makalah teknologi tepat guna.rtf
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya
sehingga kita selalu berada dalam kesehatan jasmani dan rohani. Serta salawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita yaitu Nabi Besar Muhammad
SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya, saya
menyadari dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangannya.
Untuk itu saya berharap kepada semua pihak untuk selalu memberikan
masukannya yang bersifat membangun agar dalam penyusunan tugas selanjutnya
akan lebih baik lagi.
Akhir kata penyusun mengucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi tepat guna adalah ada sebuah gerakan idelogis (termasukmanifestasinya) yang awalnya diartikulasikan sebagai intermediate technology oleh seorangekonom bernama Dr. Ernst Friedrich "Fritz" Schumacher dalam karyanya yang berpengaruh,Small is Beautifull.[1] Walaupun nuansa pemahaman dari teknologi tepat guna sangat beragamdi antara banyak bidang ilmu dan penerapannya, teknologi tepat guna umumnya dikenalsebagai pilihan teknologi beserta aplikasinya yang mempunyai karakteristik terdesentralisasi,berskala relatif kecil, padat karya, hemat energi, dan terkait erat dengan kondisi lokal. [2]
Secara umum, dapat dikatakan bahwa teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancangbagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan,keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan[3]. Daritujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hematsumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif seminimal mungkin dibandingkan
dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemarilingkungan.[4] Baik Schumacher maupun banyak pendukung teknologi tepat guna pada masamodern juga menekankan bahwa teknologi tepat guna adalah teknologi yang berbasiskanpada manusia penggunanya.[5][6]
Teknologi tepat guna paling sering didiskusikan dalam hubungannya denganpembangunan ekonomi dan sebagai sebuah alternatif dari proses transfer teknologi padatmodal dari negara-negara industri maju ke negara-negara berkembang.[5][7] Namun, gerakanteknologi tepat guna dapat ditemukan baik di negara maju dan negara berkembang. Di negaramaju, gerakan teknologi tepat guna muncul menyusul krisis energi tahun 1970 dan berfokusterutama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan (sustainability). Di samping itu, istilahteknologi tepat guna di negara maju memiliki arti yang berlainan, seringkali merujuk padateknik atau rekayasa yang berpandangan istimewa terhadap ranting-ranting sosial danlingkungan.[8] Secara luas, istilah teknologi tepat guna biasanya diterapkan untuk menjelaskanteknologi sederhana yang dianggap cocok bagi negara-negara berkembang atau kawasanperdesaan yang kurang berkembang di negara-negara industri maju.[4][9] Seperti dijelaskan diatas, bentuk dari "teknologi tepat guna" ini biasanya lebih bercirikan solusi "padat karya"daripada "padat modal". Pada pelaksanaannya, teknologi tepat guna seringkali dijelaskansebagai penggunaan teknologi paling sederhana yang dapat mencapai tujuan yang diinginkansecara efektif di suatu tempat tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TEKNOLOGI TEMPAT GUNA
TTG merupakan alih bahasa secara cukup longgar dari “appropriate
technology”, suatu pengertian yang mempunyai makna tertentu, pada
dasarnya, dilihat dari aspek teknis. Perujudan TTG banyak ditemukan
dalam bentuk teknologi tradisional yang dipraktekkan oleh masyarakat
berpenghasilan rendah. Masyarakat tersebut, kecil sekali peluang memiliki
kesempatan memakai teknologi maju dan efisien, yang merupakan pola
teknologi dari masyarakat maju/industri. Secara teknis TTG merupakan
jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi maju. Oleh karena itu
aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga merupakan dimensi yang
harus diperhitungkan dalam mengelola TTG.
Pengenalan teknologi semacam TTG, dihadapkan kepada beragam
nama, tergantung pada dimensi yang dicakupnya seperti: teknologi tepat,
teknologi pedesaan, teknologi madya (intermediate), teknologi biaya
rendah (low cost technology), teknologi padat karya (labour intensive
technology) dan lain-lain. Kiranya tidak perlu diperdebatkan tentang
pengertian sematik, mengingat selera berbeda-beda. Pengertian yang
terkandung dan tersirat pada terminologi berbagai TTG di atas kiranya
sudah cukup jelas.
Teknologi adalah pengetahuan yang digunakan untuk membuat
barang, menyediakan jasa serta meningkatkan cara dalam menangani
sumber daya yang penting dan terbatas. Pengertian lain tentang
teknologi adalah upaya manusia untuk membuat kehidupan lebih
sejahtera, lebih baik, lebih enak dan lebih mudah. Teknologi
dikembangkan untuk membuat hidup lebih baik, efisien dan mudah.
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancang bagi suatu
masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek
lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat
yang bersangkutan. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna
haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat,
dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus
utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari
lingkungan.
Istilah ini biasanya diterapkan untuk menjelaskan teknologi
sederhana yang dianggap cocok bagi negara-negara
berkembang atau kawasan perdesaan yang kurang berkembang di
negara-negara industri maju.[1] Bentuk dari "teknologi tepat guna" ini
biasanya lebih bercirikan solusi "padat karya" daripada "padat modal".
Kendati perangkat hemat pekerja juga digunakan, ia bukan berarti
berbiaya tinggi atau mahal ongkos perawatan. Pada pelaksanaannya,
teknologi tepat guna seringkali dijelaskan sebagai penggunaan teknologi
paling sederhana yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara
efektif di suatu tempat tertentu. Di negara maju, istilah teknologi tepat
guna memiliki arti yang berlainan, seringkali merujuk pada teknik atau
rekayasa yang berpandangan istimewa terhadap ranting-ranting sosial
dan lingkungan.
Teknologi yang dikembangkan dari beragam teknologi satu
diantaranya adalahTeknologi Tepat Guna (TTG) yaitu suatu teknologi yang
memenuhi, persyaratan: teknis, ekomomi dan sosial budaya.
1. Teknis, yaitu memperhatikan dan menjaga tata kelestarian
lingkungan hidup, penggunaan secara maksimal bahan baku lokal,
menjamin mutu (kualitas) dan jumlah (kuantitas) produksi, secara
teknis efektif dan efisien, mudah perawatan dan operasi, serta relatif
aman dan mudah menyesuaikan terhadap perubahan.
2. Ekonomis, yaitu efektif menggunakan modal, keuntungan kembali
kepada produsen, jenis usaha kooperatif yang mendorong timbul
industri lokal.
3. Sosial budaya, memanfaatkan keterampilan yang sudah ada,
menjamin perluasan lapangan kerja, menekan pergeseran tenaga
kerja, menghidari konflik sosial budaya dan meningkatkan pendapatan
yang merata.
2.2 Kriteria Dan Syarat TTG
Menilai ketepat gunaan suatu teknologi, dalam hal ini, yang
memberikan makna atau pengertian berhubungan dengan masalah
pembangunan pedesaan atau masyarakat berpenghasilan rendah.
Menurut Suwarto Martosudarjo dari LIPI makna/pengertian yang perlu
digaris bawahi kriteria ketepat gunaan teknologi itu bahwa: 1) Teknologi
itu ekonomis (viable), 2) Teknologi itu dapat dipertanggung jawabkan
(technically feasible) dan 3) Teknologi dapat beradaptasi secara mapan
kepada lingkungan kultur dan sosial pada sesuatu lokal yang kita
perbincangkan (socially acceptable and ecologically sound).
Dalam bentuk pengertian lain TTG adalah hasil dari pendekatan
kepada masalah-masalah pembangunan. Menilai TTG adalah dalam
pengertian kebutuhan yang nyata dan sumber-sumber yang tersedia,
tidak dalam pengertian “maju” yang telah ada. Pendekatan ini menyadari
bahwa perbedaan ekonomi, geografis dan kebudayaan memerlukan
teknologi yang berbeda dan pembangunan hendaknya menjadi pengabdi
kepada manusia dan bukan sebagai tuan atau raja bagi kebutuhan
manusia.
Banyak rumusan lain mengenai Teknologi Tepat Guna. Rumusan
berikut adalah yang dianut Pusat Teknologi Pembangunan – ITB (PTP –
ITB). PTP – ITB mengajukan tiga kriteria/persyaratan yang harus dipenuhi
yaitu Teknis, Sosial dan Ekonomik.
Persyaratan Teknis meliputi:
1. Memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup, menggunakan
sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan
sesedikit mungkin menggunakan bahan baku yang di import.
2. Jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus dapat
diterima oleh pasaran yang ada, baik dalam maupun luar negeri.
3. Menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasar dengan sarana
angkutan yang tersedia dan yang masih dapat dikembangkan,
sehingga dapat dihindarkan kerusakan atas mutu hasil (produk)
serta menjamin kesinambungan peneyediaan pasokan (suplay)
cukup teratur.
4. Memperhatikan ketertersediaan peralatan, serta operasi dan
perawatannya demi kesimanbungan (kontinuitas) persyaratan
teknis.
Persyaratan Sosial meliputi:
1. Memanfaatkan keterampilan yang sudah ada atau kerterempilan yang
mudah pemindahannya, serta sejauh mungkin mencegah latihan ulang
yang sukar dilakukan, mahal dan memakan waktu
2. Menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang dapat terus
menerus berkembang.
3. Menekan serendah mungkin pergeseran tenaga kerja yang
mengakibatkan pengangguran ataupun setengah pengangguran.
4. Membatasi timbulnya ketegangan sosial dan budaya, dengan
mengatur agar peningkatan produksi berlangsung dalam batas-batas
tertentu,
5. Menjamin agar peningkatan produksi serasi dengan peningkatan yang
merata atas pendapatan
Persyaratan Ekonomik
1. Membatasi sesedikit mungkin kebutuhan modal,
2. Menekan, sehingga minimum kebutuhan akan devisa,
3. Mengarahkan pemakaian modal, agar sesuai dengan rencana
pengembangan lokal, regional dan nasional
4. Menjamin agar hasil dan keuntungan kembali kepada produsen dan
tidak menciptakan terbentuknya mata-rantai baru.
5. Mengarahkan usaha pada pengelompokan secara koperatif.
2.3 Ciri-ciri TTG
Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria dan syarat dan
kesesuaian TTG, dapat dikemukakan ciri-ciri yang cukup
menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah
sebagai berikut:
1. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang
punggung pertanian, industri, pengubah energi, transprtasi, kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan,
2. Biaya investasi cukup rendah/relatif murah,
3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung
oleh keterampilan setempat,
4. Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya
5. Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber
alam/energi/bahan secara lebih baik/optimal dan
6. Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada
“pihak luar” (self-realiance motivated).
2.4 Penerapan TTG
Penerapan TTG adalah sebuah usaha pembaruan. Meskipun
pembaharuan itu tidak mencolok dan masih dalam jangkauan
masyarakat, tetapi harus diserasikan dengan keadaan sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat setempat serta alam. Kalau tidak, maka usaha
pembaharuan itu akan mendapat hambatan yang dapat menggagalkan
usaha permbaharuan tersebut.
Usaha pembaharuan itu dirancang sedemikan rupa sehingga seluruh
masyarakat merasa bahwa pembaharuan adalah prakarsa mereka sendiri.
ABerarti di dalam pembaharuan teknologi itu,
terdapat minat dan semangat dalam masyarakat tersebut.
Banyak orang keliru sangaka: kalau orang membawa pompa bambu,
biogas, pengering dengan energi radiasi matahari sederhana kedesa,
maka orang itu telah menerapkan teknologi tepat guna. Membawa paket-
paket teknologi sederhana tersebut kesebuah dasa belum dapat dikatakan
sebagai penerapan teknologi tepat guna, bahkan dapat menjerumuskan,
apabila tidak disertai pendidikan kepada masyarakat desa tersebut,
bagaimana cara membuat dan memperbaiki alat tersebut. Paling ideal
penerapan teknologi tepat guna adalah teknologi yang telah ada pada
suatu masyarakat dan perbaikan itu ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat
Penerapan TTG juga harus mempertimbangkan keadaan alam
sekitar. Dapat diartikan bahwa dampak lingkungan yang disebabkan
penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) harus lebih kecil dibandingkan
pemakaian teknologi tradisional maupun teknologi maju.
2.5 Contoh Teknologi Tepat Guna
1. Mesin Pengurai dan Pemisah Sabut Kelapa
Merupakan mesin pengolahan untuk menguraikan dan memisahkan
sabut kelapa sehingga bisa diolah menjadi produk produk lain seperti
bahan fiber, jok mobil, matras, geotextil, serat berkaret, karpet, dll.
Fungsi : Mengurai sabut kelapa menjadi produk primer ( serat
panjang) , bristle ( serat halus dan pendek) , dan debu sabut.
Mesin dioperasikan dengan penggerak Diesel 16
HP dengan kapasitas kerja + / - sebesar 100 kg/ jam. Konstruksi
mesin terdiri dari profil besi sebagai rangka dengan pemukul baja.
Konstruksi dinding terbuat dari plat besi tebal.
Kegunaan Sabut Kelapa :
1. Seluruh bagian sabut kelapa dihancurkan untuk media tanam atau
pupuk. Karakter produk ini, mampu menyerap air dan pupuk sehingga
dapat menambah kesuburan tanah. Cara ini adalah langkah mudah,
karena tidak perlu keahlian khusus dan pemikiran panjang untuk
pemanfaatannya.
2. Sabut kelapa dipisahkan antara serat dan serbuknya. Produk ini
adalah cocofiber dan cocopeat. Cocofiberadalah bahan dasar untuk
kerajinan sabut kelapa, sedangkan cocopeat untuk media tanam dan
pupuk. Langkah mudah pemanfaatan produk adalah dengan menjual
cocofiber, khusus luar jawa sangat berpotensi besar untuk ekspor
sabut kelapa/cocofiber. Hanya perlu dipertimbangkan tentang
transportasi, agar harga bisa kompetitif. Khusus yang dekat dengan
pelabuhan besar, adalah peluang untk ekspor produk tersebut.
3. Membuat cocopeat blok untuk keperluan ekspor. Pasar Korea sangat
besar untuk produk ini. Namun untk usaha ini, perlu tambahan dana
untuk alat press cocopeat.
4. Cocofiber digunakan sebagai bahan dasar industri tali untuk kerajinan,
atau tali kapal dll.
5. Cocofiber sebagai bahan dasar industri kerajinan rumah tangga.
Kesed, matras olahraga, sapu rumah, sikat adalah contoh kecil untuk
industri ini.
6. Cocofiber untuk industri mebelair. Produk turunan ini sangat banyak
aplikasi, seperti untuk kasur spring bed, jok mobil, jok pesawat, untuk
matras olahraga, untuk cocopot/pot sabut, untuk bahan dasar
pengganti fiber glass, peredam suara dll, aplikasi produk mebelair
biasa disebut dengan rubberrized coir/ industri sabut berkaret.
7. Cocofiber dan cocopeat dapat digunakan untuk aplikasi penghijauan.
Produk cocomesh dan cocofiber dapat menghijaukan lahan-lahan kritis,
reklamasi pantai dengan mencegah erosi dan abrasi.
8. Cocofiber juga dapat diaplikasikan untuk sarana penghijauan taman.
Unsur serap air pada cocofiber dapat dimanfaatkan untuk membuat
garden roof (taman atap bangunan) juga dapat dibuat taman buah-
buahan di lahan terbatas.
Dari sekian banyak manfaat dan aplikasinya, kawan-kawan didaerah
bisa mengukur kemampuan, sampai sejauh mana dapat dilakukan,
apakah hanya pada pemanfaatan raw material/ bahan dasar, ataukah
untuk kepentingan produk turunannya.
Pemanfaatan raw material cocofiber khusus untuk ekspor sangat
besar, China dan korea adalah penyerap terbesar sampai saat ini, juga
untuk pasar eropa. Hanya kembali untuk kawan-kawan di daerah, perlu
dipikirkan tentang transportasinya.
Selama ini, jika akan dikembangkan untuk industri turunan sabut
kelapa, kendala terbesar di daerah luar jawa adalah SDM pengolahnya.
Maka dengan melihat daftar diatas, bisa memperkirakan akan dibawa
kemana arah pengembangan sabut kelapa tersebut.
Satu lagi kelebihan sabut kelapa terpecahkan, yaitu sebagai
penyaring air. Saya ingat ketika SD diminta untuk membuat aplikasi
saringan air, diantaranya memakai pasir, batu kerikil, arang, dan juga
sabut kelapa. Air kotor pun berubah jadi jernih, setelah beberapa kali
penyaringan. Sebuah kearifan lokal yang perlu kita kembangkan.kelebihan
sabut kelapa sebagai penjernih atau penyaring ditunjang dari fungsi sabut
kelapa sebagai anti bakteri, yang bersifat asam,
2. Mesin Pengupas Kulit Kacang
Deskripsi : Pengupas kulit kacang ini digunakan untuk mengupas kacang
tanah yang telah kering. Pengupas kacang dilengkapi dengan blower yang
berfungsi untuk memisahkan kulit kacang dengan biji yang telah terkupas
Fungsi : Digunakan untuk mengupas kacang tanah yang telah kering
Spesifikasi : Dimensi
Total(cm) : 117 x 117 x 134
Rol pengupas: d = 40cm, p = 60cm
Motor bensin : 5.5 PK
Transmisi : Gearbox, v-belt, pulley
Frame : Besi
3. Mesin Pembuat Kerupuk
Krupuk adalah makanan ringan yang terbuat dari tepung tapioka
dicampur dengan tepung pati, air, garam dan bumbu penyedap
secukupnya dengan perbandingan 50 kg tapioka : 20 kg pati : 10 liter.
Berhasil atau tidaknya dalam pembuatan krupuk initergantung pada
adonan bahan yang digunaan dan keadaan cuaca.
ATW Surakarta merupakan salah satu Perguruan Tinggi Keteknikan
di Kabupaten Sukoharjo. Kreativitas dan inovasi yang dilakukan oleh Tim
Inventor dari ATW Surakarta untuk membantu memecahkan
permasalahan pada pengrajin krupuk adalah dengan merancang
bangun mesin pembuat cetakan krupuk dengan sistem screw
horisontal dan conveyor. Kelebihan mesin ini dapat menggantikan
proses pembuatan cetakan yang selama ini dilakukan secara manual,
kapasitas produksi besar, membutuhkan waktu produksi singkat dan
tenaga cukup satu orang. Permasalahan pada pengrajin ini
mengakibatkan proses produksi krupuk terhambat dan tidak bisa
mencapai target. Selama ini adonan krupuk banyak yang terbuang.
KOPINKRA Ngudi Makmur, Desa Plumbon, Kecamatan Mojolaban
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu desa yang berpotensi dan
berpeluang besar dalam pembuatan krupuk, mengingat sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian petani. Sehingga untuk mendapatkan
bahan baku krupuk tidak mengalami masalah. Hal ini sangat mendukung
sekali usaha pengrajin krupuk tersebut, karena tidak adanya
ketergantungan bahan baku.
Kapasitas produksi krupuk yang dimiliki UKM di Mojolaban apabila
dilakukan secara manual rata-rata mencapai 70 kg bahan baku yang
dapat menghasilkan 5.600 biji krupuk/hari. Apabila mengunakan mesin
screw horisontal, kapasitas produksi bisa mencapai 200 kg/jam atau 16
kwintal/hari bahan baku yang dapat menghasilkan 128.000 biji
krupuk/hari, sehingga kapasitas produksi dan keuntungan yang diperoleh
meningkat.
Dengan penerapan mesin pembuat cetakan krupuk ini dapat
meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi bahan baku sehingga
keuntungan pengrajin krupuk meningkat.
Industri kecil dan menengah di Kabupaten Sukoharjo antara lain :
suttle kock, karak nasi, krupuk, rambak, emping garut, jenang garut,
minuman, gamelan, mebel, jamu, bahan bangunan (batu bata, Paving
Block, conblock, batako, roster, genteng). Dari berbagai industri yang ada
di wilayah tersebut, industri makanan yang paling dominan, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ;1).bahan baku mudah
diperoleh mengingat sebagian besar penduduknya adalah petani, 2).biaya
murah, 3).peralatan sederhana, 4).proses produksi sederhana, 5).dapat
menghasilkan produk yang banyak diminati masyarakat kalangan bawah
sampai kalangan atas, karena cita rasa yang nikmat, 6).Daerah
pemasaran yang luas.
Banyaknya industri kecil yang bergerak di bidang pangan di
Sukoharjo, menuntut para pengusaha industri kecil harus mampu bersaing
ketat untuk menghasilkan produk yang berkualitas agar dapat
memenangkan pangsa pasar. Permasalahan utama yang dihadapi oleh
pengrajin krupuk adalah pada saat proses penekanan adonan dalam
mesin cetak masih bersifat tradisional yang mengandalkan tenaga
manusia dengan cara pedal pada proses penekanan adonan sehingga
adonan banyak yang reject. Hal ini mengakibatkan bahan baku yang
dibutuhkan banyak dan jumlah produksinya terbatas,sehingga pengrajin
krupuk tidak dapat memenuhi permintaan konsumen secara tepat waktu.
Selain itu krupuk yang dihasilkan kualitasnya rendah dari bentuk, ukuran,
keretakan yang pada akhirnya daya jual rendah.
Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat,
memerlukan lebih banyak bahan pangan untuk memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Berbagai jenis
makanan baik makanan basah maupun makanan kering dalam berbagai
bentuk, warna dan cita rasa menjadi kebutuhan manusia.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh industri kecil krupuk yang
tergabung dalam KOPINKRA Ngudi Makmur adalah pada saat proses
pencetakan adonan, masih bersifat manual yang mengandalkan tenaga
manusia sehingga antara adonan yang keluar dari arah vertikal dengan
proses cetak tidak imbang, banyak bahan adonan yang reject, waktu
produksi lama, kapasitas produksi terbatas, produk kurang higienis,
kualitas produk rendah, ketebalan dan ukuran krupuk tidak sama (besar-
kecil). Hal ini mengakibatkan proses produksi terhambat, jumlah
produksinya terbatas, sehingga tidak dapat memenuhi permintaan
konsumen secara tepat waktu.
Mesin krupuk dengan sistem screw horisontal yang digunakan untuk
menekan adonan makanan untuk membentuk selendang hingga homogen
dan memotong menjadi potongan-potongan sesuai ukuran yang
dibutuhkan. Adapun ketebalan produk makanan dapat dilakukan dengan
mengatur jarak antar screw horisontal.
Sistem Screw horisontal adalah proses penekanan adonan makanan
yang menggunakan ke dalam barrel agar adonan keluar melalui lubang
cetakan. Screw ini dibuat dari bahan St 304 Stainless, agar hiegienitas
produk makanan terjamin.
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka Akademi Teknologi
Warga Surakarta bekerjasama dengan pihak industri kecil merancang
mesin krupuk multifungsi dengan sistem screw horisontal dan conveyor
yang diaplikasikan pada diversifikasi pangan dengan pertimbangan yang
sesuai dengan kebutuhan industri kecil.
DAFTAR PUSTAKA
1. id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_tepat_guna.
2. http://asephendrianasetiawinata.blogspot.com/2011/04/teknologi-
tepat-guna-ttg.html
3. http://www.galerimesin.com/
4. pembersih.tigaem.com/keset-a.../53-Mesin-Pengurai-Sabut-
Kelapa.html
5. /jiunkpe/s1/mesn/2004/jiunkpe-ns-s1-2004-24499093-1032-
kacang_tanah-chapter2.pdf
6. /jiunkpe/s1/mesn/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-24402092-12540-kelapa-
chapter3.pdf