makna simbolik dalam upacara perkawinan adat bugis …
TRANSCRIPT
i
MAKNA SIMBOLIK DALAM UPACARA
PERKAWINAN ADAT BUGIS BONE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
INDRA JAYA
NIM 10538330515
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
DESEMBER, 2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“MOTTO”
“Menyeberkan cinta sebab aku percaya hukum kembali”
“PERSEMBAHAN”
Sujud syukur kepadaMu ya Allah, Tuhan yang Maha Agung dan Maha Tinggi . atas
izinMu saya bisa menjadi pribadi yang berfikir, berilmu, beriman dan bersabar.
Dengan itu maka kupersembahkan karya 9ini untuk:
Ibundaku Hj. Sumarni, yang telah melahirkan, merawat, mencukupkan
inginku tanpa pamrih sekalipun, serta memberiku kasih sayang hingga pada
usia ini, terima kasih tiap bait-bait doa mu demi kebaikanku di dunia hingga
pada singgasana kelak.
Ayahanda Telu, S,Sos., terima kasih atas kasih sayang yang berlimpah serta
mengajariku prinsip hidup bahwa kau adalah anak laki-laki maka kau harus
berjuang dan terus giat belajar sebab kau akan menjadi seorang pemimpin.
Keluargaku, terima kasih telah memberiku semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Dosen Pembimbing, Dr. Muhammad Nawir, M.Pd pembimbing I dan
Sam’un Mukramin, S.Pd., M.Pd, II, yang selalu memberikan arahan,
bimbingan dan selalu sabar melayani setiap seya melakukan bimbingan
mulai dari proposal hingga penyelesaian skripsi.
ABSTRAK
vi
Indra Jaya, 10538330515.Makna Simbolik Dalam Upacara Perkawinan Adar
Bugis Bone. Skripsi, Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh Muhammad
Nawir sebagai pembimbing I dan Sam’un Mukramin sebagai pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui dan menemukan tahapan
dalam proses perkawinan adat Bugis Bone. (2) Untuk mengetahui simbol-simbol
yang terdapat dalam upacara perkawinan adat Bugis Bone.
Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan kurang
lebih 2 (dua) bulan di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Adapun pengumpulan
data primer dalam penelitian ini yaitu dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi dan informan yang ditentukan oleh penulis atau peneliti. Sedangkan
data skunder melalui artikel, dokumen, jurnal, buku referensi, situs di internet yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.
Pemilihan informan dengan cara teknik bola salju (snowball
sampling). Teknik ini digunakan untuk mencari informan secara terus menerus dari
satu informan ke informan yang lain sehingga data yang diperoleh dianggap telah
jenuh atau jika data tidak berkembang lagi.
Hasil penelitian mengungkapkan tahapan-tahapan dalam perkawinan yang
dilaksanakan oleh masyarakat Bugis Bone di zaman sekarang ini, ada beberapa
tahapan yang dulunya ada dan ditinggalkan oleh masyarakat Bugis Bone dengan
pertimbangan waktu dan biaya juga telah terungkap makna-makna simbolis yang
terkandung di dalamnya. Dari segi verbal yaitu bahasa yang berupa pantun dan non
verbal meliputi kinesik, sentuhan, paraluanguage, diam, kedekatan dan ruang,
artifak dan visualisasi, warna, bunyi dan bau.
Kata kunci: Makna Simbolik Dalam Upacara Perkawinan Adat Bugis Bone
KATA PENGANTAR
vii
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatu. Alhamdulillah, dengan
menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Dzat yang
patut mendapatkan pujian atas asensi Dzat nya serta Dzat yang patut menerima
syukur atas kutuhannya, puji syukur penulis panjatkan kepada-Nya sebab telah
memberiku kesehatan, kesempatan dan kelancaran sehingga skripsi yang berjudul
“Makna Simbolik Dalam Perkawinan Adat Bugis Bone” dapat penulis selesaikan.
Shalawat dan salam sepenuh hati penulis curahkan kepada Rasulullah SAW,
sebagai suri tauladan, sebagai sang peroboh kekafiran, sebagai sang peroboh
peperangan pada zaman jahiliyah.
Penulis ungkapkan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial
penulis hanturkan dengan rendah hati serta rasa hormat kepada kedua orang tua
penulis yang tercinta, Ayahanda Telu dan Ibunda Sumarni serta keluarga yang telah
memberikan arahan dan semangat, jasa-jasamu tidak akan pernah penulis lupakan.
Doa restu, nasehat dan petunjuk dari mereka yang merupakan dorongan moral
paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga berada pada tahap ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan tertinggi penulis hanturkan kepada
Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., M.M, sebagai rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Keguruan Dan
Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Drs, H. Nurdin, M.Si,
sebagai ketua program studi Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah
Makassar beserta seluruh staffnya. Dr. Muhammad Nawir, M.Pd sebagai
pembimbing I dan Sam’un Mukramin, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini
Ucapan terima kasih pula penulis hanturkan kepada Guru Cendre sebagai
Imam Desa Mattirowalie, kepada H. Asse sebagai masyarakat Desa Mattirowalie
serta kepada Nammi sebagai indo botting Desa Mattirowalie Kabupaten Bone yang
merupakan informan penilitian. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih
banyak atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan
viii
referensi yang sangat membantu serta memudahkan penulis menyelesaikan skripsi
ini
Terimah kasih banyak kepada saudara-saudara ku khususnya sosiologi
angkatan 15 yang selalu memberikan tekanan serta motivasi untuk segera
meneyelesaikan skripsi ini, semoga semuanya sukses dalam mengejar karir serta
selalu diberikan kesehatan oleh Allah Swt dan semoga semuanya cepat
dipertemukan jodohnya masing-masing.
Akhir kalimat penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna sebab kami hanyala manusia dengan segala keterbatasan dan yang
sempurna hanyalah Sang Pencipta. penulis berharap apa yang telah ditulis dalam
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua ummat. Kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, “penulis ungkapkan rasa cinta bukan
karena rupa serta materi maupun ilmumu tetapi keiklasanmu dalam memberi,
semoga kita selalu menciptakan kebahagiaan serta keselarasan”. Amin ya Rabbal
a’lamin.
Unismuh Makassar,Desember, 2019
Indra Jaya
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .....................................................................................................i
Halaman Pengesahan ..........................................................................................ii
Persetujuan Pembimbing .....................................................................................iii
Surat Pernyataan..................................................................................................iv
Surat Perjanjian ...................................................................................................v
Motto dan Persembahan ......................................................................................vi
Abstrak ................................................................................................................vii
Kata Pengantar ....................................................................................................viii
Daftar Isi..............................................................................................................xiv
Daftar Tabel ........................................................................................................xvi
Daftar Gambar .....................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................5
C. Tujuan Penelitian..............................................................................5
D. Manfaat Penelitian............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori......................................................................................8
1. Hasil Penelitian Relevan..............................................................8
2. Konsep Mengenai Komunikasi ...................................................10
3. Simbol dan Makna .......................................................................12
4. Pesan Verbal dan Non Verbal .....................................................15
5. Upacara Perkawinan Adat Bugis .................................................19
6. Landasan Teori ............................................................................22
B. Kerangka Pikir..................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................37
C. Informan Penelitian ..........................................................................38
D. Fokus Penelitin .................................................................................39
E. Data dan Sumber Data......................................................................39
F. Instrumen Penelitian ........................................................................39
G. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................40
H. Teknik Analisis Data ........................................................................41
I. Teknik Keabsahan Data ...................................................................42
x
BAB IVDESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPSI
KHUSUS LATAR PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Kabupaten Bone Sebagai Daerah
Penelitian .........................................................................................44
1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Bone ...........................................44
2. Kondisi Geografis dan Iklim .......................................................47
3. Topologi, Geologi, dan Hidrologi ...............................................48
4. Kondisi Demografis ....................................................................50
B. Deskripsi Khusus Lokasi Penelitian .................................................51
1. Sejarah Singkat Kecamatan Bontocani .......................................51
2. Tingkat Pendidikan .....................................................................52
3. Mata Pencaharian ........................................................................53
4. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya .........................................54
5. Kehidupan Keberagaman ............................................................55
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................57
1. Tahapan Dalam Proses Perkawinan Adat Bugis Bone ...............57
2. Makna Simbolik Dalam Upacara Perkawinan Adat Bugis
Bone ............................................................................................71
B. Pembahasan ......................................................................................82
BAB VISIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan...........................................................................................86
B. Saran .................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................89
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan, cenderung berbeda antara satu
suku dengan suku lainnya, khususnya di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang
heterogen juga adat istiadat dan kebiasaannya yang berbeda dan masih
dipertahankan sampai saat ini, termasuk adat perkawinan. Kebudayaan merupakan
persoalan yang sangat komplek dan luas, misalnya kebudayaan yang berkaitan
dengan cara manusia hidup, adat istiadat dan tata krama.
Pembangunan kebudayaan nasional berarti memelihara, melestarikan,
menghadapkan, memperkaya, menyebarluaskan, memanfaatkan, dan
meningkatkan mutu serta daya guna kebudayaan. Manfaat yang dihasilkan dalam
kebudayaan itu sendiri adalah dalam melangsungkan kehidupan (Juli, 2013).
Keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia yang senantiasa dijaga
dan dilestarikan secara turun-temurun adalah merupakan gambaran kekayaan
bangsa Indonesia menjadi modal dan landasan pembangunan dan pengembangan
kebudayaan nasional.
Dalam masyarakat Bugis, hubungan kekerabatan merupakan aspek utama,
baik dinilai penting oleh anggotanya maupun fungsinya sebagai suatu struktur
dasar dalam suatu tatanan masyarakat. Suku Bugis merupakan salah satu suku
yang masih mempertahankan budaya dan adat istiadatnya di Indonesia.
2
Aspek perkawinan, karena kekerabatan tersebut termasuk dinggap sebagai
yang bersangkut paut pengatur kelakuan manusia dengan seksnya dan kehidupan
mendalam tentang prinsip-prinsip rumah tangganya. Pengetahuan kekerabatan
Bugis untuk membentuk sangat penting bagi orang tatanan sosial mereka.
Berbagai keluarga maupun kedua pihak, baik kerabat mempelai lebih
melibatkan kesaksian dari dalam lagi perkawinan anggota masyarakat melalui
dianggap sebagai pengakuan upacara perkawinan yang masyarakat terhadap
individu dalam ikatan perkawinan bersatunya dua orang Perkawinan dalam adat
satu bagian terpenting dalam Bugis Bone merupakan salah kehidupan manusia,
merupakan peristiwa yang dialami suatu perkawinan tidak hanya oleh dua orang
jenis, melibatkan individu berlainan (Supriani, 2018).
Simbol-simbol perkawinan adat Bugis Bone yang terdapat dalam prosesi
bukan sekedar simbol- makna namun, pesan komunikasi simbol yang dibuat tanpa
dalam simbol tersebut tersirat tersebut. Upacara perkawinan adat Dalam proses
pelaksanaan Bugis Bone secara yang sarat akan makna umum terdapat simbol-
simbol sehingga sangat penting simbol-simbol perkawinan diketahui makna dari
adat tersebut.
Pernikahan merupakan peristiwa penting yang menyangkut tata nilai
kehidupan manusia. Bahkan dalam islam, pernikahan merupakan tugas suci dan
sangat dianjurkan oleh Allah SWT dan menjadi sunah Nabi Muhammad SAW.
Pernyataan tersebut bisa dibuktikan dari penjelasan berikut.
3
Sesungguhnya hal itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berfikir”. (Al-Qur’an Terjemah, At-Thayyib, 2011), hal. 406. Firman Allah
dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum: 21 yang artinya: “Dan diaantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia Menciptakan istri-istri untukmu dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan tentram kepadanya, dan dijadikan diantara kamu rasa
kasih dan sayang.
Pengetahuan saya secara peribadi tentang makna simbolik dan tahapan
dalam proses perkawinan adat Bugis merupakan tradisi yang diwariskan oleh
pendahulu secara turun temurun hingga disebut dengan suatu kebudayaan suku
Bugis itu sendiri tanpa campur tangan dari suku-suku lain. Maka sebagai
mahasiswa sangan perlu untuk melakukan penelitian agar mengetahui setiap
tahapan dan simbol-simbol yang terdapat dalam proses perkawinan suku Bugis
serta suku-suku lain dapat mengetahui bahwa teradisi itu merupakan budaya yang
tidak lepas dari nilai-nilai Agama, maka objek ini sangat menarik untuk diteliti.
Bugis Bone yang memiliki berbagai tahap mekanisme perkawinan mulai
dari awal pelamaran sang mempelai perempuan yaitu mattiro, mappesek-pesek,
mammanu-manu, madduta malino, mappasierekeng hingga prosesi akad nikah
seperti mappasau, mappacci, akad nikah, mappasiluka,marellau dampeng dan
setelahnya yaitu prosesi mapparola ke rumah mempelai laki-laki. merupakan
kesatuan yang Manusia dan kebudayaan tidak terpisahkan. manusia. Sekalipun
manusia Pendukung kebudayaan adalah mati, tetapi akan tetap ada dan kebudayaa
yang dimilikinya diwariskan pada seperti keturunannya, warisan budaya atau tradisi
pada proses perkawinan adat
4
Perkawinan adat Bugis Bone ada dalam prosesi upacara sebagian kurang
masyarakat Bugis yang apalagi memahami makna tersebut, bagi orang-orang yang
luar suku Bugis, dianggap mengapa prosesi tersebut di sangat rumit karena dan
tahapan-tahapan dalam adanya simbol-simbol prosesi upacara perkawinan adat
Bugis Bone itu sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman, sentuhan teknologi modern telah
mempengaruhi dan menyentuh masyarakat Bugis Bone sehingga ada sebagian
tahapan atau simbol-simbol dalam uapacara perkawinan adat Bugis Bone yang
hilang dari prosesi pernikahan diantaranya yaitu, Mappasau, Mappaenre Botting,
Mappacci. Namun kebiasaan-kebiasaan yang merupakan tradisi turun-temurun
bahkan yang telah menjadi adat masih sulit untuk dihilangkan, meskipun tidak bias
dipungkiri bahwa pengaruh budaya modern secara perlahan telah memberikan
pengaruh, namun nilai-nilai dan makna masih tetap terpelihara dalam setiap upacara
perkawinan tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa tema ini penulis angkat di antaranya yaitu,
sejauh pengetahuan penulis simbol-simbol dan tahapan-tahapan seperti mappacci,
mapparola dan lain sebagainya dalam prosesi perkawinan adat Bugis Bone sampai
sekarang masih dipertahankan khususnya di Desa Mattirowalie. Keacamatan
Bontocani Kabupaten Bone, karena mereka sangat percaya bahwa tahapan-tahapan
dan simbol-simbol dalam upacara perkawinan adat Bugis Bone itu bernilai positif
dan diperbolehkan dalam Islam dan patut untuk dilestarikan, seperti mappacci,
mereka percaya bahwa upacara mappacci akan membawa kesucian dan kebersihan
hati ataupun jiwa mempelai serta sangat baik bagi kelangsungan hidup mereka.
5
Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul yaitu:
“Perkawinan Adat Bugis Makna Simbolik Dalam Bone di Kabupaten Bone”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tahapan adat Bugis Bone dalam proses perkawinan di Kabupaten
Bone ?
2. Dalam uapacara perkawinan adat Simbol-simbol apa yang terdapat Bugis Bone
di Kabupaten Bone ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini adapun tujuan dari adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menemukan tahapan dalam Bugis Bone di proses
perkawinan adat Kabupaten Bone.
2. Yang terdapat dalam upacara perkawinan untuk mengetahui simbol-simbol adat
Bugis Bone di Kabupaten Bone.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Diharapkan bermanfaan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
sejarah kebudayaan islam. Hasilnya dapat dimanfaatkan lebih lanjut baik
sebagai bacaan bagi generasi penerus dan menjadi bahan acuan penelitian
6
lebih lanjut, serta memberikan informasi bagi para pembaca tentang budaya
yang ada di Kabupaten Bone.
b. Pengembangan ilmu pengetahuan sebagai bahan masukan bagi pada sebagai
etnografi komunikasi penelitian suatu tipe khususnya yang dapat digunakan
memahami budaya perkawinan adat untuk Bugis Bone.
c. Mengenai bahan masukan pemaknaan pesan sebagai simbolik, pesan verbal
akademisi yang ingin meneliti dan non verbal bagi lebih lanjut tentang atau
simbolisasi perkawinan perkawinan Bugis adat lainnya.
a. Manfaat Praktis
a. Bagi Tokoh Adat di Bone.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan budaya lokal di
Kabupaten Bone khususnya, hasilnya juga dapat dimanfaatkan Pemerintah
setempat untuk menarik minat wisatawan dengan memperkenalkan salah satu
budaya lokal yang masih dipertahankan masyarakat setempat hingga saat ini.
b. Bagi Masyarakat Bone.
Sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang tradisi pernikahan adat
Bugis Bone. Diharapkan menjadi bahan informasi dan pertimbangan bagi
pemerintah atau pihak-pihak terkait dalam menentukan kebijakan yang akan
datang.
c. Bagi Lembaga Terkait.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi kepada
masyarakat mengenai makna simbolik dan tahap-tahap dalam tradisi
pernikahan adat Bugis Bone.
7
d. Bagi Peneliti.
Mahasiswa lain yang ingin Sebagai bahan rujukan bagi mengadakan dibidang
komunikasi khususnya penelitian lebih lanjut kajian komunikasi antar
budaya.
8
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Penelitian Relevan
Berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu,
antara lain:
a. Pada tahap lamaran beberapa prosesi yang dilaksanakan diantaranya:
Mammanuk-manuk, Massuro, Mappettu ada, Mappasiarekkeng dan Mattampa.
Sedangkan tahap sebelum akad nikah ialah Mappasau, Cemme Passili,
Mappaebedda dan Mappacci. Pada tahapan terakhir yaitu tahapan akad nikah
diantaranya Mappaenre Botting, Mappasilukka dan yang terakhir adalah resepsi.
Dari hasil penelitian ini juga didapatkan makna simbolik pada setiap tahapannya
diantaranya: Dalam prosesi bahasa dan simbol non Mappacci, simbol verbal
seperti verbal yaitu kinesik, dan juga artifak dan visualnya diam, waktu, bunyi,
yang terkandung verbal seperti bahasa dan didalamnya yaitu dari simbol tulisan
sedang dalam simbol sentuhan, bunyi, dan non verbal yaitu paralangiage, juga
artifak serta visualisasi. Adapun tahapan atau prosesi adat perkawinan yang
hilang dariprosesi pernikahan masyarakat Bugis Bone yaitu mattampa
(mengundang), mappasau (mandi uap), mappacci dan dan mappaenre
botting.Rahmawati (2017). Dengan judul penelitian “Makna Simbolik Prosesi
Pernikahan Adat Bugis Bone”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
pernikahan adat Bugis Bone ada 3 tahapan, yaitu tahapan lamaran, tahap
sebelum akad nikah dan yang terkhir tahap akad nikah.
9
b. Selanjutnya dalung merupakan tempat yang besar berisikan makanan
teradisional menurut daerah goyo lues yang dibungkus dengan daun pisang yang
berisikan beras ketan yaitu dua kali dan lepat sebagai bentuk rasa kebersamaan.
Selanjutnya Ampang berupa tikar yang disusun 12 buah untuk mempelai pria
dan helai untuk mempelai wanita, memiliki tujuan untuk membedakan derajat
antara pria dan wanita, dikarenakan dalam islam pria adalah pemimpin rumah
tangga, di samping itu juga dalam adat. Mustafa (2017). Dengan judul penelitian.
“Pesan Simbolik Dalam Prosesi Pernikahan Adat Gayo Di Kecamatan
Blangkejeren Gayo Lues”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pesan
simbolik dalam prosesi pernikahan adat Gayo Lues yang ditampilkan dalam
bentuk benda adat tradisional yaitu, Batil Tembege, Dalaung, Alang-Alang dan
Ampeng. Melalui benda batil tembege awal mula tahap yang dilakukan yaitu
tahap peminangan/melamar batil tembege merupakan wadah seserahan yang
terbuat dari tembaga warna kuning yang berisi pinang, sirih, kapur, kulit kayu
manis dan konyel (benda yang digunakan untuk makan siruh) bahwa bentuk
pelamaran petanda dari pihak mempelai laki-laki aman mayak kepada pihal
mempelai wanita inen mayak melalui telengke.
c. Mappacci merupakan salah satu rangkaian acara perkawinan di Sulawesi Selatan
khususnya pada suku Bugis dan Makassar yang dilaksanakan sebelim prosesi
akad nikah. Pelaksanaan acara Mappacci ini sarat dengan simbol dan makna
budaya. Mappacci berarti memberi daun pacar yang dimaknai sebagai
pemberian doa restu oleh kedua orang tua dan keluarga dekat calon mempelai.
Simbol dari kata mappacci yang dalam yaitu pacci yang dalam bahasa Bugis
10
disinonimkan paccing yang berarti bersih dan suci. Jadi Mappacci bermakna
simbolis pembersihan diri, maksudnya calon mempelai dibersihkan dari hal-hal
yang sifatnya negatif sehingga dalam membina rumah tangganya kelak
mendapatkan rahmat Tuhan YME. Mannahali (2014). Dengan judul penelitian
“Bahasa Simbol Dalam Komunikasi Budaya (Suatu Kajian Makna Budaya
Dalam Perkawinan Adat Bugis Makassar). Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa prosesi perkawinan adat Bugis Makassar, pemakaian bahasa simbol
banyak ditemukan yang sarat dengan nilai bahasa yang terekam dalam makna
yang sifatnya abstrak sehingga untuk memaknai bahasa itu diperlukan
pengetahuan dan pemahaman tersendiri agar simbol-simbol bahasa yang
digunakan itu dapat diinterpretasikan sesuai dengan kebudayaan yang
melatarbelakanginya.
2. Konsep Mengenai Komunikasi
Utama manusia dalam berinteraksi Komunikasi merupakan kebutuhan
lainnya. Komunikasi berhubungan dengan manusia atau individu dengan perilaku
tercapai apabila terpenuhi manusia, dan kepuasan akan kebutuhan berinteraksi
asumsi dengan manusia-manusia tersebut, dapat lainnya. Berangkat dari diambil
individu bahwa setiap membutuhkan hubungan suatu kesimpulan sosial dengan
kebutuhan ini akan terpenuhi individu lainnya. Dan bila melalui pertukaran pesan
yang berfungsi untuk mempersatukan manusia.Dalam komunikasi terjadi setiap
tindakan pertukaran pesan dalam perilaku dan manusia. Pesan tersebut dapat
menganggukkan disampaikan melalui tangan, tersenyum, lambaian kepala atau
11
setiap dengan bahasa-bahasa perilaku isyarat lainnya. Ketika individu terjadi
sebuah proses pertukaran lambang atau komunikasi simbol berarti telah disadari
maupun tidak disadari. berlangsung. Perilaku juga dapat Kadang-kadang kita
menyadarinya, terutama perilaku melakukan sesuatu tanpa kita itu bersifat
menggigit kuku jari tangan, nonverbal. Kebiasaan seperti menganggukkan kepala,
misalnya seringkali berlangsung menatap dan tersenyum, tanpa di sadari oleh terdiri
dari perilaku-perilaku karena itu suatu pesan yang dapat diartikan, kita memberikan
pesan yang harus mengakui kemungkinan tidak kita ketahui.
Hubungan-hubungan konsep mengenai sadar tidak perilaku Dengan sadar
dirumuskan ataupun sengaja-tidak suatu definisi sengaja ini, dapat komunikasi.
terjadi Disini komunikasi didefinisikan bila makna sebagai apa yang diberikan
perilaku kepada seseorang memperhatikan suatu perilaku. Bila komunikasi kita
terlepas memberinya makna, dan telah terjadi, maka dari apakah kita tidak dan
perilaku kita atau tidak. Bila disengaja atau menyadari kita memikirkan hal bahwa
kita harus menyadari kita tidak mungkin bagi ini, untuk tidak berprilaku. adalah
perilaku manusia Maka tidak mungkin potensi komunikasi. Setiap bagi.Jane untuk
tidak berkomunikasi Pauley dalam kita (Lilweri 2009:7) komunikasi, setelah
definisi khusus atas tiga dalam membandingkan memberikan sebuah peristiwa
harus ada jadi kalau satu komunikasi komunikasi, komponen yang tak akan maka
Dia berkata komunikasi terjadi. komponen kurang merupakan : “(1) informasi
transmisi, (2) pengertian transmisi, (3) simbol-simbol menggunakan yang sama.”
12
Memberikan ahli juga mencoba definisi tentang beberapa komunikasi
sebagai berikut:
Raymond dalam S. Mulyana Ross (2000:62) komunikasi sebagai
mengemukakan bahwa berikut:
Suatu proses (intensional) adalah memilih menyortir, Komunikasi dan
sehingga mengirimkan sedimikian rupa simbol-simbol membantu sipendengar
respon dari pikirannya yang membangkitkan makna atau serua dengan di
maksudkan komunikator.
3. Simbol dan Makna
Khusus antar kata (sebagai makna muncul dari hubungan simbol verbal) dan
manusia. Makna tidak namun kata-kata melekat pada kata-kata, dalam pikiran
orang. Jadi membangkitkan hubungan langsung antara makna tidak ada subjk
dengan simbol yang untuk mempresentasikan digunakan sesuatu. Misalnya “saya
seorangpun sakit perutpengalaman nyata tapi tidak itu dapat merasakan rasa sakit
yang berusaha mengobati sakit rasa itu, bahkan dokter kita. Jadi diciptakan
hubungan dalam pemikiran itu pembicara.
Sesungguhnya upaya memahami makna merupakan salah,satu masalah
makna filsafat yang tertua umur manusia. Konsep dalam telah menarik disiplin
komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi dan linguistik. Itulah sebabnya,
makna beberapa pakar sering menyebut kata komunikasi ketika mereka Para ahli
definisi komunikasi. makna merumuskan mengakui, istilah memang merupakan
kata dan istilah membingungkan, ada tiga yang hal yangbersangkutan dan Dari segi
13
tanda berusaha psikologis, memahami artinya. dan selaku balasan dipihak simbol
bertindak penerima pesan. perangsang untuk membangkitkan Oleh merupakan
karena bagian dari itu, terlihat dua hal makna akan, yakni bagian dari erkandung
dalam simbol-simbol, penafsiran terhadap informasi yang t dan bagian membawa
tahap dari Proses ini proses pertanyaan. lapisan serta pemahaman kepada lebih luas.
Mungkin mendalam pada awalnya saja yang telah makna yang diri digambarkan
ada pada sebagai sesuatu telah diketahui seseorang, namun komunikasi makna dari
simbol-simbol dipergunakan dalam yang juga tergantung antara orang-orang yang
dari proses yang berlangsung menggunakan informasi.
menjelaskan ihwal teori Ada beberapa pandangan yang atau konsep
Wendell Johnson dalam makna. makna (Sobur 2003:258) implikasi bagi
komunikasi menawarkan Model prosesi sejumlah antarmanusia sebagai berikut:
a. Makna, makna ada dalam diri manusia pada tidak terletak kata-kata melainkan
kata-kata untuk pada manusia. Manusia mendekati menggunakan makna yang
itu tidak akan dikomunikasikan. secara sempurna Tetapi kta-kata dan lengkap
menggambarkan makna yang dimaksud.
b. Makna statis berubah, kata-kata relatif dari kata tetapi yang makna tersebut
dimensi terus berubah yang terjadi pada dan ini dari khusunya emosional makna.
c. Makna komunikasi membutuhkan tidak semua acuan, walaupun mengacu
kepada dunia komunikasi hanya masuk nyata, mempunyai atau lingkungan
kaitan dengan akal bilamana dunia eksternal.
d. Penyingkatan mengubah makna, berkaitan yang berlebihan akan erat dengan
membutuhkan acuan adalah gagasan bahwa makna masalah komunikasi yang
14
berlebihan tanpa mengaitkannya timbul akibat penyingkatan dengan acuan dan
dapat yang konkret diamati.
e. Makna saat tertentu pada suatu tidak terbatas jumlahnya, jumlah tetapi
maknanya bahasa kata dalam, terbatas tidak terbatas.
f. Makna maka yang diperoleh dikomunikasikan hanya sebagaian, dalam suatu
dan sangat kompleks, tetapi kejadian bersifat multiaspek hanya sebagian saja
yang dapat dijealskan. Karena dari makna-makna ini itu pemahaman yang
sempurna yang sebenarnya makna secara atau tujuan dicapai namun ideal yang
pertukaran merupakan ingin tidak tercapai.
4. Pesan Verbal dan Non Verbal
a. Pesan verbal
verbal Simbol atau pesan simbol yang adalah semua jenis menggunakan
Bahasa dapat juga dianggap satu kata sistem kode atau lebih. sebagai verbal Bahasa
dapat (Mulyana, 2005:259). sebagai didefinisikan dalam seperangkat
mengkombinasikan simbol-simbol simbol, untuk tersebut, yang dipahami dengan
digunakan dan aturan suatu komunitas.
Bahasa secara fungsional Rakhmat (1994:283), mendefinisikan dan
bahasa diartikan sebagai formal. Secara fungsional, alat yang dimiliki bersama
menekankan untuk gagasan. Ia mengungkapkan dimiliki bahasa ada bersama,
karena kesepakatan dipahami bila antara di hanya dapat anggota-anggota sosial
untuk menggunakannya. kelompok Secara formal, bahasa diartikan yang sebagai
menurut kalimat yang terbayangkan, peraturan semua dapat dibuat tata bahasa.
15
bagaimana kata-kata harus Setiap bahasa mempunyai peraturan disusun dan
Kalimat supaya memberi arti. Indonesia dalam bahasa dirangkaikan yang dapat
mana saya uang?” bahasa bahasa-bahasa akan disusun dengan menukar berbunyi
“Di tata yang lain.
bahasa meliputi Tata sintaksis, dan tiga unsur: semantik. fonologi, tentang
bunyi- pengetahuan bunyi Fonologi merupakan dalam cara bahasa. Sintaksis
pembentukan kalimat. tentang Semantik merupakan pengetahuan kata atau
pengetahuan tentang gabungan merupakan arti kata-kata.
Menurut Barker dalam Larry L. (Mulyana, 2005:265), penamaan bahasa
(atau labeling naming), interaksi, fungsi: dan transmisi mempunyai tiga informasi.
1) Merujuk pada usaha penamaan atau penjulukan mengidentifikasikan objek,
menyebut atau orang dengan namanya sehingga tindakan, dapat dirujuk dalam
komunikasi.
2) Berbagi gagasan dan fungsi interaksi menekankan emosi, yang dapat pengertian
atau kemarahan mengundang simpati dan dan kebingungan.
3) Disampaikan bahasa, informasi dapat kepada orang melalui lain, inilah yang
bahasa. Keistimewaan transmisi dari bahasa disebut fungsi sebagai fungsi lintas-
waktu, informasi yang menghubungkan dengan transmisi masa lalu,
memungkinkan dan masa depan, budaya kesinambungan masa kini, dan tradisi
kita.
Kita menterjemahkan gagasan Ketika kita berkomunikasi, kita ke dalam
atau non verbal). lazim disebut Proses bentuk lambang (verbal ini penyandian
16
penyandian, tetapi adalah alat yang alat (encoding). Bahasa tidak begitu baik di
bahasa itu diperlukan atas), untuk (lihatketerbatasan kecermatan dalam berbicara,
sebenarnya, bagaimana dengan keadaan bagaimana mencocokkan kata berbahasa
yang menyebabkan menghilangkan kebiasaan kerancuan dan kesalahpahaman.
b. Pesan non verbal
Kita sering kali kehidupan sehari-hari, pada dihadapkan dalam hal-hal
yang unik, seperti makin bisa menganut prinsip langkanya orang yang satu kata
bicara dan perbuatan, makin banyak tetapi tidak orang yang pintar disertai dengan
perbuatan yang sesuai kita dengan ucapannya. Ataukah sering dihadapkan pada
dengan presepsi kita. Misalnya sesuatu yang justru kontradiksi orang cenderung
tertentu menggunakan atribut justru untuk menipu orang lain.
Pernah dilakukan berbagai studi yang sebelumnya, dari kode nonverbal
dalam dikelompokkan beberapa dapat bentuk, antara lain:
1) Kinesik
Yang kode nonverbal ditunjukkan oleh Yaitu gerakan-gerakan badan.
2) Gerakan mata (eye gaze)
Ungkapan “pandangan matanya memiliki ditimbulkan oleh gerakan-gerakan arti
adalah isyarat yang mata. Bahkan ada gerakan mata adalah yang menilai bahwa
pencerminan hati seseorang. Yang paling berarti dalam mata adalah alat
komunikasi memberi isyarat tanpa mata mengundang” atau lirikan kata.
3) Sentuhan
17
Dengan sentuhan badan, yaitu isyarat yang dilambangkan menurut bentuknya
yaitu: kinestheti tiga macam c sentuhan, sociofugal, dibagi dalam dan thermal.
4) Paralanguage
Ditimbulan adalah isyarat yang atau dari tekanan Paralanguage irama suara
dibalik sehingga penerima memahami sesuatu dapat apa yang diucapkan
5) Diam
Suara Berbeda dengan sikap diam juga tekanan non verbal Max merupakan kode
picard dalam (Cangara, 1998:110) yang mempunyai arti. menyatakan arti bahwa
diam semata-mata mengandung tidak bersikap juga melambangkan bisa negatif
tetapi sikap positif.
6) Postur tubuh
Dengan lahir ditakdirkan berbagai bentuk Manusia tubuh. Well dan Siegel orang
ahli psikologi(Cangara, 1998: 110) yang mereka bentuk dua melalui studi -
bentuk tubuh menggambarkan manusia lakukan, berhasil dan karakternya.
7) Kedekatan adalah (proximity and spatial), kode dan ruang non verbal dua objek
yang yang dari menunjukkan mengandung kedekatan arti.
8) Seni juga banyak memberi Artifak dan visualisasi, hasil isyarat yang
antropolog sudah lama mengandung arti. Para memberi penjelasan terhadap
digunakan oleh manusia benda-benda yang dalam hidupnya. Artifak selain. Warna,
juga memberi arti terhadap objek. Hal ini dapat dilihat pada upacara- yang upacara
ritual lainnya sering dilambangkan dengan warna-warni.
9) Kronemik, waktu mempunyai arti dalam kehidupan tersendiri manusia.
Bagi masyarakat tertentu, melakukan suatu pekerjaan sering kali melihat waktu.
18
melaksanakan Misalnya membangun menanam padi, rumah, sesuatu dan
perkawina, membeli sebagainya.
10) Bunyi, kalau paralanguage dimaksudkan sebagai tekanan suara yang keluar
dari mulut untuk menjelaskan ucapan verbal, banyak bunyi-bunyian yang dapat
dilakukan sebagai tanda isyarat yang tidak digolongkan sebagai paralanguage.
5. Upacara Perkawinan Adat Bugis
Dalam upacara perkawinan adat masyarakat Bugis disebut “Appabotting Ri
Tana Ugi”. Terdiri atas beberapa tahap kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan rangkaian yang berurutan yang tidak boleh saling tukar menukar,
kegiatan ini hanya dilakukan pada masyarakat Bugis Bone yang betul-betul masih
memelihara adat istiadat.
Pada masyarakat Bugis Bone sekarang ini masih kental dengan kegiatan
tersebut, karena hal itu merupakan hal yang sewajarnya dilaksanakan karena.
Mengundang nilai-nilai yang sarat akan makna, diantaranya agar keduamemepelai
dapat membina hubungan yang harmonis dan abadi, dan hubungan antar dua
keluarga tidak retak.
Menurut berarti saling mengambil pandangan orang Bugis, menyatukan dua
mempelai perkawinan bukan sekedar dalam hubungan suami- merupakan suatu
istri, tetapi perkawinan upacara yang bertujuan untuk besar yang telah terjalin
menyatukan dua keluarga sebelumnya menjadi semakin erat atau disebut
mappasideppe dalam istilah orang bugis mabelae atau mendekatkan yang Oleh
karena itu, perkawinan sudah jauh (Pelras, 2006:178). dikalangan masyarat antar
19
keluarga dekat atau Bugis umumnya berlangsung antar kelompok patronasi
(masyarakat biasa, karena endogami), terutama dikalangan mereka sudah saling
sebelumnya memahami (Hadikusuma, 2003:68). Bugis berarti melaksanakan
Mappabotting dalam bahasa upacara istilah perkawinan dalam perkawinan.
Sementara itu, bahsa Bugis disebut siala yang satu sama lain.
Oleh karena itu, tak jarang sebuah keluargamenjadikan pesta perkawinan
sebagai ajang untuk meningkatkan status sosial mereka. Alasan lain orang Bugis
harus mengadakan pesta perkawinan adalah karena hal tersebut sangat berkaitan
dengan status sosial mereka dalam masyarakat. Semakin meriah sebuah pesta,
semakin memepertinggi status sosial seseorang. Millar (Alam Pelras, 2006:184)
pernah mengatakan bahwa upacara perkawinan merupakan media bagi orang Bugis
untuk menunjukkan posisinya dalam masyarakat dengan menjalankan ritual-ritual
serta mengenakan pakaian-pakaian, perhiasan, dan berbagai pernak-pernik tertentu
sesuai dengan kedudukan sosial mereka dalam masyarakat.
secara garis besar, Proses pelaksanaan upacara, pelaksanaan upacara
Sulawesi Selatan dibagi perkawinan orang Bugis di menjadi tiga tahap, yaitu
resepsi/pesta perkawinan, dan upacara pra perkawinan, pasca perkawinan.
Dalam upacara perkawinan Nilai-nilai yang terkandung di orang Bugis di
antaranya adalah:
a. Sakralitas
Ritual-ritual oleh orang Bugis dan tersebut dianggap sakral bertujuan
keselamatan kepada untuk memohon Allah SWT. Jelas dari pelaksanaan nilai ini
20
terlihat berbagai macam ritual-ritual tolak bala, pembacaan berzanji, khusus seperti
mandi acara mappacci.
b. Penghargaan terhadap kaum perempuan.
Nilai penghargaan dengan adanya pemberian kepada perempuan juga
dilihat mahar berupa mas yang cukup tinggi kawin dan dui balanca dari perempuan.
Keberadaan mahar sebagai hadiah ini merupakan isyarat pihak laki-laki kepada
pihak atau tanda kemuliaan perempuan. Keberadaan proses peminangan Nilai ini
terlihat pada yang harus pria. Hal ini menunjukan suatu dilakukan oleh mempelai
upaya untuk menghargai kaum restu dari kedua orang perempuan dengan meminta
tuanya.
c. Kekerabatan
Dengan salah satu sarana untik mengeratkan hubungan menjalin dan
kekerabatan. Bukan sekedar menyatukan dua Bagi orang Bugis , perkawinan insan
yang hubungan suami-istri, tetapi berlainan jenis menjadi lebih kepada menyatukan
dua demekian, perkawinan meruoakan keluarga besar.
1. Gotong-Royong
Meraka tidak saja memberikan dan tenaga, tetapi juga dana bantuan berupa
pikiran untuk membiayai pesta tersebut. Pelaksanaan pesta perkawinan Nilai ini
terlihat pada yang melibatkan taulan, dan para kaum kerabat, handai tetangga.
2. Status Sosial
Semakin meriah lebih kepada peningkatan sebuah pesta, maka seseorang.
Oleh karena itu, semakin tinggi status sosial tak jarang sebuah keluarga sebagai
ajang untuk meningkatkan menjadikan pesta perkawinan status sosial mereka.
21
Sekedar upacara perjamuan Pesta perkawinan Bugis bukan biasa, tetapi status
sosial.
6. Landasan Teori
Blumer (1966) membedakan objek-objek menjadi tipe-tipe yaitu: (1) objek-
objek fisik, seperti mobil, (2) objek-objek sisial, seperti manusia, (3) objek-objek
abstrak, seperti norma sosial. Suatu objek mempunyai makna yang berbeda bagi
para individu, contohnya objek fisik seperti “pohon” memiliki makna yang berbeda
bagi petani, bagi penyair, bagi pencinta lingkungan dan bagi para pelaku industri.
“Herbert Blumer (1966), makna sebagai konstruksi sosial”. Pentingnya
interaksionisme simbolik tercermin dari pandangan mengenai objek-objek.
Tokohnya adalah Herbert Blumer (1966) dan George Habert Mead (1972).
Serta Teori Pemaknaan (Reception Theory). Tokohnya adalah Stuart Hall. Teori
yang disajikan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah teori Interaksionisme
Simbolik.
Ketiga premis tersebut merupakan subtansi dasar untuk menciptakan
struktur ide-ide dasar (root images), Poloma (2000) mengatakan perpektif yang
dikemukakan oleh Blumer (1966) memiliki root images yaitu Interaksi simbolik
menurut Blumer (1966) memiliki tiga premis utama yaitu: (1) manusia bertindak
berdasarkan makna yang ada pada sesuatu tersebut, (2) makna yang didapatkan
berdasarkan hasil interaksi orang lain, (3) makna-makna tersebut kemudian direvisi,
diubah atau disempurnakan melalui proses interaksi sosial.;
22
a. Masyarakat terdiri dari beberapa manusia yang saling berinteraksi, akhirnya
melakukan tindakan bersama dan akhirnya membentuk struktur sosial.
b. Interaksi manusia terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan
dengan kegiatan manusia yang lain. Interaksi secara simbolik senantiasa
mencakup penafsiran atas tindakan-tindakan tersebut.
c. Objek-objek fisik, sosial, abstrak tidak mempunyai makna intrinsikk karena
makan merupakan produk interaksi simbolik.
d. Manusia tidak hanya mengenal objek secara eksternal namun juga mengenali
dirinya sebagai objek.
e. Tindakan manusia adalah tindakan interpetatif yang dibuat oleh manusia itu
sendiri.
f. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan dengan anggota-anggota
kelompok.
Persfektif interaksionisme simbolik merupakan unit analisis tingkat mikro,
dimana aktor tidak dipandang manusia yang semata-mata responsif, tapi aktor yang
senantiasa mendefinisikan dan menafsirkan setiap tindakan orang lain. Respon
aktor baik secara langsung maupun tidak langsung didasarkan atas penafsiaran
makna tindakan manusia menggunakan simbol sebagai jembatan interaksi.
“George Habert Mead (1972), dianggap sebagai pemikir sejarah
interaksionisme simbolik”, diantaranya adalah:
a. Tindakan dan Interaksi.
Berkaitan dengan tindakan dan interaksi, Mead (1972) membagi perilaku
manusia menjadi perilaku yang terang-terangan dan perilaku yang
23
tersembunyi. Perilaku tersembunyi merupakan perilaku yang melibatkan
simbol-simbol dan makna-makna sedangkan perilaku terang-terangan adalah
perilaku aktual yang dilakukan seorang aktor. Tindakan sosial adalah tindakan
mempengaruhi orang lain. Di dalam proses interaksi sosial, setiap orang
mengkomunikasikan secara simbolik makna-makna kepada orang lain yang
terlibat, dengan kata lain dalam interaksi sosial terjadi proses saling
mempengaruhi dengan menggunakan simbol.
b. Membuat Pilihan.
Para pakar interaksionisme simbolik menganggap bahwa aktor memiliki
otonomi, mereka tidak sekedar dibatasi atau ditentukan, tetapi mereka mampu
menentukan pilihan dan bersifat independen (kemauan sendiri).
c. Simbol-Simbol Singnifikan.
Simbol singnifikan adalah jenis isyarat yang hanya dapat dibuat oleh manusia.
Sekumpulan isyarat vokal yang paling mengkin menjadi simbol singnifikan
adalah bahasa. Salah satu hal yang dilakukan bahasa adalah membangkitkan
respons yang sama pada individu yang berbicara seperti yang dilakukan orang
lain. Teriakan “awas kebakaran” menggambarkan mental yang sama pada
orang yang sedang mengucapkan dengan orang yang mendengarkannya,
minimal masing-masing berlari meninggalkan tempat atau mendatangi tempat
tersebut.
Terkait dengan penlitian, interaksi dan simbol digunakan calaon mempelai
baik dari mempelai laki-laki maupun perempuan sebagai bentuk komunikasi.
Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik tersebut tidak semua dipakai untuk
24
mengkaji permasalahan pada penelitian, akan tetapi ada beberapa poin yang cocok
yang berhubungan dengan makna dan simbol, yaitu interaksi antar individu melaui
simbol-simbol akan saling berusaha untuk saling memahami maksud tindakan
masing-masing individu. Dalam hal ini upacara simbol yang tahapan-tahapan
dalam terdapat dalam upacara perkawinan dan simbol- perkawinan adat Bugis Bone
menjadi fokus penelitian yang dimana mempergunakan tahapan-tahapan dan
simbol-simbol berdasarkan adat dalam perosesi perkawinan tersebut.
proses komunaksi dikonseptualisasikan Pada ilmu komunakasi massa,
sebagai ini dikritisi karena sirkuit atau loop. Model bentuknya yang linear
(sender/message/receiver) pertukaran pesan dan yang ditekankan pada level
terstruktur dari ketiadaan konsep yang telah berbagai struktur hubungan memon
sebagai yang kompleks. “Pada Pemaknaan Teori (Reception Theory)” Stuart oleh
Hall, analisis tentang makna, produksi reception mengacu pada studi dan
pengalaman khalayak dengan teks media. Fokus dalam hubungannya berinteraksi
dari teori ini ialah serta pemahaman inti dari proses decoding, intrepretasi, konsep
analisis reception.
Derajat dimaksudkan sebagai derajat dalam pertukaran pesan pemahaman serta
kesalahpahaman dalam proses relasi ekuivalen(simetri atau tidak) komunikasi
tergantung pada yang terbentuk diantara Selain itu posisi encoder dan decoder, jika
encoder dan decoder. pembuat pesan dan dipersonifikasikan menjadi penerima
pesan. Mengatakan bahwa makna yang dalam teori ini Stuart Hall dimaksudkan
sebuah pesan bias terdapat dan diartikan dalam perbedaan. Kode yang digunakan
25
dan yang disandi balik atau yang disandi (encode) (decode) tidak selamanya simetri
dalam teori ini berbentuk simetri.
Ketika menyandi khalayak balik (decoding) dalam suatu komunikasi, posisi
maka terdapat tiga hipotekal, yaitu:
a. Dominant position-hegemonic, sengaja terjadi ketika tanpa khalayak
terkonotasi. Posisi ini memaknai pesan yang disebut ideal dalam sebuah setiap
individu bertindak komunaksi transparan, dimana terhadap sebuah dirasakan
mendominasi kode sesuai apa yang untuk memiliki pada kode kekuatan lebih
lainnya.
b. Negotiated khalayak sudah mampu position ialah ketika menerima ideologi
merka akan bergerak yang dominan dan untuk beberapa menindaklanjutinya
dengan pengecualian.
c. Oppositional khalayak menerima position, digambarkan ketika dan telah
maupun konotasi-konotasi mengerti, baik secara literal yang diberikan, dengan
sangat bertolak namun khalayak menyandinya belakang. Ini hanya memiliki
sudut pandang terjadi ketika khalayak kritis dalam menolak segala media dan
memilih bentuk pesan yang disampaikan mengartikannya sendiri.
Informasi yang khalayak akan disesuaikan Dengan melihat posisi tersebut
dengan posisi hipotetikal. yang mengacu pada akan mencoba untuk Reception
Theory, peneliti mendeskripsikan hal-hal yang informan tehadap tahapan-tahapan
terkait dengan proses pemaknaan dalam yang upacara perkawinan dan terdapat
simbol-simbol dalam dan adat upacara perkawinan Bugis Bone. Penelitian ini akan
26
Kerangka Reception Theory pada digunakan peneliti melihat bagaimana khalayak
untuk memahami dan memaknai pesan dan tahapan- perkawinan dan simbol-simbol
tahapan dalam upacara yang terdapat dalam Bugis Bone yang dikomunikasikan
upacara perkawinan adat dengan pendekatan nantinya didapatkan dari emotional.
B. Kerangka Pikir
1. Pesan Verban dan Non Verbal
Sebagai sosial dan mahluk juga sebagai mahluk komunikasi, manusia
simbol, berbagai macam baik yang menggunakan diciptakan oleh bersifat alami.
Simbol-simbol manusia itu sendiri maupun yang dasarnya terbagi verbal tersebut
pada dan simbol verbal. Simbol verbal dalam non atas dua yaitu pemakaiannya
didefinisikan menggunakan bahasa. seperangkat kata Bahasa dapat yang telah
himpunan disusun secara berstruktur sehingga menjadi kalimat yang mengandung
menggunakan arti. Manusia dalam kode berkomunikasi selain verbal (bahasa)
dengan juga memakai kode non bahasa isyarat atau verbal biasa disebut bahasa
diam. Pemberian arti verbal terhadap kode non sangat dipengaruhi oleh sistem
berbagai sosial budaya masyarakat menggunakannya. Dari yang studi yang pernah
dilakukan sebelumnya, kode non verbal dapat dikelompokkan beberapa antara
bentuk dalam lain:
a. Kinesik yang non verbal oleh ditunjukkan ialah kode gerakan-gerakan badan.
b. Gerakan mata (eye gaze) mata yang adalah alat komunikasi paling berarti tanpa
memberi isyarat “pandangan kata. Ungkapan dalam mata mengundang” atau
yang lirikan matanya memiliki ditimbulkan oleh arti adalah isyarat gerakan-
gerakan mata.
27
c. Sentuhan (touching) isyarat yang dengan dilambangkan ialah sentuhan badan.
d. Paralanguage isyarat yang dari tekanan atau ialah ditimbulkan iramasuara
dibalik sehingga penerima dapat apa yang memahami sesuatu diucapkan.
e. Diam, suara, dengan tekanan juga sikap diam berbeda merupakan kode non
Picard dalam verbal yang mempunyai (Cangara, arti. Mix Hafied, 1998:110)
menyatakan bahwa tidak semata-mata diam mengundang, melambangkan tetapi
juga bisa arti bersikap negatif sikap positif.
f. Postur tubuh, orang lahir dengan berbagai bentuk ditakdirkan tubuh. (Cangara,
Hafied 1998:110) Well dan berhasil Siegel bentuk- dengan bentuk tubuh
manusia dalam menggambarkan karakternya.
g. Kedekatan (and proximity spatial), kode non adalah dan ruang verbal yang
menunjukkan kedekatan y dari dua objek ang mengandung arti.
h. Artifak visualisasi, hasil seni juga banyak memberi dan isyarat yang antropolog
arti. Para memberi penjelasan sudah lama mengandung terhadap benda-benda
yang digunakan oleh. Artifak manusia dalam hidupnya selain dimaksudkan
kepentingan estetika, menunjukkan status untuk juga identitas atau seseorang
suatu diri bangsa.
i. Warna juga memberi , terhadap objek arti. Hal pada upacara-upacara ini dapat
warna-warni. Kronemik, lainnya dilihat ritual dengan yang sering arti tersendiri
mempunyai kehidupan waktu manusia dalam dilambangkan. Bagi masyarakat
kali tertentu, melakukan pekerjaan sering suatu melihat waktu. Misalnya
melaksanakan membangun menanam padi, rumah, perkawina, sesuatu dan
membeli sebagainya.
28
j. Bunyi, sebagai tekanan suara jika paralanguage dimaksudkan yang keluar dari
mulut untuk menjelaskan bunyi-bunyian ucapan verbal, banyak yang dilakukan
digolongkan sebagai tanda yang tidak dapat isyarat sebagai paralanguage.
k. Bau (smell), kode menjadi selain non verbal, bau juga digunakan untuk dapat
kosmetik, bau juga dijadikan melambangkan sebagai petunjuk status seperti
arah.
Dalam proses perkawinan adat Bugis memiliki makna tertentu yang hanya
dipahami oleh masyaraka setempat. Makna tersebut t tertuang dalam simbol-
simbol yang terdapat dalam prosesi adat Bugis Bone, sebagai salah satu sistem
makna yang kompleks, untuk mengatur tingkah laku mereka dan kebudayaan bagi
Bugis masyarakat suku Bone.
Dalam Bugis yang masih sangat budaya asli (tradisional), cara yang dalam
beberapa sulit menyampaikan pesannya orang-orang melalui dipahami oleh di pada
proses Bugis, terutama perkawinannya upcara luar suku yang sarat akan yang serasi
atau efektif makna pesan simbolik. Komunikasi dapat dicapai apabila pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu komunikasi memberikan arti dan makna lambang-
lambang sama kepada simbol-simbol atau yang yang digunakan.
Dalam proses perkawinan suku penelitian ini tahapan Bugis Bone secara
tahapan yaitu tahapan pra umum dapat atas tiga nikah, ahapan nikah dan setelah
nikah tahapan yaitu :
2. Prosesi Sang Calon Pelamaran Pengantin
a. Mattiro (menjadi tamu)
29
Dalam proses perkawinan. Mattiro penyelenggaraan merupakan suatu artinya
dan memantau dari jauh atau melihat mabbaja laleng (membuka jalan).
b. Mapessek-pessek (mencari informasi)
terlalu banyak ini, tidak mapessek- melakukan Saat sekarang pessek karena
mayoritas calon telah ditentukan oleh orang tua mempelai laki-laki yang sudah
calon mempelai perempuan telah betul-betul dikenal. Ataupun dikenal calon
mempelai akrab oleh laki-laki.
c. c. Mammanuk-manuk (mencari calon)
Berdasarkan dengan orang tua tersebut berjanji orang tua si perempuan, maka
akan menyampaikan laki-laki untuk datang kembali kepada keluarga dari pihak
sesuai dengan waktu kesepakatan maka ditentukanlah yang ditentukan. Jika
terjadi waktu Madduta mallino (duta resmi). Mammanuk-manuk adalah
Biasanya orang yang datang orang yang datang lebih mudah menghubungkan
mapessek-pessek supaya pembicaraan yang pembicaraan antara pammanuk-
manuk pertama dan kedua.
d. Madduta mallino
Mallino mengatakan tersembunyi.Jadi artinya suatu yang terang-terangan duta
ke rumah mallino adalah laki-laki perempuan utusan resmi keluarga untuk apa
yang menyampaikan terang-terangan amanat secara telah mappesek-pesek
sebelumnya dirintis ada waktu pdan mammanuk-manuk.
e.Mappasiarekkeng
Mappasiarekkeng jua mengikat artinya kuat. Biasa dengan disebutdengan
bersama- belah pihak sama mappettuada maksudnya janji kedua mengikat yang
30
pembicaraan yang sebelumnya. Dalam dirintis kuat atas kesepakatan acara ini
diputuskan dirundingkan segala sesuatu akan dan yang upacara dengan
perkawinan, bertalian antara lain:
1) Tanra esso (hari Penentuan perkawinan)
2) Balanca doi menre(belanja Uang) (yangdigunakan atau uang naik uang dan
akad mempelai pesta nikah dari wanita untuk mempelai mengadakan calon
laki-laki)
3) Sompa lain-lain yaitu(kawin emas) berupa uangatau dan pemberian harta
laki-laki kepada keluarga dari pihak keluarga pernikahan perempuan sahnya
menurut syarat ajaran sebagai Islam.
3. Prosesi Akad Perkawinan
Sejak tercapainya kata Sepakat, maka kedua keluarga belah pihak sudah
keberlangsungan Makin perkawinan tersebut. mempersiapkan tinggi status sosial
dari keluarga yang akan mengadakan pesta perkawinan, maka makin lama juga
dalam persiapan dilakukan. Untuk pelaksanan yang perkawinan dilakukan dengan
kepada seluruh rekan-rekan sanak keluarga dan menyampaikan. Hal ini dilakukan
oleh beberapa orang wanita dengan menggunakan pakaian adat.
Perhatian dan akan Perawatan diberikan calon pengantin kepada biasanya
tiga malam berturut-turut sebelum hari pernikahan calon pengantin mappasau
memakai bedak hitam(uapm andi), terbuat dari beras calon pengantin yang ketan
hangus yang dicampur yang dengan asam jawa digoreng sampai dan jeruk nipis.
calon pengantin dirias mappasau, untuk upacara Setelah acara mappacci atau
tudang penni.
31
Kata paccing berasal dari yang Mappaccing berati bersih, mappaccing
Upacara ini secara artinyamembersihkan menggunakan diri. simbolik daun pacci
(dilaksanakan pada malam pacar). ini hari maka Karena acara hasa Bugis disebut
dalam bawenni mappacci.
Selesai, Setelah keesokan harinya prosesi mappacci laki-laki wanita
mempelai untuk melaksanakan mempelai akad diantar ke rumah nikah (jika belum
Karena pada melakukan masyarakat akad nikah). Bugis juga Bone ada yang telah
sebelum acara perkawinan nikah dilangsungkan melaksanakan akad yang disebut
sudah melaksanakan kawissoro istilah kawissoro. diantar untuk Kalau hanya dan
makkarawa yang mappasilukang dipimpin melaksanakan acara oleh indo’botting.
makkarawa maka dilanjutkan Setelah mappasilukang dan dengan acara marellau
kepada kedua orangtua maaf dampeng memohon pengantin, dan seluruh kepada
keluarga terdekat yang sempat hadir pada akad nikah tersebut.
4. Prosesi Sesudah Akad Nikah
4)
Prosesi penting dalam ini merupakan Mapparola acara perkawinan adat
balasan dari pihak Boneyaitu merupakan ke pihak kunjungan perempuan laki-laki.
dua yaitu marola wekka perempuan mempelai Adapun hanya bermalam satu
matahari terbit saja dansebelum kedua malam mempelai kembali kerumah seluruh
prosesi akad perkawinan mempelai perempuan.Setelah berlangsung, biasanya
(walimah) dimana semua diadakan acara undangan hadir resepsi tamu untuk
sekaligus menjadi doa restu dan saksi memberikan atas berburuk pernikahan agar
32
mereka tidak kedua sangka mempelai ketika suatu kedua melihat mempelai saat
mesra.
Bagan Kerangka Pikir
s
Gambar: 1.1 Bagan Kerangka Pikir
Pesan
Simbolik
Non Pesan Verbal
Kinesik
mataGerakan
Sentuhan
Paralanguage
Diam
tubuh Postur
Kedekatan dan ruang
Artifak dan vusualisasi
Warna
Waktu
Bunyi
Bau
Verbal Pesan
Lisan
tulisan
Akad ProsesiNikah
Mappasau
Mappacci
Akad nikah
Mappasiluku
Marellau dampeng
Setelah Akad Prosesi
Mapparola
Resepsi
Mapparola bekke dua
Lamaran Prosesi
Mattiro
Mappesek-pesek
Mammanuk-manuk
Madduta malino
mappasierekkeng
Prosesi Perkawinan
Bugis Bone
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode deskriptif juga mempelajari norma-norma atau standar-standar,
sehingga penelitian deskriptif ini disebut juga survey normatif. Dalam metode
deskriptif dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah statis dan
sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Perspektif waktu
yang dijangkau atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau
dalam ingatan masyarakat. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian, misalnya
persepsi, perilaku, tindakan dan lain-lain. Moleong (2007:6). Jenis penelitian ini
adalah bersifat deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian deskriptif memberikan
gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran
tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.
Penelitian ini membahas tentang “Makna Dalam Simbolik Upacara Bugis
Perkawinan Adat Bone”. Maka dibutuhkan suatu analisa yang cukup, makanya
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, karena dalam penelitian ini
ditunlut untuk memperdalam data (indep interview), karena metode kualitatif
adalah suatuprosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Ucapan atau
tulisan dan perilaku yang dapat diamati dan orang-orang (subjek) itu sendiri. Alasan
33
34
digunakan metode kualitatif untuk lebih mudah apabila berhubungan langsung
dengan kenyataan yang tidak terkonsep sebelumnya tentang keadaan dilapangan
dan data yang diperoleh dapat berkembang seiring dengan proses penelitian
berlangsung.
2. Pendekatan Penelitian
Peneliti juga harus mampu menyelidiki secara cermat suatu program,
kejadian dan segala aktifitas yang dilakukan dan proses yang dilakukan dalam
sekelompok individu. Stake dalam Creswell (2012) mangemukakan bahwa studi
kasus: merupakan salah satu strategi penelitian yang di dalamnya peneliti memiliki
peranan aktif karena dalam strategi ini peneliti menyelidiki berbagai macam gejala
atau masalah yang akan dileti oleh peneliti tersebut.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case
bagian dari metode kualitatif study). Studi kasus adalah yang hendak mendalami
secara lebih mendalam suatu kasus tertentu dengan melibatkan pengumpulan
(2012) mengemukakan sumber informasi. Creswell bahwa: studi kasus dari sistem-
sistem yang merupakan salah satu eksplorasi terkait atau kasus.
Studi kasus ini dapat membantu peneliti untuk mengadakan studi mendalam
tentang perorang, kelompok, program, organisasi, budaya, dan agama. Berdasarkan
pendapat di atas terkait dengan pengertian stadi kasus dapat dilihat persamaannya
bahwa studi kasus merupakan suatu pendekatan penelitian yang memfokuskan pada
suatu permasalahan yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai peneliti. Kasus-kasus dan masalah yang akan diteliti
dibatasi oleh waktu dan aktifitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara
35
lengkap dan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu
yang telah ditentukan. Pada pendekatan penelitia ini peneliti harus benar-benar
mampu menempatkan diri dan mampu menemukan suatu cara yang tepat yang
dapat memecahkan suatu masalah yang akan diteliti karena pada penelitian ini
penelitilah yang berperan aktif.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Peneliti mengumpulkan data-data dengan mendatangi rumah-rumah warga
dan tetua adat sertah tokoh agama dan indo botting yang ada dilokasi penelitian
yang diperlukan sebagai bahan analisis data tersebut dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen. Penelitian di Desa Mattirowalie ini dilaksanakan Kecamatan
Kabupaten Bontocani Bone.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan, yaitu bulan Juli
sampai bulan Agustus 2019.
C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian kualitatif yaitu informan penelitian yang
memahami informasi tentang objek penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga
macam yaitu: Informan yang dipilih harus memiliki kriteria agar informasi yang
didapatkan bermanfaat untuk penelitian yang dilakukan.
36
1. Informan Kunci (Key Informan)
Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi
pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini tetua adat, tokoh
agamayang menjadi informan kunci.
2. Informan Utama
Bugis Bone yang dahulunya pernah melaksanakan pernikahan. Informan utama
yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interkasi sosial yang diteliti.
Informan utama dalam penelitian ini adalah indo botting, dan masyarakat
3. Informan Tambahan
Informan tambahan adalah masyarakat adat Bugis Bone yang pernah menjadi
saksi atau pernah melihat prosesi pernikahan adat Bugis Bone. Informan yang
dapat memberikan tambahan yaitu mereka informasi terlibat dalam interaksi
sosial walaupun tidak langsung yang diteliti.
Dari informan tersebut selanjutnya dikembangkan untuk mencari informan lain
dengan teknik bola salju (snowball sampling).
Teknik ini digunakan untuk mencari informan secara terus menerus dari
satu informan ke informan yang lain sehingga data yang diperoleh dianggap telah
jenuh atau jika data tidak berkembang lagi.
D. Fokus Penelitian
Pelaksanaan penelitian mencermati atau fokus pada tahapan dalam proses
Bone dan simbol-simbol perkawinan adat Bugis apa yang perkawinan adat Bugis
Bone terdapat dalam uapacara di Kabupaten Bone.
37
E. Data dan Sumber Data
Sumber yang dapat memberikan data adalah segala sesuatu informasi
mengenai data, berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer
Sumber (Tokoh Adat, Indo Botting, Tokoh Agama) pada tempat objek penelitian
dilakukan. Data primer data primer diperoleh dari yaitu data yang untuk
menyelesaikan dibuat untuk maksud khusus permasalahan yang dihadapinya.
2. Data Sekunder
Data adalah data yang sesuai sekunder diperoleh yang dengan Sumber data
diperoleh dari artikel, penelitian ini. skunder dokumen, jurnal, buku referensi,
berkenaan dengan situs di internet yang penelitian yang dilakukan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen peneliti pekerjaannya lebih itu sendiri agar utamanya adalah
dalam arti lebih cermat, mudah dan hasilnya lebih baik, lengkap, dan sistematis
diolah. Instrumen pengumpulan sehingga lebih mudah data pada penelitian ini
wawancara dan lembar menggunakan pedoman observasi yang berisi mengenai
Upacara Perkawinan “Makna Simbolik Dalam Adat Bugis Bone”.Oleh karena itu
juga harus divalidasi peneliti sebagai instrumen seberapa jauh peneliti siap
selanjutnya terjun kelapangan melakukan penelitian yang untuk mengetahui prosesi
upacara perkawinan tahapan-tahapan dalam dan simbol-simbol yang perkawinan
adat Bugis terdapat dalam upacara Bone. Dalam penelitian ini juga bantu seperti
tape recorder peneliti menggunakan alat-alat atau handphone video handphone dan
lain kaset atau kamera sebagainya.
38
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yag relevan dengan apa yang diharapkan, maka
penelitian akan menggunakan beberapa metode diataranya:
1. Observasi
Pada ini penulis melalui mengumpulkan data penelitian observasi berfungsi
sebagai partisipan, serta dalam partisipan yaitu peneliti ikut kegiatan kelompok
kehadirannya yang diteliti, baik yang dilakukan diketahui atau tidak. dengan
tersebut dokumentasi pelaksanaan Data dilengkapi Perkawinan Bugis dokumentasi
yang berupa visual yaitu Bone gambar atau foto-foto yang relevan dengan
penelitian.
2. Wawancara
Pengumpulan melalui wawancara data juga dilakukan mendalam terhadap
yang adat Bugis menjadi nantinya terpilih tokoh-tokoh informan tokoh agama,
tokohadat dalam penelitian ini, yaitu tokoh indo’botting, serta lainnya.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara dokmentasi merupakan suatu hal dilakukan oleh
peneliti guna mengumpulkan data dari berbagai hal media cetak membahas
mengenai narasumber yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi untuk mencari data tentang “Makna Simbolik Dalam Upacara
Perkawinan Adat Bugis Bone”.
39
H. Teknik Analisis Data
1. Reduksi Data
Peneliti di diperoleh wawancara lapangan melalui data yang, observasi dan
dokumentasi direduksi cara merangkum, memilih dengan dan memfokuskan data
data Penyajian Kesimpulan-kesimpulan data Reduksi data Pengumpulan hal-hal
pada dengan tujuan yang sesuai Penarikan/verifikasi penelitian. Pada tahap ini,
memilah-milah, peneliti data dengan cara melakukan reduksi mengkategorikan dari
catatan lapangan, dan membuat abstraksi wawancara dan dokumentasi.
2. Penyajian Data
(Catatan Wawancara), dan Data yang sudah disajikan observasi, catatan
wawancara, dan dalam bentuk catatan catatan dokumentasi mengorganisasi data,
sehingga diberi kode data untuk peneliti dapat menganalisis Peneliti membuat
daftar dengan cepat dan mudah. awal kode yang sesuai dengan dan dokumentasi.
Masing-masing pedoman wawancara, observasi data yang dianalisis dalam bentuk
refleksi sudah diberi kode dan disajikan dalam bentuk teks. Menghubungkan data
selesai data dilakukan setelah direduksi atau diperoleh dari hasil dirangkum. Data
yang observasi, wawancara dan dokumentasi dalam bentuk CO dianalisis kemudian
disajikan (Catatan Observasi), CW CD(Catatan Dokumentasi).
3. Penarikan Kesimpulan
Analisis dalam model interaktif data kualitatif Langkah terakhir adalah
kesimpulan dari produksi verifikasi atau hasil penarikan Analisis. Berdasarkan
yang telah peneliti membuat direduksi dan disajikan, data kesimpulan yang yang
40
dengan bukti kuat pada tahap didukung pengumpulan data. Kesimpulan adalah
pertanyaan yang masalah dan jawaban dari rumusan peneliti telah diungkapkan
oleh sejak awal.
I. Teknik Keabsahan Data
Adapun triangilusi adalah teknik pemeriksa keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan data itu (Meleong 2010:330). Penelitian kualitatif harus
mengungkapkan kebenaran yang objektif. Karena itu keabsahan data dalam sebuah
penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas
(kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini keabsahan
dilakukan dengan triangulasi.
1. Triangulasi Sumber
Data menghasilkan kesimpulan yang telah dianalisis sehingga kemudian
dengan sumber data dimintakan kesepakatan (Fuadiah, 2011). Penelitian telah yang
dilakukan dengan menguji kredibilitas data cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Teknik
Hal ini kebenaran data dilakukan untuk memastikan, bila data yang
kemudian melakukan diskusi dihasilkan berbeda, peneliti lebih lanjut dengan
sumber data (Tu’nas Fuaidah, 2011). Peneliti telah menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
41
3. Triangulai Waktu
Hasil bahwa keabsahan data pengulasan di atas menunjukan ini perlu
diterapkan kebenaran temuan dalam rangka membuktikan hasil penelitian, dengan
melalui wawancara terhadap kata lain dilakukan pengecekan objek penelitian diluar
pengecekan atau data itu untuk keperluan sebagai pembanding terhadap ini selalu
digunakan untuk data tersebut. Triangulasi mengecek kebenaran data juga
dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi juga membagi teknik yang perlu
diperhatikan oleh peneliti agar dapat terstruktur secara sistematis dan peneliti juga
harus memperhatikan susunan mulai dari triangulasi sumber sampai triangulasi
waktu.
Peneliti telah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
melakukan telaah wawancara, observasi atau teknik lain kepada sumber data dalam
situasi yang berbeda (Tu’nas Fuaidah, 2011).
42
BAB IV
DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN
DESKRIPSI KHUSUS LOKASI PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Kabupaten Bone Sebagai Daerah Penelitian
1. Sejarah Singkat Kabupaten Bone
Maka kelompok-kelompok terjadilah penggabungan tersebut termasuk
Awangpone dan Palakka. Cina, Barebbo, Pada manurungmata saat pengangkatan
Bone, terjadilah kontrak to silompo- e menjadi Raja pemerintahan berupa sumpah
Bone dalam hal ini setia antara rakyat diwakili oleh penguasa manurung, Cina serta
lambang kesetiaan dengan 10 sebagai tanda kepada merupakan Rajanya corak
pemerintahan Kerajaan sekaligus pencerminan Bone diawal Disamping penyerahan
berdirinya. diri Raja juga terpatri kepada Sang pengharapan rakyat k agar supaya
menjadi menciptakankewajiban Raja untu keamanan, serta hukum rakyat. Adapun
dan keadilan terjaminnya kemakmuran, penegakan bagi teks oleh penguasa Cina
mewakili rakyat sumpah yang diucapkan Bone berbunyi sebagai riyaaomi’ri
riyakkeng kutappalireng berikut: ”Angikko kuraukkaju elomu elo mattampako kilao
maliko rikkeng adammukkuwa kisawe. millauko ki abbere. tippang.
muamppipirikkeng mudongirikeng temma temmakere. Kerajaan Tanah pada awal
abad ke- IV Bone dahulu terbentuk atau pada tahun 1330, namun terbentuk sudah
ada sebelum Kerajaan Bone kelompok-kelompok dan silompo-e kalula dengan
datangnya la pimpinannya digelar mata ubbi yang digelar to manurung(ri
manurungge matajang) ataumata silompo-e.
42
43
terjemahan: “Engkau angin musalimurikeng” temmadinging. dan kami
berhembus kayu, kemana kesitu kami daun dan kata-katamu menurut kemauan atas
kami, apabila engkau yang jadi dan berlaku mengundang kami menyambut kami
memberi, walaupun dan apabila engkau meminta anak istri kami jika tuan
menyenanginya, tetapi engkau tidak senangi kamipun tidak menjaga kami agar
melindungi agar kami makmur tentram, engkau berlaku adil dan sejatera engkau
agar tidak selimuti kami kedinginan“.
Bone masyarakat mengenai demikian Tinggi Budaya sistem unsur pokok
norma atau masing-masing adat berdasarkan Lima: rapang, wari satu ade’, bicara,
sama lain, sebagai danSara yang organis terjalin satu kesatuan dalam rasa harga
diri serta pikiranmasyarakat yang memberi martabat dari pribadi masing-
terkandung dalam satu konsep masing. Kesemuanya itu yang disebut “siri” ke
Lima unsur pokok merupakan integral dari tersebut diatas yakni pangadereng (nilai
pangadereng maka norma adat), untuk mewujudkan rakyat Bone memiliki
semangat sekaligus mengamalkan budaya.
a. Sipakatau, menghormati atau artinya saling memanusiakan, menghargai harkat
seseorang sebagai mahluk dan martabat kemanusiaan ciptaan Allah SWT tanpa
saja orangnya harus patuh membeda - bedakan, siapa dan taat adat atau hukum
terhadap norma yang berlaku.
b. Sipakalebbi, posisi dan fungsi artinya saling memuliakan masing-masing dan
pemerintahan, senantiasa dalam struktur kemasyarakatan berprilaku yang baik
budaya yang berlaku sesuai dengan adat dan dalam masyarakat.
44
c. Dengan berpegang dan berpijak diatas, maka sistem adalah berdasarkan
musyawarah pemerintahan Kerajaan Bone mufakat. Hal ini kedudukan ketujuh
ketua dibuktikan dimana waktu itu kaum (matoa anang) Menurunge sebagai
ketuanya dalam satu majelis dimana ketujuh kaum itu persekutuan yang disebut
diikat dalam satu ikatan kawerang, artinya Ikatan Sistem Kawerang ini
Persekutuan Tana Bone. berlangsung sejak ManurungE hingga Raja Bone ke IX
yaitu sebagai Raja Bone pertama Lapttawe Matinroe Ri Bettung akhir abad pada
ke XVI. Sipakainge, artinya lain, menghargai saling mengingatkan satu sama
nasehat, manerima saran dan pendapat orang lain, kritikan positif dan siapapun
atas sebagai manusia biasa dasar kesadaran bahwa tidak luput dari kekhilafan.
pada nilai budaya tersebut
Pada tahun 1605 Agama Islam masuk di Kerajaan ke X Latenri Bone dimasa
Tuppu pemerintahan Raja Bone Sidendreng. Pada masa Matinroe Ri itu pula
sebuatan Pitu diubah menjadi ade Matoa pitu (tujuh hadat ), sekaligus pula Matoa
perubahan menjadi sebutan mengalami Arung. Matua Ujung Arung misalnya dan
seterusnya. Ujung disebut Arung Demikian perjalanan panjang pada bulan Mei
1950 Kerajaan Bone, kalinya selama maka untuk pertama Kerajaan diawal abad ke
XIV atau Bone tahun 1330 hingga terbentuk dan berdiri memasuki suatu
kemerdekaan terjadi dikota demonstrasi rakyat masa Watampone yaitu
dibubarkannya Negara Indonesia menuntut Timur, serta menyatakan dibelakang
pemerintahan Kerajaan dihapuskannya berdiri dan pemerintah Republik kemudian
Beberapa hari para Indonesia anggota Tujuh mengajukan permohonan Hadat
berhenti.
45
kemudian terjadi pula beberapa tahun perubahan Disusul nama distrik atau
Kecamatan menjadi berlaku sebagaimana onder distrik saat ini. Pada tanggal 6
seminar yang rumusan hasil April 1330 pada tahun melalui diadakan 1989 di
Peraturan dengan diperkuat Daerah Kabupaten Watampone Dati II Bone No.1
ditetapkanlah tanggal 6 April 1330 Tahun 1990 Seri C, maka sebagai hari jadi dan
diperingati Kabupaten Bone setiap tahun.
2. Kondisi Geografis dan Iklim
Kabupaten Bone secara Geografis terletak antara 4,13 - 5,6 Lintang Selatan
dan antara 119,42 – 120,30 Bujur Timur dan mempunyai batasan wilayah, sebagai
berikut:
a. Utara: Kabupaten Wajo dan Soppeng
b. Timur: Teluk Bone
c. Selatan: Kabupaten Sinjai dan Gowa
d. Barat: Kabupaten Maros, Pangkep, Barru
Ibukota Kabupaten Bone adalah Watampone. Kabupaten Bone merupakan
salah satu Kabupaten yang terletak di pesisir Timur Provinsi Sulawesi Selatan dan
berjarak sekitar 174 km dari kota Makassar. Luas wilayahnya sekitar 4.559 km atau
9,78 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bone mempunyai garis
pantai sepanjang 138 km. Wilayah yang besar ini terbagi menjadi 27 Kecamatan
dan 372 Desa/Kelurahan.
Tipe ini mencakup wilayah Kabupaten Bone bagian Barat. Tipe kedua
memiliki kriteria pola hujan terbalik dengan pola monsoon, yaitu curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Mei – Juni. Tipe ini mencakup sebagian besar wilayah
46
Kabupaten Bone. Letaknya yang dekat dengan garis khatulistiwa menjadikan
Kabupaten Bone beriklim tropis. Sepanjang tahun-tahun sebelumnya, kelembapan
udara berkisar 77-86 persen dengan suhu udara 24,4 C – 27,6 C. Wilayah
Kabupaten Bone terbagi menjadi dua tipe hujan yaitu tipe hujan monsoon dan tipe
hujan lokal, tipe hujan monsoon memiliki curah hujan tertinggi saat bertup angin
munson Asia yaitu bulan Januari dan Februari.
3. Topologi, Geologi, dan Hidrologi
Bagian endah denga kemiringanbarat adalah daerah pantai dan daratan r
sedangkan ketinggian ruang bervariasi antara 0-26 dengan batuan penyusunan batu
sabak dan basal serta batu tempel (ornamen stone). Topologi wilayah antara 0-4
derajat sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-26 derajat geomorfologi dataran
didominasi pantai, batu gamping, marmer dolomit, kuarsa, Kabupaten Bone terdiri
dari daerah pantai, daratan dan perbukitan.
Adapun komoditas yang telah diusahakan, meliputi: bijih besi, mangan,
eksplorasi dan operasi produksi. Prospektif pabrik semen dan bahan baku yang
Berdasarkan kondisi geologi yang berkembang di Kabupaten Bone, potensi
batubara, pasir, sirtu, tanah timbun dan batu gamping yang didasarkan atas IUP
tersedia di Kabupaten Bone adalah batu kapur (limestone) serta batu pasir kuarsa.
sumber daya mineral dan batubara didaerah ini cukup bervariasi, terdiri dari
komoditas logam, bukan logam, batuan dan batubara.
Potensi sumber daya air di Kabupaten Bone selain dipengaruhi oleh
kawasan, serta sebagian melintas pada beberapa mesyarakat Kabupaten Bone juga
wilayah, juga kondosi klimatologi dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang
47
memanfaatkan air dari Bendungan Ponre-Ponre yang terdapat pada wilayah
Kecamatan Libureng dan sekitarnya, hampir seluruhnya masyarakat
memeanfaatkan airnya untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku serta
kebutuhan lainnya.
Wilayah Kecamatan Libureng dan sekitarnya, namun bendungan terbesar
kedua Indonesia itu kini menjadi objek wisata favorit. Bendungan Ponre-ponre
memiliki kapasitas tampung 48 juta kubik dan mampu mengairi 4.411 hektar sawah
masyarakat Kabupaten Bone dan masyarakat Kabupaten Bone juga dapat
memanfaatka air dari aliran-aliran sungai yang terdapat dibeberapa wilayah
Kabupaten Bone. Potensih air tanah dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai air
baku untuk berbagai kepentenginan kegiatan masyarakat, baik untuk kebutuhan
konsumsi maupun untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat. Potensi air
tanah wilayah Bendungan Ponre-Ponre yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
Kabupaten Bone dan tak hanya menjadi sumber irigasi pertanian di.
Potensei sumber daya air yang belum dimanfaatkan umumnya terletak pada
kawasan non pengembangan dengan targer irigasi 50 – 400 ha berupa air
permukaan, embung, dan mata air. Seperti sumber daya air yang berasal dari mata
air Trawanie di Kecamatan Bengo Kabupaten Bone. Debit mata air 26 liter/detik,
direncanakan akan dibendung setinggi 10 meter sehingga akan mempunyai air
dalam dan tampukan cukup banyak dan diharapkan akan dapat mengairi hamparan
sawah yang ada dengan luas kurang lebih 500 ha. Beberapa hal mendasar mencjadi
permasalahan potensi air adalah terjadinya kekurangan air dibeberapa wilayah.
Untuk pengendalian pengelolaan sumber daya air diperlukan pengawasan melalui
48
instansi teknis terkait untuk mencegah terjadinya krisis kebutuhan pelayanan akan
air baku oleh masyarakat Kabupaten Bone. Pengelolaan dan pengembangan air
tanah di Kabupaten Bone masih terus dikembangkan dan dioptiamalkan oleh
pemerintah dan masyarakat untuk memperoleh kualitas yang baik dan kebutuhan
secara terpenuhi. Sumber daya air di Kabupaten Bone umumnya belum
dimanfaatkan secara optimal, masih terdapat beberapa sumber air yang dapat
dieksploitasi untuk kebutuhan irigasi baik berupa sumber daya air permukaan
(sungai) dan mata air, terutama untuk mengantisipasi kekeringan.
4. Kondisi Demografis
Tahap implementasi serta menjunjung nilai-nilai suatu budaya itu dapat
menciptakan kependudukan yang harmonis dalam suatu wilayah apalagi dengan
jumlah kependudukan yang terus bertumbuh, dalam artian rantai atau regenerasi
pemikir (penduduk) dalam perkembangan suatu wilayah itu terus ada dan
berkembang. Penduduk dalam perkembengan merupakan faktor utama suatu
wilayah/daerah. Wilayah yang dihuni penduduk yang peduli, cerdas dan kreatif
dalam memikirkan dan merencanan perkembangan suatu wilayah secara sistematis
sampai kepada.
Sulawesi Selatan,dalam beberapa tahun terakhir, 2012-2015 pertumbuhan
penduduk di Bone naik turun. Pada tahun 2012 jumlah penduduk mencapai 728,
737 penduduk, dan 2013 tembus 1, 134, 119 penduduk dan pada tahun 2014 turun
menjadi 738, 515, tahun 2015 mencapai 742, 912 penduduk, pada tahun 2017
tercatat 863, 654 penduduk. Pada catatan terakhir jumlah penduduk Kabupaten
Bone mencapai 863, 654 yang terdiri dari 422, 818 laki-laki, dan 441, 236
49
perempuan. Jumlah pertumbuhan dan perkembangan penduduk dalam suatu
wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian, selain itu juga dipengaruhi
oleh faktor migrasi penduduk baik perpindah ke wilayah lain atau masuk dalam
suatu wilayah. Beberapa tahun terakhir Kabupaten Bone selalu menempati urutan
kedua penduduk terpadat setelah Kota Makassar dan merupakan salah satu daerah
padat penduduk di.
B. Deskripsi Khusus Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Kecamatan Bontocani
Bontocani dipimpin oleh Petta Pattiro yang dipanggil dengan sebutan Petta
Tiro. Kecamatan Bontocani diperkirakan berdiri pada tahun 1671, pada saat Bone
telah memasuki masa puncak kejayaannya setelah perang Makassar yang pada saat
itu Bone menjadi kerajaan paling dominan dijazirah selatan Sulawesi. Bontocani
berasal Bahasa Bugis yang artinya bonto adalah gunung dan cani adalah hal
yang manis dan bagus. Pada waktu itu daerah Bontocani terdiri dari Bulu
Sirua, Bana, Langi, Ee Cinnong, Lamoncong. Dari beberapa daerah tersebut,
Adapun Kecamatan Bontocani yaitu dengan Kecamatan Libureng, sebelum
utara berbatasan sebelah timur berbatasan selatan berbatasan dengan dengan
Kecamatan Kahu, sebelah Kabupaten Sinjai barat berbatasan dengan dan
Kabupaten Gowa, sebelah Kabupaten Gowa dan Bontocani terbagi atas 11
Kabupaten Maros. Kecamatan desa/kelurahan yaitu Bontojai, Bulu Sirua, Bana,
Desa Watang Cani, Pattuku, Pammusureng, Kahu, Lamoncong, Mattiro Walie.
Langi, Ee Cinnong, Desa yang terluas wilayahnya luas 69,16 km disusul adalah
Desa Bana dengan Desa Langi dengan luas 59,20 km, terkecil adalah Desa sedang
50
desa yang wilayahnya Lamoncong yaitu sekitar 29,42 km. Kecamatan yang terletak
di ujung Bontocani merupakan Kecamatan paling berjarak sekitar 112 km selatan
Kabupaten Bone yang dari Kota Watampone. Bontocani 463,35 km atau Luas
wilayah Kecamatan sekitar 10,16 persen dari luas batas-batas administrasi
Kabupaten Bone.
2. Tingkat Pendidikan
Peneliti mengamati kondisi pendidikan di Kecamatan Bontocani tidak
begitu stabil baik dari kondisi sarana dan prasarana, jarak tempuh pengajar dan
siswa kesekolah masih agak sulit sebab akses yang kurang mendukung apalagi pada
musim hujan, pertumbuhan atau kuantitas pelajar tidak terlalu bertambah karena
kebanyakan penduduk lebih memilih melanjutkan tingkat pendidikannya di luar
daerah Bontocani, ada yang lanjut di Kota Bone, Maros dan lain sebagainya apalagi
sudah mau memasuki tingkat pendidikan SMP dan SMA kebanyakan penduduk
memilih sekolah diluar dengan alasan pertimbangan secara pribadi masing-masing.
Kemajuan suatu pendidikan dapat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang
memadai, meningkatkan pembangunan sekolah secara menyeluruh dan akurat,
meningkatkan jumlah pengajar yang berintelektual. Kecamatan Bontocani
memiliki 32 Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 6
sekolah, Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya 1 sekolah, Madrasah Tsanawiayah
(MTS) sebanyak 5 sekolah.
3. Mata Pencaharian
Maka dari itu masyarakat lebih memilih untuk bertani, keindahan alam di
Kecamatan Bontocani sangatlah asri, sepanjang jalan di Kecamatan ini terdapat
51
sawah-sawah yang sangat luas, terdapat pegunungan yang masih sangat hijau,
selain itu banyak juga hewan seperti sapi, kambing, yang dilepas secara bebas.
Kecamatan Bontocani terletak pada bagian Selatan Kota Watampone dengan
kondisi akses yang kurang stabil dan tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah
bahkan seperti wilayah yang dianak tirikan makanya masyarakat Bontocani selalu
meneriakkan agar Bone Selatan dapat dimekarkan dengan harapan terciptanya
akselerasi pembangunan dan kesejateraan yang adil terhadap masyarakat, dengan
kondisi akses yang tidak stabil itu menjadi penghabat masyarakat untuk
meningkatkan perekonomiannya. Mata pencaharian masyarakat bontocani terbagi
dari beberapa sektor yaitu:
1. Sektor pertanian tanaman pangan
Kecanatan Bontocani adalah ubi kayu. Tahun 2019 kacang tanah, jagung
dan padi yang merupakan komoditi yang cukup lumayan unggulan mengalami
peningkatan yaitu 8.096 ton dari tahun 2018. Begitu lainnya pula dengan komoditi
kecuali ubi kayu. Wilayah wilayah yang Kecamatan Bontocani termasuk potensial
untuk pangan, selain padi tanaman pertanian tanaman sebagai komoditas tanaman
yang dihasilkan di wilayah pangan, tanaman lainnya
2. Sektor pertanian perkebunan
Produksi 2019 terlihat mengalami sangat drastis pada penurunan produksi
yang semua jenis lada dan komoditi kecuali pinang. Jenis di wilayah Kecamatan
produksi tanaman perkebunan Bontocani yang tanaman kemiri dengan merupakan
52
unggulan adalah jumlah produksi tahun 2019 beberapa komoditi tahun sebesar
1.700 ton.
3. Sektor pertanian peternakan
Peternakan sapi yang kenaikan tiap tahunnya menjadi unggulan mengalami
yaitu dari tahun 2018 sebesar 13.376 ekor sedangkan sebesar 10.728 ekor, 2019
yang terkecil adalah kerbau. Kecamatan untuk usaha di Bontocani sangat potensial
bidang peternakan besar maupun untuk baik itu untuk ternak ternak kecil.
4. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya
Dampak perubahan sering dihadapkan pada sistem, nilai, norma, dan
sejumlah gagasan yang didukung oleh media komunikasi yang dapat mengubah
sistem sosial, ekonomi maupun sistem budaya. Perubahan kultur dan sosial budaya
masyarakat terjadi karena tidak homogenisitasnya kultur budaya pada suatu
wilayah sehingga budayanya mulai terkikis akibat pengaruh budaya dari luar dan
akibat perkembangan teknologi yang begitu pesat. Teknologi yang pada hakikatnya
diciptakan untuk memudahkan aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya,
namun dalam kenyataanya teknologi banyak disalahgunakan oleh manusia itu
sendiri. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teknologi banyak membawa
dampak bagi manusia sebagai pembuatnya.
Perubahan kultur budaya masyarakat merupakan kondisi yang tidak berdiri
sendiri, di dalamnya ada beberapa faktor yang terlibat, faktor tersebut meliputi
faktor yang bersifat alamiah maupun sosial, tetapi itu semua tidak berpengaruh oleh
masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya seperti masyarakat
53
Bontocani yang masih menjujunjung tinggi adat serta budaya bahkan dijadikan
sebagai hukum masyarakat/norma etika yang diwariskan oleh pendahulu. Kultur
budaya masyarakat di Kecamatan Bontocani masih dipengaruhi oleh etnis budaya
Bugis dan kesuluruhan masih tergolong budaya Bugis, rata-rata masyarakatnya
beragama islam.
Kondisi ekonomi masyarakat Bontocani masih terbilang stabil, baik dari
segi kebutuhan primer maupun skundernya sebab sumber daya alam yang yang
memadai dan terus dikelolah, sebagian besar mata pencaharian penduduk setempat
adalah bertani.
5. Kehidupan Keberagaman
Keberagaman merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat.
Perbedaan seperti itu ada pada suku bangsa, agama, ras, serta budaya. Keragaman
yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa indonesia.
Pemerintah harus bisa mendorong keberagaman tersebut menjadi suatu kekuatan
untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesataun nasional menuju indonesia yang
lebih baik.
Bugis Bone khususnya di Kecamatan Bontocani tidak ada keberagaman
secara garis besar baik dari segi budaya, ras serta agama yang dapat mencoreng
nama baik karena seluruhnya masyarakat beretnis tulen suku Bugis dan
berdominasi menganut agama islam. Dalam kehidupan bermasyarakan tidak pernah
lepas dengan yang namanya perbedaan pendapat atau pemikiran sehingga dapat
menyebabkan konflik antar sesama tetapi masyarakat yang ada di Kecamatan
bontocani dapat menyelesaikan dengan cara kekeluargaan. Keberagaman yang ada
54
pada masyarakat, bisa saja menjadi tantatangan, hal itu disebabkan karena orang
yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali. Munculnya perasaan
kedaerahan serta kesukuan yang berlebihan dan dibarengi tindakan yang dapat
merusak persatuan, karena itu adanya usaha untuk dapat mewejudkan kerukunan
bisa dilakukan dengan menggunakan dialog dengan kerja sama dengan prinsip
kesetaraan, kebersamaan, toleransi dan juga saling menghormati satu sama lain.
Dalam masyarakat.
55
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah peneliti mengadakan obsevasi dan wawancara, maka dalam bab ini
akan dikemukakan tentang hasil penelitian yang telah didapatkan dari sejumlah
informan yang relevan memhami dan sudah menjalankan tentang tahapan dan
terdapat dalam perkawinan simbol-simbol yang adat Bugis Bone.
1. Tahapan Dalam Proses Perkawinan Bugis Adat Bone
Konsep masyarakat Bugis Bone suatu perkawinan bagi merupakan sesuatu
penting. Tetapi melalui fase dengan yang sakral dan sangat beberapa rentang
panjang agak orang serta melibatkan waktu yang tua, keluarga. apabila kerabat dan
prosesi-prosesi yang Perkawinan menjadi dianggap ideal telah ketentuan adat dan
agama tersebut dilalui.
Perkawinan penting dalam kehidupan dianggap sangat seseorang, karena
untuk membentuk baru sebagai unit keluarga merupakan babak terkecil dari suatu
watak sifat dan orang masyarakat. Sesuai Bone yang r dengan Bugis eligius dan
menuju maka untuk kepada mengutamakan perkawinan kekeluargaan, suatu diper
untuk dan kerabat merestui lukan pkeluarga perkawinan artisipasi tersebut.
Dilangsungkan maka perkawinan beberapa ada Sebelum acara prosesi adat
yang harus prosesi-prosesi tersebut dilalui, adalah berikut sebagai:
55
56
a. Mammanu’ manu
Langkah dilakukan awal yang Mammanu’ manu merupakan olehorang tua
mencarikan jodoh (pasangan) bermaksud anaknya laki-laki yang yang akan
perkawinan. Mammanu’manu artinya melakukan berlanjut ke jenjang kegiatan
terbang kesana yang tujuannya adalah kemari, seperti burung untuk menemukan
akan gadis yang kelak dilamarnya. Setelah seorang menemukan seorang gadis bisa
dijadikan pertimbangan oleh isteri yang menurut anaknya, maka kepada langkah
selanjutnya dilanjutkanlah kegiatan itu yang disebut “mappese’pese’ perempuan
mendengar bahwa (menyelidiki). pihak laki- Setelah pihak laki benar segala
kerendahan dengan pihak hati ingin melamar perempuan “narekkomakkoitu akan
berkata adatta- tangngaka-nakubali toi. (kalau mempelajari keluarga kami
beginimaksud anda, kembalilah dan mempelajari keluarga saya juga anda)”
Bukan hanya sekedar itu saja, para pendahulu kita melakukan proses
mammanu’manu untuk menilai pihak perempuan apakah bisa membawa kebaikan
ri lino lettu ahera yang artinya bisa membawa kebaikan di dunia sampai di akhirat
nanti jika sudah sah menjadi pasangan suami istri, (Guru Cenre)”. “Dalam kegiatan
mammanu’ manu, yaitu pihak laki-laki melakukan penyelidikan terhadap pihak
perempuan agar sesuai yang diharapkan.
b. Massuro (meminang)
Massuro orang ke rumahperempuan yaitu mengutus beberapa yang akan yang
diutus tersebut dilamar, biasanya orang adalah orang-orang yang mengetahui
meminang. Pertama-tama ia tentang seluk beluk cara harus mengemukakan sopan
57
santun agar maksudnya orang dengan penuh tua dan akan perempuan yang
dilamarnya keluarga tidak merasa tersinggung.
Rombongan to’ Salah seorang dari madduta mengemukakan maksud yang
dengan kata- halus yang kedatangannya kata bersifat ungkapan-ungkapan yang
menerimanya juga Sementara orang yang menjawabnya bermakna. dengan kata-
makna kata yang halus simbolis.
Berikut salah satu contoh adalah dialog yang pernah dilontarkan oleh informan
peniliti pada saat melakukan acara massuro antara to-madduta dengan to riadduta:
1) To madduta: Engkaka romai lettu dibolata pa wangkalaina karebai
makkedda engka gare hija komba ta na ia engka hija laikku maga
kodikebburakki laleng madeceng wijatta? Saya datang dirumah ta karena
saya mendengar kabar bahwa ada anak perempuan ta dan saya juga memiliki
anak laki-laki. (H. Asse). Bagaimana kalau kita membuatkan jalan
sebagaimana untuk mempersatukan meraka dalam suatu ikatan suci yaitu
adalah penikahan,
2. To riaddutai: Deceng tumai puang pa idi kombae mattajeng ki bahang,
nakko madeceng mu, maga na dena ditarima? Itu merupakan hal yang baik
karena kita sebagai pihak perempuan hanya bisa menunggu, jika itu
merupakan hal yang baik, kenapa kami tidak menerimanya.
Sementara segera melakukan pihak perempuan musyawarah dengan hal
berbagai hal keluarganya seperti besarnya untuk membicarakan uang belanja, hari
pernikahan. uang Pihak mahar, serta pun sama laki-laki guna membicarakan hal
yang persiapan kembali melakukan menjelang perkawinan.
58
c. Mappettu ada
Bahwa Setelah terjadi lamaran pihak kesepakatan laki-lakitelah diterima
perempuan, maka orang tua baik oleh pihak waktu ditentukanlah pelaksanaan
memutuskan segala ada yaitu yang apa acara mappetu diperlukan dalam Dalam
mappetu acara ada, pelaksanaan pernikahan nanti. berbagai hal dibicarakan yang
pernikahan dengan yang berhubungan meliputi:
1) Tanra Esso: -laki maupun baik laki penentuan hari pernikahan tentang
pihakperempuan waktu-waktu mempertimbangkan bagi luang keluarga.
keluarga tersebut apabila dari petani terdiri Misalkan saja maka dipilh waktu
panen, sedangkan selesai keluarga apabila pada saat terdiri dari pegawai atau
maka dipilih waktu libur pada hari minggu.
Doi Menre: hari Sesudah pernikahan menetapkan (esso tanra), maka adalah
besarnya uang halyang yang diberikan paling penting naik oleh pihak laki-
perempuan. Sekarang pihak untuk ini laki kepada menetapkan uang belanja
melihat harga selalu berlaku yang pihak perempuan dipasaran. Kalau
pernikahan pihak itu menghendaki pesta ramai, perempuan maka uang
belanja kecuali kalau juga antara yang diminta tinggi, perempuan laki-laki
dan ada biasanya saling diserahkan saja pengertian, laki-laki maka kepada
tentang Menurut aturannya kemampuannya uang berapa merupakan.belanja
ini pihak laki-laki kepada biaya yang diberikan oleh pihak perempuan dalam
pernikahan rangka pelaksanaan tersebut. Dalam mappetu pesta acara ada
dibicarkan dan memang telah apabila disepakati tersebut sesudah menikah
laki-laki tidak mampu dan memberi terjadi masalah, misalnya nafkah batin
59
isterinya sehingga terjadi kepada maka, perceraian uang belanja tersebut tidak
maka dikembalikan.
Sompa (mahar): laki-laki pemberian kepada pihak perempuan uang yang
berupa atau benda, itu sebagai salah dinikahinya, baik satu syarat sahnya
sompa sebagaimana Jumlah diucapkan yang pernikahan. oleh mempelai akad
nikah, pada saat ketentuan adat menurut laki-laki jumlahnya bervariasi
menurut tingkat kebangsawanan seseorang.
Sejak daerah lama di Sompa Bugis, yang berlaku dinilai dengan sebut
yang di real (orang mata Bugis uang menyebutnya lama rella). Bagi
dinyatakan tinggi sompa dengan kati bangsawan senilai 88 real, ditambah
senilai 40 real dan satu ekor satu kerbau orang hamba atau senilai 25 real. dari
kalangan bagi perempuan tinggi bangsawan Sompa disebut mencapai 44
sompa kati. Sedangkan bocco bagi perempuan yang bisa dari kebawah hanya
bangsawan satu kalangan menengah kati, orang bagi baik-baik setengah kati,
dan bagi kalangan orang biasa hanya seperempat kati.
d. Mappasiarekeng dan Mappaenre balanca
Biasa pelaksanaannya orang menggabungkan pada Dalam acara mappetu
dan mappaenre balanca. acara mappasiarekang ada dengan Itu tergantung dari
pengantin pihak calon dengan berbagai kesempatankedua belah pertimbangan
misalnya, mengefesienkan waktu. Acara dan mappasierekeng mengirit biaya yaitu
telah dibicarakandan mappaenre balanca menguatkan kembali apa yang yaitu
belanja sesuai dengan membawa antara pihak sejumlah uang kesepakatan laki-laki
mappetu pada saat ada. dengan pihak perempuan Rombongan pihak laki-laki
60
perempuan yang dari laki- berpakaian terdiri laki dan dipimpin adat dan oleh Begitu
pula yang perempuan seseorang dituakan. menyambut dengan kedatangan pakaian
pihak laki- adat rombongan laki pula. Pihak membawa sirih laki-laki
(menyuguhkan sesuatu) untuk mappaota tujuh berupa pinang ikat daun sirih, tujuh
bungkus tujuh kapur, tujuh biji buah bungkus pinang, tembakau. Semua
mengandung makna benda tersebut penghargaan jenis kepada keluarganya. calon
mempelai Selain itu, pihak wanita laki-laki termasuk seluruh membawa pula buah
dan dua barang cincin berupa lembar satu sarung. sarung Cincin dan tersebut
mempelai dipasangkan kepada wanita setelah mappasierekeng calon acara selesai.
tersebut dan sarung tanda dimaksudkan sebagai Cincin ikatan yang dalam bahasa
dari calon disebut mempelai Bugis passeo mempelai laki-laki calon kepada wanita.
“Kebiasaan pendahulu-pendahulu suku kita Bugis atau ketika mappettu
daun sirih, mengunyah daun maka pemberian ada yaitu dengan segala sirih pinang,
tembakau kelengkapannya gambir,, seperti dan lain-lain merupakan tinggi pada
masa penghargaan yang lampau. (H. Asse)”.
e. Mappaisseng (mengundang)
Mappaisseng oleh pihak laki-laki yaitu dilakukan baik maupun pihak
informasi kepada segenap memberi keluarga, perempuan untuk handai tolan pesta
akan dilaksanakannya pernikahan tentang tersebut. Kegiatan sebelum ini biasanya
dilaksanakan acara puncak. tujuh hari Dahulu sebelum adanya alat percetakan, oleh
beberapa orang kegiatan mappaisseng atau lak- dilakukan wanita laki untuk kepada
menyampaikan segenap keluarga secara rencana lisan tentang pernikahan yang
kegiatan tersebut. melakukan Tersebut. Orang mappaisseng itu, terdiri dari adat
61
laki-laki dan dengan pakaian perempuan lengkap. Biasanya laki sama berpasang
laki- dengan pasangan yaitu jumlah jumlah perempuan.
“Kalau orang tergolong bangsawan yang akan dipaissengi tinggi, maka
pappaisseng berjumlah 12 orang, untuk bangsawan menengah 6 orang dan untuk
masyarakat biasa 4 atau 2 orang, (Nammi)”.
f. Cemme passili (mandi bala tula)
Permohonan dilakukan kepada sebagai Allah dijauhkan SWT agar dari
Acara segala macam ini dilaksanakan bahaya. pada ketika matahari pagi hari.
Cemme sebelah timur passili mulai muncul di calon mempelai dilakukan oleh
mempelai laki-laki wanita untuk dan calon malam memasuki pada acara harinya.
mappacci
Tata oleh indo' pelaksanaannya botting cara dipandu (rias juru pengantin)
di atas mempelai sebuah dengan mendudukkan yang masih calon kelapa utuh
loyang besar. Calon di atas yang diletakkan mempelai baju dan memakai sarung
sebentar akan yang kepada indo' diserahkan yang baru botting mandi yang prosesi
itu memandikannya. Selama berlangsung, tula bala lilin (dahulu pelleng pesse)
akan Air yang digunakan harus selalu manyala. cemme passili untuk harus dilekke
yang (diambil) dengan suatu acara khusus dilakukan oleh indo' botting. Adapun
akan digunakanyaitu, daun siriv kekayaan, daun waru simbol harga diri, daun
kesuburan, daun tebu simbol serikaja simbol simbol kenikmatan, daun cangadori
simbol penonjolan.
62
Kelima ke dalam gentong atau bahan tersebut dimasukkan loyang terbuat lekat
atau sebagai simbol dari melengket yang tanah liat saling telah dialasi yang okkong
disebut atau dengan sebagai simbol semacam tikar appereng jalinan siap
kebersamaan. maka dilakukanlah Setelah penyiraman semuanya pertama yang
botting oleh indo’ dengan membaca dilakukan Basmalah dilanjutkan kemudian
kiranya Allah doa SWT dengan membaca senantiasa beberapa berkah –Nya kepada
memberikan mempelai calon
Penyiraman 3 kali dengan: Kepala kemudian dimulai selangkah kiri atau bahu
3 kali, punggung seluruh dan kanan 3 kali. Bahu badan sebanyak 3 kali
mempersilahkan kepada sesepuh sesudah indo’ botting atau keluarga lainnya yang
selesai untuk sama. Setelah melakukan itu pun dipercikkan hal maka air ke arah
agar dengan maksud semua yang tidak baik luar pintu rumah keluar pula melalui
atau mappassili’ selesai maka pintu. Sesudah cemme passili’ calon mempelai baik
disilakan mandi itu laki-laki perempuan seperti maupun biasa.
Calon perempuan mempelai memakai:
1) Waju Tokko jambu merah warna
2) Lipa sabbe hijau dan perhiasan warna sekedarnya
Calon bisa pria mempelai memakai:
1) Waju Belladada ditentukan tidak warna
2) Lipa yang sabbe serasi
3) pamiring Songko
63
“Para pendahulu kita jika ingin melakukan cemme passili dia mengambil air
dari tempat yang mistis seperti dari sumur yang dianggap ada penghuninya, tapi
seiring perkembangan zaman dan tempat itu sudah susah didapatkan, maka
sekarang orang hanya mengambil air yang mudah dujangkau, (Guru Cenre)”.
g. Mappacci
Mappacci pacci (daun pacar) berasal dari kata yaitu semacam tumbuhan
Bugis daunnya biasa yang sebagai belo oleh orang digunakan kanuku (hiasan atau
memasuki pada saat bulan pemerah kuku), ramadhan. terutama Kemudian dari
paccing (bersih atau kata pacci dikonotasikan suci) yang menjadi kata diyakini
kedua calon bagi mempelai. akan makna Dengan memiliki demikian acara simbolis
yaitu mappacci mempunyai kebersihan arti dan kesucian suatu sebagai diperlukan
sebelum unsur yang memasuki sangat acara prosesi dari puncak perkawinan.
Acara mappacci juga tudampenni disebut (malam duduk) dilaksanakan di
pada calon mempelai malam rumah masing-masing hari pelaksanaan sebelum
disebut tudabbotting (pengantin duduk) resepsi pernikahan pada yang malam
mappacci dihadiri ini hanya berikutnya. Pelaksanaan oleh acara kerabat, keluarga
kedua calon tetangga terdekat mempelai. dan Sebelum acara atau pada mappacci
harinya sore keluarga tudampenni dilaksanakan, kedua disebut calon mempelai
mallekke' melakukan pacci kegiatan yang (pengambilan daun pacci/pacar). Kalau
adalah, calon mempelai tersebut keturunan bangsawan maka tempat malekke' raja
atau dilakukan di pemangku pacci rumah adat. Sedangkan calon bagi mempelai
orang kebanyakan (masyarakat biasa), yang hanya berasal dari maka tempat
dirumah kerabat mallekke dilakukan pacci terdekatnya saja.
64
{{
Apabila dari keturunan bangsawan, calon berasal maka mempelai yang
adalah keluarga yang melakukan mallekke' pacci, tua, muda, terdiri atas dengan
pakaian pria dan wanita. Iring-iringannya adat lengkap adalah sebagai berikut:
1) Pembawa tombak
2) Pembawa sirih tempat
3) Pembawa berisi yang bosara kue-kue
4) Pembawa yang pacci dipayungi daun dengan lellu
5) Pembawa berupa alat bunyi-bunyian gendang, gong, anabbeccing dan lain-
lain.
Apabila dari orang kebanyakan berasal maka calon mempelai yang akan
atau dua melakukan cukup satu mallekke’ terdekatnya pacci orang keluarga juga
lengkap. Langsung pakaian melakukannya dengan adat dirumah kerabat calon
mengambil daun pacci mempelai atau langsung dari pohonnya.
untuk membersihkan atau mensucikan dari segala sesuatu baik dari calon
mempelai wanita maupun calon mempelai laki-laki, (H. Asse)”. ”Masyarakat
bahwa acara mappacci Bugis mempercayai dalam proses pernikahan mempunyai
makna simbolis yaitu merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
h. Mappaenre botting
Prosesi perkawinan adalah sebagai acara puncak saat mappaenre botting
diantar ke rumah yaitu mempelai laki-laki mempelaiwanita. Pada hari itu orang
(puncak acara), atau biasa Bugis menyebutnya mata disebut gau' juga sebagai
65
(pengantin hari). Orang esso -orang appabbottingeng yang mempelai mengantar
wanita -laki ke rumah pampawa disebut laki botting (pengantar dari perempuan
laki-laki dan pengantin) yang dengan pakaian terdiri adat.
Setelah rumah di mempelai berada depan wanita, mempelai laki-laki
keluarga dijemput oleh perempuan bersama pengiringnya berjumlah yang empat
laki-laki terdiri dari atau orang atau Mereka berpakaian lebih perempuan. adat dan
(sekarang rokok) membawa atau benda sirih pinang sebagai apa saja tanda bahwa
rombongannya telah d mempelai laki-laki iperkenankanberserta memasuki
mempelai laki-laki rumah dari calon mempelai wanita. membawa Sedangkan leko'
(sirih dilakukan dua biasanya kali, pinang). Mappaenre leko' pada acara pertama
disebut leko' ada yang caddi: mappasiarekeng atau meppetu Kedua pada acara
acara mappaenre pernikahan yang botting atau disebut leko' lompo. barang
Perbedaannyahanya yang dibawa, yaitu dari leko' segi jumlah caddi jumlahnya
banyak sedikit, jumlahnya dan lompo lebih sedangkan leko lengkap. Misalnya,
kalau adalah calon mempelai keturunan bangsawan maka jumlah bosara tradisional
wanita tinggi, sebanyak 14 buah yang berisi kue-kue. Disamping itu, bosara yang
buah berisi kue-kue tradisional jumlahnya 12 atau 14 seperti onde-onde, cucuru'
doko'doko' utti, dan sebagainya. te'ne, baje', dodoro', Selanjutnya alat-alat mandi,
pakaian dan perhiasan kecantikan, alat-alat untuk sesuai pihak laki- orang
kemampuan biasa jumlahnya laki bagi hanya . Sedangkan sampai 12 buah. Bahkan
laki- ada mempelai laki membawa yang mengharuskan dua ekor calon ayam (jantan
disebut dan orang Bugis betina) yang pattampa oleh baja (pengundang siang). pintu
rumah di depan wanita berjejer mempelai Sementara sejumlah penjemput dengan
66
pakaian adat. perempuan laki-laki dan Seorang tua perempuan menunggu beras ke
menebarkan arah di pintu sambil mempelai laki- menuju telah laki dituntun tersedia
dan para lamming (pelaminan) yang disilahkan pengiringnya duduk saat . Beberapa
kemudian, mengambil tempat untuk akad dimulai dengan nikahpun pegawai syara'
yang wali atau tuntunan ditunjuk sebagai wakil dari orang tua menggenggam tangan
mempelai imam, wanita. Dengan pengantin laki-laki sesuai ketentuan agama
mengulangi ikrar-wajib Islam, menandatangani kemudian buku apa mahar bentuk
dan nikah. Imam menanyakan seorang kadang-kadang imam belanja dan dicatat
oleh juga menanyakan uang pegawai seorang wali KUA. Salah menyerahkan uang
belanja kepada keluarga mempelai pengantin laki-laki wanita. qabul (akad nikah)
proses dan Setelah mengucapkan ijab penyerahan dan mahar pengantin laki-laki
kepada uang belanja dari wali keluarga pengantin perempuan, dituntun oleh seorang
laki-laki maka mempelai laki-laki yang berpengalaman mempelai wanita untuk
masuk ke kamar makkarawa bahagian- (memegang) wanita sebagai mempelai
tanda bahagian tubuh bahwa sah untuk sudah keduanya bersentuhan.
Kebiasaan, pemegang kunci tetapi menurut adat pintu kamar mempelai
membuka pintu sebelum wanita tidak akan diberi uang oleh pengantar mempelai
pattimpa tange' (pembuka pintu) laki-laki yang disebut. Begitu pula ketika telah
berada dalam mempelai laki- akan lagi laki kamar, tidak dibukakan kelambu yang
disebut pattimpa uang sebelum mengeluarkan boco' (kelambu pembuka). Setelah
laki- pengantar mempelai laki semuanya dipenuhi oleh, mempelai barulah laki-laki
pengantin duduk dekat wanita untuk diperkenankan melakukan sentuhan yang
Menurut kebiasaan, oleh pengantar dipandu mempelai pengantar. laki-laki laki
67
agar mempelai laki-berusaha untuk mengarahkan bagian yang dapat menyentuh
dianggap wanita makna memiliki tubuh mempelai simbolis, cincin kemudian dijari
pengantin -laki memasangkan mempelai laki wanita beberapa dan duduk saat
mereka disampingnya sebelum selama dipandu tua pengantin untuk menyalami
kembali orang wanita.
“Pengantin ubun-ubun mempelai laki-laki berusaha menyentuh wanita
dengan harapan setelah atau bagian leher isteri yang menjadi sah akan selalu Ada
maraba tunduk pula yang kepada suaminya. dengan harapan perut, bahwa
mengalami kesulitan. kelah akan Oleh kehidupannya masyarakat Bugis/Makassar,
Mandar menyakini bahwa masyarakat begitu pula sentuhan pertama sang suami
tidaknya membina menentukan berhasil rumah akan tangga dikemudian hari,
(Nammi)”.
i. Mapparola
Mapparola yaitu diantar mempelai perempuan oleh acara keluarga dan
rumah saudaranya mempelai sanak ke laki-laki. biasanya Pelaksanaannya setelah
atau tiga biasanya dua acara akad nikah kedatangan jam setelah pengantin laki-
harinya, dengan pakaian keesokan sepert laki atau i pada hari pernikahan. Acara
mempelai perempuan dari rumah perkawinan tersebut berpindah ke rumah dihadiri
oleh para undangan. mempelai laki-laki yang Sebagai tanda syukur pihak kembali
mappaota (memberi sesuatu) keluarga pengantin laki-laki kepada rombongan
pengantin wanita mempelai perempuan. Ketika tiba dirumah wanita belum boleh
meninggalkan pengantin laki-laki, pengantin kendaraan yang datang
menjemputnya. Pihak ditumpanginya sampai mertuanya pengantin wanita akan itu
68
sebelum diterima dan mengiringi pasangan baru diersilahkan duduk seperti tata
pihak perempuan ketika cara yang dilakukan menerima pihak laki-laki. Sesaat
wanita pergi maka pengantin sebelum pengantar pengantin perempuan akan kepada
ibu membawa pemberian sarung pengantin laki-laki sarung itu dan menyerahkan
kepadanya.
“Wanita dalam masyarakat Orang Bugis tua pengantin Bone tidak pernah
karena dianggap besannya patut tidak ikut kerumah bagi mereka pihak laki-laki
untuk sampai mengunjungi menantu barunya telah mengunjungi acara massita
mereka dalam baiseng, (H. Asse)”.
j. Resepsi
Pada malam itu juga apabila resepsi dilakukan, dan diselenggarakan pihak
resepsi atau oleh kedua pengantin wanita di pihak di ruang belah tempat yang
melangsungkan resepsi siang pihak wanita disewa. Jika dan resepsi akan malam,
maka melaksanakan pengantin pria pada respsi pihak hari berikutnya.
k. Menginap tiga malam dan pertemuan antar besan
yaitu kedua pada hari mempelai ketiga, kembali ke rumah mempelai
berpakaian lagi pengantin. perempuan, Begitu tetapi pengantarnya tidak pula tidak
lagi botting dan mapparola. Baik seramai ada saat mappaenre mempelai maupun
bahasa Bugis disebut pampawa, pengantar yang dalam semuanya berpakaian biasa.
Orang tua mempelai pada datang ke rumah malam harinya laki-laki baiseng
(menemui besan). perempuan Kemudian mempelai massita pada hari mempelai
kembali ke rumah keempat, kedua mempelai untuk mabbenni laki-laki malam).
69
Pengantarnya hanya tellumpenni (terdiri dari bermalam tiga keluarga tua atau dekat
seperti orang pengantin perempuan saudaranya. ini Tetapi sekarang tu hanya
tellumpenni idilaksanakan pada umumnya malam mabbenni satu saja.
Dengan maka selesailah sudah prosesi selesainya tersebut, rangkaian suami
isteri kedua pasang acara perkawinan siap memulai hidup dan tersebut lainnya
seperti kunjungan baru. keluarga, Acara-acara ziarah dan kubur lain-lain,
kesepakatan antara berdasarkan dilaksanakan keduanya.
2. Makna Simbolik Dalam Upacara Perkawinan Adat Bugis Bone
Bugis Bone sarat perkawinan Prosesi adat dengan makna simbolik yang dari
setiap prosesinya, mengandung makna tersendiri verbal baik itu maupun non setiap
prosesinya. Berikut dalam hasil verbal selaras eksplorasi pada penulis mengenai
perkawinan simbolik Bugis makna prosesi Bone.
a. Mappettu ada
Beberapa penulis dalam mendiskripsikan akan gambar membantu makna
yang terangkai prosesi-prosesi acara dalam dari mappettu ada.
70
Gambar 1.2 : prosesi mappettu ada, kedua keluarga saling berunding
mencapai kesepakatan bersama.
Sumber : Data primer, di proleh pada tahun 2019.
Pada gambar 1.2 mempelai calon wanita pertemuan dari keluarga menyambut laki-
mempelai laki, dalam pelamaran keluarga diatas calon situasi pesan verbal
digunakan. maupun bahasa Sedangkan yaitu baik pesan non tulisan dalam verbal
yang mencakup wilayah sosial yaitu kedekatan dan ruang yaitu kedekatan yang 12
kaki, masih simbol berjarak antara 4 sampai kedekatan dan non verbal ruang dari
dan sudut ruang posisi segi terrritory dari ini mempunyai pertemuan posisi saling
menyampaikan lamaran dan dimana untuk berhadapan berunding efektif. diantara
dua Selain dari kedekatan keluarga dapat berlangsung pesan non dan ruang situasi
gambar diatas yaitu verbal yang ada pada digunakan pada paralanguage utusan
kedua -masing belah saat masing pihak
pantun sajak atau dalam keluarga saling berbalas melamar pengantin calon
sang wanita.
Prosesi mappettu ada merupakan tradisi adat Bugis yang dilakukan oleh
pendahulu kita dari dulu sampai saat ini, mappettu ada dilakukan untuk menetapkan
tanggal pernikahan serta menyepakati kembali pembicaraan saat prosesi lamaran
sebelumnya, “Mapettu artinya memutuskan dan ada yang artinya omongan. (H.
Asse)”.
71
Pemasangan selanjutnya cincin kepada prosesi calon wanita mempelai dari
laki-laki. pesan non keluarga calon mempelai terdapat pada verbal yang situasi ini
dimaksudkan sebagai pemasangan dan visualisasi cincin yaitu artifak emas dari
calon kepada pengantin calon pengantin yang disebut laki-laki perempuan juga
Bugis Bone sebagai masyarakat passeo’ tanda ikatan pada sebagai calon kepada
calon laki-laki mempelai wanita.mempelai
b. Cemme passili
Cemme makna passili dari pada saat acara verbal yang simbol non pada bau,
dimana perlengkapan prosesi adalah dari cemme prosesi ini pasili yaitu akar-akaran,
dan bunga-bungaan terdiri dari rempah-rempah, yangmengeluarkan bau Bugis
Bone khususnya harum. Pada masyarakat di Desa Mattirowalie dipercaya yang
akan menghapiri sang dapat menolakbahaya calon pengantin.
”Kepercayaan mempelai bahwa calon itu masyarakat Mattirowalie mudah
disebut raporaponna makanaya bahaya terkena yang calon mempelai harus
melakuan cemme passili dangan menggunakan rempah-rempah, daun siri, bunga-
bunga harumdan ini dijadikan sebagai tula bala yang artinya penolak bahaya,
(Nammi)”
72
c. Mappacci
Gambar 1.3 : memberikan keluarga pengantin daun pacci di tangan
pengantin
Sumber : Data primer, diproleh pada tahun 2019.
Dalam pesan vebal prosesi seperti mappacci, yang bahasa, digunakan
membimbing jalannya acara protokoler dimalam mappacci. acara untuk Biasanya
persatu makna simbolik satu dari berbagai dengan menguraikan kelengkapan yang
telah mappacci, orang-orang juga oleh keluarga calon memanggil dipilih daun
pacar ditangan memberi pengantin pada pengantin untuk malam mappaccsi.
Adapun pada prosesi verbal simbol non mappacci yaitu:
1) kinesik, yaitu menengadahkan calon pengantin telapak pada saat tangannya
isyarat bahwa calon memberi pengantin keatas yang siap diberikan daun tidak
jarang pada displays malam pacar, affect mappacci sang calon perasaan
pengantinmeneteskan matanya karena air orang tua memberi haru pada saat
daun pacar pengantin ketangan sang calon calon pengantin,
2) Paralanguage protokol memberi pada saat penekanan-penekanan makna dari
acara menguraikan dalam malam mappacci.
3) Diam, diperbolehkan berbicara tidak selama calon pengantin prosesi ini sang
calon pengantin diharapkan bersikap berjalan mallebi’.
73
4) Bunyi, yaitu adanya tabuhan pada malam dan tui-tui (alat mappaci gendang
Sulawesi selatan) dari saat pembawa pada kesenian tiup lilin menjemput
memberi daun pacar yang akan kepada orang tua calon pengantin.
5) Artifak dan visualisasi,
”Sarung Bugis lima lipa lembar sabbe sebanyak secara diletakkan berlapis-
daun pisang, atas pucuk lapis di melambangkan harga atau martabat diri. Bantal
berisi kapuk atau yang terbuat dari kain, kapas, sebagai pada saat alas kepala tidur
Daun dihubung-hubungkan nangka yang melambangkan kesuburan. satu sama
diletakkan tikar bundar, diatas lainnya sehingga berbentuk lima lembar sarung itu,
Bugis menghubungkan dengan oleh orang kata daun panasa menasa (cita-cita atau
mempelai nantinya setelah pengharapan) agar calon menikah memiliki rumah
keadaan pengharapan tangga dalam untuk membina murah sejahtera dan rezeki.
dalam sebuah piring dan Benno (kembang beras) ditaruh diletakkan berdekatan
pacci, benno memiliki dengan tempat daun calon mempelai makna agar nantinya
dan berketurunan dapat berkembang setelah berumah tangga dilandasi yang cinta
kesejahteraan. Lilin yaitu alat kasih, penuh kedamaian dan penerang, Lilin itu dan
daun tempat benno pacci ditetakkan berdekatan dengan mengandung yang dalam
menempuh calon makna agar mempelai masa mendapat petunjuk depannya dari
senantiasa Al-lah SWT, (Guru Cenre)”.
74
d. .Mappaenre botting
Gambar 1.4: Prosesi mappaenrre botting, kedatangan pengantin laki-laki
disambut dengan tari-tarian dari keluarga pengantin perempuan
Sumber : Data primer, diproleh pada tahun 2019.
Gambar 1.4 calon mempelai laki-laki menggambarkan pada saat tiba di
wanita disambut dengan rumah calon mempelai tarian paddupa. Sementara dari
pria beberapa p calon pengantin ampawa botting leko’ terlihat membawa dan
kepada calon pengantin diberikan sompa, untuk wanita. Makna ada artifak simbolik
yang dan visualisasi, diatas pada gambar dan bunyi. leko’ Makna dari tersebut calon
pengahargaan dari pengantin adalah segala kepada calon bentuk laki-laki makna
dari bunyi pui-pui dan pengantin wanita. sedangkan tabuhan yang diartikan
gendang yaitu sebagai tari iringan musik tari padduppa tradisional Bugis untuk
memberikan sambutan Makassar yang tamu atau ditujukan kepada pejabat yang
dalam hal ini acara hadir dalam suatu Adapun acara perkawinan. makna simbolik
mappaenre botting harus digelar lainnya yaitu waktu prosesi sebelum matahari
berada dipuncaknya.
” Pengantin akan terus meningkat seperti matahari yang terus naik
kepuncaknya Sampai sekarang masyarakat Mattirowalie melangsungkan prosesi
75
mappaenre botting dipagi hari dan tidak boleh lewat dari jam 12 siang agar rejeki
kehidupan rumah tangga., (Nammi)”.
[
e. Akad nikah
Gambar 1.5 : Prosesi ijab kabul pengantin laki-laki di hadapan penghulu
Sumber : Data primer, di proleh pada tahun 2019
Pada gamabar 1.5 qabul sang calon pria yaitu pada prosesi ijab menggenggam oleh
wali disaksikan laki-laki tangan penghulu calon dan dari pengantin wanita yang
menghadiri prosesi beserta akad seluruh keluarga nikah, simbol verbal yang
penghulu maupun mempelai di dari ucapkan baik dari laki-laki yaitu berupa ikrar
permintaan dan penerimaan yang pernikahan. Sebuah pernyataan menyangkut
khusunya pengantin perempuan sepanjang kehidupan pengantin, yang dimintakan
ayah sang pengantin perempuan. Dalam oleh pengantin pria kepada prosesi verbal
mempelai lisan oleh laki-laki, telah diucapkan simbol non secara maka verbal
paralanguage adanya penekenan-penekan pada prosesi ini yaitu suara yang
mempelai pria padasaat disampaikan penghulu kepada membimbing ijab qabul
sentuhan, makna non verbal dan juga touching atau menggenggam tangan antara
dan adalah penghulu sebuah mempelai penganti laki-laki simbol dimana restu calon
76
pengantin untuk menikahi laki-laki memohon pengantin wanita dan berikrar
pengantin wanita dan seluruh baik dihadapan wali yang tetapi calon keluarga juga
dihadapan berikrar menghadiri Allah SWT prosesi tersebut beserta menyaksikan
malaikatnya prosesi yang turut tersebut.
“Ijab qabul dalam sah sebuah merupakan syarat seperti halnya pernikahan,
prosesi ijab qabul itu sebuah transaksi, transaksi suci jadi merupakan dan sakral
berhubungan dengan langsung yang Allah SWT, (Guru Cenre)”.
Setelah mengucapkan ijab pengeantin laki-laki selesai kabul maka doi’
sompa dari balanca dan selanjutnya keluarga penyerahan pengantin laki-laki
Adapun lise perempuan. sompa kepada keluarga pengantin dari berisi sejumlah
makna simbolis yang barang yang membawa memiliki dipercaya kebaikan bagi
hari, berikut makna dikemudian pasangan pengantin artifak dan barang-barang
dari lise’ visualisasi sompa.
“Selembar uang yang artinya semoga tidak kekurangan uang,buah pala
yang menyimbolkan kesuksesankayu manis yang melambangkan keharmonisan
yang menyimbolkan kemampuan rumah tangga, jarum menambal hal-hal secara
dan kejujuranberas yang adil penuh hormat melambangkan perbekalan rumah
daun lontar sebagai simbol tangga, keranjang kecil dan persatuan, daun penno-
penno menyimbolkanbanyak uang, pisau yang menyimbolkan kelahiran anak, buah
nangka sebagai simbol cintaammi”.
77
f. Mappasikarawa
Selesai maka dilanjutkan setelah akad nikah dengan acara mappasiluka ini
merupakan kegiatan atau mappasikarawa. Acara mempertemukan mempelai laki-
laki- Pengantin laki diantar laki dengan pasangannya seseorang . oleh yang menuju
kamar pengantin oleh keluarganya dituakan perempuan. di Setiba kamar, pengantin
oleh menuntun laki-laki orang yang menyentuh mengantar untuk bagian
perempuan. Ada beberapa pengantin variasi tertentu tubuh bagian tubuh yang
tangan, ubun-ubun, bagian atas disentuh yaitu, jabat dada dan telinga.
“Berjabat kedua pasangan tangan agar nantinya ini saling mengerti dan
memegang ubun-ubun bahkan saling memaafkan, kemudian menciumnya agar oleh
istrinya, memegang tidak laki-laki diperintah bagian agar atas dada mendatangkan
rezeki yang kehidupan keluarga akan banyak seperti gunung, istrinya dapat maksud
agar senantiasa memegang telinga mendengar dengan ajaran suaminya, (Nammi)”.
Dari penjelasan mappasikarawa maka makna simbolik prosesi jelas pesan
prosesi ini yaitu non verbal dan pada kedekatan ruang sentuhan dan dari territory,
segi bau.
78
g. Mapparola
Gambar 1.6 : Pengantin perempuan membawa sarung dan yang di serahkan
kepada mertuanya.
Sumber : Data primer, diperoleh pada tahun 2019.
Kedua pasangan ini mampu kegiatan ini diharapkan mencurahkan kasih ada
tua tanpa perbedaan, sayangnya kepada kehidupan orang sehingga rumah oleh
keridhoan dinaungi tangganya orang senantiasa tua kepada keridhoan yang
berjuang Allah SWT.
untuk diberikan kepada mertuanya, kegiatan ini dilaksanakan dikamar
mempelai laki-laki. Artinya penghargaan dan pengantin perempuan memberikan
kasih orang tua sayangnya kepada suaminya, (Nammi)”. “Dalam acara mapparola
juga dilakukan makkasiwiang yang artinya pengantin perempuan membawa sarung
dan diantar oleh indo’botting
79
h. Resepsi atau Tudang Botting
Gambar 1.7 : Tamu undangan memberi selamat kepada sepasang pengantin
paada prosesi tudang botting.
Sumber : Data primer, diperoleh pada tahun 2019.
Makna acara ada pada atau resepsi simbolik yang tudang botting yaitu dari
segi wilayah umum kedekatan dan ruang dari pasangan yang ditunjukkan panggung
yang juga disebuah disebut pengantin duduk pelaminan yang perlengkapan telah
perkawinan dihias Bugis. Juga oleh beragam makna simbolik tamu undangan ketika
para sentuhan dapat dilihat akan langsung yang datang naik sepasang pengantin
baru, menyalami yang kepelaminan untuk juga berati restunya kepada sepasang dan
pengantin memberi doa agar kelak keluarga yang sakinah, mawaddah nantinya
membangun dan warohmah.
“Dalam prosesi tudang botting atau duduk pengantin yaitu untuk
mappasilorongeng dalam artian menghubungkan serta menyatukan antara keluraga
pengantin perempuan dengan keluarga pengantin laki-laki, jadi duduk menyatukan
80
sepasang suami-istri pengantin bukan hanya tetapi juga menyatukan dua rumpun
keluarga, (Nammi)”.
B. Pembahasan
Clifford Geertz dalam pendapat (Sobur Sejalan dengan, 2003:178) yaitu
konsep- sistem dari konsep kebudayaan adalah sebuah diwariskan yang dan bentuk-
bentuk simbolik melalui mana diungkapkan dalam manusia dan
memperkembangkan pengetahuan mengekalkan tentang berkomunikasi, dan
kehidupan ini bersikap terhadap kehidupan ini.
Sebagai sebagai mahluk mahluk juga sosial dan komunikasi, manusia yang
simbol, baik diciptakan menggunakan berbagai manusia macam oleh itu berisfat
alami. maupun yang Pada sendiri dasarnya simbol-simbol tersebut terbagi verbal
dan non verbal. Pada atas dua, yaitu simbol kebudayaaan Bugis terdapat melalui
simbol-simbol yang banyak hal yang diungkapkan memiliki makna dipahami oleh
masyarakat hanya dapat tertentu yang suku Bugis itu simbol-simbol yang sendiri.
Pada terdapat prosesi perkawinan adat dimana didalamnya yang diwariskan melalui
memiliki makna sejarah tertentu. Pada dapat dasarnya simbol macam yaitu simbol
atas dua verbal dibedakan dan non verbal.
Simbol menggunakan bahasa, pemakaiannya verbal dalam bahasa dapat
kata yang separangkat telah didefinisikan secara berstruktur sebagai disusun
kalimat yang mengandung himpunan sehingga menjadi arti. Maka dalam seluruh
Bone menggunakan adat Bugis rangkaian prosesi perkawinan verbal simbol yaitu
pelamaran,sebelum dimulai dari akad bahasa, tahap nikah, akad nikah, tahap
sampai setelah dan akad nikah.
81
Selanjutnya, verbal manusia juga simbol memakai selain dengan simbol
berkomunikasi, simbol non non verbal dapat dikelompokkan dalam verbal dalam
verbal beberapa simbol-simbol non bentuk. Maka dalam yang terdapat prosesi
Bugis Bone adalah adat sebagai perkawinan berikut:
1. Kinesik yaitu ditunjukkan nonverbal oleh simbol yang gerakan-gerakan prosesi
perkawinan badan, Bugis adapun dalam Bone, makna simbol ini gerakan
kinesik mappacci adapu ditemukan dalam prosesi dalam affect tersebut
termasuk displays.
2. Sentuhan yaitu dengan yang dilambangkan sentuhan simbol badan, menurut
dalam tiga macam dibagi yaitu: bentuknya sentuhan kinesthetic,sociofugal,
prosesi perkawinan Bugis dan thermal. Dalam Bone maknasimbol ini prosesi
mappasikarawa ditemukan ijab kabul, dalam dan resepsi.
3. Paralanguage adalah dari tekanan ditimbulkan irama atau simbol yang suara
memahami sesuatu dibalik sehingga penerima dapat apa yang diucapkan
perkawinan Bugis Bone adapun dalam prosesi ini ditemukan makna simbol
mappetu, prosesi ada, mappacci dan ijab dalam kabul.
4. Diam, merupakan simbol non sikap diam juga verbal yang (Cangara,
mempunyai arti. 1998:110) menyatakan Max picard diam dalam bahwa tidak
negatif arti bersikap tetapi semata-mata melambangkan mengandung juga bisa
prosesi perkawinan Bugis Pada Bone sikap positif. makna simbolis dari sikap
saat ditemukan pada prosesi diam mappacci. ini juga Kedekatan dan ruang non
adalah simbol verbal (proximity and spatial), yang objek menunjukkan yang
mengandung dua kedekatan dari arti. Kedekatan dapat dibedakan atas selain
82
dari kedekatan zone, dari segi territory territory dan ada juga beberapa sudut
ruang dan posisi. Pada ahli yang melihat dari prosesi perkawinan adat dan ruang
dapat ditemukan Bugis Bone kedekatan territorry dari segi pada mappettu ada,
segi wilayah wilayah prosesi sosial pada intim pada prosesi wilayah umum dan
segi acara pada mappasikarawa resepsi.
5. Artifak dan juga banyak seni memberi isyarat visualisasi, hasil yang selain
kepentingan dimaksudkan untuk mengandung arti. Artifak estetika, juga diri
atau seseorang suatu menunjukkan status identitas bangsa. Dalam prosesi Bone
makna simbolik Bugis perkawinan adat artifak dan visualisasi mappettu ada,
mappacci, ditemukan dalam prosesi mappaenrebotting, sompa dan lise’ baju
pengantin jugasarat akan sompa, mapparola, simbolis yang serta makna dalam
simbol termasuk dan artifak juga visualisasi.
6. Warna, objek. Hal ini dapat juga memberi arti terhadap dilihat pada upacara-
yang sering dilambangkan upacara ritual lainnya dengan warna-warni
perkawinan Bugis Bone, termasuk baju dalam adat warna bodo atau pakaian
mempunyai makna simbolis yang pengantin digunakan yaitu untuk sosial si
strata menunjukkan pemakainya.
7. Kronemik, tersendiri dalam kehidupan waktu mempunyai arti manusia. Bagi
suatu pekerjaan sering masyarakat tertentu, melakukan kali melihat waktu.
menanam padi, melaksanakan Misalnya membangun rumah, perkawinan ,
sebagainya. Pada upacara membeli sesuatu dan adat Bugis perkawinan Bone
pada waktu malam prosesi hari sedang mappacci dilaksanakan prosesi akad
matahari berada pada nikah dilaksanakan sebelum posisi puncaknya
83
8. Bunyi, yang dilakukan sebagai banyak bunyi-bunyian tanda isyarat yang
sebagai paralanguage. Bunyi-bunyian tidak dapat digolongkan dalam prosesi
Bone dimaksudkan sebagai adat Bugis iring- perkawinan iringan calon pada
prosesi mappacci pengantin dan mappaenre khususnya botting.
9. Bau (smell), simbol non verbal, selain digunakan bau juga merupakan untuk
kosmetik, bau status seperti juga melambangkan dapat dijadikan sebagai
prosesi perkawinan adat Dalam Bugis petunjuk arah. Bone bau-bauan cemme
pasili, mappasau prosesi dan terdapat dalam mappasikarawa.
Simbol ditemukan dalam verbal yang prosesi non tidak perkawinan adat
gerakan mata dan Bugis postur Bone yaitu tubuh. Sedang verbal simbol non yang
dalam setiap prosesi ditemukan lainnya bisa perkawninan adat Bugis yang telah
diwariskan Bone yang sarat oleh nenek akan makna moyang dipertahankan dan
terus dijaga tetap kita untuk keasliannya.
84
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti maupun penulis akan menarik
kesimpulan tentang “Makna Perkawinan Simbolik Dalam Upacara Adat Bugis
Bone” dan lebih spesifiknya yaitu mengenai tahapan dalam proses perkawinan
simbol-simbol adat Bugis Bone serta yang terdapat dalam proses Bugis Bone di
Kabupaten Bone, perkawinan adat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tahapan Dalam Proses Perkawinan Adat Bugis Bone
Pembahasan yang pertama yaitu pada tahapan lamaran sebelum akad nikah
yaitu, mammanu’manu kemudian acara massuro atau meminang, selanjutnya
mappettu ada dan yang terkahir acara mappasierekeng dan mappaenre balanca.
Yang kedua, tahapan menjelang prosesi akad nikah yaitu mappaisseng kemudian
acara cemme passili dilanjut mappacci setelah itu mappaenre botting dan ijab kabul
dan yang terakhir acara mappasikarawa. Yang ketiga, tahapan setelah akad nikah
yaitu mapparoladilanjutresepsi atau tudang botting dan yang terakhir menginap
tiga malam dan pertemuan antar besan. Dalam adat Bugis prosesi perkawinan Bone
mulai dari tahapan awal sampai selesai terdapat tiga tahapan yaitu, tahapan lamaran
pada saat sebelum akad nikah, selanjutnya prosesi akad nikah dan yang terakhir
adalah prosesi setelah akad nikah.
84
85
2. Simbol-Simbol Dalam Yang Terdapat Proses Perkwinan Bugis Adat Bone
Pada di dalamnya verbal prosesi mappettu ada terkandung bahasa dan
tulisan sedangkan simbol verbal yaitu simbol non verbal meliputi dan visualisasi,
pada acara kedekatan, ruang, artifak cemme passili terkandung simbol dalam acara
mappacci terkandung non verbal yaitu bau, simbol non verbal yaitu, artifak dan
visualisasi dan kinesik, diam, waktu, bunyi pada acara mappaenre verbal seperti
bahasa dan botting terkandung simbol tulisan sedangkan simbol non sentuhan,
bunyi, artifak dan verbal yaitu paralanguage, visualisasi, dalam acara simbol non
verbal yaitu ijab kabul terkandung paralanguage dan sentuhan sedang mengandung
simbol non pada acara mappasikarawa verbal seperti ruang, acara mapparola
terkandung simbol sentuhan dan bau, pada non verbal seperti visualisasi dan pada
acara sentuhan, artifak dan resepsi atau tudang botting non verbal seperti warna,
mengandung simbol artifak dan visualisasi. Dalam Bone sarat akan perkawinan
adat Bugis simbolik yang terkandung maupun non verbal.
B. Saran
1. Diharapkan seluruh masyarakat Bugis Bone perlu merefleksi kembali esensi dari
setiap tahapan yang diwarisakan oleh para leluhur jika ada yang ingin
melaksanakan suatu pernikahan agar supaya tidak ada tahapan yang dihilakan
apalagi mengabaikan demi penyempurnaannya, sebab itu mengandung makna
simbolik. Kebaikan bahkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Agama, perlu
kita pahami bersama bahwasanya daerah yang kaya, unik dan menarik adalah
daerah yang mempertahankan budaya dan tradisinya meskipun ransangan zaman
terus berusaha menggerogoti.
86
2. Diharapkan masyarakat yang telah melaksanakan suatu perkawinan agar betul-
betul memahami dan tetap mempertahankan tata krama dalam kehidupan yang
telah disimbolkan berumah tangga seperti pada setiap tahapan dan tata cara
Bugis Bone itu sendiri, dalam perkawinan adat serta dijadikan sebagai pedoman
dan awal langkah yang baik untuk menuju keluarga yang sakinah, mawaddah
dan warahmah, Amin.
87
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Creswell, Jhon W. 2012. Education Research. Planning, Conducting: Person
Education, Inc.
Djoko SudibyaWaarsito. 1995. Aneka Simbol. Jakarta: Obor.
Hadikusuma, Hilman. 2003. Hukum Perkawinan Adat Dengan Adat Istiadat Dan
Upacara Adatnya. Citra Aditya Bakti.
Juli Natali. 2013. Keaneka Ragaman Budaya Bangsa Indonesia.Jakarta: Inti Idayu
Press.
Lilweri. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mannahali. 2014. Bahasa Simbol Dalam Komunikasi Budaya. Eprints.undip.ac.id.
Makkulawu. 2006. Sistem Perkawinan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Makassar: Indobis Publishing.
Millar, Susan Bollyard. 2011. Perkawinan Bugis. Makassar: Ininnawa.
Miles dan Hubermen. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Perss.
Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Mustafa. 2017. Pesan Simbolik Dalam Prosesi Pernikahan Adat Gayo.
Blangkejeren.
Mulyana. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar. Bandung: Remaja Rosadakarya.
Nonci, s.d Drs. 1997. Upacara Adat Istiadat Masyarakat Bugis. Makassar: CV.
Karya Mandiri Jaya.
87
88
Pelras, C. 2006. Manusia Bugis. Jakarta: Forum Jakarta
Rahmawati. 2017. Makna Simbolik Prosesi Pernikahan Adat Bugis Bone.
Bengkulu.
Rakhmat, J. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Supriani Endha. 2018. Perkawinan Adat Bugis. Makassar: Karya Mandiri Jaya
Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Rujukan Dari Internet
Ajhi. 2012. Upacara Perkawinan Adat Bugis Bone. (http://gema-
budaya.blogspot.com/2012/upacara-perkawinan-adat-masyarakat.htmI,
diakses 18 April 2019).
Kamaruddin Aziz. 2010. Pernikahan Bugis, “Menipu” dan Kehilangan Makna?.
(http://www.denun.net/pernikahan-bugis-menipu-dan-dan-kehilangan-
makna/htmI, diakses 26 April 2019).
89
LAMPIRAN: DATA DOKUMENTASI
Foto Dokumentasi: Suasana Desa Mattirowalie
90
]
Foto Dokumentasi: Suasana Resepsi atau Tudang Botting Masyarakat
Bugis Bone
91
Foto Dokumentasi: Suasana Pernikahan Masyarakat Bugis Bone
Foto Dokumentasi: Proses Wawancara Dengan Tokoh Adat
Desa Mattirowalie
92
Foto Dokumentasi: Proses Wawancara Dengan Indo Botting
Desa Mattirowalie
93
94
95
RIWAYAT HIDUP
Indra Jaya. Lahir di Lita pada tanggal 23 September
1996, Kabupaten Bone merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara lahir dari pasangan Ayahanda Telu,
S.Sos. dan Ibunda Hj. Sumarni. Penulis sekarang
bertempat di Emmy Saelan No 5 Kecamatan
Rappocini Kota Makassar. Penulis masuk sekolah
dasar pada tahun 2003 di SD INP 12/79 Mattirowalie Kabupaten Bone lulus pada
tahun 2009, tamat SMP Negeri 1 Bantimurung Kabupaten Maros lulus pada tahun
2012, SMK Negeri 2 Maros lulus pada tahun 2015, kemudian melanjutkan
kejenjang Perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar Jurusan
Pendidikan Sosiologi sampai pada penulisan skripsi ini.