makalah sistem sosial budaya indonesia

19
CIRI BUDAYA ORANG KALIMANTAN Istilah Dayak merupakan sebutan yang umum untuk orang-orang asli pulau Kalimantan. Sebutan tersebut terutama untuk orang-orang asli pulau Kalimantan yang dominan Non-Muslim dan Non Melayu. Tetapi sebenarnya banyak juga orang asli Kalimantan yang beragama Muslim, dan itu juga dikelompokkan sebagai Suku Dayak, walaupun beberapa di antaranya disebut dengan suku Banjar dan Suku Kutai. Suku Dayak pada umumnya memilih untuk tinggal di pedalaman, hal itu disebabkan karena arus migrasi yang kuat dari para pendatang, dan juga untuk mempertahankan adat budayanya dari pengaruh budaya-budaya baru yang masuk. Suku Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni Apokayan, Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Meskipun Suku Dayak memiliki beberapa rumpun, namun semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah subsuku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak atau tidak. Ciri-ciri budaya yang khas Suku Dayak di antaranya adalah rumah panjang, hasil budaya dari material adalah tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan) dan seni tari. Selain ciri budaya di atas tradisi penguburan dan upacara adat kematian juga merupakan ciri budaya Suku Dayak. Tradisi penguburan dan upacara adat kematian diatur tegas dalam hukum adat. Di Kalimantan terdapat tiga budaya penguburan yaitu: penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal dengan posisi kerangka dilipat, penguburan di dalam peti batu (dolmen) dan penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu atau anyaman tikar. Sistem penguburan yang terakhir merupakan

Upload: prasetiyo-laksono

Post on 14-Jun-2015

2.772 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah sistem sosial budaya indonesia

CIRI BUDAYA ORANG KALIMANTAN

Istilah Dayak merupakan sebutan yang umum untuk orang-orang asli pulau Kalimantan. Sebutan tersebut terutama untuk orang-orang asli pulau Kalimantan yang dominan Non-Muslim dan Non Melayu. Tetapi sebenarnya banyak juga orang asli Kalimantan yang beragama Muslim, dan itu juga dikelompokkan sebagai Suku Dayak, walaupun beberapa di antaranya disebut dengan suku Banjar dan Suku Kutai. Suku Dayak pada umumnya memilih untuk tinggal di pedalaman, hal itu disebabkan karena arus migrasi yang kuat dari para pendatang, dan juga untuk mempertahankan adat budayanya dari pengaruh budaya-budaya baru yang masuk.

Suku Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni Apokayan, Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Meskipun Suku Dayak memiliki beberapa rumpun, namun semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah subsuku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak atau tidak. Ciri-ciri budaya yang khas Suku Dayak di antaranya adalah rumah panjang, hasil budaya dari material adalah tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan) dan seni tari. Selain ciri budaya di atas tradisi penguburan dan upacara adat kematian juga merupakan ciri budaya Suku Dayak. Tradisi penguburan dan upacara adat kematian diatur tegas dalam hukum adat.

Di Kalimantan terdapat tiga budaya penguburan yaitu: penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal dengan posisi kerangka dilipat, penguburan di dalam peti batu (dolmen) dan penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu atau anyaman tikar. Sistem penguburan yang terakhir merupakan teknik penguburan terakhir yang berkembang di Suku Dayak. Pada dasarnya ada satu ciri budaya yang menonjol dari orang Kalimantan yaitu seni tato dan telinga panjang. Ciri inilah yang membedakan orang Kalimantan terutama Suku Dayak dengan suku-suku lain. Dengan ciri khas dan identitas itulah yang membuat Suku Dayak dikenal luas di dunia Internasional dan menjadi kebanggaan budaya yang ada di Indonesia.

Di Kalimantan Timur untuk bisa menemui wanita suku Dayak yang masih mempertahankan budaya telinga panjang sangat sulit. Karena kini hanya bisa ditemui di pedalaman Kalimantan Timur dengan menempuh jalur melewati sungai yang memakan waktu berhari-hari. Karena gaya hidup suku Dayak memang lebih akrab dengan hutan maupun gua. Namun seiring semakin berkembangnya zaman yang semakin pesat, tradisi ini sedikit demi sedikit terkikis dan hampir punah. Hal itu disebabkan karena pengaruh budaya lain yang masuk sehingga budaya lokal tidak dapat membendung pengaruh budaya yang datang. Selain dari beberapa ciri khas di atas, ada dua ciri khas kebudayaan suku dayak yakni tentang dunia supranatural juga budaya mangkok merah. Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan ciri

Page 2: Makalah sistem sosial budaya indonesia

khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ).

Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan. Kemudian tradisi mangkok merah yang merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.

Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” ( memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang ) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu. Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.

Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan sebatang korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah.

Page 3: Makalah sistem sosial budaya indonesia

Menurut cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia. Menurut kepercayaan Dayak, terutama yang di pedalaman Kalimantan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari nenek kepada bapak, dari bapak kepada anak, hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih atau kurang dari yang sebenar-benarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan “Palangka Bulau” ( Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan “Ancak atau Kalangkang” ).

KARAKTER ORANG KALIMANTAN

Disimpulkan bahwa beberapa karakter yang di miliki sebagian besar orang-orang Kalimantan terutama orang Banjar.

Perkataan agak kasar (lebih kasar daripada suku jawa, tapi lebih lembut daripada orang Sumatera dan Sulawesi)

Keras kepala (maunya menang sendiri) Gengsian dan mengagungkan harga diri , jadi biasanya orang Banjar tidak

terlalu suka menjadi buruh (buruh biasanya dipegang suku pendatang) Tak terlalu loyal terhadap pemimpin Mudah bergaul Kurang fleksibel terhadap sesuatu yang baru (terbukti dengan jarangnya

ditemukan bahasa-bahasa gaul yang dipergunakan)Karakter-karakter yang disebutkan tersebut bukan untuk merendahkan orang-orang banjar. Ini hanya sebagai pemberitahuan agar orang-orang yang baru datang supaya kagak kaget ketika berkunjung ke provinsi Kalimantan.

HUBUNGAN KEKERABATAN MASYARAKAT KALIMANTAN

Sistem kekerabatan merupakan bagian dari unsur kebudayaan dan pokok-pokok dalam masyarakat yang disebut dengan Etnografi. Etnografi adalah bagian deskriftif dari antropologi yang didalamnya terdapat beberapa pokok yang di uraikan. Unsur kebudayaan yang biasa di bahas didalamnya, diantaranya etnografi dan kesenian, sistem teknologi nasional, sistem mata pencarian tradisional, sistem-sistem kekerabatan dan lain-lain.

Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan antara tiap entitas yang memiliki asal usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis, sosial, maupun budaya.

Page 4: Makalah sistem sosial budaya indonesia

Hubungan kekerabatan dianggap berbeda oleh masyarakat yang berbeda pula. hubungan biologi yang hanya bertugas sebagai titik tolak dalam perkembangan gagasan-gagasan sosial dari kekerabatan masyarakat, dapat mengabaikan atau membatasi ikatan darah yang alami, ia dapat menciptakan ikatan kekerabatan, dan juga dapat memperluas ikatannya sampai sampai batas yang tidak ditentukan.

1. Hubungan Kekerabatan Masyarakat KalimantanMenurut teori tentang evolusi keluarga dari G.A Wilken bahwa dalam

keadaan perkembangan tertentu, manusia sedang membentuk suatu kelompok keluarga inti di dalam masyarakat. Di dalam keluarga ada yang menjadi ketua keluarga, ada ibu dan ayah. Di samping itu ada pula yang menjadi ketua keluarga, ayah dan ibu dalam kedudukan yang sama. Jadi ada tiga sistem kekerabatan yakni:

Sistem kekerabatan menurut garis ibu Sistem kekerabatan menurut garis ayah, dan Sistem kekerabatan menurut garis ibu dan ayah.

Dalam masyarakat daerah Kalimantan, berdasarkan pada sistem kekerabatan biasanya menurut garis ibu dan ayah. Tetapi diakui bahwa dalam bidang-bidang tertentu, sistem kekerabatan di daerah itu menurut garis ayah, seperti dalam hal wali atau asbah. Namun dalam bidang-bidang lainnya menurut garis ayah dan ibu.

Keluarga Batih.Dari perkawinan terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang sering

disebut “keluarga inti”. Suatu keluarga batih terdiri dari seorang suami, seorang atau beberapa orang istri dan anak-anak yang belum kawin dan juga anak angkat atau anak tiri.

Keluarga Luas.Keluarga luas selalu terdiri dari lebih dari sutu keluarga-batih, yang

seluruhnya merupakan suatu kesatuan sosial yang erat dan biasanya hidup tinggal bersama dalam suatu rumah.

Ada yang dinamakan dengan keluarga luas oxorilokal yang terdiri dari suatu keluarga-batih senior dengan keluarga-keluarga batih dari anak wanita. Keluarga batih menjadi keluarga luas dengan perkembangan demikian. Misalnya saja kebiasaan Kalimantan Selatan begitu tiba saatnya bagi sepasang suami istri untuk berpisah keluarga induknya, maka mereka itu berdiam dalam suatu rumah kecil yang dibangunnya sendiri dari pemberian orang tua mereka. Lama kelamaan memperolah beberapa orang anak (laki-laki dan perempuan). Setelah anak wanitanya beranjak dewasa (balig), biasanya tidak lama kemudian

Page 5: Makalah sistem sosial budaya indonesia

dinikahkan . akhirnya keluarga tadi memperoleh seorang menantu (laki-laki) yang pada umumnya tinggal serumah dengan mertua.

Beberapa tahun kemudian adik-adik dari yang nikah tadi bertambah besar dan ia melahirkan seorang anak dan sekarang dalam rumah itu terdiri dari dua keluarga. Kemudian adik wanita menyusul dinikahkan, sehingga menjadi tiga keluarga; satu dalam keluarga senior dan keluarga junior.

Dalam hal ini walaupun diadakan pemisahan dapur di antara tiga keluarga itu tetapi, bahan-bahan yang dimasak tidak jarang dari satu tempat perbekalan yang sama. Pada saat inilah rumah itu ditambah dengan dua anjung kedua menantu mereka itu. Jadi dalam keluarga luas ini dalam persolaan produktif dan konsumtif tidak ada pemisahan yang jelas. Artinya segala-galanya masih dikerjakan bersama.

2. Prinsip-prinsip Keturunan.Pada umumnya di daerah Kalimantan dalam hal perwalian pernikahan

maka yang menjadi wali dari seorang wanita sebagai calon mempelai adalah ayahnya. Jika tidak ada ayahnya maka saudara laik-lakinya dan seterusnya. Demikian pula hal asbah (yang berhak mendapatkan waris) jika almarhum ayahnya meninggalkan anak, maka yang berhak menjadi asbah adalah anak laki-laki, jika tidak ada maka saudara laki-laki almarhum, jika tidak ada ayah almarhum dan saudara laki-laki almarhum juga tidak ada maka asbahnya mamarina laki-laki dari almarhum dan seterusnya. Tetapi dalam hal lain seperti jual beli dan lapangan hukum perdata lainnya berlaku sistem parental artinya kedua belah pihak mempunyai derajat yang sama.

3. Istilah-sitilah dalam kekerabatan.Untuk menuliskan istilah-istilah dalam  kekerabatan ini, maka untuk

mudahnya kita fokuskan pada ‘ego’ (diri saya sendiri). Dimulai dengan hubungan kekeluargaan ‘ego’ secara vertikal: ke atas

(dari ‘ego’) abah (bapak); uma (ibu); kaye (kakek), nini (nenek), datu (bapak/ibu nenek datuk baik laki-laki maupun perempuan), sanggah (bapak/ibu dari datuk), waring (nenek dari datu). Hubungan ke bawah anak cucu (anak dari anak) buyut (anak dari cucu), intah (anak dari buyut).

Secara horizontal ini berlaku terhadap keluarga baik saudara abah (bapak) maupun terhadap keluarga itu, keduanya mempunyai kedudukan sama derajatnya. Dimulai dengan istilah dari hubungan saudara pihak ayah/ibu: yakni, julak (saudara ayah/ibu yang tertua), gulu (saudara ayah/ibu yang kedua), Angah/tangah/Panangah (paman/bibi) dan yang lainnya biasanya menggunakan sebutan pakacil (paman) dan makacil (bibi). Untuk seterusnya yaitu terhadap saudara kakek/nenek sama saja panggilannya dengan kaye/nini sendiri, demikian pula untuk saudara datu, ini juga dipanggil datu.

Page 6: Makalah sistem sosial budaya indonesia

Di samping yang disebutkan di atas masih banyak istilah-istilah keluarga seperti: minantu (suami atau istri dari anak kita), mintuha (bapak/ibu dari kedua suami istri), mintuha lambung (saudara mintuha/istri suami), sabungkut (satu turunan datu yang sama), mamarina (saudara ibu/bapak), kamanakan (anak darti saudara kita), sapupu sakali (adik laki-laki/perempuan), panjulaknya (anak yang tertua) pabungsunya (anak yang terakhir), badangsanak (saudara seibu/sebapak). Untuk panggilan terhadap keluarga yang statusnya di bawah, cukup dipanggil dengan nama saja.

Untuk daerah Kalimantan umumnya dalam berbicara bagi mereka yang statusnya dalam keluarga di bawah harus baulan-basampian. Maksudnya menggunakan kata ‘aku’ dan ‘kamu”. Sebaliknya bagi mereka yang statusnya dalam keluarga di atas kepada yang statusnya di bawah menggunakan istilah ‘baku’ dan ‘baikam’ untuk daerah Pahulu dan baunda banyawa (unda= aku; nyawa= kamu)untuk daerah Martapura dan Banjar.

Kalau sama-sama berjalan antara orang tua dan yang muda, maka yang muda harus berjalan di belakang yang tua. Waktu mereka tidur, yang membedakan adalah tempat tidurnya. Ini sama halnya dengan keadaan makan. yang lebih tua tempatnya di atas (balai-balai), sedangkan yang muda di lantai.

Kalau yang muda dalam pekerjaan baru belajar, mereka harus diberikan pekerjaan yang mudah. Sedangkan kalau pekerjaan biasa, maka yang muda biasanya mengerjakan yang berat-berat, sedang yang tua hanya memerintah saja atau membantu pekerjaan yang ringan. Dalam duduk juga ada ketentuan. Bagi laki-laki dan perempuan berbeda, yaitu bagi kaum laki-laki duduknya harus basila, dan perempuan duduknya batalimpuh.

MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT KALIMANTANMata pencaharian atau usaha untuk memenuhi kebutuhan sekelompok

masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : geografis, pendidikan, latar belakang sosial dan pola pikir serta kepercayaan. Faktor geografis berkaitan dengan kondisi alam dimana mereka tinggal. Faktor pendidikan berkaitan dengan kompetensi yang ditempuh secara formal. Sedangkan latar belakang sosial berkaitan dengan sistem sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Kepercayaan merupakan keyakinan yang mereka anut, dan biasanya diwariskan dari leluhur mereka.

Melihat segi geografis alam Kalimantan sangat subur dengan dialiri sungai-sungai yang mengalir tetap sepanjang tahun, kecenderungan masyarakatnya pun hidup didaerah-daerah dataran rendah dan dekat dengan sungai, corak ekonominya pun sudah beragam yakni ada yang bergerak di bidang peternakan, perikanan, perkebunan, perdagangan, membuat kerajinan-kerajinan (bisa yang berupa kerajinan tangan skala rumahan atau meningkat skala besar), pengangkutan, mencari barang tambang (berupa emas atau intan istilahnya mendulang), pembuatan kain tradisional, dan lain sebagainya.

Page 7: Makalah sistem sosial budaya indonesia

Dalam masyarakat Kalimantan ada beberapa jenis mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat, diantaranya:

Page 8: Makalah sistem sosial budaya indonesia

1. BerladangBerladang adalah sistem pertanian di lahan kering dan mengandalkan curah air hujan sebagai sumber pengairan. Dalam masyarakat Kalimantan sistem pertanian berladang dilakukan secara bergotong royong yang biasanya berdasarkan hubungan ketetanggaan atau persahabatan yang berjumlah 12-15 orang. (Koentjaraningrat: 1999, p.125)Dalam masyarakat Kalimantan, siklus pengerjaan ladang di Kalimantan adalah sebagai berikut:Pada bulan Mei, Juni, atau Juli orang menebang pohon-pohon di hutan. Setelah penebangan, batang-batang kayu, cabang-cabang, ranting-ranting, serta daun-daun dibiarkan mengering selama 2 bulan. Pada bulan Agustus atau September tebangan pohon yang sedah mongering dibakar, karena setelah itu musim hujan akan tiba. Abu sisa pembakaran dibiarkan menjadi pupuk. Pada bulan Oktober mulai menanam berbagai jenis tanaman, seperti : padi, ubi kayu, ubi rambat, keladi, terong, nanas, pisang, tebu, cabe, labu-labuan dan tembakau. Ditanam juga pohon durian, cempedak, dan pinang. Pada bulan Februari atau Maret musim panen tiba, sehingga masyarakat beramai-ramai melakukan panen secara bergotong royong. Ketika tanah yang dijadikan lahan pertanian mereka sudah tidak subur lagi, maka mereka berpindah tempat membuka hutan lagi untuk dijadikan lahan pertanian. Sebelum berpindah mereka menanam karet untuk diambil hasilnya kelak.Sistem pertanian berladang ini banyak dijumpai sebelum pendidikan masuk ke pelosok-pelosok Kalimantan. Namun demikian saat ini masih dijumpai sistem pertanian berladang yang menjadi mata pencaharian sebagian penduduk dan sistem pertanian pun sudah beralih ke sistem pertanian modern.

2. Berburu, Mencari Hasil Hutan, dan Mencari IkanHutan di Kalimantan merupakan hutan rimba sehingga banyak sekali hewan-hewan yang dapat dijadikan buruan, seperti : babi hutan, rusa, kerbau, ayam hutan, dll. Pekerjaan berburu biasanya dilakukan ketika menunggu hasil panen tiba. Hasil buruan dapat dijadikan lauk pauk ataupun digunakan untuk keperluan upacara adat.Mencari hasil hutan seperti rotan, damar, dan karet dilakukan ketika masa panen sudah usai. Mereka membuka hutan lagi sekalian mencari tambahan penghasilan dengan mencari hasil hutan. Selain itu masyarakat Kalimantan juga menangkap ikan atau mendulang bijih-bijih emas ke sungai. Hasil hutan seperti rotan dijadikan kerajinan anyaman untuk dijualDengan perkembangan zaman dan pendidikan, sistem berburu mulai banyak ditinggalkan dan beralih menjadi berternak. Binatang yang diternakkan diantaranya: babi dan ayam. Babi, selain untuk dimakan juga untuk kebutuhan upacara adat di Kalimantan.

Page 9: Makalah sistem sosial budaya indonesia

3. PegawaiMajunya pendidikan dan terbukanya pola pikir masyarakat Kalimantan menyebabkan tingkat pendidikan semakin baik. Banyak pemuda yang sudah mengenyam pendidikan lebih baik, bahkan banyak pula yang mengirimkan anak-anaknya ke Jawa untuk belajar hingga perguruan tinggi. Setelah lulus mereka kembali ke daerah asalnya dan membangun daerah asal. Akhirnya banyak dari mereka yang berprofesi sebagai guru, pejabat pemerintah, pengusaha, tenaga kesehatan, dll.

4. Pertambangan Kepandaian mendulang perunggu tersebar luas di Asia Barat Laut (Levent), karena adanya tembaga di pulau Syprus (Kypros), sedang dari pusat penemuan di Tiongkok kepandaian itu tersebar ke Asia Tenggara termasuk warga masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan Tengah yang secara turun temurun mendulang emas di tepi-tepi sungai pada saat musim kemarau tiba. Biji emas ini di kumpulkan dan menjadi penghasilan setiap hari untuk menyambung hidup mereka ke tahun depan. Artinya hasil mendulang emas di tepi sungai secara tradisional dan membudaya tidak ada sejak nenek moyang "tempoe doeloe". Termasuk zaman sekarang timbul gejolak sebagai akibat datangnya penggusaha dari luar dengan menggunakan mesin penyedot dari kedalaman 18 - 25 meter di bawah permukaan sungaidiambilnya.Secara tradisional, masyarakat hanya mengambil biji emas yang hanyut dibawa air dan terdampar di tanjung-tanjung. Pesisir tanjung inilah yang didulang oleh masyarakat Dayak dan dihasilkan setiap hari antara: 1 - 3 gram biji/pasir emas. Dengan menggunakan mekanik, terkadang bisa didapatkan 15 - 25 gr atau lebih sehari, untuk 1 biji mesin sedot. Bahkan, emas yang diambil bukan di permukaan bumi, karena dengan menggunakan teknologi mencapai kedalaman 25 sampai 40 meter dapat disedot.Mendulang emas yang bila diamati dengan cermat merupakan pekerjaan yang cukup mudah. Namun, tidak semua penduduk desa mau turun ke kali/sungaiuntuk mendulang. Pasalnya masih banyak sumber daya alam lain yang mendatangkan uang lebih cepat dan berharga setiap saat. Misalnya, menebang pohon di pinggir sungai, kemudian dijual pada pihak pengumpul. Kayu ulin banyak ditebang untuk membuat atap, tiang, atau papan, sebab kayu ulin (kayu besi) ini, bila sampai ke pinggir kali sudah ada pembelinya.Sementara itu, bila orang mendulang emas, penghasilan sehari tidak pasti. Terkadang hanya memperoleh 1 gram. Namun kalau rezeki besar, ia menemukan serbuk biji emas yang sewaktu banjir terbawa arus ke lokasi itu, sehingga sekali ia mendulang mendapatkan serbuk emas yang lumayan. Tetapi perlu diingat bahwa mendulang emas secara tradisional hanya berlaku dimusim kering (kemarau). Sebab mereka tidak mengetahui bahwa dibawah perut bumi sekitar tempat tinggal mereka terdapat emas tertimbun (tambang emas). Mereka hanya mengetahui sebatas air yang menyapu tebing di waktu hujan deras, atau bah/banjir.

Page 10: Makalah sistem sosial budaya indonesia

Biji emas yang BD-nya cukup berat itu, perlahan-lahan ikut terbawa air. Sehingga pada tanjung-tanjung tertentu tertahan bersama pasir dan mengendap untuk beberapa lama.

5. PerdaganganUntuk masyrakat asli barito timur(bar-tim) untuk menjadi seorang wiraswasta adalah sebuah tantangan, karena dari segi  tradisi masyarakat Dayak(Maanyan) tidak ada sejarah yang membuktikan bahwa masyarakatnya adalah pedagang. Kegiatan perdagangan ini berkembang pada masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai, bidangnya sendiripun ada berbagai macam perdagangan yang dijalankan oleh masyarakatnya sesuai dengan tingkat keperluan. Namun, ada ciri khas dalam kegiatan berdagang itu sendiri yakni dikenalnya system penyambangan atau pembalantikan (sebagai pedagang perantara antara produsen utama dengan konsumen tingkat lanjut yang biasanya menunggu ditempat-tempat tertentu untuk membeli secara langsung barang-barang yang akan dijual langsung dari produsen)Namun seiring perkembangan jaman, sungguh ada banyak masayarakat Dayak(Maanyan) yang kini telah menjadi pengusaha yang sukses.  Namun dari segi jumlah orang yang menjadi pengusaha di Bartim ini kebanyakan adalah orang Dayak(Banjar) dari Kal-Sel yang notabenya adalah seorang pedagang dan pengusaha yang handal, mirip masyarakat Padang yang terkenal itu!

System ekonomi tradisional yang ada di Kalimantan memiliki beberapa kriteria yaitu:1. Usaha yang dilakukan baru pada tingkat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari2. Peralatan yang digunakan masih sangat sederhana sekali, bahkan tak jarang ada

yang dibuat sendiri.3. Belum terlihat secara tegas atau sama sekali belum terlihat adanya

pengkhususan dalam bidang pekerjaan yang digeluti dalam usaha pemenuhan kebutuhan.

4. Belum terlihatnya pemisahan antara hubungan yang bersifat ekonomis dengan hubungan yang bersifat sosial atau kebudayaan dalam menghasilkan barang-barang kebutuhan.

5. Masih besar semangat kegotong-royongan yang terbina dalam sebuah kegiatan dalam menghasilkan barang-barang kebutuhan.

Pada umumnya belum terlihat peranan dan fungsi pasar sebagai tempat penyaluran hasil barang tersebut.

ISLAM MASUK DI KALIMANTAN Islam pertama kali masuk di Kalimantan adalah di daerah utara tepatnya di

daerah Brunai sekitar pada tahun 1500 M masuknya Islam di Kalimantan Selatan terjadi sekitar 1550 M atas pengaruh

dari Jawa.

Page 11: Makalah sistem sosial budaya indonesia

Daerah Timur Kalimantan terdapat kerajaan Bugis yang mendapat pengaruh Islam sekitar tahun 1620 M.

Islam masuk ke daerah ini melalui jalan perkawinan orang-orang Arab dengan putri-putri raja .

PENDIDIKAN ISLAM DI KALIMANTAN

Pendidikan Islam di Kalimantan dipelopori oleh Madrasatun Najah wal Falah yang didirikan pada tahun 1918 M. setelah itu muncul madrasatun – madrasatun lainya antara lain :

• Madrasah Perguruan Islam (Assulthaniah)• Al-Raudlatul Islamiyyah• Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP)• Normal Islam Amuntai

KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN

1. Kalimantan Barat : Tanjungpura, Kadriah, Pontianak, Kubu, Sintang, Mempawah, Meliau, Sambas, Sanggau, Selimbau, Sekadau, Landak, Tayan.

2. Kalimantan Tengah : Kotawaringin3. Kalimantan Selatan : Negara Daha, Banjar, Pagatan, Kusan, Sabamban, Tjingal,

Sampanahan.4. Kalimantan Timur : Kutai Kartanegara, Kutai Martadipura, Paser, Berau,

Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur, Tidung.5. Kalimantan Utara : Brunei, Sabah, Serawak, Sulu.

Page 12: Makalah sistem sosial budaya indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/mata-pencaharian-suku-dayak.htm l , diakses Senin 12 Mei 2014, pukul 09.40 WIB

Koentjaraningrat.1999.Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia.Jakarta:Djambatan

Page 13: Makalah sistem sosial budaya indonesia