makna simbolik dalam upacara perkawinan adat bugis …

105
i MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS BONE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh INDRA JAYA NIM 10538330515 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI DESEMBER, 2019

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

i

MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA

PERKAWINAN ADAT BUGIS BONE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

INDRA JAYA

NIM 10538330515

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

DESEMBER, 2019

Page 2: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

ii

Page 3: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

iii

Page 4: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

iv

Page 5: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“MOTTO”

“Menyeberkan cinta sebab aku percaya hukum kembali”

“PERSEMBAHAN”

Sujud syukur kepadaMu ya Allah, Tuhan yang Maha Agung dan Maha Tinggi . atas

izinMu saya bisa menjadi pribadi yang berfikir, berilmu, beriman dan bersabar.

Dengan itu maka kupersembahkan karya 9ini untuk:

Ibundaku Hj. Sumarni, yang telah melahirkan, merawat, mencukupkan

inginku tanpa pamrih sekalipun, serta memberiku kasih sayang hingga pada

usia ini, terima kasih tiap bait-bait doa mu demi kebaikanku di dunia hingga

pada singgasana kelak.

Ayahanda Telu, S,Sos., terima kasih atas kasih sayang yang berlimpah serta

mengajariku prinsip hidup bahwa kau adalah anak laki-laki maka kau harus

berjuang dan terus giat belajar sebab kau akan menjadi seorang pemimpin.

Keluargaku, terima kasih telah memberiku semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Dosen Pembimbing, Dr. Muhammad Nawir, M.Pd pembimbing I dan

Sam’un Mukramin, S.Pd., M.Pd, II, yang selalu memberikan arahan,

bimbingan dan selalu sabar melayani setiap seya melakukan bimbingan

mulai dari proposal hingga penyelesaian skripsi.

ABSTRAK

Page 6: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

vi

Indra Jaya, 10538330515.Makna Simbolik Dalam Upacara Perkawinan Adar

Bugis Bone. Skripsi, Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh Muhammad

Nawir sebagai pembimbing I dan Sam’un Mukramin sebagai pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui dan menemukan tahapan

dalam proses perkawinan adat Bugis Bone. (2) Untuk mengetahui simbol-simbol

yang terdapat dalam upacara perkawinan adat Bugis Bone.

Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan kurang

lebih 2 (dua) bulan di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Adapun pengumpulan

data primer dalam penelitian ini yaitu dengan observasi, wawancara dan

dokumentasi dan informan yang ditentukan oleh penulis atau peneliti. Sedangkan

data skunder melalui artikel, dokumen, jurnal, buku referensi, situs di internet yang

berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

Pemilihan informan dengan cara teknik bola salju (snowball

sampling). Teknik ini digunakan untuk mencari informan secara terus menerus dari

satu informan ke informan yang lain sehingga data yang diperoleh dianggap telah

jenuh atau jika data tidak berkembang lagi.

Hasil penelitian mengungkapkan tahapan-tahapan dalam perkawinan yang

dilaksanakan oleh masyarakat Bugis Bone di zaman sekarang ini, ada beberapa

tahapan yang dulunya ada dan ditinggalkan oleh masyarakat Bugis Bone dengan

pertimbangan waktu dan biaya juga telah terungkap makna-makna simbolis yang

terkandung di dalamnya. Dari segi verbal yaitu bahasa yang berupa pantun dan non

verbal meliputi kinesik, sentuhan, paraluanguage, diam, kedekatan dan ruang,

artifak dan visualisasi, warna, bunyi dan bau.

Kata kunci: Makna Simbolik Dalam Upacara Perkawinan Adat Bugis Bone

KATA PENGANTAR

Page 7: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

vii

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatu. Alhamdulillah, dengan

menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Dzat yang

patut mendapatkan pujian atas asensi Dzat nya serta Dzat yang patut menerima

syukur atas kutuhannya, puji syukur penulis panjatkan kepada-Nya sebab telah

memberiku kesehatan, kesempatan dan kelancaran sehingga skripsi yang berjudul

“Makna Simbolik Dalam Perkawinan Adat Bugis Bone” dapat penulis selesaikan.

Shalawat dan salam sepenuh hati penulis curahkan kepada Rasulullah SAW,

sebagai suri tauladan, sebagai sang peroboh kekafiran, sebagai sang peroboh

peperangan pada zaman jahiliyah.

Penulis ungkapkan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial

penulis hanturkan dengan rendah hati serta rasa hormat kepada kedua orang tua

penulis yang tercinta, Ayahanda Telu dan Ibunda Sumarni serta keluarga yang telah

memberikan arahan dan semangat, jasa-jasamu tidak akan pernah penulis lupakan.

Doa restu, nasehat dan petunjuk dari mereka yang merupakan dorongan moral

paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga berada pada tahap ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan tertinggi penulis hanturkan kepada

Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., M.M, sebagai rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Keguruan Dan

Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Drs, H. Nurdin, M.Si,

sebagai ketua program studi Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah

Makassar beserta seluruh staffnya. Dr. Muhammad Nawir, M.Pd sebagai

pembimbing I dan Sam’un Mukramin, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing II yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini

Ucapan terima kasih pula penulis hanturkan kepada Guru Cendre sebagai

Imam Desa Mattirowalie, kepada H. Asse sebagai masyarakat Desa Mattirowalie

serta kepada Nammi sebagai indo botting Desa Mattirowalie Kabupaten Bone yang

merupakan informan penilitian. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih

banyak atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan

Page 8: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

viii

referensi yang sangat membantu serta memudahkan penulis menyelesaikan skripsi

ini

Terimah kasih banyak kepada saudara-saudara ku khususnya sosiologi

angkatan 15 yang selalu memberikan tekanan serta motivasi untuk segera

meneyelesaikan skripsi ini, semoga semuanya sukses dalam mengejar karir serta

selalu diberikan kesehatan oleh Allah Swt dan semoga semuanya cepat

dipertemukan jodohnya masing-masing.

Akhir kalimat penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna sebab kami hanyala manusia dengan segala keterbatasan dan yang

sempurna hanyalah Sang Pencipta. penulis berharap apa yang telah ditulis dalam

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua ummat. Kepada seluruh pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, “penulis ungkapkan rasa cinta bukan

karena rupa serta materi maupun ilmumu tetapi keiklasanmu dalam memberi,

semoga kita selalu menciptakan kebahagiaan serta keselarasan”. Amin ya Rabbal

a’lamin.

Unismuh Makassar,Desember, 2019

Indra Jaya

Page 9: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .....................................................................................................i

Halaman Pengesahan ..........................................................................................ii

Persetujuan Pembimbing .....................................................................................iii

Surat Pernyataan..................................................................................................iv

Surat Perjanjian ...................................................................................................v

Motto dan Persembahan ......................................................................................vi

Abstrak ................................................................................................................vii

Kata Pengantar ....................................................................................................viii

Daftar Isi..............................................................................................................xiv

Daftar Tabel ........................................................................................................xvi

Daftar Gambar .....................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................5

C. Tujuan Penelitian..............................................................................5

D. Manfaat Penelitian............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori......................................................................................8

1. Hasil Penelitian Relevan..............................................................8

2. Konsep Mengenai Komunikasi ...................................................10

3. Simbol dan Makna .......................................................................12

4. Pesan Verbal dan Non Verbal .....................................................15

5. Upacara Perkawinan Adat Bugis .................................................19

6. Landasan Teori ............................................................................22

B. Kerangka Pikir..................................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................37

C. Informan Penelitian ..........................................................................38

D. Fokus Penelitin .................................................................................39

E. Data dan Sumber Data......................................................................39

F. Instrumen Penelitian ........................................................................39

G. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................40

H. Teknik Analisis Data ........................................................................41

I. Teknik Keabsahan Data ...................................................................42

Page 10: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

x

BAB IVDESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPSI

KHUSUS LATAR PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Kabupaten Bone Sebagai Daerah

Penelitian .........................................................................................44

1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Bone ...........................................44

2. Kondisi Geografis dan Iklim .......................................................47

3. Topologi, Geologi, dan Hidrologi ...............................................48

4. Kondisi Demografis ....................................................................50

B. Deskripsi Khusus Lokasi Penelitian .................................................51

1. Sejarah Singkat Kecamatan Bontocani .......................................51

2. Tingkat Pendidikan .....................................................................52

3. Mata Pencaharian ........................................................................53

4. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya .........................................54

5. Kehidupan Keberagaman ............................................................55

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................57

1. Tahapan Dalam Proses Perkawinan Adat Bugis Bone ...............57

2. Makna Simbolik Dalam Upacara Perkawinan Adat Bugis

Bone ............................................................................................71

B. Pembahasan ......................................................................................82

BAB VISIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan...........................................................................................86

B. Saran .................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................89

Page 11: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan, cenderung berbeda antara satu

suku dengan suku lainnya, khususnya di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang

heterogen juga adat istiadat dan kebiasaannya yang berbeda dan masih

dipertahankan sampai saat ini, termasuk adat perkawinan. Kebudayaan merupakan

persoalan yang sangat komplek dan luas, misalnya kebudayaan yang berkaitan

dengan cara manusia hidup, adat istiadat dan tata krama.

Pembangunan kebudayaan nasional berarti memelihara, melestarikan,

menghadapkan, memperkaya, menyebarluaskan, memanfaatkan, dan

meningkatkan mutu serta daya guna kebudayaan. Manfaat yang dihasilkan dalam

kebudayaan itu sendiri adalah dalam melangsungkan kehidupan (Juli, 2013).

Keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia yang senantiasa dijaga

dan dilestarikan secara turun-temurun adalah merupakan gambaran kekayaan

bangsa Indonesia menjadi modal dan landasan pembangunan dan pengembangan

kebudayaan nasional.

Dalam masyarakat Bugis, hubungan kekerabatan merupakan aspek utama,

baik dinilai penting oleh anggotanya maupun fungsinya sebagai suatu struktur

dasar dalam suatu tatanan masyarakat. Suku Bugis merupakan salah satu suku

yang masih mempertahankan budaya dan adat istiadatnya di Indonesia.

Page 12: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

2

Aspek perkawinan, karena kekerabatan tersebut termasuk dinggap sebagai

yang bersangkut paut pengatur kelakuan manusia dengan seksnya dan kehidupan

mendalam tentang prinsip-prinsip rumah tangganya. Pengetahuan kekerabatan

Bugis untuk membentuk sangat penting bagi orang tatanan sosial mereka.

Berbagai keluarga maupun kedua pihak, baik kerabat mempelai lebih

melibatkan kesaksian dari dalam lagi perkawinan anggota masyarakat melalui

dianggap sebagai pengakuan upacara perkawinan yang masyarakat terhadap

individu dalam ikatan perkawinan bersatunya dua orang Perkawinan dalam adat

satu bagian terpenting dalam Bugis Bone merupakan salah kehidupan manusia,

merupakan peristiwa yang dialami suatu perkawinan tidak hanya oleh dua orang

jenis, melibatkan individu berlainan (Supriani, 2018).

Simbol-simbol perkawinan adat Bugis Bone yang terdapat dalam prosesi

bukan sekedar simbol- makna namun, pesan komunikasi simbol yang dibuat tanpa

dalam simbol tersebut tersirat tersebut. Upacara perkawinan adat Dalam proses

pelaksanaan Bugis Bone secara yang sarat akan makna umum terdapat simbol-

simbol sehingga sangat penting simbol-simbol perkawinan diketahui makna dari

adat tersebut.

Pernikahan merupakan peristiwa penting yang menyangkut tata nilai

kehidupan manusia. Bahkan dalam islam, pernikahan merupakan tugas suci dan

sangat dianjurkan oleh Allah SWT dan menjadi sunah Nabi Muhammad SAW.

Pernyataan tersebut bisa dibuktikan dari penjelasan berikut.

Page 13: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

3

Sesungguhnya hal itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

yang berfikir”. (Al-Qur’an Terjemah, At-Thayyib, 2011), hal. 406. Firman Allah

dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum: 21 yang artinya: “Dan diaantara tanda-tanda

kekuasaan-Nya ialah Dia Menciptakan istri-istri untukmu dari jenismu sendiri,

supaya kamu cenderung dan tentram kepadanya, dan dijadikan diantara kamu rasa

kasih dan sayang.

Pengetahuan saya secara peribadi tentang makna simbolik dan tahapan

dalam proses perkawinan adat Bugis merupakan tradisi yang diwariskan oleh

pendahulu secara turun temurun hingga disebut dengan suatu kebudayaan suku

Bugis itu sendiri tanpa campur tangan dari suku-suku lain. Maka sebagai

mahasiswa sangan perlu untuk melakukan penelitian agar mengetahui setiap

tahapan dan simbol-simbol yang terdapat dalam proses perkawinan suku Bugis

serta suku-suku lain dapat mengetahui bahwa teradisi itu merupakan budaya yang

tidak lepas dari nilai-nilai Agama, maka objek ini sangat menarik untuk diteliti.

Bugis Bone yang memiliki berbagai tahap mekanisme perkawinan mulai

dari awal pelamaran sang mempelai perempuan yaitu mattiro, mappesek-pesek,

mammanu-manu, madduta malino, mappasierekeng hingga prosesi akad nikah

seperti mappasau, mappacci, akad nikah, mappasiluka,marellau dampeng dan

setelahnya yaitu prosesi mapparola ke rumah mempelai laki-laki. merupakan

kesatuan yang Manusia dan kebudayaan tidak terpisahkan. manusia. Sekalipun

manusia Pendukung kebudayaan adalah mati, tetapi akan tetap ada dan kebudayaa

yang dimilikinya diwariskan pada seperti keturunannya, warisan budaya atau tradisi

pada proses perkawinan adat

Page 14: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

4

Perkawinan adat Bugis Bone ada dalam prosesi upacara sebagian kurang

masyarakat Bugis yang apalagi memahami makna tersebut, bagi orang-orang yang

luar suku Bugis, dianggap mengapa prosesi tersebut di sangat rumit karena dan

tahapan-tahapan dalam adanya simbol-simbol prosesi upacara perkawinan adat

Bugis Bone itu sendiri.

Seiring dengan perkembangan zaman, sentuhan teknologi modern telah

mempengaruhi dan menyentuh masyarakat Bugis Bone sehingga ada sebagian

tahapan atau simbol-simbol dalam uapacara perkawinan adat Bugis Bone yang

hilang dari prosesi pernikahan diantaranya yaitu, Mappasau, Mappaenre Botting,

Mappacci. Namun kebiasaan-kebiasaan yang merupakan tradisi turun-temurun

bahkan yang telah menjadi adat masih sulit untuk dihilangkan, meskipun tidak bias

dipungkiri bahwa pengaruh budaya modern secara perlahan telah memberikan

pengaruh, namun nilai-nilai dan makna masih tetap terpelihara dalam setiap upacara

perkawinan tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa tema ini penulis angkat di antaranya yaitu,

sejauh pengetahuan penulis simbol-simbol dan tahapan-tahapan seperti mappacci,

mapparola dan lain sebagainya dalam prosesi perkawinan adat Bugis Bone sampai

sekarang masih dipertahankan khususnya di Desa Mattirowalie. Keacamatan

Bontocani Kabupaten Bone, karena mereka sangat percaya bahwa tahapan-tahapan

dan simbol-simbol dalam upacara perkawinan adat Bugis Bone itu bernilai positif

dan diperbolehkan dalam Islam dan patut untuk dilestarikan, seperti mappacci,

mereka percaya bahwa upacara mappacci akan membawa kesucian dan kebersihan

hati ataupun jiwa mempelai serta sangat baik bagi kelangsungan hidup mereka.

Page 15: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

5

Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul yaitu:

“Perkawinan Adat Bugis Makna Simbolik Dalam Bone di Kabupaten Bone”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat

disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tahapan adat Bugis Bone dalam proses perkawinan di Kabupaten

Bone ?

2. Dalam uapacara perkawinan adat Simbol-simbol apa yang terdapat Bugis Bone

di Kabupaten Bone ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini adapun tujuan dari adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menemukan tahapan dalam Bugis Bone di proses

perkawinan adat Kabupaten Bone.

2. Yang terdapat dalam upacara perkawinan untuk mengetahui simbol-simbol adat

Bugis Bone di Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Diharapkan bermanfaan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

sejarah kebudayaan islam. Hasilnya dapat dimanfaatkan lebih lanjut baik

sebagai bacaan bagi generasi penerus dan menjadi bahan acuan penelitian

Page 16: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

6

lebih lanjut, serta memberikan informasi bagi para pembaca tentang budaya

yang ada di Kabupaten Bone.

b. Pengembangan ilmu pengetahuan sebagai bahan masukan bagi pada sebagai

etnografi komunikasi penelitian suatu tipe khususnya yang dapat digunakan

memahami budaya perkawinan adat untuk Bugis Bone.

c. Mengenai bahan masukan pemaknaan pesan sebagai simbolik, pesan verbal

akademisi yang ingin meneliti dan non verbal bagi lebih lanjut tentang atau

simbolisasi perkawinan perkawinan Bugis adat lainnya.

a. Manfaat Praktis

a. Bagi Tokoh Adat di Bone.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan budaya lokal di

Kabupaten Bone khususnya, hasilnya juga dapat dimanfaatkan Pemerintah

setempat untuk menarik minat wisatawan dengan memperkenalkan salah satu

budaya lokal yang masih dipertahankan masyarakat setempat hingga saat ini.

b. Bagi Masyarakat Bone.

Sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang tradisi pernikahan adat

Bugis Bone. Diharapkan menjadi bahan informasi dan pertimbangan bagi

pemerintah atau pihak-pihak terkait dalam menentukan kebijakan yang akan

datang.

c. Bagi Lembaga Terkait.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi kepada

masyarakat mengenai makna simbolik dan tahap-tahap dalam tradisi

pernikahan adat Bugis Bone.

Page 17: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

7

d. Bagi Peneliti.

Mahasiswa lain yang ingin Sebagai bahan rujukan bagi mengadakan dibidang

komunikasi khususnya penelitian lebih lanjut kajian komunikasi antar

budaya.

Page 18: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

8

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Penelitian Relevan

Berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu,

antara lain:

a. Pada tahap lamaran beberapa prosesi yang dilaksanakan diantaranya:

Mammanuk-manuk, Massuro, Mappettu ada, Mappasiarekkeng dan Mattampa.

Sedangkan tahap sebelum akad nikah ialah Mappasau, Cemme Passili,

Mappaebedda dan Mappacci. Pada tahapan terakhir yaitu tahapan akad nikah

diantaranya Mappaenre Botting, Mappasilukka dan yang terakhir adalah resepsi.

Dari hasil penelitian ini juga didapatkan makna simbolik pada setiap tahapannya

diantaranya: Dalam prosesi bahasa dan simbol non Mappacci, simbol verbal

seperti verbal yaitu kinesik, dan juga artifak dan visualnya diam, waktu, bunyi,

yang terkandung verbal seperti bahasa dan didalamnya yaitu dari simbol tulisan

sedang dalam simbol sentuhan, bunyi, dan non verbal yaitu paralangiage, juga

artifak serta visualisasi. Adapun tahapan atau prosesi adat perkawinan yang

hilang dariprosesi pernikahan masyarakat Bugis Bone yaitu mattampa

(mengundang), mappasau (mandi uap), mappacci dan dan mappaenre

botting.Rahmawati (2017). Dengan judul penelitian “Makna Simbolik Prosesi

Pernikahan Adat Bugis Bone”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

pernikahan adat Bugis Bone ada 3 tahapan, yaitu tahapan lamaran, tahap

sebelum akad nikah dan yang terkhir tahap akad nikah.

Page 19: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

9

b. Selanjutnya dalung merupakan tempat yang besar berisikan makanan

teradisional menurut daerah goyo lues yang dibungkus dengan daun pisang yang

berisikan beras ketan yaitu dua kali dan lepat sebagai bentuk rasa kebersamaan.

Selanjutnya Ampang berupa tikar yang disusun 12 buah untuk mempelai pria

dan helai untuk mempelai wanita, memiliki tujuan untuk membedakan derajat

antara pria dan wanita, dikarenakan dalam islam pria adalah pemimpin rumah

tangga, di samping itu juga dalam adat. Mustafa (2017). Dengan judul penelitian.

“Pesan Simbolik Dalam Prosesi Pernikahan Adat Gayo Di Kecamatan

Blangkejeren Gayo Lues”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pesan

simbolik dalam prosesi pernikahan adat Gayo Lues yang ditampilkan dalam

bentuk benda adat tradisional yaitu, Batil Tembege, Dalaung, Alang-Alang dan

Ampeng. Melalui benda batil tembege awal mula tahap yang dilakukan yaitu

tahap peminangan/melamar batil tembege merupakan wadah seserahan yang

terbuat dari tembaga warna kuning yang berisi pinang, sirih, kapur, kulit kayu

manis dan konyel (benda yang digunakan untuk makan siruh) bahwa bentuk

pelamaran petanda dari pihak mempelai laki-laki aman mayak kepada pihal

mempelai wanita inen mayak melalui telengke.

c. Mappacci merupakan salah satu rangkaian acara perkawinan di Sulawesi Selatan

khususnya pada suku Bugis dan Makassar yang dilaksanakan sebelim prosesi

akad nikah. Pelaksanaan acara Mappacci ini sarat dengan simbol dan makna

budaya. Mappacci berarti memberi daun pacar yang dimaknai sebagai

pemberian doa restu oleh kedua orang tua dan keluarga dekat calon mempelai.

Simbol dari kata mappacci yang dalam yaitu pacci yang dalam bahasa Bugis

Page 20: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

10

disinonimkan paccing yang berarti bersih dan suci. Jadi Mappacci bermakna

simbolis pembersihan diri, maksudnya calon mempelai dibersihkan dari hal-hal

yang sifatnya negatif sehingga dalam membina rumah tangganya kelak

mendapatkan rahmat Tuhan YME. Mannahali (2014). Dengan judul penelitian

“Bahasa Simbol Dalam Komunikasi Budaya (Suatu Kajian Makna Budaya

Dalam Perkawinan Adat Bugis Makassar). Hasil penelitian ini menyimpulkan

bahwa prosesi perkawinan adat Bugis Makassar, pemakaian bahasa simbol

banyak ditemukan yang sarat dengan nilai bahasa yang terekam dalam makna

yang sifatnya abstrak sehingga untuk memaknai bahasa itu diperlukan

pengetahuan dan pemahaman tersendiri agar simbol-simbol bahasa yang

digunakan itu dapat diinterpretasikan sesuai dengan kebudayaan yang

melatarbelakanginya.

2. Konsep Mengenai Komunikasi

Utama manusia dalam berinteraksi Komunikasi merupakan kebutuhan

lainnya. Komunikasi berhubungan dengan manusia atau individu dengan perilaku

tercapai apabila terpenuhi manusia, dan kepuasan akan kebutuhan berinteraksi

asumsi dengan manusia-manusia tersebut, dapat lainnya. Berangkat dari diambil

individu bahwa setiap membutuhkan hubungan suatu kesimpulan sosial dengan

kebutuhan ini akan terpenuhi individu lainnya. Dan bila melalui pertukaran pesan

yang berfungsi untuk mempersatukan manusia.Dalam komunikasi terjadi setiap

tindakan pertukaran pesan dalam perilaku dan manusia. Pesan tersebut dapat

menganggukkan disampaikan melalui tangan, tersenyum, lambaian kepala atau

Page 21: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

11

setiap dengan bahasa-bahasa perilaku isyarat lainnya. Ketika individu terjadi

sebuah proses pertukaran lambang atau komunikasi simbol berarti telah disadari

maupun tidak disadari. berlangsung. Perilaku juga dapat Kadang-kadang kita

menyadarinya, terutama perilaku melakukan sesuatu tanpa kita itu bersifat

menggigit kuku jari tangan, nonverbal. Kebiasaan seperti menganggukkan kepala,

misalnya seringkali berlangsung menatap dan tersenyum, tanpa di sadari oleh terdiri

dari perilaku-perilaku karena itu suatu pesan yang dapat diartikan, kita memberikan

pesan yang harus mengakui kemungkinan tidak kita ketahui.

Hubungan-hubungan konsep mengenai sadar tidak perilaku Dengan sadar

dirumuskan ataupun sengaja-tidak suatu definisi sengaja ini, dapat komunikasi.

terjadi Disini komunikasi didefinisikan bila makna sebagai apa yang diberikan

perilaku kepada seseorang memperhatikan suatu perilaku. Bila komunikasi kita

terlepas memberinya makna, dan telah terjadi, maka dari apakah kita tidak dan

perilaku kita atau tidak. Bila disengaja atau menyadari kita memikirkan hal bahwa

kita harus menyadari kita tidak mungkin bagi ini, untuk tidak berprilaku. adalah

perilaku manusia Maka tidak mungkin potensi komunikasi. Setiap bagi.Jane untuk

tidak berkomunikasi Pauley dalam kita (Lilweri 2009:7) komunikasi, setelah

definisi khusus atas tiga dalam membandingkan memberikan sebuah peristiwa

harus ada jadi kalau satu komunikasi komunikasi, komponen yang tak akan maka

Dia berkata komunikasi terjadi. komponen kurang merupakan : “(1) informasi

transmisi, (2) pengertian transmisi, (3) simbol-simbol menggunakan yang sama.”

Page 22: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

12

Memberikan ahli juga mencoba definisi tentang beberapa komunikasi

sebagai berikut:

Raymond dalam S. Mulyana Ross (2000:62) komunikasi sebagai

mengemukakan bahwa berikut:

Suatu proses (intensional) adalah memilih menyortir, Komunikasi dan

sehingga mengirimkan sedimikian rupa simbol-simbol membantu sipendengar

respon dari pikirannya yang membangkitkan makna atau serua dengan di

maksudkan komunikator.

3. Simbol dan Makna

Khusus antar kata (sebagai makna muncul dari hubungan simbol verbal) dan

manusia. Makna tidak namun kata-kata melekat pada kata-kata, dalam pikiran

orang. Jadi membangkitkan hubungan langsung antara makna tidak ada subjk

dengan simbol yang untuk mempresentasikan digunakan sesuatu. Misalnya “saya

seorangpun sakit perutpengalaman nyata tapi tidak itu dapat merasakan rasa sakit

yang berusaha mengobati sakit rasa itu, bahkan dokter kita. Jadi diciptakan

hubungan dalam pemikiran itu pembicara.

Sesungguhnya upaya memahami makna merupakan salah,satu masalah

makna filsafat yang tertua umur manusia. Konsep dalam telah menarik disiplin

komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi dan linguistik. Itulah sebabnya,

makna beberapa pakar sering menyebut kata komunikasi ketika mereka Para ahli

definisi komunikasi. makna merumuskan mengakui, istilah memang merupakan

kata dan istilah membingungkan, ada tiga yang hal yangbersangkutan dan Dari segi

Page 23: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

13

tanda berusaha psikologis, memahami artinya. dan selaku balasan dipihak simbol

bertindak penerima pesan. perangsang untuk membangkitkan Oleh merupakan

karena bagian dari itu, terlihat dua hal makna akan, yakni bagian dari erkandung

dalam simbol-simbol, penafsiran terhadap informasi yang t dan bagian membawa

tahap dari Proses ini proses pertanyaan. lapisan serta pemahaman kepada lebih luas.

Mungkin mendalam pada awalnya saja yang telah makna yang diri digambarkan

ada pada sebagai sesuatu telah diketahui seseorang, namun komunikasi makna dari

simbol-simbol dipergunakan dalam yang juga tergantung antara orang-orang yang

dari proses yang berlangsung menggunakan informasi.

menjelaskan ihwal teori Ada beberapa pandangan yang atau konsep

Wendell Johnson dalam makna. makna (Sobur 2003:258) implikasi bagi

komunikasi menawarkan Model prosesi sejumlah antarmanusia sebagai berikut:

a. Makna, makna ada dalam diri manusia pada tidak terletak kata-kata melainkan

kata-kata untuk pada manusia. Manusia mendekati menggunakan makna yang

itu tidak akan dikomunikasikan. secara sempurna Tetapi kta-kata dan lengkap

menggambarkan makna yang dimaksud.

b. Makna statis berubah, kata-kata relatif dari kata tetapi yang makna tersebut

dimensi terus berubah yang terjadi pada dan ini dari khusunya emosional makna.

c. Makna komunikasi membutuhkan tidak semua acuan, walaupun mengacu

kepada dunia komunikasi hanya masuk nyata, mempunyai atau lingkungan

kaitan dengan akal bilamana dunia eksternal.

d. Penyingkatan mengubah makna, berkaitan yang berlebihan akan erat dengan

membutuhkan acuan adalah gagasan bahwa makna masalah komunikasi yang

Page 24: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

14

berlebihan tanpa mengaitkannya timbul akibat penyingkatan dengan acuan dan

dapat yang konkret diamati.

e. Makna saat tertentu pada suatu tidak terbatas jumlahnya, jumlah tetapi

maknanya bahasa kata dalam, terbatas tidak terbatas.

f. Makna maka yang diperoleh dikomunikasikan hanya sebagaian, dalam suatu

dan sangat kompleks, tetapi kejadian bersifat multiaspek hanya sebagian saja

yang dapat dijealskan. Karena dari makna-makna ini itu pemahaman yang

sempurna yang sebenarnya makna secara atau tujuan dicapai namun ideal yang

pertukaran merupakan ingin tidak tercapai.

4. Pesan Verbal dan Non Verbal

a. Pesan verbal

verbal Simbol atau pesan simbol yang adalah semua jenis menggunakan

Bahasa dapat juga dianggap satu kata sistem kode atau lebih. sebagai verbal Bahasa

dapat (Mulyana, 2005:259). sebagai didefinisikan dalam seperangkat

mengkombinasikan simbol-simbol simbol, untuk tersebut, yang dipahami dengan

digunakan dan aturan suatu komunitas.

Bahasa secara fungsional Rakhmat (1994:283), mendefinisikan dan

bahasa diartikan sebagai formal. Secara fungsional, alat yang dimiliki bersama

menekankan untuk gagasan. Ia mengungkapkan dimiliki bahasa ada bersama,

karena kesepakatan dipahami bila antara di hanya dapat anggota-anggota sosial

untuk menggunakannya. kelompok Secara formal, bahasa diartikan yang sebagai

menurut kalimat yang terbayangkan, peraturan semua dapat dibuat tata bahasa.

Page 25: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

15

bagaimana kata-kata harus Setiap bahasa mempunyai peraturan disusun dan

Kalimat supaya memberi arti. Indonesia dalam bahasa dirangkaikan yang dapat

mana saya uang?” bahasa bahasa-bahasa akan disusun dengan menukar berbunyi

“Di tata yang lain.

bahasa meliputi Tata sintaksis, dan tiga unsur: semantik. fonologi, tentang

bunyi- pengetahuan bunyi Fonologi merupakan dalam cara bahasa. Sintaksis

pembentukan kalimat. tentang Semantik merupakan pengetahuan kata atau

pengetahuan tentang gabungan merupakan arti kata-kata.

Menurut Barker dalam Larry L. (Mulyana, 2005:265), penamaan bahasa

(atau labeling naming), interaksi, fungsi: dan transmisi mempunyai tiga informasi.

1) Merujuk pada usaha penamaan atau penjulukan mengidentifikasikan objek,

menyebut atau orang dengan namanya sehingga tindakan, dapat dirujuk dalam

komunikasi.

2) Berbagi gagasan dan fungsi interaksi menekankan emosi, yang dapat pengertian

atau kemarahan mengundang simpati dan dan kebingungan.

3) Disampaikan bahasa, informasi dapat kepada orang melalui lain, inilah yang

bahasa. Keistimewaan transmisi dari bahasa disebut fungsi sebagai fungsi lintas-

waktu, informasi yang menghubungkan dengan transmisi masa lalu,

memungkinkan dan masa depan, budaya kesinambungan masa kini, dan tradisi

kita.

Kita menterjemahkan gagasan Ketika kita berkomunikasi, kita ke dalam

atau non verbal). lazim disebut Proses bentuk lambang (verbal ini penyandian

Page 26: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

16

penyandian, tetapi adalah alat yang alat (encoding). Bahasa tidak begitu baik di

bahasa itu diperlukan atas), untuk (lihatketerbatasan kecermatan dalam berbicara,

sebenarnya, bagaimana dengan keadaan bagaimana mencocokkan kata berbahasa

yang menyebabkan menghilangkan kebiasaan kerancuan dan kesalahpahaman.

b. Pesan non verbal

Kita sering kali kehidupan sehari-hari, pada dihadapkan dalam hal-hal

yang unik, seperti makin bisa menganut prinsip langkanya orang yang satu kata

bicara dan perbuatan, makin banyak tetapi tidak orang yang pintar disertai dengan

perbuatan yang sesuai kita dengan ucapannya. Ataukah sering dihadapkan pada

dengan presepsi kita. Misalnya sesuatu yang justru kontradiksi orang cenderung

tertentu menggunakan atribut justru untuk menipu orang lain.

Pernah dilakukan berbagai studi yang sebelumnya, dari kode nonverbal

dalam dikelompokkan beberapa dapat bentuk, antara lain:

1) Kinesik

Yang kode nonverbal ditunjukkan oleh Yaitu gerakan-gerakan badan.

2) Gerakan mata (eye gaze)

Ungkapan “pandangan matanya memiliki ditimbulkan oleh gerakan-gerakan arti

adalah isyarat yang mata. Bahkan ada gerakan mata adalah yang menilai bahwa

pencerminan hati seseorang. Yang paling berarti dalam mata adalah alat

komunikasi memberi isyarat tanpa mata mengundang” atau lirikan kata.

3) Sentuhan

Page 27: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

17

Dengan sentuhan badan, yaitu isyarat yang dilambangkan menurut bentuknya

yaitu: kinestheti tiga macam c sentuhan, sociofugal, dibagi dalam dan thermal.

4) Paralanguage

Ditimbulan adalah isyarat yang atau dari tekanan Paralanguage irama suara

dibalik sehingga penerima memahami sesuatu dapat apa yang diucapkan

5) Diam

Suara Berbeda dengan sikap diam juga tekanan non verbal Max merupakan kode

picard dalam (Cangara, 1998:110) yang mempunyai arti. menyatakan arti bahwa

diam semata-mata mengandung tidak bersikap juga melambangkan bisa negatif

tetapi sikap positif.

6) Postur tubuh

Dengan lahir ditakdirkan berbagai bentuk Manusia tubuh. Well dan Siegel orang

ahli psikologi(Cangara, 1998: 110) yang mereka bentuk dua melalui studi -

bentuk tubuh menggambarkan manusia lakukan, berhasil dan karakternya.

7) Kedekatan adalah (proximity and spatial), kode dan ruang non verbal dua objek

yang yang dari menunjukkan mengandung kedekatan arti.

8) Seni juga banyak memberi Artifak dan visualisasi, hasil isyarat yang

antropolog sudah lama mengandung arti. Para memberi penjelasan terhadap

digunakan oleh manusia benda-benda yang dalam hidupnya. Artifak selain. Warna,

juga memberi arti terhadap objek. Hal ini dapat dilihat pada upacara- yang upacara

ritual lainnya sering dilambangkan dengan warna-warni.

9) Kronemik, waktu mempunyai arti dalam kehidupan tersendiri manusia.

Bagi masyarakat tertentu, melakukan suatu pekerjaan sering kali melihat waktu.

Page 28: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

18

melaksanakan Misalnya membangun menanam padi, rumah, sesuatu dan

perkawina, membeli sebagainya.

10) Bunyi, kalau paralanguage dimaksudkan sebagai tekanan suara yang keluar

dari mulut untuk menjelaskan ucapan verbal, banyak bunyi-bunyian yang dapat

dilakukan sebagai tanda isyarat yang tidak digolongkan sebagai paralanguage.

5. Upacara Perkawinan Adat Bugis

Dalam upacara perkawinan adat masyarakat Bugis disebut “Appabotting Ri

Tana Ugi”. Terdiri atas beberapa tahap kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut

merupakan rangkaian yang berurutan yang tidak boleh saling tukar menukar,

kegiatan ini hanya dilakukan pada masyarakat Bugis Bone yang betul-betul masih

memelihara adat istiadat.

Pada masyarakat Bugis Bone sekarang ini masih kental dengan kegiatan

tersebut, karena hal itu merupakan hal yang sewajarnya dilaksanakan karena.

Mengundang nilai-nilai yang sarat akan makna, diantaranya agar keduamemepelai

dapat membina hubungan yang harmonis dan abadi, dan hubungan antar dua

keluarga tidak retak.

Menurut berarti saling mengambil pandangan orang Bugis, menyatukan dua

mempelai perkawinan bukan sekedar dalam hubungan suami- merupakan suatu

istri, tetapi perkawinan upacara yang bertujuan untuk besar yang telah terjalin

menyatukan dua keluarga sebelumnya menjadi semakin erat atau disebut

mappasideppe dalam istilah orang bugis mabelae atau mendekatkan yang Oleh

karena itu, perkawinan sudah jauh (Pelras, 2006:178). dikalangan masyarat antar

Page 29: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

19

keluarga dekat atau Bugis umumnya berlangsung antar kelompok patronasi

(masyarakat biasa, karena endogami), terutama dikalangan mereka sudah saling

sebelumnya memahami (Hadikusuma, 2003:68). Bugis berarti melaksanakan

Mappabotting dalam bahasa upacara istilah perkawinan dalam perkawinan.

Sementara itu, bahsa Bugis disebut siala yang satu sama lain.

Oleh karena itu, tak jarang sebuah keluargamenjadikan pesta perkawinan

sebagai ajang untuk meningkatkan status sosial mereka. Alasan lain orang Bugis

harus mengadakan pesta perkawinan adalah karena hal tersebut sangat berkaitan

dengan status sosial mereka dalam masyarakat. Semakin meriah sebuah pesta,

semakin memepertinggi status sosial seseorang. Millar (Alam Pelras, 2006:184)

pernah mengatakan bahwa upacara perkawinan merupakan media bagi orang Bugis

untuk menunjukkan posisinya dalam masyarakat dengan menjalankan ritual-ritual

serta mengenakan pakaian-pakaian, perhiasan, dan berbagai pernak-pernik tertentu

sesuai dengan kedudukan sosial mereka dalam masyarakat.

secara garis besar, Proses pelaksanaan upacara, pelaksanaan upacara

Sulawesi Selatan dibagi perkawinan orang Bugis di menjadi tiga tahap, yaitu

resepsi/pesta perkawinan, dan upacara pra perkawinan, pasca perkawinan.

Dalam upacara perkawinan Nilai-nilai yang terkandung di orang Bugis di

antaranya adalah:

a. Sakralitas

Ritual-ritual oleh orang Bugis dan tersebut dianggap sakral bertujuan

keselamatan kepada untuk memohon Allah SWT. Jelas dari pelaksanaan nilai ini

Page 30: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

20

terlihat berbagai macam ritual-ritual tolak bala, pembacaan berzanji, khusus seperti

mandi acara mappacci.

b. Penghargaan terhadap kaum perempuan.

Nilai penghargaan dengan adanya pemberian kepada perempuan juga

dilihat mahar berupa mas yang cukup tinggi kawin dan dui balanca dari perempuan.

Keberadaan mahar sebagai hadiah ini merupakan isyarat pihak laki-laki kepada

pihak atau tanda kemuliaan perempuan. Keberadaan proses peminangan Nilai ini

terlihat pada yang harus pria. Hal ini menunjukan suatu dilakukan oleh mempelai

upaya untuk menghargai kaum restu dari kedua orang perempuan dengan meminta

tuanya.

c. Kekerabatan

Dengan salah satu sarana untik mengeratkan hubungan menjalin dan

kekerabatan. Bukan sekedar menyatukan dua Bagi orang Bugis , perkawinan insan

yang hubungan suami-istri, tetapi berlainan jenis menjadi lebih kepada menyatukan

dua demekian, perkawinan meruoakan keluarga besar.

1. Gotong-Royong

Meraka tidak saja memberikan dan tenaga, tetapi juga dana bantuan berupa

pikiran untuk membiayai pesta tersebut. Pelaksanaan pesta perkawinan Nilai ini

terlihat pada yang melibatkan taulan, dan para kaum kerabat, handai tetangga.

2. Status Sosial

Semakin meriah lebih kepada peningkatan sebuah pesta, maka seseorang.

Oleh karena itu, semakin tinggi status sosial tak jarang sebuah keluarga sebagai

ajang untuk meningkatkan menjadikan pesta perkawinan status sosial mereka.

Page 31: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

21

Sekedar upacara perjamuan Pesta perkawinan Bugis bukan biasa, tetapi status

sosial.

6. Landasan Teori

Blumer (1966) membedakan objek-objek menjadi tipe-tipe yaitu: (1) objek-

objek fisik, seperti mobil, (2) objek-objek sisial, seperti manusia, (3) objek-objek

abstrak, seperti norma sosial. Suatu objek mempunyai makna yang berbeda bagi

para individu, contohnya objek fisik seperti “pohon” memiliki makna yang berbeda

bagi petani, bagi penyair, bagi pencinta lingkungan dan bagi para pelaku industri.

“Herbert Blumer (1966), makna sebagai konstruksi sosial”. Pentingnya

interaksionisme simbolik tercermin dari pandangan mengenai objek-objek.

Tokohnya adalah Herbert Blumer (1966) dan George Habert Mead (1972).

Serta Teori Pemaknaan (Reception Theory). Tokohnya adalah Stuart Hall. Teori

yang disajikan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah teori Interaksionisme

Simbolik.

Ketiga premis tersebut merupakan subtansi dasar untuk menciptakan

struktur ide-ide dasar (root images), Poloma (2000) mengatakan perpektif yang

dikemukakan oleh Blumer (1966) memiliki root images yaitu Interaksi simbolik

menurut Blumer (1966) memiliki tiga premis utama yaitu: (1) manusia bertindak

berdasarkan makna yang ada pada sesuatu tersebut, (2) makna yang didapatkan

berdasarkan hasil interaksi orang lain, (3) makna-makna tersebut kemudian direvisi,

diubah atau disempurnakan melalui proses interaksi sosial.;

Page 32: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

22

a. Masyarakat terdiri dari beberapa manusia yang saling berinteraksi, akhirnya

melakukan tindakan bersama dan akhirnya membentuk struktur sosial.

b. Interaksi manusia terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan

dengan kegiatan manusia yang lain. Interaksi secara simbolik senantiasa

mencakup penafsiran atas tindakan-tindakan tersebut.

c. Objek-objek fisik, sosial, abstrak tidak mempunyai makna intrinsikk karena

makan merupakan produk interaksi simbolik.

d. Manusia tidak hanya mengenal objek secara eksternal namun juga mengenali

dirinya sebagai objek.

e. Tindakan manusia adalah tindakan interpetatif yang dibuat oleh manusia itu

sendiri.

f. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan dengan anggota-anggota

kelompok.

Persfektif interaksionisme simbolik merupakan unit analisis tingkat mikro,

dimana aktor tidak dipandang manusia yang semata-mata responsif, tapi aktor yang

senantiasa mendefinisikan dan menafsirkan setiap tindakan orang lain. Respon

aktor baik secara langsung maupun tidak langsung didasarkan atas penafsiaran

makna tindakan manusia menggunakan simbol sebagai jembatan interaksi.

“George Habert Mead (1972), dianggap sebagai pemikir sejarah

interaksionisme simbolik”, diantaranya adalah:

a. Tindakan dan Interaksi.

Berkaitan dengan tindakan dan interaksi, Mead (1972) membagi perilaku

manusia menjadi perilaku yang terang-terangan dan perilaku yang

Page 33: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

23

tersembunyi. Perilaku tersembunyi merupakan perilaku yang melibatkan

simbol-simbol dan makna-makna sedangkan perilaku terang-terangan adalah

perilaku aktual yang dilakukan seorang aktor. Tindakan sosial adalah tindakan

mempengaruhi orang lain. Di dalam proses interaksi sosial, setiap orang

mengkomunikasikan secara simbolik makna-makna kepada orang lain yang

terlibat, dengan kata lain dalam interaksi sosial terjadi proses saling

mempengaruhi dengan menggunakan simbol.

b. Membuat Pilihan.

Para pakar interaksionisme simbolik menganggap bahwa aktor memiliki

otonomi, mereka tidak sekedar dibatasi atau ditentukan, tetapi mereka mampu

menentukan pilihan dan bersifat independen (kemauan sendiri).

c. Simbol-Simbol Singnifikan.

Simbol singnifikan adalah jenis isyarat yang hanya dapat dibuat oleh manusia.

Sekumpulan isyarat vokal yang paling mengkin menjadi simbol singnifikan

adalah bahasa. Salah satu hal yang dilakukan bahasa adalah membangkitkan

respons yang sama pada individu yang berbicara seperti yang dilakukan orang

lain. Teriakan “awas kebakaran” menggambarkan mental yang sama pada

orang yang sedang mengucapkan dengan orang yang mendengarkannya,

minimal masing-masing berlari meninggalkan tempat atau mendatangi tempat

tersebut.

Terkait dengan penlitian, interaksi dan simbol digunakan calaon mempelai

baik dari mempelai laki-laki maupun perempuan sebagai bentuk komunikasi.

Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik tersebut tidak semua dipakai untuk

Page 34: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

24

mengkaji permasalahan pada penelitian, akan tetapi ada beberapa poin yang cocok

yang berhubungan dengan makna dan simbol, yaitu interaksi antar individu melaui

simbol-simbol akan saling berusaha untuk saling memahami maksud tindakan

masing-masing individu. Dalam hal ini upacara simbol yang tahapan-tahapan

dalam terdapat dalam upacara perkawinan dan simbol- perkawinan adat Bugis Bone

menjadi fokus penelitian yang dimana mempergunakan tahapan-tahapan dan

simbol-simbol berdasarkan adat dalam perosesi perkawinan tersebut.

proses komunaksi dikonseptualisasikan Pada ilmu komunakasi massa,

sebagai ini dikritisi karena sirkuit atau loop. Model bentuknya yang linear

(sender/message/receiver) pertukaran pesan dan yang ditekankan pada level

terstruktur dari ketiadaan konsep yang telah berbagai struktur hubungan memon

sebagai yang kompleks. “Pada Pemaknaan Teori (Reception Theory)” Stuart oleh

Hall, analisis tentang makna, produksi reception mengacu pada studi dan

pengalaman khalayak dengan teks media. Fokus dalam hubungannya berinteraksi

dari teori ini ialah serta pemahaman inti dari proses decoding, intrepretasi, konsep

analisis reception.

Derajat dimaksudkan sebagai derajat dalam pertukaran pesan pemahaman serta

kesalahpahaman dalam proses relasi ekuivalen(simetri atau tidak) komunikasi

tergantung pada yang terbentuk diantara Selain itu posisi encoder dan decoder, jika

encoder dan decoder. pembuat pesan dan dipersonifikasikan menjadi penerima

pesan. Mengatakan bahwa makna yang dalam teori ini Stuart Hall dimaksudkan

sebuah pesan bias terdapat dan diartikan dalam perbedaan. Kode yang digunakan

Page 35: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

25

dan yang disandi balik atau yang disandi (encode) (decode) tidak selamanya simetri

dalam teori ini berbentuk simetri.

Ketika menyandi khalayak balik (decoding) dalam suatu komunikasi, posisi

maka terdapat tiga hipotekal, yaitu:

a. Dominant position-hegemonic, sengaja terjadi ketika tanpa khalayak

terkonotasi. Posisi ini memaknai pesan yang disebut ideal dalam sebuah setiap

individu bertindak komunaksi transparan, dimana terhadap sebuah dirasakan

mendominasi kode sesuai apa yang untuk memiliki pada kode kekuatan lebih

lainnya.

b. Negotiated khalayak sudah mampu position ialah ketika menerima ideologi

merka akan bergerak yang dominan dan untuk beberapa menindaklanjutinya

dengan pengecualian.

c. Oppositional khalayak menerima position, digambarkan ketika dan telah

maupun konotasi-konotasi mengerti, baik secara literal yang diberikan, dengan

sangat bertolak namun khalayak menyandinya belakang. Ini hanya memiliki

sudut pandang terjadi ketika khalayak kritis dalam menolak segala media dan

memilih bentuk pesan yang disampaikan mengartikannya sendiri.

Informasi yang khalayak akan disesuaikan Dengan melihat posisi tersebut

dengan posisi hipotetikal. yang mengacu pada akan mencoba untuk Reception

Theory, peneliti mendeskripsikan hal-hal yang informan tehadap tahapan-tahapan

terkait dengan proses pemaknaan dalam yang upacara perkawinan dan terdapat

simbol-simbol dalam dan adat upacara perkawinan Bugis Bone. Penelitian ini akan

Page 36: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

26

Kerangka Reception Theory pada digunakan peneliti melihat bagaimana khalayak

untuk memahami dan memaknai pesan dan tahapan- perkawinan dan simbol-simbol

tahapan dalam upacara yang terdapat dalam Bugis Bone yang dikomunikasikan

upacara perkawinan adat dengan pendekatan nantinya didapatkan dari emotional.

B. Kerangka Pikir

1. Pesan Verban dan Non Verbal

Sebagai sosial dan mahluk juga sebagai mahluk komunikasi, manusia

simbol, berbagai macam baik yang menggunakan diciptakan oleh bersifat alami.

Simbol-simbol manusia itu sendiri maupun yang dasarnya terbagi verbal tersebut

pada dan simbol verbal. Simbol verbal dalam non atas dua yaitu pemakaiannya

didefinisikan menggunakan bahasa. seperangkat kata Bahasa dapat yang telah

himpunan disusun secara berstruktur sehingga menjadi kalimat yang mengandung

menggunakan arti. Manusia dalam kode berkomunikasi selain verbal (bahasa)

dengan juga memakai kode non bahasa isyarat atau verbal biasa disebut bahasa

diam. Pemberian arti verbal terhadap kode non sangat dipengaruhi oleh sistem

berbagai sosial budaya masyarakat menggunakannya. Dari yang studi yang pernah

dilakukan sebelumnya, kode non verbal dapat dikelompokkan beberapa antara

bentuk dalam lain:

a. Kinesik yang non verbal oleh ditunjukkan ialah kode gerakan-gerakan badan.

b. Gerakan mata (eye gaze) mata yang adalah alat komunikasi paling berarti tanpa

memberi isyarat “pandangan kata. Ungkapan dalam mata mengundang” atau

yang lirikan matanya memiliki ditimbulkan oleh arti adalah isyarat gerakan-

gerakan mata.

Page 37: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

27

c. Sentuhan (touching) isyarat yang dengan dilambangkan ialah sentuhan badan.

d. Paralanguage isyarat yang dari tekanan atau ialah ditimbulkan iramasuara

dibalik sehingga penerima dapat apa yang memahami sesuatu diucapkan.

e. Diam, suara, dengan tekanan juga sikap diam berbeda merupakan kode non

Picard dalam verbal yang mempunyai (Cangara, arti. Mix Hafied, 1998:110)

menyatakan bahwa tidak semata-mata diam mengundang, melambangkan tetapi

juga bisa arti bersikap negatif sikap positif.

f. Postur tubuh, orang lahir dengan berbagai bentuk ditakdirkan tubuh. (Cangara,

Hafied 1998:110) Well dan berhasil Siegel bentuk- dengan bentuk tubuh

manusia dalam menggambarkan karakternya.

g. Kedekatan (and proximity spatial), kode non adalah dan ruang verbal yang

menunjukkan kedekatan y dari dua objek ang mengandung arti.

h. Artifak visualisasi, hasil seni juga banyak memberi dan isyarat yang antropolog

arti. Para memberi penjelasan sudah lama mengandung terhadap benda-benda

yang digunakan oleh. Artifak manusia dalam hidupnya selain dimaksudkan

kepentingan estetika, menunjukkan status untuk juga identitas atau seseorang

suatu diri bangsa.

i. Warna juga memberi , terhadap objek arti. Hal pada upacara-upacara ini dapat

warna-warni. Kronemik, lainnya dilihat ritual dengan yang sering arti tersendiri

mempunyai kehidupan waktu manusia dalam dilambangkan. Bagi masyarakat

kali tertentu, melakukan pekerjaan sering suatu melihat waktu. Misalnya

melaksanakan membangun menanam padi, rumah, perkawina, sesuatu dan

membeli sebagainya.

Page 38: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

28

j. Bunyi, sebagai tekanan suara jika paralanguage dimaksudkan yang keluar dari

mulut untuk menjelaskan bunyi-bunyian ucapan verbal, banyak yang dilakukan

digolongkan sebagai tanda yang tidak dapat isyarat sebagai paralanguage.

k. Bau (smell), kode menjadi selain non verbal, bau juga digunakan untuk dapat

kosmetik, bau juga dijadikan melambangkan sebagai petunjuk status seperti

arah.

Dalam proses perkawinan adat Bugis memiliki makna tertentu yang hanya

dipahami oleh masyaraka setempat. Makna tersebut t tertuang dalam simbol-

simbol yang terdapat dalam prosesi adat Bugis Bone, sebagai salah satu sistem

makna yang kompleks, untuk mengatur tingkah laku mereka dan kebudayaan bagi

Bugis masyarakat suku Bone.

Dalam Bugis yang masih sangat budaya asli (tradisional), cara yang dalam

beberapa sulit menyampaikan pesannya orang-orang melalui dipahami oleh di pada

proses Bugis, terutama perkawinannya upcara luar suku yang sarat akan yang serasi

atau efektif makna pesan simbolik. Komunikasi dapat dicapai apabila pihak-pihak

yang terlibat dalam suatu komunikasi memberikan arti dan makna lambang-

lambang sama kepada simbol-simbol atau yang yang digunakan.

Dalam proses perkawinan suku penelitian ini tahapan Bugis Bone secara

tahapan yaitu tahapan pra umum dapat atas tiga nikah, ahapan nikah dan setelah

nikah tahapan yaitu :

2. Prosesi Sang Calon Pelamaran Pengantin

a. Mattiro (menjadi tamu)

Page 39: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

29

Dalam proses perkawinan. Mattiro penyelenggaraan merupakan suatu artinya

dan memantau dari jauh atau melihat mabbaja laleng (membuka jalan).

b. Mapessek-pessek (mencari informasi)

terlalu banyak ini, tidak mapessek- melakukan Saat sekarang pessek karena

mayoritas calon telah ditentukan oleh orang tua mempelai laki-laki yang sudah

calon mempelai perempuan telah betul-betul dikenal. Ataupun dikenal calon

mempelai akrab oleh laki-laki.

c. c. Mammanuk-manuk (mencari calon)

Berdasarkan dengan orang tua tersebut berjanji orang tua si perempuan, maka

akan menyampaikan laki-laki untuk datang kembali kepada keluarga dari pihak

sesuai dengan waktu kesepakatan maka ditentukanlah yang ditentukan. Jika

terjadi waktu Madduta mallino (duta resmi). Mammanuk-manuk adalah

Biasanya orang yang datang orang yang datang lebih mudah menghubungkan

mapessek-pessek supaya pembicaraan yang pembicaraan antara pammanuk-

manuk pertama dan kedua.

d. Madduta mallino

Mallino mengatakan tersembunyi.Jadi artinya suatu yang terang-terangan duta

ke rumah mallino adalah laki-laki perempuan utusan resmi keluarga untuk apa

yang menyampaikan terang-terangan amanat secara telah mappesek-pesek

sebelumnya dirintis ada waktu pdan mammanuk-manuk.

e.Mappasiarekkeng

Mappasiarekkeng jua mengikat artinya kuat. Biasa dengan disebutdengan

bersama- belah pihak sama mappettuada maksudnya janji kedua mengikat yang

Page 40: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

30

pembicaraan yang sebelumnya. Dalam dirintis kuat atas kesepakatan acara ini

diputuskan dirundingkan segala sesuatu akan dan yang upacara dengan

perkawinan, bertalian antara lain:

1) Tanra esso (hari Penentuan perkawinan)

2) Balanca doi menre(belanja Uang) (yangdigunakan atau uang naik uang dan

akad mempelai pesta nikah dari wanita untuk mempelai mengadakan calon

laki-laki)

3) Sompa lain-lain yaitu(kawin emas) berupa uangatau dan pemberian harta

laki-laki kepada keluarga dari pihak keluarga pernikahan perempuan sahnya

menurut syarat ajaran sebagai Islam.

3. Prosesi Akad Perkawinan

Sejak tercapainya kata Sepakat, maka kedua keluarga belah pihak sudah

keberlangsungan Makin perkawinan tersebut. mempersiapkan tinggi status sosial

dari keluarga yang akan mengadakan pesta perkawinan, maka makin lama juga

dalam persiapan dilakukan. Untuk pelaksanan yang perkawinan dilakukan dengan

kepada seluruh rekan-rekan sanak keluarga dan menyampaikan. Hal ini dilakukan

oleh beberapa orang wanita dengan menggunakan pakaian adat.

Perhatian dan akan Perawatan diberikan calon pengantin kepada biasanya

tiga malam berturut-turut sebelum hari pernikahan calon pengantin mappasau

memakai bedak hitam(uapm andi), terbuat dari beras calon pengantin yang ketan

hangus yang dicampur yang dengan asam jawa digoreng sampai dan jeruk nipis.

calon pengantin dirias mappasau, untuk upacara Setelah acara mappacci atau

tudang penni.

Page 41: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

31

Kata paccing berasal dari yang Mappaccing berati bersih, mappaccing

Upacara ini secara artinyamembersihkan menggunakan diri. simbolik daun pacci

(dilaksanakan pada malam pacar). ini hari maka Karena acara hasa Bugis disebut

dalam bawenni mappacci.

Selesai, Setelah keesokan harinya prosesi mappacci laki-laki wanita

mempelai untuk melaksanakan mempelai akad diantar ke rumah nikah (jika belum

Karena pada melakukan masyarakat akad nikah). Bugis juga Bone ada yang telah

sebelum acara perkawinan nikah dilangsungkan melaksanakan akad yang disebut

sudah melaksanakan kawissoro istilah kawissoro. diantar untuk Kalau hanya dan

makkarawa yang mappasilukang dipimpin melaksanakan acara oleh indo’botting.

makkarawa maka dilanjutkan Setelah mappasilukang dan dengan acara marellau

kepada kedua orangtua maaf dampeng memohon pengantin, dan seluruh kepada

keluarga terdekat yang sempat hadir pada akad nikah tersebut.

4. Prosesi Sesudah Akad Nikah

4)

Prosesi penting dalam ini merupakan Mapparola acara perkawinan adat

balasan dari pihak Boneyaitu merupakan ke pihak kunjungan perempuan laki-laki.

dua yaitu marola wekka perempuan mempelai Adapun hanya bermalam satu

matahari terbit saja dansebelum kedua malam mempelai kembali kerumah seluruh

prosesi akad perkawinan mempelai perempuan.Setelah berlangsung, biasanya

(walimah) dimana semua diadakan acara undangan hadir resepsi tamu untuk

sekaligus menjadi doa restu dan saksi memberikan atas berburuk pernikahan agar

Page 42: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

32

mereka tidak kedua sangka mempelai ketika suatu kedua melihat mempelai saat

mesra.

Bagan Kerangka Pikir

s

Gambar: 1.1 Bagan Kerangka Pikir

Pesan

Simbolik

Non Pesan Verbal

Kinesik

mataGerakan

Sentuhan

Paralanguage

Diam

tubuh Postur

Kedekatan dan ruang

Artifak dan vusualisasi

Warna

Waktu

Bunyi

Bau

Verbal Pesan

Lisan

tulisan

Akad ProsesiNikah

Mappasau

Mappacci

Akad nikah

Mappasiluku

Marellau dampeng

Setelah Akad Prosesi

Mapparola

Resepsi

Mapparola bekke dua

Lamaran Prosesi

Mattiro

Mappesek-pesek

Mammanuk-manuk

Madduta malino

mappasierekkeng

Prosesi Perkawinan

Bugis Bone

Page 43: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode deskriptif juga mempelajari norma-norma atau standar-standar,

sehingga penelitian deskriptif ini disebut juga survey normatif. Dalam metode

deskriptif dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah statis dan

sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Perspektif waktu

yang dijangkau atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau

dalam ingatan masyarakat. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian, misalnya

persepsi, perilaku, tindakan dan lain-lain. Moleong (2007:6). Jenis penelitian ini

adalah bersifat deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian deskriptif memberikan

gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran

tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.

Penelitian ini membahas tentang “Makna Dalam Simbolik Upacara Bugis

Perkawinan Adat Bone”. Maka dibutuhkan suatu analisa yang cukup, makanya

peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, karena dalam penelitian ini

ditunlut untuk memperdalam data (indep interview), karena metode kualitatif

adalah suatuprosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Ucapan atau

tulisan dan perilaku yang dapat diamati dan orang-orang (subjek) itu sendiri. Alasan

33

Page 44: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

34

digunakan metode kualitatif untuk lebih mudah apabila berhubungan langsung

dengan kenyataan yang tidak terkonsep sebelumnya tentang keadaan dilapangan

dan data yang diperoleh dapat berkembang seiring dengan proses penelitian

berlangsung.

2. Pendekatan Penelitian

Peneliti juga harus mampu menyelidiki secara cermat suatu program,

kejadian dan segala aktifitas yang dilakukan dan proses yang dilakukan dalam

sekelompok individu. Stake dalam Creswell (2012) mangemukakan bahwa studi

kasus: merupakan salah satu strategi penelitian yang di dalamnya peneliti memiliki

peranan aktif karena dalam strategi ini peneliti menyelidiki berbagai macam gejala

atau masalah yang akan dileti oleh peneliti tersebut.

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case

bagian dari metode kualitatif study). Studi kasus adalah yang hendak mendalami

secara lebih mendalam suatu kasus tertentu dengan melibatkan pengumpulan

(2012) mengemukakan sumber informasi. Creswell bahwa: studi kasus dari sistem-

sistem yang merupakan salah satu eksplorasi terkait atau kasus.

Studi kasus ini dapat membantu peneliti untuk mengadakan studi mendalam

tentang perorang, kelompok, program, organisasi, budaya, dan agama. Berdasarkan

pendapat di atas terkait dengan pengertian stadi kasus dapat dilihat persamaannya

bahwa studi kasus merupakan suatu pendekatan penelitian yang memfokuskan pada

suatu permasalahan yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai peneliti. Kasus-kasus dan masalah yang akan diteliti

dibatasi oleh waktu dan aktifitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara

Page 45: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

35

lengkap dan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu

yang telah ditentukan. Pada pendekatan penelitia ini peneliti harus benar-benar

mampu menempatkan diri dan mampu menemukan suatu cara yang tepat yang

dapat memecahkan suatu masalah yang akan diteliti karena pada penelitian ini

penelitilah yang berperan aktif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Peneliti mengumpulkan data-data dengan mendatangi rumah-rumah warga

dan tetua adat sertah tokoh agama dan indo botting yang ada dilokasi penelitian

yang diperlukan sebagai bahan analisis data tersebut dengan mengumpulkan

dokumen-dokumen. Penelitian di Desa Mattirowalie ini dilaksanakan Kecamatan

Kabupaten Bontocani Bone.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan, yaitu bulan Juli

sampai bulan Agustus 2019.

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian kualitatif yaitu informan penelitian yang

memahami informasi tentang objek penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga

macam yaitu: Informan yang dipilih harus memiliki kriteria agar informasi yang

didapatkan bermanfaat untuk penelitian yang dilakukan.

Page 46: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

36

1. Informan Kunci (Key Informan)

Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi

pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini tetua adat, tokoh

agamayang menjadi informan kunci.

2. Informan Utama

Bugis Bone yang dahulunya pernah melaksanakan pernikahan. Informan utama

yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interkasi sosial yang diteliti.

Informan utama dalam penelitian ini adalah indo botting, dan masyarakat

3. Informan Tambahan

Informan tambahan adalah masyarakat adat Bugis Bone yang pernah menjadi

saksi atau pernah melihat prosesi pernikahan adat Bugis Bone. Informan yang

dapat memberikan tambahan yaitu mereka informasi terlibat dalam interaksi

sosial walaupun tidak langsung yang diteliti.

Dari informan tersebut selanjutnya dikembangkan untuk mencari informan lain

dengan teknik bola salju (snowball sampling).

Teknik ini digunakan untuk mencari informan secara terus menerus dari

satu informan ke informan yang lain sehingga data yang diperoleh dianggap telah

jenuh atau jika data tidak berkembang lagi.

D. Fokus Penelitian

Pelaksanaan penelitian mencermati atau fokus pada tahapan dalam proses

Bone dan simbol-simbol perkawinan adat Bugis apa yang perkawinan adat Bugis

Bone terdapat dalam uapacara di Kabupaten Bone.

Page 47: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

37

E. Data dan Sumber Data

Sumber yang dapat memberikan data adalah segala sesuatu informasi

mengenai data, berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Data Primer

Sumber (Tokoh Adat, Indo Botting, Tokoh Agama) pada tempat objek penelitian

dilakukan. Data primer data primer diperoleh dari yaitu data yang untuk

menyelesaikan dibuat untuk maksud khusus permasalahan yang dihadapinya.

2. Data Sekunder

Data adalah data yang sesuai sekunder diperoleh yang dengan Sumber data

diperoleh dari artikel, penelitian ini. skunder dokumen, jurnal, buku referensi,

berkenaan dengan situs di internet yang penelitian yang dilakukan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen peneliti pekerjaannya lebih itu sendiri agar utamanya adalah

dalam arti lebih cermat, mudah dan hasilnya lebih baik, lengkap, dan sistematis

diolah. Instrumen pengumpulan sehingga lebih mudah data pada penelitian ini

wawancara dan lembar menggunakan pedoman observasi yang berisi mengenai

Upacara Perkawinan “Makna Simbolik Dalam Adat Bugis Bone”.Oleh karena itu

juga harus divalidasi peneliti sebagai instrumen seberapa jauh peneliti siap

selanjutnya terjun kelapangan melakukan penelitian yang untuk mengetahui prosesi

upacara perkawinan tahapan-tahapan dalam dan simbol-simbol yang perkawinan

adat Bugis terdapat dalam upacara Bone. Dalam penelitian ini juga bantu seperti

tape recorder peneliti menggunakan alat-alat atau handphone video handphone dan

lain kaset atau kamera sebagainya.

Page 48: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

38

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yag relevan dengan apa yang diharapkan, maka

penelitian akan menggunakan beberapa metode diataranya:

1. Observasi

Pada ini penulis melalui mengumpulkan data penelitian observasi berfungsi

sebagai partisipan, serta dalam partisipan yaitu peneliti ikut kegiatan kelompok

kehadirannya yang diteliti, baik yang dilakukan diketahui atau tidak. dengan

tersebut dokumentasi pelaksanaan Data dilengkapi Perkawinan Bugis dokumentasi

yang berupa visual yaitu Bone gambar atau foto-foto yang relevan dengan

penelitian.

2. Wawancara

Pengumpulan melalui wawancara data juga dilakukan mendalam terhadap

yang adat Bugis menjadi nantinya terpilih tokoh-tokoh informan tokoh agama,

tokohadat dalam penelitian ini, yaitu tokoh indo’botting, serta lainnya.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara dokmentasi merupakan suatu hal dilakukan oleh

peneliti guna mengumpulkan data dari berbagai hal media cetak membahas

mengenai narasumber yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi untuk mencari data tentang “Makna Simbolik Dalam Upacara

Perkawinan Adat Bugis Bone”.

Page 49: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

39

H. Teknik Analisis Data

1. Reduksi Data

Peneliti di diperoleh wawancara lapangan melalui data yang, observasi dan

dokumentasi direduksi cara merangkum, memilih dengan dan memfokuskan data

data Penyajian Kesimpulan-kesimpulan data Reduksi data Pengumpulan hal-hal

pada dengan tujuan yang sesuai Penarikan/verifikasi penelitian. Pada tahap ini,

memilah-milah, peneliti data dengan cara melakukan reduksi mengkategorikan dari

catatan lapangan, dan membuat abstraksi wawancara dan dokumentasi.

2. Penyajian Data

(Catatan Wawancara), dan Data yang sudah disajikan observasi, catatan

wawancara, dan dalam bentuk catatan catatan dokumentasi mengorganisasi data,

sehingga diberi kode data untuk peneliti dapat menganalisis Peneliti membuat

daftar dengan cepat dan mudah. awal kode yang sesuai dengan dan dokumentasi.

Masing-masing pedoman wawancara, observasi data yang dianalisis dalam bentuk

refleksi sudah diberi kode dan disajikan dalam bentuk teks. Menghubungkan data

selesai data dilakukan setelah direduksi atau diperoleh dari hasil dirangkum. Data

yang observasi, wawancara dan dokumentasi dalam bentuk CO dianalisis kemudian

disajikan (Catatan Observasi), CW CD(Catatan Dokumentasi).

3. Penarikan Kesimpulan

Analisis dalam model interaktif data kualitatif Langkah terakhir adalah

kesimpulan dari produksi verifikasi atau hasil penarikan Analisis. Berdasarkan

yang telah peneliti membuat direduksi dan disajikan, data kesimpulan yang yang

Page 50: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

40

dengan bukti kuat pada tahap didukung pengumpulan data. Kesimpulan adalah

pertanyaan yang masalah dan jawaban dari rumusan peneliti telah diungkapkan

oleh sejak awal.

I. Teknik Keabsahan Data

Adapun triangilusi adalah teknik pemeriksa keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai perbandingan data itu (Meleong 2010:330). Penelitian kualitatif harus

mengungkapkan kebenaran yang objektif. Karena itu keabsahan data dalam sebuah

penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas

(kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini keabsahan

dilakukan dengan triangulasi.

1. Triangulasi Sumber

Data menghasilkan kesimpulan yang telah dianalisis sehingga kemudian

dengan sumber data dimintakan kesepakatan (Fuadiah, 2011). Penelitian telah yang

dilakukan dengan menguji kredibilitas data cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik

Hal ini kebenaran data dilakukan untuk memastikan, bila data yang

kemudian melakukan diskusi dihasilkan berbeda, peneliti lebih lanjut dengan

sumber data (Tu’nas Fuaidah, 2011). Peneliti telah menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda.

Page 51: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

41

3. Triangulai Waktu

Hasil bahwa keabsahan data pengulasan di atas menunjukan ini perlu

diterapkan kebenaran temuan dalam rangka membuktikan hasil penelitian, dengan

melalui wawancara terhadap kata lain dilakukan pengecekan objek penelitian diluar

pengecekan atau data itu untuk keperluan sebagai pembanding terhadap ini selalu

digunakan untuk data tersebut. Triangulasi mengecek kebenaran data juga

dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi juga membagi teknik yang perlu

diperhatikan oleh peneliti agar dapat terstruktur secara sistematis dan peneliti juga

harus memperhatikan susunan mulai dari triangulasi sumber sampai triangulasi

waktu.

Peneliti telah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara

melakukan telaah wawancara, observasi atau teknik lain kepada sumber data dalam

situasi yang berbeda (Tu’nas Fuaidah, 2011).

Page 52: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

42

BAB IV

DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN

DESKRIPSI KHUSUS LOKASI PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Kabupaten Bone Sebagai Daerah Penelitian

1. Sejarah Singkat Kabupaten Bone

Maka kelompok-kelompok terjadilah penggabungan tersebut termasuk

Awangpone dan Palakka. Cina, Barebbo, Pada manurungmata saat pengangkatan

Bone, terjadilah kontrak to silompo- e menjadi Raja pemerintahan berupa sumpah

Bone dalam hal ini setia antara rakyat diwakili oleh penguasa manurung, Cina serta

lambang kesetiaan dengan 10 sebagai tanda kepada merupakan Rajanya corak

pemerintahan Kerajaan sekaligus pencerminan Bone diawal Disamping penyerahan

berdirinya. diri Raja juga terpatri kepada Sang pengharapan rakyat k agar supaya

menjadi menciptakankewajiban Raja untu keamanan, serta hukum rakyat. Adapun

dan keadilan terjaminnya kemakmuran, penegakan bagi teks oleh penguasa Cina

mewakili rakyat sumpah yang diucapkan Bone berbunyi sebagai riyaaomi’ri

riyakkeng kutappalireng berikut: ”Angikko kuraukkaju elomu elo mattampako kilao

maliko rikkeng adammukkuwa kisawe. millauko ki abbere. tippang.

muamppipirikkeng mudongirikeng temma temmakere. Kerajaan Tanah pada awal

abad ke- IV Bone dahulu terbentuk atau pada tahun 1330, namun terbentuk sudah

ada sebelum Kerajaan Bone kelompok-kelompok dan silompo-e kalula dengan

datangnya la pimpinannya digelar mata ubbi yang digelar to manurung(ri

manurungge matajang) ataumata silompo-e.

42

Page 53: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

43

terjemahan: “Engkau angin musalimurikeng” temmadinging. dan kami

berhembus kayu, kemana kesitu kami daun dan kata-katamu menurut kemauan atas

kami, apabila engkau yang jadi dan berlaku mengundang kami menyambut kami

memberi, walaupun dan apabila engkau meminta anak istri kami jika tuan

menyenanginya, tetapi engkau tidak senangi kamipun tidak menjaga kami agar

melindungi agar kami makmur tentram, engkau berlaku adil dan sejatera engkau

agar tidak selimuti kami kedinginan“.

Bone masyarakat mengenai demikian Tinggi Budaya sistem unsur pokok

norma atau masing-masing adat berdasarkan Lima: rapang, wari satu ade’, bicara,

sama lain, sebagai danSara yang organis terjalin satu kesatuan dalam rasa harga

diri serta pikiranmasyarakat yang memberi martabat dari pribadi masing-

terkandung dalam satu konsep masing. Kesemuanya itu yang disebut “siri” ke

Lima unsur pokok merupakan integral dari tersebut diatas yakni pangadereng (nilai

pangadereng maka norma adat), untuk mewujudkan rakyat Bone memiliki

semangat sekaligus mengamalkan budaya.

a. Sipakatau, menghormati atau artinya saling memanusiakan, menghargai harkat

seseorang sebagai mahluk dan martabat kemanusiaan ciptaan Allah SWT tanpa

saja orangnya harus patuh membeda - bedakan, siapa dan taat adat atau hukum

terhadap norma yang berlaku.

b. Sipakalebbi, posisi dan fungsi artinya saling memuliakan masing-masing dan

pemerintahan, senantiasa dalam struktur kemasyarakatan berprilaku yang baik

budaya yang berlaku sesuai dengan adat dan dalam masyarakat.

Page 54: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

44

c. Dengan berpegang dan berpijak diatas, maka sistem adalah berdasarkan

musyawarah pemerintahan Kerajaan Bone mufakat. Hal ini kedudukan ketujuh

ketua dibuktikan dimana waktu itu kaum (matoa anang) Menurunge sebagai

ketuanya dalam satu majelis dimana ketujuh kaum itu persekutuan yang disebut

diikat dalam satu ikatan kawerang, artinya Ikatan Sistem Kawerang ini

Persekutuan Tana Bone. berlangsung sejak ManurungE hingga Raja Bone ke IX

yaitu sebagai Raja Bone pertama Lapttawe Matinroe Ri Bettung akhir abad pada

ke XVI. Sipakainge, artinya lain, menghargai saling mengingatkan satu sama

nasehat, manerima saran dan pendapat orang lain, kritikan positif dan siapapun

atas sebagai manusia biasa dasar kesadaran bahwa tidak luput dari kekhilafan.

pada nilai budaya tersebut

Pada tahun 1605 Agama Islam masuk di Kerajaan ke X Latenri Bone dimasa

Tuppu pemerintahan Raja Bone Sidendreng. Pada masa Matinroe Ri itu pula

sebuatan Pitu diubah menjadi ade Matoa pitu (tujuh hadat ), sekaligus pula Matoa

perubahan menjadi sebutan mengalami Arung. Matua Ujung Arung misalnya dan

seterusnya. Ujung disebut Arung Demikian perjalanan panjang pada bulan Mei

1950 Kerajaan Bone, kalinya selama maka untuk pertama Kerajaan diawal abad ke

XIV atau Bone tahun 1330 hingga terbentuk dan berdiri memasuki suatu

kemerdekaan terjadi dikota demonstrasi rakyat masa Watampone yaitu

dibubarkannya Negara Indonesia menuntut Timur, serta menyatakan dibelakang

pemerintahan Kerajaan dihapuskannya berdiri dan pemerintah Republik kemudian

Beberapa hari para Indonesia anggota Tujuh mengajukan permohonan Hadat

berhenti.

Page 55: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

45

kemudian terjadi pula beberapa tahun perubahan Disusul nama distrik atau

Kecamatan menjadi berlaku sebagaimana onder distrik saat ini. Pada tanggal 6

seminar yang rumusan hasil April 1330 pada tahun melalui diadakan 1989 di

Peraturan dengan diperkuat Daerah Kabupaten Watampone Dati II Bone No.1

ditetapkanlah tanggal 6 April 1330 Tahun 1990 Seri C, maka sebagai hari jadi dan

diperingati Kabupaten Bone setiap tahun.

2. Kondisi Geografis dan Iklim

Kabupaten Bone secara Geografis terletak antara 4,13 - 5,6 Lintang Selatan

dan antara 119,42 – 120,30 Bujur Timur dan mempunyai batasan wilayah, sebagai

berikut:

a. Utara: Kabupaten Wajo dan Soppeng

b. Timur: Teluk Bone

c. Selatan: Kabupaten Sinjai dan Gowa

d. Barat: Kabupaten Maros, Pangkep, Barru

Ibukota Kabupaten Bone adalah Watampone. Kabupaten Bone merupakan

salah satu Kabupaten yang terletak di pesisir Timur Provinsi Sulawesi Selatan dan

berjarak sekitar 174 km dari kota Makassar. Luas wilayahnya sekitar 4.559 km atau

9,78 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bone mempunyai garis

pantai sepanjang 138 km. Wilayah yang besar ini terbagi menjadi 27 Kecamatan

dan 372 Desa/Kelurahan.

Tipe ini mencakup wilayah Kabupaten Bone bagian Barat. Tipe kedua

memiliki kriteria pola hujan terbalik dengan pola monsoon, yaitu curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Mei – Juni. Tipe ini mencakup sebagian besar wilayah

Page 56: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

46

Kabupaten Bone. Letaknya yang dekat dengan garis khatulistiwa menjadikan

Kabupaten Bone beriklim tropis. Sepanjang tahun-tahun sebelumnya, kelembapan

udara berkisar 77-86 persen dengan suhu udara 24,4 C – 27,6 C. Wilayah

Kabupaten Bone terbagi menjadi dua tipe hujan yaitu tipe hujan monsoon dan tipe

hujan lokal, tipe hujan monsoon memiliki curah hujan tertinggi saat bertup angin

munson Asia yaitu bulan Januari dan Februari.

3. Topologi, Geologi, dan Hidrologi

Bagian endah denga kemiringanbarat adalah daerah pantai dan daratan r

sedangkan ketinggian ruang bervariasi antara 0-26 dengan batuan penyusunan batu

sabak dan basal serta batu tempel (ornamen stone). Topologi wilayah antara 0-4

derajat sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-26 derajat geomorfologi dataran

didominasi pantai, batu gamping, marmer dolomit, kuarsa, Kabupaten Bone terdiri

dari daerah pantai, daratan dan perbukitan.

Adapun komoditas yang telah diusahakan, meliputi: bijih besi, mangan,

eksplorasi dan operasi produksi. Prospektif pabrik semen dan bahan baku yang

Berdasarkan kondisi geologi yang berkembang di Kabupaten Bone, potensi

batubara, pasir, sirtu, tanah timbun dan batu gamping yang didasarkan atas IUP

tersedia di Kabupaten Bone adalah batu kapur (limestone) serta batu pasir kuarsa.

sumber daya mineral dan batubara didaerah ini cukup bervariasi, terdiri dari

komoditas logam, bukan logam, batuan dan batubara.

Potensi sumber daya air di Kabupaten Bone selain dipengaruhi oleh

kawasan, serta sebagian melintas pada beberapa mesyarakat Kabupaten Bone juga

wilayah, juga kondosi klimatologi dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang

Page 57: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

47

memanfaatkan air dari Bendungan Ponre-Ponre yang terdapat pada wilayah

Kecamatan Libureng dan sekitarnya, hampir seluruhnya masyarakat

memeanfaatkan airnya untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku serta

kebutuhan lainnya.

Wilayah Kecamatan Libureng dan sekitarnya, namun bendungan terbesar

kedua Indonesia itu kini menjadi objek wisata favorit. Bendungan Ponre-ponre

memiliki kapasitas tampung 48 juta kubik dan mampu mengairi 4.411 hektar sawah

masyarakat Kabupaten Bone dan masyarakat Kabupaten Bone juga dapat

memanfaatka air dari aliran-aliran sungai yang terdapat dibeberapa wilayah

Kabupaten Bone. Potensih air tanah dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai air

baku untuk berbagai kepentenginan kegiatan masyarakat, baik untuk kebutuhan

konsumsi maupun untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat. Potensi air

tanah wilayah Bendungan Ponre-Ponre yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

Kabupaten Bone dan tak hanya menjadi sumber irigasi pertanian di.

Potensei sumber daya air yang belum dimanfaatkan umumnya terletak pada

kawasan non pengembangan dengan targer irigasi 50 – 400 ha berupa air

permukaan, embung, dan mata air. Seperti sumber daya air yang berasal dari mata

air Trawanie di Kecamatan Bengo Kabupaten Bone. Debit mata air 26 liter/detik,

direncanakan akan dibendung setinggi 10 meter sehingga akan mempunyai air

dalam dan tampukan cukup banyak dan diharapkan akan dapat mengairi hamparan

sawah yang ada dengan luas kurang lebih 500 ha. Beberapa hal mendasar mencjadi

permasalahan potensi air adalah terjadinya kekurangan air dibeberapa wilayah.

Untuk pengendalian pengelolaan sumber daya air diperlukan pengawasan melalui

Page 58: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

48

instansi teknis terkait untuk mencegah terjadinya krisis kebutuhan pelayanan akan

air baku oleh masyarakat Kabupaten Bone. Pengelolaan dan pengembangan air

tanah di Kabupaten Bone masih terus dikembangkan dan dioptiamalkan oleh

pemerintah dan masyarakat untuk memperoleh kualitas yang baik dan kebutuhan

secara terpenuhi. Sumber daya air di Kabupaten Bone umumnya belum

dimanfaatkan secara optimal, masih terdapat beberapa sumber air yang dapat

dieksploitasi untuk kebutuhan irigasi baik berupa sumber daya air permukaan

(sungai) dan mata air, terutama untuk mengantisipasi kekeringan.

4. Kondisi Demografis

Tahap implementasi serta menjunjung nilai-nilai suatu budaya itu dapat

menciptakan kependudukan yang harmonis dalam suatu wilayah apalagi dengan

jumlah kependudukan yang terus bertumbuh, dalam artian rantai atau regenerasi

pemikir (penduduk) dalam perkembangan suatu wilayah itu terus ada dan

berkembang. Penduduk dalam perkembengan merupakan faktor utama suatu

wilayah/daerah. Wilayah yang dihuni penduduk yang peduli, cerdas dan kreatif

dalam memikirkan dan merencanan perkembangan suatu wilayah secara sistematis

sampai kepada.

Sulawesi Selatan,dalam beberapa tahun terakhir, 2012-2015 pertumbuhan

penduduk di Bone naik turun. Pada tahun 2012 jumlah penduduk mencapai 728,

737 penduduk, dan 2013 tembus 1, 134, 119 penduduk dan pada tahun 2014 turun

menjadi 738, 515, tahun 2015 mencapai 742, 912 penduduk, pada tahun 2017

tercatat 863, 654 penduduk. Pada catatan terakhir jumlah penduduk Kabupaten

Bone mencapai 863, 654 yang terdiri dari 422, 818 laki-laki, dan 441, 236

Page 59: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

49

perempuan. Jumlah pertumbuhan dan perkembangan penduduk dalam suatu

wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian, selain itu juga dipengaruhi

oleh faktor migrasi penduduk baik perpindah ke wilayah lain atau masuk dalam

suatu wilayah. Beberapa tahun terakhir Kabupaten Bone selalu menempati urutan

kedua penduduk terpadat setelah Kota Makassar dan merupakan salah satu daerah

padat penduduk di.

B. Deskripsi Khusus Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Kecamatan Bontocani

Bontocani dipimpin oleh Petta Pattiro yang dipanggil dengan sebutan Petta

Tiro. Kecamatan Bontocani diperkirakan berdiri pada tahun 1671, pada saat Bone

telah memasuki masa puncak kejayaannya setelah perang Makassar yang pada saat

itu Bone menjadi kerajaan paling dominan dijazirah selatan Sulawesi. Bontocani

berasal Bahasa Bugis yang artinya bonto adalah gunung dan cani adalah hal

yang manis dan bagus. Pada waktu itu daerah Bontocani terdiri dari Bulu

Sirua, Bana, Langi, Ee Cinnong, Lamoncong. Dari beberapa daerah tersebut,

Adapun Kecamatan Bontocani yaitu dengan Kecamatan Libureng, sebelum

utara berbatasan sebelah timur berbatasan selatan berbatasan dengan dengan

Kecamatan Kahu, sebelah Kabupaten Sinjai barat berbatasan dengan dan

Kabupaten Gowa, sebelah Kabupaten Gowa dan Bontocani terbagi atas 11

Kabupaten Maros. Kecamatan desa/kelurahan yaitu Bontojai, Bulu Sirua, Bana,

Desa Watang Cani, Pattuku, Pammusureng, Kahu, Lamoncong, Mattiro Walie.

Langi, Ee Cinnong, Desa yang terluas wilayahnya luas 69,16 km disusul adalah

Desa Bana dengan Desa Langi dengan luas 59,20 km, terkecil adalah Desa sedang

Page 60: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

50

desa yang wilayahnya Lamoncong yaitu sekitar 29,42 km. Kecamatan yang terletak

di ujung Bontocani merupakan Kecamatan paling berjarak sekitar 112 km selatan

Kabupaten Bone yang dari Kota Watampone. Bontocani 463,35 km atau Luas

wilayah Kecamatan sekitar 10,16 persen dari luas batas-batas administrasi

Kabupaten Bone.

2. Tingkat Pendidikan

Peneliti mengamati kondisi pendidikan di Kecamatan Bontocani tidak

begitu stabil baik dari kondisi sarana dan prasarana, jarak tempuh pengajar dan

siswa kesekolah masih agak sulit sebab akses yang kurang mendukung apalagi pada

musim hujan, pertumbuhan atau kuantitas pelajar tidak terlalu bertambah karena

kebanyakan penduduk lebih memilih melanjutkan tingkat pendidikannya di luar

daerah Bontocani, ada yang lanjut di Kota Bone, Maros dan lain sebagainya apalagi

sudah mau memasuki tingkat pendidikan SMP dan SMA kebanyakan penduduk

memilih sekolah diluar dengan alasan pertimbangan secara pribadi masing-masing.

Kemajuan suatu pendidikan dapat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang

memadai, meningkatkan pembangunan sekolah secara menyeluruh dan akurat,

meningkatkan jumlah pengajar yang berintelektual. Kecamatan Bontocani

memiliki 32 Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 6

sekolah, Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya 1 sekolah, Madrasah Tsanawiayah

(MTS) sebanyak 5 sekolah.

3. Mata Pencaharian

Maka dari itu masyarakat lebih memilih untuk bertani, keindahan alam di

Kecamatan Bontocani sangatlah asri, sepanjang jalan di Kecamatan ini terdapat

Page 61: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

51

sawah-sawah yang sangat luas, terdapat pegunungan yang masih sangat hijau,

selain itu banyak juga hewan seperti sapi, kambing, yang dilepas secara bebas.

Kecamatan Bontocani terletak pada bagian Selatan Kota Watampone dengan

kondisi akses yang kurang stabil dan tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah

bahkan seperti wilayah yang dianak tirikan makanya masyarakat Bontocani selalu

meneriakkan agar Bone Selatan dapat dimekarkan dengan harapan terciptanya

akselerasi pembangunan dan kesejateraan yang adil terhadap masyarakat, dengan

kondisi akses yang tidak stabil itu menjadi penghabat masyarakat untuk

meningkatkan perekonomiannya. Mata pencaharian masyarakat bontocani terbagi

dari beberapa sektor yaitu:

1. Sektor pertanian tanaman pangan

Kecanatan Bontocani adalah ubi kayu. Tahun 2019 kacang tanah, jagung

dan padi yang merupakan komoditi yang cukup lumayan unggulan mengalami

peningkatan yaitu 8.096 ton dari tahun 2018. Begitu lainnya pula dengan komoditi

kecuali ubi kayu. Wilayah wilayah yang Kecamatan Bontocani termasuk potensial

untuk pangan, selain padi tanaman pertanian tanaman sebagai komoditas tanaman

yang dihasilkan di wilayah pangan, tanaman lainnya

2. Sektor pertanian perkebunan

Produksi 2019 terlihat mengalami sangat drastis pada penurunan produksi

yang semua jenis lada dan komoditi kecuali pinang. Jenis di wilayah Kecamatan

produksi tanaman perkebunan Bontocani yang tanaman kemiri dengan merupakan

Page 62: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

52

unggulan adalah jumlah produksi tahun 2019 beberapa komoditi tahun sebesar

1.700 ton.

3. Sektor pertanian peternakan

Peternakan sapi yang kenaikan tiap tahunnya menjadi unggulan mengalami

yaitu dari tahun 2018 sebesar 13.376 ekor sedangkan sebesar 10.728 ekor, 2019

yang terkecil adalah kerbau. Kecamatan untuk usaha di Bontocani sangat potensial

bidang peternakan besar maupun untuk baik itu untuk ternak ternak kecil.

4. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

Dampak perubahan sering dihadapkan pada sistem, nilai, norma, dan

sejumlah gagasan yang didukung oleh media komunikasi yang dapat mengubah

sistem sosial, ekonomi maupun sistem budaya. Perubahan kultur dan sosial budaya

masyarakat terjadi karena tidak homogenisitasnya kultur budaya pada suatu

wilayah sehingga budayanya mulai terkikis akibat pengaruh budaya dari luar dan

akibat perkembangan teknologi yang begitu pesat. Teknologi yang pada hakikatnya

diciptakan untuk memudahkan aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya,

namun dalam kenyataanya teknologi banyak disalahgunakan oleh manusia itu

sendiri. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teknologi banyak membawa

dampak bagi manusia sebagai pembuatnya.

Perubahan kultur budaya masyarakat merupakan kondisi yang tidak berdiri

sendiri, di dalamnya ada beberapa faktor yang terlibat, faktor tersebut meliputi

faktor yang bersifat alamiah maupun sosial, tetapi itu semua tidak berpengaruh oleh

masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya seperti masyarakat

Page 63: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

53

Bontocani yang masih menjujunjung tinggi adat serta budaya bahkan dijadikan

sebagai hukum masyarakat/norma etika yang diwariskan oleh pendahulu. Kultur

budaya masyarakat di Kecamatan Bontocani masih dipengaruhi oleh etnis budaya

Bugis dan kesuluruhan masih tergolong budaya Bugis, rata-rata masyarakatnya

beragama islam.

Kondisi ekonomi masyarakat Bontocani masih terbilang stabil, baik dari

segi kebutuhan primer maupun skundernya sebab sumber daya alam yang yang

memadai dan terus dikelolah, sebagian besar mata pencaharian penduduk setempat

adalah bertani.

5. Kehidupan Keberagaman

Keberagaman merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat.

Perbedaan seperti itu ada pada suku bangsa, agama, ras, serta budaya. Keragaman

yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa indonesia.

Pemerintah harus bisa mendorong keberagaman tersebut menjadi suatu kekuatan

untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesataun nasional menuju indonesia yang

lebih baik.

Bugis Bone khususnya di Kecamatan Bontocani tidak ada keberagaman

secara garis besar baik dari segi budaya, ras serta agama yang dapat mencoreng

nama baik karena seluruhnya masyarakat beretnis tulen suku Bugis dan

berdominasi menganut agama islam. Dalam kehidupan bermasyarakan tidak pernah

lepas dengan yang namanya perbedaan pendapat atau pemikiran sehingga dapat

menyebabkan konflik antar sesama tetapi masyarakat yang ada di Kecamatan

bontocani dapat menyelesaikan dengan cara kekeluargaan. Keberagaman yang ada

Page 64: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

54

pada masyarakat, bisa saja menjadi tantatangan, hal itu disebabkan karena orang

yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali. Munculnya perasaan

kedaerahan serta kesukuan yang berlebihan dan dibarengi tindakan yang dapat

merusak persatuan, karena itu adanya usaha untuk dapat mewejudkan kerukunan

bisa dilakukan dengan menggunakan dialog dengan kerja sama dengan prinsip

kesetaraan, kebersamaan, toleransi dan juga saling menghormati satu sama lain.

Dalam masyarakat.

Page 65: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

55

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah peneliti mengadakan obsevasi dan wawancara, maka dalam bab ini

akan dikemukakan tentang hasil penelitian yang telah didapatkan dari sejumlah

informan yang relevan memhami dan sudah menjalankan tentang tahapan dan

terdapat dalam perkawinan simbol-simbol yang adat Bugis Bone.

1. Tahapan Dalam Proses Perkawinan Bugis Adat Bone

Konsep masyarakat Bugis Bone suatu perkawinan bagi merupakan sesuatu

penting. Tetapi melalui fase dengan yang sakral dan sangat beberapa rentang

panjang agak orang serta melibatkan waktu yang tua, keluarga. apabila kerabat dan

prosesi-prosesi yang Perkawinan menjadi dianggap ideal telah ketentuan adat dan

agama tersebut dilalui.

Perkawinan penting dalam kehidupan dianggap sangat seseorang, karena

untuk membentuk baru sebagai unit keluarga merupakan babak terkecil dari suatu

watak sifat dan orang masyarakat. Sesuai Bone yang r dengan Bugis eligius dan

menuju maka untuk kepada mengutamakan perkawinan kekeluargaan, suatu diper

untuk dan kerabat merestui lukan pkeluarga perkawinan artisipasi tersebut.

Dilangsungkan maka perkawinan beberapa ada Sebelum acara prosesi adat

yang harus prosesi-prosesi tersebut dilalui, adalah berikut sebagai:

55

Page 66: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

56

a. Mammanu’ manu

Langkah dilakukan awal yang Mammanu’ manu merupakan olehorang tua

mencarikan jodoh (pasangan) bermaksud anaknya laki-laki yang yang akan

perkawinan. Mammanu’manu artinya melakukan berlanjut ke jenjang kegiatan

terbang kesana yang tujuannya adalah kemari, seperti burung untuk menemukan

akan gadis yang kelak dilamarnya. Setelah seorang menemukan seorang gadis bisa

dijadikan pertimbangan oleh isteri yang menurut anaknya, maka kepada langkah

selanjutnya dilanjutkanlah kegiatan itu yang disebut “mappese’pese’ perempuan

mendengar bahwa (menyelidiki). pihak laki- Setelah pihak laki benar segala

kerendahan dengan pihak hati ingin melamar perempuan “narekkomakkoitu akan

berkata adatta- tangngaka-nakubali toi. (kalau mempelajari keluarga kami

beginimaksud anda, kembalilah dan mempelajari keluarga saya juga anda)”

Bukan hanya sekedar itu saja, para pendahulu kita melakukan proses

mammanu’manu untuk menilai pihak perempuan apakah bisa membawa kebaikan

ri lino lettu ahera yang artinya bisa membawa kebaikan di dunia sampai di akhirat

nanti jika sudah sah menjadi pasangan suami istri, (Guru Cenre)”. “Dalam kegiatan

mammanu’ manu, yaitu pihak laki-laki melakukan penyelidikan terhadap pihak

perempuan agar sesuai yang diharapkan.

b. Massuro (meminang)

Massuro orang ke rumahperempuan yaitu mengutus beberapa yang akan yang

diutus tersebut dilamar, biasanya orang adalah orang-orang yang mengetahui

meminang. Pertama-tama ia tentang seluk beluk cara harus mengemukakan sopan

Page 67: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

57

santun agar maksudnya orang dengan penuh tua dan akan perempuan yang

dilamarnya keluarga tidak merasa tersinggung.

Rombongan to’ Salah seorang dari madduta mengemukakan maksud yang

dengan kata- halus yang kedatangannya kata bersifat ungkapan-ungkapan yang

menerimanya juga Sementara orang yang menjawabnya bermakna. dengan kata-

makna kata yang halus simbolis.

Berikut salah satu contoh adalah dialog yang pernah dilontarkan oleh informan

peniliti pada saat melakukan acara massuro antara to-madduta dengan to riadduta:

1) To madduta: Engkaka romai lettu dibolata pa wangkalaina karebai

makkedda engka gare hija komba ta na ia engka hija laikku maga

kodikebburakki laleng madeceng wijatta? Saya datang dirumah ta karena

saya mendengar kabar bahwa ada anak perempuan ta dan saya juga memiliki

anak laki-laki. (H. Asse). Bagaimana kalau kita membuatkan jalan

sebagaimana untuk mempersatukan meraka dalam suatu ikatan suci yaitu

adalah penikahan,

2. To riaddutai: Deceng tumai puang pa idi kombae mattajeng ki bahang,

nakko madeceng mu, maga na dena ditarima? Itu merupakan hal yang baik

karena kita sebagai pihak perempuan hanya bisa menunggu, jika itu

merupakan hal yang baik, kenapa kami tidak menerimanya.

Sementara segera melakukan pihak perempuan musyawarah dengan hal

berbagai hal keluarganya seperti besarnya untuk membicarakan uang belanja, hari

pernikahan. uang Pihak mahar, serta pun sama laki-laki guna membicarakan hal

yang persiapan kembali melakukan menjelang perkawinan.

Page 68: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

58

c. Mappettu ada

Bahwa Setelah terjadi lamaran pihak kesepakatan laki-lakitelah diterima

perempuan, maka orang tua baik oleh pihak waktu ditentukanlah pelaksanaan

memutuskan segala ada yaitu yang apa acara mappetu diperlukan dalam Dalam

mappetu acara ada, pelaksanaan pernikahan nanti. berbagai hal dibicarakan yang

pernikahan dengan yang berhubungan meliputi:

1) Tanra Esso: -laki maupun baik laki penentuan hari pernikahan tentang

pihakperempuan waktu-waktu mempertimbangkan bagi luang keluarga.

keluarga tersebut apabila dari petani terdiri Misalkan saja maka dipilh waktu

panen, sedangkan selesai keluarga apabila pada saat terdiri dari pegawai atau

maka dipilih waktu libur pada hari minggu.

Doi Menre: hari Sesudah pernikahan menetapkan (esso tanra), maka adalah

besarnya uang halyang yang diberikan paling penting naik oleh pihak laki-

perempuan. Sekarang pihak untuk ini laki kepada menetapkan uang belanja

melihat harga selalu berlaku yang pihak perempuan dipasaran. Kalau

pernikahan pihak itu menghendaki pesta ramai, perempuan maka uang

belanja kecuali kalau juga antara yang diminta tinggi, perempuan laki-laki

dan ada biasanya saling diserahkan saja pengertian, laki-laki maka kepada

tentang Menurut aturannya kemampuannya uang berapa merupakan.belanja

ini pihak laki-laki kepada biaya yang diberikan oleh pihak perempuan dalam

pernikahan rangka pelaksanaan tersebut. Dalam mappetu pesta acara ada

dibicarkan dan memang telah apabila disepakati tersebut sesudah menikah

laki-laki tidak mampu dan memberi terjadi masalah, misalnya nafkah batin

Page 69: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

59

isterinya sehingga terjadi kepada maka, perceraian uang belanja tersebut tidak

maka dikembalikan.

Sompa (mahar): laki-laki pemberian kepada pihak perempuan uang yang

berupa atau benda, itu sebagai salah dinikahinya, baik satu syarat sahnya

sompa sebagaimana Jumlah diucapkan yang pernikahan. oleh mempelai akad

nikah, pada saat ketentuan adat menurut laki-laki jumlahnya bervariasi

menurut tingkat kebangsawanan seseorang.

Sejak daerah lama di Sompa Bugis, yang berlaku dinilai dengan sebut

yang di real (orang mata Bugis uang menyebutnya lama rella). Bagi

dinyatakan tinggi sompa dengan kati bangsawan senilai 88 real, ditambah

senilai 40 real dan satu ekor satu kerbau orang hamba atau senilai 25 real. dari

kalangan bagi perempuan tinggi bangsawan Sompa disebut mencapai 44

sompa kati. Sedangkan bocco bagi perempuan yang bisa dari kebawah hanya

bangsawan satu kalangan menengah kati, orang bagi baik-baik setengah kati,

dan bagi kalangan orang biasa hanya seperempat kati.

d. Mappasiarekeng dan Mappaenre balanca

Biasa pelaksanaannya orang menggabungkan pada Dalam acara mappetu

dan mappaenre balanca. acara mappasiarekang ada dengan Itu tergantung dari

pengantin pihak calon dengan berbagai kesempatankedua belah pertimbangan

misalnya, mengefesienkan waktu. Acara dan mappasierekeng mengirit biaya yaitu

telah dibicarakandan mappaenre balanca menguatkan kembali apa yang yaitu

belanja sesuai dengan membawa antara pihak sejumlah uang kesepakatan laki-laki

mappetu pada saat ada. dengan pihak perempuan Rombongan pihak laki-laki

Page 70: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

60

perempuan yang dari laki- berpakaian terdiri laki dan dipimpin adat dan oleh Begitu

pula yang perempuan seseorang dituakan. menyambut dengan kedatangan pakaian

pihak laki- adat rombongan laki pula. Pihak membawa sirih laki-laki

(menyuguhkan sesuatu) untuk mappaota tujuh berupa pinang ikat daun sirih, tujuh

bungkus tujuh kapur, tujuh biji buah bungkus pinang, tembakau. Semua

mengandung makna benda tersebut penghargaan jenis kepada keluarganya. calon

mempelai Selain itu, pihak wanita laki-laki termasuk seluruh membawa pula buah

dan dua barang cincin berupa lembar satu sarung. sarung Cincin dan tersebut

mempelai dipasangkan kepada wanita setelah mappasierekeng calon acara selesai.

tersebut dan sarung tanda dimaksudkan sebagai Cincin ikatan yang dalam bahasa

dari calon disebut mempelai Bugis passeo mempelai laki-laki calon kepada wanita.

“Kebiasaan pendahulu-pendahulu suku kita Bugis atau ketika mappettu

daun sirih, mengunyah daun maka pemberian ada yaitu dengan segala sirih pinang,

tembakau kelengkapannya gambir,, seperti dan lain-lain merupakan tinggi pada

masa penghargaan yang lampau. (H. Asse)”.

e. Mappaisseng (mengundang)

Mappaisseng oleh pihak laki-laki yaitu dilakukan baik maupun pihak

informasi kepada segenap memberi keluarga, perempuan untuk handai tolan pesta

akan dilaksanakannya pernikahan tentang tersebut. Kegiatan sebelum ini biasanya

dilaksanakan acara puncak. tujuh hari Dahulu sebelum adanya alat percetakan, oleh

beberapa orang kegiatan mappaisseng atau lak- dilakukan wanita laki untuk kepada

menyampaikan segenap keluarga secara rencana lisan tentang pernikahan yang

kegiatan tersebut. melakukan Tersebut. Orang mappaisseng itu, terdiri dari adat

Page 71: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

61

laki-laki dan dengan pakaian perempuan lengkap. Biasanya laki sama berpasang

laki- dengan pasangan yaitu jumlah jumlah perempuan.

“Kalau orang tergolong bangsawan yang akan dipaissengi tinggi, maka

pappaisseng berjumlah 12 orang, untuk bangsawan menengah 6 orang dan untuk

masyarakat biasa 4 atau 2 orang, (Nammi)”.

f. Cemme passili (mandi bala tula)

Permohonan dilakukan kepada sebagai Allah dijauhkan SWT agar dari

Acara segala macam ini dilaksanakan bahaya. pada ketika matahari pagi hari.

Cemme sebelah timur passili mulai muncul di calon mempelai dilakukan oleh

mempelai laki-laki wanita untuk dan calon malam memasuki pada acara harinya.

mappacci

Tata oleh indo' pelaksanaannya botting cara dipandu (rias juru pengantin)

di atas mempelai sebuah dengan mendudukkan yang masih calon kelapa utuh

loyang besar. Calon di atas yang diletakkan mempelai baju dan memakai sarung

sebentar akan yang kepada indo' diserahkan yang baru botting mandi yang prosesi

itu memandikannya. Selama berlangsung, tula bala lilin (dahulu pelleng pesse)

akan Air yang digunakan harus selalu manyala. cemme passili untuk harus dilekke

yang (diambil) dengan suatu acara khusus dilakukan oleh indo' botting. Adapun

akan digunakanyaitu, daun siriv kekayaan, daun waru simbol harga diri, daun

kesuburan, daun tebu simbol serikaja simbol simbol kenikmatan, daun cangadori

simbol penonjolan.

Page 72: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

62

Kelima ke dalam gentong atau bahan tersebut dimasukkan loyang terbuat lekat

atau sebagai simbol dari melengket yang tanah liat saling telah dialasi yang okkong

disebut atau dengan sebagai simbol semacam tikar appereng jalinan siap

kebersamaan. maka dilakukanlah Setelah penyiraman semuanya pertama yang

botting oleh indo’ dengan membaca dilakukan Basmalah dilanjutkan kemudian

kiranya Allah doa SWT dengan membaca senantiasa beberapa berkah –Nya kepada

memberikan mempelai calon

Penyiraman 3 kali dengan: Kepala kemudian dimulai selangkah kiri atau bahu

3 kali, punggung seluruh dan kanan 3 kali. Bahu badan sebanyak 3 kali

mempersilahkan kepada sesepuh sesudah indo’ botting atau keluarga lainnya yang

selesai untuk sama. Setelah melakukan itu pun dipercikkan hal maka air ke arah

agar dengan maksud semua yang tidak baik luar pintu rumah keluar pula melalui

atau mappassili’ selesai maka pintu. Sesudah cemme passili’ calon mempelai baik

disilakan mandi itu laki-laki perempuan seperti maupun biasa.

Calon perempuan mempelai memakai:

1) Waju Tokko jambu merah warna

2) Lipa sabbe hijau dan perhiasan warna sekedarnya

Calon bisa pria mempelai memakai:

1) Waju Belladada ditentukan tidak warna

2) Lipa yang sabbe serasi

3) pamiring Songko

Page 73: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

63

“Para pendahulu kita jika ingin melakukan cemme passili dia mengambil air

dari tempat yang mistis seperti dari sumur yang dianggap ada penghuninya, tapi

seiring perkembangan zaman dan tempat itu sudah susah didapatkan, maka

sekarang orang hanya mengambil air yang mudah dujangkau, (Guru Cenre)”.

g. Mappacci

Mappacci pacci (daun pacar) berasal dari kata yaitu semacam tumbuhan

Bugis daunnya biasa yang sebagai belo oleh orang digunakan kanuku (hiasan atau

memasuki pada saat bulan pemerah kuku), ramadhan. terutama Kemudian dari

paccing (bersih atau kata pacci dikonotasikan suci) yang menjadi kata diyakini

kedua calon bagi mempelai. akan makna Dengan memiliki demikian acara simbolis

yaitu mappacci mempunyai kebersihan arti dan kesucian suatu sebagai diperlukan

sebelum unsur yang memasuki sangat acara prosesi dari puncak perkawinan.

Acara mappacci juga tudampenni disebut (malam duduk) dilaksanakan di

pada calon mempelai malam rumah masing-masing hari pelaksanaan sebelum

disebut tudabbotting (pengantin duduk) resepsi pernikahan pada yang malam

mappacci dihadiri ini hanya berikutnya. Pelaksanaan oleh acara kerabat, keluarga

kedua calon tetangga terdekat mempelai. dan Sebelum acara atau pada mappacci

harinya sore keluarga tudampenni dilaksanakan, kedua disebut calon mempelai

mallekke' melakukan pacci kegiatan yang (pengambilan daun pacci/pacar). Kalau

adalah, calon mempelai tersebut keturunan bangsawan maka tempat malekke' raja

atau dilakukan di pemangku pacci rumah adat. Sedangkan calon bagi mempelai

orang kebanyakan (masyarakat biasa), yang hanya berasal dari maka tempat

dirumah kerabat mallekke dilakukan pacci terdekatnya saja.

Page 74: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

64

{{

Apabila dari keturunan bangsawan, calon berasal maka mempelai yang

adalah keluarga yang melakukan mallekke' pacci, tua, muda, terdiri atas dengan

pakaian pria dan wanita. Iring-iringannya adat lengkap adalah sebagai berikut:

1) Pembawa tombak

2) Pembawa sirih tempat

3) Pembawa berisi yang bosara kue-kue

4) Pembawa yang pacci dipayungi daun dengan lellu

5) Pembawa berupa alat bunyi-bunyian gendang, gong, anabbeccing dan lain-

lain.

Apabila dari orang kebanyakan berasal maka calon mempelai yang akan

atau dua melakukan cukup satu mallekke’ terdekatnya pacci orang keluarga juga

lengkap. Langsung pakaian melakukannya dengan adat dirumah kerabat calon

mengambil daun pacci mempelai atau langsung dari pohonnya.

untuk membersihkan atau mensucikan dari segala sesuatu baik dari calon

mempelai wanita maupun calon mempelai laki-laki, (H. Asse)”. ”Masyarakat

bahwa acara mappacci Bugis mempercayai dalam proses pernikahan mempunyai

makna simbolis yaitu merupakan suatu kegiatan yang bertujuan

h. Mappaenre botting

Prosesi perkawinan adalah sebagai acara puncak saat mappaenre botting

diantar ke rumah yaitu mempelai laki-laki mempelaiwanita. Pada hari itu orang

(puncak acara), atau biasa Bugis menyebutnya mata disebut gau' juga sebagai

Page 75: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

65

(pengantin hari). Orang esso -orang appabbottingeng yang mempelai mengantar

wanita -laki ke rumah pampawa disebut laki botting (pengantar dari perempuan

laki-laki dan pengantin) yang dengan pakaian terdiri adat.

Setelah rumah di mempelai berada depan wanita, mempelai laki-laki

keluarga dijemput oleh perempuan bersama pengiringnya berjumlah yang empat

laki-laki terdiri dari atau orang atau Mereka berpakaian lebih perempuan. adat dan

(sekarang rokok) membawa atau benda sirih pinang sebagai apa saja tanda bahwa

rombongannya telah d mempelai laki-laki iperkenankanberserta memasuki

mempelai laki-laki rumah dari calon mempelai wanita. membawa Sedangkan leko'

(sirih dilakukan dua biasanya kali, pinang). Mappaenre leko' pada acara pertama

disebut leko' ada yang caddi: mappasiarekeng atau meppetu Kedua pada acara

acara mappaenre pernikahan yang botting atau disebut leko' lompo. barang

Perbedaannyahanya yang dibawa, yaitu dari leko' segi jumlah caddi jumlahnya

banyak sedikit, jumlahnya dan lompo lebih sedangkan leko lengkap. Misalnya,

kalau adalah calon mempelai keturunan bangsawan maka jumlah bosara tradisional

wanita tinggi, sebanyak 14 buah yang berisi kue-kue. Disamping itu, bosara yang

buah berisi kue-kue tradisional jumlahnya 12 atau 14 seperti onde-onde, cucuru'

doko'doko' utti, dan sebagainya. te'ne, baje', dodoro', Selanjutnya alat-alat mandi,

pakaian dan perhiasan kecantikan, alat-alat untuk sesuai pihak laki- orang

kemampuan biasa jumlahnya laki bagi hanya . Sedangkan sampai 12 buah. Bahkan

laki- ada mempelai laki membawa yang mengharuskan dua ekor calon ayam (jantan

disebut dan orang Bugis betina) yang pattampa oleh baja (pengundang siang). pintu

rumah di depan wanita berjejer mempelai Sementara sejumlah penjemput dengan

Page 76: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

66

pakaian adat. perempuan laki-laki dan Seorang tua perempuan menunggu beras ke

menebarkan arah di pintu sambil mempelai laki- menuju telah laki dituntun tersedia

dan para lamming (pelaminan) yang disilahkan pengiringnya duduk saat . Beberapa

kemudian, mengambil tempat untuk akad dimulai dengan nikahpun pegawai syara'

yang wali atau tuntunan ditunjuk sebagai wakil dari orang tua menggenggam tangan

mempelai imam, wanita. Dengan pengantin laki-laki sesuai ketentuan agama

mengulangi ikrar-wajib Islam, menandatangani kemudian buku apa mahar bentuk

dan nikah. Imam menanyakan seorang kadang-kadang imam belanja dan dicatat

oleh juga menanyakan uang pegawai seorang wali KUA. Salah menyerahkan uang

belanja kepada keluarga mempelai pengantin laki-laki wanita. qabul (akad nikah)

proses dan Setelah mengucapkan ijab penyerahan dan mahar pengantin laki-laki

kepada uang belanja dari wali keluarga pengantin perempuan, dituntun oleh seorang

laki-laki maka mempelai laki-laki yang berpengalaman mempelai wanita untuk

masuk ke kamar makkarawa bahagian- (memegang) wanita sebagai mempelai

tanda bahagian tubuh bahwa sah untuk sudah keduanya bersentuhan.

Kebiasaan, pemegang kunci tetapi menurut adat pintu kamar mempelai

membuka pintu sebelum wanita tidak akan diberi uang oleh pengantar mempelai

pattimpa tange' (pembuka pintu) laki-laki yang disebut. Begitu pula ketika telah

berada dalam mempelai laki- akan lagi laki kamar, tidak dibukakan kelambu yang

disebut pattimpa uang sebelum mengeluarkan boco' (kelambu pembuka). Setelah

laki- pengantar mempelai laki semuanya dipenuhi oleh, mempelai barulah laki-laki

pengantin duduk dekat wanita untuk diperkenankan melakukan sentuhan yang

Menurut kebiasaan, oleh pengantar dipandu mempelai pengantar. laki-laki laki

Page 77: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

67

agar mempelai laki-berusaha untuk mengarahkan bagian yang dapat menyentuh

dianggap wanita makna memiliki tubuh mempelai simbolis, cincin kemudian dijari

pengantin -laki memasangkan mempelai laki wanita beberapa dan duduk saat

mereka disampingnya sebelum selama dipandu tua pengantin untuk menyalami

kembali orang wanita.

“Pengantin ubun-ubun mempelai laki-laki berusaha menyentuh wanita

dengan harapan setelah atau bagian leher isteri yang menjadi sah akan selalu Ada

maraba tunduk pula yang kepada suaminya. dengan harapan perut, bahwa

mengalami kesulitan. kelah akan Oleh kehidupannya masyarakat Bugis/Makassar,

Mandar menyakini bahwa masyarakat begitu pula sentuhan pertama sang suami

tidaknya membina menentukan berhasil rumah akan tangga dikemudian hari,

(Nammi)”.

i. Mapparola

Mapparola yaitu diantar mempelai perempuan oleh acara keluarga dan

rumah saudaranya mempelai sanak ke laki-laki. biasanya Pelaksanaannya setelah

atau tiga biasanya dua acara akad nikah kedatangan jam setelah pengantin laki-

harinya, dengan pakaian keesokan sepert laki atau i pada hari pernikahan. Acara

mempelai perempuan dari rumah perkawinan tersebut berpindah ke rumah dihadiri

oleh para undangan. mempelai laki-laki yang Sebagai tanda syukur pihak kembali

mappaota (memberi sesuatu) keluarga pengantin laki-laki kepada rombongan

pengantin wanita mempelai perempuan. Ketika tiba dirumah wanita belum boleh

meninggalkan pengantin laki-laki, pengantin kendaraan yang datang

menjemputnya. Pihak ditumpanginya sampai mertuanya pengantin wanita akan itu

Page 78: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

68

sebelum diterima dan mengiringi pasangan baru diersilahkan duduk seperti tata

pihak perempuan ketika cara yang dilakukan menerima pihak laki-laki. Sesaat

wanita pergi maka pengantin sebelum pengantar pengantin perempuan akan kepada

ibu membawa pemberian sarung pengantin laki-laki sarung itu dan menyerahkan

kepadanya.

“Wanita dalam masyarakat Orang Bugis tua pengantin Bone tidak pernah

karena dianggap besannya patut tidak ikut kerumah bagi mereka pihak laki-laki

untuk sampai mengunjungi menantu barunya telah mengunjungi acara massita

mereka dalam baiseng, (H. Asse)”.

j. Resepsi

Pada malam itu juga apabila resepsi dilakukan, dan diselenggarakan pihak

resepsi atau oleh kedua pengantin wanita di pihak di ruang belah tempat yang

melangsungkan resepsi siang pihak wanita disewa. Jika dan resepsi akan malam,

maka melaksanakan pengantin pria pada respsi pihak hari berikutnya.

k. Menginap tiga malam dan pertemuan antar besan

yaitu kedua pada hari mempelai ketiga, kembali ke rumah mempelai

berpakaian lagi pengantin. perempuan, Begitu tetapi pengantarnya tidak pula tidak

lagi botting dan mapparola. Baik seramai ada saat mappaenre mempelai maupun

bahasa Bugis disebut pampawa, pengantar yang dalam semuanya berpakaian biasa.

Orang tua mempelai pada datang ke rumah malam harinya laki-laki baiseng

(menemui besan). perempuan Kemudian mempelai massita pada hari mempelai

kembali ke rumah keempat, kedua mempelai untuk mabbenni laki-laki malam).

Page 79: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

69

Pengantarnya hanya tellumpenni (terdiri dari bermalam tiga keluarga tua atau dekat

seperti orang pengantin perempuan saudaranya. ini Tetapi sekarang tu hanya

tellumpenni idilaksanakan pada umumnya malam mabbenni satu saja.

Dengan maka selesailah sudah prosesi selesainya tersebut, rangkaian suami

isteri kedua pasang acara perkawinan siap memulai hidup dan tersebut lainnya

seperti kunjungan baru. keluarga, Acara-acara ziarah dan kubur lain-lain,

kesepakatan antara berdasarkan dilaksanakan keduanya.

2. Makna Simbolik Dalam Upacara Perkawinan Adat Bugis Bone

Bugis Bone sarat perkawinan Prosesi adat dengan makna simbolik yang dari

setiap prosesinya, mengandung makna tersendiri verbal baik itu maupun non setiap

prosesinya. Berikut dalam hasil verbal selaras eksplorasi pada penulis mengenai

perkawinan simbolik Bugis makna prosesi Bone.

a. Mappettu ada

Beberapa penulis dalam mendiskripsikan akan gambar membantu makna

yang terangkai prosesi-prosesi acara dalam dari mappettu ada.

Page 80: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

70

Gambar 1.2 : prosesi mappettu ada, kedua keluarga saling berunding

mencapai kesepakatan bersama.

Sumber : Data primer, di proleh pada tahun 2019.

Pada gambar 1.2 mempelai calon wanita pertemuan dari keluarga menyambut laki-

mempelai laki, dalam pelamaran keluarga diatas calon situasi pesan verbal

digunakan. maupun bahasa Sedangkan yaitu baik pesan non tulisan dalam verbal

yang mencakup wilayah sosial yaitu kedekatan dan ruang yaitu kedekatan yang 12

kaki, masih simbol berjarak antara 4 sampai kedekatan dan non verbal ruang dari

dan sudut ruang posisi segi terrritory dari ini mempunyai pertemuan posisi saling

menyampaikan lamaran dan dimana untuk berhadapan berunding efektif. diantara

dua Selain dari kedekatan keluarga dapat berlangsung pesan non dan ruang situasi

gambar diatas yaitu verbal yang ada pada digunakan pada paralanguage utusan

kedua -masing belah saat masing pihak

pantun sajak atau dalam keluarga saling berbalas melamar pengantin calon

sang wanita.

Prosesi mappettu ada merupakan tradisi adat Bugis yang dilakukan oleh

pendahulu kita dari dulu sampai saat ini, mappettu ada dilakukan untuk menetapkan

tanggal pernikahan serta menyepakati kembali pembicaraan saat prosesi lamaran

sebelumnya, “Mapettu artinya memutuskan dan ada yang artinya omongan. (H.

Asse)”.

Page 81: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

71

Pemasangan selanjutnya cincin kepada prosesi calon wanita mempelai dari

laki-laki. pesan non keluarga calon mempelai terdapat pada verbal yang situasi ini

dimaksudkan sebagai pemasangan dan visualisasi cincin yaitu artifak emas dari

calon kepada pengantin calon pengantin yang disebut laki-laki perempuan juga

Bugis Bone sebagai masyarakat passeo’ tanda ikatan pada sebagai calon kepada

calon laki-laki mempelai wanita.mempelai

b. Cemme passili

Cemme makna passili dari pada saat acara verbal yang simbol non pada bau,

dimana perlengkapan prosesi adalah dari cemme prosesi ini pasili yaitu akar-akaran,

dan bunga-bungaan terdiri dari rempah-rempah, yangmengeluarkan bau Bugis

Bone khususnya harum. Pada masyarakat di Desa Mattirowalie dipercaya yang

akan menghapiri sang dapat menolakbahaya calon pengantin.

”Kepercayaan mempelai bahwa calon itu masyarakat Mattirowalie mudah

disebut raporaponna makanaya bahaya terkena yang calon mempelai harus

melakuan cemme passili dangan menggunakan rempah-rempah, daun siri, bunga-

bunga harumdan ini dijadikan sebagai tula bala yang artinya penolak bahaya,

(Nammi)”

Page 82: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

72

c. Mappacci

Gambar 1.3 : memberikan keluarga pengantin daun pacci di tangan

pengantin

Sumber : Data primer, diproleh pada tahun 2019.

Dalam pesan vebal prosesi seperti mappacci, yang bahasa, digunakan

membimbing jalannya acara protokoler dimalam mappacci. acara untuk Biasanya

persatu makna simbolik satu dari berbagai dengan menguraikan kelengkapan yang

telah mappacci, orang-orang juga oleh keluarga calon memanggil dipilih daun

pacar ditangan memberi pengantin pada pengantin untuk malam mappaccsi.

Adapun pada prosesi verbal simbol non mappacci yaitu:

1) kinesik, yaitu menengadahkan calon pengantin telapak pada saat tangannya

isyarat bahwa calon memberi pengantin keatas yang siap diberikan daun tidak

jarang pada displays malam pacar, affect mappacci sang calon perasaan

pengantinmeneteskan matanya karena air orang tua memberi haru pada saat

daun pacar pengantin ketangan sang calon calon pengantin,

2) Paralanguage protokol memberi pada saat penekanan-penekanan makna dari

acara menguraikan dalam malam mappacci.

3) Diam, diperbolehkan berbicara tidak selama calon pengantin prosesi ini sang

calon pengantin diharapkan bersikap berjalan mallebi’.

Page 83: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

73

4) Bunyi, yaitu adanya tabuhan pada malam dan tui-tui (alat mappaci gendang

Sulawesi selatan) dari saat pembawa pada kesenian tiup lilin menjemput

memberi daun pacar yang akan kepada orang tua calon pengantin.

5) Artifak dan visualisasi,

”Sarung Bugis lima lipa lembar sabbe sebanyak secara diletakkan berlapis-

daun pisang, atas pucuk lapis di melambangkan harga atau martabat diri. Bantal

berisi kapuk atau yang terbuat dari kain, kapas, sebagai pada saat alas kepala tidur

Daun dihubung-hubungkan nangka yang melambangkan kesuburan. satu sama

diletakkan tikar bundar, diatas lainnya sehingga berbentuk lima lembar sarung itu,

Bugis menghubungkan dengan oleh orang kata daun panasa menasa (cita-cita atau

mempelai nantinya setelah pengharapan) agar calon menikah memiliki rumah

keadaan pengharapan tangga dalam untuk membina murah sejahtera dan rezeki.

dalam sebuah piring dan Benno (kembang beras) ditaruh diletakkan berdekatan

pacci, benno memiliki dengan tempat daun calon mempelai makna agar nantinya

dan berketurunan dapat berkembang setelah berumah tangga dilandasi yang cinta

kesejahteraan. Lilin yaitu alat kasih, penuh kedamaian dan penerang, Lilin itu dan

daun tempat benno pacci ditetakkan berdekatan dengan mengandung yang dalam

menempuh calon makna agar mempelai masa mendapat petunjuk depannya dari

senantiasa Al-lah SWT, (Guru Cenre)”.

Page 84: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

74

d. .Mappaenre botting

Gambar 1.4: Prosesi mappaenrre botting, kedatangan pengantin laki-laki

disambut dengan tari-tarian dari keluarga pengantin perempuan

Sumber : Data primer, diproleh pada tahun 2019.

Gambar 1.4 calon mempelai laki-laki menggambarkan pada saat tiba di

wanita disambut dengan rumah calon mempelai tarian paddupa. Sementara dari

pria beberapa p calon pengantin ampawa botting leko’ terlihat membawa dan

kepada calon pengantin diberikan sompa, untuk wanita. Makna ada artifak simbolik

yang dan visualisasi, diatas pada gambar dan bunyi. leko’ Makna dari tersebut calon

pengahargaan dari pengantin adalah segala kepada calon bentuk laki-laki makna

dari bunyi pui-pui dan pengantin wanita. sedangkan tabuhan yang diartikan

gendang yaitu sebagai tari iringan musik tari padduppa tradisional Bugis untuk

memberikan sambutan Makassar yang tamu atau ditujukan kepada pejabat yang

dalam hal ini acara hadir dalam suatu Adapun acara perkawinan. makna simbolik

mappaenre botting harus digelar lainnya yaitu waktu prosesi sebelum matahari

berada dipuncaknya.

” Pengantin akan terus meningkat seperti matahari yang terus naik

kepuncaknya Sampai sekarang masyarakat Mattirowalie melangsungkan prosesi

Page 85: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

75

mappaenre botting dipagi hari dan tidak boleh lewat dari jam 12 siang agar rejeki

kehidupan rumah tangga., (Nammi)”.

[

e. Akad nikah

Gambar 1.5 : Prosesi ijab kabul pengantin laki-laki di hadapan penghulu

Sumber : Data primer, di proleh pada tahun 2019

Pada gamabar 1.5 qabul sang calon pria yaitu pada prosesi ijab menggenggam oleh

wali disaksikan laki-laki tangan penghulu calon dan dari pengantin wanita yang

menghadiri prosesi beserta akad seluruh keluarga nikah, simbol verbal yang

penghulu maupun mempelai di dari ucapkan baik dari laki-laki yaitu berupa ikrar

permintaan dan penerimaan yang pernikahan. Sebuah pernyataan menyangkut

khusunya pengantin perempuan sepanjang kehidupan pengantin, yang dimintakan

ayah sang pengantin perempuan. Dalam oleh pengantin pria kepada prosesi verbal

mempelai lisan oleh laki-laki, telah diucapkan simbol non secara maka verbal

paralanguage adanya penekenan-penekan pada prosesi ini yaitu suara yang

mempelai pria padasaat disampaikan penghulu kepada membimbing ijab qabul

sentuhan, makna non verbal dan juga touching atau menggenggam tangan antara

dan adalah penghulu sebuah mempelai penganti laki-laki simbol dimana restu calon

Page 86: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

76

pengantin untuk menikahi laki-laki memohon pengantin wanita dan berikrar

pengantin wanita dan seluruh baik dihadapan wali yang tetapi calon keluarga juga

dihadapan berikrar menghadiri Allah SWT prosesi tersebut beserta menyaksikan

malaikatnya prosesi yang turut tersebut.

“Ijab qabul dalam sah sebuah merupakan syarat seperti halnya pernikahan,

prosesi ijab qabul itu sebuah transaksi, transaksi suci jadi merupakan dan sakral

berhubungan dengan langsung yang Allah SWT, (Guru Cenre)”.

Setelah mengucapkan ijab pengeantin laki-laki selesai kabul maka doi’

sompa dari balanca dan selanjutnya keluarga penyerahan pengantin laki-laki

Adapun lise perempuan. sompa kepada keluarga pengantin dari berisi sejumlah

makna simbolis yang barang yang membawa memiliki dipercaya kebaikan bagi

hari, berikut makna dikemudian pasangan pengantin artifak dan barang-barang

dari lise’ visualisasi sompa.

“Selembar uang yang artinya semoga tidak kekurangan uang,buah pala

yang menyimbolkan kesuksesankayu manis yang melambangkan keharmonisan

yang menyimbolkan kemampuan rumah tangga, jarum menambal hal-hal secara

dan kejujuranberas yang adil penuh hormat melambangkan perbekalan rumah

daun lontar sebagai simbol tangga, keranjang kecil dan persatuan, daun penno-

penno menyimbolkanbanyak uang, pisau yang menyimbolkan kelahiran anak, buah

nangka sebagai simbol cintaammi”.

Page 87: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

77

f. Mappasikarawa

Selesai maka dilanjutkan setelah akad nikah dengan acara mappasiluka ini

merupakan kegiatan atau mappasikarawa. Acara mempertemukan mempelai laki-

laki- Pengantin laki diantar laki dengan pasangannya seseorang . oleh yang menuju

kamar pengantin oleh keluarganya dituakan perempuan. di Setiba kamar, pengantin

oleh menuntun laki-laki orang yang menyentuh mengantar untuk bagian

perempuan. Ada beberapa pengantin variasi tertentu tubuh bagian tubuh yang

tangan, ubun-ubun, bagian atas disentuh yaitu, jabat dada dan telinga.

“Berjabat kedua pasangan tangan agar nantinya ini saling mengerti dan

memegang ubun-ubun bahkan saling memaafkan, kemudian menciumnya agar oleh

istrinya, memegang tidak laki-laki diperintah bagian agar atas dada mendatangkan

rezeki yang kehidupan keluarga akan banyak seperti gunung, istrinya dapat maksud

agar senantiasa memegang telinga mendengar dengan ajaran suaminya, (Nammi)”.

Dari penjelasan mappasikarawa maka makna simbolik prosesi jelas pesan

prosesi ini yaitu non verbal dan pada kedekatan ruang sentuhan dan dari territory,

segi bau.

Page 88: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

78

g. Mapparola

Gambar 1.6 : Pengantin perempuan membawa sarung dan yang di serahkan

kepada mertuanya.

Sumber : Data primer, diperoleh pada tahun 2019.

Kedua pasangan ini mampu kegiatan ini diharapkan mencurahkan kasih ada

tua tanpa perbedaan, sayangnya kepada kehidupan orang sehingga rumah oleh

keridhoan dinaungi tangganya orang senantiasa tua kepada keridhoan yang

berjuang Allah SWT.

untuk diberikan kepada mertuanya, kegiatan ini dilaksanakan dikamar

mempelai laki-laki. Artinya penghargaan dan pengantin perempuan memberikan

kasih orang tua sayangnya kepada suaminya, (Nammi)”. “Dalam acara mapparola

juga dilakukan makkasiwiang yang artinya pengantin perempuan membawa sarung

dan diantar oleh indo’botting

Page 89: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

79

h. Resepsi atau Tudang Botting

Gambar 1.7 : Tamu undangan memberi selamat kepada sepasang pengantin

paada prosesi tudang botting.

Sumber : Data primer, diperoleh pada tahun 2019.

Makna acara ada pada atau resepsi simbolik yang tudang botting yaitu dari

segi wilayah umum kedekatan dan ruang dari pasangan yang ditunjukkan panggung

yang juga disebuah disebut pengantin duduk pelaminan yang perlengkapan telah

perkawinan dihias Bugis. Juga oleh beragam makna simbolik tamu undangan ketika

para sentuhan dapat dilihat akan langsung yang datang naik sepasang pengantin

baru, menyalami yang kepelaminan untuk juga berati restunya kepada sepasang dan

pengantin memberi doa agar kelak keluarga yang sakinah, mawaddah nantinya

membangun dan warohmah.

“Dalam prosesi tudang botting atau duduk pengantin yaitu untuk

mappasilorongeng dalam artian menghubungkan serta menyatukan antara keluraga

pengantin perempuan dengan keluarga pengantin laki-laki, jadi duduk menyatukan

Page 90: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

80

sepasang suami-istri pengantin bukan hanya tetapi juga menyatukan dua rumpun

keluarga, (Nammi)”.

B. Pembahasan

Clifford Geertz dalam pendapat (Sobur Sejalan dengan, 2003:178) yaitu

konsep- sistem dari konsep kebudayaan adalah sebuah diwariskan yang dan bentuk-

bentuk simbolik melalui mana diungkapkan dalam manusia dan

memperkembangkan pengetahuan mengekalkan tentang berkomunikasi, dan

kehidupan ini bersikap terhadap kehidupan ini.

Sebagai sebagai mahluk mahluk juga sosial dan komunikasi, manusia yang

simbol, baik diciptakan menggunakan berbagai manusia macam oleh itu berisfat

alami. maupun yang Pada sendiri dasarnya simbol-simbol tersebut terbagi verbal

dan non verbal. Pada atas dua, yaitu simbol kebudayaaan Bugis terdapat melalui

simbol-simbol yang banyak hal yang diungkapkan memiliki makna dipahami oleh

masyarakat hanya dapat tertentu yang suku Bugis itu simbol-simbol yang sendiri.

Pada terdapat prosesi perkawinan adat dimana didalamnya yang diwariskan melalui

memiliki makna sejarah tertentu. Pada dapat dasarnya simbol macam yaitu simbol

atas dua verbal dibedakan dan non verbal.

Simbol menggunakan bahasa, pemakaiannya verbal dalam bahasa dapat

kata yang separangkat telah didefinisikan secara berstruktur sebagai disusun

kalimat yang mengandung himpunan sehingga menjadi arti. Maka dalam seluruh

Bone menggunakan adat Bugis rangkaian prosesi perkawinan verbal simbol yaitu

pelamaran,sebelum dimulai dari akad bahasa, tahap nikah, akad nikah, tahap

sampai setelah dan akad nikah.

Page 91: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

81

Selanjutnya, verbal manusia juga simbol memakai selain dengan simbol

berkomunikasi, simbol non non verbal dapat dikelompokkan dalam verbal dalam

verbal beberapa simbol-simbol non bentuk. Maka dalam yang terdapat prosesi

Bugis Bone adalah adat sebagai perkawinan berikut:

1. Kinesik yaitu ditunjukkan nonverbal oleh simbol yang gerakan-gerakan prosesi

perkawinan badan, Bugis adapun dalam Bone, makna simbol ini gerakan

kinesik mappacci adapu ditemukan dalam prosesi dalam affect tersebut

termasuk displays.

2. Sentuhan yaitu dengan yang dilambangkan sentuhan simbol badan, menurut

dalam tiga macam dibagi yaitu: bentuknya sentuhan kinesthetic,sociofugal,

prosesi perkawinan Bugis dan thermal. Dalam Bone maknasimbol ini prosesi

mappasikarawa ditemukan ijab kabul, dalam dan resepsi.

3. Paralanguage adalah dari tekanan ditimbulkan irama atau simbol yang suara

memahami sesuatu dibalik sehingga penerima dapat apa yang diucapkan

perkawinan Bugis Bone adapun dalam prosesi ini ditemukan makna simbol

mappetu, prosesi ada, mappacci dan ijab dalam kabul.

4. Diam, merupakan simbol non sikap diam juga verbal yang (Cangara,

mempunyai arti. 1998:110) menyatakan Max picard diam dalam bahwa tidak

negatif arti bersikap tetapi semata-mata melambangkan mengandung juga bisa

prosesi perkawinan Bugis Pada Bone sikap positif. makna simbolis dari sikap

saat ditemukan pada prosesi diam mappacci. ini juga Kedekatan dan ruang non

adalah simbol verbal (proximity and spatial), yang objek menunjukkan yang

mengandung dua kedekatan dari arti. Kedekatan dapat dibedakan atas selain

Page 92: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

82

dari kedekatan zone, dari segi territory territory dan ada juga beberapa sudut

ruang dan posisi. Pada ahli yang melihat dari prosesi perkawinan adat dan ruang

dapat ditemukan Bugis Bone kedekatan territorry dari segi pada mappettu ada,

segi wilayah wilayah prosesi sosial pada intim pada prosesi wilayah umum dan

segi acara pada mappasikarawa resepsi.

5. Artifak dan juga banyak seni memberi isyarat visualisasi, hasil yang selain

kepentingan dimaksudkan untuk mengandung arti. Artifak estetika, juga diri

atau seseorang suatu menunjukkan status identitas bangsa. Dalam prosesi Bone

makna simbolik Bugis perkawinan adat artifak dan visualisasi mappettu ada,

mappacci, ditemukan dalam prosesi mappaenrebotting, sompa dan lise’ baju

pengantin jugasarat akan sompa, mapparola, simbolis yang serta makna dalam

simbol termasuk dan artifak juga visualisasi.

6. Warna, objek. Hal ini dapat juga memberi arti terhadap dilihat pada upacara-

yang sering dilambangkan upacara ritual lainnya dengan warna-warni

perkawinan Bugis Bone, termasuk baju dalam adat warna bodo atau pakaian

mempunyai makna simbolis yang pengantin digunakan yaitu untuk sosial si

strata menunjukkan pemakainya.

7. Kronemik, tersendiri dalam kehidupan waktu mempunyai arti manusia. Bagi

suatu pekerjaan sering masyarakat tertentu, melakukan kali melihat waktu.

menanam padi, melaksanakan Misalnya membangun rumah, perkawinan ,

sebagainya. Pada upacara membeli sesuatu dan adat Bugis perkawinan Bone

pada waktu malam prosesi hari sedang mappacci dilaksanakan prosesi akad

matahari berada pada nikah dilaksanakan sebelum posisi puncaknya

Page 93: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

83

8. Bunyi, yang dilakukan sebagai banyak bunyi-bunyian tanda isyarat yang

sebagai paralanguage. Bunyi-bunyian tidak dapat digolongkan dalam prosesi

Bone dimaksudkan sebagai adat Bugis iring- perkawinan iringan calon pada

prosesi mappacci pengantin dan mappaenre khususnya botting.

9. Bau (smell), simbol non verbal, selain digunakan bau juga merupakan untuk

kosmetik, bau status seperti juga melambangkan dapat dijadikan sebagai

prosesi perkawinan adat Dalam Bugis petunjuk arah. Bone bau-bauan cemme

pasili, mappasau prosesi dan terdapat dalam mappasikarawa.

Simbol ditemukan dalam verbal yang prosesi non tidak perkawinan adat

gerakan mata dan Bugis postur Bone yaitu tubuh. Sedang verbal simbol non yang

dalam setiap prosesi ditemukan lainnya bisa perkawninan adat Bugis yang telah

diwariskan Bone yang sarat oleh nenek akan makna moyang dipertahankan dan

terus dijaga tetap kita untuk keasliannya.

Page 94: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

84

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti maupun penulis akan menarik

kesimpulan tentang “Makna Perkawinan Simbolik Dalam Upacara Adat Bugis

Bone” dan lebih spesifiknya yaitu mengenai tahapan dalam proses perkawinan

simbol-simbol adat Bugis Bone serta yang terdapat dalam proses Bugis Bone di

Kabupaten Bone, perkawinan adat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tahapan Dalam Proses Perkawinan Adat Bugis Bone

Pembahasan yang pertama yaitu pada tahapan lamaran sebelum akad nikah

yaitu, mammanu’manu kemudian acara massuro atau meminang, selanjutnya

mappettu ada dan yang terkahir acara mappasierekeng dan mappaenre balanca.

Yang kedua, tahapan menjelang prosesi akad nikah yaitu mappaisseng kemudian

acara cemme passili dilanjut mappacci setelah itu mappaenre botting dan ijab kabul

dan yang terakhir acara mappasikarawa. Yang ketiga, tahapan setelah akad nikah

yaitu mapparoladilanjutresepsi atau tudang botting dan yang terakhir menginap

tiga malam dan pertemuan antar besan. Dalam adat Bugis prosesi perkawinan Bone

mulai dari tahapan awal sampai selesai terdapat tiga tahapan yaitu, tahapan lamaran

pada saat sebelum akad nikah, selanjutnya prosesi akad nikah dan yang terakhir

adalah prosesi setelah akad nikah.

84

Page 95: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

85

2. Simbol-Simbol Dalam Yang Terdapat Proses Perkwinan Bugis Adat Bone

Pada di dalamnya verbal prosesi mappettu ada terkandung bahasa dan

tulisan sedangkan simbol verbal yaitu simbol non verbal meliputi dan visualisasi,

pada acara kedekatan, ruang, artifak cemme passili terkandung simbol dalam acara

mappacci terkandung non verbal yaitu bau, simbol non verbal yaitu, artifak dan

visualisasi dan kinesik, diam, waktu, bunyi pada acara mappaenre verbal seperti

bahasa dan botting terkandung simbol tulisan sedangkan simbol non sentuhan,

bunyi, artifak dan verbal yaitu paralanguage, visualisasi, dalam acara simbol non

verbal yaitu ijab kabul terkandung paralanguage dan sentuhan sedang mengandung

simbol non pada acara mappasikarawa verbal seperti ruang, acara mapparola

terkandung simbol sentuhan dan bau, pada non verbal seperti visualisasi dan pada

acara sentuhan, artifak dan resepsi atau tudang botting non verbal seperti warna,

mengandung simbol artifak dan visualisasi. Dalam Bone sarat akan perkawinan

adat Bugis simbolik yang terkandung maupun non verbal.

B. Saran

1. Diharapkan seluruh masyarakat Bugis Bone perlu merefleksi kembali esensi dari

setiap tahapan yang diwarisakan oleh para leluhur jika ada yang ingin

melaksanakan suatu pernikahan agar supaya tidak ada tahapan yang dihilakan

apalagi mengabaikan demi penyempurnaannya, sebab itu mengandung makna

simbolik. Kebaikan bahkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Agama, perlu

kita pahami bersama bahwasanya daerah yang kaya, unik dan menarik adalah

daerah yang mempertahankan budaya dan tradisinya meskipun ransangan zaman

terus berusaha menggerogoti.

Page 96: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

86

2. Diharapkan masyarakat yang telah melaksanakan suatu perkawinan agar betul-

betul memahami dan tetap mempertahankan tata krama dalam kehidupan yang

telah disimbolkan berumah tangga seperti pada setiap tahapan dan tata cara

Bugis Bone itu sendiri, dalam perkawinan adat serta dijadikan sebagai pedoman

dan awal langkah yang baik untuk menuju keluarga yang sakinah, mawaddah

dan warahmah, Amin.

Page 97: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

87

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Creswell, Jhon W. 2012. Education Research. Planning, Conducting: Person

Education, Inc.

Djoko SudibyaWaarsito. 1995. Aneka Simbol. Jakarta: Obor.

Hadikusuma, Hilman. 2003. Hukum Perkawinan Adat Dengan Adat Istiadat Dan

Upacara Adatnya. Citra Aditya Bakti.

Juli Natali. 2013. Keaneka Ragaman Budaya Bangsa Indonesia.Jakarta: Inti Idayu

Press.

Lilweri. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mannahali. 2014. Bahasa Simbol Dalam Komunikasi Budaya. Eprints.undip.ac.id.

Makkulawu. 2006. Sistem Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Makassar: Indobis Publishing.

Millar, Susan Bollyard. 2011. Perkawinan Bugis. Makassar: Ininnawa.

Miles dan Hubermen. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Perss.

Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Mustafa. 2017. Pesan Simbolik Dalam Prosesi Pernikahan Adat Gayo.

Blangkejeren.

Mulyana. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar. Bandung: Remaja Rosadakarya.

Nonci, s.d Drs. 1997. Upacara Adat Istiadat Masyarakat Bugis. Makassar: CV.

Karya Mandiri Jaya.

87

Page 98: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

88

Pelras, C. 2006. Manusia Bugis. Jakarta: Forum Jakarta

Rahmawati. 2017. Makna Simbolik Prosesi Pernikahan Adat Bugis Bone.

Bengkulu.

Rakhmat, J. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

Supriani Endha. 2018. Perkawinan Adat Bugis. Makassar: Karya Mandiri Jaya

Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Rujukan Dari Internet

Ajhi. 2012. Upacara Perkawinan Adat Bugis Bone. (http://gema-

budaya.blogspot.com/2012/upacara-perkawinan-adat-masyarakat.htmI,

diakses 18 April 2019).

Kamaruddin Aziz. 2010. Pernikahan Bugis, “Menipu” dan Kehilangan Makna?.

(http://www.denun.net/pernikahan-bugis-menipu-dan-dan-kehilangan-

makna/htmI, diakses 26 April 2019).

Page 99: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

89

LAMPIRAN: DATA DOKUMENTASI

Foto Dokumentasi: Suasana Desa Mattirowalie

Page 100: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

90

]

Foto Dokumentasi: Suasana Resepsi atau Tudang Botting Masyarakat

Bugis Bone

Page 101: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

91

Foto Dokumentasi: Suasana Pernikahan Masyarakat Bugis Bone

Foto Dokumentasi: Proses Wawancara Dengan Tokoh Adat

Desa Mattirowalie

Page 102: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

92

Foto Dokumentasi: Proses Wawancara Dengan Indo Botting

Desa Mattirowalie

Page 103: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

93

Page 104: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

94

Page 105: MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT BUGIS …

95

RIWAYAT HIDUP

Indra Jaya. Lahir di Lita pada tanggal 23 September

1996, Kabupaten Bone merupakan anak pertama dari

tiga bersaudara lahir dari pasangan Ayahanda Telu,

S.Sos. dan Ibunda Hj. Sumarni. Penulis sekarang

bertempat di Emmy Saelan No 5 Kecamatan

Rappocini Kota Makassar. Penulis masuk sekolah

dasar pada tahun 2003 di SD INP 12/79 Mattirowalie Kabupaten Bone lulus pada

tahun 2009, tamat SMP Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros lulus pada tahun

2012, SMK Negeri 2 Maros lulus pada tahun 2015, kemudian melanjutkan

kejenjang Perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar Jurusan

Pendidikan Sosiologi sampai pada penulisan skripsi ini.