makalah siarev
TRANSCRIPT
MAKALAH
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi.
Disusun oleh :
Sani Ahmad Safii 104020408
Rina Purwaningrum 104020415
Ria Novita 104020423
Program Studi : Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2012
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Maksud
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Sistem
Informasi Akuntansi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
mengingat keterbatasan kemampuan kami oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun atas makalah ini.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
banyak memberikan bantuan selama menyelesaikan makalah ini. Kami mengharapkan agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bandung, April 2012
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perusahaan.........................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan Perusahaan.....................................................................................2
1.3 Visi dan Misi Perusahaan................................................................................................2
1.4 Arah Pengenbangan Perusahaan.....................................................................................3
1.5 Organisasi.......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Akuntansi.......................................................................................................5
2.2 Kode Akuntansi..............................................................................................................56
iii
2.3 Kode Jurnal.....................................................................................................................61
2.4 Format Laporan Keuangan
a. Neraca.........................................................................................................................65
b. Laba Rugi....................................................................................................................68
c. Ekuitas.........................................................................................................................72
d. Arus Kas......................................................................................................................73
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................77
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perusahaan
Pada awalnya PT Bio Farma (Persero) bernama “Parc Vaccinogene” yang didirikan dengan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 14 tanggal 6 Agustus 1890 dan diumumkan dalam Lembaran Negara Nomor 163 Tahun 1890. Sampai dengan tahun 1954, Bio Farma adalah sebuah jawatan dalam lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Mulai tahun 1955 berubah statusnya menjadi Perusahaan Negara (PN) Pasteur. Tahun 1961 berubah menjadi PN Bio Farma.
Dengan adanya tatanan baru mengenai badan usaha milik negara, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1978, status Bio Farma berubah dari PN menjadi Perusahaan Umum (Perum).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 1997 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum (Perum), Bio Farma berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Akta pendirian dan Anggaran Dasar atas perubahan bentuk perusahaan tersebut telah ditetapkan dengan Akta Notaris Muhani Salim SH., Nomor 1 tanggal 3 Pebruari 1997, dan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor C2-1423HT.01.01.Th.98 tanggal 5 Maret 1998 tentang Pengesahan Akta Pendirian PT Bio Farma (Persero). Akta Pendirian Perusahaan Perseroan PT Bio Farma (Persero) telah diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 16 Juli 2002 Nomor 57 Tambahan Nomor 6884, sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan PT Bio Farma (Persero) yang telah diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 14 Agustus 2009 Nomor 65 Tambahan 21702, dan susunan Direksi terakhir telah dimuat dalam akta Nomor 45 tanggal 30 oktober 2009 tentang Pernyataan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bio Farma yang dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi, SH., dan telah diterima dan dicatat di dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-AH.01.10-19828 tanggal 9 Nopember 2009.
5
1.2 Maksud dan Tujuan Perusahaan
Sesuai dengan anggaran dasar perusahaan bahwa maksud dan tujuan Perseroan adalah melakukan usaha di bidang penelitian, pengembangan, produksi dan pemasaran produk biologi, produk farmasi, dan alat kesehatan, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan/mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha utama sebagai berikut:
a. Penelitian dan pengembangan produk biologi dan produk farmasi, baik yang dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain;
b. Produksi produk biologi dan produk farmasi, baik dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain;
c. Pemasaran, perdagangan dan distribusi produk biologi, farmasi, alat kesehatan, termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar negeri;
d. Pelayanan Laboratorium Kesehatan;
e. Berusaha di bidang jasa yang ada hubungannya dengan yang tertera pada huruf a, b, c dan d.
Selain kegiatan usaha utama sebagaimana tersebut diatas, Perseroan dapat melakukan kegiatan usaha dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk pendidikan dan pelatihan, pertanian, peternakan, pengembangbiakan hewan laboratorium, properti, perkantoran, pergudangan, dan pariwisata.
1.3. Visi dan Misi Perusahaan
Dari maksud dan tujuan pendirian Perseroan di atas, maka untuk lima tahun ke depan Perusahaan menetapkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut :
Visi : “menjadi produsen vaksin dan antisera yang berdaya saing global ”.
Misi :
a. Memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan vaksin dan antisera yang berkualitas internasional untuk kebutuhan Pemerintah, swasta nasional dan internasional.
b. Mengembangkan inovasi vaksin dan antisera sesuai kebutuhan pasar.
c. Mengelola perusahaan agar tumbuh dan berkembang dengan menerapkan good corporate governance.
d. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya.
6
1.4. Arah Pengembangan Perusahaan
Perusahaan menerapkan strategi tumbuh dengan memperkokoh dan memperkuat kehadirannya di industri vaksin melalui peningkatan peran penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan produk baru dan melakukan efisiensi di segala bidang. Oleh karena itu, langkah strategis yang akan dilakukan adalah :
1. Melakukan penetrasi pasar baik dengan produk lama maupun baru.
2. Mengembangkan atau mencari akses untuk teknologi dan vaksin baru yang tepat sesuai kebutuhan pelanggan.
3. Melakukan penelitian dan pengembangan produk sesuai kebutuhan pasar.
4. Meningkatkan kapasitas produksi bulk dan produk akhir.
5. Mengembangkan SDM yang mempunyai 5 C ( concept, competent, connection, credible, and care).
6. Meningkatkan peran teknologi informasi dalam pengelolaan perusahaan.
Dengan langkah strategis di atas, maka arah pengembangan perusahaan lebih diarahkan melalui:
1. Segmen pasar utama adalah emerging market dengan target pasar 15-28%.
2. Fokus ke produksi vaksin-vaksin yang dibutuhkan oleh program imunisasi nasional dan yang direkomendasikan oleh WHO.
3. Mempercepat time to market vaksin-vaksin baru.
4. Melakukan efisiensi di segala sektor.
1.5. Organisasi
Struktur organisasi PT Bio Farma (Persero) terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
a. Diretur Utama
b. Direksi
c. Divisi
d. Bagian
e. Seksi
f. Staff
g. Pelaksana
7
8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Akuntansi
Yang dimaksud dengan kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar,
metoda-metoda, konvensi, peraturan, dan prosedur yang digunakan manajemen untuk
menghasilkan laporan keuangan.
Sasaran dari pemilihan kebijakan yang paling tepat adalah yang dapat menggambarkan
kondisi ekonomi perusahaan secara realistis dan tepat dalam bentuk posisi keuangan pada suatu
tanggal tertentu dari suatu periode maupun kinerja keuangan dan operasi untuk periode yang
sama.
Sebagai batas atas dari konsep penerapan kebijakan akuntansi adalah pertimbangan
manfaat dan biaya (cost & benefit) dan sebagai batas bawahnya adalah pertimbangan materialitas
(materiality) dari suatu permasalahan yang timbul.
1. Modal, Penggunaan Laba, dan Laporan Tahunan
Modal, penggunaan laba, dan laporan tahunan sepenuhnya telah diatur dalam Undang-
undang R.I. nomor 40 tahun 2007, tanggal 16 Agustus 2007, tentang Perseroan
Terbatas, yaitu pada:
- Bab III : Modal dan Saham, pasal 31 sampai dengan pasal 62.
- Bab IV : Rencana Kerja, Laporan Tahunan dan Penggunaan Laba, pasal 63
sampai dengan pasal 73.
Beberapa ketentuan penting yang dinyatakan dalam UU Perseroan Terbatas tersebut di
atas, dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
a. Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp 50 juta ( lima puluh juta rupiah).
9
b. Pada saat pendirian, paling sedikit 25% dari modal dasar harus telah ditempatkan dan disetor penuh dan dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah.
c. Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/ atau dalam bentuk lainnya. Misalnya, dalam bentuk barang (in-breng).
d. Perseroan dilarang mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri (tunggal).
e. Pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan, penambahan, dan pengurangan modal hanya dapat dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS.
f. Dalam waktu 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir, Direksi menyampaikan Laporan Tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris, antara lain terdiri dari laporan keuangan komparatif, laporan mengenai kegiatan Perseroan, laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan, nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris. Laporan Tahunan ini ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan semua anggota Dewan Komisaris.
g. Perhitungan tahunan yang berkenaan dengan neraca, laporan laba-rugi, perubahan ekuitas, laporan arus kas dan penjelasannya dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), serta diperiksa oleh Akuntan Publik sebelum disetujui dan disahkan oleh RUPS.
h. Setiap tahun buku, Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih untuk cadangan.
i. Bilamana pembentukan cadangan pada butir h belum mencapai sekurang-kurangnya 20% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor, maka hanya boleh dipergunakan untuk menutup kerugian yang tidak dapat dipenuhi oleh cadangan lain.
j. Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan sebagaimana pada butir h, dapat dibagikan kepada Pemegang Saham sebagai dividen,kecuali ditentukan lain dalam RUPS.Dividen yang tidak diambil dalam jangka waktu 5 tahun akan dimasukkan ke dalam cadangan khusus dan tidak diambil dalam jangka waktu 10 tahun akan menjadi hak Perseroan.
Berkenaan dengan Perseroan, RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan
dengan kepentingan Perseroan dari Direksi dan/ atau Dewan Komisaris.
10
2. Kesatuan Akuntansi
PT. Bio Farma (Persero) merupakan suatu unit usaha yang maksud dan tujuannya
ialah melakukan usaha dibidang penelitian, pengembangan, produksi dan pemasaran
produk biologi, produk farmasi dan alat kesehatan serta optimalisasi pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan/mengejar keuntungan guna
meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, berdasarkan Anggaran Dasar
Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut :
1. Penelitian dan pengembangan produk biologi dan produk farmasi, baik yang
dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain;
2. Produksi produk biologi dan produk farmasi, baik dilakukan sendiri maupun
kerjasama dengan pihak lain;
3. Pemasaran, perdagangan dan distribusi produk biologi, farmasi, alat kesehatan,
termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar negeri ;
4. Pelayanan laboratorium kesehatan;
5. Berusaha di bidang jasa yang ada hubungannya dengan yang tertera pada huruf a,
b, c, dan d.
Dengan demikian, pendapatan utama perusahaan terdiri dari:
1. Pasar Pemerintah, yaitu melayani kebutuhan program pemerintah dalam imunisasi
nasional terutama untuk vaksin BCG, DTP, DT, TT, Polio, Campak, Hepatitis B
untuk bayi dan DTP – HB (vaksin EPI) ;
2. Pasar swasta nasional, yaitu melayani para Distributor dalam negeri, Pemerintah
diluar keperluan program imunisasi nasional dan pembeli lainnya untuk barang-
barang seperti vaksin EPI, Serum Anti Tetanus (ATS), Serum Anti Difteri
(ADS), Serum Anti Bisa Ular (ABU), Diagnostika dan barang dagangan;
11
3. Pasar internasional, terutama UNICEF untuk produk-produk yang telah
memperoleh sertifikasi WHO sepeti vaksin Polio, Campak, DTP, TT, DT dan
DTP- HB dan melalui bilateral seperti bulk Polio ke India dan lain-lain.
Sebagai satu unit usaha, PT. Bio Farma (Persero) merupakan satu kesatuan akuntansi
(single accounting entity) yang menghasilkan satu laporan keuangan. Teknis
penyusunan laporan keuangan tersebut dilaksanakan oleh fungsi akuntansi.
2. Periode Akuntansi, Tanggal Pisah Batas (cut off) , dan Tanggal
Pelaporan
Periode akuntansi PT. BIO FARMA (PERSERO) dimulai pada tanggal 1 Januari
sampai dengan 31 Desember tahun yang bersangkutan. Untuk kepentingan
manajemen, periode akuntansi tersebut dibagi secara triwulanan. Dengan demikian,
laporan keuangan interim disusun setiap akhir triwulan, sehingga dalam 1 (satu) tahun
ada 3 (tiga) laporan keuangan interim, yaitu:
1. Laporan keuangan interim untuk 3 ( tiga ) bulan yang berakhir pada tanggal 31
Maret.
2. Laporan keuangan interim untuk 6 ( enam ) bulan yang berakhir pada tanggal 30
Juni.
3. Laporan keuangan interim untuk 9 ( sembilan ) bulan yang berakhir pada tanggal
30 September.
Cut off laporan keuangan (tutup buku tahunan) adalah tanggal 31 Desember tahun
yang bersangkutan, sedangkan subsequent event transaction berlaku sampai dengan
tanggal 20 Januari tahun buku berikutnya.
4. Penyajian Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang telah diaudit (audited) harus disusun secara komparasi dari
data akuntansi tahun lalu dengan data akuntansi tahun bersangkutan.
12
Yang dimaksud dengan penyajian secara komparasi, setidak-tidaknya menyajikan
laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir sesuai peraturan yang berlaku. Sedangkan
laporan keuangan interim disajikan secara komparasi dengan menyajikan laporan
keuangan interim untuk triwulan yang sama dengan tahun sebelumnya. Laporan laba-
rugi interim, selain menyajikan laba - rugi triwulan yang dilaporkan, juga harus
mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan periode interim (triwulan)
yang dilaporkan.
Penyusunan laporan keuangan interim (interim financial report) harus tunduk kepada
PSAK 3 ( reformat 2007), tentang Laporan Keuangan Interim. Dalam hal ini, laporan
keuangan interim harus dipandang sebagai bagian yang integral dari periode tahunan,
sehingga dasar pengakuan, kebijakan akuntansi, dan penyajian laporan keuangan harus
sama dengan laporan keuangan tahunan.
Perusahaan membuat laporan keuangan triwulan (interim financial report) untuk
jangka waktu sekali dalam satu triwulan. Laporan keuangan minimum diaudit sekali
dalam satu tahun untuk disampaikan kepada Direksi, Dewan Komisaris, dan
Pemegang Saham dalam suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). RUPS akan
mensahkan laporan keuangan yang telah diaudit sebagai tanda bahwa Pemegang
Saham menerima pertanggungjawaban Direksi untuk periode keuangan yang
berkenaan dan membebaskan Direksi dari tanggung jawab pengelolaan perusahaan
untuk periode yang bersangkutan (acquite de charge).
Komponen laporan keuangan sesuai PSAK 1, tentang Penyajian Laporan Keuangan
adalah sebagaimana tersebut pada butir a & b di bawah ini, sedangkan butir c & d
adalah komponen tambahan dan berfungsi sebagai rincian lebih lanjut atau sebagai
pelengkap laporan keuangan.
1. Laporan keuangan pokok, yang meliputi :
13
a. Neraca (balance sheet).
b. Laporan laba-rugi (income statement).
c. Laporan perubahan ekuitas (statement of changes in equity).
d. Laporan arus kas (cash flow statement). Laporan arus kas disusun dengan
menggunakan metode langsung (direct method), yaitu berdasarkan transaksi
penerimaan / pengeluaran kas atau setara kas, sedangkan penyajian transaksi
dalam laporan arus kas menggunakan metode kas secara bruto (gross
method).
2. Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement), meliputi :
a. Gambaran umum perusahaan yang menjelaskan sejarah pendirian
perusahaan, maksud dan tujuan didirikan susunan Dewan Komisaris, Direksi
dan Komite Audit, serta jumlah karyawan.
b. Uraian singkat kebijakan akuntansi (accounting policies) yang berlaku di
perusahaan.
c. Penjelasan penting atas saldo akun-akun pada laporan keuangan pokok.
3. Informasi tambahan (additional information), antara lain menguraikan pencapaian
kinerja perusahaan berkenaan dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP) yang telah ditetapkan untuk setiap bidang. Informasi kuantitatif yang
merupakan bagian dari informasi tambahan, harus diungkapkan secara komparatif
dengan periode sebelumnya. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan
deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali
apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
4. Lampiran-lampiran (appendix), yaitu memuat rincian dari akun-akun laporan
keuangan pokok tertentu dan rincian data pendukung dari informasi tambahan
yang masih perlu untuk disertakan dalam rangka memberikan penjelasan kepada
para pemakai laporan keuangan secara transparan (transparance) dan lengkap
(full disclosure).
Laporan keuangan PT. BIO FARMA (PERSERO) terdiri dari butir a, b, dan d,
sedangkan butir c dilaporkan dalam Laporan Manajemen.
14
5. Materialitas dan Agregasi
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
yang diambil atas dasar laporan keuangan.
Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan
situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam
mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas
atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki
agar informasi dipandang berguna.
Sebagai ukuran obyektif sesuatu dinyatakan material, jika nilainya 5% dari jumlah
seluruh aset untuk akun-akun aset; 5% dari jumlah seluruh kewajiban untuk akun-akun
kewajiban; 5% dari jumlah seluruh ekuitas untuk akun-akun ekuitas; 10% dari
pendapatan untuk akun-akun laba-rugi; dan 10% dari laba sebelum pajak untuk
pengaruh suatu peristiwa atau transaksi seperti perubahan estimasi akuntansi.
Ketentuan tersebut tercantum dalam Surat Edaran Ketua Bapepam No.
SE-02/PM/2002, tanggal 27 Desember 2002 dalam Lampiran-1.
Materialitas dalam penyajian dalam laporan keuangan:
1. Akun-akun yang material disajikan terpisah (atau tersendiri) dalam laporan
keuangan, begitu pula akun-akun yang nilainya tidak material, tetapi merupakan
komponen utama laporan keuangan, harus disajikan tersendiri. Jika nilainya tidak
material dan bukan komponen utama, maka digabungkan (agregasi) dalam akun
tersendiri.
15
2. Akun yang berbeda, tetapi mempunyai sifat dan fungsi yang sama dapat
digabungkan dalam satu akun, jika saldo masing-masing akun tidak material.
Misalnya, akun Biaya Dibayar Dimuka atau Pendapatan Diterima Dimuka, yang
masing-masing merupakan gabungan (agregasi) dari beberapa saldo akun yang
nilainya masing-masing tidak material.
6. Pengeluaran Modal dan Pendapatan
Pengeluaran-pengeluaran yang memberikan masa manfaat lebih dari satu periode
akuntansi harus dikapitalisasi sebagai aset, sehingga dikategorikan sebagai pengeluaran
modal (capital expenditure). Pengeluaran yang memberikan manfaat hanya untuk satu
periode akuntansi atau kurang, langsung dibebankan (expense) untuk dipertemukan
dengan pendapatan pada periode berjalan atau dikategorikan sebagai pengeluaran
pendapatan (revenue expenditure).
Dengan mempertimbangkan asas materialitas (lihat butir 5.1.5.), maka perlu ditetapkan
batasan pengeluaran yang akan diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal atau
pengeluaran pendapatan. Implementasi dari asas materialitas tersebut dapat dilihat pada
butir 5.18.1 tentang Aset Tetap .
7. Sistem Pembukuan
Pencatatan akuntansi diselenggarakan secara sentralisasi dengan pembebanan ke pusat
biaya (cost center) sebagai dasar penyusunan laporan keuangan (financial statement)
perusahaan. Dengan demikian, akan berlaku kebijakan akuntansi, penggunaan kode
akun (chart of accounts), kode pusat biaya (cost center), serta sistem dan prosedur yang
standar dengan media akuntansi.
16
Sistem sentralisasi pembebanan ke pusat biaya (cost center) merupakan pelaksanaan
konsep pertanggungjawaban tentang akuntansi pertanggungjawaban yang bermanfaat
dalam :
1. Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi biaya langsung, sehingga
dapat menghasilkan perencanaan dan pengendalian biaya yang lebih efektif;
2. Memudahkan beroperasinya suatu sistem informasi akuntansi manajemen yang
lebih mengarah kepada penggunaan konsep laporan secara segmental (as a part
or segmented reporting) yang bertujuan untuk :
a. Kalkulasi biaya (cost calculation) sehingga memudahkan perhitungan laba-
rugi dan mengenali perilaku biaya secara lebih tepat;
b. Perencanaan biaya (cost planning) sehingga memudahkan penyusunan
anggaran perusahaan; serta
c. Pengendalian & analisis biaya (cost control & analysis) dalam rangka
meningkatkan efisiensi usaha (cost efectiveness).
Penerapan konsep laporan secara segmental misalnya pendekatan berdasarkan
aktivitas per lini produksi atau area geografis.
8. Dasar Akrual
Laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini pengaruh transaksi dan
peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Dengan demikian, biaya yang dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan pada
suatu periode dibukukan sebagai beban periode yang bersangkutan (matching of cost
with revenue).
17
9. Penjabaran Transaksi dan Saldo Dalam Valuta Asing
Pada hakekatnya, Perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta
asing (foreign activities) dalam dua cara : melakukan transaksi dalam mata uang asing
atau memiliki kegiatan usaha luar negeri ( foreign operations) Transaksi valuta asing
perusahaan dalam tahun buku berjalan dijabarkan ke dalam valuta rupiah dengan kurs
transaksi, yaitu kurs pada tanggal kejadian, dengan berpedoman kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal transaksi.
Pembukuan perusahaan diselenggarakan dalam satuan mata uang rupiah. Oleh karena
itu, yang dimaksud transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang
didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam satuan mata uang asing.
Terhadap kurs transaksi yang telah ditetapkan lebih dahulu, misalnya pada saat invoice
diterbitkan, yaitu dengan menggunakan :
1. kurs menurut kontrak/perjanjian; atau
2. kurs pada saat barang diserahkan; atau
3. kurs pada saat invoice diterbitkan (unconfirmed), atau
4. ditetapkan lain,
dan didenominasi atau diterima tagihan dalam mata uang rupiah, maka transaksi ini
dapat diperlakukan dan dicatat langsung ke dalam satuan mata uang rupiah.
Jika masih terdapat perbedaan antara jumlah menurut invoice tagihan yang dicatat
dalam satuan mata uang rupiah sebagaimana tersebut di atas dengan jumlah
penerimaan tagihan yang bersangkutan, maka selisih yang timbul dicatat pada akun
Laba (Rugi) Selisih Kurs – Realisasi.
Pada pelaporan setiap tanggal neraca :
18
a. Akun aset dan kewajiban moneter dalam valuta asing, dijabarkan ke dalam mata
uang rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal Neraca. Selisih
penjabaran akun aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal
Neraca, yaitu penyesuaian aset dan kewajiban dalam mata uang asing, dibukukan
pada akun Laba (Rugi) Selisih Kurs – Penyesuaian.
Pos moneter adalah kas dan setara kas, aset, dan kewajiban yang akan diterima
atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan.
b. Tagihan dalam valuta asing yang dibayar dengan rupiah, dicatat berdasarkan kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal pembayaran. Selisih kurs realisasi yang
timbul akibat perbedaan antara kurs tagihan dengan kurs pembayaran dibukukan
pada akun Laba (Rugi) Selisih Kurs - Realisasi.
c. Pungutan dan penyetoran pajak-pajak (PPN dan PPh) dalam valuta asing yang
dibayarkan dengan rupiah, dicatat sesuai kurs pajak yang berlaku pada tanggal
diterima pembayaran/saat penyetoran. Selisih yang timbul akibat perbedaan antara
kurs transaksi dengan kurs pajak dibukukan pada akun Laba (Rugi) Selisih Kurs -
Realisasi.
d. Akun aset dan kewajiban non-moneter dalam valuta asing, tidak boleh dijabarkan
dengan kurs pada tanggal Neraca, sehingga tetap dilaporkan dengan kurs pada
tanggal transaksi (kurs historis).
Dalam laporan arus kas, arus kas untuk atau dari selisih kurs realisasi dan selisih kurs
penyesuaian piutang / hutang harus diklasifikasikan sebagai arus kas operasi ,
sedangkan selisih kurs penyesuaian akun di luar piutang / hutang harus
diklasifikasikan tersendiri setelah arus kas operasi, investasi dan pendanaan.
10. Kas dan Setara Kas
Termasuk dalam pengertian kas dan setara kas adalah kas besar dan kas kecil, rekening
giro bank, investasi yang sifatnya sangat likuid tanpa menghadapi risiko perubahan
nilai, tidak ditentukan lebih dahulu dan tidak dibatasi penggunaannya.
19
Investasi yang dapat diklasifikasikan sebagai setara kas meliputi:
a. Deposito berjangka yang akan jatuh tempo dalam waktu 3 ( tiga ) bulan atau
kurang dari tanggal penempatannya..
b. Instrumen pasar uang yang diperoleh dan akan dicairkan dalam jangka waktu
tidak lebih dari 3 (tiga) bulan.
11. Investasi Jangka Pendek (Lancar)
Investasi jangka pendek (lancar) adalah surat berharga (efek) yang jatuh tempo atau
jangka waktu pemilikannya lebih dari 3 (tiga) bulan dan tidak lebih dari 12 (dua belas)
bulan serta tidak untuk dijaminkan.
Investasi jangka pendek dalam efek yang nilai wajarnya tersedia dapat berupa efek
hutang (debt securities) dan efek ekuitas (equity securities) dapat digolongkan dalam
tiga kategori, yaitu (1) diperdagangkan (trading), (2) Dimiliki hingga jatuh tempo
(held to maturity) ,dan (3) tersedia untuk dijual (available for sale).
Instrumen yang dapat diklasifikasikan sebagai investasi jangka pendek misalnya,
deposito berjangka yang jatuh tempo lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 1 (satu)
tahun dari tanggal neraca dan tidak dijaminkan, unit penyertaan Reksa Dana, serta efek
yang diperdagangkan di pasar uang berupa obligasi Pemerintah R.I.
Investasi jangka pendek dikategorikan sebagai aset lancar dan dicantumkan dalam
neraca dengan metode nilai terendah antara nilai pasar dengan biaya perolehan (cost or
market which ever is lower).
20
Mulai tanggal 1 Januari 1999, sesuai dengan PSAK 50, tentang Akuntansi Investasi
Efek Tertentu, maka efek yang diperdagangkan dinyatakan berdasarkan nilai wajar
yang ditentukan menurut harga pasar (quoted market price) dan dikelompokkan
sebagai aset lancar. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan
(penurunan) nilai wajar dilaporkan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan. Dalam
laporan arus kas, arus kas untuk atau dari pembelian, penjulan dan jatuh tempo efek
yang diperdagangkan harus diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas operasi.
12. Piutang dan Penyisihan Piutang Diragukan
Penyajian piutang dalam laporan keuangan harus dipisahkan antara piutang usaha dan
piutang lainnya, dan dipisahkan antara piutang pihak ketiga dan piutang kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dijelaskan pada butir 5.13.
Nilai tercatat piutang usaha adalah nilai penjualan barang setelah diperhitungkan
dengan PPN (include of value added tax), sedangkan untuk penjualan barang yang
belum difakturkan pada tanggal neraca dicatat sebesar nilai barang tanpa
diperhitungkan PPN (exclude of value added tax) pada akun Penjualan yang Masih
Akan Diterima.
Kolektibilitas dari piutang usaha dan piutang lain-lain dinilai pada akhir tahun,
berdasarkan penelaahan kinerja dari masing-masing debitur, yaitu dengan membuat
daftar umur piutang (aging schedule). Pembentukan atau penilaian atas kecukupan
besarnya penyisihan piutang diragukan pada tanggal Neraca dihitung berdasarkan
nilai tercatat piutang yang masih terbuka pada tanggal Neraca. Pengecualian dapat
dilakukan atas nilai piutang dengan jaminan tunai dan dicatat dalam akun Penerimaan
Jaminan Tunai.
21
Berikutnya ini tabel besaran tarif penyisihan piutang diragukan berdasarkan Keputusan
Direksi No. 10730/TUK/XII/2009, tanggal 3 Desember 2001 yang diperhitungkan
berdasarkan nilai tercatat piutang yang masih terbuka pada tanggal Neraca, yaitu pada
tanggal neraca akhir tahun.
Umur Piutang (%) Penyisihan
Sampai dengan 1 tahun 0Lebih dari 1 sampai dengan 2 tahun 25Lebih dari 2 sampai dengan 3 tahun 50Lebih dari 3 sampai dengan 4 tahun 75
Lebih dari 4 tahun 100
Penerimaan dari piutang yang telah dibentuk penyisihannya, tetap diperlakukan dan
disajikan sebagai pendapatan usaha.
Berikut ini beberapa kriteria pokok sebagai dasar penghapusbukuan piutang usaha dari
pembukuan:
a. Pelanggan sudah tidak menjadi langganan karena alamat pelanggan sudah tidak
diketahui lagi.
b. Bangunan pelanggan sudah tidak ada karena terbakar atau bencana alam.
c. Adanya pernyataan pailit dari pengadilan.
d. Dokumen pendukung tagihan kepada pelanggan hilang dan tidak diperoleh
dokumen pengganti yang sah dan relevan.
Berdasarkan hasil analisis umur piutang usaha di atas, maka dilakukan penyisihan
piutang diragukan atas saldo piutang usaha yang pada akhir tahun (tanggal Neraca)
disangsikan kemungkinan tidak tertagih. Penghapusbukuan piutang usaha dari Neraca
Perusahaan sesuai dengan kriteria pokok di atas sampai dengan nilai Rp.
22
3.000.000.000,- ( tiga milyar rupiah ) dalam satu tahun, sesuai Keputusan Risalah
RUPS RKAP dan RKA PKBL tahun 2007 tanggal 5 Januari 2007, harus mendapat
persetujuan lebih dahulu dari Dewan Komisaris, di atas nilai tersebut menjadi
kewenangan Pemegang Saham..
Penerimaan kembali dari piutang yang telah dihapusbukukan, dicatat ke pada akun
Pendapatan Lainya dan disajikan dalam laporan laba ( rugi) pada Kelompok
Penghasilan Lain-lain .
13. Transaksi dengan Pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa
Yang dimaksud dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, yaitu
sebagai berikut :
1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediary), mengen-
dalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian bersama
dengan perusahaan pelapor (termasuk holding company, subsidiary, dan fellow
subsidiary).
2. Perusahaan asosiasi (associated company), yaitu suatu perusahaan yang
investornya mempunyai pengaruh yang signifikan dan bukan sebagai anak
perusahaan maupun joint venture dari investornya.
3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung suatu
kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan
dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut. Yang dimaksud dengan
keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh masing-masing pihak dalam transaksinya dengan perusahaan
pelapor.
4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan
perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi, dan manajer
dari perusahaan, serta anggota keluarga dekat dari orang-orang tersebut.
23
5. Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki, baik
secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan pada
butir c dan d, atau setiap orang yang termasuk dalam perusahaan-perusahaan yang
dimiliki anggota dewan komisaris, direksi, atau pemegang saham utama dari
perusahaan pelapor, serta perusahaan-perusahaan yang memiliki anggota
manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.
Dalam mempertimbangkan setiap kemungkinan hubungan istimewa, perhatian
diarahkan kepada substansi hubungan, bukan kepada bentuk hukumnya (substance
over form).
Agar pembaca laporan keuangan memperoleh pemahaman tentang pengaruh hubungan
istimewa, Perusahaan pelapor wajib mengungkapkan hakekat dari hubungan istimewa,
jika terdapat pengendalian, sehubungan dengan transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
Ketentuan di atas sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan R.I. nomor
1548/KMK.013/1990, tanggal 4 Desember 1990, juncto nomor 1199/KMK.010/ 1991,
tanggal 30 Nopember 1991 dan peraturan Bapepam VIII.G.7.
Berdasarkan PSAK 7, transaksi Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa, maka transaksi antara Perusahaan dengan BUMN lainnya tidak
perlu diungkapkan sebagai transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
14. Persediaan
14.1. Penilaian Persediaan
Persediaan dinyatakan sebesar biaya perolehan (acquisition cost) atau nilai
24
realisasi bersih ( the lower of cost or net realization value). Jadi nilai persediaan
disajikan setelah dikurangi Akumulasi Penyisihan Penurunan Nilai Persediaan.
Biaya perolehan meliputi harga beli, PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan, biaya
konversi, dan biaya lainnya yang timbul sampai persediaan dalam kondisi dan tempat
yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition) .
Untuk penilaian persediaan dalam proses sesuai butir 5.14.3.b, sesuai Keputusan
Direksi Nomor: 07685/DIR/XII/2004 tanggal 17 Desember 2004, biaya perolehannya
ditetapkan sebagai berikut :
a. Persediaan produk dalam proses dicatat sebagai persediaan sebesar prosentase harga
pokok produk dalam proses terhadap beban pokok produk jadi, yaitu sebagai
berikut :
No. Jenis Produk Prosentase
1. Bulk 75%
2. Produk Jadi 75%
b. Prosentase di atas ditentukan berdasarkan komplikasi proses produksi, tingkat
risiko kegagalan pada saat diproses lebih lanjut dan expired date.
14.2 Penurunan persediaan
Perusahaan melakukan pencadangan/penyisihan atas kemungkinan penurunan nilai
persediaan ( fast moving, slow moving, surplus, dead stock, obsolete, expired).
Penurunan atas nilai persediaan tersebut dicatat pada akun Beban Penyisihan
Penurunan Nilai Persediaan sub akun Pemakaian Bahan Baku dan dialokasikan
sebagai Beban Umum dan Administrasi pada Laporan Laba Rugi setiap akhir tahun.
25
Penyisihan penurunan nilai persediaan dihitung berdasarkan prosentase terhadap total
persediaan dari tiap kelompok persediaan pada akhir tahun , dengan besaran
prosentase, sesuai Keputusan Direksi No : 02179/DIR/III/2009 tanggal 25 Maret
2009, sebagai berikut :
Jenis Persediaan Prosentase Penyisihan Persediaan Fast MovingPersediaan Slow MovingPersediaan SurplusPersediaan Dead StockPersediaan ObsoletePersediaan Expired
0%10%20%20%100%100%
14.3 Pengelompokan persediaan
1. Persediaan Bahan Baku/Penolong
Persediaan Bahan Baku/Penolong merupakan persediaan bahan kimia, bahan baku
vaksin dan serum, perkemasan, makanan hewan, alat gelas / kedokteran.
Persediaan bahan baku/penolong dinilai dengan metoda rata-rata bergerak
(moving average method).
Catatan :
a. Untuk Hewan dan telur mulai laporan keuangan tahun 2009 tidak disajikan
dalam Neraca Perusahaan sebagai persediaan sesuai Nota Dinas Direksi PT
Bio Farma (Persero) Nomor : 0415/Dir/VI/2009, tanggal 30 Juni 2009 karena
sudah dibebankan pada perhitungan harga pokok produksi melalui biaya
Bagian Breeding Hewan.
b. Untuk tujuan pengendalian dan alokasi biaya, mutasi hewan dan telur dicatat
dalam kartu Stock Mutasi Hewan secara extracomtable untuk digunakan
sebagai dasar perhitungan alokasi biaya dari Bagian Breeding Hewan ke
Bagian Produksi atau Penunjang yang menggunakan hewan tersebut.
2. Persediaan Produk Dalam Proses
26
Persediaan Produk Dalam Proses terdiri dari :
a. Barang curah (bulk) hasil produksi sendiri yang telah lulus uji dengan kondisi
siap untuk diformulasi menjadi produk akhir dan dijual, sebelum dilakukan
pengemasan lebih lanjut.
b. Produk akhir hasil produksi sendiri yang telah dikemas dalam wadah (botol/
ampul/vial/uniject blank) dan telah lulus uji sebelum dilakukan pengemasan
lebih lanjut, diberi etiket leaflet, dan dimasukkan ke dalam dus.
Penilaian persediaan produk dalam proses dilakukan pada akhir tahun dengan
metoda harga pokok aktual rata-rata sederhana (simple average actual cost
method).
3. Persediaan Produk Perusahaan
Persediaan produk merupakan hasil produksi sendiri dan produk yang dibeli
dari luar, tetapi masih memerlukan proses produksi lebih lanjut di perusahaan.
Persediaan produk pada tahun berjalan dinilai dengan metoda harga pokok
terapan tahunan (applied cost with yearly estimated cost method) dan pada akhir
tahun dinilai dengan metoda harga pokok aktual rata-rata sederhana (simple
average actual cost method).
Total nilai perbedaan (variance) yang timbul antara harga pokok terapan dan
harga pokok aktual akan dialokasikan :
a. Pada laporan keuangan interim (triwulan I, II dan III) dialokasikan
proporsional kepada (i) kelompok akun Beban Pokok Penjualan pada akun
Selisih Pembebanan Beban Pokok Penjualan Produk dan (ii) kelompok akun
Persediaan Produk Jadi pada akun Selisih Pembebanan Persediaan Produk.
27
b. Pada laporan keuangan tahunan (akhir tahun) dialokasikan proporsional untuk
masing-masing produk yang terjual dan yang masih tersisa sebagai
persediaan.
4. Persediaan Barang Dagangan
Persediaan barang dagangan merupakan produk yang dibeli, baik lokal maupun
impor yang tidak memerlukan proses produksi di perusahaan (dapat langsung
dijual). Persediaan barang dagangan dinilai dengan metoda rata-rata bergerak
(moving average method).
5. Persediaan Perlengkapan
Persediaan Perlengkapan (supplies) merupakan persediaan alat tulis kantor
(ATK), alat kebersihan, alat teknik, spareparts dan solar. Persediaan perlengkapan
dinilai dengan metoda rata-rata bergerak (moving average method).
6. Persediaan Dalam Perjalanan
Persediaan Dalam Perjalanan merupakan persediaan bahan baku/penolong/
perlengkapan/dagangan yang pada akhir tahun barangnya sudah diterima/tiba di
lokasi yang sesuai syarat penyerahan barang sudah menjadi milik perusahaan,
misalnya di Pelabuan. Khusus untuk barang impor, dibuat Nota Perhitungan
Harga Barang Impor (NPI) sementara sebagai dasar untuk mencatat nilai
persediaan dalam perjalanan.
Persediaan dalam perjalanan disajikan dalam Neraca pada Kelompok Persediaan.
7. Persediaan Tidak Produktif
Persediaan Tidak Produktif adalah persediaan yang usang (absolescence)
persediaan mati (dead stock), dan persediaan yang tidak bergerak selama 5
(lima) tahun, yang direklasifikasikan ke akun Persediaan Tidak Produktif dalam
kelompok Aset Lain-lain setelah mendapat persetujuan penghapusbukuan dari
28
Dewan Komisaris sampai dengan nilai Rp. 2.500.000.000,- ( dua milyar lima
ratus juta rupiah ), sesuai dengan Keputusan Risalah Rapat tentang
Pengesahan RKAP dan RKA PKBL tahun 2007 tanggal 5 Januari 2007, di
atas nilai tersebut merupakan kewenangan Pemegang Saham. Selanjutnya akan
dihapusbukukan bilamana telah dilaksanakan pemindahtanganan sesuai
persetujuan dari Dewan Komisaris atau Pemegang Saham.
14.4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencatatan dan pelaporan persediaan, antara lain:
1. Setiap akhir bulan dilaksanakan rekonsiliasi saldo jumlah unit persediaan antara
fungsi akuntansi (administrasi) dengan fungsi gudang (fisik).
2. Pengadaan barang persediaan/barang langsung yang pada akhir tahun masih roses
uji (karantina) dan atau dalam perjalanan agar tetap dicatat sebagai persediaan
(dengan memperhatikan syarat penyerahan barang dalam rangka pengakuan
persediaan), dan dilakukan rekonsiliasi antara fungsi akuntansi dengan fungsi
penerimaan barang yang bertanggung jawab atas persediaan fisik barang
karantina.
3. Hasil inventarisasi persediaan (stock opname) yang dilakukan pada akhir tahun
buku, dipakai sebagai dasar penyesuaian (adjustment) saldo akhir persediaan, baik
oleh fungsi akuntansi maupun fungsi gudang yang bertanggung jawab atas
persediaan fisik barang.
4. Barang-barang persediaan yang PPN Masukannya dapat dikreditkan adalah
barang-barang persediaan yang akan dijual kembali atau dipakai untuk kegiatan
operasional/produksi, dan secara langsung berkenaan dengan kegiatan utama
perusahaan.
15. Uang Muka
Pengeluaran Uang Muka adalah pembayaran sejumlah uang untuk suatu transaksi kepada
Karyawan dan Pihak Ketiga yang dilakukan langsung atau melalui Karyawan yang terkait
29
dengan transaksi/pengeluaran tersebut dan dipertanggungjawabkan kemudian setelah
barang/jasa diterima.
Jenis-jenis uang muka seperti penjelasan diatas adalah sebagai berikut :
1. Uang Muka Pembelian, yaitu untuk pembelian lokal dan impor, termasuk
uang muka untuk pengurusan barang impor yang akan dipertanggungjawabkan
secara bertahap dengan termin penyelesaian pekerjaan, sesuai Kontrak , atau
setelah pekerjaan selesai .
2. Uang Muka Kesehatan, yaitu untuk uang muka kesehatan kepada Karyawan,
Direksi, dan Dewan Komisaris Perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ,
misalnya pengobatan/ perawatan dan pembelian kaca mata.
3. Uang Muka Perjalanan Dinas, yaitu uang muka perjalanan dinas Karyawan,
Direksi, Dewan Komisaris dan tamu perusahaan berdasarkan SPPD yang
dikeluarkan oleh Bagian Administrasi Sumber Daya Manusia (ASDM) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Uang Muka Keagenan, yaitu pembayaran beban penjualan kepada agen yang
terkait dengan penerimaan uang muka penjualan dari pihak ketiga yang akan
dipertanggungjawabkan berdasarkan realisasi penjulanan.
5. Uang Muka Lain-lain, yaitu dana PKBL sebelum ditetapkan oleh RUPS, biaya
rapat, pendidikan dan latihan , keperluan kegiatan monitoring kualitas produk,
jasa produksi dan tantiem, serta kegiatan lainnya.
16. Biaya Dibayar Di Muka
Biaya Dibayar Di Muka dimaksudkan sebagai biaya-biaya yang telah terjadi, akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan pada periode akuntansi akan datang, dan
dibebankan pada saat barang dan/atau jasa diterima atau pada saat diperoleh
pemanfaatannya. Misalnya, premi asuransi, biaya sewa, dan biaya dibayar di muka
lainnya.
30
17. Aset Pajak Tangguhan
Merupakan jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan kembali pada periode
mendatang sebagai akibat adanya :
1. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, seperti Penyisihan Piutang
Diragukan, Biaya Dibayar Di Muka, Beban Imbalan Pasca Kerja Dan penurunan
nilai persediaan.
2. Sisa kompensasi kerugian.
Aset Pajak Tangguhan harus dikompensasi dengan Kewajiban Pajak Tangguhan dan
jumlah nettonya disajikan pada neraca.
18. Aset Tetap
Aset Tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun lebih dahulu, yang digunakan untuk operasi perusahaan, tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan memiliki masa manfaat
lebih dari satu tahun (satu periode akuntansi).
Aset Tetap terdiri dari aset yang tidak dapat disusutkan dan yang dapat disusutkan; dan
dapat bersumber dari pembelian, tukar menukar atau hibah.
Aset Tetap disajikan dalam Neraca berdasarkan biaya perolehan (acquisition cost) aset
dikurangi nilai akumulasi penyusutan, atau sebesar nilai bukunya (book value). Masa
manfaat keekonomian Aset Tetap pada tabel di bawah ini dipakai sebagai dasar
penetapan penyusutan Aset Tetap dengan metoda garis lurus (straight-line method)
dan saldo menurun berganda (double declining balance method).
31
Biaya perolehan Aset Tetap, terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan sampai dengan
Aset Tetap tersebut siap untuk dioperasikan, termasuk PPN masukan yang tidak dapat
direstitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang dapat diatribusikan langsung dalam
rangka membangun/menyiapkan Aset Tetap tersebut ke kondisi dapat bekerja untuk
penggunaan yang dimaksudkan.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan langsung adalah :
biaya persiapan tempat, misalnya biaya pembersihan lokasi (land clearing) dan kegiatan sejenisnya;
biaya pembangunan (development cost) awal, termasuk biaya perijinan, misalnya ijin mendirikan bangunan (IMB);
biaya pemasangan (installation costs) sarana dan prasarana;
biaya profesional, seperti disain arsitektur;
biaya tim pengawas; serta
biaya bunga pinjaman sepanjang dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan aset tetap yang bersangkutan.
Bilamana Aset Tetap diperoleh secara paket berikut suku cadangnya, maka biaya
perolehan Aset Tetap ini sudah termasuk nilai suku cadang bawaan, sehingga suku
cadang ini dicatat (dengan biaya perolehan nihil) di dalam administrasi persediaan di
bagian masing-masing.
Aset Tetap yang berasal dari setoran modal (inbreng) atau hibah, dicatat berdasarkan
harga yang telah ditetapkan oleh pihak penilai (appraisal team).
18.1. Kebijakan Kapitalisasi Aset Tetap
a. Pengeluaran Aset Tetap Awal
32
Nilai materialitas untuk kapitalisasi Aset Tetap atas perolehan awal sesuai
keputusan Direksi No. 0671/DIR/XI/1998, tanggal 1 November 1998,
menitikberatkan kepada sifat dari aset tersebut, kecuali untuk aset inventaris pabrik dan
kantor yang terkadang sulit ditentukan sifatnya menggunakan batasan nilai berikut:
No. Kelompok Inventaris Batasan Pengeluaran
1. Pabrik Pengeluaran s.d. Rp 2.000.000,-
2. Kantor Kelompok I Pengeluaran s.d. Rp 1.000.000,-
3. Kantor Kelompok II Pengeluaran s.d. Rp 1.500.000,-
Pengeluaran yang melampaui batasan nilai tersebut di atas dikapitalisasi.
b. Pengeluaran Selama Masa Penggunaan Aset Tetap
Pada prinsipnya, pengeluaran untuk perbaikan, penggantian dan penambahan
selama masa penggunaan aset harus dikapitalisasi, jika memenuhi kriteria (1)
memperpanjang masa manfaat, (2) memberi manfaat keekonomian di masa yang
akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi atau peningkatan
standar kerja, dan (3) mengurangi secara signifikan biaya pemeliharaan dan
perbaikan.
Untuk mempermudah pelaksanaan akuntansinya, atas pengeluaran tersebut
diberikan batasan nilai, yaitu :
No. Kelompok Inventaris Batasan Pengeluaran
33
1. Tanah Pengeluaran s.d. Rp 10.000.000,-
2. Bangunan Pabrik Pengeluaran s.d. Rp 50.000.000,-
3. Bangunan Kantor/ Rumah Dinas
Pengeluaran s.d. Rp 50.000.000,-
4. Mesin / Utiliti Pengeluaran s.d. Rp 25.000.000,-
5. Pabrik Pengeluaran s.d. Rp 10.000.000,-
6. Kantor Kelompok I Pengeluaran s.d. Rp 1.000.000,-
7. Kantor Kelompok II Pengeluaran s.d. Rp 3.000.000,-
8. Kendaraan Kelompok II Pengeluaran s.d. Rp 5.000.000,-
Pengeluaran sampai sejumlah biaya perolehan tersebut di atas yang bukan merupakan
pembentukan aset / bagian aset tertentu langsung dibebankan pada saat pengeluaran,
sedangkan di atas jumlah tersebut dikapitalisir.
18.2. Tarif dan Metode Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan Aset Tetap dihitung dengan cara dan tarif penyusutan yang merujuk kepada
aturan perpajakan, sehingga tidak ada perbedaan tarif penyusutan antara laporan keuangan
dengan laporan fiskal, sebagai berikut :
Jenis Aset Metode PenyusutanMasa
Manfaat (tahun)
Tarif
(%)
- Bangunan permanen Garis lurus 20 5
- Bangunan tidak permanen Garis lurus 10 10
- Inventaris Mesin Saldo Menurun Berganda 16 12,5
- Inventaris Utiliti Saldo Menurun Berganda 16 12,5
34
- Inventaris Pabrik Saldo Menurun Berganda 16 12,5
- Inventaris kantor kelompok I Saldo Menurun Berganda 4 50
- Inventaris kantor kelompok II Saldo Menurun Berganda 8 25
- Kendaraan kelompok I Saldo Menurun Berganda 4 50
- Kendaraan kelompok II Saldo Menurun Berganda 8 25
18.3. Aset Tetap Dalam Pelaksanaan
Aset Tetap Dalam Pelaksanaan (ATDP) adalah Aset Tetap Dalam Proses
pembangunan fisik sehingga belum dapat digunakan untuk operasi perusahaan atau
tidak dalam kondisi dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Biaya perolehan dari ATDP ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti pada
aset tetap dan disajikan dalam Neraca pada Kelompok Aset Tetap tanpa dikapitalisasi.
ATDP akan dikapitalisasi setelah selesai keseluruhan dan tertuang dalam Berita
Acara.
18.4. Aset Tetap Dalam Perjalanan
Aset Tetap Dalam Perjalanan merupakan aset tetap yang pada akhir tahun sudah
diterima/tiba di lokasi yang sesuai syarat penyerahan aset tetap sudah menjadi milik
perusahan, misalnya di Pelabuan. Khusus untuk aset tetap yang berasal dari impor
dibuat Nota Perhitungan Impor (NPI) sementara sebagai dasar untuk mencatat nilai
aset tetap dalam perjalanan.
Aset Tetap Dalam Perjalanan disajikan dalam Kelompok Aset Lain-lain dan
direklasifikasi ke Kelompok Aset Tetap setelah barang dinyatakan siap pada tempat
dan kondisi dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan semula.
35
18.5. Aset Tetap Tidak Produktif
Aset Tetap Tidak Produktif adalah aset tetap yang akan dihapusbukukan dan atau
dipindahtangankan karena
a. Hilang;
b. Musnah;
c. Rusak yang tidak dapat dipindahtangankan (total cost);
d. Biaya pemindahtanganannya lebih besar daripada nilai ekonomis yang diperoleh
dari pemindahtanganan tersebut;
e. Dibongkar untuk dibangun kembali atau dibangun menjadi Aset Tetap yang lain
yang anggarannya telah ditetapkan oleh RUPS/Menteri mengenai pengesahan
RKAP;
f. Dibongkar untuk tidak dibangun kembali sehubungan dengan adanya program
lain yang direncanakan dalam RKAP;
g. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap, Aset tetap tersebut tidak lagi menjadi milik atau
dikuasai oleh BUMN.
Aset tetap akan direklasifikasikan ke akun Aset Tetap Tidak Produktif dalam
kelompok Aset Lain-lain setelah mendapat persetujuan penghapusbukuan dari Dewan
Komisaris untuk Aset Tetap yang manfaat ekonomisnya sampai dengan 5 (lima) tahun
atau Pemegang Saham untuk yang manfaat ekonomisnya di atas 5 (lima) tahun .
Selanjutnya akan dihapusbukukan bilamana telah dilaksanakan pemindahtanganan
sesuai ketentuan yang berlaku (berdasarkan persetujuan dari Dewan Komisaris atau
Pemegang Saham).
18.6. Perolehan Aset Tetap dari Hasil Kerjasama Operasi
36
Sesuai dengan PSAK 39, Kerjasama Operasi (KSO) merupakan perjanjian antara dua
pihak atau lebih dimana masing-masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama
dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama-sama
menanggung risiko usaha tersebut.
Pemilik aset adalah pihak yang memiliki aset atau hak penyelenggara usaha tertentu
yang dipakai sebagai objek atau sarana kerjasama operasi.
Investor adalah pihak yang menyediakan dana, baik seluruh atau sebagian untuk
memungkinkan aset atau hak usaha pemilik aset diberdayakan atau dimanfaatkan
dalam KSO.
Aset KSO adalah aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk menyelenggarakan
kegiatan KSO.
Pengelola KSO adalah pihak yang mengoperasikan aset KSO. Pengelola KSO
mungkin dilakukan pemilik aset, mungkin investor dan mungkin juga pihak lain yang
ditunjuk.
Masa konsesi adalah jangka waktu dimana investor dan pemilik aset masih terikat
dengan perjanjian bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk pembayaran lain yang
tercantum di dalam perjanjian KSO.
Pengoperasian aset KSO terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu :
a. Bangun, Kelola, Serah-terima (Built Operate Transfer)
37
Bentuk kerjasama dimana investor yang mendanai pembangunan aset KSO
sampai berakhir masa konsesi, dimana pada akhir masa konsesi investor akan
menyerahkan aset KSO tersebut dan pengelolaannya kepada pemilik aset.
b. Bangun, Serah-terima, Kelola (Built Transfer Operate)
Investor yang mendanai pembangunan aset KSO sampai siap dioperasikan,
kemudian aset KSO tersebut diserahkan kepada pemilik aset untuk dikelola.
18.7. Biaya Tangguhan
Biaya tangguhan , merupakan biaya-biaya yang tidak dilaporkan sebagai beban
(expense) pada periode terjadinya karena dianggap memberikan manfaat bagi periode-
periode berikutnya, yaitu pada umumnya mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun; kejadiannya tidak berulang-ulang (rutin) setiap tahun; tidak dapat
dikelompokkan ke dalam aset tetap dan aset tak berwujud; dan nilainya material.
Biaya Tangguhan dikelompokkan ke dalam Neraca pada Kelompok Aset Lain-lain dan
pesyaratan pengakuan biaya tangguhan tersebut merujuk kepada PSAK 19 tentang
Aset Tak Berwujud sebagaimana dijelaskan pada butir 5.18.8 .
Berikut ini contoh dari jenis-jenis biaya tangguhan yang penerapannya harus
memperhatikan persyaratan dalam PSAK 19 , yaitu :
a. Biaya pendirian perusahaan atau dikenal dengan biaya praoperasi, yaitu biaya yang timbul pada tahap pengembangan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
b. Biaya peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu biaya yang timbul dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kecakapan khusus SDM.
c. Biaya pengembangan manajemen/organisasi, misalnya biaya konsultan keuangan dan perencanaan; konsultan peningkatan kualitas sistem, dan sistem penggajian pegawai.
d. Biaya kontrak sewa bangunan jangka panjang.e. Biaya rekondisi aset tetap, misalnya pembuatan dan pemasangan partisi bangunan
yang dibangun diatas struktur bangunan bukan milik sendiri, atau biaya overhaul
38
alat pengangkutan yang bertujuan mempertahankan/ memperpanjang umur keteknikan kendaraan yang bersangkutan.
f. Biaya emisi saham, yaitu biaya yang terjadi dalam rangka pemasyarakatan saham perusahaan yang meliputi biaya notaris/penasihat hukum, penilai, biaya pencetakan prospektus dan sertifikat, biaya pendaftaran, penjamin emisi, dan sebagainya.
g. Biaya hak guna usaha/bangunan (HGU/HGB), yaitu biaya-biaya perolehan awal dan pengeluaran kemudian yang berkenaan dengan pengurusan/ perijinan perpanjangan HGU/HGB.
h. Biaya pengembangan produk/jasa, yaitu biaya-biaya yang timbul dari pengembangan terhadap suatu jenis produk barang/jasa.
Dalam praktiknya, biaya tangguhan diamortisasi sesuai dengan masa manfaat masing-
masing jenis beban. Namun, jika berkaitan dengan suatu kewajiban, harus diamortisasi
secara proporsional berdasarkan masa manfaat atau jangka waktu pelunasan
kewajiban, mana yang lebih pendek.
18.8. Aset Tak Berwujud
Aset tak Berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan
administratif.
Berikut ini pernyataan yang relevan digunakan sebagai pertimbangan dalam akuntansi
Aset tak Berwujud menurut paragraf-paragraf penting yang terdapat dalam PSAK 19,
tentang Aset tak Berwujud ;
a. Pengeluaran untuk suatu pos aset tak berwujud diakui sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali jika pengeluaran tersebut merupakan bagian dari biaya perolehan aset tak berwujud yang memenuhi kriteria (i) kemungkinan besar perusahaan akan
39
memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut dan (ii) biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara handal.
b. Bilamana pengeluaran dilakukan untuk memperoleh manfaat keekonomian di masa depan bagi Perusahaan, tetapi pengeluaran tersebut tidak menghasilkan aset tak berwujud ataupun aset lainnya yang dapat diakui, maka pengeluaran tersebut diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Misalnya pengeluaran untuk kegiatan riset selalu diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Contoh lainnya adalah :
Pengeluaran kegiatan perintisan, kecuali pengeluaran biaya tersebut termasuk dalam biaya perolehan aset tetap (PSAK 16, tentang Aset Tetap dan Aset Lain-lain);
Pengeluaran untuk kegiatan pelatihan; Pengeluaran untuk kegiatan periklanan & promosi; Pengeluaran dalam rangka realokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh
perusahaan; Kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan baru; Pencarian, evaluasi, dan seleksi penerapan temuan riset atau pengetahuan
lainnya; Pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa; dan Perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi berbagai alternatif kemungkinan bahan
baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa.c. Biaya yang dikeluarkan pada tahap pengembangan dapat ditangguhkan sepanjang
memenuhi persyaratan tertentu, antara lain (i) menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomis masa depan, dapat digunakan atau dijual; (ii) mempunyai niat dan tersedianya sumber daya untuk menyelesaikan tahapan pengembangan; (iii) kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait selama tahap pengembangan.
d. Suatu aset tak berwujud tidak boleh lagi diakui, dan harus dihilangkan dari Neraca, saat aset tersebut dilepas atau ketika tidak ada lagi manfaat masa depan yang diharapkan dari penggunaannya dan pelepasan yang dilakukan sesudahnya.
19. Kewajiban
40
19.1. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu hutang diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika diperkirakan
akan diselesaikan dalam waktu 1 (satu) tahun dari tanggal Neraca, yaitu (i) pinjaman
jangka pendek, (ii) uang muka penjualan, (iii) hutang usaha, (iv) hutang pajak, (v)
hutang pembagian laba, (vi) bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo
dalam waktu 1 (satu) tahun, (vii) biaya yang masih harus dibayar, (viii) pendapatan
diterima dimuka, dan (ix) kewajiban lancar lain-lain.
19.2. Kewajiban Jangka Panjang
Adalah semua kewajiban lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek, yaitu (i) hutang hubungan istimewa, (ii) kewajiban pajak tangguhan,
(iii) kewajiban imbalan pasca kerja (iv) pinjaman jangka panjang (yang jatuh tempo
lebih dari 1 tahun) dan (v) kewajiban tidak lancar lain-lain.
19.3. Kewajiban Imbalan Pasca Kerja
Mulai tahun buku 2005, Perusahaan menerapkan PSAK 24 (Revisi 2004) tentang Imbalan
Kerja yang dilakukan secara retrospektif dengan mencatat Kewajiban Imbalan Pasca Kerja
untuk memenuhi UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan yang berlaku efektif sejak tanggal
25 Maret 2003, yang dimanifestasikan dalam peraturan perusahaan.
Berdasarkan PSAK 24 (revisi 2004) tentang Imbalan Kerja, penyisihan imbalan pasca kerja
ditentukan dengan menggunakan metode Projected Unit Credit. Keuntungan dan kerugian
aktuarial diakui sebagai pendapatan atau beban, jika akumulasi keuntungan dan kerugian
aktuarial yang belum diakui pada pelaporan tahun sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini
kewajiban imbalan pasti. Keuntungan dan kerugian aktuarial diakui dengan metode garis lurus
selama rata-rata sisa masa kerja karyawan. Lebih lanjut, biaya jasa lalu (past service cost) atau
perubahan-perubahan yang berasal dari penyisihan imbalan diamortisasi sampai imbalan kerja
tersebut telah menjadi hak.
41
20. Ekuitas
Komponen ekuitas terdiri dari :
(1) Modal saham ditempatkan dan disetor, disajikan sebesar nilai nominal untuk
setiap jenis saham dasar (sesuai anggaran dasar) yang telah ditempatkan dan
disetor penuh.
(2) Penyertaan Modal Pemerintah / Negara (PMP/PMN) adalah tambahan setoran
modal Pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
(3) Cadangan yang berasal dari bagian laba, hibah, bagian laba yang tidak diambil,
dan pembentukan cadangan lainnya yang ditetapkan oleh RUPS.
(4) Modal donasi merupakan setoran hibah dari pihak lain di luar Pemegang Saham.
(5) Selisih penilaian kembali aset tetap untuk mencatat hasil tambahan nilai aset tetap
sebagai hasil penilaian kembali sesuai ketentuan Pemerintah, setelah dilakukan
perhitungan pajak yang terkait.
(6) Saldo laba (rugi) merupakan saldo laba (rugi) yang belum ditetapkan
penggunaannya oleh RUPS.
21. Pengakuan Beban dan Pendapatan
21.1. Pengakuan Pendapatan (revenue)
1) Penjualan tunai (cash & carry), pengakuan pendapatan pada saat kas dan setara kas
diterima & barang/jasa diserahkan dengan bukti pendukung berupa faktur tunai.
2) Penjualan kredit, pengakuan pendapatan pada saat tanggal terbit faktur dengan bukti
pendukung berupa faktur kredit.
3) Bilamana diterima uang muka lebih dahulu, maka (i) untuk penjualan ekspor
(misalnya, uang muka 100%), pendapatan diakui pada saat terbit faktur tunai,
sedangkan (ii) untuk penjualan kepada Pemerintah (uang muka maksimum 20%),
pendapatan diakui pada saat terbit faktur kredit.
42
Dasar pembuatan faktur tunai/kredit tersebut sebagai berikut :
Penjualan kepada Pemerintah yang kontrak jual beli dilakukan dengan Ditjen
PPM & PL untuk keperluan program imunisasi dasar, dasar pembuatan faktur (i)
untuk Pemerintah Pusat adalah Berita Acara Penerimaan Barang/Jasa (BAPB)
yang ditandatangani oleh Ditjen. PPM & PL, sedangkan (ii) untuk Pemerintah
daerah adalah Berita Acara Penerimaan Vaksin yang ditandatangani oleh Panitia
Penerimaan Vaksin dari masing-masing daerah di Indonesia.
Penjualan kepada swasta (termasuk kepada Pemerintah di luar untuk keperluan
program imunisasi dasar), dasar pembuatan faktur adalah Perintah Pengiriman
yang telah dilengkapi dengan Surat Pengantar yang ditandatangani oleh pembeli
atau ekspeditur.
Penjualan ekspor, yaitu kontrak jual beli dilakukan dengan pihak luar negeri tanpa
melihat distribusi barang, dasar pembuatan faktur adalah packing list yang telah
dilengkapi dengan air waybill (AWB) yang ditandatangani oleh pengirim barang
(expediture), kecuali distribusi barang di dalam negeri, tanpa dilengkapi AWB.
Penjualan jasa, dasar pembuatan faktur untuk penjualan tanpa kontrak adalah
pada saat sampel diterima (jasa laboratorium) dan Surat Perintah Vaksinasi yang
ditandatangani oleh pembeli (jasa imunisasi), sedangkan untuk penjualan jasa
melalui kontrak dasar pembuatan faktur adalah berita acara yang ditandatangani
oleh Perusahaan dan Pembeli.
Pengakuan omzet vaksinasi Divisi Pelayanan Jasa yang belum difaktur
berdasarkan dokumen Surat Perintah Vaksinasi ( SPV) yang diterima.
21.2. Beban (expense)
Beban pada umumnya diakui pada saat terjadinya (accrual basis).
21.3. Taksasi Pendapatan atau Beban
43
Taksasi pendapatan atau beban dapat dilakukan oleh fungsi teknis, jika terdapat
pendapatan atau beban yang belum diketahui jumlahnya secara pasti sampai penutupan
tahun buku. Laba (rugi) yang timbul sebagai akibat perbedaan antara taksasi dengan
jumlah sebenarnya dibukukan sebagai pendapatan atau beban tahun berjalan, yaitu
pada saat diketahui timbulnya perbedaan tersebut.
22. Penjualan
22.1. Berdasarkan sektor terdiri dari :
1) Penjualan kepada Pemerintah yang kontrak jual beli dilakukan dengan Ditjen
PPM & PL untuk keperluan program imunisasi dasar.
2) Penjualan kepada swasta yang dilakukan dengan distributor, Pemerintah di luar
keperluan program imunisasi dasar, dan kepada pembeli lainnya.
3) Penjualan ekspor, yang kontrak jual beli dilakukan dengan pihak luar negeri tanpa
melihat wilayah distribusi barang.
22.2. Berdasarkan jenis yang dijual
1. Penjualan produk perseroan :
Vaksin Virus Vaksin Bakteri Vaksin Kombinasi Serum dan Diagnostika
2. Penjualan Barang Dagangan
3. Penjualan jasa :
Jasa laboratorium Jasa imunisasi
44
22.3. Berdasarkan saat pembayaran/pelunasan
a. Penjualan tunai, adalah transaksi penjualan yang bersifat cash & carry yang
didukung dengan faktur tunai.
b. Penjualan kredit, yaitu penjualan yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai
penjualan tunai di atas.
Dengan demikian, pembayaran yang dilakukan beberapa waktu setelah penyerahan
barang, tidak diperlakukan sebagai penjualan tunai.
Atas penjualan tunai dan kredit dapat dikurangkan potongan penjualan (sales discount)
atau rabat yang telah diberikan sesuai ketentuan yang berlaku di Perusahaan.
23. Beban Pokok Penjualan
Beban pokok penjualan terdiri dari :
1. Beban pokok penjualan produk perseroan, yaitu beban-beban yang dapat
diatribusikan secara langsung atau tidak langsung ( melalui distribusi
dan alokasi beban) ke akun-akun penjualan barang jadi yang berkenaan.
2. Beban pokok penjualan barang dagangan, yaitu beban-beban yang dapat
diatribusikan secara langsung ke akun-akun penjualan barang dagangan yang
berkenaan.
3. Beban jasa, yaitu beban-beban yang dapat diatribusikan secara langsung atau
tidak langsung (melalui distribusi dan alokasi beban) ke akun-akun pendapatan
jasa yang berkenaan.
Komponen beban pokok penjualan terdiri dari :
a. Beban Pokok Penjualan Produk Perusahaan :
Vaksin Virus
45
Vaksin Bakteri Vaksin Kombinasi Serum dan Diagnostika
b. Selisih Pembebanan Beban Pokok Penjualan Produk, untuk menampung selisih
pembebanan beban pokok penjualan produk terapan pada laporan keuangan
triwulanan.
c. Beban Pokok Penjualan Barang Dagangan
Kelompok beban di bawah ini akan didistribusikan dan dialokasikan ke beban
produksi, beban jasa, beban administrasi & umum, beban penjualan , dan beban
penelitian, pengembangan & surveilans, yaitu :
Beban Pemakaian Bahan Baku Beban Pemakaian Bahan Penolong Beban Karyawan Beban Direksi Beban Dewan Komisaris Beban Sosial Karyawan Beban Perjalanan Dinas Beban Jasa Profesional Beban Pemeliharaan dan Perbaikan Beban Asuransi Beban Penyusutan dan Amortisasi Beban Kantor Beban Peningkatan dan Pengembangan SDM Beban Keagenan, Royalti, dan Insentif Penjualan. Beban Angkutan & Embalage Beban Promosi dan Periklanan Beban Monitoring Kualitas Produk Beban Pajak Lain-lain Beban Usaha
24. Beban Usaha
46
24.1. Beban Penjualan
Beban penjualan meliputi akun-akun beban perusahaan yang masuk ke pusat biaya
(cost center) penjualan yang diperoleh dari hasil distribusi dan alokasi beban
perusahaan yang berkaitan langsung dengan kegiatan penjualan dan pemasaran adalah
:
Beban Keagenan, Royalti, dan Insentif Penjualan Beban Angkutan dan Embalage Beban Promosi Beban Monitoring Kualitas Produk
24.2 Beban Administrasi dan Umum
Beban administrasi dan umum, meliputi akun-akun beban perusahaan yang masuk ke
pusat biaya (cost center) administrasi dan umum yang diperoleh dari hasil distribusi
dan alokasi beban perusahaan, termasuk pusat bagian pemasaran yang tidak terkait
langsung dengan kegiatan pemasaran, seperti beban karyawan dan beban kantor.
Komponen beban administrasi & umum yang berkaitan langsung dengan kegiatan
administrasi & umum dan kegiatan tidak langsung pemasaran adalah :
Beban Karyawan Beban Direksi Beban Dewan Komisaris Beban Sosial Karyawan Beban Perjalanan Dinas Beban Jasa Profesional Beban Pemeliharaan dan Perbaikan Beban Asuransi Beban Penyusutan dan Amortisasi Beban Kantor Beban Peningkatan dan Pengembangan SDM Beban pajak Lain-lain beban umum
24.3 Beban Penelitian, Pengembangan & Surveilans
47
Beban penelitian, pengembangan & surveilans adalah beban yang berkaitan dengan
kegiatan penelitian, pengembangan produk dan proses kerja surveilans dan evaluasi
produk ( termasuk beban amortisasi Beban Tangguhan / Aset tak Berwujud untuk
kegiatan Litbang dan Surveilans ) yang dibebankan pada Pusat Biaya Penelitian dan
Pengembangan serta Pusat Biaya Surveilans dan Evaluasi Produk.
25. Penghasilan (Beban) Lain-lain
Akun ini dimaksudkan untuk menampung akun-akun penghasilan dan beban yang (i)
sifatnya insidentil, (ii) tidak diharapkan perolehannya/pengeluarannya, dan (iii) bukan
bagian dari aktivitas utama perusahaan.
Komponen dari akun penghasilan dan beban lain-lain, misalnya :
Penjualan telur, tikus, media, darah & penjualan lainnya. Pendapatan bunga dan jasa giro setelah dipotong pajak (PPh pasal 23). Sewa ruang dan bagi hasil. Pendapatan klaim asuransi, denda (kecuali denda pajak) dan royalti. Laba (rugi )selisih kurs Pendapatan/beban rupa-rupa Koreksi fiskal Selisih lebih (kurang) harga pokok produk aktual Beban bunga pinjaman Beban denda / penalti selain denda pajak Beban denda pajak Keuntungan (kerugian) pemindahtanganan aset Pendapatan/beban lain-lain
26. Beban (penghasilan ) Pajak
48
Komponen dari beban (penghasilan) pajak adalah pajak penghasilan badan - kini; dan
beban (penghasilan ) pajak tangguhan.
Akun-akun ini timbul sebagai konsekuensi penerapan dari PSAK 46, tentang
Akuntansi Pajak Penghasilan, lihat butir 5.28 tentang Akuntansi Pajak.
27. Akuntansi Pajak
(1) Pembelian barang /jasa yang PPN masukannya dapat dikreditkan , nilainya dicatat sebesar harga beli sebelum PPN (exclude value added tax). Sedangkan untuk PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan nilainya dicatat sebesar harga beli ditambah PPN (include value added tax). Jika dalam pembelian satu paket barang/jasa, terdapat PPN yang sebagian dapat dikreditkan, maka seluruh PPN diperlakukan sebagai pembelian barang/jasa yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan.
(2) Nilai pajak penghasilan (PPh) yang bersifat final, akan dikompensasi (offsetting) langsung dengan nilai pendapatan yang diperoleh. Misalnya, PPh pendapatan atas bunga deposito dan jasa giro.
(3) Pajak penghasilan pada laporan laba-rugi ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam tahun yang bersangkutan. Perusahaan tidak melakukan penangguhan pajak (deferred tax) atas perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban antara laporan keuangan untuk akuntansi dan fiskus (pajak).
(4) Sesuai dengan PSAK 46, beban pajak kini atas penghasilan sewa dan jasa pelayanan dan pemeliharaan yang dikenakan pajak penghasilan final, beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada tahun berjalan. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai pajak dibayar dimuka disajikan terpisah dari hutang pajak penghasilan final.
(5) Beban pajak kini atas penghasilan yang tidak dikenakan pajak penghasilan final ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.
(6) Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) yang menimbulkan jumlah kena pajak untuk perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat tersebut kewajiban tersebut dilunasi. Aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary differences) yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan untuk
49
perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi.
(7) Perbedaan jumlah tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final dengan dasar pengenaan pajaknya tidak diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan.
(8) Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.
(9) Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di Neraca, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini.
28. Sistematika Kode Akun dan Kode Penting Lainnya
Yang dimaksud dengan sistematika kode adalah susunan kode-kode unik yang terdiri
dari susunan angka-angka numerik dan atau alfabet yang digunakan untuk
mengidentifikasi semua transaksi keuangan yang bermuara pada laporan keuangan.
28.1 Sistematika Kode Akun Neraca dan Laba Rugi
Sistem pengkodean akun neraca dan laba rugi yang dipakai Perusahaan adalah sebagai
berikut :
Kelompok Nama Kelompok Akun
1 Aset
2 Kewajiban
3 Ekuitas
4 Penjualan
5 Beban
6 Penghasilan dan Beban Lainnya
50
Berdasarkan kelompok tersebut, disusun daftar kode akun ( chart of account ) yang
dibuat secara sistematis yang nantinya akan digunakan oleh perangkat lunak aplikasi
akuntansi ( accounting application software ) dalam mengakumulasikan dan
mengikhtisarkan semua transaksi keuangan yang berlaku di Perusahaan. Rincian kode
dan penjelasan akun lihat lampiran 1 dan 2.
28.2 Sistematika Kode Pusat Biaya
Kode bagian terdiri dari 4 digit numerik, yaitu :
- Digit 1 Kode Direktorat
- Digit 2 Kode Divisi
- Digit 3 Kode Bagian
- Digit 4 Kode Seksi
Daftar kode bagian diperlukan untuk memudahkan pengalokasian beban perusahaan
ke pusat biaya dan pengendalian aktivitas-aktivitas pusat biaya, antara lain :
1. Permintaan bahan
baku/penolong/perlengkapan ke Bagian Pengelolaan Persediaan melalui Form
Permintaan Barang Persediaan dari Bagian termasuk realisasi penyerahan barang
persediaan ke bagian melalui Form Penyerahan Barang ke Bagian.
2. Pembelian barang langsung melalui
Bon Permintaan Pembelian termasuk realisasi penerimaan barangnya melalui
Laporan Pemeriksaan dan Penerimaan Barang Langsung.
3. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan atau Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.
4. Mutasi Barang Inventaris
Rincian kode pusat biaya lihat lampiran 3.
51
28.3 Sistematika Kode Jurnal
Kode jurnal terdiri dari digit alfabet-numerik yang digunakan dalam rangka
pengelompokan transaksi keuangan untuk tujuan memudahkan dan mempercepat
penelusuran file bukti jurnal dan bukti pendukung. Secara singkat
kode jurnal dapat dikelompokkan :
No. Kode Jurnal Nama Jurnal
1. HUxx Pembelian Kredit
2. Puxx Penjualan Kredit
3. KK Pengeluaran Kas
4. KM Penerimaan Kas
5. BK Pengeluaran Bank
6. BM Penerimaan Bank
7. Umxx Umum diluar no 1 s.d. 6
Daftar kode jurnal berikut penjelasannya lihat lampiran 4.
28.4 Sistematika Kode Aset Tetap
Kode aset tetap terdiri dari 18 digit numerik dengan aturan sebagai berikut :
1. Tiga digit pertama menunjukkan kelompok aset tetap,
001 Tanah
002 Bangunan Perusahaan
006 Bangunan Tidak Permanen
010 Inventaris Mesin
015 Inventaris Utiliti
020 Inventaris Pabrik
52
030 Inventaris Kantor Kelompok I
031 Inventaris Kantor Kelompok II
040 Kendaraan Kelompok I
041 Kendaraan Kelompok II
2. Dua digit kedua menunjukkan metode dan tarif penyusutan
Sub digit pertama 0 metode saldo menurun ( double declining balance )
1 metode garis lurus ( straight line method )
Sub digit kedua 1 Tarif 50 %
2 Tarif 25 %
3 Tarif 12,50%
4 Tarif 10 %
5 Tarif 5 %
3. Empat digit ketiga menunjukkan tahun perolehan
4. Lima digit keempat menunjukkan nomor aset tetap
Secara ringkat aturan penomoran aset tetap tersebut adalah :
XXX. XX. XXXX. XXXXXX
Nomor urut
Tahun Perolehan
Kelompok Penyusutan (digit 1 = metode, digit 2 = tarif )
Kelompok Aset Tetap
Contoh :
Kode inventaris 020.03.2002.00001 adalah inventaris pabrik, metode penyusutan saldo
menurun, tarif 12,5% per tahun, tahun perolehan 2002, nomor 1.
53
28.5 Sistematika Kode Barang dan Jasa
Sistematika kode barang/jasa terdiri dari 12 digit numerik dan huruf
Y. X. XX. YXXXX
Nama Barang/Jasa
Kode Jenis Barang/Jasa
Kelompok Persediaan, Barang Langsung, Jasa
Kode Pembelian
Kode Pembelian
Kelompok Nama Kelompok Barang
A Bahan Kimia
B Bahan Baku lainnya
C Alat Laboratorium
D Perlengkapan Kerja
E Perkemasan dan Embalage
F Pemeliharaan dan Suku Cadang
G Jasa Profesional
H Investasi
I Pengujian
J Barang Umum
K Barang Dagangan
X Beban Lain-lain
Kode Kelompok Persedian, Barang langsung, Jasa
1 = Persediaan
54
2 = Barang Langsung
3 = Jasa
III. ALIRAN PROSES
55
56
57
58
59
60
2.2 Kode Akuntansi
KODE AKUN
KODE AKUN NAMA AKUN
1.0.00.00.00.00 ASET
1.1.00.00.00.00 ASET LANCAR
1.1.01.00.00.00 Kas & Setara Kas
1.1.01.01.00.00 Kas
1.1.01.02.00.00 Bank
1.1.01.03.00.00 Deposito Berjangka Sampai Dengan 3 Bulan
1.1.02.00.00.00 Investasi Jangka Pendek
1.1.02.01.00.00 Investasi Sementara
1.1.02.02.00.00 Setoran Jaminan
1.1.03.00.00.00 Piutang Usaha
1.1.04.00.00.00 Piutang Lain-lain
1.1.05.00.00.00 Persediaan
1.1.05.01.00.00 Persediaan Bahan Baku
1.1.06.00.00.00 Uang Muka
1.1.07.00.00.00 Pajak Dibayar Dimuka
1.1.08.00.00.00 Biaya Dibayar Dimuka
1.1.09.00.00.00 Pendapatan Yang Masih Akan Diterima
1.2.00.00.00.00 ASET TIDAK LANCAR
1.2.04.00.00.00 Aset Tetap
61
1.2.04.01.00.00 Tanah
1.2.04.02.00.00 Bangunan Permanen
1.2.04.04.00.00 Inventaris Mesin
1.2.04.05.00.00 Inventaris Utiliti
1.2.04.06.00.00 Inventaris Pabrik
1.2.04.07.00.00 Inventaris Kantor Kelompok I
1.2.04.08.00.00 Inventaris Kantor Kelompok II
1.2.04.09.00.00 Kendaraan Kelompok I
1.2.04.10.00.00 Kendaraan Kelompok II
1.2.04.80.00.00 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
1.2.04.90.00.00 Aset Tetap Dalam Pelaksanaan (ATDP)
1.2.04.91.00.00 Aset Tetap Dalam Perjalanan (In Transit)
1.2.05.01.00.00 Aset Tidak Berwujud (ATB)
1.2.05.80.00.00 Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud (ATB)
1.2.05.90.00.00 Aset Tidak Berwujud Dlm Penyelesaian
1.2.06.00.00.00 Aset Pajak Tangguhan
1.2.99.00.00.00 Aset Lain-lain
1.2.99.01.00.00 Piutang Jangka Panjang
1.2.99.02.00.00 Aset KSO
1.2.99.03.00.00 Beban Tangguhan
1.2.99.04.00.00 Aset Tetap Lainnya
1.2.99.07.00.00 Aset Tidak Produktif
1.2.99.08.00.00 Jaminan
2.0.00.00.00.00 KEWAJIBAN
62
2.1.00.00.00.00 KEWAJIBAN LANCAR
2.1.01.00.00.00 Pinjaman Jangka Pendek
2.1.02.00.00.00 Uang Muka Penjualan
2.1.03.00.00.00 Hutang Usaha
2.1.04.00.00.00 Hutang Pajak
2.1.05.00.00.00 Hutang Pembagian Laba
2.1.06.00.00.00 Biaya Yang Masih Harus Dibayar
2.1.07.00.00.00 Pendapatan Yang Diterima Dimuka
2.1.08.00.00.00 Penerimaan Jaminan Tunai
2.1.99.00.00.00 Kewajiban Lancar Lain-lain
2.2.00.00.00.00 KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
2.2.01.00.00.00 Hutang
2.2.02.00.00.00 Kewajiban Pajak Tangguhan
2.2.03.00.00.00 Pinjaman Jangka Panjang
2.2.04.00.00.00 Kewajiban Imbalan Pasca Kerja
2.2.99.00.00.00 Kewajiban Tidak Lancar Lainnya
3.0.00.00.00.00 EKUITAS
3.1.00.00.00.00 MODAL SAHAM DITEMPATKAN DAN DISETOR
3.1.01.00.00.00 Modal Saham
3.1.02.00.00.00 Tambahan Modal Disetor - Bersih
3.2.00.00.00.00 Penyertaan Modal Pemerintah (PMP)
3.3.00.00.00.00 Cadangan
3.4.00.00.00.00 Modal Donasi
63
3.5.00.00.00.00 Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap
3.6.00.00.00.00 Hak Minoritas
3.7.00.00.00.00 Saldo Laba (Defisit)
4.0.00.00.00.00 PENJUALAN
4.1.00.00.00.00 Penjualan Produk Jadi
4.1.01.00.00.00 HJ Vaksin Bakteri
4.1.02.00.00.00 HJ Vaksin Virus
4.1.03.00.00.00 HJ Vaksin Kombinasi
4.1.04.00.00.00 HJ Sera
4.1.05.00.00.00 HJ Reagensia
4.1.05.00.00.00 HJ Diagnostika
4.1.80.00.00.00 Potongan Penjualan dan Retur Produk Jadi
4.2.01.00.00.00 Barang Dagangan
4.2.02.00.00.00 Alat Kesehatan
4.2.80.00.00.00 Potongan Penjualan dan Retur Barang Dagangan
4.3.00.00.00.00 Penjualan Jasa
4.3.01.00.00.00 Jasa Laboratorium
4.3.02.00.00.00 Jasa Imunisasi
4.3.80.00.00.00 Potongan Penjualan Jasa
5.0.00.00.00.00 BEBAN
5.1.00.00.00.00 Beban Perusahaan
5.1.01.00.00.00 HP Produk Jadi
5.1.02.00.00.00 HP Produk Dalam Proses
64
5.1.10.00.00.00 Beban Pokok Penjualan Produk Jadi
5.1.20.00.00.00 Beban Usaha
5.1.20.02.10.00 Persediaan Bahan Baku / Penolong Kadaluarsa / Rusak
5.1.20.02.10.00 Persediaan Produk Jadi Kadaluarsa / Rusak
5.1.20.03.00.00 Beban Karyawan
5.1.20.04.00.00 Beban Direksi
5.1.20.05.00.00 Beban Dewan Komisaris
5.1.20.11.00.00 Beban Penyusutan & Amortisasi
5.1.20.12.00.00 Beban Kantor
5.1.20.13.00.00 Beban Peningkatan & Pengembangan SDM
5.1.20.14.00.00 Beban Keagenan, Royalti & Insentif Penjualan
5.1.20.15.00.00 Beban Angkutan dan Embalage
5.1.20.17.00.00 Beban Promosi
5.1.20.18.00.00 Beban Monitoring Kualitas Produk
5.1.20.19.00.00 Beban Pajak
5.1.20.99.00.00 Lain-lain Beban Usaha
6.0.00.00.00.00 PENDAPATAN DAN BEBAN LAINNYA
6.1.00.00.00.00 Pendapatan Lain-Lain
6.2.00.00.00.00 Beban Lain-Lain
8.0.00.00.00.00 PENDAPATAN (BEBAN) PAJAK
65
2.3 Kode Jurnal
DAFTAR KODE JURNAL
1. Axx JURNAL PEMBELIAN KREDIT
1.1. A01 Pembelian Barang Langsung
1.2. A02 Pembelian Barang Persediaan
1.3. A03 Pembelian Barang Investasi
1.4. A04 Pembelian Barang Impor
1.5. A05 Pengadaan Jasa
1.6. A06 Pembelian Barang Dagangan
2. Bxx JURNAL PENJUALAN KREDIT
2.1. B01 Jurnal Penjualan kepada Pemerintah
2.2. B02 Jurnal Penjualan kepada Swasta
2.3. B03 Jurnal Penjualan Ekspor
2.4. B04 Penjualan Jasa
3. JURNAL PENERIMAAN KAS / BANK
3.1. C01 Penerimaan Kas Umum
3.2. C02 Penerimaan Kas - Penjualan kepada Swasta Tunai
3.3. C05 Penerimaan Kas - Penjualan Jasa Tunai
3.4. C09 Penerimaan Kas – Akun Perantara Kas / Bank
3.5. C10 Penerimaan Bank Umum
3.6. C11 Penerimaan Bank – Penjualan kepada Pemerintah Tunai
66
3.7. C12 Penerimaan Bank - Penjualan kepada Swasta Tunai
3.8. C13 Penerimaan Bank - Penjualan Ekspor Tunai
3.9. C15 Penerimaan Bank - Penjualan Jasa Tunai
3.10. C19 Penerimaan Bank – Akun Perantara Kas / Bank
4. JURNAL PENGELUARAN KAS / BANK
4.1. C30 Pengeluaran Kas Umum
4.2. C31 Pengeluaran Kas – Pembelian Barang Langsung Tunai
4.4. C33 Pengeluaran Kas – Pembelian Barang Investasi Tunai
4.5. C35 Pengeluaran Kas - Pengadaan Jasa Tunai
4.6. C39 Pengeluaran Kas – Akun Perantara Kas / Bank
4.7. C40 Pengeluaran Bank Umum
4.8. C41 Pengeluaran Bank - Pembelian Barang Langsung Tunai
4.9. C42 Pengeluaran Bank - Pembelian Barang Persediaan Tunai
4.10. C43 Pengeluaran Bank - Pembelian Barang Investasi Tunai
4.11. C45 Pengeluaran Bank - Pengadaan Jasa Tunai
4.12. C49 Pengeluaran Bank – Akun Perantara Kas / Bank
5. Exx JURNAL UMUM
JURNAL BEBAN POKOK PRODUKSI DAN PENJUALAN
5.1. E01 Jurnal pemakaian bahan baku / penolong bulanan
5.2. E03 Jurnal beban pokok produksi terapan bulanan
5.3. E04 Jurnal Perhitungan Beban Pokok Produksi Aktual Pada Akhir Bulan
5.4. E05 Jurnal perhitungan selisih beban pokok produksi terapan dengan aktual
67
bulanan
5.5. E06 Jurnal beban pokok penjualan terapan selama satu bulan
5.6. E07Jurnal beban pokok produksi terapan untuk pemakaian barang bukan untuk dijual selama satu bulan
5.7. E08 Jurnal beban pokok bahan baku/penolong produk jadi dan barang dagangan yang rusak/ kadaluarsa
5.8. E12Jurnal penyesuaian beban pokok produksi terapan yang lama dengan baru
5.9. E13 Jurnal penyesuaian persediaan barang di bagian
5.10. E31 Jurnal akrual kewajiban / beban karyawan, direksi, dan dewan komisaris
5.11. E32 Jurnal perhitungan beban keagenan, royalti dan insentif penjualan
5.12. E35 Jurnal penyusutan dan amortisasi
5.13. E36 Jurnal penyisihan piutang usaha kepada pihak ketiga
5.14. E37 Jurnal penyesuaian perpajakan
5.15. E38 Jurnal transaksi klaim asuransi
5.16. E41 Jurnal reklasifikasi & pemindahtanganan Aset
5.17. E42 Jurnal penyelesaian uang muka
5.18. E49 Jurnal penyesuaian lainnya yang sifatnya tidak rutin setiap bulan
5.19. E50 Ayat Jurnal Penyesuaian
5.20. E70 Jurnal akrual Aset / pendapatan pada tanggal neraca
5.21 E71 Jurnal akrual kewajiban / beban pada tanggal neraca
5.22 E72 Jurnal alokasi beban biaya dibayar dimuka
5.23 E80 Jurnal penyesuaian kurs akun moneter – valuta asing.
5.24 E91 Jurnal koreksi intern
5.25 E92 Jurnal koreksi ekstern
6. K01 Jurnal kapitalisasi Aset
68
7. PXX JURNAL PENUTUP (CLOSING JOURNAL)
8. RXX JURNAL PEMBALIKBUKUAN (REVERSING JOURNAL)
8.1. R12 Jurnal pembalikbukuan penyesuaian beban pokok produksi
8.2. R21 Jurnal pembalikbukuan atas beban pokok aktual barang
8.3. R70 Jurnal pembalikbukuan akrual Aset/pendapatan
69
2.4 Format Laporan Keuangan
a. Neraca
PT. Bio Farma (Persero)Neraca
DD – MMM – YYYY dan YYYY-1
Catatan YYYY YYYY-1 *) Rp RpASET Aset Lancar Kas dan Setara Kas xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Investasi Jangka Pendek xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Bank Garansi/Setoran Deposit/Jaminan Deposit xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Piutang Usaha - setelah dikurangi penyisihan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Piutang Lain-Lain xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx P e r s e d i a a n xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Uang Muka xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Pajak Dibayar Dimuka xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Biaya Dibayar Dimuka xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Pendapatan Yang Masih Akan Diterima xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Jumlah Aset Lancar xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Aset Tidak Lancar Aset Tetap Aset Tetap xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (xx.xxx.xxx,xx) (xx.xxx.xxx,xx) Nilai Buku Aset Tetap xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Aset lain-lain xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Aset Pajak Tangguhan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Jumlah Aset Tidak Lancar xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
JUMLAH ASET xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
*) catatan diisi merujuk nomor kebijakan akuntansi dan penjelasan akun-akun Neraca dan Laporan Laba
70
Catatan YYYY YYYY-1 *) Rp RpKEWAJIBAN & EKUITASKewajiban Lancar Pendapatan Diterima Dimuka xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Hutang Usaha xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Hutang Pajak xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Pinjaman Jangka Pendek xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Hutang Pembagian Laba xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Biaya Yang Masih Harus Dibayar xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Kewajiban Lancar Lainnya xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Jumlah Kewajiban Jangka Pendek xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Kewajiban Jangka Panjang Pinjaman Jangka PanjangKewajiban Pajak Tangguhan
xxx.xxx.xxx,xxxxx.xxx.xxx,xx
xxx.xxx.xxx,xxxxx.xxx.xxx,xx
Kewajiban Imbalan Pasca Kerja xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Jumlah Kewajiban Jangka Panjang xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
JUMLAH KEWAJIBAN xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx EKUITAS Modal saham nilai nominal Rp 1.000.000,00 per saham – Modal dasar 600.000 lembar , ditempatkan dan disetor penuh xxx.xxx lbr xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx saham pada tahun YYYY, dan xxx.xxx lbr saham pada tahun YYYY-1 Penyertaan Modal Pemerintah xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Cadangan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Modal Donasi xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Saldo Laba Yang Belum Dicadangkan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Saldo Laba (Rugi) xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx JUMLAH EKUITAS xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
*) catatan diisi merujuk nomor kebijakan akuntansi dan penjelasan akun-akun Neraca dan Laporan Laba Rugi yang berkenaan
71
b. Laba Rugi
PT. Bio Farma ( Persero)
Laporan Laba Rugi Untuk tahun *) yang berakhir
DD - MMM- YYYY dan YYYY-1 Catatan YYYY YYYY-1 **) Rp Rp Penjualan Bersih
Produk Perusahaan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Barang Dagangan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Jasa xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Jumlah Penjualan Bersih xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Beban Pokok Penjualan Dan Beban Jasa
Produk Perusahaan (xxx.xxx.xxx,xx) ( xxx.xxx.xxx,xx) Barang Dagangan (xxx.xxx.xxx,xx) ( xxx.xxx.xxx,xx)
Beban Jasa (xxx.xxx.xxx,xx) ( xxx.xxx.xxx,xx) Jumlah Beban Pokok Penjualan dan Jasa (xxx.xxx.xxx,xx) ( xxx.xxx.xxx,xx)
Laba Kotor xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Beban Usaha Beban Pemasaran (xxx.xxx.xxx,xx) ( xxx.xxx.xxx,xx)
Beban Administrasi dan Umum (xxx.xxx.xxx,xx) ( xxx.xxx.xxx,xx)
Penelitian, Pengembangan & Surveilans (xxx.xxx.xxx,xx) ( xxx.xxx.xxx,xx) Jumlah Beban Usaha (xxx.xxx.xxx,xx) ( xxx.xxx.xxx,xx) Laba Usaha xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Penghasilan (Beban) Lain-Lain Penghasilan Lain-lain xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Beban Bunga Pinjaman Beban lain-lain (xxx.xxx.xxx,xx) ( xxx.xxx.xxx,xx)
Jumlah Penghasilan (Beban) Lain-lain xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Laba Sebelum Pajak Penghasilan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan Pajak Kini (xxx.xxx.xxx,xx) ( xxx.xxx.xxx,xx) Pajak Tangguhan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Jumlah Beban Pajak Penghasilan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Laba Bersih xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
*) untuk laporan keuangan bulanan/triwulanan diganti dengan bulan atau triwulan **) catatan diisi merujuk nomor kebijakan akuntansi dan penjelasan akun-akun Neraca dan Laporan
Laba Rugi yang berkenaan
72
c. Ekuitas
PT. Bio Farma (Persero)Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk tahun *) yang berakhir DD- MMM – YYYY dan YYYY-1
Modal ditempatkan Cadangan Donasi Saldo Laba (Rugi) Jumlah Ekuitasdan disetor penuh
Rp Rp Rp RpSaldo 31 Desember YYYY-2 xxx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx xx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx Laba bersih tahun berjalan - - - xxx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx Pembagian Laba Tahun YYYY-2
Deviden - xx.xxx.xxx.xxx,xx - ( xx.xxx.xxx.xxx,xx) - Cadangan - xx.xxx.xxx.xxx,xx - ( xx.xxx.xxx.xxx,xx) -Tantiem - x.xxx.xxx.xxx,x - ( x.xxx.xxx.xxx,xx) -Program Kemitraan - - - ( x.xxx.xxx.xxx,xx) x.xxx.xxx.xxx,xxBina lingkungan - - - ( x.xxx.xxx.xxx,xx) x.xxx.xxx.xxx,xx
Donasi WHO - - x.xxx.xxx.xxx,xx - x.xxx.xxx.xxx,xx Konversi Cadangan ke Setoran Modal xxx.xxx.xxx.xxx,xx (xxx.xxx.xxx.xxx,xx) - - -Saldo 31 Desember YYYY-1 xxx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx xx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx Laba bersih tahun berjalan - - xxx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx Pembagian laba tahun YYYY-1
Deviden - - - - - Cadangan - xx.xxx.xxx.xxx,xx - ( xx.xxx.xxx.xxx,xx) -Program Kemitraan - - - ( x.xxx.xxx.xxx,xx) ( x.xxx.xxx.xxx,xx)Bina lingkungan - - - ( x.xxx.xxx.xxx,xx) ( x.xxx.xxx.xxx,xx)
Donasi WHO - - x.xxx.xxx.xxx,xx - x.xxx.xxx.xxx,xx Saldo 31 Desember YYYY xxx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx xx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx.xxx,xx
*) untuk laporan keuangan bulanan/triwulanan diganti dengan bulan atau triwulan
73
d. Arus Kas
PT. Bio Farma (Persero)Laporan Arus Kas
Untuk tahun *) yang berakhir DD-MMM-YYYY dan YYYY-1
YYYY YYYY-1
Rp Rp
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Penerimaan Kas dari Pelanggan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Pembayaran Kas kepada Pemasok dan Karyawan (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Kas yang dihasilkan dari operasi xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Penempatan / Pencairan Investasi Jangka Pendek xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Penerimaan Bunga xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Pembayaran Bunga (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Pembayaran Pajak (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Penerimaan Pajak ( Restitusi ) xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Pembayaran Tantiem (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Penerimaan Klaim Asuransi xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Penerimaan / Pembayaran Lainnya xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Arus Kas bersih yang diperoleh /digunakan dari / untuk Aktivitas Operasi xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Arus Kas Dari Aktivitas Investasi
Pembelian Aset Tetap (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Penempatan pada Jaminan Deposit (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Pembelian Aset Tidak Berwujud (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Perolehan Beban Tangguhan
Hasil Penjualan Aset Lain-lain xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Penyertaan pada Perusahaan Lain (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Arus Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Arus Kas bersih digunakan untuk Aktivitas Investasi (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Penerimaan Pinjaman Jangka Pendek xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Penerimaan Pinjaman Jangka Panjang xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Pembayaran Pinjaman Jangka Pendek (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Pembayaran Pinjaman Jangka Panjang (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Pembayaran PKBL (xxx.xxx.xxx,xx) (xxx.xxx.xxx,xx)
Modal Donasi dari WHO xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Arus Kas Bersih Diperoleh Dari Aktivitas Pendanaan xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Arus Kas bersih yang digunakan untuk Aktivitas xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
74
Pendanaan
Penyesuaian Perubahan Kurs Valuta
Penyesuaian Kurs Valuta - Realisasi xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Penyesuaian Kurs Valuta - Akun Moneter xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Kenaikan / (Penurunan) Bersih Kas dan Setara Kas xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Kas dan Setara Kas pada Awal Tahun xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
Kas dan Setara kas pada Akhir tahun *) xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx Saldo Kas Dan Setara Kas Pada Akhir Tahun Terdiri Dari :Kas xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
Bank xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
Deposito xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
xxx.xxx.xxx,xx xxx.xxx.xxx,xx
75
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem merupakan serangkaian bagian yang saling tergantung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem pasti tersusun dari sub-sub sistem yang lebih kecil yang juga saling tergantung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan memproses data serta melaporkan informasi yang berkaitan dengan transaksi keuangan. Misalnya, salah satu input dari Sistem Informasi Akuntansi pada perusahaan “Biofarma”. Contohnya adalah transaksi penjualan. Proses transaksi dimulai dengan mencatat penjualan tersebut ke dalam jurnal penjualan, mengklasifikasikan transaksi dengan menggunakan kode rekening, dan memposting transaksi ke dalam jurnal. Kemudian, secara periodic Sistem Informasi Akutansi akan menghasikan output berupa laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
Tujuan Sistem Informasi Akuntansi tersebut diantaranya mengamankan harta atau kekayaan perusahaan yang meliputi kas perusahaan, persediaan barang dagangan, termasuk asset tetap perusahaan; menghasilkan beragam informasi untuk pengambilan keputusan; menghasilkan informasi untuk pihak eksternal; menghasilkan informasi untuk penilaian kinerja karyawan/divisi; menyediakan data masa lalu untuk kepentingan audit (pemeriksaaan); menghasilkan informasi untuk penyusunan dan evaluasi anggaran perusahaan; serta menghasilkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian.
Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sedangkan transaksi bisnis adalah peristiwa ekonomi atau kegiatan perusahaan yang dapat dinyatakan dalam satuan moneter sehingga dapat dicatat oleh seorang akuntan.
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal. Neraca merupakan laporan perubahan posisi aktiva, kewajiban dan modal. Laporan laba rugi merupakan selisih antara pe dapatan dan biaya. Sedangkan laporan perubahan modal merupakan laporan mengenai berubahnya posisi modal akibat laba atau rugi yang terjadi.
76
Daftar Pustaka
Diana, Anastasia dkk. Sistem Informasi Akuntansi. Perancangan, Proses, dan Penerapan. 2011. Yogyakarta : Andi
Dokumen Sistem Informasi Akuntansi PT. Biofarma (Persero)
77