makalah sosiologi pend

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sosial manusia, di mana saja dan kapan saja, tidak pernah lepas dari apa yang disebut “konflik” (Chandra, 199w; Lauer, 1993). William Chang (2001) mempertanyakan”benarkah konflik soaial hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, masalah uang, dan masalah keuangan?”, ternyata jawabannya ”tidak”; dan dinyatakan oleh Chang bahwa emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik sosial. Kehidupan sosial itu, kalau dicermati komponen utamanya adalah interaksi antara para anggota. Tipe-tipe interaksi sosial secara umum meliputi: cooperative (kerjasama), competition (persaingan) dan conflict (pertikaian). Dalam kehidupan sosial sehari-hari tampaknya selain diwarnai oleh kerjasama, senantiasa juga diwarnai oleh berbagai bentuk persaingan dan konflik. Bahkan dalam kehidupan sosial tidak pernah ditemukan seluruh warganya sepanjang masa bersifat kooperatif. Sehubungan dengan itu, timbul pertanyaan apa itu konflik, bagaimana konflik sosial,struktur-fungsi, dan integritasnya,bagaimana masyarakat menurut perspektif 1

Upload: penjaga-hati

Post on 08-Jun-2015

2.029 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah sosiologi pend

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sosial manusia, di mana saja dan kapan saja, tidak pernah lepas dari

apa yang disebut “konflik” (Chandra, 199w; Lauer, 1993). William Chang (2001)

mempertanyakan”benarkah konflik soaial hanya berakar pada ketidakpuasan batin,

kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal,

masalah pekerjaan, masalah uang, dan masalah keuangan?”, ternyata jawabannya ”tidak”;

dan dinyatakan oleh Chang bahwa emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya

konflik sosial.

Kehidupan sosial itu, kalau dicermati komponen utamanya adalah interaksi antara

para anggota. Tipe-tipe interaksi sosial secara umum meliputi: cooperative (kerjasama),

competition (persaingan) dan conflict (pertikaian). Dalam kehidupan sosial sehari-hari

tampaknya selain diwarnai oleh kerjasama, senantiasa juga diwarnai oleh berbagai bentuk

persaingan dan konflik. Bahkan dalam kehidupan sosial tidak pernah ditemukan seluruh

warganya sepanjang masa bersifat kooperatif. Sehubungan dengan itu, timbul pertanyaan apa

itu konflik, bagaimana konflik sosial,struktur-fungsi, dan integritasnya,bagaimana

masyarakat menurut perspektif struktural konflik serta bagaimana proporsi dan asumsi dari

struktural konflik tersebut?

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini, terdapat beberapa rumusan masalah:

a. Apa itu konflik?

b. Bagaimana Konflik Sosial, Struktur-Fungsi, dan Integrasi?

c. Masyarakat menurut perspektif struktural konflik?

d. Bagaimana Proporsi-proporsi teori structural konflik sebagai dasar dari strategi konflik ?

e. Asumsi yang mendasari teori structural konflik?

1

Page 2: Makalah sosiologi pend

1.3. TUJUAN

Pembuatan makalah ini bertujuan agar kita Mengetahui apa itu konflik , bagaimana

proporsi-proporsi teori structural konflik sebagai dasar dari strategi konflik, serta

bertujuan untuk memenuhi tuntutan tugas pada mata kuliah sosiologi pendidikan .

2

Page 3: Makalah sosiologi pend

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KONFLIK

Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin ”con” yang berarti

bersama ”fligere” yang berarti benturan dan tabrakan. Dengan demikian ”konflik” dalam

kehiupan sosial benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain, yang paling

tidak melibatkan dua pihak atau lebih.

Dalam International Encyclopedia of the Social Sciences VOL. 3 (hal. 236-241)

diuraikan mengenai pengertian konflik dari aspek antropologi, yakni ditimbulkan sebagai

akibat dari persaingan antara paling tidak dua pihak; di mana tiap-tiap pihak dapat berupa

perorangan, keluarga, kelompok kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan

kelas sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau

satu pemeluk agam tertentu (Nader, t.t.). dengan demikian pihak-pihak dapat terlibat

dalam konflik meliputi banyak macam bentuk dan ukurannya. Selain itu, dapat pula

dipahami bahwa pengertian konflik secara antropologis tersebut tidak berdiri sendiri,

melainkan secara bersama-sama dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek lain

yang semuanya itu turut ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial dalam

kehidupan kolektif manusia (Chang, 2001).Teori konflik menurut Karl Max,dkk :

1. pendapatan teori struktural konflik tentang fenomena masyarakat.

2. Struktural konflik mengkritik struktural fungsional dengan berbagai alasan.

3

Page 4: Makalah sosiologi pend

Tabel 1-1 DUA PERSPEKTIF UTAMA DALAM SOSIOLOGI

Persepsi tentang Teori fungsionalis Teori konflik

masyarakat Suatu sistem yang stabil dari

kelompok-kelompok yang bekerja

sama.

Suatu siste yang tidak stabil dari

kelompok-kelompok dan kelas-

kelas yang saling bertentangan.

Kelas sosial Suatu tingkat status dari orang-orang

yang memperoleh pendapatan dan

memiliki gaya hidup yang serupa.

Berkembang dari isi perasaan orang

dan kelompok yang berbeda.

Sekelompok orang yang

memiliki kepentingan ekonomi

dan kebutuhan kekuasaan yang

serupa. Berkembang dari

keberhasilan sebagian orang

dalam mengeksploitasi orang

lain.

Perbedaan sosial Tindakan dapat dihindarkan dalam

susunan masyarakat yang kompleks.

Terutama disebabkan perbedaan

kontribusi dari kelompok-kelompok

yang berbeda.

Tidak perlu dan tidak adil.

Terutama disebabkan perbedaan

dalam kekuasaan. Dapat

dihindarkan dengan jalan

penyusunan kembali masyarakat

secara sosialistis.

Perubahan sosial Timbul dari perubahan kebutuhan

fungsional masyarakat yang terus

berubah.

Dipaksakan oleh suatu kelas

terhadap kelas lainnya untuk

kepentingan kelas pemaksa.

Tata tertib sosial Hasil usaha tidak sadar dari orang-

orang untuk mengorganisasi

kegiatan-kegiatan mereka secara

produktif.

Dihasilkan dan dipertahankan

oleh pemaksa yang terorganisasi

oleh kelas-kelas yang dominan.

Nilai-nilai Konsensus atas nilai-nilai yang

mempersatukan masyarakat.

Kepentingan yang bertentangan

akan memecah belah masyarakat

khayalan(ilusi) konsensus nilai-

nilai dipertahankan oleh kelas-

kelas yang dominan.

Lembaga- Menanamkan nilai-nilai umum dan Menanamkan nilai-nilai dan

4

Page 5: Makalah sosiologi pend

lembaga sosial:

gereja, sekolah,

media massa.

kesetiaan yang mempersatukan

masyarakat.

kesetiaan yang melindungi

golongan yang mendapat hak-

hak istimewa.

Hukum dan

pemerintahan

Menjalankan peraturan yang

mencerminkan konsensus nilai-nilai

masyarakat.

Menjalankan peraturan yang

dipaksakan oleh kelas yang

dominan untuk melindungi hak-

hak istimewa.

2.2. KONFLIK SOSIAL,STRUKTUR-FUNGSI DAN INTEGRITAS

Kondisi kehidupan sosial tertentu kalau dikaitkan dengan konflik, tentunya tidak

sederhana, karena setiap konflik antaranggota dalam kehidupan sosial itu tidak selalu

bentuk dan sifatnya sama (misalnya ada konflik individual atau kelompok, konflik

terpendam atau terbuka, dan lain-lain). Dengan demikian memang ada variasi dalam

konflik, baik atas dasar bentuk, sifat, penyebab terjadinya, maupun langkah

penyelesaiannya.

Selanjutnya dapat dijelaskan pula bahwa dalam persoalan konflik ini perlu

diperhatikan konteks struktur dan fungsi dalam kehidupan sosial tertentu sebagai suatu

unit entitas akan berpengaruh terhadap konflik yang terjadi di situ.

1. Struktur

Peter M. Blau (1997) menyatakan bahwa struktur sosial adalah penyebaran secara

kuantitatif warga komunitas di dalam berbagai posisi sosial yang berbeda yang

mempengaruhi hubungan di antara mereka (termasuk di dalamnya hubungan konflik).

Karakteristik pokok dari struktur yaitu adanya berbagai tingkat ketidaksamaan atau

keberagaman antarbagian dan konsolidasi yang timbul dalam kehidupan bersama,

sehingga mempengaruhi derajat hubungan antarbagian tersebut yang berupa dominasi,

eksploitasi, konflik, persaingan, dan kerjasama. Selanjutnya Blau mengelompokkan basis

parameter pembedaan struktur menjadi dua, yaitu nominal dan gradual. Parameter

nominal membagi komunitas menjadi sub-sub bagian atas dasar batas yang cukup jelas,

seperti agama, ras, jenis kelamin, pekerjaan, marga, tempat kerja, tempat tinggal, afiliasi

5

Page 6: Makalah sosiologi pend

politik, bahasa, nasionalitas, dan sebagainya. Kalau dicermati, pengelompokan ini

bersifat horizontal, dan akan melahirkan berbagai ”golongan”. Adapun parameter gradual

membagi komunitas k dalam kelompok sosial atas dasar peringkat status yang

menciptakan perbedaan kelas, seperti pendidikan, pendapatan, kekayaan, prestise,

kekuasaan, kewibawaan, itelegensia, dan sebagainya. Jadi pengelompokan ini bersifat

vertikal, yang akan melahirkan berbagai ”lapisan.”

Atas dasar struktur sosial yang dikemukakan Blau di atas, dapat disebutkan bahwa

interaksi antarbagian dalam kehidupan bersama dapat terjadi antarkelompok, baik atas

dasar parameter nominal maupun gradual; bahkan tidak hanya secara internal tetapi dapat

juga secara eksternal. Interaksi antarbagian dalam kehidupan sosial, atas dasar parameter

nominal atau gradual dapat menimbulkan konflik antarindividu anggota dari berbagai

”golongan” dan ”lapisan” tadi. Sementara itu, menurut Dahrendorf (1986), konflik sosial

mempunya sumber struktural, yakni hubungan kekuasaan yang berlaku dalam struktur

organisasi sosial. Dengan kata lain, konflik antarkelompok dapat dilihat dari sudut

keabsahan hubungan kekuasaan yang ada atau dari sudut strukur sosial setempat

(Dahrendorf, 1986; Simanjuntak, 1994).

2. Fungsi

Berdasarkan konsep Parsons (1951), setiap sistem sosial diperlukan persyaratan

fungsional. Di antara persyaratan itu dijelaskan bahwa sistem sosial harus dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dengan tuntutan transformasi pada setiap

kondisi tindakan warga (adaptation). Berikutnya, tindakan warga diarahkan untuk

mencapai tujuan bersama (goal attainment). Kemudian persyaratan lain adalah bahwa

dalam interaksi antarwarga setidaknya harus ada suatu tingkat solidaritas, agar struktur

dan sistem sosial berfungsi (integration). Tampaknya apa yang dikemukakan Parsons itu

cukup relevan untuk dipakai sebagai salah satu dasar dalam menganalisis secara

struktural dan fungsional konflik sosial; dan atas dasar konsep Parsons ini pengetahuan

mengenai konflik sosial akan lebih memadai. Sehubungan dengan itu Coser (t.t.)

menyatakan bahwa konflik adalah suatu komponen penting dalam setiap interaksi sosial.

Oleh karena itu, menurut Coser (1974), konflik tidak perlu dihindari, sebab konflik tidak

6

Page 7: Makalah sosiologi pend

boleh dikatakan selalu tidak baik atau memecah belah atau merusak. Dengan kata lain,

konflik dapat menymbang banyak bagi kelestarian kehidupan sosial, bahkan

mempercepat hubungan antaranggota.

Berbicara tentang fungsi ternyata tidak hanya sekadar berkait dengan hal peran.

Relasi fungsi tidak selalu terpadu (integratif) karena dapat saja relasi yang saling

berkonflik, lebih-lebih kalau di dalamnya ada fraksi. Dalam fungsi terdapat struktur,

dalam fakta sosial terdapat struktur dan fungsi yang terkait erat (kalau tanpa kaitan berarti

bukan struktur. Teori fungsi tidak dirancang dalam kaitannya dengan perubahan sehingga

antara keduanya sulit untuk dikaitkan. Sering teori ini hany terbatas menyangkut

hubungan-hubungan yang serasi atau seimbang (equilibrium) saja, dan kurang mampu

melihat potensi-potensi konflik yang mungkin ada (Brown, 1980). Pencampuran teori ini

dengan teori perubahan baru muncul kemudian. Berbicara khusus tentang perubahan,

umumnya menyangkut prilaku, ini pun memerlukan waktu yang panjang. Hanya

perubahan yang radikal yang dapat mengubah struktur dan fungsi.

3. Institusi Sosial dan Kaitannya dengan Struktur dan Fungsi

Bronislaw Malinowski dalam membuat deskripsi etnografi, sedapata mungkin

menerapkan teori fungsional, meskipun tidak semuanya berhasil. Menurutnya, manusia

dalam memenuhi kebutuhan secara individual tetapi melalui kehidupan bersama (sosial)

secara terorganisasi atau tertata dalam hukum atau nilai-nilai tertentu. Sehubungan

dengan itu, tujuan akhir yang mereka capai adalah kesepakatan bersama. Kesepakatan

bersama mengenai tujuan-tujuan ini akan dicapai atas dasar nilkai-nilai umum yang

berlaku. Semua ini, menurut Malinowski, disebut charter, yang diartikan sebagai suatu

sistem yang terorganisasi tentang aktivitas-aktivitas sosial yang penuh tujuan (yang

didasarkan atas nilai umum dan kesepakatanh bersama). Sistem nilai dan tujuan bersama

ini dapat diartikulasikan secara lebih kongkret menjadi norma. Prinsip-prinsip integrasi

akan tercermin dalam institusi sosial, dan inilah basic needs manusia. Prinsip-prinsip

integrasi ini merupakan bagian dari basic needs itu sendiri. Semntara responnya adalah

kebudayaan yang diwujudkan dalam pembentukan institusi-institusi sosial. Kebudayaan

7

Page 8: Makalah sosiologi pend

sebagai respon basic needs dapat diindikasikan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan,

sehingga memuaskan basic needs tersebut (Malinowski, 1960; Brown, 1980).

Radxliffe Brown dengan pendekatan antropologi-sosialnya ternyata seperti

metode yang diterapkan dalam ilmu alam atau fisika. Dengan pendekatan komparasi

untuk memperoleh pemahaman tentang keseluruhan komunitas. Adapun hal yang

dikomparasikan adalah struktur keseluruhan komunitas dan bukan bagian-bagian. Dalam

hal ini, sebenarnya Brown mengadopsi apa yang pernah dikerjakan oleh Emile

Durkheim, sebelum akhirnya berubah ke pendekatan analisis struktural. Fungsionalisme

Brown untuk membentuk suatu struktur sosial dalam konteks masa kini (tanpa

menggunakan fakta historis, karena dianggap tidak tyerlalu berguna). Hal yang

ditekankan adalah proses yang berkaitan dengan adaptasi pada masyarakat atau

komunitas yang diteliti itu sendiri (Brown, 1980). Mengenai konsep institusi dikenal

perbedaan pendekatan antara Brown dengan Malinowski. Brown menganggap komunitas

sebagai keutuhan lebih berarti daripada sebagai bagian-bagian yang dikumpulkan.

Sementara itu, menurut Malinowski, institusi trerbentuk bukan karena basic needs

komunitas, tetapi pemenuhan basic needs individu; karena pemenuhan kebutuhan tidak

mungkin dapat dipenuhi sendiri (jadi diperlukan keberadaan orang lain). Sehubungan

perlunya keberadaan orang lain, Firth (1963) menyatakan: ”a human community is a

body people sharing in common activities and bound by multiple relationship in such a

way that the aims of any individuals can be achieved only by partisipation in action with

others.”

4. Integrasi dan Konflik Sosial

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Malinowski dan Brown

mengajukan teori integrasi keseimbangan dan keharmonisan sosial, sedangkan konflik

mengacu pertentangan dalam komunitas menuju perpecahan. Pertanyaan yang kemudian

muncul adalah kalau integrasi dan konflik (dua hal yang saling bertolak belakang)

senantiasa adalam kehidupan sosial, lalu bagaimana keterkaitan antar keduanya, paling

tidak, apa fungsi konflik bagi kehidupan sosial yang bersangkutan.

8

Page 9: Makalah sosiologi pend

Menurut van Baal (1988), konflik adalah produk kebudayaan, dan kebudayaan

adalah produk dari struktur sosial. Melalui pengetahuan ada tidaknya hubungan struktural

dan fungsional dalam kehidupan sosial, akan memudahkan penyelesaian kasus konflik

yang selalu atau akan selalu terjadi di dalamnya.

Fakta sosial, menurut Durkheim, bukan sekadar apa yang dilihat, tetapi juga apa

yang ada di dalmnya yang tidak dapt dilihat. Semua gejala sosial seharusnya dipahami

sebagai hasil dari sikap dan prilaku manusia secara individual. Faktor sikap dan prilaku

para individu ini yang menggambarkan keberadaan suatu kehidupan sosial. Fakta sosial

(termasuk faktor kebudayaan di dalamnya)-lah yang mengenndalikan individu, dan

buykan individu yang mengatur kehidupan sosial. Dalam hal ini, fakta sosial terbentuk

secara alami dan posisinya eksternal. Eksternal yyang dimaksud di sini adalah dalam

posisi sebagai pengendali diri individu dalam kehidupan bersama.

Pendekatan terhadap konflik dapat diterapkan dengan memperhatikan aspek

struktural dan fungsional dari kehidupan sosial setempat. Pendekatan struktural-

fungsional ini sudah berkembang sejak lama dalam studi Antropologi dan Sosiologi.

Terkait dengan pendekatan struktural-fungsional ini secara khusus mengingatkan kita

pada nama-nama, seperti: Bronislaw Malinowsky dan Radcliffe Brown dan yang

kemudian diikuti antara lain oleh Talcott Parson dan Lewis A. Coser yang pernah

melakukan analisis konflik dengan pendekatan fungsional (Johnson, 1990). Konsep

fungsi juga melibatkan struktur yang terjadi dalam satu rangkaian hubungan di antara

kesatuan entitas, di mana bertahannya struktur didukung oleh proses kehidupan yang

terjadi dalam aktivitas kesatuan yang terdapat di dalamnnya (Brown, 1980). Selanjutnya,

dikemukakan bahwa tiap-tiap persoalan dalam kehidupan setiap komunitas itu

mempunyai fungsi.

Pada hakikatnya, konflik sebagai salah satu bentuk interaksi antaranggota dalam

kehidupan sosial telah ada sejak manusia hidup bersama. Beberapa contoh variasi

penyebab terjadinya konflik, meskipun tidak dari awal, dapat dikemukakan sebagai

berikut. Sejak zaman kolonial, telah terjadi kecenderungan pemusatan pemilikan dan

penguasaan atas tanah pertanian yang dikuasi oleh sejumlah kecil petani, yakni petani

9

Page 10: Makalah sosiologi pend

lapisan atas tadi. Sebaliknya petani lapisan bawah hanya menguasai sebagian kecil tanah

pertanian yang ada di suatu desa tertentu. Polarisasi tanah seperti itu telah menyebabkan

terjadinya polarisasi sosial, yaitu proses perenggangan dan pertentangan antarlapisan

sosial di pedesaan (Amaludin, 1987), yang pada gilirannya akan menjadi penyebab

timbulnya konflik sosial.

Belakangan ini, kemajuan dalam bidang komunikasi juga berdampak sama pesat

bagi warga kota dan komunitas pedesaan. Pengaruh globalisasi informasi dan komunikasi

bagi warga kominitas pedesaan umumnya cenderung mempertahankan tata nilai

tradisional di satu pihak dan cenderung meninggalkan tata nilai tersebut di pihak yang

lain. Sebab efek dari hilangnya isolasi komunitas desa dengan dunia luar adalah

terganggunya ciri-ciri kehidupan komunitas desa yang murni, bersamaan dengan

berkembangnya anggota komunitas itu sendiri (Leibo, 1995). Para anggota generasi tua

cenderung berada pada kelompok yang mempertahankan tata nilai tradisional, sedangkan

generasi muda berada pada kelompok yang berlawanan. Batasan mengenai apa yang

boleh dan yangtidak boleh pun mulai dipertentangkan. Perbedaan pandangan antara dua

generasi ini akan menimbulkan kesenjangan sosial dan persinggungan budaya yang dapat

berakibat fatal bagi keutuhan masyarakat (Depdikbud, 1993).

Sementara itu, upaya pencegahan untuk tidak terlalu banyaknya kasus konflik

dalam suatu komunitas, adalah membuat warga menghormati dan mematuhi peraturan.

Selain itu, penanaman rasa takut akan balas dendam adalah alat pemaksa bagi warga

komunitas untuk mematuhi peraturan yang berlaku. Satu bentuk penyelesaian konflik

seperti yang di kalangan orang Ifago (filipina) adalah berperannya tokoh penengah. Cara

pemanfaatn peran penengah ini digarap sebagai langkah pertama dalam upaya

penyelesaian konflik secara lebih trorganisasi (van Baal, 1988).

2.3. MASYARAKAT MENURUT PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK

Masyarakat menurut teori ini adalah :

1. Masyarakat terdiri atas kekuatan yang mendorongperubahan social sebagai konsekuensi

dari ketegangan dan perjuangan hidup,

2. Perjuangan manusia merupakan mesin perubahan kearah kemajuan, oleh karenanya

konflik social merupakan inti dari proses sejarah.

10

Page 11: Makalah sosiologi pend

3. Sebagai fakta social, masyarakat adalah suatu keseluruhan dan ia adalah sebuah realitas

yang dapat diukur dan diobservasi.

4. Manusia dalam masyarakat menentukan sejarahnya sendiri yang dikerjakan melalui

kerja mereka.

5. Materi (body) lebih menentukan atau mendominasi pikiran (mind )dan bukan mind yang

menentukan material (body)di aletika materialistic.

6. Masyarakat terdiri dari 2 kelas yaitu kelas dari sejumlah kecil orang yang memiliki

modal (menguasai alat-alat produksi): borjuis,dan sekelompok orang yang tidak

memiliki modal atau alat-alat produksi: Proletar

2.4. PROPORSI-PROPORSI TEORI STRUKTURAL KONFLIK SEBAGAI DASAR DARI

STRATEGI KONFLIK

Proporsi-proporsi tersebut yaitu:

1. Kehidupan social pada dasarnya merupakan arena konflik diantara/didalam kelompok-

kelompok yang berkepentingan.

2. Sumber-sumber daya ekonomi dan kekuatan politik adalah hal penting diperebutkan oleh

berbagai kelompok.

3. Adanya konflik menyebabkan masyarakat terbagi atas kelompok determinasi secara

ekonomi dan kelompok yang tersubordinasi.

4. Pola social suatu masyarakat dapat di tentukan oleh pengaruh social dari kelompok yang

secara ekonomi oleh kelompok determinan.

5. Kelompok dan kelompok social di dalam atau diantara masyarakat melhirkan perubahan

social.

6. Karena konflik adalah cirri dasar kehidupan social maka perubahan social menjadi

lumrah terjadi.

2.5. ASUMSI-ASUMSI YANG MENDASARI TEORI STRUKTURAL KONFLIK

Asumsi yang mendasari structural konflik:

1. Perubahan merupakan gejala melekat pada setiap masyarakat.

2. Konflik adalah gejala yang selalu melekat dalam setiap masyarakat.

3. Setiap unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya

disintegrasi dan perubahan social.

11

Page 12: Makalah sosiologi pend

4. Setiap masyarakat terintegrasi diatas penguasaan /dominasi yang di lakukan oleh

sejumlah orang terhadap sejumlah orang lainnya.

Menurut Dahrendorf , asumsi utama dari perspektif ini ada empat, yaitu;

1. Setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan;

2. Disensus dan konflik terdapat di mana-mana;

3. Setiap unsur masyarakat memberikan sumbangan pada disintegrasi dan perubahan

masyarakat;

4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa orang anggota terhadap

anggota lainnya.

12

Page 13: Makalah sosiologi pend

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

”konflik” dalam kehidupan sosial benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan

lain-lain, yang paling tidak, melibatkan dua pihak atau lebih. Kondisi kehidupan sosial

tertentu kalau dikaitkan dengan konflik, tentunya tidak sederhana, karena setiap konflik

antaranggota dalam kehidupan sosial itu tidak selalu bentuk dan sifatnya sama (misalnya

ada konflik individual atau kelompok, konflik terpendam atau terbuka, dan lain-lain).

Dengan demikian memang ada variasi dalam konflik, baik atas dasar bentuk, sifat,

penyebab terjadinya, maupun langkah penyelesaiannya.

perspektif ini memiliki proporsi sebagai berikut :

Setiap masyarakat dalam segala hal tunduk pada proses perubahan; perubahan

sosial terjadi dimana saja.

Setiap masyarakat dalam segala hal memperlihatkan ketidaksesuaian dan konflik;

konflik sosial terdapat dimana saja.

Setiap unsur dalam masyarakat memberikan kontribusi terhadap perpecahan dan

perubahannya.

Setiap masyarakat berdasarkan atas penggunaan kekerasan oleh sebagian anggotanya

terhadap anggota yang lain.

3.2. SARAN

Setelah mempelajari dan membahas mata kuliah ilmu sosiologi pendidikan

mengenai “pendidikan dalam perspektif structural konflik”, di harapkan pada mahasiswa

dapat mengetahui dan memahami pokok bahasan ini dengan sebaik mungkin. Kami

sebagai penulis mengharapkan kritik serta saran dari rekan-rekan sekalian guna

membangun kesempurnaan makalah ini untuk masa yang akan datang. Terima kasih.

13

Page 14: Makalah sosiologi pend

DAFTAR PUSTAKA

Paul B.horton dan chester L. Hunt.sosiologi edisi keenam jilid 1.1984.jakarta:Erlangga.

http://agussetiaman.wordpress.com/2008/11/25/perspektif-sosiologi/

http://astarhadi.blog.com/2007/12/11/konflik-sosial-dalam-perspektif-struktur-dan-fungsi/

http://massofa.wordpress.com/2008/02/06/perubahan-sosial-dan-perspektif-sosiologi/

14