Tanggap Darurat Bencana sesuai tingkat dan kewenangannya.b. Komandan bertugas :- Mengaktifkan dan meningkatkan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) menjadi Pos Komando Tanggap Darurat BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB, sesuai dengan jenis, lokasi dan tingkatan bencana.

Page 4: MANAJEMEN BENCANA

- Membentuk Pos Komando Lapangan (Poskolap) di lokasi bencana di bawah komando Pos Komando Tanggap Darurat Bencana BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB.- Membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan operasi tanggap darurat bencana.- Melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik dan penyelamatan serta berwenang memerintahkan para pejabat yang mewakili instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana.c. Komandan Tanggap Darurat Bencana bertanggung jawab langsung kepada Kepala BNPB/BPBD Provinsi/ Kabupaten/Kota, sesuai dengan tingkat dan kewenangannya.2. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana adalah personil dengan pangkat/jabatan senior peringkat kedua dalam Komando Tanggap Darurat Bencana sesuai tingkat dan kewenangannya.a. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana bertugas :- Membantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan komando tanggap darurat bencana.- Mengkoordinir tugas-tugas sekretariat, humas, keselamatan dan keamanan serta perwakilan instansi/lembaga.- Mewakili Komandan Tanggap Darurat Bencana, apabila Komandan Tanggap Darurat Bencana berhalangan.b. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana bertanggung jawab langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.

3. Sekretariat. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris.a. Sekretaris bertugas dan bertanggung jawab untuk :- Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan.- Pelayanan akomodasi dan konsumsi bagi personil Komando Tanggap Darurat Bencana.b. Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.4. Hubungan Masyarakata. Hubungan Masyarakat bertugas dan bertanggung jawab untuk :- Menghimpun data dan informasi penanganan bencana yang terjadi.- Membentuk jaringan informasi dan komunikasi serta menyebarkan informasi tentang bencana tersebut ke media massa dan masyarakat luas.b. Kepala Humas bertanggung jawab langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.5. Keselamatan dan Keamanana. Keselamatan dan Keamanan bertugas dan bertanggung jawab untuk :- Menjamin kesehatan dan keselamatan seluruh personil Komando Tanggap Darurat Bencana dalam menjalankan tugasnya.

Page 5: MANAJEMEN BENCANA

- Menjaga keamanan penanganan tanggap darurat bencana serta mengantisipasi hal-hal di luar dugaan atau suatu keadaan yang berbahaya.b. Kepala Keselamatan dan Keamanan bertanggung jawab langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.6. Perwakilan Instansi/Lembagaa. Perwakilan instansi/lembaga bertugas untuk membantu Komandan Tanggap Darurat Bencana berkaitan dengan permintaan dan pengerahan sumberdaya yang dibutuhkan dari instansi/lembaga.b. Perwakilan instansi/lembaga secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana atas pelaksanaan tugasnya dan secara administrative bertanggung jawab kepada pimpinan instansi/lembaga terkait.7. Bidang Operasia. Bidang Operasi bertugas dan bertanggung jawab atas semua pelaksanaan operasi penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana dengan cepat, tepat, efisien dan efektif berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan penanganan tanggap darurat bencana.b. Kepala Bidang Operasi bertanggung jawab langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.8. Bidang Perencanaana. Bidang Perencanaan bertugas dan bertanggung jawab atas pengumpulan, evaluasi, analisis data dan informasi yang berhubungan dengan penanganan tanggap darurat bencana serta menyiapkan dokumen rencana tindakan operasi tanggap darurat.b. Kepala Bidang Perencanaan bertanggung jawab langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.9. Bidang Logistik dan Peralatana. Bidang Logistik dan Peralatan bertugas dan bertanggung jawab :- Penyediaan fasilitas, jasa, dan bahan-bahan serta perlengkapan tanggap darurat.- Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan transportasi bantuan logistik dan peralatan.- Melaksanakan penyelenggaraan dukungan dapur umum, air bersih dan sanitasi umum.- Mengkoordinasikan semua bantuan logistik dan peralatan dari instansi/lembaga/organisasi yang terkait.b. Kepala Bidang Logistik dan Peralatan bertanggung jawab langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.

10. Bidang Administrasi Keuangana. Bidang Administrasi Keuangan bertugas dan bertanggung jawab :- Melaksanakan semua administrasi keuangan.- Menganilisa kebutuhan dana dalam rangka penanganan tanggap darurat bencana yang terjadi.- Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka komando tanggap darurat bencana yang terjadib. Kepala Bidang Administrasi dan Keuangan bertanggung jawab langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.

Page 6: MANAJEMEN BENCANA

2.1.4 Pola Penyelenggaraan Sistem Komando Tanggap Darurat BencanaSistem Komando Tanggap Darurat Bencana diselenggarakan dengan pola yang terdiri atas rencana operasi, permintaan, pengerahan/mobilisasi sumberdaya yang didukung dengan fasilitas komando yang diselenggarakan sesuai dengan jenis, lokasi dan tingkatan bencana. Penyelenggaraan Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana diakhiri oleh pembubaran Komando Tanggap Darurat Bencana. Penyelenggaraan Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana dilaksanakan sebagai berikut :

A. Rencana OperasiRencana Operasi Komando Tanggap Darurat Bencana berikut Rencana Tindakan Operasi penanganan tanggap darurat bencana, merupakan acuan bagi setiap unsur pelaksana dalam komando.B. Permintaan SumberdayaMekanisme permintaan sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :a. Komandan Tanggap Darurat Bencana tingkat kabupaten/kota, atau tingkat provinsi yang terkena bencana, mengajukan permintaan kebutuhan sumberdaya kepada Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi maupun kepada Kepala BNPB, berdasarkan atas ketersediaan sumberdaya di lokasi dan tingkatan bencana.b. Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi maupun Kepala BNPB, sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana, meminta dukungan sumberdaya manusia, logistik dan peralatan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi korban, memenuhi kebutuhan dasar hidup dan memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak kepada pimpinan instansi/lembaga terkait sesuai tingkat kewenangannya.c. Instansi/lembaga terkait dimaksud adalah: Departemen/Dinas Sosial, BULOG/DOLOG, Departemen/Dinas Kesehatan, Departemen/Dinas Pekerjaan Umum, Departemen/Dinas Perhubungan, Basarnas/Basarda Kabupaten/Kota, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, Palang Merah Indonesia, Departemen/Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral serta instansi/lembaga lainnya sesuai tingkat kewenangannya.d. Instansi/lembaga terkait wajib segera mengirimkan serta memobilisasi sumberdaya manusia, logistik dan peralatan ke lokasi bencana.e. Penerimaan serta penggunaan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik di lokasi bencana sebagaimana dimaksud dilaksanakan dibawah kendali Kepala BPBD/BNPB dan atau Departemen Keuangan.

C. Pengerahan/Mobilisasi SumberdayaPengerahan/mobilisasi sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut :1. Instansi/lembaga/organisasi terkait dalam mengirimkan sumberdaya harus didampingi oleh personil instansi/lembaga asal dan penyerahannya dilengkapi dengan administrasi sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.2. Apabila instansi/lembaga/organisasi terkait pada tingkat tertentu tidak memiliki kemampuan sumberdaya yang dibutuhkan, maka BPBD maupun BNPB sesuai dengan

Page 7: MANAJEMEN BENCANA

tingkat kewenangannya berkewajiban membantu/mendampingi pengiriman/mobilisasi sumber daya sampai ke lokasi bencana.D. Fasilitas Komando Tanggap Darurat Bencana1. Untuk meningkatkan efektifitas dan mempercepat respons penanganan tanggap darurat bencana, Komando Tanggap Darurat Bencana perlu menyiapkan dan menghimpun dukungan operasi penanganan darurat bencana yang terdiri dari :a. Pos Komando, meliputi Posko Tanggap Darurat dan Poskolap.b. Personil Komando, adalah semua sumberdaya manusia yang bertugas dalam organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana dengan kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan untuk penugasan penanganan darurat bencana.c. Gudang, tempat penyimpanan logistik dan peralatan.d. Sarana dan prasarana transportasi, baik yang merupakan fasilitas dasar maupun spesifik sesuai jenis bencana.e. Peralatan, baik yang merupakan fasilitas dasar maupun fasilitas yang spesifik sesuai jenis bencana.f. Alat komunikasi dan peralatan komputer.g. Data serta informasi bencana dan dampak bencana.

E. Pengakhiran1. Menjelang berakhirnya waktu pelaksanaan operasi tanggap darurat bencana, Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau Kepala BNPB membuat rencana pengakhiran operasi tanggap darurat bencana dengan mengeluarkan Surat Perintah Pengakhiran Operasi Tanggap Darurat Bencana kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana sesuai dengan kewenangannya.2. Pada hari dan tanggal waktu berakhirnya operasi tanggap darurat bencana, Kepala BNPB/BPBD membubarkan Komando Tanggap Darurat Bencana dengan menerbitkan Surat Keputusan Pembubaran.

F. Pola Pengerahan Sumberdaya di Tingkat Kabupaten/KotaPengerahan sumberdaya di tingkat kabupaten/kota dilaksanakan dengan pola sebagai berikut :1. Dalam hal bencana tingkat kabupaten/kota, Kepala BPBD Kabupaten/Kota yang terkena bencana, mengerahkan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik sesuai kebutuhan ke lokasi bencana.2. Apabila kebutuhan tersebut tidak tersedia/tidak memadai, maka pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan dapat meminta bantuan kepada pemerintah kabupaten/kota terdekat baik dalam satu wilayah provinsi maupun provinsi lain.3. Apabila pemerintah kabupaten/kota yang dimintai bantuan tidak memiliki ketersediaan sumberdaya/tidak memadai, maka pemerintah kabupaten/kota yang terkena bencana dapat meminta bantuan kepada pemerintah provinsi yang bersangkutan.4. Biaya yang timbul akibat pengerahan bantuan ini ditanggung oleh pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.5. Pelaksanaan pengerahan sumber daya dari asal sampai dengan lokasi bencana dilaksanakan dibawah kendali Kepala BPBD Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Page 8: MANAJEMEN BENCANA

6. Apabila terdapat keterbatasan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik yang dikerahkan oleh Kepala BPBD Kabupaten/Kota, maka BNPB dapat membantu melalui pola pendampingan.7. Pola pendampingan oleh BNPB dapat berupa dukungan biaya pengepakan, biaya pengiriman, jasa tenaga pengangkutan dan dukungan peralatan tanggap darurat bencana.

G. Pola Pengerahan Sumberdaya di Tingkat ProvinsiPengerahan sumberdaya di tingkat provinsi dilaksanakan dengan pola sebagai berikut:1. Dalam hal bencana tingkat provinsi, Kepala BPBD Provinsi yang terkena bencana mengerahkan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik sesuai kebutuhan ke lokasi bencana.2. Apabila kebutuhan tersebut tidak tersedia/tidak memadai, maka pemerintah provinsi yang bersangkutan dapat meminta bantuan kepada provinsi lain yang terdekat.3. Apabila provinsi yang dimintai bantuan tidak memiliki ketersediaan sumberdaya/tidak memadai, maka pemerintah provinsi yang terkena bencana dapat meminta bantuan kepada Pemerintah Pusat.4. Biaya yang timbul akibat pengerahan bantuan ini ditanggung oleh pemerintah provinsi yang bersangkutan.5. Pelaksanaan pengerahan sumber daya dari asal sampai dengan lokasi bencana dilaksanakan dibawah kendali Kepala BPBD Provinsi yang bersangkutan.6. Apabila terdapat keterbatasan sumberdaya manusia, peralatan dan logistik yang dikerahkan oleh Kepala BPBD Propinsi, maka BNPB dapat membantu melalui pola pendampingan.7. Pola pendampingan oleh BNPB dapat berupa dukungan biaya pengepakan, biaya pengiriman, jasa tenaga pengangkutan dan dukungan peralatan tanggap darurat bencana.

H. Pola Penyelenggaraan di Tingkat NasionalPendistribusian logistik kepada masyarakat dilaksanakan oleh Komando Tanggap Darurat Bencana sesuai dengan dinamika yang terjadi, terutama untuk pemenuhan kebutuhan dasar hidup meliputi pangan, sandang, air bersih, sanitasi, hunian sementara, pelayanan kesehatan dan lain-lain.

SISTEM MANAJEMEN BENCANA NASIONAL

Penanganan kondisi darurat (Emergency Response) terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut :1. Tahap I : Penilaian kondisi darurat2. Tahap II : Perencanaan program/kegiatan3. Tahap III : Implementasi/pelaksanaan kegiatan4. Tahap IV : Monitoring dan evaluasi5. Tahap V : Koordinasi

Page 9: MANAJEMEN BENCANA

1. TAHAP I PENILAIAN KONDISI (assessment)Penilaian Kondisi adalah suatu proses mengumpulkan informasi atau data yang dilakukan secara sistematis, yang selanjutnya akan dianalisa untuk menentukan dan menilai kondisi-kondisi tertentu. Assessment dalam arti yang lebih luas merupakan proses monitoring dan refleksi yang berlangsung terus menerus yang akan membantu kita merencanakan dan menyesuaikan program agar tetap cocok dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat korban. Dalam hal ini kegiatan assessment menjadi sesuatu yang dilakukan setiap waktu dan bukan suatu gambaran tetap mengenai kondisi masyarakat kebutuhan dan sumber daya yang ada pada suatu saat tertentu.Assessment penting dilakukan untuk mengetahui akar permasalahan suatu kondisi krisis dan memutuskan langkah-langkah penanganan yang tepat. Informasi yang perlu dikumpulkan pada waktu melakukan assessment mencakup informasi awal suatu kondisi bencana dan informasi perubahan yang terjadi.

1) Tim Penilai Kondisi DaruratAssessment dapat dilakukan oleh orang per orang, tetapi bisa juga oleh Tim yang terdiri dari 2 atau 3 orang. Anggota tim sebaiknya tidak terlalu banyak untuk mencegah masuknya informasi yang melebar yang sebenarnya tidak perlu, juga untuk menghemat waktu.Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembentukan tim penilai antara lain :a. Pemahaman tentang daerah bencana. Sebaiknya tim melibatkan orang yang benar-benar memahami kondisi sehari-hari dalam daerah bencana. Dengan demikian keterlibatan orang lokal sangat direkomendasikan. Tetapi juga perlu diwaspadai kemungkinan terjadi bias individu dalam penilaian, terutama ketika ada kepentingan tertentu dari orang lokal terhadap hasil penilaian kondisi.b. Keseimbangan gender. Seluruh tim sebaiknya memiliki sensitivitas gender. Ketimpangan gender yang kemungkinan besar sudah terjadi dalam kehidupan sehari-hari, jangan sampai menjadi lebih parah dalam kondisi bencana, dan jangan sampai diperparah juga dalam pemberian bantuan kemanusiaan. Selain itu penting untuk mengetahui pendapat kelompok perempuan dalam berbagai hal, termasuk dalam menilai akar masalah bencana, dampaknya serta kebutuhan yang ada. Dalam banyak kelompok masyarakat, perempuan hanya bisa bicara terbuka dengan perempuan, sehingga untuk bisa mendengarkan suara perempuan dalam proses penilaian kondisi, maka penting untuk menjaga menyeimbangkan komposisi laki-laki dan perempuan dalam tim.c. Kebijakan-kebijakan yang ada di dalam wilayah bencana- Kebijakan pembangunan yang berdampak pada resiko bencana- Kebijakan penanganan bencana yang adad. Kepemimpinan. Kepemimpinan dalam tim penilai kondisi darurat adalah hal yang sangat krusial, dimana pimpinan tim harus bertangungjawab atas proses penilaian, mampu merangkum dan menganalisis penilaian-penilaian anggota tim dalam waktu cepat dan setepat-tepatnya.e. Mengintegrasikan perencanaan dengan implementasi.

2) Informasi yang Dibutuhkana. Sumber informasi

Page 10: MANAJEMEN BENCANA

Untuk mengetahui keadaan wilayah bencana, perlu ada pendekatan dengan sumber-sumber local seperti :· Komunitas korban· Tokoh masyarakat : adat, agama, dll.· Aparat pemerintah, baik pemda (administratif), instansi sektoral maupun instansi teknis yang berkaitan dengan dampak bencana dan kebutuhan komunitas korban.· Secara khusus dari kaum perempuan korban· Masyarakat lokal di sekitar penampungan korban· Media massa· Orang yang baru kembali dari wilayah bencana· Organisasi kemanusiaan lain

Prioritas utama sumber informasi tetap dari komunitas korban sendiri. Sumber-sumber lain berfungsi sebagai pelengkap dan atau alat perbandingan dengan kondisi lapangan yang kasat mata. Prioritas sumber lain sangat tergantung pada akar masalah dan dampak bencana yang terjadi, serta jenis informasi yang diinginkan.

b. Jenis InformasiInformasi-informasi yang perlu diketahui dalam sebuah assessment adalah :a) Informasi tentang kondisi daruratb) Informasi tentang wilayah bencanac) Informasi tentang bantuan dari pihak lain

3) Metode Pengumpulan InformasiInformasi yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara :a. Review informasi yang sudah ada. Bisa bersumber dari file kantor, organisasi lain, lembaga pemerintah, lembaga agama, contact person yang memahami wilayah bencana dengan baik.b. Mengunjungi langsung daerah yang terkena bencana. Selain pengamatan lapangan, juga dibangun percakapan-percakapan terbuka langsung dengan para korban dalam suasana informal. Karena biasanya situasi informal akan membantu mendapatkan informasi yang lebih dalam daripada dalam suasana formal.

4) Manfaat Informasia. Perencanaan program. Informasi yang diperoleh dari hasil penilaian kondisi menjadi dasar untuk membuat rekomendasi ataupun keputusan mengenai aktifitas yang perlu dilakukan, dengan mempertimbangkan kelayakan, sentivitas konteks, dan dampaknya secara jangka panjang terhadap wilayah tersebut serta masyarakat sekitarnya.b. Bahan Komunikasi. Sebagai bahan komunikasi, informasi yang diperoleh bisa digunakan untuk tujuan pendidikan, penggalangan dana, lobi atau advokasi kebijakan (lokal maupun internasional).c. Monitoring. Informasi yang diperoleh bisa dimanfaatkan untuk membangun basis ukuran kemajuan dan capaian dalam pelaksanaan kegiatan.

Page 11: MANAJEMEN BENCANA

2. TAHAP II PERENCANAAN PROGRAM

1) Jenis ProgramInformasi-informasi yang terangkum dalam laporan hasil assement kemudian dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan kegiatan. Kegiatan yang dilakukan tidak selalu berupa pemberian bantuan kemanusiaan. Beberapa kegiatan yang bisa menjadi follow-up dari hasil penilaian antara lain :o Memulai kegiatan bantuan kemanusiaan untuk korban bencanao Melakukan monitoring situasi secara regularo Mendukung pihak lain yang memberikan bantuan kemanusiaano Melakukan advokasi atau tekanan kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu, baik bantuan maupun perubahan kebijakan (khususnya kepada pemerintah)

Kombinasi dari hal-hal diatas.

2) Tahap-Tahap PerencanaanBila kita memutuskan untuk merespon dengan bantuan kemanusiaan, maka perlu dilakukan perencanaan dengan mempertimbangkan langkah-langkah sebagai berikut :a. Memutuskan prioritas responb. Perumusan mekanisme kerja dan pembentukan tim kerjac. Pembuatan proposal cepat

3. TAHAP III IMPLEMENTASI PROGRAMTahap implementasi merupakan suatu tahap yang penting dimana sebuah lembaga pemberi bantuan dituntut kreatifitas dan kecakapannya berhadapan langsung dengan masyarakat korban. Kreatifitas dan kecakapan untuk beradaptasi dengan kondisi lapangan dan masyarakat korban termasuk dengan perubahan –perubahan yang terjadi. Lancar tidaknya sebuah operasi penanganan kondisi darurat sangat ditentukan oleh sistem management dan ketepatan penanganan di lapangan. Sistem manajemen itu sendiri sebaiknya sudah dipersiapkan sebelum terjadinya kondisi darurat minimal prinsip-prinsip praktis berbasis lokal yang membantu kelancaran dan kecepatan respon.Sistem manajemen operasi respon darurat pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan system manajemen program jangka panjang. Karakteristik khusus yang harus dipegang dalam manajemen kondisi darurat adalah waktu dan perubahan. Sebuah manajemen yang ketat sangat dibutuhkan untuk menjamin respon tepat pada waktunya, dan di sisi lain kemampuan staff lapangan untuk membaca fenomena-fenomena lapangan juga sangat dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian seiring dengan perubahan-perubahan yang sering terjadi dengan cepat dalam situasi darurat.

1) Sistem Manajemen Operasi Respon Kondisi DaruratSistem manajemen kondisi darurat meliputi beberapa poin dasar yakni :a. Manajemen Tim KerjaKualitas suatu operasi sangat tergantung pada kualitas dan komitmen staf yang terlibat didalam tim kerja. Pada kondisi darurat, waktu dan kebutuhan seperti kejar mengejar.

Page 12: MANAJEMEN BENCANA

Proses pemenuhan kebutuhan teknis dilaksanakan dalam waktu singkat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen tim kerja adalah :- Rekrutmen- Training cepat- Kontrak kerja- Job Description- Evaluasi kinerja- Peningkatan kapasitas- Kesejahteraan staff- Panduan Keamanan

b. Manajemen KeuanganFinansial/keuangan merupakan motor dari setiap kegiatan penanganan kondisi darurat. Oleh karenanya, diperlukan suatu sistem pengelolaan yang baik dan sistematis. Manajemen keuangan dalam kondisi darurat biasanya lebih sulit daripada program jangka panjang.

c. Manajemen LogistikManajemen logistik dalam respon kondisi darurat terdiri dari berbagai hal yang menyangkut kelancaran operasi. Dalam manual kali ini akan menekankan pada dua hal, yakni pemesanan barang dan penyimpanan (gudang).

2) Pelaksanaan Operasi di Lapangana. RegistrasiRegistrasi adalah sebuah cara sistematis mengumpulkan informasi dari kelompok target. Dalam hal ini, registrasi ditujukan untuk mengetahui jumlah keseluruhan kelompok target yang akan dibantu secara tepat dan langsung dari sumbernya.b. DistribusiTahap-tahap melakukan distribusi adalah :- Perencanaan- Pelaksanaan distribusi- Evaluasi distribusic. Pengorganisasian KampKebanyakan kondisi darurat mengakibatkan terjadinya pengungsian, dimana komunitas korban meninggalkan tempat tinggal mereka di wilayah bencana dan pindah ke tempat lain yang relative lebih aman. Biasanya mereka terkumpul di satu atau lebih tempat dalam jumlah besar, baik yang terjadi dengan spontan atau sengaja diatur untuk mempermudah penanganan. Pengorganiasian kamp perlu dilakukan untuk meyakinkan adanya partisipasi komunitas korban dalam kegiatan respon kondisi darurat yang ada.

3) KoordinasiBiasanya pada suatu kondisi darurat yang membutuhkan bantuan dari luar akan ada banyak lembaga yang terlibat, baik pemerintah, lembaga lokal, lembaga keagamaan maupun lembaga lembaga dana. Koordinasi penting untuk menghindari kesimpangsiuran, tumpang tindih, keterlewatan (overlooked) bantuan dan kekeliruan

Page 13: MANAJEMEN BENCANA

penafsiran kondisi. Kegiatan koordinasi umumnya dilakukan dalam bentuk pertemuan koordinasi antara sesama NGO dan atau lembaga pemerintah yang bekerja pada suatu kondisi bencana yang sedang terjadi.

4. TAHAP IV MONITORING DAN EVALUASI1) Monitoringa. TujuanMonitoring bertujuan untuk mengukur kemajuan dan efektifitas pekerjaan dibandingkan dengan tujuan dan rencana yang telah dirumuskan.b. IndikatorMonitoring biasanya didasarkan pada indikator-indikator yang dibangun dalam perencanaan, yang dicantumkan dalam proposal kegiatan.c. PelaksanaMereka yang bisa ditunjuk untuk melakukan pekerjaan monitoring adalah sebagai berikut : Dari kelompok kerja yang sama, pihak luar (organisasi atau individual) mempunyai kapasitas penanganan bencana, staf lembaga yang paham program.d. Metode- Observasi- Wawancara- Cross-check data dan informasi dari lembaga lain maupun dari pemerintah- Dokumentasi visual

2) EvaluasiEvaluasi adalah strategi yang penting digunakan untuk menunjukkan efektifitas dan akuntabilitas kerja kita. Monitoring yang reguler akan membantu dalam menemukan hal-hal yang perlu dievaluasi.

5. TAHAP V PELAPORANKebutuhan akan laporan dalam situasi darurat tidak semata-mata dapat dipenuhi dengan laporan pelaksanaan kegiatan. Kejadian yang biasanya mendadak dan perkembangan situasi yang cepat menuntut adanya sistem pelaporan yang mengakomodir kebutuhan akan update informasi. Beberapa jenis laporan dalam situasi darurat adalah :a. Laporan situasib. Laporan kegiatanc. Laporan situasi perkembangan keamanan

MANAJEMEN PRA BENCANATahap Pra BencanaPada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :a. Situasi tidak terjadi bencanaSituasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang berdasarkan analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak menghadapi ancaman bencana yang nyata.Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi :

Page 14: MANAJEMEN BENCANA

1) perencanaan penanggulangan bencana;2) pengurangan risiko bencana;3) pencegahan;4) pemaduan dalam perencanaan pembangunan;5) persyaratan analisis risiko bencana;6) pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;7) pendidikan dan pelatihan; dan8) persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.b. Kegiatan pra bencana pada daerah potensi bencanaPada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana dalam penanggulangan bencana.1) KesiapsiagaanKesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan di dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya bencana.Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU RI No.24 Tahun 2007). Sedangkan Kesiapsiagaan menurut Carter (1991) adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharan dan pelatihan personil.Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Sebaiknya suatu kabupaten kota melakukan kesiapsiagaan.Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi suatu masyarakat yang baik secara individu maupun kelompok yang memiliki kemampuan secara fisik dan psikis dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen bencana secara terpadu. Kesiapsiagaan adalah bentuk apabila suatu saat terjadi bencana dan apabila masih lama akan terjadi, maka cara yang terbaik adalah menghindari resiko yang akan terjadi, tempat tinggal, seperti jauh dari jangkauan banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas sebelum terjadinya bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas operasional dan memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi.Perubahan paradigma penanggulangan bencana yaitu tidak lagi memandang penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat situasi tanggap darurat tetapi penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada fase prabencana yang bertujuan untuk mengurangi resiko bencana. Sehingga semua kegiatan yang berada dalam lingkup pra bencana lebih diutamakan.a) Mencakup penyusunan rencana pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan persediaan dan pelatihan personil.b) Mungkin juga merangkul langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.

Page 15: MANAJEMEN BENCANA

c) Langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa bencana terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan layanan, dan kerusakan saat bencana terjadi.Adapun kegiatan kesiapsiagaan secara umum adalah:a) kemampuan menilai resikob) perencanaan siagac) mobilisasi sumberdayad) pendidikan dan pelatihane) koordinasif) mekanisme respong) manajemen informasih) gladi/ simulasi.2) Peringatan dinia) Prinsip Dasar Peringatan DiniSistem peringatan dini menjadi bagian penting dari mekanisme kesiapsiagaan masyarakat, karena peringatan dapat menjadi faktor kunci penting yang menghubungkan antara tahap kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Secara teoritis bila peringatan dini disampaikan tepat waktu, maka suatu peristiwa yang dapat menimbulkan bencana dahsyat dapat diperkecil dampak negatifnya.Seberapa besar peringatan dapat mengurangi dampak suatu peristiwa bencana akan sangat bergantung pada banyak faktor, misalnya:1) Ketepatan peringatan2) Jarak waktu yang tersedia antara keluarnya peringatan sampai datangnya peristiwa yang dapat menimbulkan bencana3) Seberapa siap perencanaan pra bencana dan kesiapsiagaan masyarakat, termasuk kemampuan masyarakat untuk menanggapi peringatan tersebut dan melakukan tindakan antisipasi secara tepat.Seiring meningkatnya intensitas dan frekuensi berbagai ancaman bencana yang terjadi di Indonesia, kesiapsiagaan perlu didorong agar dalam meng- hadapi situasi darurat masyarakat dapat berperan maksimal sesuai dengan kapasitas dan tanggungjawabnya. Hal ini mengingat masyarakat tidak selalu menerima peringatan dini yang dikeluarkan oleh lembaga terkait. Kebijakan pencegahan terlalu penting jika hanya diserahkan kepada pemerintah atau lembaga internasional saja (Ko_ Annan, 1999). Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan sarana yang ada disekitarnya sebagai sumber informasi dan komunikasi. Walaupun sesungguhnya masyarakat sebagai sumber informasi dan komunikasi. Walaupun sesungguhnya masyarakat telah memiliki pengetahuan dan kearifan lokal tentang gejala alam sebagai tanda-tanda akan terjadinya suatu bencana. Pengetahuan akan gejala alam tersebut sangat diperlukan, karena merupakan salah satu bentuk peringatan dini bagi masyarakat untuk dapat melakukan tindakan penyelamatan diri. Dalam pengantar /Pedoman WMO pada Praktek Pelayanan Cuaca Publik" dinyatakan bahwa peringatan dini hanya apabila diterima, dipahami, dipercaya, dan ditindaklanjuti.b) Unsur Peringatan DiniTujuan dari pengembangan sistem peringatan dini yang berbasis masyarakat adalah untuk memberdayakan individu dan masyarakat yang terancam bahaya untuk bertindak dalam waktu yang cukup dan dengan cara-cara yang tepat untuk

Page 16: MANAJEMEN BENCANA

mengurangi kemungkinan terjadinya korban luka, hilangnya jiwa, serta rusaknya harta benda dan lingkungan.Sistem peringatan dini yang lengkap dan efektif terdiri atas empat unsur yang saling terkait, mulai dari pengetahuan tentang bahaya dan kerentanan, hingga kesiapan dan kemampuan untuk menanggulangi. Pengalaman baik dari sistem peringatan dini juga memiliki hubungan antar-ikatan yang kuat dan saluran komunikasi yang efektif di antara semua elemen tersebut. Keempat elemen tersebut adalah:- Pengetahuan tentang risikoRisiko akan muncul dari kombinasi adanya bahaya dan kerentanan di lokasi tertentu. Kajian terhadap risiko bencana memerlukan pengumpulan dan analisis data yang sitematis serta harus mempertimbangkan sifat dinamis dari bahaya dan kerentanan yang muncul dari berbagai proses seperti urbanisasi, perubahan pemanfaatan lahan, penurunan kualitas lingkungan, dan perubahan iklim. Kajian dan peta risiko bencana akan membantu memotivasi orang, sehingga mereka akan memprioritaskan pada kebutuhan sistem peringatan dini dan penyiapan panduan untuk mencegah dan menanggulangi bencana.- Pemantauan dan layanan peringatanLayanan peringatan merupakan inti dari sistem. Harus ada dasar ilmiah yang kuat untuk dapat memprediksi dan meramalkan munculnya bahaya, dan harus ada sistem peramalan dan peringatan yang andal yang beroperasi 24 jam sehari.Pemantauan yang terus menerus terhadap parameter bahaya dan gejala-gejala awalnya sangat penting untuk membuat peringatan yang akurat secara tepat waktu. Layanan peringatan untuk bahaya yang berbeda-beda sedapat mungkin harus dikoordinasikan dengan memanfaatkan jaringan kelembagaan, prosedural, dan komunikasi yang ada.- Penyebarluasan dan komunikasiPeringatan harus menjangkau semua orang yang terancam bahaya. Pesan yang jelas yang berisi empat unsur kunci dari Sistem Peringatan Dini yang Terpusat pada Masyarakat.Informasi yang sederhana namun berguna sangatlah penting untuk melakukan tanggapan yang tepat, yang akan membantu menyelamatkan jiwa dan kehidupan. Sistem komunikasi tingkat regional, nasional, dan masyarakat harus diidentifikasi dahulu, dan pemegang kewenangan yang sesuai harus terbentuk. Penggunaan berbagai saluran komunikasi sangat perlu untuk memastikan agar sebanyak mungkin orang yang diberi peringatan, guna menghindari terjadinya kegagalan di suatu saluran, dan sekaligus untuk memperkuat pesan peringatan.- Kemampuan penanggulanganSangat penting bahwa masyarakat harus memahami bahaya yang mengancam mereka; dan mereka harus mematuhi layanan peringatan dan mengetahui bagaimana mereka harus bereaksi. Program pendidikan dan kesiapsiagaan memainkan peranan penting di sini. Juga penting bahwa rencana penanganan bencana dapat dilaksanakan secara tepat, serta sudah dilakukan dengan baik dan sudah teruji. Masyarakat harus mendapat informasi selengkapnya tentang pilihan-pilihan untuk perilaku yang aman, ketersediaan rute penyelamatan diri, dan cara terbaik untuk menghindari kerusakan dan kehilangan harta benda.c) Peringatan Dini Berbasis Masyarakat

Page 17: MANAJEMEN BENCANA

- Sistem Peringatan Dini NasionalPeringatan dini di masyarakat dapat dikembangkan dengan mengacu pada skema peringatan yang ada pada tingkat nasional dimana sumber peringatan resmi berasal dari lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan peringatan.Lembaga-lembaga tersebut adalah:· Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB);· Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geo_sika (BMKG), bertanggungjawab untuk memberikan peringatan dini cuaca, bencana gempa bumi dan tsunami;· Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, (PVMBG), Badan Geologi bertanggungjawab untuk memberikan peringatan dini bencana Letusan gunungapi dan gerakan tanah;· Kementerian Pekerjaan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air, bertanggungjawab untuk memberikan peringatan bencana banjir dan kekeringan;· Kementerian Kehutanan bertanggungjawab untuk memberikan peringatan dini bencana kebakaran hutan.Peringatan dini pada tingkat masyarakat harus memiliki beberapa prinsip sebagai berikut:· Tepat waktu· Akurat· Dapat dipertanggungjawabkan.Suatu sistem peringatan dini akan dapat dilaksanakan jika memenuhiketiga syarat berikut:· Adanya informasi resmi yang dapat dipercaya;· Adanya alat dan tanda bahaya yang disepakati;· Ada cara/mekanisme untuk menyebarluaskan peringatan tersebut- Sistem Peringatan Dini di MasyarakatPeringatan dini masyarakat dikembangkan dengan mengacu pada skema peringatan yang ada pada nasional yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan peringatan resmi (official warning). Hal ini diperlukan agar informasi peringatan dini dapat diimplementasikan di masyarakat. Pada beberapa wilayah di mana tidak dapat menerima peringatan dini bencana dari lembaga nasional, maka gejala alam akan terjadinya bencana menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan sebagai indikasi akan terjadinya bencana, sehingga hal tersebut dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan bentuk peringatan dini yang akan dikeluarkan.Terlihat bagaimana tanda kejadian bencana dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk penyebaran peringatan dini bencana setelah melalui proses pemantuan dan deteksi bencana, dan dilakukan analisis singkat atas gejala-gejala yang ditimbulkan untuk menghasilkan rekomendasi keputusan peringatan yang akan dikeluarkan. Pengetahuan gejala alam akan potensi terjadinya bencana menjadi faktor utama bagi masyarakat untuk dapat mengambil tindakan yang dibutuhkan. Pengetahuan gejala alam ini dapat dikembangkan dari pengetahuan-pengetahuan lokal yang sudah ada diketahui secara luas tentang bagaimana suatu benjana akan terjadi. Masyarakat sangat berperan dalam efekti_tas sistem peringatan dini ini. Peran ini tercermin dari kesadaran atau kepedulian masyarakat serta pema-haman terhadap sistem peringatan, ditambah dengan kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam

Page 18: MANAJEMEN BENCANA

kegiatan-kegiatan terkait (tindakan antisipatif, prosedur evakuasi dan sebagainya). Harus diperhatikan juga bahwa terlalu banyak peringatan yang salah dapat mengakibatkan kejenuhan atas peringatan yang terus menerus, sehingga akhirnya sistem peringatan menjadi tidak efektif lagi.3)MitigasiMitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta. Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, langkah awal yang kita harus lakukan ialah melakukan kajian resiko bencana terhadap daerah tersebut. Dalam menghitung resiko bencana sebuah daerah kita harus mengetahui Bahaya (hazard), Kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity) suatu wilayah yang berdasarkan pada karakteristik kondisi fisik dan wilayahnya.

Secara umum, manajemen bencana bertujuan untuk :Ø Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan lingkungan hidupØ Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korbanØ Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman.Ø Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang terkena bencana.Ø Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.Ø Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunanAdapula tujuan lainya adalah sebagai berikut:1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat dan Negara melalui tindakan dini. Tindakan ini merupakan pencegahan, tindakan ini efektif sebelum bencana itu terjadi.Tindakan penghindaran biasanya dikaitkan dengan beberapa upaya. Pertama penghilangan kemungkinan sebab. Kalau bencana itu bisa disebabkan oleh kesalahan manusia, tindakan penghilangan sebab tentunya bisa dilakukan. Tentunya hal ini akan sulit bila penyebabnya adalah alam yang memiliki energi di luar kemampuan manusia untuk melakukannya. Pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan gempa bumi tektonik, misalnya, merupakan sebab yang sampai saat ini belum diatasi manusia. Oleh karena itu tindakan penghindaran bencana alam lebih diarahkan pada menghilangkan, atau mengurangi kondisi yang dapat menimbulkan bencana. Kondisi dimaksud dalah struktur bangunan yang sesuai untuk kondisi gempa yang dapat bangunan tahan terhadap goncangan, sehingga dapat menghidari kerugian fisik, ekonomi, dan lingkungan.2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan Negara berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi. Tetapi perlu diingat, piranti

Page 19: MANAJEMEN BENCANA

tindakan meminimalisasi kerugian itu telah dilakukan jauh sebelum bencana itu terjadi. Contoh bencana alam dengan cepat akan menimbulkan masalah pada kesehatan akibat luka parah, bahkan meninggal, maka tindakan minimalisasi yang harus dilakukan sejak dini adalah penyebaran pusat-pusat medis ke berbagai wilayah, paling tidak sampai tingkat kecamatan.3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang terkena bencana. Ada juga yang menyebut tindakan ini sebagai pengentasan. Tujuan utamanya adalah membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami. Bantuan tenda, pembangunan kembali perumahan yang hancur, memberi subsidi, termasuk kedalam kategori ini. Pemberian pemulihan kondisi psikis individu dan masyarakat yang terkena bencana juga perlu karena bertujuan untuk mengembalikan optimisme dan kepercayaan diri.4. Untuk memperbaiki kondisi sehingga indivudu dan masyarakat dapat mengatasi permasalahan akibat bencana. Perbaikan kondisi terutama diarahkan kepada perbaikan infrastruktur seperti jalan, jembatan, listrik, penyedian air bersih, sarana komunikasi, dan sebagainya.

TAGANA berperan dalam setiap tahap penanggulangan bencanaPasca Bencana :1.Melakukan pencatatan tentang jumlah rumah rumah rusak, jumlah korban (sakit, meninggal dunia)2. Membantu Pemda daerah3.Melakukan kajian dampak bencana4.Melakukan rujukan5.Melakukan evaluasi6.Menyusun laporan

Pada Saat Bencana :1.Melakukan evakuasi korban selamat2.Mendirikan shelter dan dapur umum lapangan

Pra bencana :1.Melakukan latihan secara terus menerus dalam penanggulangan bencana2.Merencanakan dan menyiapkan jumlah barang bantuan dalam PB3.Melakukan sinergi (kerja sama) dengan berbagai pihak dalam PB4.Memetakan daerah rawan bencana

Ketika Terjadi Bencana Dalam Skala tertentuDalam konteks kerja sama dalam penanggulangan bencana personel TAGANA yang ada di satu provinsi/kab dengan provinsi/kab lain saling membantu dalam percepatan penanganan korban bencana (BKO)

PERUBAHAN ORIENTASI PROGRAM DARI “BANTUAN”

Page 20: MANAJEMEN BENCANA

MENJADI “PERLINDUNGAN”Disampaikan:Pada Pemantapan TAGANA Khusus OlehM. Syafii Nasution, A,KS, M.PKasubdit Kesiapsiagaan dan Mitigasi

Pasal 310 :Dit PSKBA mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan sosial korban bencana alam.Pasal 311: Dit PSKBA menyelenggarakan fungsi;a.Perumusan kebijakan di bidang kesiapsiagaan dan mitigasi, tanggap darurat bencana alam, pemulihan dan penguatan sosial korban bencana alam, kerjasama dan pengelolaan logistik bencana;

b.Pelaksanaan kebijakan di bidang kesiapsiagaan dan mitigasi, tanggap darurat bencana alam, pemulihan dan penguatan sosial korban bencana alam, kerjasama dan pengelolaan logistik bencana;

c.Penyusunan Norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kesiapsiagaan dan mitigasi,tanggap darurat bencana alam, pemulihan dan penguatan sosial korban bencana alam, kerjasama dan pengelolaan logistik bencana

d.Pemberian bimbingan teknis di bidang kesiapsiagaan dan mitigasi, tanggap darurat bencana alam, pemulihan dan penguatan sosial korban bencana alam, kerjasama dan pengelolaan logistik bencana

e.Evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang kesiapsiagaan dan mitigasi, tanggap darurat bencana alam, pemulihan dan penguatan sosial korban bencana alam, kerjasama dan pengelolaan logistik bencana; dan

f.Pelaksanaan urusan Tata Usaha, Perencanaan Program dan Anggaran, Kepegawaian dan Rumah Tangga Direktorat

Implementasi program tersebut dikelompokan menjadi dua orientasi kegiatan, yaitu:

1)Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan orientasi kegiatan pada peningkatan kesiapsiagaan masyarakat , sehingga munculnya kesadaran pentingnya memahami bencana dan penanganannya sesuai dengan karakteristik masing-masing dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom), kegiatannya berupa; Kampung Siaga Bencana (KSB)a)Kegiatan utama dalam KSB adalah Mitigasib)Hasil yang diharapkan terbentuknya peta kawasan (road map) dan directory tentang potensi yang akan berpartisipasi aktif dalam KSB

Page 21: MANAJEMEN BENCANA

c)Masyarakat berpartisipasi aktif dalam sistem penanganan bencana

2)Rencana Aksi Nasional (RAN) merupakan orientasi kegiatan pada perluasan aksesbilitas infrastruktur sosial, kegiatannya berupa;a)Peningkatan kemampuan SDM Penanggulangan Bencana berbasis komunitas /TAGANA (Taruna Siaga Bencana),dll.b)Penyediaan barang untuk sarana pertolongan dan konsumsi, seperti bantuan makanan (beras, mie instan, lauk-pauk dan makanan siap saji), bantuan shelter (tenda, genset, peralatan dapur, family kit, kidware, dst)c)Penyediaan sarana fungsi statis dan dinamis, berupa penyediaan sarana transportasi khusus di air maupun di darat, seperti kendaraan RTU, DUMLAP, Tangki Air, Truk, Water Treatment, Perahu Karet, perahu dolphin, Kapal Cepat. d)Perluasan dan percepatan akses kawasan lokal, wilayah daerah regional & nasional, kegiatannya berupa menyediakan berbagai sarana dan SDM di atas, mulai dari sifatnya Nasional, Provinsi, Kabupaten/kota (saat ini perluasan jangkauan kendaraan sudah tersebar di 339 Kab/Kota).