makna simbolik jenis dan fungsi ragam hias rumah …
TRANSCRIPT
MAKNA SIMBOLIK JENIS DAN FUNGSI RAGAM HIAS RUMAH ADAT
TONGKONAN DESA SA’DAN KECAMATAN BALUSU
KABUPATEN TORAJA UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Muhammad Paisyal Ramli
NIM 10541 00348 10
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
MAKNA SIMBOLIK JENIS DAN FUNGSI RAGAM HIAS RUMAH ADAT
TONGKONAN DESA SA’DAN KECAMATAN BALUSU
KABUPATEN TORAJA UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Muhammad Paisyal Ramli
NIM 10541 00348 10
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
:MaknaSimbolikJenisdanFungsiRagamHiasRumahAdatTon
gkonanDesaSa’danKecamatanBalusuKabupatenToraja Utara
Mahasiswa yang bersangkutan:
Nama : MUHAMMAD PAISYAL RAMLI
NIM : 10541 00348 10
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Setelahdiperiksadanditeliti,
makaskripsiinitelahmemenuhipersyaratandanlayakuntuk di ujikan.
Makassar November 2015
Disetujui oleh
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. H. Abdul Kahar Wahid Drs. Benny Subiantoro, M. Sn.
NIP. 1301628755 NIP. 19540525 198203 1 002
Diketahui:
Dekan FKIP Ketua Program Studi
Unismuh Makassar Pendidkan Seni Rupa
Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum. Andi Baetal Mukaddas,S.Pd., M.Sn.
NBM. 858 625 NBM. 431 879
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Skripsi
:MaknaSimbolikJenisdanFungsiRagamHiasRumahAdatTon
gkonanDesaSa’danKecamatanBalusuKabupatenToraja Utara
Nama : MUHAMMAD PAISYAL RAMLI
NIM : 10541 00348 10
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Setelah diperiksa danditeliti,
makaskripsiinitelahmemenuhipersyaratandanlayakuntuk di ujikan.
Makassar November 2015
Disetujui oleh
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. H. Abdul Kahar Wahid Drs. Benny Subiantoro, M. Sn.
NIP. 1301628755 NIP. 19540525 198203 1 002
Diketahui:
Dekan FKIP Ketua Program Studi
Unismuh Makassar Pendidkan Seni Rupa
Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum. Andi Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn.
NBM. 858 625 NBM. 431 879
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad PaisyalRamli
Stambuk : 10541 00348 10
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Judul Skripsi : MaknaSimbolikJenisdanFungsiRagamHiasRumahAdatTongkonan
DesaSa’dan KecamatanBalusuKabupatenToraja Utara
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli
karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan
ini tidak benar.
Makassar, November 2015
Yang Membuat Pernyataan
Muhammad PaisyalRamli
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad PaisyalRamli
Stambuk : 10541 00348 10
Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun
sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang
telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti butir 1,2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, November 2015
Yang Membuat Perjanjian
Muhammad PaisyalRamli
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukur-sukurnya yang boleh direbut oleh
manusia ialah menundukan diri sendiri. ( Ibu Kartini )
“Maha suci Engkau. Dunia ini bagaikan samudera tempat banyak ciptaan-ciptaanNya
yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menybut nama Allah sebagai
kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu ,
logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu
dan sabar sebagai jangkar dalam setiap badai dan cobaan”. ( Ali bin Abi thalib ra )
Perjuangan merupakan
pengalaman
berharga yang dapat
menjadikan kita
manusia yang berkualitas.
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua
orangtuaku,
saudaraku , sahabatku yang selalu setia mendukung
serta nasihatnya yang menjadi jembatan perjalanan
hidupku.
vii
ABSTRAK
MUHAMMAD.PAISYAL.RAMLI. 105410034810. 2015. “Makna Simbolik Jenis dan
Fungsi Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu
Kabupaten Toraja Utara”. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data akurat makna
simbolik jenis dan fungsi ragam hias ruamah adat Tongkonan Layuk di Desa Sa’dan
Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara. Penelitian ini bersipat deskriptif, yakni berusaha
mengungkapkan makna simbolik jenis dan fungsi ragam hias rumah adat Tongkonan di Desa
Sa’dan, dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan adanya beberapa bentuk ragam hias rumah
adat Tongkonan antara lain Pa’barre Allo, Pa’bulu Londong, Pa’tedong , Pa’bombo Uai,
Pa’sekong Kandaure, Pa’erong, Pa’re’po Sangbua, Pa’tedong Tumuru, Pa’tangke Lumu’,
Pa’takku pare, Pa’barra’barra’. Kesemua jenis ragam hias rumah adat Tongkonan
(tongkonan layuk) tersebut memiliki makna dan simbol-simbol tertentu bagi pemilik rumah
adat tersebut.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .......................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
D. Manfaat Hasil Penelitian ...................................................... 4
E. Sistematika Penulisan .......................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka ...................................................................... 6
B. Kerangka Pikir ...................................................................... 31
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian .................................................. 32
B. Variabel dan Desain Penelitian ............................................ 33
C. Definisi Overasional Variabel .............................................. 34
D. Objek dan Subjek Penelitian ................................................ 35
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 35
F. Teknik Analisis Data ............................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 37
A. Penyajian Hasil Penelitian ................................................... 37
B. Pembahasan .......................................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 51
A. Kesimpulan ........................................................................... 51
B. Saran ..................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................... 54
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... 61
xi
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Rumah Adat Tongkonan .................................................................. ̀ 12
Gambar 2. Rumah Adat Nangroeh Aceh Darrusalam ........................................... 15
Gambar 3. Rumah Adat Sumatra Barat................................................................. 15
Gambar 4. Rumah Adat Bengkulu ......................................................................... 6
Gambar 5. Rumah Adat Betawai ......................................................................... 16
Gambar 6. Rumah Adat Bali ................................................................................. 17
Gambar 7. Rumah Adat Kalimantan Barat ........................................................... 17
Gambar 8. Rumah Adat Sulawesi Utara .............................................................. 18
Gambar 9. Rumah Adat Sulawesi Tengah .............................................................. 18
Gambar 10. Rumah Adat Gorontalo ....................................................................... 19
Gambar 11. Rumah Adat Bugis Makassar ............................................................. 19
Gambar 12. Rumah Adat Bola Soba Kab. Bone ..................................................... 20
Gambar 13. Rumah Adat Polewali Mandar ............................................................ 20
Gambar 14. Ragam Hias Pada Bubungan Atas Rumah Adat Bantaeng ................ 25
Gambar 15. Ragam Hias Pada Jendela Rumah Adat barru ..................................... 25
Gambar 16. Ragam Hias Pada Bubungan Atap rumah adat jeneponto ................... 25
Gambar 17. Ragam Hias Pada bubungan Atap Rumah Adat Kajang ..................... 26
Gambar 18. Ragam Hias pada bubungan Atap Rumah Adat Selayar ..................... 26
Gambar 19. Ragam Hias pada Rumah Adat Bulukumba ....................................... 26
Gambar 20. Ragam Hias Pa’bulu londong .............................................................. 34
Gambar 21. Ragam Hias Pa’tedong ........................................................................ 35
Gambar 22. Ragam Hias Pa’kapu baka................................................................... 36
Gambar 23. Ragam Hias Pa’bombo uai .................................................................. 36
xiv
Gambar 24. Ragam Hias Pa’sekong kandaure ........................................................ 37
Gambar 25. Ragam Hias Pa’tangke Lumu ............................................................ 37
Gambar 26. Ragam Hias Pa’daun Bolu ................................................................. 38
Gambar 27. Tampak Depan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ...................... 51
Gambar 28. Tampak Depan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ..................... 51
Gambar 29. Tampak Samping Kiri Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan .......... 52
Gambar 30. Tampak Samping Kiri Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan .......... 52
Gambar 31. Tampak Samping Kanan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ...... 52
Gambar 32. Tampak Samping Kanan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ....... 53
Gambar 33. Tampak Belakang Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ................. 53
Gambar 34. Tampak Belakang Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan ................. 53
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah
melimpahkan rahmat, nikmat dan segala karunia-Nya. Atas perkenan-Nya pula
sezarrah kuasa-Nya ini dinisbikan dari ketiadaan, sebagai suatu ujian, pelajaran dan
menjadi satu ruas jalan penghambaan diri ini untuk selalu bersyukur atas segala
anugerah yang diberikan. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Salam kemuliaan bagi kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad SAW., sebagai
suri teladan umat hingga akhir zaman, yang telah memberi pencerahan kepada umat
manusia untuk ke luar dari peradaban jahiliah dan memegang teguh Islam di dalam
kehidupan ini. Semoga tercurah pula untuk keluarga, para sahabat, serta pengikut
beliau hingga akhir zaman.
Skripsi yang ideal, seperti yang sering kita dengar bahwa sedikit banyak
seharusnya bisa menunjukkan siapa kita, dan apa saja yang telah kita peroleh selama
sekian tahun kuliah. Setelah melalui proses panjang kuliah di Program Studi
pendidikan Seni Rupa tentunya memiliki kemampuan tersendiri dalam menggambar.
Oleh karena itu penulis mencoba membuat skripsi ini sebagai sebuah karya “seni
lukis” untuk memudahkan proses penyusunannya. Ilustrasi yang tentunya sejalan
dengan studi khusus yang pernah menjadi tugas terberat penulis sebelum terjun pada
penulisan skripsi. Sebagai sebuah karya “seni lukis” seharusnya, di skripsi ini
tertuang ide-ide penulis sesuai dengan pengalaman seni, persepsi penulis dalam
ix
memaknai kehidupan, dan mengandung warna-warna yang penulis sukai, yang
sekaligus dapat menggambarkan ciri dan karakter “seni lukis” penulis.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik
moril maupun materiil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud. Hanya Allah
Subehanahu Wa Ta’ala yang dapat membalas kebaikan dan bantuannya. Oleh karena
itu, secara khusus dalam lembaran ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Allah SWT. Terima kasih kepada orang-orang yang penulis hormati dan cintai, yang
telah bersedia membiarkan dirinya menjadi jalan kehendak-Nya bagi penulis menjadi
cermin untuk lebih mengenal dan memperbaiki diri, yang tetap berani berkata benar
dan jujur sekalipun menyakitkan, menuntun penulis dalam membentuk fondasi yang
benar untuk berjalan mengabdi pada-Nya, dengan segala hormat khususnya kedua
orang tua Ramli dan Ruhati yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan,
mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula,
penulis mengucapkan terima kasih kepada adik tersayang Muh.Fahrul dan
Muh.Farhan, kakanda Rati, S.S., para keluarga yang tidak hentinya memberikan
motivasi, dan kepada Drs. H. Abdul Kahar Wahid selaku pembimbing I dan Drs.
Benny Subiantoro, M.Sn. pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan
serta motivasi sejak awal penulisan skripsi ini dengan sepenuh hati.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada; (1) Dr. H. Irwan
Akib, M. Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, (2) Dr. A.
Syukri Syamsuri, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
x
Universitas Muhammadiyah Makassar, (3) Andi Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn.,
selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Rupa, dan (4) Muhammad Thahir, S.
Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Seni Rupa, serta seluruh dosen dan
staf dalam lingkup Program Studi Pendidikan Seni Rupa.
Dan, orang-orang spesial yang dihadirkan-Nya dalam kehidupan penulis,
untuk mengajari penulis mensyukuri anugerah kehidupan dengan mencoba berani
terjun ke dalamnya tanpa perlu banyak berkata-kata, terima kasih kepada sahabat-
sahabat terdekat penulis, keluarga besar kelas C rekan-rekan mahasiswa Program
Studi Pendidikan Seni Rupa Unismuh Makassar, Sahabat, (intuisi team work),
Sahabat Seni Rupa (ex-project), serta sahabat di kontrakan Pao-Pao beserta rekan-
rekan lainnya yang tidak sempat disebutkan seluruhnya, dari anda semualah penulis
belajar tersenyum tulus dan tetap bersyukur dalam menjalani hidup pemberian-Nya.
Tidak akan cukup terima kasih penulis buat anda semua. Semoga Allah SWT,
Sang Maha Pemberi, yang selama ini memenuhi harapan dan keinginan penulis
dengan kebijaksanaan-Nya, ke-Pemurahan-Nya, ke-Maha kayaan-Nya, dan kasih
sayang-Nya berkenan menggantinya berlipat ganda dengan sesuatu yang lebih baik.
Amin.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar mencapai hasil yang sebaik-
baiknya, namun penulis menyadari bahwa ini bukanlah karya “seni lukis” terbaik
penulis karena ketidaksesuaian dengan target dan jadwal penyelesaian serta tidak
xi
semua ide berhasil tertuang ke dalam “kertas”. Tentunya karya ini masih sangat jauh
dari tingkat masterpiece. Untuk itu kritik dan saran yang membangun penulis
harapkan demi perbaikan yang akan datang. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Makassar, 28 November 2015
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan masing-masing yang dijadikan
sebagai pedoman dalam melangsungkan aktivitas di dalam kehidupannya. Apabila
masyarakat tidak mampu menjaga dan melestarikan kebudayaannya maka secara
perlahan kebudayaan tersebut akan pudar dan berangsur-angsur menghilang. Hal
tersebut bisa dipengaruhi oleh modernisasi yang semakin mengglobal. Namun,
solidaritas yang sangat kuat dalam kebudayaan masyarakat tersebut bisa
mempertahankan Tradisi atau adat yang diyakini. (Lumowah Benny,1978:12)
Rumah adat Tongkonan peninggaalan suku Toraja yang merupakan
rumah adat masyrakat Toraja atapnya melengkung menyerupai perahu atau tanduk
kerbau terdiri atas susunan bambu, dibagian depan terdapat deretan tanduk kerbau
sedangkan di bagian bawah digunakan sebagai kandang kerbau memiliki keunikan
bentuk tersendiri.
Hampir semua suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan memiliki
interpretasi simbolik terhadap Rumah Adat, diantaranya adalah dimaknainya
rumah tidak hanya sebagai tempat tinggal semata, tetapi rumah juga memiliki
fungsi komunikatif terhadap status sosial dari si pemilik rumah kepada orang lain.
Bagian-bagian rumah yang paling sering memiliki simbol komunikatif status
sosial si pemilik terdapat pada bentuk tangga (baik ukuran maupun jumlah anak
tangganya), besaran rumah,bentuk atap, jendela dan berbagai ukiran dan
aksesoris yang melekat di dalam maupun di luar rumah. Dengan melihat bagian-
t
2
bagian rumah yang ada maka siapapun (baik orang Toraja sendiri, orang luar
ataupun peneliti) yang memiliki nilai budaya dari hasil internalisasi seperti yang
dimiliki oleh orang Toraja akan dengan mudah mengetahui status kebangsawanan
seseorang. Setiap orang tidak diperkenangkan membuat rumah dengan mengambil
simbol-simbol status sosial orang lain, jika tidak memiliki garis genealogis atas
garis keturunan yang tegas dengan status sosial yang termaknai dalam bentuk
rumah, maka hal tersebut diposisikan sebagai suatu bentuk pelanggaran adat dan
akan dikenakan sanksi, karena hal tersebut telah diatur (meminjam istilah
muhannis ) aturan adat . (Lumowah Benny,1978:12)
Rumah dalam terminologi Toraja disebut dengan banua. Namun banua
dewasa ini menjadi bahasa umum yang mencoba ditarik kewilayah tanpa kelas,
kecuali pada generasi sosial yang didasarkan pada ekonomi. Padahal ada dua
istilah penyebutan untuk tempat tinggal yang didalamnya memiliki makna status
sosial. Banua lebih diartikan sebagai Rumah menurut cerita dari mulut ke mulut
bentuk rumah yang sekarang ini adalah bentuk keempat dari perkembangannya.
Bentuk rumah yang pertama adalah Banua pandokodena’. rumah ini bentuknya
agak bundar dengan dinding terbuat dari daun-daunan dan atapnya terbuat dari
rumput seperti sarang burung pipit, dari bentuk inilah kemudian dikenal dengan
sebutan Pandoko kena, yang berarti Pandoko (kubu) Dena’ (burung pipit). Ada
juga cerita yang beredar bahwa rumah-rumah ini pada mulanya juga tergantung
seperti sarang burung dan dari sinilah ada juga menyebutnya Banua di toke’.
Tetapi sampai beberapa jauh hubungan kedua bentuk rumah ini dengan
kedatangan dan asal usul nenek moyang suku ini masih perlu pengkajian yang
lebih dalam.
3
Banua lentonga’pa adalah bentuk lanjutan rumah di Toraja. Lentong
berarti tiang, sedang Apa’ berarti empat jadi artinya rumah tiang empat yang
artinya rumah ini sudah menggunakan empat tiang meski dinding masih daun-
daun dan atap rumput. Bentuknya tetap segi empat persegi panjang, Banua
lentongapa’ ini kini lebih banyak digunakan untuk kandang ternak. Bersamaan
dengan timbulnya bentuk rumah ini masyarakat Toraja mulai mengenal peralatan
logam. Diperkirakan jaman ini di Toraja kedatangan suku bangsa yang berpindah
dari semenanjung Indo Cina, hal ini jelas sekali terlihat dari ciri-ciri kepercayaan
yang berkembang yang dikenal dengan nama “AlukTodolo”. .(Lumowah
Benny,1978:14)
Perkembangan selanjutnya adalah Banua Tamben yang bangunannya
terdiri adanya kayu-kayu yang disusun berselang seling dalam bentuk empat
persegi panjang. Semua sisi bangunan ini sudah dibangun dari kayu yang diselang
seling, jadi tidak lagi dari daun-daunan, hanya atapnya saja yang masih dibuat dari
rumput.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis berkeinginan
untuk meneliti “Makna Simbolik Jenis dan Fungsi Ragam Hias Rumah Adat
Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara”.
Penelitian ini mencoba untuk mengulas secara mendalam tentang makna, jenis
dan fungsi ragam hias rumah adat tongkonan layuk Desa Sa’dan Kecamatan
Balusu Kabupaten Toraja Utara.
4
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut,
dapat diuraiakan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana jenis ragam hias Rumah Adat Tongkonan Layuk di Desa
Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara ?
2. Bagaimana fungsi ragam hias Rumah Adat Tongkonan Layuk di Desa
Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara ?
3. Apa makna simbolik ragam hias Rumah Adat Tongkonan Layuk di
Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini
bertujuan memperoleh data akurat, jelas dan benar atas masalah yang dirumuskan,
Secara terperinci tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan fungsi ragam hias Rumah Adat Tongkonan
Layuk di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu’ Kabupaten Toraja Utara.
2. Untuk mendeskripsikan bentuk ragam hias Rumah Adat Tongkonan
Layuk di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara.
3. Untuk mendeskripsikan makna simbolik ragam hias Rumah Adat
Tongkonan Layuk di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten
Toraja Utara.
5
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi peneliti
a. Peneliti ingin menambah pengetahuan dan wawasan tentang ragam hias.
b. Peneliti dapat memberikan petunjuk adanya makna, jenis dan fungsi ragam
hias..
2. Bagi Mahasiswa
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan refrensi di
bidang seni, khususnya seni rupa.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sebagai data awal untuk
melakukan penelitian yang lebih berkualitas tentang seni rupa.
3. Bagi lembaga Universitas Muhammadiyah Makassar
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penelitian-penelitian selanjutnya.
b. Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Makassar khususnya jurusan seni rupa, dalam menentukan langkah kedepan
mencapai tujuan yang diinginkan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa hal yang merupakan landasan teori yang dijadikan bahan
dalam penelitian ini, mengingat hal tersebut maka keseluruhan hasil penelitian
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dengan demikian berguna untuk
dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam mencari titik permasalahan seputar
objek penelitian yang relevan dengan objek penelitian.
Sebagai dasar penelitian ini penulis mengutip teori atau pendapat yang
berhubungan dengan penelitian yaitu:
1. Pengertian Makna dan Simbol
a. Pengertian Makna
Menurut Aryadin (2014:17) Makna adalah arti atau maksud yang
tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengn bendanya sangat bertautan dan saling
menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau
keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu ( Tjiptadi,
1984:19 )
Sedangkan menurut Poerwadarminta (1978) Makna arti atau maksud
suatu tulisan atau gambar.
7
b. Pengertian Simbol
Kata “simbol” berasal dari kata Yunani yaitu “symbolos” yang berarti tanda atau
ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang.
Menurut Bahari dalam Suandi (2009: 109) simbol adalah suatu tanda di
mana hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang
berlaku umum atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama (konvensi).
Menurut Said dalam Suandi (2004: 5). simbol adalah tanda yang
diwujudkan sebagai bentuk visual bagi sesuatu makna tertentu yang abstrak, yang
bersifat komunikatif bagi masyarakat tertentu, namun tidak bagi masyarakat lain.
Hal ini mengandung pengertian bahwa simbol dalam masyarakat tidak dapat
dilepaskan dari ketentuan normatif dalam kesatuan sosial masyarakat tersebut
(kecuali untuk beberapa simbol yang universal yang telah dipergunakan secara
meluas dikalangan masyarakat lain).
2. Rumah Adat Tongkonan
Rumah adat Toraja dikenal dengan sebutan Tongkonan memiliki
keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah adat dari suku yang lain
(Sumatera dan Kalimantan). Tongkonan merupakan rumah adat yang berbentuk
rumah panggung dari kayu. Kolong di bagian bawah rumah biasanya dipakai
sebagai kandang kerbau, babi atau ternak. Bentuk atap rumah tongkonan
melengkung dan dilapisi ijuk hitam. Rumah tongkonan yang berdiri berjejer akan
mengarah ke Utara dengan ujung atap yang runcing ke atas melambangkan
leluhur mereka yang berasal dari Utara. (Lumowah:1978). Bagaimana sebenarnya
arsitektur dari rumah panggung khas suku Toraja ini?
8
Rumah adat Toraja dengan manusia dan bumi sangat eratnya sehingga
cara dan waktu pembangunan memerlukan peraturan tertentu, yang semuanya
berhubungan erat dengan ajaran Aluk Todolo. Dari bentuknya yang selalu harus
persegi panjang dan tidak dapat dirobah sampai cara pemasangan kayu (silongko)
yakni perpotongan kayu yang saling mengait dan kayu (siamma’) yang
merupakan pemasangan kayu di atas ke dalam kayu yang di bawahnya dengan
ketentuan tidak boleh memakai paku ataupun pasak.
Hal-hal yang harus diperhatikan dan menjadi patokan dasar pada
pembangunan rumah adat Toraja adalah:
1 Rumah harus selalu berbentuk persegi empat panjang.
2 Bangunan rumah harus selalu menghadap ke Utara.
3 Bangunan rumah harus dibangun serasi dengan peralatan yang
merupakan pelengkap atau hiasan seperti pemasangan ukiran-ukiran.
4 Ukuran panjang,lebar dan tinggi bangunan harus seimbang sesuai dengan
adat dan dalam penentuan ukuran lebar bangunan harus ditetapkan lebih
dulu.
5 Semua kayu yang digunakan, sewaktu akan menentukan letaknya selalu
harus menjaga dan memperhatikan pangkal kayu dan ujung kayu.
Berikut ini adalah bagian-bagianutama pada rumah adattongkonan :
a. Garopang, yakni tiang induk padabanguanan yang ditempatkan ditiap
sudut bangunan sebagai tempat perpotongan semua sulur dan dikenal
dengan nama sulur, dan umumnya untuk sebuah bangunan seperti Banua
TallungLanta’ semuanya berjumlah 8 buah dengan ukuran :
9
Ujung bagian bawah (pangkal atau pokok) 22 x 22 Cm. Ujung bagian
atas (penghujung) 20 x 20 Cm. Tinggi tiang maksimum 3,25
b. LentongAlla’ atau Lentong Bamban yakni tiang yang ada antara tiang
gero pada semua sisi bangunan termasuk tiang depan dan belakang yang
seluruhnya berjumlah 23 tiang,dengan ukuran : Ujung bagian bawah
(pangkal atau pokok) 22 x 20 Cm. Ujung bagian atas (penghujung) 20 x
18 Cm. Tinggi tiang maksimum 3,25 M
c. Tulak Somba, yakni tiang penopang yang berada di ujung Utara dan
ujung Selatan bangunan diberi nama Longa berukuran : Ujung tiang
bagian atas (penghujung) 20 x 20 Cm. Ujung bagian bawah (pangkal atau
pokok) 35 x 35 Cm. Tinggi 7,00 M sampai 8,00
Tiang-tiang tersebut dihubungkan oleh kayu yang mempunyai arti sangat
penting karena merupakan kunci kekuatan berdirinya tiang-tiang tersebut. Kayu
ini yang jumlahnya 3 buah setiap susunan dikenal dengan sebutan Sulur dan di
beri nama Roroan ada dua macam yang semuanya bertemu pada tiang garopang,
masing-masing yang pendek berada di Utara dan Selatan bangunan dengan yang
panjang di sisi atau sebelah Timur dan Barat bangunan membujur dari Utara ke
Selatan berukuran :
a) RoroanLembe’ yakni sulur yang menghubungkan tiang pada sisi
bangunan menjulur dari Utara ke Selatan : tebal 18 x 4 Cm, panjang 10
M, jumlah seluruhnya 6 batang
10
b) Roroan Baba yakni sulur yang menghubungkan tiang-tiang pada bagian
Utara dan Selatan (muka dan belakang) bangunan membujur dari Timur
ke Barat : Tebal 18 x 4 Cm. Panjang 5 M. Jumlah seluruhnya 6 batang
Ujung tiang dihubungkan oleh balok-balok yang membujur Timur ke Barat dan
melintang Utara ke Selatan dikenal dengan sebutan :
a. TangdanLambe’ kayu yang melintang dari Utara ke Selatan berukuran
tebal 20 x 8 Cm. Panjang 9,50 M. Iumlah 4 batang
b. Pata’ yakni balok yang berukuran lebih besar dari TangdanLambe’
lainnya berukuran : Tebal 20 x 15 Cm. Panjang 9,50 M
Jumlah kedua bentuk kayu ini adalah 4 batang sehingga seluruhnya berjumlah 8
batang sedangkan kayu yang membujur dari Timur ke Barat berjumlah 12 batang
disebut Tangdan Baba berukuran : Tebal 20 x 8 Cm. Panjang 4,50 M
Gambar1.Rumah adatTongkonandi Bonoran, Kecamatan Sanggalangi,
Kabupaten Toraja Utara
(www.Kebudayaan Indonesia.net)
Mengapa orang Toraja suka dengan arsitektur rumah yang memiliki
kolong?.Tongkonan adalah rumah adat dengan ciri rumah panggung dari kayu dan
kolong di bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau.Atap rumah
dilapisi ijuk hitam dan bentuknya melengkung persis seperti perahu
11
telungkup.Ada juga yang mengatakan bentuknya seperti tanduk kerbau.Sekilas
mirip bangunan rumah gadang di Minang atau Batak.
Sebenarnya bukan karena itu, kolong rumah adat di Toraja dipakai
sebagai kandang kerbau,babi atau ternak sebagai penanda jika ada musuh yang
datang. Struktur rumah adat Tongkonanberdasarkan elemen-elemen bangunan
rumah sebagai berikut:
a. Tandok,adalah bagian depan rumah Tongkonan. Tondok digunakan
sebagai tempat ruang tidur keluarga.
b. Sali’, terletak di bagian tengah rumah Tongkonan. Sali’ digunakan
sebagai tempat berkumpul dengan keluarga juga digunakan sebagai
dapur dan tempat untuk pembuatan kerajinan tangan.
c. Sumbu, terletak di bagian belakang rumah Tongkonan. Biasanya Sumbu
digunakan sebagai tempat barang atau sebagian kamar untuk orang tidur
(mayat)
3. Bentuk Rumah Adat
a. Pengertian Bentuk Rumah Adat
Menurut Situmorang (2008: 34) bentuk adalah sebuah istilah inklusif
yang memiliki beberapa makna. Ia dapat merujuk pada penampilan eksternal yang
dapat dikenali, seperti kursi atau tubuh manusia yang mendudukinya. Ia juga bisa
secara tidak langsung merujuk pada suatu kondisi khusus dimana sesuatu
bertindak atau memanifestasikan dirinya sendiri, misalnya ketika kita
membicarakan tentang air di dalam bentuk es atau uap.
12
Darsono dalam Meisar Ashari (2013: 4) menjelaskan bahwa bentuk ada
dua macam, yang pertama adalah bentuk visual (visual forms), yaitu bentuk fisik
dari sebuah karya seni atau kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni
tersebut. Selanjutnya adalah bentuk khusus (special forms), yaitu bentuk yang
tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai yang dipancarkan oleh
fenomena bentuk fisik terhadap tanggapan kesadaran emosional.
Berdasarkan beberapa defenisi, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan bentuk rumah adat adalah keseluruhan konstruksi bangunan
mulai dari atap, badan rumah, sampai pada tiang-tiang dan tangga rumah dengan
bentuknya yang khas dan dilengkapi dengan berbagai jenis ragam hias.
b. Bentuk-Bentuk Rumah Adat di Nusantara
Setiap wilayah di Nusantara memiliki corak kebudayaannya masing-
masing. Keberagaman tersebut melahirkan karya-karya yang beragam pula, salah
satunya rumah adat. Berikut ini gambar-gambar bentuk rumah adat di Nusantara:
Gambar 2. Rumah adat Nangro Aceh Darussalam (Krong Bade)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
13
Gambar 3. Rumah adat Sumatra Barat (Rumah Gadang)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 4. Rumah adat Bengkulu (Rumah Rakyat)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
14
Gambar 5. Rumah adat Betawi (Rumah Kebaya)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 6. Rumah adat Bali (Rumah Gapura)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
15
Gambar 7. Rumah adat Kalimantan Barat (Istana Kesultanan Pontianak)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 8. Rumah adat Sulawesi Utara (Rumah Pewaris)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
16
Gambar 9. Rumah adat Sulawesi Tengah (Rumah Tambi)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com)
Gambar 10. Rumah adat Gorontalo (Dolohupa)
Sumber: (http://senibudaya12.blogspot.com
c. Bentuk Rumah Adat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
Rumah adat yang terdapat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat pada
dasarnya memiliki kesamaan konsep struktur bangunan meskipun dari segi bentuk
berbeda. Gambar-gambar berikut merupakan beberapa jenis rumah adat yang
terdapat di Sulawesi Selatan maupun di Sulawesi Barat,
17
Gambar 11. Rumah adat Bugis Makassar (Balla lompoa), Sulawesi Selatan
Sumber: (Foto Wandi, 2014)
Gambar 12. Bola Soba Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan
Sumber: (Foto Abdi, 2015)
Gambar 13. Rumah Adat Polewali Mandar
Sumber: (Foto Abdi, 2015)
18
4. Pengertian Ragam Hias
a. Pengertian Ragam Hias
Pengertian ragam hias menurut Gustami S.P adalah :
Ragam hias ialah tiap bentuk yang merupakan komponen produk seni yang
ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan atau untuk
menambah indahnya suatu barang sehingga lebih bagus dan menarik. (1980 : 27).
Menurut Kasiyan ragam hias mempunyai istilah lain yakni ornamen.
Perkataan ornamen berasal dari kata “Ornare” (bahasa latin) yang berarti
menghiasi. Ornamen adalah setiap hiasan bergaya geometrik atau yang lainnya,
yang dibuat pada suatu bentuk dasar darihasil kerajinan tangan dan arsitektur.
a. Fungsi Ragam Hias
Sebagai sebuah karya seni, ragam hias pada rumah adat Toraja
merupakan wujud produk kesenian masa lampau. Sebagai sebuah warisan
kebudayaan fisik, wujud ragam hias merupakan manifestasi ekspresi masyarakat
setempat dalam menata pranata sosial lingkungannya. Secara teoritis keberadaan
ragam hias sebagai karya seni pada rumah adat mempunyai tiga macam fungsi,
seperti yang dikemukakan oleh Edmund B.Feldman dalam Meisar Ashari(2013:
19-20) yaitu meliputi, fungsi personal, fungsi sosial, dan fungsi fisik.
1). Fungsi Personal (personal functions).
Gambar visual ditulis dengan didahului bahasa sebagai alat
komunikasi.Akan tetapi, seni melampaui komunikasi informasi, tetapi
juga mengungkapkan seluruh dimensi kepribadian manusia, atau
psikologis, keadaan tertentu. Seni adalah lebih dari simbol standar dan
tanda-tanda yang digunakan karena pembentukan unsur-unsur, seperti:
garis, warna, tekstur, mengirim subliminal makna luar informasi dasar.
Keberadaan unsur-unsur ini memberikan maksud dan makna kepada artis
dan penonton.
19
2). Fungsi Sosial (social functions)
Seni melakukan fungsi sosial jika: (1) mempengaruhi kelompok manusia;
(2) hal ini dibuat untuk dapat dilihat atau digunakan dalam situasi umum;
(3) ini menggambarkan aspek-aspek kehidupan bersama oleh semua
sebagai lawan jenis pengalaman pribadi.
3). Fungsi Fisik (physical functions)
Seni dalam ikatan “fungsi fisik” merujuk pada benda-benda yang dibuat
untuk digunakan sebagai alat atau wadah.Sebagai sebuah contoh, pada
desain industri, mereka menciptakan benda industri, yang dibuat dan
dijual untuk konsumen. Seni saling berhubungan dan bertanggung jawab
terhadap cakupan wilayah atau lingkungan, baik tampilannya dan cara
kerjanya. Selanjutnya di sini, seni berarti lebih daripada menghiasi atau
memperindah pada pengertian dasarnya.
Konsepsi terhadap ketiga fungsi keberadaan karya seni tersebut menjadi
sebuah rujukan untuk dapat memahami dan menjelaskan ragam hias pada rumah
adat Mandar.
b. Jenis Relief Ragam Hias
Jenis-jenis relief ragam hiasseperti yang dijelaskan oleh Meisar Ashari
(2013:72) ada 5 jenis relief, antara lain, (1) relief rendah (low relief; stacciato
relievo), (2) relief sedang (bas relief; bassa relivo), (3) relief tinggi (high relief;
alto relivo), (4) relief cekung (uncreaux relief), dan (5) relief terawang atau
tembus (a your relief).
1). Relief Rendah (low relief; stacciato relievo)
Relief rendah adalah golongan jenis relief yang teknis pengerjaannya
menggunakan teknik yang sederhana dan termasuk tidak memiliki
tingkat kerumitan, sebab menampilkan jenis pola yang berupa garis, baik
garis lengkung maupun garis lurus. Jenis relief rendah umumnya
dimanfaatkan pada tepi motif ragam hias, yaitu sebagai perantara pola
motif satu dengan pola motif lainya.
20
2). Relief Sedang (bas relief; bassa relivo)
Relief sedang merupakan jenis relief yang tingkat kerumitannya sesuai
dengan desain, namun teknis pengerjaan tidak serumit relief tinggi
sehingga jenis relief sedang ini banyak diaplikasikan pada jenis motif
atau pola yang umum dijumpai.
3). Relief Tinggi (high relief; alto relivo)
Pola-pola motif yang digunakan juga tergolong pola yang rumit
sehinggaimplementasinya banyak didapatkan sebagai penggabungan
jenis-jenis relief seperti, relief rendah, sedang, dan cekung. Untuk itu
jenis relief tinggi tergolong jenis relief yang tingkat kerumitannya
lebih sulit dibanding dengan jenis relief lainnya sebab pada teknis
pengerjaannya lebih menonjol jika dibandingkan dengan relief sedang
4). Relief Cekung (uncreaux relief)
Jenis relief cekung dimanfaatkan sebagai pendukung pola-pola hias
yang rumit dan terlihat lebih sulit dan menarik.
5). Relief Terawang (a your relief)
Disebut relief terawang karena gambarnya menembus bidang datar,
sehingga berupa lubang-lubang gambar atau terawangan.
Kelima jenis relief tersebut adalah jenis-jenis relief yang diaplikasikan
pada ragam hias untuk merealisasikan ide serta gagasan berdasarkan pola dan
motif hias.Merealisasikan bentuk dan struktur ragam hias akan berdasar pada pola
dan motif, begitu juga dalam merealisasikan pola atau motif hias akan
menyesuaikan jenis pola yang akan digunakan.
21
c. Motif dan Pola Ragam Hias
Motif dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam ragam hias, motif
merupakan bentuk dasar dalam penciptaan atau perwujudan bentuk ragam hias.
Sedangkan pola merupakan hasil susunan atau pengorganisasian dari motif-motif
tertentu dalam bentuk dan komposisi tertentu pula.
Secara umum, ragam hias dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu ragam
hias organis dan ragam hias inorganis. Ragam hias organis menurut Guntur
dalam Meisar Ashari (2013: 82-83) adalah jenis ragam hias yang dalam tampilan-
tampilannya menggunakan elemen-elemen atau organ-organ hayati, baik yang
berasal dari tanaman, binatang, maupun manusia. Selanjutnya, ragam hias
inorganis adalah perwujudan ragam hias yang bersumber dari fenomena alam
yang tidak hidup (Nirhayati), yaitu tampak seperti, awan, bintang, bulan,
matahari, sungai, karang dan lain-lain.
Dalam ragam hias, pola merupakan bentuk pengulangan motif, artinya
sejumlah motif yang diulang-ulang secara struktural dipandang sebagai pola. Jika
sebuah motif misalnya berupa sebuah garis lengkung, kemudian diatur dalam
ulangan tertentu, maka susunannya akan menghasilkan suatu pola, yaitu
merupakan penyebaran garis dan warna dalam ulangan tertentu(Ashari, 2013: 77-
78).
22
Berikut beberapa jenis ragam hias yang terdapat pada rumah adat, yaitu:
Gambar 14. Ragam hias pada bubungan atap rumah adat Bantaeng
Sumber: (Foto Abdi, 2015)
Gambar 15. Ragam hias pada bagian jendela rumah adat Barru
Sumber: (Foto Abdi, 2015)
Gambar 16. Ragam hias pada bubungan atap rumah adat Jeneponto
Sumber: (Foto Abdi, 2015)
23
Gambar 17. Ragam hias pada bubungan atap rumah adat Kajang
Sumber: (Foto Abdi, 2015)
Gambar 18. Ragam hias pada bubungan atap rumah adat Selayar
Sumber: (Foto Abdi, 2015)
Gambar 19. Ragam Hias pada rumah adat Bulukumba
Sumber: (Foto Abdi, 2015)
24
B. Kerangka Pikir
Macam-macam bentuk rumah adat dapat ditemui diseluruh penjuru
Nusantara, dan memiliki ciri-ciri dan kekhasan yang berbeda-beda. Bentuk yang
dibuat tidak hanya untuk kegiatan adat, tetapi mengandung makna–makna yang
menjadi acuan kebudayaan setempat. Bentuk rumah adat merupakan simbol yang
memiliki arti tertentu, dan tidak hanya untuk tempat kegiatan ritual belaka, tetapi
juga untuk kebutuhan lain yang berhubungan dengan ekstetika kegiatan kegiatan
sosial.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk rumah adat tidak hanya sebagai
tempat kegiatan ritual saja tetapi mengandung makna simbolik tertentu, namun
disetiap daerah mungkin memiliki arti yang berbeda-beda mengenai arti dari
bentuk rumah adat tersebut, hal ini disebabkan karena perbedaan kejiwaan,
kepercayaan, maka dari itu tidak menutup kemungkinan ada yang sama dan ada
yang tidak dalam cara memandang bentuk rumah adat tersebut atau makna
simboliknya.
Berdasarkan uraian dan tinjauan pustaka, maka dibuat skema yang
dijadikan sebagai kerangka pikir.
25
Skema 2.1. Kerangka Pikir
Jenis Ragam Hias
Rumah Adat
Tongkonan
Makna Simbolis
Ragam Hias Rumah
AdatTongkonan
Hasil Penelitian
Rumah
AdatTongkon
an
Fungsi Ragam Hias
Rumah Adat
Tongkonan
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yang artinya
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti
berperan sebagai instrumen kunci. (Sugiyono, 2011 : 15). Dalam arti lain yakni
bagaimana cara memberikan pemaparan suatu objek berdasarkan kenyataan yang
ada mengenai Makna Simbolik Jenis dan Fungsi Ragam Hias Rumah Adat
Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu’ Kabupaten Toraja Utara.
Denzin dan Lincoln (Moleong, 2006: 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode
yang ada. Teknik yang digunakan dalam memilih sumber data informan dalam
penelitian, yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2011:219). Adapun bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
(Descriptive Research), yaitu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan
situasi tertentu berdasarkan data yang diperoleh secara terperinci sesuai
permasalahan yang ditetapkan dalam penelitian ini (Moleong, 2006).
27
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu’
Kabupaten Toraja Utara.
B. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel
Dalam Kamus Bahasa indonesia (1999:459) variabel merupakan variasi,
berubah-ubah, bermacam-macam; berbeda-beda sesuai standar. Dari sini penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa variabel yang dimaksud adalah apa saja yang
ingin diteliti didalam penelitian ini. Adapun variabelnya adalah sebagai berikut:
a. Jenis ragam hias rumah adat Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan
Balusu Kabupaten Toraja Utara
b. Makna simbolik fungsi dan bentuk ragam hias ruamah adat Tongkonan
Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara
2. Desain Penelitian
Seperti yang kita ketahui bahwa fungsi dari desain penelitian adalah
untuk mengatur setting penelitian dan sebagai kerangka acuan dalam
penelitian.Maka dari itu untuk membuat penelitian ini menjadi mudah dan baik
haruslah memiliki desain penelitian yang baik pula.Adapun desain penelitian ini
sebagai berikut:
28
Skema 3.1 Desain penelitian.
C. Definisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas ruang lingkup variabel, penulis mengemukakan
definisi sebagai acuan di dalam mengumpulkan data. Definisi yang dimaksud
sebagai berikut:
1. Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan.
Bentuk ragam hias yang dimaksudkan adalah keseluruhan ragam hias
yang digunakan pada bangunan baik ragam hias berfungsi aktip seperti tiang,
atap maupun ragam hias yang berfungsi pasif berupa ukiran-ukiran yang
melekat pada dinding dari tiap bangunan.
Makna Simbolis Ragam Hias
Rumah Adat Tongkonan
Jenis Ragam Hias Rumah
Adat Tongkonan
Penyajian Data
Analisis Data
Kesimpulan
Pengumpulan Data
Fungsi Ragam Hias Rumah
Adat Tongkonan
29
2. Fungsi Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan.
Fungsi ragam hias yang dimaksud adalah keseluruhan ragam hias yang
ada pada stuktur bangunan rumah adat Tongkonan.
3. Makna simbolis yang terkandung pada struktur bangunan Tongkonan
yang meliputi atap dari setiap senti seluruh ragam hias yang ada pada
rumah Tongkonan yang menjadi objek peneliti.
D. Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran atau permasalahan yang akan
diteliti. Objek dari penelitian ini adalah Makna Simbolik Jenis dan Fungsi Ragam
Hias Rumah Adat Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten
Toraja Utara adalah tokoh masyarakat, ketua adat yang diyakini mengetahui
permasalahan yang akan diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menyangkut cara yang dilakukan dalam
mengumpulkan informasi dalam kaitannya dengan penelitian. Teknik yang
digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penjelasan ketiga teknik ini diuraikan sebagai berikut:
1. Teknik observasi
Teknik ini digunakan dengan cara mendatangi subjek yang akan diteliti
dan mengamati secara langsung subjek yang akan diteliti tersebut, guna
mendapatkan data yang akurat dan pasti
2. Teknik wawancara
Dalam teknik ini penulis akan mengadakan dialog langsung dengan
subjek yang akan diteliti, dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang akan
30
dijawab langsung oleh narasumber yang diteliti, di mana penulis akan
memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian dan hal–hal
lain yang dianggap penting oleh penulis. Narasumber yang akan diwawancarai
adalah tokoh masyarakat di desa sa’dan.
3. Studi Dokumentasi
Pada teknik ini penulis akan melakukan pemotretan, pencatatan dan
sketsa gambar, guna dapat mengambil gambar tentang objek yang diteliti, dan
kemudian akan disesuaikan dengan data – data apa saja yang dibutuhkan di dalam
penelitian ini
F. Teknik Analisis Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
mengenaiyaitu Makna Simbolik Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Desa
Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja yaitu:
1. Data hasil observasi, Interview/wawancara dan dokumentasi
dikumpulkan dan diperiksa kembali.
2. Menganalisis permasalahan yang ada serta menyusun kembali untuk
dikaji lebih lanjut.
3. Mengadakan kategorisasi data dan membuat kriterianya baik data yang
diperoleh melalui observasi, wawancara, maupun hasil dokumentasi.
4. Teknik analisis data adalah non statistik atau analisis kualitatif karena
data yang terkumpul merupakan data kualitatif.
5. Memaparkan kajian tersebut kedalam uraian secara deskripsi.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi terdapat banyak jenis ragam hias yang
terdapat pada rumah adat tongkonan layuk. Namun dalam penelitian ini hanya
ragam hias yang bersifat sakral saja diantaranya ragamhias Pa’Bulu Londong, Pa’
Tedong, Pa’kapu Baka, Pa’ bombouai, Pa’sekongkandaure, Pa’tangke lumu’,
Pa’daun bolu, Pa’daun bolu.
1. Jenis Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Desa Sa’dan Kecamatan
Balusu Kabupaten Toraja Utara
a. Ragam Hias Pa’Bulu Londong bulatan warna merah, putih, hitam dan kuning
menyatu membuat bentuk keindahan yang terdapat pada ragam hias Pa’Bulu
Londong warna dari motipnya merupakan penggabungan antara lingkaran dan
garis. Bentuk dari ragam hias ini seperti sayap serangga yang tersusun rapi juga
terlihat seperti daun.
Gambar 20. Ragam Hias Pa’ bulu londong
Sumber: Hasil penelitian
b. Ragam Hias Pa’ Tedong sangat indah dilihat dari segi pencampuran
antara warna merah, kuning dan hitam karena Pa’ Tedong ini adalah
32
gambar kerbau. Bentuknya sangat floral dan rapi untuk dilihat dari
segi gaya dapat dilihat bahwa Pa’ Tedong ini seperti kerbau yang
memiliki dua mata Ragam Hias Pa’ Tedong sangat indah dilihat dari
segi pencampuran.
Gambar 21. Ragam Hias Pa’ tedong
Sumber: Hasil Penelitian
c. Ragam Hias Pa’kapu Baka dari segi warna ragam ini sangat bagus dan
menarik gradasi warnanya dan indah sehingga memunculkan sesuatu
karya yang menarik serta hiasan seperti warna putih menjadikan ragam
hias ini menjadi sangat unik. Bentuk dari Pa’kapu Baka yaitu
geometris yang berbentuk layaknya segi empat, bentuknya
menggambarkan pencampuran antar bentuk lengkung serta bentuk
lurus.
33
Gambar 22. Ragam Hias Pa’kapu Baka
Sumber: Hasil Penelitian
d. Ragam Hias Pa’ bombouai sangat unik karena memiliki nama bombo
artinya binatang air. Garis-garisnya besar dan lengkungannya jelas.
Gambar 23. Ragam Hias Pa’bombouai
Sumber: Hasil Penelitian
34
e. Ragam Hias Pa’sekongkandaure dari segi bentuk ragam hias ini
memiliki bentuk yang sangat unik dilihat karna memiliki garis-garis
yang tersusun rapi menyerupai labirin.
Gambar 24. Ragam Hias Pa’sekongkandaure
Sumber: Hasil Penelitian
f. Ragam Hias Pa’tangke lumu’ motif ukiran ini menyerupai tumbuhan
laut yang tumbuh saling berkaitan dan tak terputus. Dari segi warna
ragam hias Pa’tangke lumu’ sangat mengesankan karena adanya
gradasi warna merah dan putih yang saling mengikat satu sama lain,
warna emas yang menjadi daya tarik tersendiri pada ragam hias ini
Gambar 25. Ragam Hias Pa’tangkelumu’
Sumber: Hasil Penelitian
35
g. Ragam Hias Pa’daun bolu dalam bahasa toraja berarti daun bolu
(sirih) dari segi bentuk ragam hias ini sangat unik memiliki garis
warna merah yang melengkung dan warna putih yang menyerupai
daun sirih.
Gambar 26. Ragam Hias Pa’daun bolu
Sumber: Hasil Penelitian
Kesemua jenis atau bentuk ragam hias pada tiap-tiap bagian rumah adat
Tongkonan di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara yang telah
disebutkan satu-persatu, menandakan bahwa rumah adat Tongkonan di desa
tersebut secara khusus dan Kabupaten Toraja Utara memiliki kekayaan jenis
ukiran setiap jenis ukiran yang terdapat di setiap rumah adat Tongkonan memiliki
warna dan karakter yang mewakili dinamika kehidupan masyarakat.
36
2. Fungsi Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Desa Sa’dan Kecamatan
Balusu Kabupaten Toraja Utara
Berdasarkan hasil wawancara terhadap narasumber pada tanggal 04
November 2015 maka dapat disimpulkan bahwa ragam hias yang terdapat di
rumah adat tongkonan Desa Sa’dan memiliki tiga macam fungsi yakni fungsi
personal, fungsi social dan fungsi fisik.
- Menurut Suriah fungsi ragam hias untuk memperindah rumah adat Tongkonan.
(fungsi fisik)
- Menurut Lius Suba fungsi ragam hias untuk membedakan status sosial
masyarakat dan sebagai penghormatan terhadap leluhur. (fungsi sosial)
- Menurut Markus Anton fungsi ragam hias untuk melambangkan kekuatan dan
kesuburan. (fungsi personal)
- Menurut Sarung Allo fungsi ragam hias untuk memperindah dan memiliki
makna yang bersumber dari adat istiadat, agama maupun system sosial. (fungsi
fisik dan fungsi sosial)
3. Makna Simbolik Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan di Desa Sa’dan
Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara
Mengenai makna ragam hias rumah adat tongkonan di Desa Sa’dan
Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara berikut ini penulis terlebih dahulu
menyebutkan nama Tongkonan dan pemiliknya sebagai sampel penelitian ini
sebagai berikut:
- Tongkonan Layuk atas nama Suriyah dan Sa’bulompo
Berikut ini akan diuraikan mengenai makna yang terkandung pada tiap-tiap jenis
ukiran atau ragam hias pada bagian-bagian rumah adat tongkonan sebagai status
sosial masyarakat sebagai berikut:
- Pa’buluLondong :Bermakna melambangkan keperkasaan dan
kearifan.(Gambar 28. Halaman 37)
- Pa’ Tedong: Memiliki dua makna yakni; 1. Melambangkan kesejahteraan
bagi masyarakat Toraja 2. Rumpun keluaraga diharapkan dapat
menternakkan kerbau. (Gambar 29. Halaman 38)
37
- Pa’ Kapu baka. Makna sebagai tanda harapan agar keluarga senantiasa
hidup rukun, damai sejahtera, bersatu padu bagaikan harta benda yang
tersimpan dengan aman dalam sebuah bakul. (Gambar 30. Halaman 39).
- Pa’bomboUai: Memiliki dua makna yakni; 1.Kita (manusia) harus cepat
bekerja, tepat waktu dan membawa hasil yang baik. 2. Manusia harus
mempunyai keterampilan dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan
sehingga dapat memberikan hasil yang berlipat ganda dan memuaskan
semua pihak. (Gambar 31. Halaman 38)
- Pa’sekongKandaure: Mengandung makna agar keturunan atau anak cucu
kiranya agar selalu hidup dalam kebahagiaan bagaikan cahaya dari
perhiasan tersebut (kandaure). (Gambar 32. Halaman 40)
- Pa’tangkeLumu’ : Makna diharapkan agar kaum keluarga, anak cucu
turun-temurun senantiasa berada dalam mata rantai yang tak terpisahkan,
dan saling bersalahan pendapat serta saling berjauhan dalam kehidupan
sehari-hari bagi kaum keluarga adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji.
(Gambar 33. Halaman 40)
- Pa’daun Bolu : Menurut kepercayaan yang masih menganut paham
alukTodolo, merupakan simbol bagi manusia agar selalu mendapat
perlindungan dan berkat dari penciptanya. (Gambar 34. Halaman 41)
Demikianlah uraian dari keseluruhan bentuk ragam hias rumah adat
Tongkonan yang memiliki makna dari tiap bagiannya.Sehingga dengan demikian,
bahwa keanekaragaman bentuk ragam hias rumah adat Tongkonan di desa
tersebut juga menandakan adanya keanekaragaman makna baik berupa nasehat,
larangan maupun himbauan yang diukirkan pada setiap bagian rumah adatnya.
B. Pembahasan
Sebagai hasil penelitian pada penyajian analisis data maka telah
didapatkan sejumlah data mengenai Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan di Desa
Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara.
1. Jenis Ragam Hias
Adapun jenis ragam hias yang terdapat di rumah adat Tongkonan desa
Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara memiliki nama atau sebutan
sesuai dengan arti dan makna yang terkandung pada tiap-tiap ukiran atau ragam
hias tersebut. Jenis ragam hias tersebut antara lain Pa’barre Allo,
38
Pa’buluLondong, Pa’tedong, Pa’bomboUai, Pa’sekongKandaure, Pa’erong,
Pa’re’poSangbua, Pa’tedongTumuru, Pa’tangkeLumu’, Pa’takku Pare, Pa’
barra’barra’.
Kesemua jenis ragam hias yang telah disebutkan di atas memiliki motif
menyerupai benda-benda baik yang terdapat di alam, maupun sebagai hayalan
menurut kepercayaan orang Toraja. Sehingga dengan demikian, keanekaragaman
jenis ragam hias yang terdapat pada tiap-tiap bagian rumah adat Tongkonanakan
menambah nilai seni yang juga menjadi simbol-simbol tertentu berdasarkan
makna yang terkandung di dalamnya.
2. Fungsi Ragam Hias
Fungsi ragam hias yang terdapat di rumah adat Tongkonan desa Sa’dan
Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara memiliki fungsi sebagai untuk
menambahkan nilai estetik berdasarkan status sosial pemilik rumah adat
bersumber dari adat istiadat, maupun sistem sosial. Sedangkan fungsi ragam hias
rumah adat daerah lain hanya sebagai wujud fisik suatu bangunan.
3. Makna Ragam Hias
Penduduk atau suku asli yang mendiami Tanah Toraja sejak dahulu
dikenal berasal dari Toraja Selatan Atau Toraja Sa’dan atau Toraja Tae’. Di dalam
mengatur sandi-sandi kehidupan dan kebudayaan dahulu kala orang Toraja dalam
masyarakat mengenal empat statifikasi atau pelapisan masyarakatnya yang disebut
tana’ yaitu:
- Tana’ Bulaan: yaitu lapisan bangsawan tinggi di
Tallulembangnadisebut Puang.
39
- Tana’ Bassi: yaitu lapisan bangsawan menengah di
Tallulembangnadisebut Tomakaka.
- Tana’ Karurung: yaitu lapisan kebanyakan di
Tallulembangnadisebut kaunan.
- Tana’ Kuakua: yaitu lapisan terendah di Tallulembangnadisebut tai
manuk.
Hal ini sampai sekarang tercermin pada ragam hias yang terdapat pada
tiap-tiap bagian rumah adatnya.Masyarakat yang berada pada statifikasi pertama
dan kedua mutlak memiliki ragam hias pada rumah adatnya.Masyarakat yang
berada pada statifikasi ketiga boleh menghiasi rumah adatnya dengan ukiran atau
ragam hias, boleh juga tidak menghiasinya.Tetapi masyarakat yang berada pada
statifikasi keempat tidak boleh mengukir atau menghiasi rumah adatnya.Sehingga
dengan demikian, nampaklah perbedaan status sosial masyrakat yang tercermin
pada bangunan rumah adat yang mereka miliki.
Ada beberapa ragam hias ruamah adat Toraja tetapi berdasarkan hasil
penelitian di Sa’dan hanya memiliki beberapa jenis ragam hias. Ragam hias
adalah bercorak dekoratif. Artinya ragam hias terdiri dari goresan warna yang bila
tak memiliki goresan atau memiliki warna artinya adalah lukisan di atas kayu.
Makna yang terkandung pada tiap-tiap rumah adat Toraja (Tongkonan) di
Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara mengandung berbagai
lambang atau simbol baik berupa nasehat, larangan, perintah maupun pemberi
motivasi dalam kehidupan. Hal ini disebutkan di Tana Toraja dahulu hingga
sekarang menganut aliran kepercayaan yang disbut “AlukTodolo”. Kepercayaan
ini bagi masyarakat Toraja dijadikan cerminan kehidupannya. Sehingga makna
40
yang terkandung pada penggambaran setiap jenis ragam hias rumah adatnya
biasanya berpatokan pada aliran kepercayaannya serta berbagai hal yang berkaitan
pada gerak-geriknya dalam kehidupan sehari-hari hingga persiapannya menuju ke
alam arwah atau biasa disebut “Puya”.
Disamping makna yang terkandung pada tiap-tiap bentuk ragam hias
rumah adatnya, terdapat pula makna yang terkandung pada warna yang
dimilikinya. Warna-warna yang dimiliki pada ragam hias rumah adat Tongkonan
ada empat macam yakni: warna merah yang bermakna darah orang Toraja dengan
ungkapan berani mempertahankan kebenaran, warna kuning yang bermakna
kebangsawanan orang Toraja, warna putih yang bermakna mengingatkan bagi
orang Toraja supaya tidak melanggar Aluk(aturan-aturan dalam masyarakat), dan
warna hitam yang bermakna perjalanan hidup manusia (khususnya orang Toraja
dalam kedukaan atau kesedihan).
Dengan adanya berbagai makna yang terkandung pada tiap-tiap bagian
rumah adat Toraja memiliki nilai tersendiri bagi pemiliknya dan memiliki
keunikan serta rasa seni yang tinggi bagi yang melihatnya, baik wisatawan manca
negara maupun para wisatawan domestik.
Warna yang digunakan hanya terdiri atas empat macam yang
mengandung arti empat asal manusia yakni manusia berasal dari tanah (warna
hitam), berasal dari api (warna merah), berasal dari air (warna kuning), berasal
dari udara atau angin (warna putih). Warna-warna itu diperoleh dari bahan
alami.Misalnya warna putih dari batu kapur, warna merah dari tanah merah,
warna kuning juga dari tanah sedangkan warna hitam campuran dari jelaga
dengan tuak cuka (ballo).
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang ragam hias rumah adat
Tongkonan Layuk Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jenis ragam hias rumah adat Tongkonan yang terdapat di Desa Sa’dan
Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara antara lain Pa’barre Allo
(menyerupai bulatan matahari), Pa’bulu Londong(menyerupai bulu ayam
jantan), Pa’tedong (menyerupai kepala kerbau), Pa’bombo Uai
(menyerupai binatang yang larinya bagaikan angin di air), Pa’sekong
Kandaure (menyerupai manik-manik), Pa’erong (menyerupai peti mati),
Pa’re’po Sangbua (menyerupai garis siku-siku), Pa’tedong Tumuru
(menyerupai kerbau yang duduk di dalam air sambil kepalanya muncul di
permukaan), Pa’tangke Lumu’(menyerupai cabang lumut), Pa’takku pare
(menyerupai padi yang runduk), Pa’barra’barra’ (menyerupai beras
yang banyak)
2. Fungsi ragam hias rumah adat Tongkonan yang terdapat di Desa Sa’dan
Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara berdasarkan pendapat
narasumber yakni untuk menambahkan nilai estetis dan sebagai simbol
status sosial pemilik rumah adat.
42
3. Makna yang terkandung pada tiap-tiap rumah adat Toraja (Tongkonan)
yang terdapat di Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja
Utara. Mengandung berbagai lambang atau simbol, baik berupa nasehat,
larangan, perintah maupun berbagai pemberi motivasi dalam kehidupan
ini. Adanya berbagai makna yang terkandung dalam tiap ukiran Toraja
menandakan adanya perbedaan status sosial masyarakatnya.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas maka melalui
penelitian ini disarankan:
1. Kepada pemerintah daerah Toraja Utara, kiranya senantiasa
menghimbau masyarakat Tana Toraja pada umumnya dan masyarakat
Dsa Sa’dan pada khususnya, agar selalu menjaga kelestarian budaya,
memprioritaskan pembangunan dibidang kepariwisataan dmi member
motivasi wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Kepada
pemilik rumah adat Tongkonan agar senantiasa menjaga dan
memperbaiki kelestarian rumah adatnya demi menjaga kelestarian
budaya leluhurnya.
2. Kepada Mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan pendidikan seni
rupa, agar hasil penelitian ini menjadi bahan informasi untuk
dipelajari.
43
DAFTAR PUSTAKA
Alexnova-Alex.Blogspot.Com//Rumah Adat// di Sulawesi
Selatan.(Online).Diakses tanggal 24 Agustusr 2015.
Aryadi, 2014. Kajian Bentuk “Uma Jompaa” Desa Ndano Na’e Kecamatan
Donggo Kabupaten Bima. Proposal. Makassar. FKIP UNISMUH
Makassar.
Gustami, S.P 1980. Seni Ornamen Indonesia, Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia
Jogjakarta: ASRI.
Hamid, Abu. 1986.Bingkisan budaya Sulawesi Selatan. Makassar: Antropologi
Universitas Negeri Hasanuddin.
Ixe.11. Blog Spot. Com // Pengertian Adat. (Online) diakses tanggal 24 Agustus
2015.
Kebudayaan Indonesia.Com // Rumah Adat Tongkonan // di Sulawesi Selatan
(Online) diakses tanggal 24 Agustus 2015.
Lumowah Benny. 1978. Anjungan Sulawesi Selatan”TONGKONAN” (Rumah
Adat Toraja). Jakarta: PT AKSARA BARU.
Lysen, A. 1976. Individu dan Masyarakat. Bandung : Sumur Bandung.
Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Suntingan pusat
Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Jakarta: Balai Pustaka.
Rumpe.1999. Ragam Hias Rumah Adat Toraja (Tongkonan dan Lumbung)
Sebagai Simbol Status Sosial Masyarakat Desa Kesu’ Kecamatan
Sanggalangi’ Kabupaten Tana Toraja.Makassar : FSD Universitas
Negeri Makassar.
Siti Nur Aryani. Oposisi Pasca Tradisi. Islam Agama Perlawanan.(Online),
diakses tanggal 24 Agustus 2015.
Suandi. 2015. Analisis bentuk bangunan dan ragam hias rumah adat Mandar di
Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Proposal.
Makassar. FKIP UISMUH Makassar.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo
Prasada
Sugiyono. 2011. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Alfabeta
44
Syamsuri,Sukri. A, dkk. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar:
FKIPUNISMUH Makassar.
Tasikuban .wordpress. Com /…/ Pengertian Tradisi 30 November 2012. (Online)
diakses tanggal 24 Agustus 2015.
Wojowasito S.1999. “Kamus Bahasa Indonesia(Edisi Revisi). C.V. Pengarang.
Malang
45
LAMPIRAN-LAMPIRAN
46
FORMAT WAWANCARA
Wawancara ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data dalam
penelitian yang berjudul “Makna Simbolik Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan
Desa Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara”.
Adapun proses pertanyaan dalam format wawancara yang akan diajukan
oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Rumah adat Tongkonan ?
2. Bagaimana cara pembuatan Rumah adat Tongkonan ?
3. Bagaimana jenis pemilihan jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan
Rumah adat Tongkonan?
4. Berapa jumlah tiang yang dipakai dalam pembuatan Rumah adat Tongkonan
?
5. Apakah ada maknanya mengapa dibagian depan Rumah Adat Tongkonan
terdapat tanduk kerbau ?
6. Mengapa atap rumah Adat Tongkonan harus berbentuk melengkung ?
7. Apa yang dipakai dalam pembuatan atap rumah Adat Tongkonan ?
8. Ada berapa jenis ragam hias Rumah Adat Tongkonan ?
9. Apasaja makna simbolis dan ragam hias Rumah Adat Tongkonan ?
10. Pewarna apakah yang dipakai dalam pembuatan ragam hias Rumah Adat
Tongkonan ?
47
DAFTAR RESPONDEN
1. Nama Lengkap : Suriah
Umur : 51 thn
Agama : Kristen
Pekerjaan : Tani / Tokoh Masyarakat
Waktu Wawancara : 06 November 2015
2. Nama Lengkap : Lius Suba
Umur : 45 thn
Agama : Kristen
Pekerjaan : Tani / Pengrajin
Waktu Wawancara : 07 November 2015
3. Nama Lengkap : Markus Anton
Umur : 35 thn
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pembuat Ragam Hias
Waktu Wawancara : 07 November 2015
4. Nama Lengkap : Sarung Allo
Umur : 63 thn
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pembuat Rumah Adat Tongkonan
Waktu Wawancara : 07 November 2015
48
STUDI DOKUMENTASI
Gambar 39. Tampak depan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan
(Foto Muh.Paisyal.Ramli,06 November 2015)
Gambar 40. Tampak depan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan
(Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)
49
Gambar 41. Tampak samping kiri Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan
(Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)
Gambar 42. Tampak samping kiri Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan
(Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)
Gambar 43. Tampak samping kanan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan
(Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)
50
Gambar 44. Tampak samping kanan Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan
(Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)
Gambar 45. Tampak belakang Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan
(Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)
Gambar 46. Tampak belakang Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan
(Foto Muh.Paisyal.Ramli, 06 November 2015)
51
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Paisyal Ramli, disapa Ical lahir di Enrekang pada
tanggal 17 Januari 1991. Penulis merupakan anak kedua dari
empat bersaudara dari pasangan Ramli dan Ruhati. Penulis
memulai jenjang pendidikan di SD Negeri 5 Pasui pada tahun
1997, selesai pada tahun 2003, di tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan SMP Negeri 2 Baraka, selesai di tahun 2006, kemudian melanjutkan
pendidikan MAN 1 Baraka, tamat pada tahun 2009. Pada tahun 2010, penulis
tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Sejak
menjadi mahasiswa, penulis aktif berkarya seni lukis dan telah menyelesaikan
studi khusus, berpameran di Warkop 27 Boss Lompoa pada bulan Juni tahun
2015 bersama lima perupa lainnya dengan tema Intuisi.
Atas dasar keyakinan yang kuat kepada sang pencipta serta do’a dan restu
ayah dan ibu tercinta bersama saudara, keluarga, teman-teman, penulis dapat
berkarya dalam bentuk tulisan yakni: menyusun skripsi yang berjudul “Makna
Simbolik Jenis dan Fungsi Ragam Hias Rumah Adat Tongkonan Layuk Desa
Sa’dan Kecamatan Balusu Kabupaten Toraja Utara”.