makalah ujian

40
BAB I PENDAHULUAN A. Ilustrasi Kasus 1. Identitas Nama pasien : Ny. R Nomor MR : 070514 Jenis kelamin : Perempuan Usia : 47 tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Villa Raya, Jl. WR. Supratman Agama : Kristen Diagnosa : Adenomioma Tindakan : Histerektomi 2. Keluhan Utama (Diperoleh melalui autoanamnesis pada tanggal 7 Mei 2014 jam 08.30 di Ruang Melati 5 RS. Bhayangkara Polda Bemgkulu) Nyeri di perut bagian bawah saat haid yang semakin bertambah sejak 2 bulan yang lalu. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri di perut bagian bawah saat haid yang semakin bertambah. Pasien tidak bisa tidur apabila nyeri timbul. Darah yang keluar saat haid sangat banyak yaitu sekitar 2L. Pasien mengkonsumsi obat propolis 1

Upload: selvi-sulistia-ningsih

Post on 01-Feb-2016

52 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ujian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Ilustrasi Kasus

1. Identitas

Nama pasien : Ny. R

Nomor MR : 070514

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 47 tahun

Pekerjaan : IRT

Alamat : Villa Raya, Jl. WR. Supratman

Agama : Kristen

Diagnosa : Adenomioma

Tindakan : Histerektomi

2. Keluhan Utama

(Diperoleh melalui autoanamnesis pada tanggal 7 Mei 2014 jam 08.30 di

Ruang Melati 5 RS. Bhayangkara Polda Bemgkulu)

Nyeri di perut bagian bawah saat haid yang semakin bertambah sejak 2 bulan

yang lalu.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengeluh nyeri di perut bagian bawah

saat haid yang semakin bertambah. Pasien tidak bisa tidur apabila nyeri

timbul. Darah yang keluar saat haid sangat banyak yaitu sekitar 2L. Pasien

mengkonsumsi obat propolis sejak 6 bulan yang lalu dan sejak saat itu nyeri

nya semakin bertambah. Nyeri saat berhubungan disangkal. Keluhan lain

tidak ada.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan bahwa nyeri saat haid sudah dirasakan sejak 7

tahun yang lalu tetapi 2 bulan terakhir semakin bertambah.

1

Page 2: Makalah Ujian

Riwayat hipertensi, DM dan asma disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama

sepeti yang dialami pasien.

6. Riwayat Sosial

Saat ini pasien tinggal di rumah bersama suaminya. Pasien memiliki

satu orang anak yang sedang kuliah di Kota Medan.

7. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Kesan Sakit : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Status Gizi : BB : 70 kg

TB : 150 cm

Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 90x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 37,5oC

Status Generalis

a. Kepala

Bentuk : Normochepali, tidak ada deformitas

Rambut : warna hitam

b. Wajah

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak pucat, dan tidak ikterik

c. Mata

Konjungtiva : Anemis

Sclera : Tidak ikterik

Pupil : Isokhor, reflek cahaya langsung +/+

2

Page 3: Makalah Ujian

Reflek cahaya tidak langsung +/+

Gerakan bola mata baik

d. Telinga

Bentuk : Dalam batas normal

e. Hidung

Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas

Septum : terletak di tengah dan simetris

f. Mulut dan Tenggorok

Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis

Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis

Tonsil : tidak hiperemis

Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris,

uvula di tengah

Mallampati score : 1 pilar faring (+) uvula (+) palatum mole

(+)

Tiromental junction : 7 cm

Temporomandibular joint : baik

g. Leher

Bendungan vena : tidak terdapat bendungan vena

Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris

Trakea : di tengah

JVP : tidak meninggi

KGB : tidak membesar, tidak ada massa

h. Kulit

Warna :Sawo matang, tidak pucat

i. Thoraks

Paru

Inspeksi dan palpasi : Bentuk dan gerak simetris kiri dan kanan

Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing

-/-

Jantung : Dalam batas normal

3

Page 4: Makalah Ujian

Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 reguler

j. Ekstremitas

Tidak tampak deformitas

Akral hangat pada keempat ekstremitas

Tidak terdapat udem pada keempat ekstremitas

k. Status Urologis

Ginjal kiri dan kanan tidak teraba, nyeri ketok -/-

Buli-buli kosong, terpasang folley catheter efektif

8. Pemeriksaan Penunjang

Hematologi

Hemoglobin : 7,2 g/dl (rentang normal: 14.0-16.0 g/dL)

Hematokrit : 28%

Leukosit : 11400/mm3 (rentang normal: 5.000-10.000/mm3)

Trombosit :210.000/mm3(rentang normal:150.000-400.000 mm3)

9. Diagnosis

Adenomioma

10. Konsul Anestesi

Konsul anestesi dilakukan tanggal 7 Mei 2014 pukul 09.00 oleh dr. Yalta

Hasanudin, Sp.An:

Prinsip setuju tindakan anestesi, saran :

1. Puasa 6 jam pre op

2. Sedia darah

3. Pasien ASA I

B. Pre-Operatif

Premedikasi

Premedikasi yang diberikan pada pasien yaitu Dexamethasone 10 mg. Cairan

infus yang diberikan RL 1 kolf.

Tindakan sebelum premedikasi dilakukan:

Pasien diposisikan pada posisi pronasi

4

Page 5: Makalah Ujian

Memasang sensor finger pada ibu jari tangan pasien untuk monitoring

SpO2.

Memasang manset pada lengan pasien untuk monitoring tekanan darah.

Memastikan cairan infus berjalan lancar.

C. Durante Operatif

1. Induksi anestesi

a. Persiapan alat dan mesin anestesi untuk intubasi

Mempersiapkan mesin anestesi, monitor anestesi, face mask, tensi

meter, saturasi oksigen serta mengecek tabung O2, N2O, Isofluran, dan

Sevofluran. Mempersiapkan STATICS:

S = Scope. Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.

Laringoskop. Piih bilah dan blade yang sesuai dengan usia pasien.

Lampu harus cukup terang.

T = Tube. ETT (endotrakeal tube) ukuran 6,5 – 7,0

A = Airway. Orofaringeal Airway (guedel)

T = Tape. Plester untuk fiksasi eksterna.

I = Introducer. Mandrin atau stilet dari kawat yang mudah

dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah

dimasukkan.

C = Connector. Penyambung antara pipa dan peralatan anestesi.

S = Suctions. Penyedot ludah, lendir, dll.

b. Mempersiapkan obat anestesi yaitu :

Propofol 140 mg

Fentanil (Fentanyl Dihydrogenum Citrate) 100 µg

Roculax (Rocuronium bromide) 35 mg

c. Waktu anestesi dan operasi

Jam anestesi mulai: 13.30 WIB

Jam anestesi selesai: 14.30 WIB

Jam operasi mulai: 13.40 WIB

Jam operasi selesai: 14.20 WIB

5

Page 6: Makalah Ujian

2. Prosedur anestesi

General Anestesi dengan teknik intubasi

a. Lakukan pemasangan face mask. Dalamkan anestesi dengan menggunakan

gas volatile yang poten yaitu sevofluran 3 vol %, O2 2 L/ menit, N2O 2 L/

menit. selama 5-10 menit.

b. Periksa refleks bulu mata, jika refleks bulu mata ( - ), masukkan obat-obat

anestesi dengan cara bolus yaitu Fentanil 100 µg, kemudian propofol 100

mg, selanjutnya roculax 25 mg.

c. Obat rocuronium bekerja ± 1 menit, perhatikan pergerakan dinding dada

simetris, kemudian segera lakukan intubasi.

d. Teknik Intubasi

Lepaskan face mask, pegang laringoskop dengan menggunakan tangan

kiri.

masukan laringoskop dari sisi mulut bagian kanan geser ke kiri, sambil

menelusuri lidah pasien sampai pangkal lidah, terlihat epiglotis, di

belakang epiglotis tampak plica vocalis kemudian masukan segera ETT

no. 7 sampai batas garis hitam pada ETT (22).

Lepaskan facemask, sambungkan ke ETT, sambil dipompa. Pastikan

ETT sudah masuk trakea dan periksa suara napas kanan = kiri dengan

stetoskop.

Pompa balon 10 cc udara. Lakukan pemasangan guedel.

Selanjutnya fiksasi eksterna ETT dengan plester. Hubungkan connector

dengan mesin anestesi.

Pompa balon 12x/menit, dengan volume tidal sekitar 400 cc, hingga

pasien bernafas spontan.

e. Teknik Ekstubasi

Memastikan pasien telah bernapas secara spontan

Melakukan suction pada airway pasien

Menutup sevofluran dan N2O, meninggikan O2 sampai 4-6 L/ menit

Mengempiskan balon, memastikan bahwa pasien sudah bangun dengan

memberikan rangsangan taktil, melepaskan plester, dan ETT. Segera

6

Page 7: Makalah Ujian

pasang face mask dan pastikan airway nya lancar dengan triple

manuver.

Setelah pasien benar – benar terbangun, lepaskan guedel lalu

pindahkan pasien ke ruang recovery room.

3. Monitoring anestesi

Lampiran

Perhitungan Terapi Cairan:

- Perhitungan cairan pengganti puasa: 6 jam x 2 ml/kg jam x 70 kg = 840 cc

- Maintenance: 2 ml x 70 kg = 140 cc

- Stress operasi: 6 x 70kg = 420 cc

- EBV: 70 x 50 kg = 4900 cc

Perdarahan:

- Tabung suction : 200 cc

- Kassa : 10 x 10 cc = 100 cc

- Kassa besar : 1 x 100 cc =100 cc

- Perkiraan total perdarahan : 400 cc

- Volume urin : 150 cc

- IWL : 15 x 70 kg / 24 jam = 1050/24 jam = 43,7 cc/ jam = 44 cc/jam

Cara Pemberian:

- Jam 1 : (50 % x 840) + 420 +140 = 980 cc

- Jam 2: (25 % x 840) + 420 + 140 = 770 cc + pengganti jumlah perdarahan

(400 cc) = 770 cc + kristaloid 2-4 kali jumlah perdarahan

= 770 cc + 800 cc = 1570 cc kristaloid (3 kolf)

Perhitungan balance cairan:

• Input: 770 cc + 1570 cc = 2340 cc (3 kolf RL + 1 kolf FimaHES)

• Output: Urin + IWL + perdarahan = 150 cc + 44 cc + 400 cc = 594 cc

• Balance cairan = + 1746 cc1

D. Post Operatif

1 Collins, VI.1996. Fluids and Electrolytes in Physicologic and Pharmachologic Bases of Anesthesia. Williams & Wilkins, USA, p : 165-187.

7

Page 8: Makalah Ujian

Keadaan pasca operasi:

- Novaldo 1000 mg drip infus RL 500 ml

- Aldrete score : 9 (layak ditransport ke ruang perawatan)

- Warna kulit : normal (2)

- Motorik : gerak 2 anggota tubuh (1)

- Pernapasan : spontan (2)

- Tekanan darah : ± 20 mmHg dari pre op (2)

- Kesadaran : Bangun jika dipanggil (1)

- Tekanan darah: 110/70 mmHg

- Nadi : 88 kali per menit

- Suhu : 37,50 C

- Pupil : isokhor

- Puasa lebih kurang 6 jam dan tirah baring 24 jam

E. H+1 Post Operatif

Pasien mendapat pengobatan asam mefenamat, ciprofloxacin dan

multivitamin. Pasien sudah merasa nyaman.

8

Page 9: Makalah Ujian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Preoperatif

Penilaian pertama pada preoperatif adalah riwayat kesehatan pasien.

Tanyakan kepada pasien riwayat operasi dan anestesi yang terdahulu dan penyakit

serius yang pernah dialami.2 Tujuan dari preoperatif adalah melakukan identifikasi

kondisi yang tidak terduga yang mungkin memerlukan terapi sebelum operasi atau

perubahan dalam penatalaksanaan operasi atau anestesia perioperatif, menilai

penyakit yang sudah diketahui sebelumnya, kelainan, terapi medis atau alternatif

yang dapat mempengaruhi anestesia perioperatif, memperkirakan komplikasi

pascabedah, dan sebagai dasar pertimbangan untuk referensi berikutnya.3 Selain

itu, dengan mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan, dokter anestesi bisa

menentukan cara anestesi dan pilihan obat yang tepat pada pasien. Kunjungan

preoperasi pada pasien juga bisa menghindari kejadian salah identitas dan salah

operasi.

Evaluasi harus dilengkapi dengan klasifikasi status fisik pasien

berdasarkan skala The American Society of Anaesteshesiologist (ASA) yaitu:4

2 Latief, SA, Suryadi, KA, Dachlan, MR. 2001. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI3 The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. 2007. Recommendations For Standards Of Monitoring During Anaesthesia And Recovery4 Barash P.G, Cullen B.F, Stoelting R.K. Clinical Anesthesia 5thed. Lippincott Williams & Wilkins

9

Page 10: Makalah Ujian

Selanjutnya dokter anestesi harus menjelaskan dan mendiskusikan kepada

pasien tentang manajemen anestesi yang akan dilakukan, hal ini tercermin dalam

informed consent.

Anamnesis bisa dimulai dengan menanyakan adakah riwayat alergi

terhadap makanan dan obat-obatan, riwayat DM, riwayat asma, riwayat hipertensi,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, juga riwayat operasi dan

anestesi sebelumnya yang bisa menunjukkan kemungkinan komplikasi anestesi.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien yang sehat dan asimtomatik

setidaknya meliputi tanda-tanda vital (tekanan darah, heart rate, respirasi, suhu)

dan pemeriksaan airway, jantung, paru-paru, neurologis, dan sistem

muskuloskeletal. Pemeriksaan airway juga sangat penting. Pemeriksaan gigi

geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar, leher pendek dan kaku sangat

penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan dalam melakukan intubasi.

Pemeriksaan penunjang laboratorium rutin seperti pemeriksaan kadar

hematokrit, hemoglobin, leukosit, trombosit, urinalisis, ureum, kreatinin, EKG,

dan foto polos thoraks pada pasien.

Hal penting lainnya pada kunjungan pre operasi adalah informed consent

yang tertulis mempunyai aspek medikolegal yang dapat melindungi dokter bila

ada tuntutan. Dalam proses informed consent perlu dipastikan bahwa pasien

mendapatkan informasi yang cukup tentang prosedur yang akan dilakukan dan

resikonya. Tujuan kunjungan pre operasi bukan hanya untuk mengumpulkan

informasi yang penting, tetapi juga membantu membentuk hubungan dokter-

pasien. Bahkan pada interview yang dilakukan secara empatis dan menjawab

pertanyaan penting serta membiarkan pasien tahu tentang harapan operasi

menunjukkan hal tersebut setidaknya dapat membantu mengurangi kecemasan

yang dirasakan pasien.5

Penilaian Tampakan Faring dengan Skor Mallampati

5 Miller RD. Anesthesia. 5th ed Churcill Livingstone. Philadelphia 2000.

10

Page 11: Makalah Ujian

Skor Mallampati digunakan untuk memprediksi kemudahan intubasi. Hal

ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut didasarkan pada visibilitas

dasar uvula, pilar faring dan palatum molle.

Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah

dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade, yaitu:2

Gradasi Pilar faring Uvula Palatum molle1 + + +2 - + +3 - - +4 - - -

Penampakan faring pada tes Mallampati

Premedikasi anestesi

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dengan

tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia

diantaranya yaitu:2

1. Meredakan kecemasan dan ketakutan

2. Memperlancar induksi anesthesia

3. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

11

2 Latief, SA, Suryadi, KA, Dachlan, MR. 2001. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.

Page 12: Makalah Ujian

4. Meminimalkan jumlah obat anestetik

5. Mengurangi mual muntah pasca bedah

6. Mengurangi efek yang membahayakan

Premedikasi yang diberikan pada pasien yaitu Dexamethasone 10 mg

untuk mengurangi efek yang membahayakan.2

B. Durante Operatif

1. Induksi Anestesi2

Teknik Pemasangan intubasi trakea sebagai general anestesi

a. Dalamkan anestesi dengan menggunakan gas volatile yang poten selama

5-10 menit.

b. Berikan opioid (fentanil 2,5-5 mikrogram/kgbb, alfentanil 15-25

mikrogram/kgbb, sufentanil 0,25-0,5 mikrogram/kgbb, atau ramifentanil

0,5-1 mikrogram/kgbb).

c. Berikan lidokain 1,5 mg/kgbb intravena atau intratrakea.

d. Menggunakan beta-adrenergik blockade dengan esmolol 0,3-1,5

mg/kgbb, propanolol 1-3 mg, atau labetatol 5-20 mg).

e. Menggunakan anestesia topikal pada airway.

Penggunaan induksi pertama dengan propofol. Dosis profopol adalah

1-2 mg/kgBB sehingga dosis yang dibutuhkan pada pasien 100 mg (BB =

50kg). Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu

bersifat isotonik dengan kepekatan 1%. Propofol mengurangi aliran darah

otak, tekanan intracranial dan kecepatan metabolik otak. Efek hipnotik

sedative propofol menyebabkan pemulihan lebih cepat dan jarang terdapat

mual dan muntah. Onset of action dari propofol adalah 1 menit dan durasi of

action 5-10 menit.6

Analgetik yang diberikan pada pasien ini adalah fentanyl 100 µg.

dosisnya adalah 2-5 µg /kgBB. Turunan fenilperidin ini merupakan agonis

opioid poten. Sebagai suatu analgesik, fentanil 25-125 kali lebih poten

dibandinngkan morfin. Awitan yang cepat dan lama aksi yang singkat

6 Omoigui, Sota. 2012. Obat-Obatan Anestesi Edisi II. Jakarta : EGC

12

Page 13: Makalah Ujian

mencerminkan kelarutan lipid yang lebih besar dibandingkan morfin.

Stabilitas kardiovaskular dapat dipertahankan walaupun dalam dosis besar

saat digunakan sebagai anetesi tunggal. Waktu pemberian fentanil 30 detik,

onset of action 5-15 menit, durasi of action 30-60 menit. Pada pasien yang

secara hemodinamik stabil, analgesic dapat diberikan 2-4 menit sebelum

laringoskopi untuk memperlemah respon presor terhadap intubasi.7

Teknik anestesi yang dipilih adalah intubasi dengan endotrakeal tube

karena diperkirakan operasi akan berlangsung lama (lebih kurang 1 jam) dan

agar lebih mudah mengontrol pernafasan diberikan muscle relaxant, karena

obat ini sangat membantu dalam pelaksanaan general anestesi serta

memudahkan untuk melakukan tindakan intubasi trakea. Muscle relaxant

yang diberikan yaitu Roculax (rocuronium bromide) 25 mg, dosisnya adalah

0,3 – 0,5 mg/ kgbb. Sehingga yang dibutuhkan dengan berat badan 50 kg

adalah 25 mg. Rocuronium merupakan obat pemblokir neuromuskular

nondepolarisasi steroid dengan lama aksi serupa dengan vekoronium yaitu

15-150 menit. Tidak ada perubahan yang secara klinis bermakna dalam

parameter hemodinamik. Awitan aksi rocuronium yaitu 45-90 detik, efek

puncaknya 1-3 menit.8

Pada general anestesi dibutuhkan kadar obat anestesi yang adekuat

yang bisa dicapai dengan cepat di otak dan perlu dipertahankan kadarnya

selama waktu yang dibutuhkan untuk operasi. Hal ini merupakan konsep yang

sama baik pada anestesi yang dicapai dengan anestesi inhalasi, obat intravena,

atau keduanya. Pada kasus ini maintenance anestesi diberikan dengan anestesi

inhalasi. Obat anestesi inhalasi yang dipakai adalah sevofluran 2 vol %.

Terapi cairan intravena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid, atau

kombinasi keduanya. Cairan yang paling umum digunakan adalah larutan

Ringer laktat. Ringer laktat umumnya memiliki efek yang paling sedikit pada

komposisi cairan ekstraseluler dan menjadi cairan yang paling fisiologis

ketika volume besar diperlukan. Kehilangan darah selama durante operasi 7 Syamsuhidayat, R dan Wim, de Jong. 2004.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC

8 Wallace MC, Haddadin AS. Systemic and pulmonary arterial hypertension. In: Hines RL, Marschall KE, editors. Stoelting �s anesthesia and co-existing disease. 5th ed. Philadelphia: Elsevier; 2008.p.87-102.

13

Page 14: Makalah Ujian

biasanya digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3 hingga empat kali

jumlah volume darah yang hilang.

2. Prosedur Anestesi

Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan

nama narkose umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara

sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Anestesi umum

biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang memerlukan

ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang.Cara kerja anestesi

umum selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan kesadaran, dan

membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot. Maka, selama penggunaan

anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk

meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama operasi

dilakukan.

Tindakan yang dilakukan pada pasien ini menggunakan general

anestesi dengan teknik intubasi trakea. Intubasi trakes adalah tindakan

memasukkan pipa trakea ke dalam trakea antara pita suara dan bifurkasio

trakea. Indikasi intubasi trakea adalah :

a. Menjaga patensi jalan nafas oleh sebab apapun.

b. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi

c. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi.

Sedangkan kesulitan dalam melaksanakan intubasi yaitu, leher pendek

berotot, mandibula menonjol, maksila/gigi depan menonjol, uvula tak terlihat

(mallampati score 3 atau 4), gerak sendi temporomandibular terbatas, gerak

vertebra servikal terbatas.

Adapun komplikasi selama pelaksaaan intubasi yaitu trauma gigi

geligi, laserasi bibir, gusi, laring, merangsang saraf simpatis, intubasi

bronkus, intubasi esophagus, aspirasi, dan spasme bronkus.

3. Monitoring Anestesi

14

Page 15: Makalah Ujian

Mempertahankan kestabilan hemodinamik selama periode

intraoperatif adalah sama pentingnya dengan pengontrolan hipertensi pada

periode preoperatif. Pada hipertensi kronis akan menyebabkan pergeseran

kekanan autoregulasi dari serebral dan ginjal. Sehingga pada penderita

hipertensi ini akan mudah terjadi penurunan aliran darah serebral dan iskemia

serebral jika TD diturunkan secara tiba-tiba. Terapi jangka panjang dengan

obat antihipertensi akan menggeser kembali kurva autregulasi kekiri kembali

ke normal. Karena kita tidak bisa mengukur autoregulasi serebral sehingga

ada beberapa acuan yang sebaiknya diperhatikan, yaitu:9

- Penurunan MAP sampai dengan 25% adalah batas bawah yang maksimal

yang dianjurkan untuk penderita hipertensi.

- Penurunan MAP sebesar 55% akan menyebabkan timbulnya gejala

hipoperfusi otak.

Terapi dengan antihipertensi secara signifikan menurunkan angka

kejadian stroke. Pengaruh hipertensi kronis terhadap autoregulasi ginjal,

kurang lebih sama dengan yang terjadi pada serebral. Anestesia aman jika

dipertahankan dengan berbagai teknik tapi dengan memperhatikan kestabilan

hemodinamik yang kita inginkan. Anestesia dengan volatile (tunggal atau

dikombinasikan dengan N2O), anestesia imbang (balance anesthesia) dengan

analgetik + N2O + pelumpuh otot, atau anestesia total intravena bias

digunakan untuk pemeliharaan anestesia. EKG diperlukan untuk mendeteksi

terjadinya iskemia jantung. Produksi urine diperlukan terutama untuk

penderita yang mengalami masalah dengan ginjal, dengan pemasangan

kateter urine, untuk operasi-operasi yang lebih dari 2 jam.

Salah satu tugas utama dokter anestesi adalah menjaga pasien yang

dianestesi selama operasi. Parameter yang biasanya digunakan untuk monitor

pasien selama anestesi adalah:

a. Frekuensi nafas, kedalaman dan karakter

b. Heart rate, nadi, dan tekanan darah

9 Neligan P. Hypertension and anesthesia; Available at: http:// www. 4um.com/ tutorial/anaesthbp.htm. Accessed Aug 16th 2007.

15

Page 16: Makalah Ujian

c. Warna membran mukosa, dan capillary refill time

d. Kedalaman / stadium anestesi (tonus rahang, posisi mata, aktivitas reflek

palpebra)

e. Kadar aliran oksigen dan obat anestesi inhalasi

f. Pulse oximetry: saturasi oksigen, suhu.

Pada kasus ini selama proses anestesi, saturasi oksigen pasien tidak

pernah < 95%, tekanan darah pasien dalam batas normal (S 95-110, D 60-70).

C. Post-Operatif

Pada post operatif, diberikan obat analgetik berupa novaldo (metamizole

sodium) 1000 mg di drip RL 1 kolf.

Aldrete scoring

No KRITERIA SCORE1. Warna Kulit

a. Kemerahan / normalb. Pucatc. sianonis

210

2. Aktifitas Monorika. Gerak 4 anggota tubuhb. Gerak 2 anggota tubuhc. Tidak ada gerakan

210

3. Pernafasana. Nafas dalam, batuk, dan tangis kuatb. Nafas dalam dan adekuatc. Apnea atau nafas tidak adekuat

210

4. Tekanan Daraha. ±20 mmHg dari preoperasib. 20-50 mmHg dari preoperasic. +50 mmHg dari preoperasi

210

5. Kesadarana. Sadar penuh mudah dipanggilb. Bangun jika dipanggilc. Tidak ada respon

210

Ket :a. Pasien dapat pindah ke bangsal, jika score

minimal 8 pasienb. Pasien dipindah ke ICU, jika score < 8 setelah

dirawat selama 2 jam

Aldrete score pada pasien ini yaitu 8 (layak dibawa keruang perawatan.

16

Page 17: Makalah Ujian

a. Warna kulit : normal (2)

b. Motorik : gerak 2 anggota tubuh (1)

c. Pernafasan : spontan (2)

d. Tekanan darah : ± 20 mmHg dari pre op (2)

e. Kesadaran : Bangun jika dipanggil (2)

D. Adenomioma10

1. Pengertian

Adenomiosis adalah keadaan terdapat jaringan endometrium di luar dinding

rongga rahim (penetrasi ke miometrium) atau disebut juga dengan

endometriosis. Tumor bisa tersebar merata di seluruh uterus, tetapi apabila

mengumpul disuatu tempat disebut dengan adenomioma. Jaringan biasanya

ditemukan di sekitar ovarium, peritoneum uterovesikal, dan ligamentum

sakrouterina.

2. Tanda dan gejala

a. Dismenore, yaitu perdarahan uterus yang abnormal, dan infertilitas.

b. Nyeri yang dirasakan 5-7 hari sebelum haid mencapai puncak dan

berlangsung selama 2-3 hari.

3. Komplikasi

Infertilitas akibat fibrosis, nyeri pelvic yang kronis dan karsinoma ovarii

(jarang terjadi).

4. Diagnosis

Satu-satunya cara yang pasti untuk mendiagnosis endometriosis adalah

laparaskopi atau laparatomi..

5. Tatalaksana

a. Preparat androgen seperti danazol (danocrine)

b. Progestin dan kontrasepsi oral kombinasi yang diberikan secara kontinu.

c. Agonis GnRH untuk menginduksi pseudomenopause (ooforektomimedis).

BAB III

10 Kowalak J.P, Welsh W, Mayer B. 2013. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

17

Page 18: Makalah Ujian

PEMBAHASAN

1. Berapa MAC untuk anestesi inhalasi sevoflurane dan isoflurane?11

Minimal Alveolar Concentration adalah kadar minimal suatu obat inhalasi di

dalam alveoli pada tekanan 1 atm absolute, yang dapat mencegah terjadinya

gerakan pada 50% populasi apabila diberikan rangsangan nyeri standar.

2. Oksigen di udara ruangan adalah 21%, apa efeknya jika diberikan oksigen

100% kepada pasien pada saat operasi? Jelaskan tentang terapi oksigen.11

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang

lebih tinggi dari udara ruangan untuk mengatasi atau mencegah hipoksia.

Banyak cara yang bisa digunakan untuk memberikan oksigen dengan

berbagai konsentrasi oksigen yaitu lebih dari 21% sampai 100%, tergantung

pada alat atau metode terapi digunakan.2

Pada dasarnya, terapi oksigen digunakan untuk membuat

keseimbangan antara pasokan oksigen dan kebutuhan oksigen. Indikasi utama

terapi oksigen adalah adanya hipoksia jaringan yang terjadi karena:

Hipoksemia arterial (isi oksigen dalam arteri tidak memadai) atau

Kegagalan dari sistem transportasi oksigen-hemoglobin.

11 Ezekiel, Mark. 2005. Current Clinical Strategies, Handbook of Anesthesiology. USA

18

Page 19: Makalah Ujian

Pada pasien ini mengalami gagal napas karena diberikan obat anestesi

muscle relaxant (rocuronium bromide). Tujuan terapi oksigen pada gagal

napas adalah untuk mencapai dan mempertahankan pertukaran gas yang

memadai.

METODE PEMBERIAN OKSIGEN

A. Sistem Aliran Rendah

1. Kateter Nasal Oksigen : Aliran 1 - 6 liter/ menit menghasilkan oksigen

dengan konsentrasi 24-44 % tergantung pola ventilasi pasien. Bahaya :

Iritasi lambung, pengeringan mukosa hidung, kemungkinan distensi

lambung, epistaksis.

2. Kanula Nasal Oksigen : Aliran 1 - 6 liter / menit menghasilkan 02 dengan

konsentrasi 24-44 % tergantung pada polaventilasi pasien. Bahaya : Iritasi

hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus dan epitaksis

3. Sungkup muka sederhana Oksigen : Aliran 5-8 liter/ menit menghasilkan

0 2 dengan konsentrasi 40 - 60 %. Bahaya : Aspirasi bila muntah,

penumpukan C02 pada aliran 02 rendah, Empisema subcutan kedalam

jaringan mata pada aliran 02 tinggi dan nekrose, apabila sungkup muka

dipasang terlalu ketat.

4. Sungkup muka" Rebreathing " dengan kantong 02 Oksigen : Aliran 8-12

l/menit menghasilkan oksigen dnegan konsentrasi 60 - 80%. Bahaya :

Terjadi aspirasi bila muntah, empisema subkutan kedalam jaringan mata

pada aliran 02 tinggi dan nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu

ketat.

5. Sungkup muka " Non Rebreathing" dengan kantong 02 Oksigen : Aliran

8-12 l/menit menghasilkan konsentrasi 02 90 %. Bahaya : Sama dengan

sungkup muka "Rebreathing".

B. Sistem Aliran tinggi

19

Page 20: Makalah Ujian

1. Sungkup muka venturi (venturi mask) Oksigen : Aliran 4 -14 It / menit

menghasilkan konsentrasi 02 30 - 55 %. Bahaya : Terjadi aspirasi bila

muntah dan nekrosis karena pemasangan sungkup yang terialu ketat.

2. Sungkup muka Aerosol (Ambu Bag) Oksigen : Aliran lebih dan 10 V

menit menghasilkan konsentrasi 02 100 %. Bahaya : Penumpukan air

pada aspirasi bila muntah serta nekrosis karena pemasangan sungkup

muka yang terialu ketat.

BAHAYA TERAPI OKSIGEN

1. Toxicitas paru, pada pemberian Fi02 tinggi ( mekanisme secara pasti tidak

diketahui). Terjadi penurunan secara progresif compliance paru karena

perdarahan interstisiil dan oedema intra alveolar.

2. Retrolental fibroplasias. Pemberian dengan Fi02 tinggi pada bayi

premature pada bayi BB < 1200 gr, kebutaan

3. Barotrauma (Ruptur Alveoli dengan emfisema interstisial dan

mediastinum), jika 02 diberikan langsung pada jalan nafas dengan alat

cylinder Pressure atau auflet dinding langsung.

Tetapi perlu diketahui bahwa manfaat untuk memberikan oksigen

100% pada pasien dengan hipoksia berat lebih diutamakan dibandingkan

dengan kerugian yang diakibatkan keracunan oksigen.

20

Page 21: Makalah Ujian

3. Apa manfaat pemberian gas N2O bersamaan dengan O2 selama operasi?2,11

N2O sebagai analgetik, keuntungannya adalah menurunkan MAC dan

mempercepat ambilan/ efek dari gas anestesi, relative aman, induksi dan

recovery nya cepat, serta tidak memiliki efek samping pada otot polos.

Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas

ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat. Pada akhir anestesi

setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli,

sehingga terjadi pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi.

21

Page 22: Makalah Ujian

BAB IV

KESIMPULAN

1. Pasien dengan diagnosis adenomioma menjalani operasi histerektomi.

Dilakukan general anestesi dengan teknik intubasi.

2. Pada penilaian preoperative, pasien tidak memakai gigi palsu. Alergi obat,

asma dan diabetes mellitus disangkal. Mallampati score 1, tiromental junction

7 cm, temporomandibular joint baik.

3. Pada durante operatif, induksi anestesi dengan menggunakan propofol 140

mg, fentanil 100 ug, rocuronium 35 mg. Untuk maintenance N2O 2L/ menit,

O2 2,5L/ menit dan isoflurane vol 2%.

4. Selama monitoring durante operatif status neurologis, kardiopulmonar,

hemodinamik, dan urologis pasien cukup stabil.

5. Post operatif menggunakan novaldo 1000 mg drip infus RL 500 cc. Pada

penilaian post operatif, aldrete score pasien berjumlah 8, yang

mengidentifikasikan bahwa pasien layak dipindahkan ke ruang perawatan.

22

Page 23: Makalah Ujian

DAFTAR PUSTAKA

1. Collins, VI.1996. Fluids and Electrolytes in Physicologic and

Pharmachologic Bases of Anesthesia. Williams & Wilkins, USA, p : 165-187.

2. Latief, SA, Suryadi, KA, Dachlan, MR. 2001. Penuntun Praktis Anestesi.

Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.

3. The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. 2007.

Recommendations For Standards Of Monitoring During Anaesthesia And

Recovery

4. Barash P.G, Cullen B.F, Stoelting R.K. Clinical Anesthesia 5 thed. Lippincott

Williams & Wilkins

5. Miller RD. Anesthesia. 5th ed Churcill Livingstone. Philadelphia 2000.

6. Omoigui, Sota. 2012. Obat-Obatan Anestesi Edisi II. Jakarta : EGC

7. Syamsuhidayat, R dan Wim, de Jong. 2004.Buku Ajar Ilmu

Bedah.Jakarta:EGC

8. Wallace MC, Haddadin AS. Systemic and pulmonary arterial hypertension.

In: Hines RL, Marschall KE, editors. Stoeltings anesthesia and co-existing�

disease. 5th ed. Philadelphia: Elsevier; 2008.p.87-102.

9. Neligan P. Hypertension and anesthesia; Available at: http:// www. 4um.com/

tutorial/anaesthbp.htm. Accessed Aug 16th 2007.

10. Kowalak J.P, Welsh W, Mayer B. 2013. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:

EGC.

11. Ezekiel, Mark. 2005. Current Clinical Strategies, Handbook of

Anesthesiology. USA

23

Page 24: Makalah Ujian

UJIAN STASE ANESTESI

LAPORAN KASUS ADENOMIOMA

Disusun Oleh:

EPI NURAFNI

H1A010043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2014

i

Page 25: Makalah Ujian

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan alhmadulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Kasus Kista Ovarium”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhamad SAW yang menunjukkan arti cahaya islam yang kemilau.

Pada penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, kesehatan, dan

RahmatNya.

2. dr. Yalta Hasanudin Nuh, Sp.An dan dr. Zulki Maulub Ritonga, Sp.An selaku

dokter pembimbing koas state anestesi yang telah banyak mengajarkan,

memberikan ilmu dan masukan serta nasehat sehingga memperkuat semangat

dan kepercayaan diri.

3. dr. Zayadi Zaynuddin, MPd.Ked selaku sekretaris modul state anestesi yang

telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan state

anestesi.

4. Mas Irawan, selaku sekretaris bakordik state anestesi di RSUD M. Yunus

yang telah membantu penulis selama belajar di ruang O.K RSUD M. Yunus.

5. Kak Firdaus Dalisam, selaku penata anetesi di ruang O.K RS. Bhayangkara

Polda Bengkulu, yang sudah berkenan berbagi ilmu dan membimbing penulis

selama belajar di ruang O.K RS. Bhayangkara Polda Bengkulu.

6. Seluruh penata anestesi di RSUD M Yunus yang telah membimbing penulis

selama belajar di ruang O.K RSUD M. Yunus dan ruang O.K RS.

Bhayangkara polda Bengkulu

7. Uni Deti, Mba bela, Kak Romi, Kak Boank, Kak Randi, Kak Anggi, Kak

Surya, Kak Heru, Kak Jono, Kak Heri, Kak Dodi, ayuk Lela, dan semua

kakak-kakak yang ada di ruang O.K RS. Bhayangkara yang telah membantu,

mengajarkan, memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di ruang

O.K RS. Bhayangkara Polda Bengkulu.

ii

Page 26: Makalah Ujian

8. Teman-teman seperjuangan anestesi Mbak Ulan, Selvi, Arsy, Doni, dan

Bayu.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi yang membaca. Permohonan maaf penulis haturkan bila ada kesalahan dan

kejanggalan, dan permohonan ampun kepada Allah SWT atas khilaf dan lalai.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bengkulu, Mei 2014

EPI NURAFNI

iii

Page 27: Makalah Ujian

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Ilustrasi Kasus..................................................................................... 1

1. Identitas Pasien............................................................................ 1

2. Keluhan Utama............................................................................ 1

3. Riwayat Penyakit Sekarang......................................................... 1

4. Riwayat Penyakit Dahulu............................................................ 1

5. Riwayat Penyakit Keluarga......................................................... 2

6. Riwayat Sosial............................................................................. 2

7. Pemeriksaan Fisik........................................................................ 2

8. Pemeriksaan Penunjang............................................................... 4

9. Diagnosis..................................................................................... 5

10. Konsul Anestesi........................................................................... 5

B. Pre-Operatif........................................................................................ 5

C. Durante Operatif................................................................................. 6

1. Induksi Anestesi.......................................................................... 6

2. Prosedur Anestesi........................................................................ 6

3. Monitoring Anestesi.................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 10

A. Pre-Operatif........................................................................................ 10

B. Durante Operatif................................................................................. 13

1. Induksi Anestesi.......................................................................... 13

2. Prosedur Anestesi........................................................................ 15

3. Monitoring Anestesi.................................................................... 16

C. Post-Operatif....................................................................................... 17

D. Adenomioma...................................................................................... 17

iv

Page 28: Makalah Ujian

BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 18

BAB IV KESIMPULAN................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23

LAMPIRAN

v