makalah toksik
DESCRIPTION
toksikologiTRANSCRIPT
MAKALAH
TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
KELOMPOK 3 (TK. III KESLING) :
SHINTA WIDYANINGRUM
CINTIA RISMA YULIANI
LUTFIANI AIDA FITRI
DIAN ANDINI
DINNY DWI CAHYANTI
NIA NURHARDIYANTI
SITI AISYAH
DIMAS SEPTIO
TAUFIK
RAHMAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang
kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan
bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Namun, saat ini kualitas udara sangat
memprihatinkan akibat pencemaran udara. Pencemaran udara dewasa ini semakin
menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat
berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan
perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar
udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan
oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam
beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan
kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus,
khususnya untuk daerah-daerah kota besar. Pencemaran udara yang ada dapat berasal
dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik ataupun partikel-partikel yang lain. Saat ini
mulai dilakukan upaya pemantauan pencemaran udara. Dari hasil pemantauan tersebut
diketahui ada beberapa parameter yang cukup memprihatinkan, diantaranya: debu
(partikulat), Sulfur Dioksida (SO2), Oksida nitrogen (NOx), Carbon dioksida (CO) dan
hidrokarbon (HC). Pencemar lainnya adalah timbal (Pb) yang dikandung dalam bensin
(Premium). Keberadaan timbal (Pb) di udara dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia. Pencemaran udara akan terus berlangsung sejalan dengan laju pertumbuhan
ekonomi. Dengan semakin berkembangnya kehidupan ekonomi, masyarakat akan
semakin banyak menggunakan bahan-bahan berteknologi tinggi yang dapat
menimbulkan pencemaran udara seperti motor dan mobil. Hal ini memberikan
kontribusi besar dalam menurunkan kualitas udara yang dapat mengganggu
kenyamanan, kesehatan dan bahkan keseimbangan iklim global.
Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar yang ada
seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain. Masing-masing
sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan pengaruhnya bagi
kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakar
yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang dilakukan.
Perubahan kualitas udara ambien, biasanya mencakup parameter-parameter seperti
gas SO2, NO2, CO, NH3, O3, H2S, HC, dan partikel debu. Apabila terjadi peningkatan
kadar bahan-bahan tersebut diudara ambien yang melebihi nilai baku mutu udara
ambien yang telah ditetapkan, dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pemeriksaan kualitas udara ambient
2. Untuk mengetahui cara pengukuran kadar gas udara ambien (CO, NO2, amonia,
SO2, dan H2S).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Udara Ambien
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi yang berada pada lapisan
troposfir yang dibutuhkan dan dapat mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup
serta unsur lingkungan hidup lainnya. Kualitas udara ambien ini sendiri merupakan
tahap awal dalam memahami dampak negatif dari cemaran udara terhadap lingkungan,
dimana kualitas udara ambien dalam hal ini ditentukan oleh :
1. Kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran.
2. Proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer, dimana
kualitas udara ambien akan menentukan dampak negatif cemaran udara terhadap
kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat seperti tumbuhan, hewan,
material dan yang lainnya.
Pengukuran kualitas udara ambien bertujuan untuk mengetahui konsentrasi zat
pencemar yang ada di udara. Data hasil pengukuran tersebut sangat diperlukan untuk
berbagai kepentingan, diantaranya untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di suatu
daerah atau untuk menilai keberhasilan program pengendalian pencemaran udara yang
sedang dijalankan. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid (yang
representatif), maka dari mulai pengambilan contoh udara (sampling) sampai dengan
analisis di laboratorium harus menggunakan peralatan, prosedur dan operator (teknisi,
laboran, analis dan chemist) yang dapat dipertanggungjawabkan (Sutardi, 2008).
Informasi mengenai efek pencemaran udara terhadap kesehatan dapat berasal dari
data pemaparan pada binatang, kajian epidemiologi, dan pada kasus yang terbatas
mengenai kajian pemaparan pada manusia (Setyowati, 2009). Mutu udara ambien
adalah kadar zat, energi atau komponen lain yang ada di udara bebas. Status mutu udara
ambien adalah keadaan mutu udara di suatu tempat pada saat dilakukan inventarisasi.
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi atau komponen
yang ada atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien (Sukirno, 2011).
Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dibagi menjadi dua, yaitu baku mutu primer dan
baku mutu sekunder. Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi pada batas
keamanan yang mencukupi (adequate margin safety) kesehatan masyarakat dimana
secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian masyarakat (15-20%) yang rentan
terhadap pencemaran udara. Sedangkan baku mutu sekunder ditetapkan untuk
melindungi kesejahteraan masyarakat (material, tumbuhan dan hewan) dari setiap efek
negatif pencemaran udara yang telah diketahui atau yang dapat diantisipasi (Setyowati,
2009).
B. Zat Pencemar Udara Ambien
Berdasarkan proses pembentukannnya, zat pencemar di udara ambien dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Zat pencemar primer
Zat pencemar primer dapat didefinisikan sebagai zat pencemar yang
terbentuk pada sumber emisinya, seperti partikulat, NOx, CO dan SO2. Polutan
udara primer mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya. Sumber polusi
yang utama berasal dari transportasi, di mana hampir 60% dari polutan yang
dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon.
Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan
limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang dapat
mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada (Setio,2009).
2. Zat pencemar sekunder
Zat pencemar sekunder merupakan zat pencemar yang terbentuk di atmosfer
yang merupakan produk dari reaksi kimia beberapa zat pencemar, seperti NO2, O3,
Peroxy Acetyl Nitrate (PAN), asam sulfat dan asam nitrat (Anonim1, 2010).
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara Ambien
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas zat pencemar udara ambien, adalah
sumber emisi (alamiah dan anthropogenik), faktor meteorologi seperti temperatur,
tekanan, kelembaban, intensitas matahari, curah hujan, mixing height, arah dan
kecepatan angin serta faktor topografik (Sutardi, 2008).
Apabila intensitas sumber emisi dan faktor meteorologis khususnya arah dan
kecepatan angin dapat selalu berubah, maka dengan demikian konsentrasi zat pencemar
di udara ambien juga selalu berubah (tidak konstan). Perubahan konsentrasi zat
pencemar di udara ambien ini terjadi karena perubahan waktu (temporal) dan juga
terjadi karena perubahan tempat (Anonim1, 2010).
D. SNI Udara Ambien
Untuk melakukan sampling dan pengujian parameter-parameter udara harus sesuai
dengan metode Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar ini telah disepakati dan
disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat yang mewakili produsen,
konsumen, ilmuwan, instansi teknis, pemerintah terkait dari pusat maupun daerah pada
tanggal 5 – 6 Agustus 2004 di Jakarta. Berikut ini adalah daftar SNI udara Ambien
sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar SNI Udara Ambien
No. Nomor SNI Judul Ruang Lingkup
1. SNI 19-7119.1-
2005
Udara ambien – Bagian 1: Cara uji
kadar amoniak (NH3) dengan
metoda indofenol menggunakan
spektrofotometer
Standar ini digunakan untuk
penentuan amoniak di udara
ambien menggunakan
spektrofotometer dengan metode
indofenol.
Lingkup pengujian meliputi :
a. cara pengambilan contoh uji
gas amoniak dengan
menggunakan larutan penjerap.
b. Cara perhitungan volume
contoh uji gas yang dijerap.
c. Cara penentuan gas amoniak di
udara ambien menggunakan
metoda indofenol secara
spektrofotometri pada panjang
gelombang 630 nm dengan
kisaran konsentrasi 20 μg/Nm3
sampai 700 μg/Nm3 (0,025 ppm
sampai 1 ppm).
2. SNI 19-7119.2-
2005
Udara ambien – Bagian 2: Cara uji
kadar nitogen oksida (NO2)
dengan metoda Griess Saltman
menggunakan spektrofotometer
Standar ini digunakan untuk
penentuan nitogen dioksida di
udara ambien mengunakan
metode Griess Saltzman
Lingkup pengujian meliputi:
a) cara pengambilan contoh gas
nitrogen dioksida mengunakan
larutan penjerap
b) cara perhitungan contoh uji gas
yang dijerap
c) cara penentuan gas nitrogen
dioksida ,NO2 di udara ambein
mengunakan metoda Griess
Saltzman secara spektrofotometri
pada panjang gelombang 550 nm
dengan kisaran konsentrasi 0,005
ppm sampai 5 pmm udara atau
0,01 μg/L sampai dengan 10 μg/L
3. SNI 19-7119.3-
2005
Udara ambien – Bagian 3: Cara uji
partikel tersuspensi total
menggunakan peralatan high
volume air sampler (HVAS)
dengan metoda gravimetri
Standar ini digunakan untuk
penentuan partikel tersuspensi
total menggunakan Alat High
volume air Sampler
Lingkup pengujian meliputi:
a. cara pengambilan contoh uji
dalam jumlah volum udara yang
besar di atmosfer, dengan nilai
rata-rata laju alir pompa vakum
1,13 sampai 1,70 m3/menit.
Dengan laju alir ini maka
diperoleh partikel tersuspensi
kurang dari 100 μm (diameter
ekivalen) yang dapat
dikumpulkan. Adapun untuk
efesiensi partikel berukuran lebih
besar dari 20 μm akan berkurang
sesuai dengan kenaikan ukuran
partikel, sudut dari angin, atap
sampler, dan kenaikan kecepatan.
b. Penggunaan filter serat kaca
dapat mengumpulkan partikel
dengan kisaran diameter 100 μm
sampai 0,1 μm (efesiensi 99,95 %
untuk ukuran partikel 0,3 μm)
c. Jumlah minimum partikel yang
terdeteksi oleh metode ini adalah
3 mg (tingkat kepercayaan 95%).
Pada saat alat dioperasikan
dengan laju alir rata-rata 1,7
m3/menit selama 24 jam,maka
berat massa yang didapatkan
antara 1 sampai 2 μg/m3.
4. SNI 19-7119.4-
2005
Udara ambien – Bagian 4: Cara uji
kadar timbal (Pb) dengan metoda
destruksi basah menggunakan
spektrofotometer serapan atom
Standar ini digunakan untuk
pentuan timbal di udara ambien
dengan mengunakan
spektrofotometer serapan atom
Lingkup pengujian ini meliputi:
a) persiapan contoh uji untuk
analisa Pb dengan cara destruksi
basah dari partikel tersuspensi
total (TSP) diukur dengan alat
(HVAS)
b) pemerisaan contoh uji Pb dari
TSP dengan metode
spektrofotometer serapan atom
pada panjang gelombang 283,3
nm
c) pada perhitungan konsentrasi
Pb diudara ambien.
5. SNI 19-7119.5-
2005
Udara ambien – Bagian 5: Cara uji
kadar sulfat indeks dengan media
Standar ini digunakan untuk
penetuan kadar sulfat indeks
PbO2 candle secara turbidimetri
menggunakan spektrofotometer
diudara ambien dengan media
PbO2 candiae secara turbidimetri
mengunakan spektrofotometer
Lingkup pengujian meliputi:
a) cara pengambilan contoh uji
gas SO2 dengan mengunakan
media PbO2 candle
b) cara analisis ion SO3– dan SO4
2-
yang terdapat dalam PbO2 candle
secara turbidimetri mengunakan
alat spektrofotometer.
6. SNI 19-7119.6-
2005
Udara ambien – Bagian 6:
Penentuan lokasi pengambilan
contoh uji pemantauan kualitas
udara ambien
Satandar ini digunakan untuk
mentukan titik pengambilan
contoh uji kualitas udara ambien
yang meliputi:
a) pemilihan lokasi pengambilan
contoh uji pemantuan kualitas
udara ambien
b) penempatan peralatan
pengambil contoh uji pemantauan
kualitas udara ambien sesaat dan
kontinyu.
7. SNI 19-7119.7-
2005
Udara ambien – Bagian 7: Cara uji
kadar sulfur dioksida (SO2)
dengan metoda pararosanilin
menggunakan spektrofotometer
Standar ini digunakan untuk
penentuan sulfur dioksida (SO2 )
di udara ambien mengunakan
spektrofotometer dengan
mengunakan metode
pararosanilin
Lingkup pengujian meliputi:
a) cara pengambilan contoh uji
gas sulfur dioksida dengan
mengunakan larutan penyerap.
b) Cara penghitungan volume
contoh uji gas yang dijerap
c) Cara penentuan gas sulfur
dioksida di udara ambien dengan
metoda pararosanilin
mengunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 550 nm
dengan kisaran konsentrasi 0,01
ppm sampai 0,4 ppm udara atau
25μg/m3 sampai 1000μg/m3
8. SNI 19-7119.8-
2005
Udara ambien – Bagian 8: Cara uji
kadar oksidan dengan metoda
neutral buffer kalium iodida
(NBKI) menggunakan
spektrofotometer
Standar ini digunakan untuk
pentuan oksidan di udara ambien
mengunakan metoda neutral
buffer kalium iodida (NBKI)
Lingkup pengujian meliputi:
a) cara pengambilan contoh uji
oksidan dengan mengunakan
larutan penjerap
b) cara perhitungan volum contoh
uji gas yang dijerap
c) cara pentuan oksidan diudara
ambien mengunakan metoda
neutral buffer kalium iodida
secara spektrofotometri pada
panjang gelombang 352
nm,dengan kisran konsentrasi
0,01 ppm- sampai 10 ppm
(19,6μg/Nm3 – 19620μg/Nm3
sebagai ozon)
9. SNI 19-7119.9-
2005
Udara ambien – Bagian 9:
Penentuan lokasi pengambilan
contoh uji pemantauan kualitas
udara roadside
Standar ini digunakan untuk
menentukan titik pengambilan
contoh uji kualitas udara ambien
roadside yang meliputi:
a) pemilihan lokasi pengambilan
contoh uji pemantuan kualitas
udara ambien dengan kriteria
roadside
b) penempatan peralatan
pengambil contoh uji pemantuan
kulitas udara ambien kriteria
roadside
10. SNI 7119.13:2009Udara ambien – Bagian 13: Cara
uji hidrokarbon (HC)
menggunakan hydrocarbon
analyzer dengan detektor ionisasi
nyala (Flame Ionization
Standar ini digunakan untuk
penentuan kadar hidrokarbon
(HC) meliputi hidrokarbon total
(THC), hidrokarbon mentana
(MHC) dan hidrokarbon non
Detector/FID) metana (NMHC) udara ambien
menggunakan hydrokarbon
analyzer dengan detektor ionisasi
nyala (flame ionization
detector,FID)
Lingkup pengujian meliputi cara
pengumpulan gas HC dengan
kantong pengumpul (Tedlar bag)
dan pengukuran contoh uji HC
udara ambien dengan kisaran
pengukuran 0 ppm – 50
ppm,dengan limit deteksi alat
0,02 ppm.
E. Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara
1. Standar
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997
Tentang: Indeks Standar Pencemar Udara. Dan Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 tentang Pedoman Teknik
Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemaran Udara.
Tabel 2. Parameter Udara Ambien
No PARAMETER WAKTU PENGUKURAN
1 Partikulat (PM10) 24 jam (Periode pengukuran rata-rata)
2 Sulfur Dioksida (SO2) 24 jam (Periode pengukuran rata-rata)
3 Carbon Monoksida (CO) 8 jam (Periode pengukuran rata-rata)
4 Ozon (O3) 1 jam (Periode pengukuran rata-rata)
5 Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam (Periode pengukuran rata-rata)
2. Sampling
Berdasarkan Baku mutu nasional : Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
a. Sampling Lokasi Metode Seleksi
1) SNI 19-7119.6-2005: Udara Ambien Bagian 6: “Penentuan Lokasi
Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien”.
2) SNI 19-7119.9-2005: Udara Ambien Bagian 9: “Penentuan Lokasi
Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside”.
3) SNI 19-7118.3-2005: Emisi Gas Buang Sumber Bergerak Bagian 3: “Cara
Uji Kendaraan Bermotor Kategori L pada Kondisi Idle”.
b. Metode Sampling
Berikut ini adalah tabel standar uji yang digunakan untuk 5 parameter dasar
udara.
Tabel 3. Standar Acuan Udara Ambien
No Standar Acuan Keterangan
1 SNI 19-7119.3-2005 Udara ambien-bagian 3: Cara uji partikel tersuspensi
total menggunakan peralatan high volume air sampler
(HVAS) dengan metode gravimetri.
2 SNI 19-7119.7-2005 Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar sulfur dioksida
(SO2) dengan metode pararosanilin menggunakan
spektrofotometer.
3 SNI 19-4845-1998 Metode pengujian kandungan gas CO di udara dengan
menggunakan NDR
4 SNI 19-7119.2-2005 Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar nitrogen
dioksida (NO2) dengan metoda Griess Saltzman
menggunakan spektrofotometer.
5 SNI 19-7119.8-2005 Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar oksidan dengan
metode neutral buffer kalium iodida (NBKI)
menggunakan spektrofotometer.
3. Metode Analisis
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107
Tahun 1997 tentang Pedoman Teknik Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi
Indeks Standar Pencemaran Udara.
Tabel 4. Indeks Standar Pencemaran Udara
Indeks Standar
Pencemar Udara
24 Jam PM10
ug/m3
8 Jam SO2
ug/m3
8 Jam CO
ug/m3
1 Jam O3
ug/m3
1 Jam NO2
ug/m3
50 50 80 5 120 -
100 150 365 10 253 -
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57.5 1200 3750
F. Metode Pengukuran Zat Pencemar Di Udara
1. Sulfur dioksida (SO2)
a. Metode
Metode yang digunakan untuk pengujian kadar SO2 di udara memakai
metode pararosaniline-spectrofotometri.
b. Prinsip Dasar
SO2 di udara diserap/diabsoprsi oleh larutan kalium tetra kloromercurate
(absorbent) dengan laju flowrate 1 liter/menit. SO2 bereaksi dengan kalium tetra
kloromercurate membentuk komplek diklorosulfitomercurate. Dengan
penambahan pararosaniline dan formaldehide akan membentuk senyawa
pararosaniline metil sulfonat yang berwarna ungu kemerahan. Intensitas warna
diukur dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 560 nm.
c. Dasar pengukuran gas SO2 dengan UV-spectrofotometri
Prinsip dasar pengukuran gas SO2 dengan sinar ultra violet adalah ber-
dasarkan kemampuan molekul SO2 berinteraksi dengan cahaya pada pan-jang
gelombang 190 –230 nm, menyebabkan elektron terluar dari molekul gas SO2
akan tereksitasi pada tingkat energi yang lebih tinggi (excited state). Elektron
pada posisi tereksitasi akan kembali ke posisi ground state dengan melepaskan
energi dalam bentuk panjang gelombang tertentu . Dengan mengukur intensitas
cahaya tersebut maka dapat ditentukan kon-sentrasi gas SO2. Metode ini praktis
mudah dioperasikan, stabil dan akurat, metode ini metode yang dipakai untuk alat
pemantauan kualitas udara scara automatik dan kontinyu. Perlu diketahui bahwa
ketelitian dan keaku-ratan metode ini, sangat dipengarhui oleh sistem kalibrasi
alat tersebut. Pada gambar 1, diperlihatkan skema alat SO2 analyzer.
Gambar 1. Skema Pulsed Fluorenscent SO2 Analyzer
d. Perhitungan Kadar SO2
Hitung kadar SO2 dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar SO2 (mg/m3) = Hasil analisa (ul)xVolume sampel (ml)x(Sk+273)oK x76
Vol.udara (L)xVol.sampel yang dianalisa x (273+25)oKx P
Volume Udara (L) = f x t
Keterangan :
f = kecepatan aliran udara (L/menit)
t = waktu pengambilan contoh uji/(sampel), menit
Sk = suhu udara kering pada saat pengambilan sampel (oC)
P = tekanan udara pada saat pengambilan sampel (cmHg)
2. Oksida-oksida Nitrogen
a. Metode
Metode Griess-Saltman-Spectrofotometri, NO2 di udara direaksikan dengan
pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk senyawa yang berwarna ungu.
Intensitas warna yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 520 nm.
b. Prinsip Dasar
Absorber untuk penangkapan NO2 adalah absorber dengan desain khusus
dan porositas frittednya berukuran 60 μm. Untuk pengukuran NO, sample gas
harus dilewatkan ke dalam oxidator terlebih dahulu ( seperti KMnO4, Cr2O3).
c. Metode chemiluminescence
Gas NO diudara direaksikan dengan gas ozon membentuk nitrogen di-oksida
tereksitasi. NO2 yang tereksitasi akan kembali pada posisi ground state dengan
melepaskan energi berupa cahaya pada panjang gelombang 600 - 875 nm.
Intensitas cahaya yang diemisikan diukur dengan photo mulltifier , Intensitas yang
dihasilkan sebanding dengan konsentrasi NO di udara. Sedangkan gas NO2
sebelum direaksikan dengan gas ozon terlebih dahulu direduksi dengan katalitik
konventor.
Gambar 2. Skema Chemiluminescent NOx Analyzer
3. Karbonmonoksida
a. Metode Nondispersive infrared (NDIR)
Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra me-
rah pada panjang 4,6 μm. Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding
dengan konsentrasi CO di udara. Analyzer ini terdiri dari sumber cahaya
inframerah, tabung sampel dan reference, detektor dan rekorder.
Gambar 3. Skema NDIR –CO Analyzer
b. Metode Lain
Metode lain yang juga digunakan adalah metode oksidasi CO dengan cam-
puran CuO-MnO2 dalam suasana panas membentuk gas CO2. Selanjutnya CO2
tersebut diabsorpsi dengan larutan Ba(OH)2 berlebih. Kelebihan Ba(OH) dititrasi
asam oxalat menggunakan indikator phenol phthalin.
c. Metode Iodine Pentoxide, specktrofotmeter
Gas CO di udara akan bereaksi dengan Iodin Pentoksida pada suhu 135 -
1500C, membentu gas CO2., dan uap Iodin. Senyawa yang terbentuk akan
ditangkap oleh larutan potassium iodide. Kadar gas CO di udara dapat ditentukan
dengan menganalisis kadar gas CO2 atau Iodin yang dihasilkan dengan cara
analisis menggunakan alat specktrofotmeter. Pembacaan dilakukan pada panjang
gelombang 352 nm.
d. Perhitungan Kadar CO
Hitung kadar CO dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar CO (ppm) = Hasil analisa (ul)xVolume sampel (ml)x(Sk+273)oK x76
Vol.udara (L)xVol.sampel yang dianalisa x (273+25)oK x P
Volume Udara (L) = f x t
Keterangan :
f = kecepatan aliran udara (L/menit)
t = waktu pengambilan contoh uji/(sampel), menit
Sk = suhu udara kering pada saat pengambilan sampel (oC)
P = tekanan udara pada saat pengambilan sampel (cmHg)
4. Ozon/Oksidan
a. Metode
Metode Neutral Buffer Potassium Iodine (NBKI) –spectrofotometri. Gas
/udara yang mengandung ozon dilewatkan dalam pereaksi kalium iodida pada
buffer pH netral (pH 6,8), membebaskan Iodium. Selanjutnya Iodium yang
dibebaskan diukur intensitasnya pada panjang gelombang 350 nm.
b. Metode Chemiluminescence
Gas ozon direaksikan dengan gas asetilin membentuk aldehide yang tidak
stabil, yang selanjutnya akan melepaskan energi dalam bentuk cahaya. In-tensitas
cahaya yang diemisikan diukur dengan fotomultiplier, yang ber-banding lurus
dengan konsentrasi ozon. Panjang gelombang cahaya yang diemisikan pada
panjang gelombang 300 – 600 nm.
5. Hidrokarbon
a. Pengukuran secara langsung dangan Gas Chromatograf Hidrokarbon diukur
sebagai total hidrokarbon (THC) dan Non Methanic Hydrocarbon (NMHC).
Metode yang digunakan adalah kromatografi gas dengan detektor Flame Ionisasi
(FID). Hidrokarbon dari udara dibakar pada flame yang be-rasal dari gas hidrogen
membentuk ion-ion. Ion yang terbentuk pada flame akan ditangkap oleh elektrode
negatif. Banyaknya arus ion yang terbentuk menunjukkan konsentrasi
hidrokarbon.
b. Metode adsorpsi dengan adsorbent karbon aktif . Contoh gas dilewatkan ke dalam
tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( ± 0, 3 liter/menit) . Waktu
sampling tergantung kepada konsentrasi hidrokarbon dan banyak-nya adsorben
karbon aktif yang digunakan. Untuk melepaskan hidrokarbon , karbon aktif
dilarutkan dalam pelarut tertentu ( seperti CS2), kemudian disuntikan ke dalam
GC. Atau karbon aktif di “purging” dengan gas inert seperti N2, atau He,
kemudian dialirkan /disuntikan ke dalam GC.
6. Amoniak (NH3)
Ammonia adalah zat pencemar udara pada bentuk kebauan. Gas ammonia adalah
gas yang tidak berwarna. Dengan bau menyengat. Biasanya, ammoniak berasal dari
aktifitas mikroba, industry ammonia, perngolahan limbah dan pengolahan batu bara.
Di atmosfer, NH3 bereaksi dengan nitrat dan sulfat sehingga terbentuk garam
ammonium yang sangat korosif (Yuwono, 2011).
a. Pengukuran Amoniak
Pengujian dilakukan dalam toilet karena banyak mengandung endapan
ammonia yang menempel di dinding dan saluran pembuangan urin. Hal ini
ditandai dengan bau yang menyengat karena toilet jarang dibersihkan. Udara
yang berada di toilet diserap oleh impinger selama 60 menit. Kemudian, larutan
penyerap yang telah terkandung ammonia dibawa ke lab untuk dilakukan proses
pengujian kadar ammonia. Lalu, dilakukan beberapa perlakuan pada sampel,
diantaranya diberikan 2 ml larutan penyangga, 5 ml larutan pereaksi fenol; 2,5 ml
larutan pereaksi natrium hipoklorit. Setelah larutan dihomogenkan, tabung
didiamkan hingga 30 menit kemudian dilakukan uji absorbansi dengan
spektrofotometri.
7. Dihidrogen Sulfida (H2S)
Penentuan Kadar Dihidrogen Sulfida (H2S) dengan menggunakan
metode W.Leithe 1971 yang bertujuan untuk menentukan kadar H2S pada udara
ambien. Prinsip yang digunakan adalah Gas dihidrogen sulfida (H2S) diserap dalam
larutan penjerap kadmiumdihidroksida Cd(OH)2. Dengan menambahkan larutan
amin dan FeCl3 kedalam larutan tersebut maka terbentuk senyawa FeS beserta
endapan putih. Konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang 670 nm.
G. Satuan Konsentrasi
Untuk menyatakan konsentrasi zat pencemar gas atau debu di udara ambien ,
dapat digunakan satuan yang berdasarkan:
1. Satuan berdasarkan berat /volume (w/v), yaitu satuan yang menyatakan berat zat
pencemar per volume udara ambien. Contohnya satuan mg/m3.
2. Satuan berdasarkan volume/volume (v/v) , yaitu satuan yang menyatakan volume zat
pencemar per volume gas.
Contohnya satuan % volume, ppm . (part permillion), ppb (part perbillion).
Pengertian satuan ppm adalah menunjukkan perbandingan volume antara volume zat
pencemar dengan volume udara ambient, yaitu bagian volume zat percemar per satu
juta volume gas .
Contohnya :
Konsetrasi CO sebesar 1 ppm, artinya dalam satu juta bagian volum gas buang
mengandung 1 bagian volume gas CO, atau Dalam 1 m3 (1 x 106 ml) volume gas emisi
mengandung 1 ml gas CO. Untuk konversi satuan dari satuan ppm ke satuan mg/m3
atau sebaliknya digunakan rumus :
mg/m3 = (ppm / 24,45) x BM x 103 4)
dimana:
24,45 = konversi untuk 1 mol = 24,45 liter ( 25oC , 1 atm)
BM = berat molekul 10-3 = konversi dari ml ke liter
Perlu diketahui bahwa gas merupakan zat yang volumenya berubah dengan
perubahan temperatur dan tekanan. Maka dalam menyatakan konsentrasi zat pencemar
dalam udara digunakan kondisi standar yaitu kondisi dimana volume udara ditetapkan
dan kondisi tertentu , yang dinyatakan dengan kondisi standar.
Tabel 5. Metode Pengukuran
No Parameter Metode pengukuran Keterangan
1. Sulfur dioksida (SO2)Pararosaniline (Spec-trophotometri)
Manual Aktif dan Passive
2. Oksida-oksida Nitrogen (NOx)Saltzman (Spectropho-tometri)
Manual Aktif dan Passive
3. Oksidan (Ozon)Non Buffer Kalium Io-dide
Manual Aktif dan Passive
4. HidrokarbonGas Chromatograph Automatic
Analyser
5. Karbon monoksida (CO)Non Dispersive Infra Red
Automatic Analyser
6. Amoniak (NH3)Nessler (Spectropho-tometri)
Manual Aktif dan Passive
7. Hidrogen Sulfida (H2S)Methylene Blue (Spec-trophotometri)
Manual Aktif dan Passive
8.Timah Hitam (Pb)
Destruksi Basah Atomic Absorption Spec-trophotometry,Flame
9.Cd
Destruksi Basah Atomic Absorption Spec-trophotometry,Flame
10.
Zn
Destruksi Basah Atomic Absorption Spec-trophotometry,Flame
11.Cr Destruksi Basah Atomic
Absorption Spec-
trophotometry,Flame
12. PM 10Gravimetri Low Volume Air
Sampler
13. TSPGravimetri High Volume
Air Sampler
Hasil pengukuran zat pencemar dinyatakan dengan kondisi standar, artinya
banyaknya zat pencemar persatuan volume udara /gas pada kondisi standar, yaitu pada
temperatur 25oC dan tekanan 1 atmosfer (760 mm Hg). Untuk mengkonversi dari
kondisi volume udara pada kondisi sampling ke volume udara kondisi standar
digunakan rumus di bawah ini:
Vstd = Vsampled x (P sampled/ Pstd)) x (T std/Tsampled)
dimana :
Vstd = Volume udara pada kondisi standar 25oC , 1 atm (m3)
V sampled = Volume udara pada kondisi sampling ( m3)
P sampled = tekanan udara pada kondisi sampling ( mm Hg)
P std = tekana udara pada kondisi standar ( 760 mm Hg)
T std = Temperatur pada kondisi standar (273 + 25oK)
T sampled = Temperatur pada kondisi sampling ( 273 + oC )
H. Metode Pengujian
1. Jenis Pengujian
Jenis pengujian berdasarkan penilaian resiko bahaya (risk assessment hazard),
mengacu pada lay out proses produksi.
2. Jumlah Parameter Yang Di Uji
Sesuai dengan Kepmen KLH Nomor .02 tahun 1989, Peraturan Pemerintah Nomor.
41 tahun 1999, tentang baku mutu lingngkungan, dan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Trandmigrasi Nomor. PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011, tentang nilai
ambang batas faktor Fisika dan kimia di tempat kerja.
3. Parameter Udara Ambien
a. Ammonia (NH3)
b. Nitrogen Dioksida (NO2)
c. Hidrogen Sulfide (H2S)
d. Sulphur Dioxide (SO2)
e. Carbon Monoxide (CO)
f. Debu/dust
g. Kebisingan/noise
h. Kecepatan angin
i. Temperatur
j. Kelembaban nisbih/humidity
k. Cuaca
4. Parameter Emisi Sumber Bergerak
a. Nitrogen Dioksida : NO2
b. Sulfur Dixide : SO2
c. Partikel debu : total debu
d. Kepekatan asap : opasitas
5. Peralatan Yang Dipergunakan
a. Bola globe, sibata
b. Psikrometer arsman
c. Kata thermometer
d. Termometer suhu alami
e. Kompas
f. Neraca analitik
g. Flow rate
h. Alat- alat gelas
i. Anemometer
j. Mini pump
k. Impinger
l. Sound level meter
m.NDIR Analyzer
n. Gas Chromatography (GC )
o. HVDS
p. Atomatic Absorption Spectroscopy (AAS)
q. Spectrophotometer
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2010. Pengantar Pencemaran Udara. http://www.pencemaran_udara.pdf. [Diakses pada tanggal 6 Juni 2015]
Setio, H.P. 2009. Polutan Udara. http://POLUTAN_UDARA_Herie_Setio_Pratama.html [Diakses pada tanggal 5 Juni 2015]
Setyowati, S. 2009. Pencemaran Udara Ambien. http://www.chem-istry. org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/pencemaranudara-ambien/ [Diakses pada tanggal 5 Juni 2015]
Sukirno. 2011. Pengertian Pencemaran Udara. http://pengertian-pencemaranudara.html [Diakses pada tanggal 5 Juni 2015]
Sutardi, T. 2008. Teknik Pengukuran Udara Ambien. http://tikiprint_article.php.html [Diakses pada tanggal 6 Juni 2015]
https://environmentalchemistry.wordpress.com/2010/11/22/sni-udara-ambien/ [Diakses pada tanggal 6 Juni 2015]
https://fpik.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/pengujian-udara.pdf [Diakses pada tanggal 6 Juni 2015]
http://latarmarif.weblog.esaunggul.ac.id/wpcontent/uploads/sites/1079/2013/05/METODE-SAMPLING.pdf [Diakses pada tanggal 5 Juni 2015]