makalah pend. kons kelompok (analisis transaksional)

47
MAKALAH PENDIDIKAN KONSELING KELOMPOK ANALISIS TRANSAKSIONAL OLEH KELOMPOK 6: 1. RISTA APRILIA INDRA PURI (4A/10121.002) 2. DINA AYU PAMUNGKAS (4A/10121.015) 3. AYU RETNO ASTRINI (4A/10121.018) 4. FIFIT NOVIYANTI (4A/10121.032) 5. NOVI DWI JAYANTI (4A/10121.037) PROGRAM STUDY BIMBINGAN DAN KONSELING 1

Upload: 20ratna

Post on 29-Dec-2015

119 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

analisis Transaksional

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

MAKALAH

PENDIDIKAN KONSELING KELOMPOK

ANALISIS TRANSAKSIONAL

OLEH KELOMPOK 6:

1. RISTA APRILIA INDRA PURI (4A/10121.002)

2. DINA AYU PAMUNGKAS (4A/10121.015)

3. AYU RETNO ASTRINI (4A/10121.018)

4. FIFIT NOVIYANTI (4A/10121.032)

5. NOVI DWI JAYANTI (4A/10121.037)

PROGRAM STUDY BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2012

1

Page 2: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat limpahan rahmat dan hidayah dari Allah SWT. kami

menyelesaikan tugas menyusun Makalah Analisis Transaksional selesai tepat pada

waktunya. Berkenan dengan ini pula penyusun mengangkat tema tentang Makalah Analisis

Transaksional. Penyusun bermaksud ikut menyumbangkan pengetahuan kami tentang

pemahaman Makalah Analisis Transaksional dan menambah wawasan pembaca pada

umumnya.

Pada kesempatan ini penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Ibnu Mahmudi M.M. selaku dosen profesi Pendidikan Konseling

Kelompok dalam menyelesaikan tugas ini dengan penuh kesabaran.

2. Teman-teman yang turut membantu dalam menyelesaikan Makalah Analisis

Transaksional.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

kami berharap kritik dan saran dari pembaca.

Akhirnya semoga langkah dan usaha kami mendapat ridho dari Allah SWT. serta

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Madiun, 1 April 2012

Penulis

2

Page 3: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan...................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan.................................................................... 2

BAB II DEFINISI, KONSEP DASAR, dan ASUMSI PERILAKU

BERMASALAH

A. Definisi Analisis Transaksional............................................... 3

B. Konsep Dasar Analisis Transaksional...................................... 3

C. Asumsi Perilaku Bermasalah................................................... 10

BAB III TUJUAN KONSELING DAN PERAN KONSELOR

ANALISIS TRANSAKSIONAL

A. Tujuan Konseling Analisis Transaksional............................... 12

B. Peran Konselor dalam Konseling Analisis Transaksional....... 14

BAB IV DESKRIPSI PROSES KONSELING DAN TEKNIK

KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL

A. Deskripsi Proses Konseling...................................................... 16

B. Teknik Konseling Analisis Transaksional................................ 18

BAB V KELEBIHAN DAN KETERBATASAN SERTA

CONTOH PENERAPAN

A. Kelebihan Analisis Transaksional............................................ 20

B. Kelemahan Analisis Transaksional.......................................... 22

C. Contoh Penerapan Analisis Transaksional............................... 24

3

Page 4: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27

BAB I

4

Page 5: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Analisis transaksional (TA) adalah merupakan teori kepribadian dan sistem

yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa

disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu

waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak

lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik. Dalam

TA ada tiga sekolah diakui klasik, Schiffian (atau reparenting), dan redecisionaland

dua sekolah tidak resmi diidentifikasi sebagai reparenting diri dan korektif orangtua.

Redecisional sekolah yang telah diperoleh dalam menonjol dan merupakan fokus dari

bab ini.

Tujuan dari analisis transaksional adalah otonomi, yang didefinisikan sebagai

kesadaran, spontanitas, dan kapasitas untuk keintiman. Dalam mencapai otonomi orang

mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan baru (redecide), sehingga

memberdayakan diri mereka sendiri dan mengubah arah hidup mereka. Sebagai bagian

dari proses terapi TA, klien belajar bagaimana mengenali tiga status ego Parent,

Dewasa, dan Anak di mana mereka berfungsi. Klien juga belajar bagaimana perilaku

mereka saat ini sedang dipengaruhi oleh aturan-aturan yang mereka terima dan

dimasukkan sebagai anak-anak dan bagaimana mereka dapat mengidentifikasi

“lifescript” yang menentukan tindakan mereka. Pendekatan ini berfokus pada

keputusan awal bahwa setiap orang telah dibuat, dan menekankan kemampuan klien

untuk membuat keputusan-keputusan baru untuk mengubah aspek kehidupan mereka

yang tidak lagi bekerja.

TA adalah terpisah dari pendekatan terapeutik paling lain dalam kontrak itu dan

putusan. Kontrak, yang dikembangkan oleh klien, dengan jelas menyatakan tujuan dan

arah dari proses terapeutik. Klien dalam membangun TA dan arah tujuan mereka dan

menjelaskan bagaimana mereka akan berbeda saat mereka menyelesaikan kontrak

mereka. Kontraktual aspek dari proses terapi cenderung menyamakan kekuatan terapis

dan klien. Ini adalah tanggung jawab klien untuk memutuskan apa yang mereka akan

berubah. Untuk mengubah keinginan mereka menjadi kenyataan, klien diperlukan

untuk secara aktif mengubah perilaku mereka.

5

Page 6: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

B. Rumusan Masalah

Makalah ini membahas tentang Analisis Transaksional. Pembahasan dalam

makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian definisi analisis transaksional?

2. Bagaimana konsep dasar analisis transaksional?

3. Bagaimana asumsi perilaku bermasalah?

4. Apa tujuan konseling analisis transaksional?

5. Bagaimana peran konselor dalam analisis transaksional?

6. Bagaimana deskripsi proses konseling dalam teknik analisis transaksional?

7. Bagaimana teknik konseling menggunakan analisi transaksional?

8. Apa kelebihan dan kelemahan serta contoh penerapan analisis transaksional?

C. Tujuan Penulisan

Secara terperinci tujuan pembahasan dalam makalah Analisis Transaksional

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian definisi analisis transaksional.

2. Untuk mengetahui konsep dasar analisis transaksional.

3. Untuk mengetahui asumsi perilaku bermasalah.

4. Untuk mengetahui tujuan konseling analisis transaksional.

5. Untuk mengetahui peran konselor dalam analisis transaksional.

6. Untuk mengetahui deskripsi proses konseling dalam teknik analisis transaksional.

7. Untuk mengetahui teknik konseling menggunakan analisi transaksional.

8. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan serta contoh penerapan analisis

transaksional.

D. Manfaat Penulisan

Pembahasan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

1. Bahan diskusi pada mata kuliah Pendidikan Konseling Kelompok.

2. Bahan informasi dan telah yang berguna bagi pengembangan pengetahuan dan

wawasan tentang Analisis Transaksional.

6

Page 7: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

BAB II

DEFINISI, KONSEP DASAR, ASUMSI PERILAKU

BERMASALAH,

A. Definisi Analisis Transaksional

Dalam konseling terdapat beberapa pendekatan, salah satunya adalah

pendekatan konseling analisis transaksional. Menurut Corey (1990; 10, 373), analisis

transaksional dipelopori oleh Eric Berne (1910 – 1970 ) sekitar tahun 1950,

merupakan model yang bersandar pada aspek kognitif dan behavioral. Didesain

untuk menolong orang dalam mengevaluasi keputusan-keputusannya yang telah

dibuatnya pada masa yang lalu disesuaikan dengan ukuran yang sesuai dengan masa

kini. Pendekatan ini menyediakan kerangka transaksi antar orang, dan dalam diri

seseorang, berdasarkan pada konsep dari tiga status ego, yaitu orang tua, orang

dewasa dan anak-anak.

Penerapan analisa transaksional dalam psikoterapi menekankan pada

hubungan transaksional antara konselor dan konseli (interaksi, tindakan yang

diambil, tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu sama lain

untuk mencapai tujuan tertentu.

Transaksi merupakan persetujuan jual beli antara dua pihak, pelunasan

(pemberesan) pembayaran (seperti dalam bank). Transaksi menurut Berne

merupakan manivestasi hubungan sosial.

B. Konsep Dasar

Analisis Transaksional (AT) lebih menekankan pada aspek kognitif,

rasional dan behavioral tentang kepribadian serta berorientasi pada peningkatan

kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan dan rencana

baru bagi kehidupannya. Analisis Transaksional dipandang sebagai sesuatu yang

positif, karena manusia secara filosofis dapat ditingkatkan, dikembangkan dan diubah

secara langsung melalui proses yang aman, menggairahkan dan bahkan

menyenangkan. Secara keseluruhan dasar filosofis Analisis Transaksional bermula

dari asumsi bahwa semuanya baik atau OK, artinya bahwa setiap perilaku individu

mempunyai dasar menyenangkan dan mempunyai potensi serta keinginan untuk

7

Page 8: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

berkembang dan mengaktualisasikan diri. Di dalam melakukan hubungan dengan

orang lain, sangat perhatian dan mengayomi lawan bicaranya, mengundang individu

lain untuk senang, cocok dan saling mengisi, yang di dalam dasar teori dan praktek

AT disebut I`m OK and you`re OK (Saya Oke dan Anda Oke). Teori Analisis

Transaksional mendasarkan pada decisional model, artinya setiap individu

mempelajari perilaku yang spesifik dan memutuskan rencana hidupnya dalam

menghadapi hidup dan kehidupannya. Meskipun sewaktu masa kanak-kanak

dipengaruhi oleh orang tuanya atau orang lain akan tetapi individu memutuskan

sesuatunya secara khas.

Adapun konsep pokok dari analisis transaksional menurut Corey (2005)

adalah:

1. Pandangan tentang manusia. Analisis transaksional berakar pada filsafat yang

anti determinasi serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui

pengkondisian dan pemograman awal.

2. Perwakilan perwakilan Ego. Analisis transaksional adalah suatu system terapi

yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku

atau perwakilan ego yang terpisah; orang tua, orang dewasa dan anak

3. Scenario scenario kehidupan dan posisi psikologi dasar. Adalah ajaran ajaran

orang tua yang kita pelajari dan putusan putusan awal yang dibuat oleh kita

sebgai anak dewasa.

Kebutuhan manusia akan belaian. Pada dasarnya setiap manusia

memerlukan belaian dari orang lain, baik itu yang berlainan dalam bentuk fisik

maupun emosional.

Memahami konsep pokok AT tentang kepribadian manusia tersimpul dalam

istilah yang digunakan dalam teori ini. Yaitu Ego State, Transaksional, Games,

Stroke, Egogram, dan Skript.

1. Ego State (Keadaan Ego)

Ketika Berne menghadapi klien, ia menemukan bahwa kliennya kadang-

kadang berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti anak-anak, tapi di lain

kesempatan terlihat seperti orang tua atau orang dewasa. Berdasarkan

pengalamanya dengan klien itu, Berne berkesimpulan bahwa manusia memiliki

berbagai bentuk kondisi ego, atau disebutnya dengan ego state. Status ego

manusia itu ada tiga macam yaitu :

a. Orang tua (Parent = Exteropsyche)

8

Page 9: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

b. Dewasa (Adult = Neopsyche)

c. Anak-anak (Child = Archaeopsyche)

Kondisi ego orang tua (O) atau disebut oleh Berne dengan Exteropsyche

adalah prototype yang ditampilkan seseorang seperti layaknya seorang ayah atau

ibu. Yakni penampilan yang terikat kepada sistem nilai, moral dan serangkaian

kepercayaan. Bentuk nyatanya berupa pengontrolan, membimbing, membantu

mengarahkan, menasehati, menuntun atau dapat pula mengecam, mengkritik,

mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb.

Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu,

maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dikatakan dalam status ego orang

tua. Oleh karena setiap individu mempunyai pengalaman pendidikan, sikap,

pandangan dan pendapat yang khas dari kedua orang tuanya, maka setiap individu

akan berbeda status ego Orang tuanya.

Ada dua bentuk sikap orang tua yaitu:

a. Orang tua yang mengkritik-merugikan:

Ditunjukkan dengan sikap yang selalu menuduh, mencela, dan jika menerima

dirasa tidak mengenakkan dan mencemaskan.

b. Orang tua yang sayang:

Merupakan suatu sikap yang positif, misalnya mendorong,memberi semangat,

menerima, memberikan rasa aman, menghargai dan penuh perhatian.

Keadaan ego Dewasa (D) adalah reaksi yang bersifat realistis dan logis.

Status ego ini sering disebut komplek Karena bertindak dan mengambil keputusan

berdasarkan hasil pemerosesan informasi dari data dan fakta lapangan (realita).

Karena itu, Berne menyebut status ego ini dengan Neopsyche. Kata-kata yang

sering dipergunakan adalah benar, salah, praktis, dsb. Status ego dewasa dapat

dilihat dari tingkah laku yang bertanggungjawab, tindakan yang rasional dan

mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan

menggunakan akal.

Keadaan ego Anak-anak (A) atau archaeopsyche, merupakan keadaaan

dan reaksi emosi yang kadang-kadang adaptif, intuitif, kreatif, dan emosional,

tetapi kadang-kadang juga bertindak lepas, ingin terbebas dari pengaruh orang

lain. Kata-kata yang sering digunakan dapat berupa “Wah !”, Tidak mau. Tidak

bisa, dsb.

9

Page 10: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

Ketiga status ego dari Berne ini mempunyai perbedaaan nyata dengan

konsep Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego. Keunggulan konsep Berne

mengenai status ego ini, karena ketiga macam status ini dapat diamati secara

nyata, ketimbang konsep Freud yang abstrak.

Menurut Berne, ketiga macam statu ego ini, O, D, A, dapat dilihat secara

terpisah pada setiap orang. Artinya, dalam keadaan atau waktu yang berbeda

orang dapat menampilkan status ego yang berbeda pula. Orang normal (sehat)

adalah orang yang dapat melahirkan status ego yang sesuai dengan keadaan

lingkungannya.

Berne melukiskan adanya tiga macam bentuk ego yang berada dalam diri

seseorang. Normal, Kontaminasi (Campuran) dan Eksklusi. Normal adalah

bersifat terpisah, Kontaminasi adalah dua atau lebih status ego tercampur seperti

tercampurnya status ego O dengan A. Sedangkan eksklusi yaitu salah satu ego

yang menguasai seseorang dalam waktu yang lama sehingga menyingkirkan dua

ego lainnyaStruktur Kontaminasi Eksklusi Kepribadian Normal ( Delusion)

(Fixation).

Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika

masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-

kanak. Jika individu berbuat, berperasaan, bersikap seperti yang individu lakukan

pada waktu masih kecil, maka individu tersebut dalam status ego anak. Setiap

individu akan mempunyai pengalaman dan masa kanak-kanak yang berbeda-beda,

maka status ego anak untuk setiap individu akan berbeda. Sedangkan status ego

anak dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu:

a. Anak yang menyesuaikan: ini diwujudkan dengan tingkah

laku yang dipengaruhi oleh orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak

bertindak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan dan

patuh, sebagai akibatnya, anak akan menarik diri, takut, manja.

b. Anak yang wajar: akan terlihat dalam tingkah laku nya

seperti lucu, tergantung, menuntut, egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau

kalah dan pemberontak.

2. Transaksi

Transaksi merupakan inti dari konsep AT. Istilah transaksi sebenarnya

adalah istilah yang sering dipergunakan dalam lapangan komunikasi. Sesuai

10

Page 11: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

dengan teori ini, transaksi diatikan sebagai hubungan stimulus respons atau dua

ego state. Transaksi akan terjadi bila seseorang (A) memberikan rangsangan

(stimulus) kepada orang lain (B), B memberi respons dan pada gilirannya respons

B itu menjadi stimulus bagi A dan begitu seterusnya.

Menurut Berne, transaksi itu terjalin antar ego state. Kalau dua orang

beraada pada suatu ruanngan, berarti pertemuannya 6 ego state. Dari sudut Ego

state ini, Berne mengemukakan adanya 3 macam, yaitu transaksi yang bersifat

Komplementer, Crossed (Silang) dan Ulterior (tersamar atau semu).

Transaksi Komplementer adalah transaksi antar dua ego state yang sama,

seperti O dengan O, D dengan D, atau A dengan A Transaksi O-O lihatlah orang

yang tengah bertengkar. Contoh D-D seperti seminar. Contoh A-A orang lagi

pacaran.

Transaksi silang merupakan transaksi antar dua ego state yang berbeda. Ada tiga

bentuk dengan contohnya: O–D (ujian skripsi), O–A (guru di kelas) D–A (dokter-

pasien).

Transaksi tersamar atau semu adalah transaksi antar dua ego namun diikuti

terjadinya transaksi dua ego lain yang tidak kelihatan atau tertutup, namun

dirasakan oleh orang yang melakukannya. Transaksi yang tak kelihatan itu

mengandung kesan psikologis.

Bentuk ketiga transaksi tersebut adalah : Komplementer, Silang, Tersamar

Dari ketiga macam transaksi tersebut diatas, maka transaksi yang baik adalah

Transaksi antara ego state Dewasa dengan Dewasa, karena lebih bersifat realities

dan logis.

3. Permainan (Games)

Komunikasi antara dua manusia sebenarnya bagaikan sebuat permainan

(games), ada yang kalah (korban) dan ada pula yang menang (penindas). Orang

yang kalah atau menang dapat silih berganti. Kalau yang kalah berhasil mencari

penyelamatan, dia akan bergerak menjadi penindas dan mengeser lawannya jadi

korban, dan begitulah seterusnya.

Orang menjadi pemenang akan merasa puas. Penindas diinndikasikan

bilamana ia berhasil menggunakan egostate O. Namun bila lawannya berhasil

mencari penyelamatan dan kemudian menggunakan egostate O terhadapnya ia

11

Page 12: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

akan merasa terhina. Sehingga oleh Compos disebut Orang yang menang disebut

pendulang kopon emas, dan yang kalah disebut pengumpul kopon cokelat.

Oleh karena itu perilaku seseorang dapat berubah dalam setiap transaksi

dengan orang lain. Kadang-kadang dia bersifat penindas, dan kadang-kadang

sebagai korban. Perubahan bentuk peranan ini dapat digambarkan dalam drama

segi tiga (threangle) di bawah. Penindas Penyelamat Korban.

4. Stroke (Dorongan atau Perhatian)

Dalam teori analisis transaksional, stroke biasa diartikan belaian. Sebuah

belaian merupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang

optimal kepada individu. Belaian ini merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi

sosial dan menyehatkan. Belaian ini tidak hanya dibutuhkan dan terjadi pada

anak, akan tetapi juga pada masa dewasa dan belaian yang diterima atau yang

diberikan akan menguatkan posisi hidup seseorang.

Menurut Corey (1990: 379), stroke diartikan semacam pengakuan untuk

berkomunikasi satu sama lain. Stroke positif berupa ungkapan yang menyejukan,

stroke negatif berupa penolakan. Penstrokan positif harus ada dalam konseling

demi perkembangan psikologis yang sehat.

Interaksi antar manusia membutuhkan stroke atau berupa dorongan atau perhatian

agar tercipta perubahan.

Stroke ini dapat dibedakan atas stroke negatif dan positif, stroke bersyarat

dan tanpa syarat.Stroke positif adalah stroke yang mengakibatkan seseorang

merasa dihargai dan diperhatikan sehinga menimbulkan motivasi yang kuat

baginya untuk melakukan perubahan. Stroke negatif adalah yang mengakibatkan

seseorang merasa kecewa atau penyesalan. "Saya tidak jadi berimu hadiah, karena

kamu telat" Stroke bersyarat adalah dorongan atau perhatian yang diberikan bila

dia berhasil melakukan suatu prasyaratnya terlebih dahulu. “Kamu akan saya

sayangi bila kamu patuh”. Sedangkan stroke tanpa syarat seperti “ Ibu

menyayangimu nak“

5. Skript (Script)

Istilah skript bagi Berne dipergunakan untuk menunjukan pola kehidupan

yang dapat berwujud cara bertingkah laku yang diyakini, sebagai cara, nasib, atau

modus bagi dirinya. Tidak jarang pula skript boleh menjadi batas atau standar

12

Page 13: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

sukses yang ditanamkan orang tuanya. Skript ini bisa mempengaruhi interaksi

seseorang dengan orang lain. Kendatipun hal ini tidak disadarinya. Skript ini bisa

mempengaruhi sehat tidaknya (OK tidak OK) seseorang dalam memandang diri

dan lingkungannya. Skript ini menurut AT dapat dirubah dengan memahami

kembali atau mendefinisikannya kembali melalui interaksi seseorang dengan

terapist.

6. Egogram (Takaran Energi Ego)

Istilah Egogram dikembangkan oleh Dusay yang dipakai untuk menunjukan

fungsi dan besarnya kekuatan energi yang terdapat pada masing-masing ego state,

terutama yang berhubungan dengan aspek emosional. Kendatipun Berne membagi

ego state atas O, D dan A, Dusay membagi Egogram manusia atas 5 macam yang

dikembangkan dari Ego state tersebut.

Status Ego Egogram

Parent : Orang tua (O)

Critical Parent : Kritikan O (KO)

Nurturing Parent : Pemeliharaan O (PO)

Adult : Dewasa (D)

Child : Anak-anak (A)

Free Child : Kebebasan Anak (KA)

Adapted Child : Adaptasi Anak (AA)

Kelima macam Egogram ini mempunyai energi yang berbeda untuk setiap

orang. Perbedaan energi egogram inilah yang menyebabkan perbedaan

kepribadian seseorang.

Orang yang rendah energi KO, bersifat mudah tergoda, rendah NO kesepian

atau depresi, rendah D kesulitan konsentrasi atau memecahkan masalah, rendah

KA kehilangan kreativitas, intuitif dan semangat hidup, sedangkan rendah AA

bersikap tidak kompromi atau konfrontasi.

Seseorang yang baik jadi Konselor adalah punya D sangat tinggi, PO lebih tinggi

dari KO, AA lebih rendah dari KA serta sangat rendah KA

Life Position (posisi hidup)

Merupakan akibat dari suatu keputusan yang dibuat dalam rangka merespon

bagaimana reaksi figure orang tua terhadap ekspresi awal anak akan kebutuhan

13

Page 14: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

dan perasaanya, serta merupakan komponen dasar dari individu. Harris

mendaskripsikan empat sikap hidup terhadap diri sendiri dan orang lain, yaitu :

a. I`m OK-You`re OK

Posisi ini merefleksikan bahwa individu mempunyai kepercayaan terhadap diri

sendiri dan percaya pada orang lain. Individu tidak takut berhubungan dengan

orang lain.

b. I`m OK-You`re not OK

Posisi ini merefleksikan bahwa individu membutuhkan orang lain akan tetapi

tidak ada yang dianggap cocok, individu merasa superior, merasa mempunyai

hak untuk mempergunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya.

c. I`m not OK-You`re OK

Posisi ini merefleksikan bahwa individu merasa tidak terpenuhi kebutuhannya

dan merasa bersalah.Posisi ini merupakan posisi yang paling umum yang biasa

disebut depresif. Individu merasa bersalah, inferior, depresi, ketidakpercayaan

dan rasa takut.

d. I`m not OK-You`re not OK

Posisi ini merefleksikan bahwa dirinya merasa tidak baik dan orang lain pun

juga tidak baik, karena tidak ada sumber belaian yang positif, individu akan

menyerah dan merasa tidak berdaya.

C. Asumsi Perilaku Bermasalah

Setiap individu dalam kehidupannya tidak ada yang sepi dari masalah. Adanya

kekuatan internal dan eksternal dalam perejalanan hidup seseorang akan berpengaruh

besar bagi pembentukan dan perkembangan kepribadian seseorang. Jika kedua faktor

tersebut dapat dikelola dengan baik, maka individu akan memiliki tingkah laku sehat.

Sebaliknya jika ia tidak memfungsikannya dengn baik maka ia akan menjadi

individu yang bermasalah. Individu bermasalah menurut teori analisis transaksional

terjadi karena:

a. Ia tidak memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang bermakna bagi

dirinya pada awal-awal kehidupannya, karena sangat mudah terkontaminasi oleh

faktor-faktor diluar dirinya. Ia tidak kuasa untuk melawan sesuatu yang diluar

kekuasaan dirinya. Sehingga ia tidak dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan

keinginannya. Individu semacam ini akan terbelenggu dengan keputusan yang

telah diambilnya karena ia tidak mampu melawan. Faktor eksternal sangat

14

Page 15: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

mendominasi dirinya. Kekuatan internal yang dimilikinya tak berfungsi dengan

baik. Sehingga ia akan menjadi individu yang lemah, kurang percaya diri dan

motivasi menuju kesuksesan rendah.

b. Individu tidak mempunyai kemampuan untuk memahami keputusan-keputusan

yang mereka buat pada masa lalu. Ia memiliki keterbatasan untuk dapat

memahami dirinya sendiri, tentang keputusan yang telah diambilnya. Karena

keterbatasan ini biasanya ia sangat kesulitan ketika harus berhadapan dengan

sesuatu yang baru yang mengharuskan dia mengubah keputusan yang telah

diambilnya. Ia akan menjalani kehidupannya dengan tanpa arah.

c. Pengaruh lingkungan yang sangat dominant dalam membentuk perilaku, pikiran

dan perasaan individu. Jika ia berada dalam lingkungan yang positif tentu akan

menguntungkan bagi dirinya, tetapi bila ia berada dalam lingkungan yang tidak

mendukung bagi hidup dan kehidupannya, maka ia akan menjadi individu yang

bermasalah sepanjang hidupnya. Desakan-desakan orang penting dalam

lingkungannya sangat berpengaruh bagi pembentukan kepribadiannya. Asumsi

tingkah laku bermasalah akan terjadi jika lingkungan dimana ia tinggal sangat

tidak kondusif.

d. Individu kurang memiliki kesadaran akan pentingnya sebuah kemandirian. Meski

ia punya peluang untuk mempebaiki keputusannya dimasa lalu yang dianggapnya

kurang sesuai, tapi ia tidak dapat secara mandiri membuat keputusan yang

menguntungkan bagi dirinya. Individu semacam ini biasanya menggantungkan

hidupnya pada orang lain. Ia tidak akan merasa memiliki makna hidup tanpa

bantuan orang lain.

e. Individu yang memiliki ketidakseimbangan diantara ketiga ”ego state” yang

dimilikinya. Ia tidak dapat memfungsikan kapan ego orang tua harus diperankan,

kapan ego dewasa dan ego anak-anak dijalankan dalam menghadapi masalah yang

sedang ia hadapi. Ego orang tua yang pengkritik dan tidak demokratis kadang

mendominasi ego dewasa dan ego anak-anak, ego dewasa yang paling realistis

kadang mendominasi ego orang tua yang penyayang dan ego anak-anak, atau

kadang-kadang ego anak-anak yang mengalahkan ego-ego lainnya. Jika ketiga

ego state ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak berperan pada waktu

dan tempatnya, maka individu ini akan bermasalah dalam hidupnya.

15

Page 16: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

BAB III

TUJUAN KONSELING DAN PERAN KONSELOR ANALISIS

TRANSAKSIONAL

Sasaran dasar dari analisis transaksional, adalah menolong klien untuk membuat

keputusan baru mengenai perilaku mereka pada saat ini dan arah hidup mereka. Para

individu mempelajari alternatif dari cara hidup yang banci dan deterministik. Esensi dari

terapi ini adalah menggantikan suatu gaya hidup yang berciri memainkan permainan dan

suratan hidup menaklukkan diri sendiri yang manipulatif dengan gaya hidup yang berciri

kesadaran, spontanitas dan keakraban.

Tugas terapis adalah menolong klien mendapatkan perangkat yang diperlukan untuk

mendapatkan perubahan. Terapis mendorong serta mengajar klien untuk menaruh

kepercayaan pada Orang Dewasa mereka sendiri dan bukan pada Orang Dewasanya

terapis. Praktik AT kontemporer menekankan bahwa tugas kunci konselor adalah

menolong klien untuk menemukan kekuatan internal mereka untuk mendapatkan

perubahan dengan jalan mengambil keputusan yang lebih cocok sekarang, sebagai lawan

dari terus saja hidup berdasarkan keputusan yang telah mereka buat pada masa kanak-

kanak. Tugas sebenarnya dari terapis adalah membiarkan klien menemukan kekuatan

mereka sendiri.

A. Tujuan Konseling Analisis Transaksional

Konseling analisis transaksional bertujuan untuk membantu individu

mencapai kemandirian. Individu dikatakan mencapai kemandirian bilamana ia

memiliki :

a. Kesadaran, yaitu pemahaman yang realistis tentang dunianya.

b. Spontanitas, yakni kemampuan untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk yang

tidak terhalangi dan bebas dari permainan.

c. Keakraban, yaitu kemampuan untuk berbagi kasih sayang dan kedekatan dengan

orang-orang lain.

Menurut Mary Goulding (1987), esensi terapi mengambil keputusan ulang

terdiri dari perubahan kontraktual. Dengan melalui kerjasama, konselor dan klien

menegakkan sasaran terapi yang spesifik. Kemudian klien dibantu dalam hal

memegang kontrol atas pikiran, perasaan dan perbuatan meraka.

16

Page 17: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

Berbagai pandangan selain dari sasaran AT yang telah disebutkan, dan

beberapa diantaranya tujuan konseling menurut Corey (1990: 385) adalah:

a. Menjadi katalisator untuk memungkinkan klien memobilisasikan usaha mereka

(Dusay & Dusay, 1989)

b. Menolong klien untuk bisa mengadakan ”perceraian” baik-baik dengan orang tua

meraka (Berne, 1964)

c. Menolong klien mendobrak sederetan impas yang bermuara dari injunksi dan

keputusan awal (M.Goulding & Goulding, 1979)

d. Mengajar klien untuk bergerak bebas diantara status anak-anak, Orang Dewasa

dan Orang Tua (Haris, 1967)

Tujuan konseling analisis Transaksional :

a. Membantu klien dalam memprogram pribadinya.

b. Klien dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain, dan menjadi

orang mandiri dalam memilih apa yang mereka inginkan.

c. Klien dibantu mengkaji keputusan yang telah dibuat dan membuat keputusan

baru atas dasar kesadaran.

d. Teknik-teknik daftar cek, analisis script atau kuisioner digunakan untuk

mengenal keputusan yang telah dibuat sebelumnya.

e. Klien berpartisipasi aktif dalam diagnosis dan diajar untuk membuat tafsiran

dan pertimbangan nilai sendiri.

f. Teknik konfrontasi juga dapat digunakan dalam analisis transaksional dan

pengajuan pertanyaan merupakan pendeatan dasar. Untuk berlangsungnya

konseling kontrak antara konselor dan klien sangat diperlukan.

Jadi dari beberapa pemapaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

konseling analisis transaksional dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Tujuan umum konseling Analisis Transaksional adalah menyadarkan

klien akan hambatan-hambatan yang diciptakannya sendiri dalam bertransaksi

dengan orang lain, dan kemudian mengembangkan pola-pola interaksi sosial yang

sesuai dengan situasinya.

b. Tujuan khusus konseling Analisis Transaksional adalah (1) membantu

klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan, (2) membantu

mengembangkan kepastian diri dalam menggunakan status ego yang cocok, (3)

membantu klien mengembangkan status ego dewasa yang rasional, obyektif dan

17

Page 18: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

logis, (4) membantu klien membebaskan dari rencana hidup (spirit) yang kurang

cocok dan menggantinya dengan rencana hidup yang baru dan lebih produktif.

B. Peran Konselor

Menurut Corey (1990: 385), Analisis transaksional didesain untuk

mendapatkan pemahaman emosional dan juga intelektual, tetapi dengan difokuskan

pada aspek-aspek yang jelas dan rasional, peranan terapis sebagian besar terletak

pada menaruh perhatian pada isu kognitif dan didaktis. Konselor berperan membantu

klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu yang tidak menguntungkan, yaitu

yang menentukan keputusan awal, menggunakan rencana hidup, serta

mengembangkan strategi dalam hal menangani orang-orang pada saat ini ingin

mereka pertimbangkan kembali.

Tugas konselor adalah menolong konseli mendapatkan media yang

diperlukan untuk mendapatkan perubahan, mendorong serta mengajar konseli untuk

menaruh kepercayaan pada Orang Dewasa mereka sendiri dan bukan pada Orang

Dewasanya terapis, menemukan kekuatan internal mereka untuk mendapatkan

perubahan dengan jalan mengambil keputusan yang lebih cocok saat ini.

Selanjutnya peran konselor dalam konseling, menurut Corey (1990: 387), adalah

menjalin hubungan penyembuhan antara Terapis/konselor dan Klien/konseli.

Dusay dan Dusay dalam Corey (1990: 387) menulis bahwa terapi AT

didasarkan pada persetujuan Orang Dewasa dan Orang Dewasa antara terapis dan

klien mengenai sasaran dan proses. Terapis mengajukan pertanyaan yang merupakan

bagian dasar dari terapi kontraktual: ”Bagaimana saya dan Anda tahu pada waktu

Anda telah mendapatkan apa yang Anda cari dengan datang kemari?” Sikap dasarnya

adalah bahwa mereka itu bersekutu dan mau kerja sama untuk mencapai sasaran

yang sama-sama disetujui. Selama kegiatan terapi itu berjalan, demikian Dusay dan

Dusay menulis, terapis dan klien menentukan pertanggungan jawab mereka dalam

hal mencapai sasaran. Terapis tidak menganggap dirinya pemegang peran yang pasif

dan sebagai penonton, dan si klien pun tidak duduk secara pasif dan menunggu

terapis dan memberikan mukjizat penyembuhan.

Penekanan yang diberikan pada kontrak spesifik merupakan salah satu dari

sumbangan AT yang utama pada konseling dan terapi. Pendekatan kontraktual dari

AT didasarkan pada suatu harapan bahwa klien memfokus pada sasaran mereka dan

18

Page 19: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

ada komitmen. Pendekatan itu menekankan pada bagian dari pertanggungjawaban

dan menyediakan tumpuan untuk memulai pekerjaan.

Dengan jelas pendekatan kontraktual menyertakan pertanggungjawaban

bersama. Dengan berbagi tanggungjawab dengan terapis maka klien menjadi rekan

dalam tugas perawatannya. Ada beberapa implikasi yang terkait dengan hubungan

ini. Pertama, tidak ada kesenjangan yang tidak bisa dijembatani mengenai saling

pengertian antara klien dan terapis. Mereka saling memiliki kosa kata dan konsep

yang sama dan memiliki pemahaman terhadap situasi yang ada. Kedua, selama

dalam kegiatan terapi ada persamaan hak antara klien dan terapis. Ini berarti bahwa

klien tidak dipaksa untuk mengungkapkan kata apapun yang tidak ingin ia

ungkapkan. Ketiga, kontraknya mengurangi status diferensialnya dan menekankan

kesamaan hak antara klien dan terapis.

19

Page 20: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

BAB IV

DESKRIPSI PROSES KONSELING DAN TEKNIK KONSELING

ANALISIS TRANSAKSIONAL

Berikut ini adalah deskripsi singkat dari proses dan prosedur dalam praktek

Konseling Analisis Transaksional. Selanjutnya juga dipaparkan tentang teknik konseling

Analisis Transaksional.

A. Deskripsi Proses Konseling

Deskripsi proses konseling dalam analisis transaksional menurut Corey (1990:

388) adalah sebagai berikut.

1. Analisis struktural.

Analisis struktural menolong mereka untuk menyelesaikan pola yang

dirasakan telah menjeratnya. Analisis itu menjadikan mereka dapat menemukan

pada status ego di mana dia berpijak.

Dua problema yang berhubungan dengan struktur kepribadian dapat

dijadikan pertimbangan oleh analisis struktural. Kontaminasi ada manakala isi dari

sebuah status ego bercampur dengan yang lain. Kontaminasi dari si Orang Tua

biasanya dimanifestasikan dalam bentuk gagasan serta sikap yang berdasar

prasangka, kontaminasi dari pihak Anak-anak mencakup persepsi realitas yang

rancu. Contoh dari ungkapan yang merefleksikan kontaminasi dari Orang Tua

adalah “Jangan bergaul dengan orang-orang di luar kelompok kita”; mereka akan

selalu mengakalimu”; “Anak muda tidak bisa kita handalkan”. Contoh adanya

kontaminasi dari Anak-anak adalah ungkapan-ungkapan sebagai berikut

“Semuanya selalu menyalahkan saya”.

Orang yang mengalaminya mungkin terbatas dalam hal mengadakan

hubungan terutama sebagai Orang Tua, sebagai Anak-anak, sebagai Orang

Dewasa.

Mereka sering berperilaku dengan cara mendominasi dan otoriter. Anak-

anak Konstan yang mengeklusi Orang Dewasa dan Orang Tua, dalam keadaan

yang ekstrim, adalah seorang psikopat yang tanpa hati nurani.

2. Analisis transaksional.

Analisis transaksional pada dasarnya adalah suatu dekripsi tentang apa

20

Page 21: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

yang dikerjakan dan dikatakan orang itu tentang dirinya sendiri dan tentang orang

lain. Ada tiga jenis transaksi: komplementer, lintas dan tersembunyi. Transaksi

komplementer terjadi manakala pesan yang dikirim dari status ego yang

sebelumnya dari status ego spesifik dari orang lain. Contohnya ialah transaksi

Anak-anak/Anak-anak seperti yang dilukiskan pada Gambar 9-4 (Corey, h.390).

Transaksi lintas terjadi mana kala suatu tanggapan yang tidak diramalkan diberikan

terhadap pesan yang dikirimkan seseorang.

Transaksi itu menyangkut lebih dari dua status ego, dan sebuah pesan

terselubung dikirimkan.

3. Pemodelan keluarga.

Pemodelan keluarga, satu pendekatan lagi yang dipakai dengan analisis

sruktural, terutama berguna untuk menangani Orang Tua Konstan. Diskusi,

perbuatan, dan evaluasi yang kemudian menyusul akan bisa meningkatkan

kesadaran tentang situasi yang spesifik dan makna personal yang oleh klien masih

dianggap berlaku.

4. Analisis dari ritual dan waktu senggang

Analisis atas suatu transaksi mencakup identifikasi ritual dan masa

senggang yang digunakn untuk menstrukturkan waktu. Orang yang mengisi

hari-harinya terutama dengan ritual dan masa senggang mungkin mengalami

kekurangan stroke, dan oleh karenanya dia tidak memiliki keakraban dalm

bertransaksi dengan orang lain.

5. Analisis permainan dan raket

Analisis dari permainan dan raket merupakan aspek penting untuk

memahami transaksi dengan orang lain. Bagi sebagian besar permainan,

yang menjadi klimks adalah perasaan “tidak enak” yang dialami si pemain.

Belajar memahami raket seseorang dan bagaimana raket itu berkaitan

dengan permainan, keputusan, dan suratan hidup orang itu merupakan

proses yang penting dalam terapi AT. Manakala dia akhirnya bisa

menyimpulkan perasaan depresi dalam hal ini bagi orang yang telah

mengikutsertakan pesan “Jangan ada di dunia ini”. Seseorang mungkin

belajar untuk mengkonversikan amarah menjadi kepedihan dan pada

akhirnya depresi setelah bertahun-tahun berbenturan dalam keadaan marah,

tidak pernah menyuruh agresor itu untuk berhenti.

Raket mencakup “pengumpulan perangko” yang dihari kemudian

21

Page 22: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

diperdagangkan untuk dibayar dengan harga psikologis. Pendekatan murni macam

apapun yang datang dari orang lain akan langsung ditamengi oleh penolakannya

untuk menerima apapun dari siapapun.

Raket sama pentingnya dengan permainan dalam hal memanfaatkan orang

lain, oleh karena raket merupakan metode utama dalam hal menopengi manusia

dari dunia nyata kompeten untuk bisa memilah-milah antara amarah, kesedihan,

dan rasa takut yang digunakan sebagai raket dengan ungkapan emosi yang jujur.

6. Analisis suratan

Aspek penting dari suratan hidup adalah pemaksaan kualitas yang

menggiring orang untuk memainkannya.

Pada mulanya penyuratan terjadi secara non verbal pada masa balita, dari

pesan-pesan orang tua. Kemudian, penyuratan terjadi baik secara langsung maupun

tidak langsung. Misalnya, dalam suatu keluarga pesan-pesan seperti berikut ini

mungkin bisa diberikan: “Di keluarga ini, orang laki-laki menjadi tuan di rumah”.

“Kalau kau seperti itu, kau tak akan pernah bisa naik ke bukit kacang”. “Jangan

pernah mempertanyakan hak kekuasaan saya, dan kau harus berusaha untuk

bersikap hormat dan patuh”.

Analisis suratan merupakan bagian dari proses terapeutik yang akan bisa

mengidentifikasi pola hidup yang diikuti oleh klien. Analisis itu bisa menunjukkan

kepada klien suatu proses yang darinya bisa didapatkan suratan dan jalan di mana

mereka bisa menghalalkan perbuatan suratan meraka.

Analisis suratan membuka kemungkinan dipilihnya alternatif baru pada

saat orang menjalani kehidupan, mereka tidak perlu lagi merasa dipaksa untuk

melakukan permainan demi terkumpulnya pembayaran upah untuk menghalalkan

suatu tindakan tertentu yang dihadirkan dalam suratan hidup mereka.

Analisis suratan bisa dilaksanakan dengan sarana daftar isian suratan yang

berisi butir-butir yang ada hubungannya dengan posisi hidup, raket, dan permainan

yang kesemuanya merupakan komponen fungsional kunci dari suratan hidup orang

itu.

B. Teknik Konseling Analisis Transaksional

Menurut Corsini (2003: 373), manajemen teknik konseling analisa

transaksional meliputi beberapa hal, yang dipaparkan sebagai berikut :

1. Pengaturan (Setting)

22

Page 23: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

Tempat pertemuan untuk konseling TA dapat menggunakan ruang-

ruang dalam rumah, dalam kantor ataupun di tempat-tempat formal lainnya.

Berne lebih menyukai tempat atau ruangan yang indah, cahayanya terang,

dan tidak gaduh. Alat perekam diperlukan terutama berkaitan dengan

supervisi, pelatihan dan penilaian terhadap konselor.

2. Hubungan

Konselor harus menjaga hubungan terutama dalam hal kerahasiaan konseli

dalam proses konseling dan konselor telah menyediakan alat untuk pengungkapan

diri konseli misalnya data konseli, panduan wawancara, dan kuesioner.

Konselor harus bersikap ramah, gaul dan nyantai , serta bersikap

informal dengan konselinya, menggunakan bahasa sehari-hari.

3. Problem-problem Konseli

Karena problem-problem konseli tidak dapat dikelompokan, maka

dalam melaksanakan konseling analisis transaksional, konselor harus

menggunakan status atau sifat ego Dewasa dan diharapkan pihak konseli

menyesuaikan dengan menggunakan status ego Dewasa sehingga hubungan

antara konselor dan konseli berkualitas dan mengarah pada target-target

tertentu.

23

Page 24: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

BAB V

KELEBIHAN DAN KETERBATASAN SERTA CONTOH

PENERAPAN

Dalam semua teori pendekatan konseling, terdapat kelebihan dan keterbatasan.

Dalam teori pendekatan konseling analisis transaksional ini dipaparkan contoh penerapan.

A. Kelebihan dan Keterbatasan

1. Kelebihan

Menurut Corey (1999: 396), kelebihan atau manfaat pendekatan

Analisis Transaksional adalah :

a. Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah

menggunakannya.

b. Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.

c. Integrasi antara konsep dan praktek AT dengan konsep tertentu dari terapi

Gestalt amat berguna karena konselor bebas bebas menggunakan prosedur dari

pendekatan lain.

d. Memberikan sumbangan kepada konseling multi kultural karena konseling

diawali dengan larangan mengkaitkan permasalahan pribadi dengan

permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri.

Dengan melihat Konsepsi, penekanan, pelaksanaan serta penerimaan pada

klien, maka ada beberapa kebaikan dari AT:

a. Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia.

Seperti telah disebutkan pada bab terdahulu, AT memandang manusia dapat

berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah

yang memungkinkan manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia

bermasalah sekalipun dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh.

Karena itu AT lebih Optimis dan realistis memandang manusia.Bila kita

bandingkan dengan Psikoanalisa, Freud, AT nampak selangkah lebih maju.

Psikoanalisis memandang manusia deterministik.

Perilaku manusia bagaikan suatu rotasi dari pengalaman masa kecil,

kendatipun pengalaman masa kecil itu tak diingatnya lagi (Unconscious). AT

24

Page 25: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

tidak menolak adanya pengaruh masa kecil ini. Konsepnya tentang skript

kehidupan mengakui adanya kontribusi pengalaman masa kecil atas kehidupan

sekarang. Tapi karena manusia punya kehendak dan kemauan untuk bebas,

“pengalaman itu dapat dirubah “ (Shertzer & Stone, 1982, 237).

Skript kehidupan manusia diakui AT bersisi dua, ada yang negatif dan ada

yang positif. Sesuai dengan nilai-nilai yang diterimanya dari orang tuanya atau

interaksinya dengan lingkungan. Karena skrip itu mempengaruhi seseorang

untuk mengambil kesimpulan, maka keputusan orang itu dapat Oke atau Tidak

Oke terhadap diri dan lingkungannya. Hal ini juga lebih realitis dari konsep

Rogers yang memandang manusia baik, rasional dapat dipercaya, dapat

mengubah dirinya lebih baik atau dapat merealisasikan dirinya menjadi makhluk

Insanul Kamil.

b. Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.

Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah klien agar dia punya

kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk menentukan pilihannya. Untuk

mengatasi masalah klien itu, AT berusaha membangkitkan kemauan dan

kemampuan orang dengan melakukan analisis interaksinya dengan orang lain.

Hal ini dimulai dengan mennganalisis interaksinya dengan terapist. Analisis

seperti di atas, analisis interaksi klien dengan terapist atau orang lain, adalah

persoalan interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and now).

Metoda analisis struktur, status ego dengan egogram, analisis permainan

semuanya merupakan analisis terhadap perilaku yang di tampilkan klien pada

saat ini, di sini di hadapan konselor. Kalau analisis itu (struktur, ego state, dan

mainan) tidak mencapai hasil baru AT menggunakan analisis skrip, yang

orientasinya pada masa lalu. Alternatif ini dipergunakan AT sebagai cara

terakhir, bila analisis sebelumnya gagal merenggut hasil

c. Mudah Diobservasi.Banyak teori yang lahir dibelakang labor ilmiah, tak

terkecuali untuk teori-teori Psikologi.

Pada umumnya teori yang muncul dari laboratorium itu sulit diamati karena

itu terlihat abstrak, sehingga kadang-kadang tak jarang pula yang hanya

merupakan konstruk pikiran manusia penemunya.

Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A) adalah

konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap interaksi atau komunikasi

manusia.Status ego Berne jauh lebih observable dari teori Freud mengenai Id,

25

Page 26: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

Ego dan Super Ego, yang hanya dapat dijadikan konstruk pikiran kita atas

perilaku seseorang. Lain dengan Ego Orang tua, Dewasa dan Anak, dia dapat

diamati secara jelas tanpa menggunakan laboratorium. Begitu juga dengan sikap

dasar manusia yang memilah manusia atas 4 posisi (saya tidak oke-kamu yang

oke, saya dan kamu tidak oke, saya oke-kamu tidak oke, dan saya dan kamu oke)

yang dikembangkan Harris, jauh lebih maju dari konsep karen Horney yang

hanya mengemukakan 3 disposisi manusia. Helpless (minta pertolongan),

hostility (menyerang) dan issolation (mengasingkan diri) (Bischof, 1970, 212).

Horney membagi 3 disposisi ini dari sudut orang lain. Helpless, punya arah

gerak kepada orang lain (Moving toward people). Menyerang merupakan arah

menentang orang lain (moving againts people), sedangkan isolasi punya arah

melarikan diri dari orang lain (moving away from people).Sedangkan Harris

membagi sikap dasar manusia itu atas dasar pandangan terhadap diri sendiri dan

orang lain. Karena itu, konsep ini lebih maju dari Horney yang hanya melihat

dari orang lain saja, pandangan terhadap diri sendiri juga mempengaruhi

hubungan dengan orang lain.

d. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi

Fokus AT terpusat pada cara bagaimana klien berinteraksi, maka

treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-kata yang

dipergunakannya dalam berkomunikasi. Analisis terhadap interaksi klien

pada ruangan konseling, memberi kesempatan kepada klien untuk

memperbaiki cara interaksinya dan komunikasinya baik di dalam ruangan

Konseling. Karena itu, AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap,

persepsi, atau pemahamannya tentang dirinya tetapi sekaligus

mempunyai sumbangan positif terhadap keterampilan berkomunikasi

dengan orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh pendekatan

lainnya.

2. Keterbatasan

Disamping decak kagum orang atas ajaran Berne ini, yang telah berhasil

merekrut teori-teori komunikasi kelapangan psikologi, bukanlah berarti teori ini

tidak punya kelemahan, banyak kritik dilontarkan pada AT, diantaranya :

26

Page 27: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

a. Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment

AT mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-klien harus terjadi

antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya menghendaki bahwa klien mengikat

kontrak secara realistis, sebagai orang yang membutuhkan pertolongan.

Tetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak klien yang

punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak realistis. Karena itu, sulit

tercapainya kontrak, karena ia tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang

sebenarnya diinginkannya. Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan.

Hal semacam ini dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.

b. Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego.

Apakah ungkapan klien termasuk status Ego Orang tua, Dewasa, atau

Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif. Mungkin dalam hal yang

ekstrim tidak ada perbedaan dalam menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu

mendekati dua macam status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda

antara orang yang satu dengan yang lainnya. Kesalahan atau perbedaan dalam

menafsirkan status ego ini telah dibuktikan oleh Thomson dalam Dusay

(Corsini, 1984) yang telah merekam suatu wawancara konseling, kemudian

kepada konselor dan calon konselor AT disuruh menganalisis wawancara itu

dari 3 macam status ego. Hasilnya memperlihatkan adanya perbedaan

penafsiran diantara konselor dan calon konselor tadi.

Di pihak lain error dari pihak klien mungkin pula muncul kepermukaan.

Secepat ia memasuki ruangan konseling secepat itu pula terjad perubahan pola

komunikasinya. Interaksinya diluar ruangan konseling tidak sama dengan

didalam ruangan konseling. Bisa diluar lebih baik dengan menampilkan status

ego dewasa, tapi di dalam ruangan konseling lebih banyak menampilakn status

ego Anak-anak.

Latar belakang kebudayaan serta bahasa sangat mempengaruhi

pemahaman mengenai status ego ini. Karena itu analisis terhadap status ego ini

bila antara konselor dengan klien punya latar belakang kebudayaan dan bahasa

yang sama. Dan adalah sangat sulit terciptanya penafsiran yang sama pada

masyarakat yang punya strata sosial berbeda, paternalis dsb. Perbedaan dalam

memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya kesamaan dalam menakar

egogram klien.

27

Page 28: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

c. Kurang Petunjuk Mengenai Tingkah laku Konselor

Bagi orang yang ingin mempraktikkan AT ini perlu petunjuk bagaimana

menganalisis transaksi itu secara tepat dan hemat. Termasuk persoalan bentuk-

bentuk responsnya, dan konten dari ungkapan klien. Mungkin di atas telah

disebutkan adanya analisis struktur, permainan, Skrip dengan penggunaan

beberapa teknik, namun teknik mana yang dipakai dalam menganalisis itu

tidak / belum dikembangkan secara khusus dalam teori AT ini. Karena belum

adanya petunjuk khusus ini, orang menganggap AT kurang terinci, karena

tidak ada petunjukanya

Menurut Corey (1990: 398), keterbatasan pendekatan konseling AT

adalah:

a. Banyak terminologi atau istilah yang digunakan dalam Analisis

Transaksional cukup membingungkan.

b. Penekanan AT pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.

c. Konseli bisa mengenali semua benda, namun mungkin tidak

merasakan dan menghayati aspek-aspek diri mereka sendiri.

d. Konsep serta prosedurnya, dipandang dari perspektif behavioral,

tidak dapat diuji keilmiahannya.

B. Penerapan

Yang ideal adalah bahwa praktek AT itu diterapkan pada kelompok.

Mereka bisa memahami struktur dan berfungsinya kepribadian mereka masing-

masing dan belajar bagaimana mereka bertransaksi dengan orang lain.

Keseluruhan proses mengamati orang lain yang maju dalam kecepatan serta

tingkat perubahan yang berbeda-beda ini akan membenarkan tingkat laju

perubahan si klien itu sendiri.

Interaksi dengan anggota kelompok lain memberikan kepada mereka

kesempatan yang amat luas untukk memraktekkan tugas dan memenuhi kontrak.

Transaksi dalam kelompok memungkinkan anggauta kelompok untuk meningkatkan

kesadaran mereka baik tentang diri mereka sendiri maupun tentang orang lain dan

oleh karenanya memfokuskan pada perubahan serta keputusan ulang yang akan

mereka lakukan dalam hidup mereka. Dipandang dari perspektif keputusan ulang

terapi kelompok adalah suatu pengobatan tentang penentuan pilihan. Banyak

kesamaannya dengan fungsi kelompok Gestalt dalam masa sekarang dan di sini,

28

Page 29: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

kelompok AT meminta klien untuk menghidupkan kembali skenario masa silam

seolah-olah terjadi pada masa sekarang. Dengan adanya interaksi dalam kelompok,

para anggauta diberikan banyak kesempatan untuk meninjau kembali serta menantang

keputusan mereka di mana dan bereksperimen dengan keputusan yang baru. Salah

satu rasional dari konseling kelompok adalah bahwa konseling kelompok ini bisa

memberikan pengalaman hidup yang bisa diimplementasikan oleh peserta dalam

interaksi mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui proses kelompok anggauta menghayati suatu titik di mana mereka

merasa terbelenggu. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka

membuat keputusan lebih awal, yang beberapa diantaranya sudah tidak fungsional

lagi, dan mereka belajar membuat keputusan baru yang sesuai.

29

Page 30: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis transaksional (TA) adalah merupakan teori kepribadian dan sistem

yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa

disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu

waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak

lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik.

Konsep pokok dari analisis transaksional menurut Corey (2005) adalah:

pandangan tentang manusia, perwakilan perwakilan ego, dan scenario scenario

kehidupan dan posisi psikologi dasar.

Sasaran dasar dari analisis transaksional, adalah menolong klien untuk

membuat keputusan baru mengenai perilaku mereka pada saat ini dan arah hidup

mereka. Para individu mempelajari alternatif dari cara hidup yang banci dan

deterministik.

Analisis transaksional didesain untuk mendapatkan pemahaman emosional dan

juga intelektual, tetapi dengan difokuskan pada aspek-aspek yang jelas dan rasional,

peranan terapis sebagian besar terletak pada menaruh perhatian pada isu kognitif dan

didaktis. Konselor berperan membantu klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu

yang tidak menguntungkan, yaitu yang menentukan keputusan awal, menggunakan

rencana hidup, serta mengembangkan strategi dalam hal menangani orang-orang

pada saat ini ingin mereka pertimbangkan kembali.

30

Page 31: Makalah Pend. Kons Kelompok (Analisis Transaksional)

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 1990. Teori dan Praktik dari Konseling dan Psikoterapi, Semarang: IKIP

Seamarang Press (1995).

Corsini, Raymond. 1972. Psikoterapi Dewasa Ini.Surabaya : Ikon Teralitera (2003).

31