makalah ukd iv investasi
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
Perkembangan Investasi Asing di Dalam Perinvestasian di Indonesia
Guna memenuhi tugas UKD IV Hukum Investasi
Disusun Oleh :
Erwan Priambada E0011118
Hukum Investasi
Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
dan para pelaku industri terutama pengusaha dalam negeri memberikan ruang yang luas agar
para pelaku industri mau menanamkan modalnya di negara ini dan juga menaikkan
perekonomian dan devisa negara Indonesia.
Untuk itulah para pelaku usaha baik dari dalam maupun luar negeri menanamkan
modalnya untuk sebuah saham atau kepada industri yang memang berguna bagi
perekonomian negara Indonesia. Selain itu tujuan dari penanaman modal tersebut adalah
untuk mencari keuntungan dan bagi negara penerima modal ada partisipasi penanam modal
atau investor dalam pembangunan nasionalnya.
Indonesia yang oleh berbagai kalangan memiliki kondisi internal yang menjadikannya
memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) yang berupa stabilitas ekonomi
dan politik, kemudahan dan relative murahnya memperoleh faktor produksi yang berupa
tenaga kerja dan sumber kekayaan alam yang melimpah.
Seperti diketahui peraturan yang terkait dengan penanaman modal dan para pelaku
industri diatur di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
yang sampai saat ini masih digunakan. Akan tetapi UU ini tidak banyak mendukung terutama
para pelaku industri dalam negeri yang memang harus dilakukan lebih karena berada di
dalam negeri.
Lalu juga faktor-faktor seperti ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan pusat dan
daerah, kondisi infrasktukur yang tidak memadai, dan serta ketidakstabilan nilai mata uang
atau nilai tukar rupiah. Permasalahan inilah yang membuat para investor terutama dalam
negeri dan luar negeri jarang mendapat perhatian dan kurang berkembang. Peran pemerintah
juga harus dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan investor dalam negeri agar bisa
mengambil tempat di hati masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Kondisi investasi Indonesia
ini yang masih kalah dan tersaingi oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand,
Filipina bahkan Vietnam.
B.Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam jenis kontrak internasional antara investor asing dengan
mitra lokal atau investor dalam negeri?
2. Faktor-faktor apa saja yang membuat investasi terutama investor luar negeri enggan
menanamkan modalnya di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan investasi asing di Indonesia saat ini?
BAB II
PEMBAHASAN
Bentuk-Bentuk dan Jenis Kontrak Internasional
Investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam atau menginvestasikan uang
atau modal. Istilah investasi merupakan istilah yang sangat popular dalam dunia usaha.
Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridicial person)
dalam upaya untuk meningkatkan dan / atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang
berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment) , asset tidak bergerak, ha katas
kekayaan intelektual, maupun keahlian.
Sementara itu, dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal disebutkan bahwa penanaman modal diartikan sebagai segala bentuk
kegiatan penanaman modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal
asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Dalam kegiatan penanaman modal, terutama penanaman modal asing, akan sangat
banyak terkait dengan kontrak internasional antara investor asing dengan mitra lokalnya.
Bentuk dan jenis-jenis kontrak yang ditandatangani juga bersifat sangat beragam. Dari segi
jenisnya, kontrak internasional yang terkait adalah sebagai berikut :
1. Letter of Intent (LoI)
Merupakan suatu bentuk pernyataan sepihak dari pihak-pihak yang ingin memulai
suatu perundingan dalam rangka menjajaki kemungkinan kerja sama di antara
mereka. Contoh konkretnya adalah Letter of Intent antara Pemerintah RI dengan IMF.
Hal-hal terpenting yang harus ada dalam Letter of Intent adalah :
Identitas para pihak;
Whereas clause (berisi pertimbangan-pertimbangan bagi keberadaan Letter of
Intent);
Lingkup kegiatan yang tercakup dalam Letter of Intent.
2. Memorandum of Understanding (MoU)
Merupakan kesepakatan awal di antara para pihak untuk memulai suatu kerja sama.
Dilihat dari daya mengikatnya masih termasuk dalam kategori non binding legal
documents.
3. Joint Ventura Agreement (JVA)
Merupakan suatu perjanjian untuk membentuk suatu kerja sama di antara para pihak
dengan membentuk suatu perusahaan baru (joint venture company). Biasanya isi dari
JVA ini sangat lengkap dari anggaran dasar (articles of association) dari perusahaan
yang dibentuk. Apabila terdapat sengketa di antara para pihak biasanya disepakati
bahwa ketentuan JVA ini bersifat mengatasi anggaran dasar perusahaan yang mereka
dirikan, karena anggaran dasar sendiri biasanya bersifat standar.
4. Consortium Agreement
Biasanya pada proyek-proyek infrastruktur dilakukan suatu tender internasional,
misalnya di bidang telekomunikasi pernah dilakukan tender internasional mengenai
kerja sama operasi di biadang land based telecommunication. Sebelum dilakukan
tender tersebut biasanya pemerintah menerbitkan rencana kerja dan syarat-syarat
(request for proposal), di mana di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan bahwa
untuk dapat berpartisipasi dala tender tersebut, harus dibentuk suatu konsursium yang
terdiri dari operator (yang dipersyaratkan adalah world class operator), lembaga
pembiayaan (investment bank), supplier peralatan, dan mitra lokal.
5. Shareholders Agreement
Adakalanya sebagai penjabaran dan suatu basic cooperation agreement dibuat
beberapa perjanjian seperti investment agreement, shareholders agreement, loan
agreement, dan lain-lain. Shareholders agreement biasanya berisi suatu internal
agreement di antara para pihak secara khusus, karena bukan tidak mungkin satu atau
lebih pihak memperoleh pinjaman modal dari pemegang saham lainnya, sehingga
perlu diatur suatu prosedur jaminan dan pengembaliannya.
6. Investment Agreements
Adakalanya sebagian besar saham dan suatu perusahaan PMDN dibeli oleh pihak
asing, sehingga perlu dilakukan perubahan status menjadi PMA. Dalam kaitan dengan
perubahan status tersebut, dan juga dalam rangka melindungi kepentingan investor
asing, antara pemegang saham sebelumnya dengan pihak investor asing
ditandatangani suatu investement agreement yang menjadi landasan bagi kerja sama
mereka.
7. Loan Agreement
Dalam suatu bentuk kerja sama pada hampir semua perusahaan PMA, pada umumnya
selalu ada mitra lokalnya. Mitra lokal tersebut kurang dalam hal finansial. Oleh
karena itu, untuk memenuhi kewajiban menyetor modal ekuitas (equityfinancing)
memerlukan pinjaman dari pemegang saham lainnya yang diikat oleh suatu loan
agreement.
Faktor-Faktornya yang melatar belakangi adalah
Arus penanam modal (asing) ke suatu negara biasanya sangat dipengaruhi oleh iklim
investasi yang cukup kondusif seperti adanya stabilitas politik dan keamanan, sumber daya
alam yang melimpah, tenaga kerja yang terampil, kebijakan ekonomi dan keuangan yang
terbuka dan berorientasi pasar. Hal ini akan menjadi daya tarik yang besar bagi investor
untuk menanamkan modalnya di negara tersebut. Hal yang tidak kalah pentingnya dari hal-
hal tersebut adalah sejauh mana perlindungan terhadap hak-hak yang sah dari investor asing
yang dapat diberikan oleh host country, terutama terhadap kegiatan dan modal yang telah
ditanamkan.
Bagi investor, perlindungan ini sangat penting karena dalam keadaan-keadaan tertentu
dapat saja terjadi tindakan yang merugikan investor, baik yang dilakukan oleh negara
maupun warga negara terhadap modal yang telah ditanamkan. Tindakan yang merugikan
tersebut mencakup antara lain tindakan nasionalisasi (nationalization), pengambilalihan
(expropriation), dan penyitaan (confiscation). Untuk itu, diperlukan suatu jaminan dari host
country bahwa terhadap tindakan-tindakan tersebut diberikan perlindungan yang layak
terhadap investor asing.1
Motif utama modal internasional baik yang bersifat investasi modal asing langsung
(foreign direct investment) maupun investasi portofolio adalah untuk mendapatkan return
yang lebih tinggi daripada di negara sendiri melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi, sistem perpajakkan yang lebih menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik.
Menurut Rahmadi Supanca, berbagai faktor yang dituding menjadi penyebab dari terjadinya
tidak kondusifnya iklim investasi yaitu :
1) Instabilitas Politik dan Keamanan
2) Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan
3) Pemahaman yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah serta
belum lengkap dan jelasnya pedoman menyangkut tata cara pelaksanaan otonomi daerah
4) Kurangnya jaminan kepastian hokum
5) Lemahnya penegakkan hokum
1 Ana Rokhmatussa’dyah & Suratman. Hukum Investasi dan Pasar Modal. Hal. 115.
6) Kurangnya jaminan/ perlindungan Investasi
7) Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan
8) Masih maraknya praktek KKN
9) Citra buruk Indonesia sebagai negara yang bangkrut, diambang disintegrasi dan tidak
berjalannya hukum secara efektif makin memerosotkan daya saing Indonesia dalam menarik
investor untuk melakukan kegiatannya di Indonesia.
10) Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia.
Itulah beberapa faktor yang menyebabkan para investor terutama dari negara lain enggan
menanamkan modalnya di negara lain terutama di negara Indonesia.
Perkembangan Investor Asing di Indonesia
Data tentang investasi asing di Indonesia menunjukkan kondisi yang berbalikan
dengan kondisi dalam bahasan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan negara lain sekawasan
(Thailand, Philipina dan Malaysia) yang sama sama terpuruk dalam financial crisis tahun
1997, Indonesia telah mencapai titik yang kurang menguntungkan.
Data dari BKPM menunjukkan bahwa sejak tahun 1998 – 2000, aliran FDI yang
masuk ke Indonesia mengalami penurunan secara signifikan, yakni rata-rata 2,7% selama 3
(tiga) tahun tersebut. Demikian pula dalam pembentukan modal (capital formation) yang
mengalami penurunan dari –1,6 % pada 1998 menjadi –11,2% pada tahun 1999. Kondisi ini
berbalikan dengan data yang dikeluarkan oleh BKPM, dimana persetujuan PMA di Indonesia
selama kurun waktu 1998 – 2000 menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, kecuali pada
tahun 1999.
Jika diakumulasikan permasalahan yang sebenarnya, maka ada dua hal yang
mempengaruhi kegiatan FDI di suatu negara (host country), dalam kaitannya dengan
mengapa suatu negara begitu aktif dalam menarik minat investor untuk menanamkan
modalnya di suatu negara, yaitu pertama, lingkungan atau kerangka kebijakan (policy
framework) dan kedua, faktor ekonomi (economic determinants). Pertimbangan ekonomi, di
satu sisi mejadikan pertimbangan dalam kegiatan FDI. Variabel ekonomi ini antara lain
menyangkut akses pasar, sumber daya, dan faktor efisiensi. Kedua variabel ini sebenarnya
mendasari mengapa negara-negara berpacu untuk menangkap peluang tersebut.
Pada masa pemerintahan Orde Baru yang dimulai 1967, Indonesia melakukan
sejumlah deregulasi terhadap peraturan penanaman modal. Peraturan perundangan
penanaman modal asing (PMA) telah mulai diperbaiki sejak tahun 1967, sedangkan
penanaman modal dalam negeri (PMDN) mulai diatur sejak tahun 1968.
Insentif bagi para investor tampaknya sangat tergantung pada bagaimana pemerintah
melakukan atau menerapkan status prioritas bagi sektor industri. Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) dalam rangka menjaring investasi asing maupun investasi dalam
negeri menerapkan apa yang disebut dengan Daftar Skala Prioritas (DSP), yang memiliki
empat kategori, yaitu:
a. sektor industri yang terbuka bagi PMA maupun PMDN dan non-PMA/PMDN,
termasuk di dalamnya perusahaan yang relatif kecil;
b. sektor industri yang terbuka bagi PMDN dan Non-PMA/PMDN;
c. sektor industri yang terbuka hanya bagi Non-PMA/PMDN;
d. industri yang tertutup untuk semua investasi, baik PMA, PMDN, non-PMA/PMDN.
Sistem insentif tersebut sering direvisi oleh pemerintah, seperti misalnya pembebasan
pajak impor, investasi mesin maupun peralatan serta percepatan depresiasi. Secara umum,
sistem investasi memiliki kecenderungan penggunaan capital intensive technique. Hal ini
dapat dipahami sebagai upaya pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang
didasarkan atas percepatan sektor industri, sehingga kebijakan tentang investasi sering
disamakan arahnya dengan kebijakan industri.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa perinvestasian di Indonesia saat ini sudah
berkembang dengan masuknya para investor luar negeri yang menanamkan modalnya di
negara Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi makin bertumbuh dan berkembang. Namun
di sisi lain hal ini tidak didukung dengan ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan pusat
dan daerah, kondisi infrasktukur yang tidak memadai, dan serta ketidakstabilan nilai mata
uang atau nilai tukar rupiah. Oleh karena itu perlu ada peran pemerintah yang lebih untuk
mengatasi hal tersebut.
Lalu juga makin banyak dan beragam jenis kontrak internasional yang dilakukan
antara lain Joint Ventura Agreement, Letter of Intent, Memorandum of Understanding, dan
lain-lain yang menyebabkan akan semakin mudah buat para pelaku investor asing untuk
bekerja sama dengan para mitranya di negara Indonesia yang memang sudah dipenuhi oleh
para investor dari luar negeri.
Mengenai perkembangan investasi di Indonesia terutama dari negara lain sudah
semakin terlihat dan dominan pihak asing melakukan penanaman modalnya di negara
Indonesia ini juga berkat adanya dukungan dari aturan perundang-undangan yaitu Undang-
Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang begitu memihak dan membuat
investasi asing di Indonesia semakin banyak dan dominan. Keuntungan ini tidak bisa
dimanfaatkan oleh para investor dalam negeri yang kurang mendapat perhatian lebih dan
menganak tirikan investor asing.
B.Saran
Ada baiknya pemerintah harus membenahi sektor-sektor apa saja yang membuat
investor dalam negeri kurang laku dan seringlah memberi perhatian agar investor dalam
negeri mau menanamkan modalnya serta membuat kebijakan yang lebih menguntungkan.
Hal-hal lain yang harus dilakukan misalkan mengamankan stabilitas ekonomi dan politik,
memberikan kepastian hukum yang jelas bagi para investor yang mau menanamkan saham
atau modalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Rokhmatussa’dyah Ana & Suratman. 2010. Hukum Investasi & Pasar Modal. Jakarta: Sinar
Grafika.
Budi Untung Hendrik. 2010. Hukum Investasi. Jakarta: Sinar Grafika.
Kansil C.S.T. & Kansil Christine S.T. 2001. Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum
Dalam Ekonomi). Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Sarwedi (2002) Jurnal Akuntasi & Keuangan “Investasi Asing Langsung Di Indonesia dan
Faktor Yang Mempengaruhinya” Vol.4 19-21
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal