makna simbolik tradisi mappatabe masyarakat ...2. manfaat praktis a. bagi masyarakat sebagai bahan...

91
MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT BUGIS DI KECAMATAN KAJUARA KABUPATEN BONE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memeroleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Muhammadiyah Makassar Oleh HUSNAWATI 10533761514 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 11-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT

BUGIS DI KECAMATAN KAJUARA KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memeroleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Muhammadiyah Makassar

Oleh

HUSNAWATI

10533761514

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

Page 2: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

MOTO

“hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah; 153)

Syisyengma rijajiang

Syisyengma mattaro ada

(Hanya sekali saya dilahirkan

Hanya sekali saya berjanji)

Kupersembahkan karya ini buat:

Teristimewa Ibunda dan Ayahanda tercinta,

Keluarga besarku, sahabat LALA,,

sahabat kuliah dan teman sekelas pejuang, keluarga di kos-kosanku .

atas keikhlasan dan doanya dalam menyemangati penulis dalam mewujudkan

harapan menjadi kenyataan.

Page 3: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

ABSTRAK

Husnawati. 2018. Makna Simbolik Tradisi Mappatabe Masyarakat Bugis

Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Hambali dan Wahyuningsih.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena data penelitian

berupa bentuk-bentuk verbal dan non verbal, yaitu berupa komunikasi simbolik

dalam suatu tradisi masyarakat Kajuara Kabupaten Bone.

Penelitian ini difokuskan pada makna simbolik tradisi mappatabe masyarakat

Bugis Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone. Penelitian ini Bertujuan untuk (1)

menjelaskan proses komunikasi simbolik dalam tradisi mappatabe, (2) memahami

makna tabe bagi masyarakat Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone. Teknik yang

digunakan dalam pengumpulan data yaitu teknik observasi(pengamatan secara

langsung), teknik wawancara, teknik rekam, dan teknik catat.

Hasil penelitian ini menunjukkan makna simbolik tradisi mappatabe yaitu

penghormatan dengan cara membungkukkan badan dan tangan diarahkan ke

bawah. Sedangkan presepsi masyarakat tentang makna tabe yaitu meminta izin,

meminta pertolongan, bahasa halus dalam menegur seseorang, sapaan awal, dan

sekaligus permintaan maaf ketika sudah melakukan kesalahan.

Kata kunci : makna simbolik, deskriptif kualitatif, mappatabe

Page 4: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, berkat rahmat dan petunjuk-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

guna meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menemui banyak hambatan dan

kesulitan, tetapi dengan ketabahan, keikhlasan dan dorongan oleh rasa tanggung

jawab serta niat tulus yang ikhlas sehingga segala kesulitan dan rintangan tersebut

berangsur-angsur dapat diatasi.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada Ayahanda Abidin dan Ibunda Naida atas segala pengorbanan dan

doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu

sejak kecil sampai sekarang ini. Semoga apa yang di berikan kepada penulis

menjadi kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM., Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan FKIP Universitas

Muhammadiyah Makassar, Dra. Munirah, M.Pd., dan Dr. Muh. Akhir, S.Pd.

M.Pd., Ketua dan Sekertaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia FKIP Unismuh Makassar, Drs. Hambali, M. Hum. pembimbing I dan

Wahyu Ningsih, S.Pd., M.Pd. pembimbing II dengan segala kerendahan hati, dan

Page 5: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini, para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia FKIP yang dengan ikhlas memberikan ilmu kepada penulis

selama mengikuti perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar, pihak

keluarga ( Sittiara, Suaeba, Nasruddin), dan para sahabat Andi IndahSary,

Hidayati Harfin, Andi Rusniati, dan Musfira yang telah memberikan dukungan

pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, serta semua pihak yang mendukung

dan membantu proses terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang turut

memberikan andil dalam penyusunan skripsi ini mendapat pahala dari Allah Swt.

Semoga kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini akan semakin

memotivasi penulis dalam belajar. Aamiin!

Makassar, Juni 2018

HUSNAWATI

Page 6: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iii

SURAT PERJANJIAN ................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka ......................................................................................... 7

1. Penelitian Relevan ............................................................................ 7

2. Kajian Teori ...................................................................................... 8

Page 7: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

a. Semiotika .................................................................................... 8

b. Makna ......................................................................................... 10

1) Makna simbolik ...................................................................... 15

2) Interaksionisme Simbolik ....................................................... 17

c. Kebudayaan .............................................................................. 20

1) Tradisi .................................................................................... 24

2) Pengkajian Bahasa Budaya ..................................................... 25

3) Implementasi Tabe dalam Masyarakat Bugis ......................... 29

4) Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tradisi Mappatabe ........ 31

5) Sosial Budaya Masyarakat Kabupaten Bone .......................... 32

B. Kerangka Pikir ........................................................................................ 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 37

B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 37

C. Definisi Istilah ........................................................................................ 37

D. Data dan Sumber Data ............................................................................ 38

1. Data .................................................................................................. 38

2. Sumber Data ...................................................................................... 38

E. Instrumen Penelitian................................................................................ 39

F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 40

G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 41

Page 8: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................... 43

B. Pembahasan ......................................................................................... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................................. 64

B. Saran .................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 67

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 9: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

DAFTAR BAGAN

Bagan

1.1 Bagan Kerangka Pikir ................................................................................... 36

Page 10: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

DAFTAR GAMBAR

1.1 Peta Kecamatan Kajuara ............................................................................... 34

1.2 Peta Kabupaten Bone .................................................................................... 44

Page 11: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang multikultural dengan berbagai

macam bahasa, budaya, kepercayaan dan tradisi yang dimiliki masyarakat

Indonesia. Hal inilah yang menjadikan Indonesia memiliki kekayaan yang tak

terhitung nilainya. Sehingga sudah seharusnya masyarakat mampu

melestarikan tradisi dan budaya agar sebagai manusa memiliki identitas diri.

Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal

yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. “Budaya adalah keseluruhan

yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, serta kebiasaan yang didapat dari oleh

manusia sebagai anggota masyarakat”(Ranjabar, 2006).

Seiring berkembangnya zaman, sebagaian besar masyarakat Indonesia

mulai meninggalkan tradisi dan budaya leluhurnya. Tidak sedikit tradisi atau

adat istiadat yang sudah diwariskan oleh leluhur bisa memudar atau bahkan

musnah. Sebaliknya tidak banyak di antara masyarakat Indonesia yang masih

melestarikan budaya leluhurnya. Sehingga terdapat juga tradisi yang masih

berkembang walaupun perkembangan zaman semakin modern.

Di Sulawesi Selatan terdapat beberapa etnik yakni Bugis, Makassar,

Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnis tersebut memiliki ragam budaya

dan tradisi berbeda, meskipun cenderung memiliki kesamaan tertentu. Suku

Page 12: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Bugis-Makassar memiliki berbagai suku dan bahasa, masyarakat Bugis

merupkan salah satu suku yang masih mempertahankan budaya dan adat

istiadatnya di Indonesia. Salah satu masyarakat Bugis yang masih

mempertahankan adat istiadatnya adalah Kabupaten Bone.

Kabupaten Bone merupakan salah satu kerajaan besar pada masa lalu.

Kerajaan Bone dalam sejarah didirikan oleh Raja Bone ke-1 yaitu Manurung’e

Riamatajang pada tahun 1330, mencapai puncak kejayaannya pada masa

pemerintahan Latenritata Arung Palakka Matinroe ri Bontoala, pertengahan

abad ke-17. Belajar dan mengambil hikmah dari kerajaan Bone pada masa lalu

minimal terdapat minimal tiga hal yang bersifat mendasar untuk

diaktualisasikan dan dihidupkan kembali karena memiliki persesuaian dengan

kebutuhan masyarakat Bone dalam upaya menata kehidupan ke arah yang

lebih baik. Ketiga hal yang dimaksud adalah; Pertama, pelajaran dan hikmah

dalam bidang politik dan tata pemerintahan. Kedua, pelajaran dan hikmah

terletak pada kerja sama dengan daerah lain dengan pendekatan diplomasi.

Ketiga, pelajaran dan hikmah terletak pada warisan budaya kaaya dan pesan-

pesan kemanusiaan yang mencerminkan kecerdasan manusai Bone pada masa

lalu.

Dalam hubungannya dengan bidang ini, sistem kerajaan Bone pada

masa lalu sangat menjunjung tinggi kedaulatan rakyat atau dalam terminologi

politik modern dikenal dengan istilah demokrasi. Ini dibuktikan dengan

penerapan representasi kepentingan rakyat melalui lembaga perwakilan

mereka di dalam dewan adat yang disebut dengan “Ade Pitue” dan hasil

Page 13: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

musyawarah disampaikan kepada raja untuk dilaksanakan. Ade pitue

merupakan lembaga pembantu utama pemerintahan kerajaan Bone yang yang

bertugas mengawasi dan membantu pemerintahan kerajaan Bone.

Masyarakat Bugis, khususnya Kabupaten Bone hubungan kekerabatan

merupakan aspek utama, baik dinilai penting oleh anggotanya maupun

fungsinya sebagai suatu struktur dasar dalam suatu tatanan masyarakat”

(Vlekke, 2010 : 263). Pengetahuan mendalam tentang prinsip-prinsip

kekerabatan sangat penting bagi orang Bugis untuk membentuk tatanan sosial

mereka. Seperti budaya “Tabe”. Tabe (permisi) merupakan budaya yang

sangat indah yang ditinggalkan oleh leluhur, yang mewariskan sopan santun

yang tidak hanya melalui ucapan tetapi juga dengan gerak. Bagaimanapun itu,

hal itu perlu tetap dijaga karena tidak hanya diperuntukkan kepada yang muda

melakukan ke yang lebih tua tetapi juga sebaliknya.

Tradisi mappatabe bersifat simbolis, sehingga dalam mappatabe itu

terdapat simbol-simbol yang memiliki makna tersendiri. Partisipasi

masyarakat dalam tradisi mappatabe menggambarkan adanya adat istiadat

yang dijunjung tinggi oleh masyarakat di Kabupaten Bone. Lambang atau

simbol adalah suatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu. Simbol ini

menandakan seseorang sedang ingin memberikan suatu pesan kepada orang

lain. Oleh karena itu, upaya untuk mengkaji dan memahami makna simbolik

dalam sebuah tradisi perlu dilakukan. Pemakaian simbol ketika berinteraksi

dengan seseorang dapat memberikan makna berupa ide, gagasan, maupun

pendapat seseorang ketika melakukan komunikasi. Seperti halnya di beberapa

Page 14: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

kecamatan lain di Kabupaten Bone, masyarakat Kecamatan Kajuara

memberikan arti khusus tentang makna simbolik tradisi mappatabe sehingga

tradisi tersebut masih berfungsi sebagai bagian dari sistem nilai nilai

masyarakat dan sistem sosial yang mempererat komunikasi masyarakat.

Akan tetapi perkembangan zaman modern saat ini pemahaman orang

terhadap makna dan nilai-nilai tradisi mappatabe hanya sekadar kegiatan rutin

yang dilakukan oleh beberapa orang yang memahami dengan baik tradisi ini,.

Realita budaya tabe perlahan-lahan telah luntur dalam masyarakat, khususnya

pada kalangan anak-anak dan remaja. Mereka tidak memiliki sikap tabe dalam

dirinya, mungkin karena orang tua mereka tidak mengajarkan atau memang

karena komunikasi budaya barat yang menghilangkan budaya tabe ini. Mereka

tidak lagi menghargai orang lain yang lebih tua daripada mereka, melewati

tanpa permisi, bahkan kepada orang tua sekalipun. Padahal sopan santun itu

diperlukan untuk mempererat rasa persaudaraan dan mencegah banyak

keributan serta pertengkaran.

Selain itu, budaya tabe merupakan salah satu bentuk komunikasi

verbal yang biasa dilakukan oleh orang Bugis dalam menunjukkan rasa

hormatnya ketika mereka berjalan dihadapan orang tua, maupun ketika ingin

meminta bantuan dan hal lainnya yang menyangkut tentang hal perilaku

ataupun sopan santun manusia. Bahkan jika budaya tabe diterapkan dalam

masyarakat maka bisa dipastikan tidak ada egosentris lagi yang memicu

konflik, seperti tawuran pelajar, dan bila dikerucutkan ke wilayah anak SD,

Page 15: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

anak-anak yang mengenal budaya tabe tentu tidak akan mengganggu

temannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut tentang “Makna Simbolik Tradisi Mappatabe dalam

Masyarakat Bugis di Kecamatan Kajura Kabupaten Bone”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses komunikasi simbolik dalam tradisi mappatabe

masyarakat Bugis di Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone?

2. Bagaimanakah makna tradisi mappatabe/tabe bagi masyarakat Bugis di

Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan proses komunikasi simbolik dalam tradisi mappatabe

masyarakat Bugis di Kecamatan Kajuara kabupaten Bone.

2. Untuk memahami makna mappatabe/tabe bagi masyarakat Bugis di

Kecamatan Kajuara kabupaten Bone.

D. Manfaat penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian

ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

Page 16: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

1. Manfaat teoretis

Secara teoretis penelitian tentang makna simbolik tradisi

mappatabe masyarakat Bugis diharapkan dapat memberikan kontribusi

konkret demi bertambahnya khasanah referensi keilmuwan di dalam

bidang semiotik khususnya simbol dan dalam studi budaya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi masyarakat

Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan dan memahami makna simbolik tradisi mappatabe,

serta melestarikan sebuah tradisi budaya.

b. Bagi akademis

Penelitian ini untuk menambah wawasan sekaligus referensi

bagi mahasiswa mengenai penelitian-penelitian yang berkaitan

dengan budaya dan tradisi mappatabe. Pentingnya memahami nilai-

nilai dan makna simbolik (kajian semiotik) yang terdapat dalam

suatu kebudayaan.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang akan melakukan

penelitian lebih lanjut di bidang semiotika, khusunya komunikasi

budaya.

Page 17: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya

dapat dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Oleh

karena itu, teori disajikan secara sistematis dengan mengutip berbagai

pendapat dan pandangan para ahli yang relevan terhadap pembelajaran budaya

dan semantik khususnya makna simbolik.

1. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilaksanakan mengenai makna simbolik tradisi mappatabe masyarakat

Bugis di Kecamatan Kajuara, Kecamatan Bone adalah sebagai berikut:

a. Finny Winda Wahyuni (2012)

Finny Winda Wahyuni dalam Penelitiannya yang berjudul

Makna simbolik dalam pernikahan masyarakat Buduy dengan

pendekatan Etnografi komunikasi Dell Hymes. Penelitiannya tentang

makna yang terkandung dalam pernikahan masyarakat Buduy dari tiga

aspek pernikahan, yaitu lamaran, ijab Kabul, dan perayaan pesta.

Dengan melihat tiga peristiwa yaitu peristiwa komunikasi, situasi

komunikasi, dan tindak komunikasinya.

Dengan cara mendapatkan informasi dari para narasumber dan

observasi partisipan, untuk mengetahui makna simbol pernikahan

masyarakat Buduy yang masih sangat kental dengan menjunjung tinggi

adat istiadat dari pada leluhurnya. Dilihat dari segi aspek peristiwa

Page 18: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

komunikasi untuk mengetahui komponen-komponen secara utuh,

bagaimana ketiga konsep aspek pernikahan berlangsung, sehingga

dapat mendeskripsikan setiap kegiatan. Dari situasi komunikasi,

peneliti dapat melihat konteks terjadinya komunikasi,baik lamaran,

ijab kabul, dan perayaan pesta. Sedangkan untuk dimensi

komunikasinya, peneliti mengetahui interaksi yang dilakukan secara

verbal dan nonverbal.

Persamaan penelitian Finny Winda Wahyuni dengan peneliti

yang akan dilakukan terletak pada aspek makna simbolik. Finny

Winda Wahyuni menggunakan aspek simbolik sedangkan peneliti ini

akan menggunakan aspek simbolik pula yang berdasar pada masing-

masing kebudayaan daerah.

Perbedaan penelitian Finny Winda Wahyuni dengan peneliti

yang akan dilakukan terletak pada aspek budaya yang diteliti, Finny

Winda Wahyuni menggunakan kebudayaan tentang pernikahan

sedangkan peneliti ini menggunakan kebudayaan tentang nilai

kesopanan.

2. Kajian Teori

a. Semiotika

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani,

Semeion yang berarti tanda. Istilah semiotika atau semiotik dimunculkan

pada akhir ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik Amerika, Charles Sandres

Peirce, merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda-tanda”.

Page 19: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

“Semiotika adalah konsep tentang tanda, tak hanya bahasa dan sistem

komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri

pun-sejauh terkait dengan pikiran manusia-seluruhnya terdiri atas tanda-

tanda” (Sobur, 2004).

Tanda dalam suatu karya sastra yang berhubungan dengan

petanda dan penandanya tidak hanya ada satu saja, akan tetapi ada

tiga yaitu ikon, indeks, dan simbol. Pertama, ikon merupakan

suatu hubungan persamaan antara penanda dan petanda. Kedua,

indeks merupakan suatu hubungan suatu hubungan sebab-akibat

akibat antara penanda dan petanda. Ketiga, simbol merupakan

hubungan semau-maunya antara penanda dan petanda (Pradopo:

2010 :120).

Tanda (representament) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu

yang lain dalam batas-batas tertentu. Nama lain semiotik adalah

semiologi (semiology) yang bermakna tanda.Semiotik adalah ilmu tanda,

yang dianggap tanda merupakan fenomena sosial atau masyarakat

fenomena sosial atau masyarakat dan juga budaya (Pradopo, 2010: 119).

Tanda bermacam-macam asalnya, ada tanda yang berasal dari manusia

yang berwujud lambang dan isyarat, ada yang berasal dari hewan

(Pateda, 2010).

Semiotik adalah ilmu sastra yang sungguh-sungguh mencoba

menemukan konvensi-konvensi yang memungkin adanya makna (Ratih,

2016 : 1).

Penelitian ini menggunakan konsep semiotika yang dikenalkan

oleh Charles Sander Peirce. Peirce adalah ilmuwan yang pertama kali

mengembangkan teori modern tentang tanda, pada abad ke-19.

“Semiotika menurutnya ilmu yang mempelajari tentang makna dari

Page 20: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

tanda-tanda Bagi Peirce tanda dan pemaknaannya bukan struktur

melainkan suatu proses kognitif yang disebutnya semiosis. Semiosis

adalah proses pemaknaan dan penafsiran tanda yang melalui tiga

tahapan. Tahap pertama adalah penerpan aspek representamen tanda

(pertama melalui pancaindra), tahap kedua mengaitkan secara spontan

representamen dengan pengalaman dalam kognisi manusia yang

memaknai representamen itu (disebut object) dan ketiga menafsirkan

objek sesuai dengan keinginannya. Tahap ketiga ini disebut interpretant.

Dari beberapa pendapat mengenai semiotika di atas, dapat

disimpulkan bahwa semiotika adalah segala sesuatu yang sehubungan

dengan tanda. Dalam hal ini mencakup tanda yang bersifat verbal

maupun nonverbal, termasuk di dalamnya bahasa yang di dalamnya

merupakan sistem tanda. Selain itu semiotika juga mempelajari

bagaimana tanda di produksi dan apa makna yang terkandung dalam

tanda itu.

b. Makna

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna

diartikan maksud pembicara atau penulis, bisa juga diartikan pengertian

yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Ogden (Pateda, 2010 :

82) mengatakan makna adalah suatu perbendaharaan kata yang intrinsik

serta hubungan dengan benda-benda lainnya yang unik, yang dapat

dianalisis.

Page 21: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Seperti yang diketahui, orang dapat melihat kamus jika ia ingin

mengetahui makna sesuatu kata, namun dalam kehidupan sehari-hari

orang tidak selamanya membuka kamus kalau ada kata yang tidak

dimengerti maknanya, dan juga orang tidak harus membuka kamus kalau

akan berkomunikasi. Kata, urutan kata, makna kata, dan kaidah bahasa

pendukungnya telah ada di dalam otaknya yang sewaktu-waktu muncul

kalau diperlukan. Palmer (Djajasudarma, 2016:3) mengatakan aspek

makna terbagi atas:

1) Sense (pengertian)

2) Feeling (perasaan)

3) Tone (nada)

4) Intension (tujuan)

Keempat aspek makna tersebut dapat dipertimbangkan melalui

data bahasa Indonesia sebagai contoh pemahaman makna tersebut.

Makna pengertian dapat diterapkan di dalam komunikasi sehari-hari

yang melibatkan apa yang disebut tema. Makna perasaan, nada, dan

tujuan dapat pula dipertimbangkan melalui data bahasa Indonesia

maupun daerah.

Dalam Djajasudarma : 2016, Para ahli telah mengemukakan

berbagai jenis makna yaitu sebagai berikut:

(1) Makna Sempit

Makna sempit (narrowed meaning) adalah makna yang

lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Makna yang asalnya lebih

Page 22: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

luas dapat menyempit, karena dibatasi. Perubahan makna suatu

bentuk ujaran secara semantic berhubungan, tetapi ada juga yang

enduga bahwa perubahan terjadi seolah-olah bentuk ujaran hanya

menjadi objek yang relative permanen, dan makna hanya

menempel seperti satelit yang berubah-ubah.

(2) Makna Luas

Makna luas (widened meaning) adalah makna yang

terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan.

Kata-kata yang memiliki makna luas digunakan untuk

mengungkapkan gagasan atau ide yang umum, sedangkan makna

sempit adalah kata-kata yang bermakna khusus atau kata-kata

yang bermakna luas dengan unsur pembatas, kata-kata bermakna

sempit digunakan untuk menyatakan seluk-beluk atau rincian

gagasan (ide) yang bersifat umum.

(3) Makan Kognitif

Makna kognitif disebut juga makna deskriptif atau denotatif

adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara

konsep dengan dunia kenyataan. Makna kognitif adalah makna

lugas, makna apa adanya. Makna kognitif tidak hanya dimiliki

kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi mengacu

pula pada bentuk-bentuk yang makna kognitifnya khusus, antara

lain; itu, ini ke sana, ke sini.

(4) Makna Konotatif dan Emotif

Page 23: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Makna konotatif yang dibedakan dari makna emotif karena

yang disebut pertama bersifat negatif dan yang disebut kemudian

bersifat positif. Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi

perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang

didengar. Makna konotatif adalah makna yang muncul dari

makna kognitif (lewat makna kognitif), ke dalam makna kognitif

tersebut ditambahkan komponen makna lain. Sedangkan makna

emotif adalah makna yang melibatkan perasaan (pembicara dan

pendengar; penulis dan pembaca) kea rah yang positif.

(5) Makna Referensial

Makna referensial adalah makna yang berhubungan

langsung dengan kenyataan atau referent (acuan), makna

referensial disebut juga makna kognitif, karena memiliki acuan.

Makna ini memiliki hubungan dengan konsep, sama halnya

seperti makna kognitif.

(6) Makna Konstruksi

Makna konstruksi (construction meaning) adalah makna

yang terdapat di dalam konstruksi, misalnya makna milik yang

diungkapkan dengan urutan kata di dalam bahasa Indonesia. Di

samping itu, makna milik dapat diungkapkan melalui enklitik

sebagai akhiran yang menunjukkan kepunyaan.

(7) Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Page 24: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Makna leksikal (lexical meaning) adalah makna unsur-

unsur bahasa sebagai lambing benda, peristiwa, dan lain-lain.

Makna leksikal ini dimiliki unsur-unsur bahasa secara tersendiri,

lepas, dari konteks. Makna gramatikal (grammatical meaning)

adalah makna yang menyangkut hubungan intra bhasa, atau

makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di

dalam kalimat.

(8) Makna Idesional

Makna idesional (ideational meaning) adalah makna yang

muncul sebagai akibat penggunaan kata yang berkonsep.

(9) Makna Proposisi

Makna proposisi (propositional meaning) adalah makna

yang muncul bila membatasi pengertian tentang sesuatu. Kata-

kata dengan makna proposisi bisa didapatkan di bidang

matematika, atau bidang eksakta. Makna proposisi mengandung

pula saran, hal, rencana, yang dapat dipahami melalui konteks.

(10) Makna Pusat

Makna pusat (central meaning) adalah makna yang dimiliki

setiap kata yang menjadi utaran inti ujuran. Setiap ujaran (klausa,

kalimat, wacana) memiliki makna yang menjadi pusat (inti

pembicaraan. Makna pusat disebut juga makna tak berciri.

Makna pusat dapat hadir pada konteksnya atau tidak hadir pada

konteks.

Page 25: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

1) Makna Simbolik

Simbol dan makna merupakan dua unsur yang berbeda, tetapi saling

berkaitan bahkan saling melengkapi. Simbol berasal dari bahasa Yunani

yaitu symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu

hal kepada seseorang (Endraswara, 2006 :171). Simbol adalah wahana

bagi konsepsi manusia tentang objek. Piece berpendapat bahwa simbol

adalah salah satu bagian dari hubungan antara tanda dan acuannya, yaitu

hubungan yang akan menjelaskan makna dari sebuah referen tertentu

dalam kehidupan secara umum. Ketiga pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa simbol ada untuk membantu manusia supaya tanggap

terhadap sesuatu. Simbol dalam peranan penting sangat membantu

manusia memegang perananan penting, karena dengan simbol manusia

dapat mengungkapkan gagasan, pikiran atau maksud seseorang kepada

orang lain. Simbol akan membantu menjelaskan secara benar nilai yang

ada dalam masyarakat dan akan menghilangkan keragu-raguan tentang

kebenaran sebuah penjelasan.

Makna berasal dari hubungan-hubungan dari konteks di mana tanda

terletak. Suatu tanda yang ada mempunyai macam arti yang berbeda

tergantung konteks di mana tanda itu berada (Saussure, 2010: 245). Seperti

halnya dalam karya seni tidak merumuskan arti namun merumuskan

maknanya. Makna seni dirasakan sebagai sesuatu di dalam karya. Simbol

merupakan bentuk yang mengandung maksud, sedangkan makna adalah

isinya. Antara simbol dan makna merupakan dua unsur yang berbeda

Page 26: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

tetapi saling berkaitan dan saling melengkapi, dengan demikian makna

simbolik adalah makna yang terkandung dalam suatu keadaan yang

merupakan pengantar pemahaman terhadap suatu objek. Simbol menurut

Leslie white didefensikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya

diberikan kepadanya oleh seseorang (mereka) yang mempergunakannya.

Menurut White makna atau nilai tersebut tidak berasal dari atau ditemukan

oleh sifat-sifat yang secara intrinsic terdapat dalam di dalam bentuk

fisiknya. Maka suatu simbol, menurut White hanya dapat ditangkap

melalui cara-cara simbolis misalnya, makna suatu warna tergantung

mereka yang mempergunakannya. Warna merah, misalnya dapat berarti

berani (dalam bendera kita merah berarti berani, putih suci), namun dapat

pula berarti komunis (kaum merah), dapat pula berarti tempat pelacuran

(daerah lampu merah). Warna putih berarti suci, dapat pula berarti

menyerah.

Simbol tidak dapat disikapi secara isolative, terpisah dari hubungan

asosiatifnya dengan simbol lain. Walaupun demikian berbeda dengan

bunyi, simbol telah memiliki kesatuan bentuk dan makna. Berbeda pula

dengan tanda (sign), simbol merupakan kata atau sesuatu yang bisa

dianalogikan sebagai kata yang telah terkait dengan; (1) penafisiran

pemakain, (2) kaidah pemakaian sesuai dengan jenis wacananya, (3) kreasi

pemberian makna sesuai dengan intensi pemakainya. Simbol yang

berkaitan dengan ketiga butir tersebut disebut bentuk simbolik.

Page 27: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

2) Teori Interaksionisme Simbolik

Beberapa orang ilmuwan punya andil utama sebagai perintis

interaksionisme simbolik, diantaranya James Mark Baldwin, William

James, Charles H. Cooley, John Dewey, William I. Thomas, dan George

Herbert Mead. Akan tetapi Mead lah yang paling populer sebagai perintis

dasar teori tersebut. Mead Mengembangkan teori interaksionisme simbolik

pada tahun 1920-an dan 1930-an ketika ia menjadi professor filsafat di

Universitas Chicago.

Namun gagasan-gagasannya mengenai interaksionisme simbolik

berkembang setelah para mahasiswanya menerbitkan catatan dan kuliah-

kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan utama teori

interaksi simbolik, yakni Mind, Self, and Society (1934) yang diterbitkan

tak lama setelah Mead meninggal dunia. Penyebaran dan pengembangan

teori Mead juga berlangsung melalui interpretasi dan penjabaran lebih

lanjut yang dilakukan para mahasiswanya, terutama Herbert Blumer.

Sesuai dengan pemikiran Mead menjelaskan tiga ide dasar, interaksi

simbolik:

1) Mind (pikiran)

Kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai

makna sosial yang sama, di mana setiap individu harus

mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu

lain.

Page 28: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

2) Self (diri pribadi)

Kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari

penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori

interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori

sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan

dunia lainnya.

3) Society (masyarakat)

Hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstribusikan

oleh tiap individu di tengah masyarakat, dan tiap individu tersebut

terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela,

yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses

pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

Makna berasal dari interaksi dan tidak dari cara yang lain. Pada

saat yang sama “pikiran” dan “diri” timbul dalam konteks sosial

masyarakat. Pengaruh timbul balik antara masyarakat, pengalaman

individu dan interaksi menjadi bahan bagi penelaah dalam tradisi

interaksionisme simbolik (Elvinaro, 2007: 136). Persfektif interaksi

simbolik sebenarnya berada di bawah payung perspektif yang lebih

besar lagi, yakni perpektif fenomenologis atau perspektif inperatif.

Secara konseptual, fenomenologi merupakan studi tentang

pengetahuan yang berasal dari kesadaran atau cara kita sampai pada

pemahaman tentang objek-objek atau kejadian-kejadian yang secara

sadar kita alami. Fenomenologi melihat objek-objek dan peristiwa-

Page 29: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

peristiwa dari persfektif seseorang sebagai perceiver. Sebuah

fenomena adalah penampakan sebuah objek, peristiwa atau kondisi

alam. Interaksionisme simbolik mempelajari sifat interaksi yang

merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Bagi perspektif ini,

individu itu bukanlah seseorang yang bersifat pasif yang keseluruhan

perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur-struktur

lain yang ada di luar dirinya, melainkan bersifat aktif, reflektif, dan

kreatif, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramaikan.

Menurut Teoritis interaksi simbolik, kehidupan sosial pada

dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-

simbol. Secara ringkas, interaksionisme simbolik didasarkan pada

premis-premis berikut; pertama, individu mersepond suatu situasi

simbolik. Mereka merespond lingkungan, termasuk objek fisik dan

sosial berdarkan makna yang dikandung komponen-komponen

lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua, makna adalah produk

interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan

dinegoisasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga, makna yang

diinterpratasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan

dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Teori

ini berpandangan bahwa kenyataan sosial didasarkan kepada defenisi

dan penilaian subjektif individu

Page 30: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

c. Kebudayaan

Seperti sudah dikatakan dilator belakang bahwa manusia dan

kebudayaan tidak dapat dipisahkan dan selalu disebut dwitunggal, yakni

tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, sebaliknya tidak

ada kebudayaan yang tidka bertumbuh kembang dari suatu masyarakat.

Budaya dan komunikasi tidak dapat pula dipisahkan, karena pada

hakekatnya seluruh pembendaharaan perilaku sangat bergantung pada

budaya kita dibesarkan. Budaya dan komunikasi memiliki hubungan

timbal balik seperti dua sisi mata uang di mana budaya menjadi bagian

dari perilaku komunikasi dan gilirannya komunikasi itu sendiri turut

menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Jadi

dapat dikatakan bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi juga

merupakan suatu budaya. Pada dasarnya manusia di dunia ini ada dalam

kelompok kebudayaan tertentu, bertumbuh kembang, berubah, dan

menciptakan serta menyesuaikan budayanya serta lingkungan sosial

mereka, selanjutnya terwarisi secara internal dari generasi ke generasi

berikutnya.

Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yaitu

bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian

kebudayaan dapat diartikan, hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Dapat

pula dikatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa, dan

cita-cita masyarakat.

Page 31: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Adapun culture yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari

kata latin colore yang berarti mengolah atau mengerjakan. Dari arti ini

berkembang arti culture sebagai daya upaya serta tindakan manusia untuk

mengolah tanah dan merubah alam. Kebudayaan adalah kompleks yang

mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat-istiadat, dan

lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan yang didapat oleh manusia

sebagai anggota masyarakat, E. B. Taylor (Soekanto , 2002 : 72).

Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya yang

didapatkan atau dipelihara oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola

perilaku yang normative, Artinya mencakup segala cara-cara atau pola

berpikir. Untuk lebih memahami kebudayaan maka perlu membedakan

secara tajam wujud-wujud kebudayaan sebagai suatu sistem ide-ide dan

konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan

dan aktivitas manusia berpola. Jika J.J Honigman dalam bukunya yang

berjudul The World of Man membedakan adanya tiga “gejala

kebudayaan”, yaitu (1) ideas, (2) activities, (3) artifacts, maka

Koentjaningrat mengatakan bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud:

1) Sistem budaya (cultural system)

Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

Page 32: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

2) Sistem sosial (social system)

Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3) Kebudayaan fisik

Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Terdapat sekian banyak defenisi tentang kebudayaan, dari

kemungkinan lebih seratsu macam defenisi tentang kebudayaan,

defenisi yang diajukan ilmuwan Amerika, Clifford Geertz, barangkali

lebih relevan dalam kaitan dengan simbol-simbol komunikasi, Dikatan

(Geertz, dalam Sobur 2004:178)

Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang

tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah.

Kebudayaan adalah sebuah sistem dari konsep-konsep yang

diwariskan dan diungkapkan dalam bentuk simbolik melalui

media manusia berkomunikasi, mengekalkan dan

mengembangkan pengetahuan tentang kehidupan ini dan

bersikap terhadap kehidupan ini.

Titik sentral rumusan kebudayaan Geertz terletak pada simbol,

bagaimana manusia berkomunikasi lewat simbol. Oleh karena itu,

dalam suatu kebudayaan dan juga bentuk-bentuk pengetahuan yang

berbeda-beda, di sana juga terdapat “sistem-sitem kebudayaan” yang

berbeda-beda untuk mewakili semuanya itu. Seni bisa berfungsi

sebagai suatu kebudayaan, sebagaimana seni juga bisa menjadi

anggapan umum (common sense), ideologi, politik, dan hal-hal yang

sesuai dengan itu (Elly, dkk : 2013)

Page 33: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri atas unsur-

unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat

sebagai kesatuan. Namun, beberapa macam unsur-unsur kebudayaan,

untuk kepentingan ilmiah dan analisisnya maka diklsifikasikan ke

dalam unsur-unsur pokok atau besar kubudayaannya, yang lazim yang

disebut cultural universals. Istilah ini menunjukkan bahwa unsur-unsur

tersebut bersifat universal, yaitu dapat dijumpai pada setiap

kebudayaan di manapun di dunia ini. Unsur yang dapat disebut sebagai

isi pokok dari setiap kebudayaan di dunia ini adalah:

1) Bahasa (lisan maupun tulisan; yang berguna untuk menyamakan

presepsi)

2) Sistem pengentahuan.

3) Organisasi sosial (sistem kemasyarakatan), seperti; kekerabatan,

hukum,perkawinan, dan sebagainya.

4) Sistem peralatan hidup dan teknologi. Seperti pakaian,

perumahan, peralatan rumah tangga, senjata, alat-alat

transportasi dan sebagainya.

5) Sistem religi (keyakinan atau agama). Seperti tuhan, surga,

neraka, dewa, roh halus, upacara keagamaan dan sebagainya.

6) Kesenian, seperti suara, seni rupa, seni musik, seni tari, seni

patung, dan lain-lain.

Berdasarkan unsur budaya tersebut, akan digali simbol-simbol

atau makna tertentu yang terkandung di dalamnya. Dalam prosesi

Page 34: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

tradisi mappatabe (tabe), ketujuh unsur tersebut akan ada beberapa

yang berpengaruh dalam tradisi tersebut.

1) Tradisi

Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu

masyarakat. Tradisi merupakan mekanisme yang dapat membantu untuk

memperlancar pribadi anggota masyarakat, misalnya dalam

membimbing anak menuju kedewasaan.

Tradisi juga penting sebagai pembimbing pergaulan bersama di

dalam masyarakat. Tradisi merupakan keyakinan yang dikenal

dengan istilah animisme dan dinamisme. Animisme berarti

percaya kepada roh-roh halus atau leluhur yang berwatak buruk

maupun baik. Dengan kepercayaan tersebut mereka

beranggapan bahwa di samping semua roh yang ada, terdapat

roh yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia dan agar

terhindar dari roh tersebut mereka menyembahnya dengan jalan

upacara dan sesaji-sesaji (Daori Amin, 2013).

Tradisi (Bahasa Latin : tradition, diteruskan) atau kebiasaan,

dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah

dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu

kelompok masyarakat, biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu,

atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah

adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis

maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat

punah.

Melalui proses pewarisan, dari orang per-orang atau dari generasi

ke generasi lain, tradisi mengalami perubahan-perubahan baik dalam

skala besar maupun kecil. Inilah yang disebut dengan invented tradition,

Page 35: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

di mana tradisi tidak hanya diwariskan secara pasif, tetapi direkonstruksi

dengan maksud membentuk atau menanamkannya kembali kepada orang

lain.

Seperti proses mappatabe (meminta izin) yang dilaksanakan

dengan metode menundukkan badan sedikit seperti membungkuk

misalnya, semua itu adalah sisa-sisa tindakan kesopanan orang Bugis

yang hingga saat ini masih terus dianut oleh beberapa orang yang

memang menganggap bahwa tradisi mappatabe (tabe) ini masih sangat

penting.

Tradisi mappatabe (tabe) di Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone

sangat bermakna bagi masyarakat sekitar, dan hingga saat ini pun tradisi

tersebut masih berlanjut turun temurun karena menurut masyarakat di

Kecamatan Kajuara tindak kesopanan sangat perlu dilakukan, tidak

mengenal siapa mereka, semua orang wajib memiliki kesopanan agar

mampu berinterksi satu sama lain. Meskipun sekarang sudah masuk

zaman modern, tetapi masih banyak yang tidak melupakan tradisi ini.

2) Pengkajian Bahasa Budaya

Sulawesi Selatan sejak dahulu sampai sekarang terbangun dari

pole tertentu yang disebut pola budaya datau Budaya Sulawesi Selatan.

Berbagai studi menunjukkan bahwa budaya Sulawesi Selatan dapat

ditemukan terangkum dalm konsep pangaderreng (Bugis) atau

pangadakkang (Makassar), kedua konsep tersebut berasal dari kata dasar

Adeq (Bugis) dan Adaq (Makassar) yang berarti Adat. Pangadakkang

Page 36: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

atau pangaderreng, dengan demikian berarti sesuatu yang menjadi

tempat berpijak perilaku dan kehidupan masyarakat Bugis dan

Makassar. Pangaderreng atau pangadakkang (selanjutnya disebut

dnegan pangaderreng saja) merupakan tumpuan tradisi yang sudah ada

dalam sejarah. Konsep orang Bugis-Makassar mengenai sesuatu yang

tua atau lama disebut toa, orang tua disebut tau toa atau tomatoa.

Salah satu kebudayaan Bugis yang mengajarkan cara hidup

adalah pangaderreng (Koentjaningrat, 2010:277). Pangaderreng adalah

sistem norma atau aturan-aturan adat. Dalam keseharian suku Bugis,

pangaderreng sudah menjadi kebiasaan dalam berinteraksi dengan orang

lain yang harus dijunjung tinggi. Pangaderreng adalah bagian dari

dirinya sendii dalam keterlibatannya dengan keseluruhan pranata-pranata

masyarakat.

Pangaderreng menolak tindak kesewenang-wenangan,

penindasan dan kekerasan sebagai unsur dalam sistemnya,

bagaimanapun hal itu telah menajdi kebiasaan.

Pangaderreng melekat pada hakikat martabat manusia, ia

menjunjung tinggi persamaan dan kebijaksanaan. Oleh karena itu,

maka pangaderreng mendapatkan kekuatannya dari siri, sebagi

nilai esensi dari manusia, norma dan aturan adat dalam kehidupan

orang Bugis disebut Ade (Kila, 2015)

Ade dengan demikian adalah salah satu aspek pangaderreng

yang mendinamisasi kehidupan masyarakat, karena ade meliputi segala

keharusan yang tingkah laku dalam kegiatan-kegiatan orang Bugis. Ade

berarti tata tertib yang bersifat normatif, yang memberikan pedoman

Page 37: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

kepada sikap baik ideologis, mental, spiritual maupun fisik. Tata karma

terdiri dari tata dan karma. Tata berarti adat, aturan, norma, dan

peraturan. Karma berarti adab sopan santu, atau sopan santun.

Pengawasan dan pembinaan ade dalam masyarakat Bugis biasanya

dilaksanakan oleh beberapa pejabat adat.

Orang Bugis kemana pun dia mengembara akan membawa serta

pangaderrengnya yang dilandasi pada konsep siri. Aspek ideal dari

pangaderreng ia menyatakan diri dalam berbagai bentuk untuk

membangun pribadi-pribadi yang bertitik tumpuh pada harga diri

manusi, yang menjelma dalam konsep siri (Mattulada, 57). Siri inilah

yang menjadi asas terlama dari pada semua kegiatan manusia

memperlakukan dirinya dalam aspek kehidupannya. “Makna merupakan

kesepakatan bersama lingkungan sosial sebagai hasil interaksi” (Mufid,

2009: 151).

Dalam komunikasi sosial, kata tabe adalah kata yang sopan, dan

sebagai kata yang sopan, orang yang mengucapkannya akan

mendapatkan apresiasi dari orang sekitarnya. Pangaderreng yang

menyertai dalam pengembaraanya itu, memberikan corak dalam

pergaulannya dalam lingkungan yang baru. Dlam pengembara itu, orang

Bugis banyak sekali memperoleh tanggapan-tanggapan sebagai gejala

streotip. Ia dianggap orang liar, pengamuk, bengis, kasar, dan keras

kepala da nada kalanya sulit untuk dipenuhi. Seperti halnya juga

perilaku tabe. Tabe adalah minta permisi untuk melewati arah orang

Page 38: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

lain, dengan kata-kata “tabe”, kata tabe tersebut diikuti gerakan tangan

ke arah bawah mengarah ke tanah, yang selanjutnya disebut dengan

mappatabe, makna dari perilaku orang Bugis seperti demikian adalah

bahasa kata tabe simbol dari upaya menghargai dan menghormati

siapapun orang dihadapan, kita tidak boleh berbuat sekendak hati.

Makna adalah hasil dari mitos. Mitos adalah bagaimana

kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek

tentang realitas atau gejala alam, mitos merupakan produk

kelas sosial yang sudah mempunyai dominasi. Mitos primitive,

misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa.

Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas,

maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan mitos aalah

suatu ideology berwujud (Wibowo, Indiawan Seto Wahyu.

2011: 17).

Mitos dapat merangkai menjadi mitologi yang memainkan

peranan penting dalam dalam kesantunan budaya. Sikap tabe dilakukan

dengan melihat pada orang-orang yang dilewati lalu memberikan

senyuman, setelah itu mulai berjalan sambil sedikit membungkukan

badan dan meluruskan tangan di samping lutut, sikap tabe dimaksudkan

sebagai penghormatan kepada orang lainyang mungkin sajaakan

terganggu dengan kita meskipun tidak bermaksud demikian. Mereka

yang mengerti tentang nilai luhur dalam budaya tabe ini biasanya juga

akan langsung merespond dengan memberikan ruang seperti menarik

kaki yang bisa saja akan menghalangi atau bahkan terinjak oleh orang

yang lewat, membalas senyuman, memberikan anggukan hingga

memberikan jawaban “ye” de magaga (bahasa Bugis) atau dapat

diartikan dengan tidak apa-apa atau silahkan lewat. Sekilas sikap tabe

Page 39: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

terlihat sepele, namun hal ini sangat penting dalam tata karma

masyarakat Bugis. Sikap tabe dapat memunculkan rasa keakraban

meskipun sebaliknya tidak pernah bertemu atau tidak saling kenal.

Apabila ada yang melewati orang lain yang sedang duduk sejajar tanpa

sikap tabe maka yang bersangkutan akan dianggap tidak mengerti

dengan adat sopan santun atau tata krama.

Bila yang melakukannya adalah anak-anak maka orang tuanya

akan dianggap tidak mengajari anaknya sopan santun. Oleh karena itu,

biasanya orang tua yang melihat anaknya yang melewati orang lain

tanpa sikap tabe akan langsung menegur sang anak langsung di depan

umum atau orang lain yang dilewati, sebagaimana yang dilakukan Ayah-

Ibu yang menegur saya saat tidak bersikap tabe disaat melewati tamu

yang sedang duduk. Sekilas budaya tabe terlihat mudah, namun sangat

penting dalam tata krama masyarakat suku Bugis (Kherul, 2016).

3) Implementasi Tabe dalam Masyarakat Bugis

(1) Tabe sebagai pola asuhan

Menurut KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia), pola

adalah cara kerja atau bentuk struktur yang tepat. Sedangkan asuh

adalah menjaga atau merawat, dam membimbing. Jadi pola asuhan

budaya tabe adalah pengasuhan dengan menampilkan orang tua

sebagai model yang menghargai, menghormati dan mengingatkan,

memimpin sesuai dengan budaya tabe yaitu sopan mendidik anak,

sehingga mencetak anak yang berkarakter sopan pula. Sebenarnya,

Page 40: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

“budaya tabe berperang besar bagi pemebentukan karakter anak

dalam perkembangan sifat santun dan hormat” (Rahim, R: 2004 :

155).

Tabe menurut masyarakat Bugis merupakan nilai budaya

yang sudah menjadi sebuah karakter yang sarat dengan muatan

pendidikan yang memiliki makna anjuran untuk berbuat baik, bertata

krama melalui ucapan meaupun gerak tubuh. Pola asuhan keluarga

sangat mempengaruhi keawetan budaya tabe dalam masyarakat

Bugis.

(2) Tabe dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bugis

Tradisi tabe adalah bahasa adat kesopanan/perilaku yang

berarti permisi, yakni kata sapaan yang sifatnya lebih halus umumnya

diucapkan ketika lewat di depan orang, khusunya orang yang yang kita

hormati, teman, sahabat,orang tua, atau siapa saja yang kita hormati.

Budaya tabe sangat tepat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari, terutama dalam mendidik anak dengan mengerjakan hal-hal yang

berhubungan dengan akhlak sesama, seperti mengucapkan tabe

(permisi) sambil membungkuk setengah badan bila lewat di depan

sekumpulan orang-orang yang sedang bercerita, mengucapkan iye jika

menjawab pertanyaan. Tradisi tabe juga digunakan dalam kehidupan

sehari-hari apabila seseorang ingin meminta pertolongan kepada orang

lain, pasti dia akan mengucakan “tabe ambilkanka itu” (tolong,

Ambilkan saya), tidak memandang dia lebih tua atau muda, apabila

Page 41: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

ingin meminta pertolongan, pasti akan mengucapkan tabe, karena

selain simbol dari membungkuk tabe juga memiliki arti meminta

tolong kepada orang lain sebagi bentuk kesopanan. Inilah ajaran-ajaran

suku Bugis yang sesungguhnya sudah dicantumkan dalam lontara yang

bisa direalisasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

4) Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tradisi Mappatabe

Pembangunan insan yang berbudaya dan bermoral dapat

dikembangkan melalui pelestarian nilai-nilai luhur dalam budaya tabe.

Rahim, R (2002 : 21) merumuskan nilai- nilai yang terkandung dalam

budaya tabe adalah yang dikenal dengan falsafah 3-S sebagai berikut:

Sipakatau : mengakui segala hak tanpa memandang sistem

sosial dan bisa juga diartikan sebagai rasa

kepedulian sesama.

Sipakalebbi : sikap hormat terhadap sesama, senantiasa

memperlakukan orang dengan baik. Budaya

tabe menunjukkan bahwa yang ditabe’ki dan

men’tabe adalah sama-sama tau (orang) yang di

pakallebi’ (dihormati).

Sipakainge : tuntunan bagi masyarakat Bugis untuk saling

mengingatkan.

Demikianlah kearifan lokal masyarakat Bugis, sangat sederhana,

namun memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat agar saling

menghormati dan tidak saling menggangui antara satu dan yang lainnya.

Page 42: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Daerah-daerah lain di Indonesia juga memiliki budaya yang serupa.

Budaya luhur dan kearifan lokal seperti ini sangat perlu dilestarikan baik

dengan mengajarkannya kepada anak-anak dan generasi muda. Kearifan

lokal yang terus dipertahankan akan menjadi jati diri sebagai banga

Indonesia yang memiliki budaya dan nilai-nilai luhur.

5) Sosial Budaya Masyarakat Kabupaten Bone

Terjadinya perubahan kultur dan sosial budaya suatu masyarakat

merupakan proses transformasi global akibat tidak homogenitasnya

kultur budaya pada suatu daerah. Terjadinya dinamika perkembangan

perkotaan tidak lagi memandang kultur budaya dan adat istiadat sebagai

hokum masyarakat (norma etika) yang berlaku, akan tetapi tergantikan

dengan sifat individualistis dan kepentingan ekonomi akan menjadi

dominan.

Perubahan proses tersebut sulit dihindari karena dipengaruhi

masuknya budaya lain dan perkembangan teknologi menjadi orientasi

masyarakat untuk mengaktualisasikan diri. Faktor lain yang

mempengaruhi adalah komunitas masyrakat Kabupaten Bone sebagian

besar masyarakat asli masih dalam satu ikatan rumpun keluarga,

sehingga konflik sosial tidak menjadi pemisah, tetapi dapat terselesaikan

dengan cara yang kebersamaan dan kekeluargaan.

(a) Profil Kecamatan Kajuara

Kecamatan Kajuara terletak di Kabupaten Bone Provinsi

Sulawesi Selatan , kecamatan ini terdiri dari 18 (Delapan Belas) desa

Page 43: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

dan kelurahan, jumlah dusun 54 dan RT 172 dan mempunyai luas

wilayah 124,13 Km2, jarak ibu kota kecamatan ke ibu kota

kabupaten sejauh 75 Km, sebagian besar wilayahnya berupa

pegunungan, daratan dan pantai, desa yang terjauh dari ibu kota

kecamatan adalah Desa Raja dan Desa Kalero dan Massangkae,

karena jalan yang dilalui jalan tanah dan berbatu, khusus Desa

Massangkae bisa juga melalui laut Kabupaten Sinjai, sedangkan desa

lainnya baik karena jalannya beraspal dan pengerasan, sepuluh (10)

desa berada dipinggir pantai yang berbatasan dengan teluk Bone.

Tabel I:

Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kajuara

No. Desa/

Keluarahan

Luas

(Km2)

Penduduk

Kepala

Keluarga

Kepadatan

Per Km2

1. Raja 5, 19 1.950 513 330

2. Lemo 7,09 1.994 510 281

3. Abumpungeng 5,08 1.440 353 283

4. Buareng 6 1.501 362 250

5. Massangkae 6 2.343 509 390

6. Mallahae 7,2 1.119 267 135

7. Polewali 6,8 1.292 285 190

Page 44: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

8. Awang

Tangka

6 1.505 365 251

9. Padaelo 7,13 1.039 255 146

10. Gona 11 2.835 675 258

11. Waetuo 7,92 1.320 360 167

12. Bulu Tanah 6,5 2.079 525 320

13. Kalero 12,5 2.224 562 178

14. Lappa Bosse 10.00 2.536 617 254

15. Pude 7 1.838 341 254

16. Ancu 3,5 818 172 234

17. Angkue 2,5 1.155 230 462

18. Tarasu 6 2.963 523 494

Jumlah 124,13 31, 951 7, 424 2057

Gambar I: Peta Kecamatan Kajuara

Page 45: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Kerangka Pikir

Manusia menggunakan berbagai macam simbol, baik yang diciptakan

oleh manusia itu sendiri maupun yang bersifat alamiah. Simbol-simbol

tersebut pada dasarnya terbagi atas verbal dan non verbal. Simbol verbal

pemakainnya menggunakan bahasa, sedangkan non verbal isyarat yang bukan

kata-kata.

Dalam penelitian ini dibuat satu konsep atau kerangka pikir dengan

tujuan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Adanya

kerangka pikir ini maka tujuan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam

penelitian akan lebih mudah atau akan semakin jelas karena sudah terkonsep

terlebih dahulu.

Masyarakat pada umumnya masih memegang teguh sebuah tradisi, hal

ini karena memang masyarakat Indonesia terkenal memiliki nilai budi pekerti

yang baik. Seperti pada tradisi meminta tolong atau meminta izin yang

dikalangan masyarakat Bugis dikenal dengan istilah tabe atau dalam bentuk

mappatabe. Tradisi tersebut merupakan warisan nenek moyang yang hingga

penelitian ini berlangsung masih dipegang teguh oleh masyarakat bugis

sebagai bentuk kesopanan. Tradisi ini memiliki banyak partisipan karena

dianggap sebagai peninggalan yang tidak akan merugikan kalangan apapun,

bahkan dengan adanya tradisi mappatabe dan tabe akan membuat masyarakat

saling menghargai dan menghormati karena ada bentuk kesopanan khusus.

Page 46: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dibangun kerangka pikir yang

diharapkan mampu memahami konsep yang telah diarahkan sebelumnya:

Gambar 1 : Bagan Kerangka Pikir

Adat

Istiadat

Tradisi Mappatabe

Masyarakat Bugis

Pesan

Simbolik

Interpretasi

Makna

Analisis

Temuan

Page 47: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan pada filsafat

postpositivisme atau enterpretif, digunakan untuk meneliti objek yang alamiah

(Sugiyono, 2016: 9) atau Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang

berkaitan dengan data yang tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kualitas

bentuk-bentuk variabel yang berwujud tuturan sebagai kata-kata tertulis atau

lisan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala dari kelompok dan diamati.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan

penelitian kualitatif yang memaparkan situasi, kondisi dan kejadian serta

makna simbolik tradisi mappatabe dalam komunikasi nonverbal (dalam

budaya Bugis).

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada tradisi mappatabe masyarakat Bugis di

Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone. Penjelasan yang lebih jelas mengenai

fokus penelitian ini digambarkan dalam suatu bentuk deskripsi fokus yaitu:

Makna simbolik tradisi mappatabe masyarakat Bugis di Kecamatan Kajuara

Kabupaten Bone.

C. Definisi Istilah

1. Makna simbolik adalah makna yang terkandung dalam suatu keadaan

yang merupakan pengantar pemahaman terhadap suatu objek.

Page 48: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

2. Tradisi adalah Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam

sautu masyarakat.

3. Mappatabe adalah sikap seseorang saat melewati orang lain dan sopan

santunnya ketika berkomunikasi kepada orang.

4. Semiotik adalah konsep tentang tanda, tak hanya bahasa dan sistem

komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu

sendiri pun-sejauh terkait dengan pikiran manusia-seluruhnya terdiri

atas tanda-tanda.

D. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah bentuk makna simbolik dan

presepsi masayrakat terhadap tradisi mappatabe masyarakat Bugis di

Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh

peneliti di lapangan, cara mengumpulkan data primer yaitu dengan

melakukan observasi, dokumentasi, dan hasil wawancara oleh informan

yang telah penulis tetapkan.

Informan yang penulis tetapkan sebagai sumber data primer

adalah dari tokoh adat dan orang yang menggunakan kata tabe tersebut

adalah:

Page 49: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

No. Pengguna Kata Tabe

1. Budayawan

2. Pemuka Agama

3. Guru

4. Orang Tua

5. Remaja

6. Tokoh Masyarakat

7. Siswa

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber data yang dikumpulkan

untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari dokumentasi atau

studi kepustakaan yang terkait dalam permasalahan yang diteliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan segala sesuatu yang akan dipergunakan

untuk penunjang penelitian. Adapun instrument penelitian yang digunakan

antara lain:

1. Instrumen utama yaitu peneliti itu sendiri

Page 50: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

2. Instrumen pendukung yaitu alat-alat yang dimaksudkan sebagai

penunjang penelitian seperti kamera HP (handphone), alat rekam, dan

lembar dokumentasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan metode penelitian dengan beberapa teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (Library research)

Pengumpulan data dengan membaca buku-buku atau karya tulis

ilmiah lainnya, misalnya buku-buku yang membahas tentang budaya

tradisi tabe. Dalam hal ini metode yang digunakan:

a. Kutipan langsung yaitu mengutip tanpa merubah redaksi katanya.

b. Kutipan tidak langsung yaitu mengutip suatu karangan dengan bahasa

atau redaksi tanpa mengubah maksud atau pengertian yang ada.

2. Penelitian Lapangan (Field research)

Penelitian yang dilakukan dengan mengamati secara langsung

objek peneliti di mana penulis terjun langsung ke lokasi penelitian yang

telah di tentukan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

metode sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung dan

sistematis tentang fenomena atau kejadian sosial serta berbagai

pengamatan dan pencatatan (Kartono, 2010, 142).

Page 51: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung kepada informan, dan jawaban-jawaban

informan dicatat atau direkam dengan alat perekam. Anggapan yang

perlu dipegang oleh penulis dalam menggunkan metode wawancara

adalah sebagai berikut:

1) Bahwa apa yang dinyatakan oleh Subjek kepada penulis adalh

benar dan dapat dipercaya.

2) Wawancara

Wawancara dimaksudkan untuk dapat memeroleh suatu

data berupa informan, selanjutnya dapat menjabarkan lebih luas

informasi tersebut melalui pengelolaan dan secara komprehensif

(Sugiyono, h.138).

3) Dokumentasi

Dalam tahap dokumentasi dilakuakn untuk dapat

memperkuat data hasil dari wawancara dan observasi. Dokumen-

dokumen yang berisi data-data yang dibutuhkan meliputi buku-

buku yang relevan, serta foto-foto atau gambar dalam proses

wawancara, serta dokumentasi simbolik mappatabe.

G. Teknik Analisis Data

Ketika menganalisis data, peneliti menggunakan analisis semiotika

dengan makna simbolik yaitu berdasarkan pada bentuk simbolik dari tradisi

mappatabe yang dilakukan masyarakat Bugis. Dengan demikian, analisis data

Page 52: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

dapat dilakukan sepanjang proses-proses penelitian dengan menggunakan

teknik analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan tertulis di lapangan, proses ini berlangsung terus menerus.

Reduksi data meliputi: meringkas data kualitatif, dapat berupa teks naratif,

maupun matrik, grafik, jaringan atau bagan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan alur kedua dalam kegiatan analisis data.

Data dan informasi yang sudah diperoleh dilapangan melalui tahap reduksi

disusun hingga strukturnya mudah dipahami dan memungkinkan adanya

penarikan kesimpulan yang berhubungan dengan latar belakang masyarakat

penelitian

3. Verifikasi dan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan

atau verifikasi. Pada tahap penarikan kesimpulan peneliti menjawab

rumusan masalah penelitiannya yang telah dirumuskan sejak awal.

Page 53: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Bone

Sebelum lebih jauh mengemukakan profil Kecamatan Kajuara maka

terlebih dahulu dikemukakan profil Kabupaten Bone. Kabupaten Bone

merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Sulawesi

Selatan dengan ibu kota Watampone. Kabupaten Bone memiliki luas

wilayah keseluruhan mencapai 4.558 Km2.

Kabupaten Bone terletak pada posisi 4o13’ - 5

o6

’ antara 119

o42’-

120o40

’ BT dengan garis pantai sepanjang 138 Km yang membentang dari

Selatan ke Utara. Kabupaten Bone secara langsung berbatasan dengan

beberapa kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu, Sebelah Utara

berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng, Sebelah

Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Kabupaten

Gowa,Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone, Sebelah Barat

berbatasan dengan Kabupaten Maros, Kabupaten pangkep, dan Kabupaten

Barru.

Kabupaten Bone secara administratif terbagi kedalam 27

kecamatan, 329 desa dan 43 kelurahan. Kecamatan terluas adalah

kecamatan Bonto Cani yaitu seluas 463,35 Km2 sedangkan kecamatan

dengan luas terkecil adalah Kecamatan Tanete Riattang yaitu seluas 0,52

Km2.

Page 54: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Kabupaten Bone ditinjau dari ketinggian tempat dapat

diklasifikasikan kedalam 6 kategori dengan variasi ketinggian antara 0

hingga lebih dari 1.000 meter dpal. Kategori pertama (0-25 meter) yaitu

seluas 81.925,2 Ha, kategori kedua (25-100 meter) seluas 101.620 Ha,

kategori ketiga (100-250 meter) seluas 202.237,2 Ha, kategori keempat

(250-750 meter) seluas 62.640,6 Ha, kategori kelima (750-1.000 meter)

seluas 40.080 Ha, dan ketegori keenam (di atas 1.000 meter) seluas 6. 900

Ha.

Gambar II : Peta Kabupaten Bone

2. Tradisi Mappatabe Sebagai Interaksi Masyarakat Kecamatan

Kajuara

Arti dan tingkatan nilai mappatabe dalam masyarakat Bugis

khususnya Kecamatan Kajuara dapat dilihat secara jelas melalui

pengamatan tingkah laku mereka. Adakalanya muncul secara spontan,

yang dapat menunjukkan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, dapat

Page 55: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

pula dilihat juga melalui pola interaksi dengan keluarga, teman, dan

lingkungannya. Di kalangan masyarakat, diantara mereka ada yang

meremehkan budaya mappatabe tanpa mengetahui nilai positif dari

budaya mappatabe yang dapat mempererat persaudaraan, harga diri dan

etika seseorang.

Berbicara tentang nilai mappatabe, ada beberapa unsur nilai yang

terkandung di dalamnya yaitu:

a. Saling Menghargai

Hidup ini secara bersosial bukan individu, untuk mewujudkan

silaturahmi yang erat haruslah saling menghargai, salah satu budaya

bugis Kajuara yang dapat melestarikan keakraban dan saling

menghargai satu sama lain yaitu tradisi Mappatabe, yang dapat dilihat

dari perilaku seseorang baik bertutur kata secara verbal maupun non

verbal.

Bugis Bone mengenal atau menyebut saling menghargai

dengan sebutan sipakatau yang berarti memanusiakan manusia. Dalam

interaksi sosial masyarakat Kajuara, baik berinteraksi dengan etnis

yang sama maupun bukan, nilai sipakatau, sipakalebbi dan sipakainge

ini harus mengharuskan seseorang memperlakukan orang lain

layaknya manusia dan menghargai hak-haknya sebagai manusia.

Menurut Abdul Hakim (Tokoh Agama, 58 Tahun), seorang

anak yang tidak mempunyai sikap tabe kepada orang lain, akan nilai

buruk oleh orang lain. Masyarakat akan mengatakan iga anakro,

Page 56: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

makurang ajara kale, dena naissengi mappatabe, yang artinya (itu

anak siapa, sangat kurang ajar , tidak tau meminta izin).

Sama halnya dengan yang diucapakan oleh Andi Indah Sary

(Mahasiswa, 21 Tahun) mengatakan anak-anak zaman sekarang

banyak tidak menggunakan kata tabe seperti saat mereka berbicara,

mereka berdiri seolah-olah mereka sederajat, dan bahkan menyenggol

tanpa mengucapkan tabe.

Berbeda halnya dengan yang diucapkan oleh Andi

Mappaningsong (Guru, 51 Tahun) bahwa ana-ana di kajuara najaga

maneng mufi mappatabena, paguru tomatoanna maneng na macca

mappatabe yang artinya anak-anak di Kajuara masih menjaga budaya

mappatabe semua itu karena berkat bimbingan orang tua. Kajuara

bahkan dikenal sangat menjaga budayanya.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti berkesimpulan

bahwa peranan orang tualah yang paling penting. Anak yang masih

menjaga tradisi mappatabe karena didukung dari faktor orang tua yang

memang menerapkan sejak dini tradisi ini, sedangkan anak yang sudah

tidak lagi mengenal tradisi mappatabe karena orang tua yang tidak

menerapkan tradisi ini dalam lingkungan keluarga.

b. Membudayakan mappatabe

Bagi masyarakat Bugis Bone orang yang membudayakan

mappatabe dinilai sebagi orang yang berakhlak baik, namun orang

yang tidak membudayakan budaya mappatabe dinilai sebagai orang

Page 57: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

yang tidak paham akan sebuah tradisi dan dinilai bersikap angkuh.

Berdasarkan pengamatan peneliti yang dilakukan oleh anak-anak

sampai orang dewasa, saat ini orang dewasa masih menjunjung tinggi

budaya Mappatabe begitu pula dengan kalangan anak-anak, walaupun

ada beberapa yang memang tidak lagi menggunakan kata tabe.

Menurut Andi Mappaningsong (Guru, 51 Tahun)

mengemukakan bahwa orang Kajuara sangat menjunjung tinggi

budayanya, bahkan diberi julukan Kajuara beradat. Di Kabupaten

Bone ada beberapa kecamatan yang memiliki julukan tersendiri yaitu

Kecamatan Mare ( Tau Accana) yang artinya orang pintar, Kecamatan

Salomekko ( Tau Sabbarana ) yang artinya orang sabar, Kecamatan

Kahu (tau seggena) yang artinya berkuasa atau kuat, sedangkan

Kecamatan Kajuara (Langgana/tau matanre) yang artinya orang yang

menjunjung tinggi sesuatu hal.

Sedangkan menurut Bahar ( Orang Tua, 50 Tahun) pergeseran

yang terjadi di masyarakat Kajuara merupakan pengaruh

perkembangan zaman. Di era modern ini anak-anak cenderung lebih

mudah terpengaruh dengan budaya-budaya yang lebih suka

menggunakan gaya bahasa hai, hello sambil mengangkat tangan

dibandingkan dengan menurunkan tangan kanan ke bawah sambil

mengucapkan tabe.

Sebagaimana para leluhur telah mewariskan tradisi yang sangat

baik yang dilengkapi dengan nilai positif, orang tua harus lebih tegas

Page 58: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang mappatabe. Jangan

sampai nilai budaya mappatabe dalam masyarakat Bugis terkikis

dengan adanya pengaruh budaya barat yang kemudian akan

mendoktrin otak mereka.

c. Menjaga nilai kesopanan kepada sesama manusia

Nilai kesopanan berkaitan dengan tradisi mappatabe

masyarakat bugis yang berarti saling menjaga harga diri serta menaruh

hormat terhadap orang lain. Apabila ada masyarakat yang tidak lagi

menggunakan kata tabe maka dia telah melupakan tradisi mappatabe

yang telah diwariskan oleh para leluhur.

Mappatabe merupakan suatu simbol penghormatan kepada

orang lain, bahkan orang dulu melakukan mappatabe sebagai

bentuk penghormatan kepada sebuah instansi. Di kerajaan

Bone pun sebagai bentuk kesopanannya kepada raja,

seseorang tidak boleh membelakangi raja saat ingin pulang,

namun harus berjalan mundur (Songeng, A.U. Wawancara 20

Juni 2018).

Menurut Sudirman (tokoh masyarakat/wawancara) mengatakan

bahwa mappatabe yang dilakukan oleh orang Bugis, bentuk kesopanan

mereka terhadap orang lain. Masyarakat akan menilai kesopanan dari

seseorang apabila dia mengetahui cara mappatabe.

Hasil wawancara di atas peneliti berpendapat bahwa dengan

mappatabe, seseorang akan merasa dihargai. Tradisi yang diberikan

oleh leluhur ini bersifat sakral yang memang sudah melekat pada diri

masyarakat Bugis Kecamatan Kajuara, bukan hanya untuk pencitraan

agar dinilai baik oleh masyarakat akan tetapi hal ini dilakukan untuk

Page 59: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

mempertahankan diri di lingkungan yang menjunjung tinggi sebuah

tradisi. Mappatabe bagian dari nilai kesopanan, tidak mengetahui nilai

kesopanan berarti dia tidak tahu cara menghargai sebuah tradisi.

3. Proses Komunikasi Simbolik Tradisi Mappatabe

Mappatabe (kata kerja dari tabe yang berarti melakukan tabe).

Mappatabe merupakan suatu sikap saling menghargai, sesama manusia

dan tentang kesopanan yang merupakan bentuk penghormatan ketika ingin

melewati orang yang lebih tua, sambil membungkukkan badan dan tangan

diulur ke bawah (Sudirman, Tokoh masyarakat). Mappatabe ini tentang

kesopanan dan sebuah penghormatan kepada orang lain, kita sebagai

warga Kecamatan Kajuara harus mengajarkan sejak dini kepada anak-anak

agar dia mengenali mappatabe ini (Bahar, Orang tua).

Persamaan kata tabe atau sinonim dari kata tabe itu sendiri adalah

permisi, mohon maaf, assalamualikum, kata tersebut sama-sama

mengandung arti kesopanan dan tentang menghargai sesama manusia.

Namun di Kecamatan Kajuara lebih dikenal dengan istilah mappatabe.

Jadi berdasarkan pemaparan tentang narasumber di atas, maka

peneliti menyimpulkan bahwa mappatabe merupakan sebuah tradisi yang

masih dilakukan sampai sekarang di Kecamatan Kajuara dengan tujuan

meminta izin kepada orang lain sebagai bentuk kesopanan.

Dalam tinjauan semantik, peneliti mendeskripsikan makna

simbolik tradisi mappatabe sebagai berikut:

Page 60: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Simbol Makna Pesan

Hormat Menghargai Di masa lalu orang

melakukan

penghormatan ini

kepada Raja Bone,

sebagai bentuk

penghargaan.

Membungkukkan

badan

Merendahkan diri

dihadapan orang lain

Semua manusia pada

dasarnya derajatnya

sama, maka dari itu

perlu merendahkan diri

dihadapan orang lain.

Mengayungkan tangan

ke arah bawah

Permohonan maaf sebagai bentuk

kesopanan, seseorang

harus menghargai

orang yang di lewati

saat berjalan.

a. Hormat

Proses komunikasi simbolik mappatabe dengan hormat seperti

saat upacara kenaikan bendera merah putih (Andi Upe Songeng,

Wawancara). Menurut Andi Upe Songeng, mappatabe yang dilakukan

dengan cara penghormatan seperti ini hanya dilakukan pada zaman raja

Page 61: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Bone waktu itu. Seseorang bahkan harus berjalan mundur saat ingin

pulang, tanpa harus membelakangi sang raja sebagai bentuk

penghormatan. Namun simbol dari mappatabe ini sudah tidak

ditemukan lagi di Kecamatan Kajuara.

b. Membungkuk (badan sedikit condong ke depan)

Simbolik Mappatabe yang dilakukan dengan cara sedikit

membungkuk sebagai bentuk simbol merendahkan diri dihadapan

orang lain (Mappaningsong, wawancara). Apabila ditemui masyarakat

di Kecamatan Kajuara yang tidak tau merendahkan diri di hadapan

orang lain, maka dia akan dinilai jelek oleh orang lain karena tidak taat

terhadap tradisi yang sudah turun-temurun. Oleh karena itu simbol

mappatabe dengan sedikit membungkuk ini sebagai acuan agar

seseorang tidak congkak terhadap orang lain, tidak merasa lebih tinggi

dari orang yang ingin dilaluinya saat berjalan. Mengayungkan tangan

dengan sedikit membungkuk sambil mengucapkan tabe eloka jekka

atau tabe ceddi (permisi, saya mau lewat). Namun ada juga orang yang

hanya melakukan gerakan simbolik tanpa harus mengucapkan kata

tabe.

Bukan hanya dilingkungan masyarakat, dilingkungan sekolah

anak-anak juga diajarkan untuk mappatabe terhadap guru-gurunya

sebagai bentuk interaksi sopan santunnya, hal ini sangat perlu

dilakukan terutama di daerah Kecamatan Kajuara yang memang

sudah dikenal dengan Kajuara Beradat. (Mappaningsong,

Wawancara).

Page 62: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

c. Mengayungkan tangan ke bawah

Simbolik mappatabe yang dilakukan dengan cara mengayungkan

tangan ke bawah sebagai bentuk simbol menghormati orang yang akan

dilalui .

Makna dari mengayungkan tangan ke bawah ini yaitu sipakatau

(saling menghargai). Dalam suatu kehidupan, apabila seseorang ingin

hidup bahagia dengan masyarakat di lingkungan tempat mereka

tinggal, mereka harus menghargai suatu tradisi yang dijunjung tinggi

daerah tersebut. Berdasar dari mappatabe dalam ruang lingkup sosial

kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan umumnya apabila

kita berpijak dalam suatu keramaian kita harus menghormati orang

yang dilalui agar seseorang juga terketuk hatinya merasakan

kenyamanan, bukan Cuma hal tersebut, dalam ruang lingkup sosial

yang lain kita juga harus menghormati orang yang lebih tua, maka

orang lain akan lebih dekat.

Makna ini berkenan dengan sikap dan unsur kesopanan dengan

istilah “mappatabeki”, utamanya ketika kita berada dilingkungan

sosial dan orang banyak.

d. Tradisi mappatabe dalam bentuk ucapan

Mappatabe dalam bentuk ucapan digunakan apabila melewati

orang lain namun tidak mampu untuk membungkukkan badan maka

digantilah dengan ucapan, seperti hanya mengucapkan kata tabe eloka

jekka ( permisi, saya mau lewat).

Page 63: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Dalam sebuah pesta pasti banyak orang yang duduk, terus kalau

kita mau lewat namun situasi tidak memungkinkan untuk

membungkukkan badan, cukup hanya mengucapkan kata tabe

seseorang di Kecamatan Kajuara khususnya sudah sangat paham

bahwa dia meminta izin untuk lewat. Selain dari mengucapkan

kata tabe seseorang yang ingin melewati orang lain hendaknya

tersenyum, sehingga seseorang juga akan memberikan penilaian

baik terhadapnya. (Hakim, Wawancara )

4. Makna Tradisi Mappatabe/Tabe Bagi Masyarakat Bugis Kecamatan

Kajuara Kabupaten Bone

Tradisi mappatabe pada awalnya dilakukan dikalangan raja-raja,

seperti di Jawa cara menghormati Sultan yaitu berjalanan sambil jongkok

begitupun di Bugis dimulai dari adanya strata sosial. Dengan adanya

pepatah sipakallebbi ri fadda tta rufa tau (saling menghargai sesama

manusia) menguatkan strata yang lain. Narekko eloki jekka riolana rufa

tau, millau tabeki (jika hendak melewati orang lain, harus meminta izin)

(Hakim, pemuka Agama). Mappatabe ini digunakan masyarakat

Kecamatan Kajuara sebagai bentuk interaksi satu sama lain. Masyarakat

Bugis biasanya menggunakan kata tabe ini sebagai bahasa sehari-hari

baik verbal maupun nonverbal.

Komunikasi verbal yang dimaksud adalah penggunaan kata tabe

sebgaimana sudah dijelaskan dalam hasil penelitian bahwa anak siapapun

harus mappatabe jika hendak melewati orang lain, dan sudah sepantasnya

dia mengucapkan tabe eloka jekka puang ( permisi, saya mau lewat) atau

cukup mengucapkan kata tabe maka orang akan paham bahwa si anak

meminta izin. Sedangkan komunikasi non verbal yaitu dengan

Page 64: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

membungkukkan badan dengan mengulurkan tangan ke arah bawah

sesuai dengan penjelasan proses komunikasi simbolik di atas. Hal ini

sejalan dengan teori Mead. Mead mengemukakan dalam teorinya bahwa

kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial

yang sama dengan tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka

dengan berinteraksi dengan individu lain.

Adapun beberapa makna tradisi mappatabe/tabe bagi masyarakat

Kecamatan Kajuara yaitu sebagai berikut:

a. Melewati orang lain

Sudah dijelaskan di awal, bahwa tabe ini muncul pertama

kali saat seseorang ingin melewati sang raja, namun seiring

berjalannya waktu tradisi ini masih dilakukan oleh masyarakat

Kecamatan Kajuara. Saat ingin melewati seseorang yang lebih tua

seseorang harus mappatabe sebagai bentuk kesopanannya. Seperti

halnya saat seorang anak ingin lewat di depan orang tua dengan satu

tangan itu artinya orang yang dilalui hanya satu baris saja, namun

ketika dua baris maka dia harus mengulurkan kedua tangannya.

Contoh dari tabe dalam meminta izin yaitu kuengka tau cudang-

cudang atau kumaega tau naeloki jekka diolona aga diceddena

namaikke lalenge, millau tabeki, makkeda taue tabe puang eloka

jekka (Andi Upe, budayawan), yang artinya kalau ada seseorang yang

sedang duduk-duduk atau berada di tempat keramaian dan kamu ingin

lewat di hadapan mereka, maka ucapkanlah kata tabe (permisi).

Page 65: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Seorang anak sejak dini harus diajarkan mappatabe, agar

sewaktu ingin melewati orang lain, dia tidak tergesa-gesa

seperti orang yang tidak memiliki etika. Bahkan sebagai

orang tua, kita sendiri yang akan malu kalau memiliki anak

yang tidak tau caranya mappatabe kepada orang lain (Bahar,

Orang tua)

Berbeda halnya yang diucapkan oleh mahasiswa yang mengatakan

bahwa “Kalau di rumah selaluka matabe-tabe ka marah mamaku,

kalau tidak mappatabeka. Bahkan kalau mauki minta tolong haruski

juga bilang tabe. Kecuali kalau samaka teman-temanku kadang

mappatabeka kadang juga tidak”.(Fajar, anak-anak)

Jadi berdasarkan wawancara tersebut, peneliti

menyimpulkan bahwa mappatabe dalam hal meminta izin memang

sudah diajarkan sejak dini oleh orang tua namun seiring

berkembangnya zaman, anak-anak juga mulai melupakan tradisi ini.

b. Meminta pertolongan

Manusia hidup di dunia ini sebagai makhluk sosial (butuh

bantuan orang lain), maka dari itu setiap manusia pasti akan meminta

tolong kepada orang lain. Contoh tabe dalam hal meminta

pertolongan yaitu, Risna millau tulungi di Santi, “Santi alanga tabe

penne eloka manre malupuka, pa denana sedding kuullei tettong, idi

tosi mahe pole di onrong penne (Risna, Siswa SMP) yang artinya

Santi tolong ambilkan saya piring saya lapar ingin segera makan,

kamu yang paling dekat dengan tempat piring sekarang. Jadi maksud

dari Risna menggunakan kata tabe ini untuk meminta pertolongan

kepada Santi agar dia diambilkan piring. Apabila di temui seseorang

Page 66: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

yang ingin meminta tolong, namun tidak mengucapkan kata tabe

maka terkadang tidak digubris karena orang akan berpikir bahwa dia

memiliki kepribadian yang angkuh. Mappatabe saat ingin meminta

tolong kepada orang lain juga berguna agar orang lain merasa tidak

diperintah, hal ini sebagai bentuk ungkapan halus.

c. Menegur seseorang

Adakalanya seorang datang tidak tepat waktu, dia datang

setelah lewat jam kerja atau bahkan tidak datang sama sekali ke

kantor. Seorang atasan akan ada yang menegur bawahannya dengan

kasar, ada juga yang akan menegurnya dengan lemah lembut.

Di sekolah, sering saya temui guru-guru yang datang terlambat,

biasanya saya mengucapkan seperti ini, maele kalei engka, tabe

makessing narekko lebih maele pasikki engka (Kamu datang

terlalu pagi, tapi alangkah lebih baiknya kalau lebih pagi dari

yang sekarang) (Mappaningsong/Guru).

Dari penjelasan informan di atas, bahwa dia menegur

bawahannya dengan nada yang lembut, bahkan dia mengucapkan

kata tabe agar pegawai ini tidak tersinggung. Contoh lain dari

tabe dalam hal menegur seseorang yaitu magai kkae Safar na

demuengka lao di sikolae, tabe nak lao-laoko na engka meto ha

muisseng yang artinya mengapa Safar tidak pernah datang ke

sekolah, tolong datanglah nak, supaya kamu juga dapat

pengetahuan. Tradisi mappatabe memang perlu dilestarikan

karena hal ini memberi banyak manfaat

.

Page 67: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

d. Meminta maaf

Dalam kehidupan sehari-hari adakalanya seseorang tidak

sengaja melakukan kesalahan terhadap orang lain. Contohnya saat

berpapasan dengan orang lain di tengah jalan, seseorang tanpa sengaja

menyenggol bahu, maka orang tersebut akan lantas meminta maaf

sambil mengucpakan tabe dekuakkajai (maaf, saya tidak sengaja).

Seseorang pasti akan mengucapkan iye detto namaga (tidak jadi

masalah). Contoh dari penggunaan kata tabe dalam hal meminta

maaf yaitu pada saat Rudi sedang berjalan di depan orang tuanya,

kemudian tidak sengaja menabrak kaki mamanya, Rudi akan

memegang apa yang dia rasa terkena dengan kakinya sambil

mengucapkan kata tabe puang. Berbeda halnya jika seseorang

menabrak orang lain, namun lantas pergi begitu saja. Orang akan

memberikan penilaian buruk terhadapnya “ iga kkae nro, dekkale

naissengi mappatabe” (dia siapa, kenapa tidak tahu meminta maaf).

Budaya mappatabe dalam era pergaulan sekarang sudah

mulai mengalami pergeseran. Oleh karena itu, sangat penting

mempertahankan budaya mappatabe sebagai salah satu nilai lokalitas

khusunya pada masyarakat Bugis Kecamatan Kajuara.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian jika dikaitkan dengan penelitian yang

relevan menunjukkan bahwa proses komunikasi simbolik sangat perlu

dilakukan dan dilestarikan khususnya di daerah Kecamatan Kajuara yang

Page 68: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

memang sangat menjunjung tinggi sebuah tradisi. Meskipun seiring

perkembangan era globalisasi yang semakin mendunia seakan mulai

tenggelam dan sebagian masyarakat yang sudah mulai melupakannya,

khususnya generasi muda. Beranjak dari hal tersebut peneliti merasa tertarik

untuk mengambil masalah tersebut sebagai upaya memeperkenalkan kembali

tradisi mappatabe dalam proses komunikasi simbolik dan interpretasi makna

dari mappatabe. Mappatabe (kata kerja dari tabe yang berarti melakukan

tabe). Mappatabe merupakan suatu sikap saling menghargai, sesama manusia

dan tentang kesopanan yang merupakan bentuk penghormatan ketika ingin

melewati orang yang lebih tua, sambil membungkukkan badan dan tangan

diulur ke bawah (Sudirman, Tokoh masyarakat). Jadi berdasarkan hasil

penelitian, maka peneliti menyimpulkan bahwa mappatabe merupakan sebuah

tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang di Kecamatan Kajuara dengan

tujuan meminta izin kepada orang lain sebagai bentuk kesopanan.

Prose komunikasi simbolik tradisi mappatabe yaitu dilakukan dengan

simbol hormat, simbol penghormatan ini dilakukan sebagai bentuk

penghormatan kepada raja-raja. Selain itu sebagai bentuk mappatabe

masyarakat di Kabupaten Bone terhadapa raja-raja, seseorang harus berjalan

mundur apabila ingin pulang. Hal ini bertujuan menghargai sang raja, karena

apabila membelakangi dianggap tidak memiliki etika yang baik. Menurut

Andi Upe Songeng, dari sejak dulu masyarakat Kecamatan Kajuara memang

dikenal memiliki etika yang sangat baik, hal itulah yang membuat Kecamatan

Kajuara dikenal dengan sebutan Kajuara Beradat. Namun, seiring

Page 69: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

perkembangan zaman dan sudah tidak lagi menerapkan sistem kerajaan maka

simbol hormat inipun tidak lagi digunakan dalam mappatabe.

Proses komunikasi simbolik tradisi mappatabe yang kedua yaitu dengan

membungkukkan badan. Peneliti pun bertanya kepada beberapa informan,

namun hampir semua informan mengatakan bahwa membungkukkan badan

ini dilakukan sebagai bentuk merendahkan diri dihadapan orang lain.

Seseorang akan merasa senang hatinya, jika diperlakukan baik pula, hal ini

juga sebagai bentuk permintaan maaf karena ingin berjalan di hadapan orang

tersebut. Bukan hanya di lingkungan tempat tinggal, namun di mana pun

seseorang harus mappatabe agar tidak dinilai congkak. Di Kecamatan Kajuara

apabila seorang anak tidak tau mappatabe atau matabe-tabe maka yang

disalahkan pertama kali tentu didikan dari orang tuanya. Seperti kata Andi

Mappaningsong, di lingkungan sekolah anak-anak yang matabe-tabe sama

gurunya, dinilai memiliki kepribadian yang baik. Sedangkan anak yang tidak

tau mappatabe diberikan bimbingan agar merubah sikapnya.

Selain itu proses komunikasi simbolik mappatabe yang selanjutnya

adalah mengayungkan tangan ke bawah, makna dari mengayungkan tangan ke

bawah ini yaitu sipakatau (saling menghargai). Dalam suatu kehidupan,

apabila seseorang ingin hidup bahagia dengan masyarakat di lingkungan

tempat mereka tinggal, mereka harus menghargai suatu tradisi yang dijunjung

tinggi daerah tersebut. Apabila seseorang ingin berjalan di hadapan orang lain,

dan yang ingin dilewati sebelah kiri maka tangan kiri yang diarahkan ke

bawah, namun apabila di sebelah kanan maka tangan kananlah yang

Page 70: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

digunakan, dan apabila kedua-keduanya maka arahkanlah semua tangan ke

arah bawah. Selain mappatabe dalam tindakan, ada juga mappatabe dalam

ucapan yaitu hanya dengan mengucapkan tabe mauka lewat, jika kondisi

memang tidak memungkinkan untuk menunduk. Namun apabila bisa

membungkuk, maka membungkuklah karena dinilai lebih sopan.

Berdasarkan rumusan masalah yang kedua yaitu makna tradisi

mappatabe/tabe dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Kajuara yaitu

penggunaan tabe saat ingin melewati orang lain atau berjalan dihadapan

seseorang. Saat ingin melewati seseorang yang lebih tua seseorang harus

mappatabe sebagai bentuk kesopanannya. Seperti halnya saat seorang anak

ingin lewat di depan orang tua dengan satu tangan itu artinya orang yang

dilalui hanya satu baris saja, namun ketika dua baris maka dia harus

mengulurkan kedua tangannya. Namun menurut Informan (Fajar/wawancara),

dia hanya mappatabe dihadapan orang tua, namun jika bersama dengan

teman-temannya dia cenderung tidak meminta maaf karena menurutnya hanya

teman sebaya.

Hasil yang kedua yaitu penggunaan kata tabe saat ingin meminta

pertolongan, hal ini bertujuan agar orang lain merasa tidak diperintah. Di

Kecamatan Kajuara, seseorang saat ingin meminta pertolongan akan

mengucapkan “tabe allanga penne” (tolong, ambilkan saya piring), atau apa

saja yang ingin dia tolongkan maka seseorang akan mengatakan tabe. Apabila

di temui seseorang yang ingin meminta tolong, namun tidak mengucapkan

Page 71: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

kata tabe maka terkadang tidak digubris karena orang akan berpikir bahwa dia

memiliki kepribadian yang angkuh.

Penggunaan kata tabe selanjutnya yaitu saat ingin menegur seseorang.

Misalkan seorang Kepala Sekolah yang ingin menegur seorang guru yang

sering datang terlmbat, maka biasanya dia menggunakan tabe maele-maeleki

ceddi engka, pa engka diaseng peraturan yang artinya tolong cepat-cepatki

datang, karena ada yang dikatakan peraturan. Seseorang yang ditegur tentu

akan merasa baik, karena tidak ditegur dengan bahasa yang kasar. Contoh

lainnya menegur seorang anak yang tidak mau ke sekolah. Seperti halnya pak

Bahar selaku orang tua, terkadang dia menegur seseorang dengan mengatakan

lao-laoki massikola nak, tabe angkalinaka yang artinya pergilah ke sekolah,

tolong dengarkan bapak. Jadi tabe disitu menegur sang anak yang tidak mau

datang ke sekolah.

Selanjutnya yaitu penggunaan tabe saat ingin meminta maaf, dalam

kehidupan sehari-hari adakalanya seseorang tidak sengaja melakukan

kesalahan terhadap orang lain. Contohnya saat berpapasan dengan orang lain

di tengah jalan, seseorang tanpa sengaja menyenggol bahu, maka orang

tersebut akan lantas meminta maaf sambil mengucpakan tabe dekuakkajai

(maaf, saya tidak sengaja). Seseorang pasti akan mengucapkan iye detto

namaga (tidak jadi masalah). Berbeda halnya jika seseorang menabrak orang

lain, namun lantas pergi begitu saja. Orang akan memberikan penilaian buruk

terhadapnya “iga kkae nro, dekkale naissengi mappatabe” (dia siapa, kenapa

tidak tahu meminta maaf).

Page 72: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Berdasarkan dari beberapa pernyataan informan, penulis menjabarkan

dan menganalisis cara mempertahankan budaya mappatabe, yaitu dengan cara

:Mengsosialisasikan sejak dini pada anak.

Cara mengsosialisasikan suatu tradisi kepada anak, dimulai dari keluarga

karena keluarga memiliki peranan penting dalam pertumbuhan anak. Orang

tua mengajarkan tentang sifat-sifat yang mestinya dilakukan dan tidak mesti

dilakukan, salah satu contohnya adalah dengan cara melakukan budaya

mappatabe dalam keseharian. Karena budaya mappatabe tidak hanya sebagai

adat kesopanan melainkan mengandung nilai-nilai lokalitas sejak dulu, jadi

sangat disayangkan jika tradisi seperti ini tidak lagi dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Tradisi mappatabe sekarang ini sudah mulai hilang, anak-anak sekarang

sudah jarang lagi melakukan mappatabe. Biasanya kalau lewat di

depanta, langsungj saja lewat tidak bilangmi tabe. Maka dari itu perlu

dilakukan didikan orang tua sejak dini, kalau perlu marahi ketika anak

tidak tau mappatabe agar dia juga paham arti kesopanan (Songeng,

Wawancara).

Namun, pada saat ini tradisi mappatabe seakan menjauh dari harapan

para orang tua. Melihat perkembangan budaya saat ini , tidak menutup

kemungkinan tradisi mappatabe akan tergeser jika generasi muda mulai

menyampingkan tradisi ini.Lingkungan yang paling utama mengsosialisasikan

mappatabe adalah keluarga, jadi orang tua, saudara-saudara harus

memperlihatkan contoh yang baik kepada anak-anak. Sebagai contoh jika

kedatangan tamu orang tua harus menerapkan tradisi mappatabe, jika anak

hendak lewat di depan tamu lantas tidak bersikap sopan, maka harus ditegur

dan diajarkan bagaimana yang benar.

Page 73: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Perilaku orang tua yang mengajarkan anak-anaknya akan teringat jelas

di kepala anak, sehingga dia akan ragu-ragu jika mau melakukan hal yang tidak

terpuji. Bukan hanya dilingkungan keluarga, tapi mereka juga akan paham

ketika dia berada di lingkungan masyarakat.

Memegang teguh dan menjung tinggi budaya lokal, dengan cara

menerapkan maupun mengaplikasikannya, maka akan menimbulkan suatu

kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus. Utamanya bagi anak-anak saat

ini sangat perlu ditanamkan agar tidak tergeser. Adapun harapan orang tua

kepada generasi penerus, khususnya pada anak-anak, supaya mappatabe ini

harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang dalam kehidupan

masyarakat. Jika bukan generasi penerus yang melestarikan budayanya siapa

lagi? oleh karena itu lestarikanlah apa yang sudah diajarkan orang tua.

Page 74: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, maka peneliti berkesimpulan bahwa

mappatabe adalah sikap seseorang saat melewati orang lain dan sopan

santunnya ketika berkomunikasi. Di Kecamatan Kajuara tradisi mappatabe ini

sebagai bentuk kesopanan seseorang saat ingin meminta izin, dia akan

dipandang baik jika mengetahui tradisi mappatabe. Gambaran mappatabe di

Kecamatan Kajuara masih sangat baik, karena masih ditemuinya anak-anak

yang menerapkan tradisi ini dalam kehidupan sehari-hari, Meskipun juga

sudah ada beberapa anak yang tidak lagi menghiraukan tradisi ini.

Proses komunikasi simbolik tradisi mappatabe identik dengan

simbol membungkukkan badan dengan mengayungkan tangan ke arah bawah,

hal ini memberikan arti merendahkan diri dihadapan orang lain, merasa tidak

lebih tinggi, menghargai orang yang ingin dilewati, dan sekaligus bentuk

kesopanan masyarakat Kecamatan Kajuara kepada masyarakat yang lain.

Selain dari membungkukkan badan, simbol dari mappatabe pada mulanya

dengan penghormatan seperti pada saat kenaikan bendera merah putih, namun

seiring berjalannya waktu tergantikan dengan simbol membungkukkan badan,

karena menurut informan hal ini hanya dilakukan kepada sang raja Bone saat

itu.

Selain dari simbol meminta izin saat ingin berjalan dihadapan

orang lain, tradisi mappatabe juga memiliki makna yang lain bagi masyarakat

Page 75: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Kecamatan Kajuara, yaitu dengan menggunakan kata kerja tabe. Tabe

digunakan masyarakat ketika ingin meminta tolong, meminta maaf,

berpapasan dengan orang lain, menegur pegawai, sapaan awal, dan hal

lainnya. Mappatabe ini bermakna menghargai, beretika, bermoral, dan suatu

hal yang sakral.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti

memberikan beberapa saran kepada:

1. Masyarakat Bugis

Masyarakat Bugis tetap mempertahankan kebudayaannya yang

telah diwariskan budaya leluhur dan diharapkan para generasi muda dapat

melestarikan kebudayaannya, khususnya mappatabe. Mappatabe ini

mengandung nilai-nilai kesopanan yang sangat penting diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Sebagai wariasn budaya sudah menjadi kewajiban

untuk merawat dan melestarikan kebudayaan suku Bugis Kecamatan

Kajuara.

2. Pihak Pemerintah

Agar tetap mendukung serta mengawasi segala ketentuan adat

mappatabe dan berperan aktif menjaga, memelihara, mengembangkan

adat tersebut. Selain itu pemerintah dan masyarakat diharapkan untuk

saling menjaga hubungan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga interaksi

antar beberapa pihak dapat berjalan dengan baik.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Page 76: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Hasil penelitian ini dapat digunakan referensi untuk mengadakan

penelitian yang sejenis tentang tradisi masyarakat Kecamatan Kajuara

dalam pembahasan yang lebih luas.

Page 77: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

DAFTAR PUSTAKA

Another Brem D Ruben dan Lea P. Steward, Comunication adn Human behavior (

USA Alyn and Bacon, 2005.

Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung:

Simbiosa Rekatama.

Arifin, Anwar. 2006. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Bungi, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Djajasudarma, Fatimah. 2016. Semantik 2 Relasi Makna Paradigmatik,

Sintagmatik, dan Diravasional. Bandung: Refika Aditama.

Efenddy, Uncjana Onong. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Elly, Kama & Ridwan Effendi. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Endaswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Junil, Andi. (27 Juli 2013). Sejarah Bugis Bone. http://productforums.google.com.

Html, 29 Januari 2018

Kartono. 2010. Pengertian Observasi. Bandung: Alfabeta.

Khaerul. (12 Maret 2015). Nilai Luhur Budaya Mappatabe Suku Bugis Sebagai

Sikap Pangadereng. http://jendela-seni.blogspot.co.id. Html, 29

Januari 2018.

Kila, Andi. (03 Januari 2016 ). Budaya Tabe dalam Masyarakat Bugis.

http:/andikilawati.blog.spot.co.id. Html, 06 Juli 2018.

Koentjaningrat.2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. PT. Raja Grafindo Persada.

Page 78: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Mattulada. H. A. Demokrasi dalam Perspektif Budaya Bugis-Makssar. Dalam

Najid, dkk (Ed). Demokrasi dalam Perspektif Budaya Nusantara.

Mufid. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Mursyid. 2016. Tradisi Mappatabe Masyarakat Bugis Kecamatan Pulau Sembilan

Kabupaten Sinjai. UINAM.

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : PT. Pelangi Aksar.

Perlas, Christian. Manusia Bugis ( Jakarta : forum – Paris Ecole Francaise

d’Exterme-Orient, 2006.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Rahim, R. 2004. Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis. Makassar. Universitas

Hasanuddin.

Ranjabar, Jacobus, 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Ratih, Rina. 2016. Teori dan Aplikasi Semiotik Michael Riffaterre. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Saussure, Ferdinand De. 2010. Harapan atas Semiotika. Jakarta: Kamal.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2005. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

.2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Page 79: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Vlekke, Bernardd. 2010. Nusantara Sejarah Indonesia, Jakarta: Gramedia.

Winda, Finny Wahyuni, 2012. Makna Simbolik dalam Pernikahan Masyarakat

Buduy dengan Pendekatan Etnografi. Unisba.

Page 80: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

RIWAYAT HIDUP

Husnawati. Dilahirkan di Baruttung Desa Waetuo kecamatan

Kajuara Kabupaten Bone pada tanggal 19 September 1996, dari

pasangan Ayahanda Abidin dan Ibunda Naida. Penulis masuk

sekolah dasar pada tahun 2002 di SD/INP Negeri 3/77 Bulu

Tanah Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone dan tamat tahun 2008, masuk di

SMP SMP Negeri 2 Kajuara tahun 2008 dan tamat tahun 2011, msuk SMA di

SMA Negeri 1 Kajuara tahun 2011 dan Tamat tahun 2014. Pada tahun yang sama

(2014) penulis melanjutkan pendidikan pada program Strata Satu (S1) Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan tahun 2018 penulis

menyusun sebuah karya ilmiah yang berjudul makna simbolik tradisi mappatabe

masyarakat Bugis Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone.

Page 81: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Orang Tua

1. Bagaimana pandangan Bapak tentang tradisi Mappatabe?

2. Kapan Mappatabe mulai dijadikan tradisi di masyarakat kajuara?

3. Menurut Bapak, bagaimana proses komunikasi simbolik pada Mappatabe

!

Mengapa orang yang melakukan mappatabe harus membungkuk setengah

badan?

Page 82: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

4. Bagaimana makna tradisi Mappatabe bagi masyarakat Kajuara?

5. Pola asuhan keluarga sangat mempengaruhi keawetan budaya tabe dalam

masyarakat Bugis.

Menurut Bapak, apakah anak-anak di lingkungan kecamatan Kajuara,

masih memiliki sikap Mappatabe?

Untuk Anak-anak

1. Apakah adek kenal dengan istilah mappatabe?

2. Pentingkah mappatabe menurut adek?

3. Pernah melakukan mappatabe?

KORPUS DATA

No. Data Penelitian Terjemahan Makna Keterangan

1. mappatabe Meminta izin Apabila

seseorang

hendak

meminta

Andi Upe

Songeng,

budayawan

Page 83: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

pertolongan

kepada orang

lain,

hendaknya

meminta izin.

2. Sipakatau Sifat yang tidak

saling membeda-

bedakan

Semua orang

memiliki

derajat yang

sama, harus

saling

menghargai

dan

menghormati.

Andi Upe

Songeng,

budayawan

3. sipakainge Sifat saling

mengingatkan

Apabila ada

diantara kita

yang

melakukan

kesalahan ,

hendaknya

harus saling

mengingatkan

Andi Upe

Songeng,

budayawan

4. sipakalebbi Sifat manusia

yang selalu ingin

Mengingat

segala

Andi Upe

Songeng,

Page 84: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

dihargai kebaikan

orang lain

dan

melupakan

segala

kesalahannya

budayawan

5. Tabe alanga

penne, pa eloka

manre

Tolong,

ambilkan saya

piring, karena

saya mau makan

Tabe dalam

hal meminta

pertolongan

Risna, SMA

6. Tihiranga baja

bukuku tabe

Santi, pa eloka

pakei baja

Tolong bawakan

buku saya,

karena saya mau

menggunakannya

Meminta

tolong kepada

orang lain

dengan

bahasa yang

lembut tanpa

ada maksud

memerintah

Risna, SMA

7. Tabe ceddi

puang, eloka

jekka

Permisi, maaf

saya ingin lewat

Dia meminta

izin kepada

orang lain

agar diberi

sedikit ruang

Bahar, orang

tua

Page 85: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

untuk

berjalan

8. Tabe ndi

Makessing

kayana ro,

kumaele-eleki

engka

Maaf, mungkin

lebih baik kalau

anda lebih cepat

dating

Menegur

pegawai

tanpa harus

menyakiti

hatinya

Andi

Mappaningsong,

Guru

9. tabe anakku,

lao-laoki

massikola, na

engka metoha

taisseng, ajana

pada iya dekke

gaga sikolau

Tolong anakku,

pergilah di

sekolah agar

kamu memiliki

pengetahuan,

cukup saya yang

tidak bersekolah

Permohonan

kepada sang

anak, agar

anak ini mau

datang ke

sekolah.

Hakim, Tokoh

agama

10 Kuengka tau

mupeddiri wata

kalena, na

demuakkajjai,

illau dampekko.

Kalau kamu

menyakiti

anggota badan

seseorang

dengan tidak

sengaja, maka

minta maaflah.

Saat

melakukan

kesalahan,

hendaknya

meminta

maaf. Agar

orang lain

mau

memaafkan

Sudirman, tokoh

masyarakat.

Page 86: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

kamu

11. Tabe ma,

kirinanga doi,

pa engka elo

kuhaja na

cappuni doiku

Mama, tolong

kirimkan saya

uang

Seorang anak

yang

meminta

uang, dengan

cara yang

halus.

Andi Indah,

Mahasiswa

DAFTAR NAMA INFORMAN

N

O

Nama

Pekerjaan

Alamat

Lama Domisili

1. Abdul Hakim Pemuka

Agama

Baruttung, Desa

Waetuo

52 Tahun

Page 87: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

2. Andi

IndahSary

Mahasiswa Kawerrang, Desa

Abumpungeng

21 Tahun

3. Sudirman Tokoh

masyarakat

Buhu, Desa Waetuo 37 Tahun

4. Andi

Mappaningso

ng, S.Pd.,

M.Pd.

Guru Lemo, Desa Lemo 51 Tahun

5. Bahar, S. Pd. Orang tua Baruttung, Desa

Waetuo

51 Tahun

6. Andi Upe

Songeng

Budayawan Kelurahan Awang

Tangka

65 Tahun

7. Fajar Siswa Lappa Mancelling,

Desa Buareng

13 Tahun

8. Santi Siswa Cangkano, Desa Bulu

Tanah

17 Tahun

DOKUMENTASI

Page 88: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Gambar seorang anak yang sedang mappatabe (meminta izin untuk lewat)

Gambar Wawancara dengan Informan:

Wawancara dengan Bapak Abdul hakim (Tokoh Agama) 25 Juli 2018

Page 89: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Wawancara dengan Bapak Bahar (orang tua) 25 juli 2018

Wawancara dengan Andi Upe Songeng (budayawan) 20 Juli 2018

Page 90: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Wawancara dengan Sudirman (tokoh masyarakat), 20 Juli 2018

Wawancara dengan Andi Mappaningsong (Guru) 19 Juni 2018

Page 91: MAKNA SIMBOLIK TRADISI MAPPATABE MASYARAKAT ...2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami makna simbolik

Wawancara dengan Fajar (siswa SMP) 30 Juni 2018