makalah seminar_fauzal budi handoyo.pdf
DESCRIPTION
EkowisataTRANSCRIPT
-
1
SEMINAR HASIL PENELITIAN
PROGRAM PEMINATAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
TAHUN AJARAN 2012-2013
MAKALAH HASIL PENELITIAN
Judul
Pemrasaran / NIM
Hari / Tanggal
Waktu
Ruangan
Dosen Pembimbing
:
:
:
:
:
:
Pengembangan Wisata Hutan di Kawasan Hutan
Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor
Fauzal Budhi Handoyo / 41205425111059
Ir., Tb. Unu Nitibaskara., MM. (Pembimbing I)
Dr., Ir., Ricky Avenzora., M. Sc.F. (Pembimbing II)
Menyetujui
Ketua Program Studi Kehutanan
Tun Susdiyanti.,S.Hut.,M.Pd
ABSTRACT
HPGW had located in the District of Sukabumi, West Java Province that has a potential
resources designed as forest tourism. Potential HPGW consist of plants, animals, landscapes, and
activity people that can be designed a one day trip programme, stay tourism programme, and Annual
Event of interest by using a concept forest tourism. Forest tourism at HPGW with VAMP concept be
expected to be sustainability of region, maintaining the integrity of culture as well as improve the
economy of HPGW.
Keyword : Potensial Resources In HPGW, Natural and Cultural Resources, Forest Tourism
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan salah satu kawasan hutan buatan yang
ditetapkan sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus dan pengelolaannya dilakukan oleh Fakultas
Kehutanan IPB dengan seizin dari Kementerian Kehutanan. HPGW memiliki potensi berupa
keanekaragaman hayati serta aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya hutan.
Keindahan alam HPGW terdiri dari hutan tanaman yang menyimpan berbagai macam pesona gejala
alam (topografi), flora, dan fauna yang masih belum tergali potensinya. Keunikan budaya Masyarakat
yang tinggal di sekitar kawasan HPGW dalam bercocok tanam yang masih bersifat tradisional.
Potensi alam dan budaya HPGW merupakan sumberdaya wisata yang perlu dilakukan
pengelolaan secara serius serta terpadu dalam proses pemanfaatan nya secara lestari melalui kegiatan
ekowisata yang terfokus pada Wisata Hutan. Kegiatan wisata Hutan pada kawasan HPGW diharapkan
-
2
dapat memberikan manfaat terhadap suatu kelestarian areal, meningkatkan perekonomian dan
mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat. Perancangan kegiatan Wisata Hutan di
HPGW menggunakan konsep VAMP (Visitor Activity Management Program) .
B. Tujuan
Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk mengembangkan program wisata hutan di HPGW.
Tujuan pelaksanaan skripsi diantaranya :
1. Mengetahui potensi dan sumberdaya wisata di HPGW; 2. Mengetahui karakteristik, persepsi, motivasi dan minat wisatawan di HPGW; 3. Mengetahui kesiapan masyarakat dan institusi dalam kegiatan wisata hutan di HPGW; 4. Merancang program wisata dan media promosi wisata berupa booklet di HPGW.
C. Kerangka Pemikiran
HPGW memiliki potensi berupa sumberdaya alam dan budaya yang perlu dikaji
pengembangannya untuk aktivitas wisata hutan. Pengembangan Wisata Hutan pada HPGW dilakukan
sesuai dengan kerangka berfikir pada Gambar 1.
-
3
BAGAIMANA CARA MENGEMBANGKAN WISATA HUTAN
DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
Kondisi wisata saat ini Ekologi Masyarakat Wisatawan Pengelola
Aktivitas wisata
Manajemen wisata
Flora
Fauna
Gejala alam
Karakteristik
Persepsi Kesiapan
Karakteristik Motivasi
Persepsi
Karakteristik Persepsi
Kesiapan
Pembagian Kuisioner:
- Closed ended - Random sampling
Observasi: - Metode jelajah
- Analisis Vegetasi
- Pengukuran fisik sungai
Investigasi dan Analisis
Keunikan, Keindahan, Kelangkaan, Seasonality, Aksesibilitas,
Sensitivitas, Fungsi Sosial (Avenzora, 2008)
Sumber daya potensial wisata hutan
Opsi Rancangan Program
Output (Media Promosi)
Program Wisata Terpilih
(Harian, Mingguan dan Tahunan)
Booklet
CorelDRAW dan Adobephotoshop
Tema Nuansa Alam
Sasaran kepada semua kalangan
Bahasa sederhana singkat, padat dan jelas
Desain Booklet Terpilih
Opsi Desain Booklet
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
-
4
II. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
Kegiatan Skripsi dilaksanakan selama 90 hari yaitu pada bulan Februari sampai dengan bulan
Mei 2012. Lokasi pelaksanaan penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat IPB,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
B. Pengumpulan Data Kegiatan Tugas Akhir
Data yang akan dikumpulkan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data
yang telah diolah dan disajikan, baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain. Data sekunder
diperoleh dari pengelola maupun masyarakat lokal yang telah dikaji sebelum dan sesudah melakukan
observasi lapang. Data primer dalam penelitian merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
observasi lapang dan kuesioner. Data ini untuk mengetahui langsung potensi yang ada di HPGW
sebagai obyek pengembangan wisata hutan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejak ditetapkannya sebagai kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) kawasan ini
dikelola dan digunakan secara intensif oleh civitas akademika Fakultas Kehutanan IPB untuk
beberapa kegiatan akademis yaitu pendidikan, penelitian dan pelatihan. Selama wisatawan berada di
destinasi wisata, wisatawan tersebut mengkonsumsi produk yang berupa jasa atau pelayanan,
walaupun terdapat produk barang yang ditawarkan seperti souvenir tapi hal tersebut bukan merupakan
produk utama yang dikonsumsi wisatawan. Salah satu produk jasa yang dikonsumsi wisatawan adalah
kegiatan yang akan dilakukannya atau dilihatnya. Pengembangan yang dilakukan di kawasan hutan
pendidikan gunung walat menggunakan menggunakan teknik visitor activity management program
(VAMP) yang menggunakan pendekatan pemasaran sehingga program wisata yang dikemas nantinya
harus sesuai dengan pasar sasaran yang telah dikaji. Hal tersebut dilakukan untuk kepuasan pengunjung dan agar wisata hutan dapat berkelanjutan. Pengembangan yang dilakukan adalah
pengembangan kegiatan wisata hutan yang dirancang menjadi suatu program wisata hutan.
A. Kondisi Saat Ini (Existing Condition)
Kegiatan wisata yang biasa dilakukan pengunjung di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung
Walat seperti tracking (menikmati keindahan bentang alam) dimana semua jalur di kawasan HPGW
memiliki tantangan, daya tarik dan pengalaman tersendiri bagi pengunjung, wisata caving di Goa
Cipeureu dan berkemah di camping ground HPGW (Gambar 2). Kegiatan berkemah biasanya
kegiatan internal kelompok pengunjung itu sendiri bukan merupakan program wisata yang disediakan
pengelola. Pengelola hanya menyediakan tempat dan fasilitas yang diperlukan.
Gambar 2. Aktivitas Pengunjung HPGW
Kegiatan wisata yang biasanya dilakukan pengunjung di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung
Walat seperti foto-foto, duduk-duduk santai, menikmati keindahan bentang alam dan menikmati suara
burung berkicau. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa terbatasnya pilihan kegiatan
wisata yang ditawarkan pengelola pada wisatawan. Wisatawan yang melakukan kunjungan kedua kali
akan melakukan kegiatan wisata yang sama seperti pada saat pertama kali wisatawan tersebut
-
5
berkunjung ke kawasan tersebut. Jika hal tersebut dibiarkan dan tidak disiasati (dipikirkan), wisatawan
akan merasa bosan dan pada akhirnya memutuskan untuk tidak berkunjung lagi karena pengalaman
yang wisatawan tersebut dapatkan akan sama dengan pengalaman saat kunjungan sebelumnya. Hal
tersebut sangat disayangkan mengingat potensi kawasan yang cukup besar, akan sangat sia-sia jika
tidak dikemas atau dirancang menjadi sebuah program wisata yang akan menjadi alternatif pilihan
kegiatan wisatawan yang bermanfaat bagi wisatawan.
B. Potensi Objek Wisata Kawasan HPGW
Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki potensi objek wisata yang dapat di
jadikan daya tarik wisata hutan bagi wisatawan. Potensi objek wisata tersebut terdiri dari potensi
objek wisata alam seperti flora, fauna, gejala alam dan ruang terbuka hijau, potensi objek wisata
spiritual dan potensi objek wisata buatan.
1. Potensi Objek Wisata Alam
a. Flora
Keanekaragaman jenis flora yang ada ditemukan 20 jenis dari ratusan jenis flora yang terdapat
di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat. Jenis flora tersebut diklasifikasikan menjadi empat
klasifikasi yaitu pohon, perdu, terna dan epifit. Untuk klasifikasi jenis pohon ditemukan 13 jenis.
Untuk jenis perdu ditemukan 5 jenis. Untuk jenis terna ditemukan 1 jenis. Untuk epifit ditemukan 1
jenis. Setiap jenis dari flora yang ditemukan di kawasan ini memiliki manfaat yang dapat di gunakan
untuk kepentingan manusia. Manfaat tersebut seperti dapat digunakan sebagai obat, dikonsumsi,
sebagai bahan bangunan dan sebagai nya. Seperti pohon damar yang menghasilkan kopal yang di
gunakan sebagai cat, vernis dan lain-lain.
b. Fauna
Seiring berjalan nya waktu kondisi Hutan Pendidikan Gunung Walat yang selama ini telah
berubah dan mengalami perubahan dalam pengembangan sarana prasarana membuat satwa-satwa
hutan agak relatif sulit ditemukan. Tercatat di kawasan ini ada 9 jenis mamalia, 3 jenis burung, 5 jenis
reptil dan 2 dari filum arthropoda (Tabel 1).
Tabel 1. Jenis Satwa yang dapat dijumpai pada Kawasan HPGW No Kelas Nama Jenis Ditemukan Jumlah Frekuensi
1. Mamalia a. Monyet Ekor Panjang 5 2
b. Kera 1 1
c. Tupai 4 3
d. Musang - - - e. Trenggilng - - - f. Meong Congkok - - - g. Kelinci Liar - - - h. Babi Hutan 4 2
2. Aves a. Burung Elang Jawa 2 1
b. Emprit 6 2
c. Kutilang 5 2
3. Reptil a. Biawak 1 1
b. Ular Hijau 1 1
c. Ular Tanah 1 1
d. Kadal 1 1
e. Bunglon 1 1
4. Arachnida Kalajengking 1 1
5. Serangga a. Tonggeret 1 1
b. Jangkrik 3 1
Berdasarkan hasil pengamatan, satwa hutan yang berhasil ditemukan dari jenis Mamalia yang
ditemukan di kawasan ini adalah monyet ekor panjang, kera, tupai, bajing dan babi hutan. Menurut
pengelola dan berdasarkan data sekunder yang diperoleh satwa tersebut memang ada di kawasan
tersebut tetapi keberadaan satwa tersebut sekarang agak relatif sulit ditemukan. Kawasan ini terdapat
beberapa jenis burung seperti burung elang jawa, emprit dan kutilang, satwa filum Arthropoda yang
ditemukan di kawasan ini adalah dari kelas Arachnida dan kelas Insecta. Jenis satwa Arachnida yang
ditemukan adalah kalajengking dan jenis satwa Insecta yang ditemukan adalah tonggeret yang selalu
mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring jika waktu sore tiba dan reptil yang dapat di jumpai
-
6
dikawasan ini adalah kadal kebun. Monyet ekor panjang adalah satwa liar di kawasan ini yang paling
mudah dijumpai. Jenis mamalia ini biasanya memulai aktivitasnya pada pagi hari sekitar pukul 06.00-
09.00. pada siang hari biasanya mereka beristirahat di atas pepohonan.
c. Gejala Alam
Gejala alam yang berpotensi untuk menjadi daya tarik wisata di kawasan Hutan Pendidikan
Gunung Walat adalah Goa Cipeureu dan jenis batuan karst dimana batuan karst tersebut yang
membentuk goa alam karst, Goa Cipeureu seharusnya dijadikan objek wisata tambahan gejala alam
dari kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat terdapat Goa Cipeureu yang memiliki aliran air dan
tujuh mata air yang sangat indah. Dimana kawasan ini ditumbuhi dengan semak-semak dan pohon
sengon serta suara-suara burung yang berkicau jika akan melewati kawasan tersebut pada pagi hari
atau sore hari.
Sampai saat ini Goa Cipeureu yang berada di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat belum
dikembangkan oleh pengelola kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat dimana sekitar goa tersebut
masih berbatu dan ditumbuhi tanaman perdu, jika dilihat dari segi potensinya goa Cipeureu tersebut
sangat berpotensi untuk menjadi objek wisata tambahan di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat.
d. Ruang Terbuka Hijau
Terdapat beberapa ruang terbuka hijau yang berada di kawasan Hutan Pendidikan Gunung
Walat seperti bumi perkemahan (camping ground), lapangan rumput atau taman. Ruang terbuka hijau
menjadi salah satu destinasi wisata yang ada di Hutan Pendidikan Gunung Walat, luas bumi
perkemahan ini sekitar 2.000 m2. Lokasi bumi perkemahan ini berada di atas kawasan Hutan
Pendidikan Gunung Walat lokasi nya yang tidak jauh dari kantor pengelola HPGW, di sekitar
camping ground terdapat tegakan pohon pinus dan pohon damar dimana hal lain yang di dapatkan
adalah udara sejuk yang akan mempengaruhi kesegaran pengunjung dalam melakukan kegiatan
selama berada di camping ground. Kawasan camping ground juga memiliki fasilitas toilet dan jalur
yang tidak sulit, toilet yang terdapat di kawasan camping ground berjumlah empat pintu. Kamar
mandi tersebut dirancang atau diperuntukkan untuk laki-laki dan perempuan dengan letak saling
membelakangi. Bagian depan toilet untuk laki-laki dan bagian belakang toilet untuk perempuan
dimana luas setiap kamar mandi 2 m x 2 m dengan satu closet dan satu bak air berukuran kecil.
2. Potensi Objek Wisata Spiritual
Potensi wisata spiritual yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah di
depan pintu masuk Goa Cipeureu yang terdapat di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat, area
wisata spiritual ini di pilih sebagai objek tambahan wisata yang akan menjadi daya tarik wisatawan di
karenakan saat berkunjung penulis menemukan sesaji yang berada di depan mulut goa Cipeureu.
Menurut pengelola HPGW, Goa Cipeureu memang sering digunakan oleh masyarakat sekitar kawasan
untuk melakukan berbagai ritual-ritual khusus dengan membawa sesaji dan di letak kan di depan
mulut Goa Cipeureu.
3. Potensi Objek Wisata Buatan
Potensi wisata buatan yang terdapat di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah
wisma woloan 1 dan wisma woloan 2, area wisma ini dibuat sebagai tambahan objek wisata yang
menjadi objek daya tarik wisata tambahan untuk wisatawan. Area wisma ini dibangun dengan
menggunakan kayu agar memberikan nuansa alami dan kehangatan. Wisma woloan 1 terdiri dari 2
ruang tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 kamar mandi dan 2 teras depan dan belakang. Wisma
Woloan 1 tidak berbeda jauh dengan wisma woloan 2 perbedaan woloan 1 yaitu memiliki jembatan
penghubung antara jalan dengan teras wisma tersebut dimana hal ini memberikan kesan yang menarik
pada wisma woloan 1. Dua tipe rumah yang sama dengan bentuk yang berbeda tersebut menjadikan
suatu potensi wisata di kawasan HPGW.
C. Penilaian Potensi Wisata
Penilaian mengenai potensi objek wisata hutan dilakukan oleh tiga orang assessor berdasarkan
pada metode penilaian potensi menurut Avenzora (2008) yang terdiri dari keunikan, kelangkaan,
keindahan, seasonality, sensitifitas, aksesibillitas dan fungsi social. Metode ini dipakai untuk
mengukur berbagai variabel materi informasi yang bersifat subjektif kedalam suatu indikator-indikator
ukuran yang dapat di jelaskan.
-
7
1. Penilaian Potensi Obyek Wisata Alam
a. Flora
Penilaian potensi flora yang berada di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat dilakukan
pada ke dua puluhan jenis tumbuhan yang ditemukan di kawasan tersebut. Tumbuhan yang akan
dinilai terdiri dari pohon, perdu, terna dan epifit. Dari penilaian kedua puluh jenis tersebut terpilihlah
lima jenis flora yang memiliki nilai tertinggi (Tabel 2).
Tabel 2. Nilai Potensi Flora HPGW
No Indikator Jenis Flora
Bandotan Manggis Pinus Damar Meniran
1 Keunikan 4,4 4,6 4,6 4,7 4,3
2 Kelangkaan 4,2 4,1 3,8 4,1 4,3
3 Keindahan 4,0 4,0 5,0 4,0 4,1 4 Seasonality 3,0 5,0 2,4 3,6 3,0
5 Sensitivitas 2,0 2,0 2,9 2,0 3,0
6 Aksesibilitas 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 7 Fungsi Sosial 5,6 4,0 6,4 6,4 4,0
b. Fauna
Jenis fauna yang ditemukan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat hanya sedikit
jumlahnya dimana penilaian potensi fauna yang dilakukan adalah pada jenis monyet ekor panjang,
kera, burung elang jawa dan burung perenjak jawa (Tabel 3).
Tabel 3. Nilai Potensi Fauna di HPGW
No Indikator
Jenis Fauna
Monyet Ekor
Panjang Kera
Burung Elang
Jawa Perenjak
1. Keunikan 4,2 4,8 4,4 4,1
2. Kelangkaan 4,2 4,5 5,3 4,2
3. Keindahan 4,0 4,6 5,0 4,0
4. Seasonality 2,0 2,5 4,2 2,0
5. Sensitivitas 3,9 4,0 4,9 4,8
6. Aksesibilitas 7,0 6,9 2,0 6,8
7. Fungsi Sosial 1,5 2,0 2,0 1,5
c. Gejala Alam
Gejala alam yang terdapat di HPGW terdiri dari bentang alam, tujuh mata air dan goa
Cipeureu. Gejala-gejala alam tersebut dinilai untuk mengetahui potensi unggulan dari gejala alam
tersebut (Tabel 4).
Tabel 4. Nilai potensi gejala alam HPGW
No Indikator Gejala Alam
Gua Cipeureu Tujuh Mata Air Bentang Alam
1. Keunikan 5,8 5,2 4,4
2. Kelangkaan 6,1 4,1 5,3
3. Keindahan 6,1 5,7 5,0
4. Seasonality 3,3 6,0 4,2
5. Sensitivitas 4,3 3,6 4,9
6. Aksesibilitas 2,0 5,5 6,3
7. Fungsi Sosial 4,7 4,3 2,0
d. Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau di Hutan Pendidikan Gunung Walat yang menjadi objek penilaian potensi
ruang terbuka hijau yaitu taman dan bumi perkemahan. Berikut hasil penilaian yang telah dilakukan
(Tabel 5).
-
8
Tabel 5. Nilai potensi RTH HPGW
No Indikator Gejala Alam
Taman Bumi perkemahan
1 Keunikan 4,1 4,0
2 Kelangkaan 3,6 3,7
3 Keindahan 4,2 4,1 4 Seasonality 2,0 3,6
5 Sensitivitas 2,2 2,1
6 Aksesibilitas 6,8 6,7 7 Fungsi Sosial 2,3 4,0
2. Nilai Potensi Objek Wisata Spiritual
Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat terdapat satu objek wisata spiritual yaitu Area Goa
Cipeureu. Berikut adalah hasil penilaian Area Gua Cipeureu (Tabel 9).
Tabel 6. Nilai potensi objek wisata spiritual
No Indikator Objek Wisata Spiritual
Goa Cipeureu
1 Keunikan 5,0
2 Kelangkaan 5,4
3 Keindahan 4,0
4 Seasonality 4,0
5 Sensitivitas 3,8
6 Aksesibilitas 5,6
7 Fungsi Sosial 5,0
D. Karakteristik, Persepsi dan Motivasi Wisatawan
Wisatawan berperan sebagai sasaran utama dalam pengembangan wisata hutan. Berdasarkan hal
tersebut, maka dilakukan identifikasi tentang karakteristik, persepsi, dan motivasi pengunjung dalam
pengembangan wisata hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat.
1. Karakteristik Wisatawan
Karakteristik Wisatawan pada Hutan Pendidikan Gunung Walat di dominasi oleh laki-laki
dengan rentang usia 21 30 tahun. Wisatawan HPGW lebih banyak berasal dari daerah Jawa Barat karena keberadaan HPGW di Kabupaten Sukabumi tidak terlalu di expose. Oleh karena itu
pengunjung HPGW datang secara berkelompok dari berbagai instansi atau perusahaan yang sedang
melakukan gathering.
2. Motivasi Wisatawan
Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan, salah satunya
adalah kegiatan wisata. Motivasi untuk berkunjung timbul dalam diri wisatawan, berangkat dari
informasi awal mengenai kawasan wisata yang didapatkan. Informasi mengenai kawasan dapat
berasal dari berbagai sumber dengan tingkat kejelasan yang berbeda (Tabel 7).
Tabel 7. Sumber informasi dan kejelasan informasi
No Sumber Informasi HPGW
Kadar Nilai Keterangan
1. Pribadi 4,6 Agak Jelas
2. Teman 5,1 Agak Jelas 3. Koran / Majalah 3,3 Agak Tidak Jelas
4. Leaflet / Booklet 3,3 Agak Tidak Jelas 5. Radio 3,3 Agak Tidak Jelas
6. Website 4,6 Agak Tidak Jelas
7. Jejaring social 4,0 Biasa Saja 8. Televisi 3,4 Agak Tidak Jelas
3. Persepsi Wisatawan
Persepsi adalah cara kita mengubah energi-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman
yang bermakna, makna tersebut bersifat pribadi dan subjektif. Persepsi wisatawan yang dikaji adalah
persepsi wisatawan terhadap daya tarik potensi objek wisata di kawasan Hutan Pendidikan Gunung
Walat, apakah menurut wisatawan menarik atau tidak (Tabel 8).
-
9
Tabel 8. Persepsi Wisatawan HPGW
No. Parameter Kadar Nilai Keterangan
1. Keindahan alam 5,7 Menarik
2. Gua Cipeureu 5,7 Menarik
3. Bumi perkemahan 5,2 Agak Menarik
4. Wisma woloan 1 dan 2 5,4 Agak Menarik
5. Flora 5,1 Agak Menarik
6. Fauna 4,6 Agak Menarik
7. Ritual Khusus Goa Cipeureu 4,7 Agak Menarik
8. Bentang alam 5,0 Agak Menarik
4. Minat Wisatawan
Minat merupakan kecenderungan hati terhadap sesuatu. Pengetahuan minat wisatawan perlu
diketahui sebagai pertimbangan dalam perancangan program yang akan dibuat sehingga dapat tepat
sesuai keinginan wisatawan. Pengetahuan minat tersebut meliputi minat terhadap potensi objek
wisata, minat terhadap kegiatan wisata yang akan dirancang dan minat terhadap lama program yang
akan dirancang dan minat terhadap lama program yang akan dirancang (Tabel 9).
Tabel 9. Minat Wisatawan HPGW
Parameter Kadar Nilai Keterangan
Keindahan alam 5,5 Berminat
Gua Cipeureu 5,5 Berminat
Bumi perkemahan 4,6 Agak Berminat
Wisma woloan 1 dan 2 4,2 Biasa Saja
Flora 4,8 Agak Berminat
Fauna 4,7 Agak Berminat
Ritual Khusus Goa Cipeureu 4,7 Agak Berminat
Bentang alam 4,7 Agak Berminat
Pengetahuan terhadap persepsi tidak cukup untuk mengenal wisatawan sebagai sasaran pasar
yang dituju. Hal tersebut disebabkan persepsi wisatawan terhadap daya tarik suatu objek wisata, dapat
menjamin minat seseorang untuk mengunjungi objek wisata tersebut. Berdasarkan hasil pengkajian,
wisatawan cenderung lebih berminat untuk menikmati keindahan alam HPGW dan gua Cipeureu. Hal
tersebut disebabkan daya tarik kedua potensi objek tersebut yang paling banyak menarik bagi
wisatawan. Berikutnya adalah pengkajian terhadap minat wisatawan pada kegiatan wisata yang akan
di rancang (Tabel 10).
Tabel 10. Minat wisatawan HPGW terhadap kegiatan wisata
No. Kegiatan Wisata Persentase Minat
1. Tracking 70 %
2. Camping 56,6%
3. Mengamati Flora dan fauna 53.4%
4. Outbound Recreation 66.6%
5. MICE 50%
Wisatawan Hutan Pendidikan Gunung Walat paling berminat untuk mengikuti kegiatan
Tracking, outbound recreation dan MICE. Meskipun ketiga kegiatan tersebut yang paling diminati,
tetap tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kegiatan lainnya karena masih terdapat
wisatawan yang berminat mengikuti kegiatan-kegiatan lain tersebut.
Selain pengkajian terhadap minat wisatawan pada potensi objek wisata dan kegiatan wisata,
pengkajian pun dilakukan juga pada minat wisatawan terhadap lama program yang akan dirancang
(Gambar 3).
-
10
Gambar 3. Minat Wisatawan terhadap Lama Program Wisata
Lama program wisata yang paling diminati di HPGW adalah program event tahunan, program
3 hari 2 malam dan program 1 hari dan program setengah hari. Dari hasil-hasil tersebut dapat
diketahui peluang-peluang sebagai dasar acuan pengembangan yang akan dilakukan. Hasil-hasil
pengkajian terhadap minat tersebut ibarat kata kunci untuk memuaskan wisatawan demi wisata hutan
yang berkelanjutan.
E. Kesiapan dan Harapan Masyarakat
Masyarakat merupakan sekelompok orang yang menetap pada suatu lokasi, dalam
pengembangan wisata hutan yang menggunakan pendekatan pemasaran ini. Masyarakat bukan tokoh
utama yang diutamakan, masyarakat hanya sebagai elemen pendukung dalam pengembangan wisata
hutan di kawasan HPGW ini. Tokoh utama sebenarnya adalah wisatawan yang merupakan pasar
sasaran (target) yang dituju untuk menjual program wisata yang telah dirancang, karena itu aspek
masyarakat yang dikaji hanya meliputi kesiapan dan harapan masyarakat dalam pengembangan wisata
hutan. Meskipun masyarakat bukan merupakan fokus utama yang dikaji, pengembangan wisata hutan
ini diharapkan dapat melibatkan masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar
kawasan.
1. Kesiapan Masyarakat
Aspek kesiapan masyarakat perlu dikaji dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar
kesiapan masyarakat untuk dapat terlibat dalam pengembangan wisata hutan. Variabel masyarakat
tidak bisa diabaikan karena masyarakat adalah elemen pendukung yang sangat penting bagi
terlaksananya suatu kegiatan wisata. Jika tidak terdapat dukungan dari masyarakat, kegiatan wisata di
suatu destinasi wisata akan sulit dilakukan (Tabel 11).
Tabel 11. Kesiapan Masyarakat
No. Kesiapan Kadar Kesiapan Keterangan
1. Partisipasi Aktif
a. Penjual makanan 5,6 Siap b. Pemandu 5,0 Agak siap c. Penjual souvenir 4,9 Agak siap d. Memberikan informasi 5,9 Siap e. Bekerjasama dengan pengelola 5,7 Siap
2. Partisipasi pasif
a. Keramahan 6,4 Siap b. Kesopanan 6,4 Siap c. Mendukung kelestarian 6,3 Siap d. Menjaga nama baik kawasan 6,2 Siap
3%
10%
27%
7%
30% 1/2 Hari
1 Hari
2 Hari 1 Malam
3 Hari 2 Malam
1 Minggu
Event tahunan
23%
-
11
Hasil dari kajian aspek masyarakat mengenai kesiapan dalam partisipasi aktif maupun secara
pasif, yaitu masyarakat menyatakan siap. Kesiapan tersebut memperlihatkan juga bahwa masyarakat
terbuka untuk melayani wisatawan. Kesiapan masyarakat untuk berpartispasi dalam kegiatan wisata
hutan kedepannya tidak semuanya menyatakan siap. Terdapat beberapa hal yang dirasakan
masyarakat kurang siap, yaitu menjadi pemandu dan menjual souvenir. Dalam hal menjadi pemandu,
masyarakat menyatakan agak siap dikarenakan kurangnya kemampuan (skill) masyarakat untuk
melakukan kegiatan tersebut. Dalam hal menjual souvenir masyarakat menyatakan agak siap
dikarenakan masyarakat tidak memiliki modal untuk membuka usaha tersebut, karena untuk usaha
menjual souvenir harus memiliki modal yang cukup besar. Solusi dalam permasalahan tersebut yaitu
dengan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk mengasah kemampuan masyarakat menjadi lebih baik
lagi. Pengelola juga memberikan masyarakat peluang untuk bekerjasama dalam usaha menjual
souvenir.
2. Harapan Masyarakat
Harapan masyarakat dalam program pengembangan wisata hutan juga perlu diperhatikan, hal
tersebut dilakukan agar dalam pengembangan wisata hutan dapat mempertimbangkan juga hal-hal
yang menjadi harapan masyarakat agar pengembangan wisata hutan dapat bermanfaat bagi semua
pihak (Tabel 12).
Tabel 12. Harapan masyarakat
No. Harapan Kadar Harapan Keterangan
1. Adanya lapangan kerja baru 6,8 Sangat berharap
2. Peningkatan kesejahteraan 6,8 Sangat berharap
3. Peningkatan wawasan 6,8 Sangat berharap
Hasil kajian mengenai harapan masyarakat secara umum masyarakat menyatakan sangat
berharap. Masyarakat sangat berharap akan adanya lapangan kerja baru, masih banyak pemuda
masyarakat sekitar yang belum bekerja. Biasanya mereka mengandalkan penghasilan dari bekerja
serabutan yang tidak dapat ditentukan hasilnya. Sehingga diharapkan dengan adanya pengembangan
wisata dikawasan ini dapat juga memberdayakan masyarakat sekitar kawasan untuk terlibat dalam
pelaksanaan program wisata.
Masyarakat juga sangat berharap adanya peningkatan kesejahteraan, dengan adanya kegiatan
wisata dikawasan tersebut diharapkan masyarakat sekitar dapat merasakan manfaatnya. Karena
dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang, wisatawan tersebut akan membelanjakan
uangnya kepada usaha-usaha masyarakat sekitar seperti makanan, souvenir dan sebagainya. Untuk
memenuhi segala kebutuhan dan keinginan selama tinggal di kawasan wisata tersebut. Uang yang
dibelanjakan oleh wisatawan tersebut tidak akan berhenti beredar, akan tetapi berpindah dari satu
tangan ke tangan lain. Uang tersebut baru akan berhenti dari peredaran apabila uang tersebut tidak lagi
memberi pengaruh terhadap perekonomian kawasan wisata tersebut. Semakin cepat uang itu
berpindah dari tangan satu ke tangan lain dan semakin lama uang itu beredar, maka akan semakin
besar pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat sekitar kawasan tersebut.
Selain itu masyarakat sekitar juga sangat berharap adanya peningkatan wawasan, dengan
banyaknya wisatawan yang datang ke kawasan tersebut maka akan semakin besar peluang masyarakat
untuk belajar secara tidak langsung. Masyarakat akan belajar hal-hal baru dengan berinteraksi dengan
wisatawan tersebut sehingga wawasan masyarakat dapat bertambah.
F. Persepsi dan Harapan Institusi
Institusi sebagai penentu kebijakan dan strategi pembangunan daerah berperan penting dalam
Pengembangan Wisata Hutan di HPGW. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan identifikasi
tentang karakteristik, persepsi, ketersediaan anggaran, dan kesiapan institusi dalam pengembangan
wisata hutan di HPGW.
1. Persepsi Pengelola
Persepsi pengelola yang dipertimbangkan dalam perancangan program wisata ini adalah
mengenai lama program yang sebaiknya dirancang di Kawasan HPGW dimana pengelola lebih
memahami kondisi kawasan (Tabel 13).
-
12
Tabel 13. Persepsi pengelola HPGW
No. Parameter Kadar Nilai Keterangan
1. Program setengah hari 4,5 Agak Setuju
2. Program 1 hari 6,0 Setuju
3. Program 2 hari 1 malam 5,5 Setuju
4. Program 3 hari 2 malam 3,5 Biasa Saja
5. Program 1 minggu 3,5 Biasa Saja
6. Program event tahunan 6,0 Setuju
Pengelola menyetujui program yang akan dirancang di kawasan HPGW adalah program 1 hari,
program 2 hari 1 malam dan program event tahunan. Pengelola menyatakan agak setuju dengan
program setengah hari karena pengelola lebih menyetujui program satu hari yang memiliki waktu
yang lebih panjang. Pengelola lebih menyetujui program bermalam 2 hari 1 malam dan pengelola
setuju dengan program event tahunan karena diperkirakan akan baik untuk lebih meningkatkan
eksistensi kawasan ini di masyarakat luas.
2. Harapan
Aspek harapan pengelola dikaji untuk mengetahui apa yang menjadi harapan pengelola dengan
adanya pengembangan wisata. Harapan pengelola juga perlu diketahui untuk menjadi indikator
keberhasilan program wisata yang akan dilaksanakan bagi pengelola (Tabel 14).
Tabel 14. Harapan pengelola
No. Parameter Kadar Harapan Keterangan
1. Peningkatan jumlah wisatawan 7,0 Sangat Berharap
2. Peningkatan kesejahteraan 7,0 Sangat Berharap
Pengelola menyatakan sangat berharap adanya peningkatan jumlah wisatawan dan
peningkatan kesejahteraan jika terlaksananya program wisata dikemudian hari. Adanya peningkatan
jumlah wisatawan akan berbanding lurus dengan adanya peningkatan jumlah pendapatan, dengan
adanya peningkatan jumlah pendapatan maka kesejahteraan pengelola juga meningkat.
G. Pengembangan Wisata Hutan
Pengembangan yang dilakukan di kawasan HPGW menggunakan teknik Visitor Activity
Management Program (VAMP). Menurut Pitana dan Diarta (2009), VAMP merupakan sistem
manajemen yang berusaha mengubah orientasi dari produk (misalnya objek dan wisatawan) kepada
orientasi pemasaran dengan penekanan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Berdasarkan hal tersebut kemudian disusun program pengembangan dan pemasaran. Prosesnya
diawali dari menyeting tujuan destinasi yang sesuai dengan kegiatan wisatawan, menganalisis
karakteristik wisatawan dan mengembangkan beragam pilihan kegiatan dan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan wisatawan sebagai konsumen. Karena pengembangan kawasan ini
menggunakan pendekatan pemasaran maka setiap unsur bauran pemasaran harus diperhatikan.
Menurut Hurriyati (2010), bauran pemasaran merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait,
dibaurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan
pemasaran yang efektif sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Unsur bauran
pemasaran jasa terdiri produk (product), harga (price), tempat (place), promosi (promotion), orang
(people), fasilitas fisik (physichal evidence) dan proses (process). Setiap unsur tersebut harus dikaji
karena bauran pemasaran jasa merupakan sebuah sistem yang saling berkaitan satu sama lain sehingga
produk wisata berupa program wisata dapat tepat dirancang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
wisatawan.
-
13
1. Rancangan Kegiatan Wisata
Kawasan HPGW memiliki potensi wisata yang menarik bagi wisatawan baik potensi objek
wisata alam, spiritual dan buatan. Adanya berbagai potensi tersebut maka akan dirancang beberapa
kegiatan wisata yang dapat dilakukan di kawasan tersebut.
a. Treking (Tracking)
Trekking merupakan salah satu kegiatan berupa berjalan kaki dengan maksud menikmati
pemandangan dan sumberdaya yang ada di sekitar perjalanan, kegiatan trekking ini akan dilakukan
Tracking with Outbound Recreation (TOR). Kegiatan trekking sebenarnya telah dilakukan di HPGW
tetapi kegiatan trekking yang baru ini telah dilakukan modifikasi dimana kegiatan ini dilakukan
dengan mengelilingi kawasan, mengunjungi setiap potensi objek wisata yang terdapat di kawasan ini.
b. Rekreasi Outbound (Outbound Recreation)
Kegiatan ini akan dilakukan pada program Tracking With Outbound Recreation (TWOR)
bersama kegiatan trekking. Kegiatan outbound ini sebagai kegiatan yang disisipkan selama melakukan
kegiatan trekking dalam kawasan HPGW. Kegiatan out bound yang dilakukan seperti ice breaking,
spider web, perahu terbalik, trust fall, blind lead, high rope, pipa bocor, flying fox dan doorprize at
river. Kegiatan outbound ini dilakukan di beberapa lokasi selama melakukan kegiatan trekking.
Kegiatan ice breaking dilakukan di jalan menuju bumi perkemahan depan aula matoa. Kegiatan spider
web dilakukan di belakang kantor pengelola samping wisma pinus. Kegiatan perahu terbalik, flying
fox dan trust fall dilakukan di bumi perkemahan. Kegiatan blind lead dilakukan selama perjalanan
peserta dari bumi perkemahan menuju hutan. Kegiatan high rope dilakukan di taman dekat pos jaga
HPGW. Kegiatan pipa bocor dilakukan di area pinggir sungai dan kegiatan terakhir adalah doorprize
at river dilakukan di area pinggir sungai. kegiatan-kegiatan outbound tersebut sebagai pelatihan dan
rekreasi bagi para peserta.
c. Berkemah
Kegiatan berkemah atau camping merupakan salah satu kegiatan yang akan dilakukan dalam
program Awakening Camping (AC). Kegiatan berkemah ini dilakukan di bumi perkemahan (camping
ground) yang terletak di bagian barat HPGW. Kegiatan berkemah yang akan dilakukan selama 2 hari
satu malam dimana camping ground ini telah di fasilitasi toilet laki-laki dan perempuan.
d. Mengenal Flora Bermanfaat
Kegiatan mengenal flora bermanfaat merupakan bagian dari program Awakening Camping
(AC) dan program Recreation and Forester Education (Re-Foe). Kegiatan ini berisi pemberi materi
mengenai tentang berbagai manfaat yang dapat digunakan manusia dari tanaman-tanaman yang
tumbuh di hutan. Pemberian materi akan disampaikan oleh instruktur secara langsung, diskusi dan
evaluasi dilakukan setelah rangkaian materi telah selesai diberikan. Tanaman-tanaman yang menjadi
objek penjelasan dapat dipilih secara bebas oleh peserta. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini
menyesuaikan dengan lokasi tumbuh jenis tanaman yang dipilih peserta. Seperti tanaman obat di petak
koleksi tumbuhan HPGW.
e. Pengamatan mamalia
Kegiatan pengamatan mamalia merupakan bagian dari program Awakening Camping (AC).
Kegiatan ini berisi pemberi materi mengenai mamalia yang terdapat di HPGW, peserta diajak
langsung untuk melihat mamalia secara lebih dekat. Mamalia yang terdapat di kawasan ini
diantaranya monyet ekor panjang dan kera, mamalia ini mudah ditemukan pada pagi hingga siang
hari. Setelah diberikan materi, peserta diajak untuk berdiskusi dan evaluasi.
f. Penanaman pohon
Kegiatan penanaman pohon merupakan merupakan bagian dari program Awakening Camping
(AC) dan program Recreation and Forester Education (Re-Foe). Kegiatan ini merupakan wisata
pendidikan konservasi bagi pelajar dan mahasiswa. Peserta akan diberikan masing-masing satu bibit
pohon hutan seperti damar (Agathis lorantifolia). Untuk melakukan penanaman sebelumnya telah
disediakan lubang-lubang penanaman di area penanaman. Selain belajar menanam pohon, peserta
belajar juga mengenai pembibitan dan persemaia pohon juga pemeliharaan pohon setelah ditanam.
-
14
g. Berdoa Di Area Gua Cipeureu
Kegiatan berdoa di area gua Cipeureu ini merupakan bagian dari program Awakening Camping
(AC). Kegiatan ini dilakukan di area gua Cipeureu. Kegiatan ini sebagai penambah nilai spirit bagi
para peserta. Kegiatan berdoa ini ditujukan bukan meminta pada penunggu gua Cipeureu tetapi
meminta kepada Tuhan dan bertujuan mendoakan agar para peserta diberikan kekuatan, kesehatan
sehingga dapat menyelesaikan kegiatan nya.
h. Lomba Fotografi
Lomba fotografi merupakan bagian kegiatan dari program event tahunan bertemakan HPGW The Soul of Nature, Leuweng Sakolaan Sagala Bangsa. Lomba fotografi ini mengacu pada tema event, sehingga hal yang menjadi objek foto adalah segala potensi objek yang berada di kawasan
HPGW dimana lomba ini dibuka untuk umum.
i. Lomba Melukis
Lomba melukis ini merupakan bagian dari acara event tahunan bertemakan HPGW The Soul of Nature, Leuweng Sakolaan Sagala Bangsa lomba ini dibuka untuk umum. Objek lukisan ini adalah tidak ditentukan dimana segala hal yang terdapat di kawasan HPGW ini diperbolehkan
dijadikan objek lukisan.
j. Lomba Membuat Karya Seni
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari acara event tahunan yang bertemakan HPGW The Soul of Nature, Leuweng Sakolaan Sagala Bangsa. Peserta lomba ini harus berkelompok maksimal 5 orang. Karya seni tersebut harus dibuat dari bahan alam seperti dedaunan, batu, tanah dan sebagainya.
k. Acara Hiburan
Acara hiburan merupakan bagian acara event tahunan bertemakan HPGW The Soul of Nature, Leuweng Sakolaan Sagala Bangsa. Acara hiburan ini terdiri dari penampilan kesenian Jawa Barat dan penampilan peserta dan pengisi acara tersebut dari peserta.
l. Talkshow
Acara ini menghadirkan pembicara-pembicara dari pihak HPGW, aktivis lingkungan dan
mahasiswa. Tema yang diangkat dari talkshow ini sama dengan tema acara keseluruhan yaitu HPGW The Soul of Nature, Leuweng Sakolaan Sagala Bangsa. Tema ini membahas tentang suistanable tourism yang memperhatikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Acara Talkshow ini akan
mengundang para mahasiswa fakultas kehutanan yang ada di pulau jawa.
2. Rancangan Program Wisata
Hasil pengembangan wisata hutan dengan menggunakan Visitor Activity Management
Program (VAMP) adalah program wisata yang merupakan produk wisata. Pengkajian terhadap
variabel wisatawan yang berperan sebagai pasar sasaran telah dilakukan karena teknik yang digunakan
ini menggunakan pendekatan pemasaran. Variabel lain seperti existing condition, potensi objek
wisata, masyarakat dan pengelola pun turut dikaji karena variabel-variabel ini saling berkaitan dalam
rangka perancangan program wisata. Penentuan perancangan program berdasarkan variabel-variabel
yang saling terkait dapat dilihat dalam alur perancangan program (Lampiran 3). Pengembangan wisata
yang menggunakan teknik pemasaran ini juga memperhatikan bauran pemasaran lain seperti harga
(price), tempat (place), promosi (promotion), orang (people), fasilitas fisik (physichal evidence) dan
proses (process) agar terbentuknya produk wisata yang utuh yang akan ditawarkan pada wisatawan
(Lampiran 4).
a. Program Wisata TWOR (Tracking With Outbound Recreation)
Program wisata TWOR merupakan program wisata 1 hari yang dirancang di kawasan HPGW,
sesuai namanya program ini berisi kegiatan trekking dan outbound. Kegiatan ini hanya dilakukan di
kawasan HPGW dimana peserta untuk program wisata ini minimal 15 orang dan maksimal 40 orang.
Jarak yang ditempuh dalam program ini adalah sekitar 1 km. (Lampiran 4).
-
15
b. Program Wisata AC
Program wisata AC merupakan program wisata 2 hari 1 malam yang dirancang di kawasan
HPGW dimana untuk program wisata ini peserta minimal 20 orang dan maksimal 40 orang, lokasi
kegiatan utama ini adalah di bumi perkemahan (camping ground), kemudian di hutan tanaman, sungai
dan area gua Cipeureu (Lampiran 5).
c. Program Wisata HPGW The Soul of Nature
Program event tahunan ini dirancang di kawasan HPGW selama 3 hari. Acara ini berisi acara
perlombaan, hiburan dan Talkshow. Acara ini akan diselenggarakan pada bulan liburan siswa dan
mahasiswa yaitu sekitar bulan juni dimana acara ini dibuka untuk umum dan peserta untuk acara ini
adalah umum tidak ada batasan usia (Lampiran 6).
d. Program Wisata Re-Foe (Recreation and Forester Education)
Program Re-Foe ini merupakan program satu hari yang dirancang di kawasan HPGW, kegiatan
ini merupakan kegiatan rekreasi dan pendidikan mengenai pemeliharaan hutan yang mencakup
pengenalan manfaat tumbuhan hutan dan penamaan pohon. Peserta untuk program ini adalah minimal
5 orang dan maksimal 10 orang (Lampiran 7).
H. Rancangan Output
Rancangan output media promosi Wisata Hutan HPGW berdasarkan pada kebutuhan alat untuk
mengenalkan dan memasarkan Wisata Hutan HPGW kepada masyarakat luas. Rancangan booklet
dilakukan pada aplikasi program Adobe Photoshop dalam bentuk pesegi panjang dengan berukuran 15
x 42 cm. Booklet tersebut berisi tentang berbagai potensi wisata baik potensi alam maupun budaya
(Lampiran 8).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kegiatan wisata yang terdapat di kawasan HPGW merupakan kegiatan wisata harian, kegiatan wisata yang biasa dilakukan pengunjung di HPGW seperti menikmati keindahan alam, berfoto-
foto dan duduk-duduk santai.
2. Sumberdaya wisata atau potensi objek wisata yang terdapat di kawasan HPGW terdiri dari potensi objek wisata alam, potensi objek wisata spiritual dan potensi objek wisata buatan.
Potensi objek wisata alam terdiri dari flora, fauna, gejala alam dan ruang terbuka hijau. Flora
yang terdapat di kawasan tersebut terdiri dari jenis pohon terna, perdu, liana dan epifit.
Berdasarkan penilaian potensi flora, flora yang memiliki nilai rata-rata tertinggi seperti Damar,
Fauna yang memiliki nilai rata-rata yang tinggi di kawasan tersebut adalah Monyet Ekor
Panjang, Kera dan Tonggeret. Gejala alam yang memiliki nilai rata-rata yang tinggi adalah gua
Cipeureu dan bentang alam. Ruang terbuka hijau yang memiliki nilai rata-rata tinggi yaitu
bumi perkemahan. Potensi objek wisata spiritual dikawasan ini yaitu area Gua Cipeureu.
Potensi objek wisata buatan yaitu Wisma Woloan dan Ruang Joglo.
3. Wisatawan dikaji berdasarkan karakteristik, motivasi, persepsi dan minat. Karakteristik wisatawan yang mengunjungi kawasan HPGW sebagian besar adalah laki-laki dikarenakan
termasuk wisata alam yang biasanya lebih diminati laki-laki. Wisatawan yang datang ke
kawasan ini umumnya belum menikah, usianya sekitar 20-30 tahun. Wisatawan tersebut pada
umum nya dari kalangan pelajar, mahasiswa dan karyawan. Motivasi utama wisatawan
berkunjung ke kawasan ini adalah untuk rekreasi. Persepsi wisatawan terhadap potensi objek
wisata hutan tergolong agak menarik. Minat wisatawan terhadap kegiatan wisata yang ingin
dilakukan yaitu trekking, outbound, camping dan pengenalan flora dan fauna. Lama waktu
program yang diminati adalah program satu hari, program 3 hari 2 malam dan event tahunan.
4. Masyarakat menyatakan siap untuk berpartisipasi secara aktif dan secara pasif dalam rangka pengembangan wisata hutan ini. Dengan adanya pengembangan wisata hutan ini, masyarakat
sangat berharap terhadap adanya lapangan kerja baru dan adanya peningkatan kesejahteraan.
5. Pengelola menyatakan siap untuk mendukung segala hal yang diperlukan dalam hal tersebut. Pengelola juga sangat berharap adanya peningkatan jumlah wisatawan dan adanya
peningkatan kesejahteraan dengan adanya pengembangan wisata hutan. Persepsi pengelola
-
16
terhadap lama program wisata yang dirancang dimana pengelola menyetujui program satu hari,
program 2 hari 1 malam dan program event tahunan.
6. Program wisata yang telah dirancang terbagi menjadi program wisata harian, program wisata menginap dan program wisata tahunan. Program-program tersebut dirancang berdasarkan
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan seperti trekking, outbound recreation, camping,
pengamatan flora dan fauna, kegiatan penanaman pohon, perlombaan dan talkshow serta acara
hiburan. Program wisata yang merupakan produk wisata yang telah dirancang tersebut yaitu
TWOR, AC, Re-Foe dan HPGW The Soul of Nature, Leuweng Sakolaan Sagala Bangsa.
7. Booklet yang dirancang sebagai media promosi berisi program wisata yang terdapat di kawasan HPGW. Kertas yang digunakan adalah kertas artpaper dengan ukuran 21 cm x 15 cm.
B. Saran
Pengembangan wisata hutan di kawasan HPGW harus mempertimbangkan beberapa saran
yang dapat menjadi bahan masukan dalam penyempurnaan keberlangsungan program wisata hutan
antara lain :
1. Sumberdaya wisata HPGW sangat menarik berupa keanekaragaman hayati yang berpadu dengan gejala alam seperti goa serta bentang alam, namun pengelolaan sumberdaya wisata
tersebut belum maksimal karena keterbatasan pengelola serta fokus pengelolaan yang belum
mengarah pada wisata hutan.
2. Dalam penyelenggaraan program wisata diperlukan banyak sumberdaya manusia yang terlibat. Permasalahan kurangnya sumberdaya manusia yang mengelola kawasan ini dapat diatasi
dengan penambahan pegawai atau pemberdayaan masyarakat sekitar.
3. Adanya perencana yang dapat selalu memberikan inovasi baru terhadap perancangan program. 4. Kegiatan promosi harus terus ditingkatkan untuk mendapatkan pasar sasaran baru dengan
menggunakan inovasi-inovasi teknik dan media promosi booklet khusus wisata hutan di
HPGW.
5. Perbaikan sarana, prasarana serta fasilitas dan penambahan fasilitas perlu dilakukan seperti pembangunan shelter dan kebersihan MCK untuk menunjang terselenggaranya program
wisata.
-
17
DAFTAR PUSTAKA
Avenzora R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktik. Penerbit BRR NAD-Nias. Banda Aceh
Avenzora R. Editor. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktik. Penerbit BRR NAD-Nias.
Darsoprajitno S. 2002. Ekologi pariwisatan Tata Laksana Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata.
Angkasa. Bandung
Font X, Tribe J. 2000. Forest Tourism and Recreation: Case Studies in Environmental Management.
CAB International. Oxfordshire, UK.
Hermosilla AC, Fay C. 2006. Memperkokoh Pengelolaan Hutan Indonesia Melalui Pembaruan
Penguasaan Tanah. World Agroforestry Centre. Bogor.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Departemen Kehutanan (DEPHUT). Jakarta
Hurriyati R. 2010. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Alfabeta. Bandung
Keputusan Menteri Kehutanan RI No: 687/Kpts II/1989. Departemen Kehutanan (DEPHUT). Jakarta.
Marpaung H. 2003. Kepariwisataan. Alfabeta. Bandung.
McCool. SF, Moisey RN. 2008. Tourism, Recreation and Sustainability 2nd
Edition: Linking Culture
and the Environment. CAB International. Oxfordshire, UK
Mirmanto E, Wiriadinata H, Royyani MF, Ichikawa S, Ismirza. Merajut Pesona Flora Hutan,
Pegunungan Tropis Di Gunung Salak. LIPI Pusat Penelitian Biologi, Taman Nasional Gunung
Halimun Salak, Gunung Halimun Salak National Park Management Project, JICA.
Mulyana D. 2005. Komunikasi Antar Budaya. Rosda. Bandung.
Nugroho I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Oxford University. 2005. Oxford American Dictionary. Oxford University Press. Inggris: Oxford.
Pendit NS. 2006. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Pitana IG, Diarta IKS. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Andi. Yogyakarta.
Pitana IG, Gayatri PG. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi. Yogyakarta.
Sammeng AM. 2001. Cakrawala Pariwisata. Balai Pustaka. Jakarta.
Sirait MT, Susdiyani, Budhi DK. 2007. Perencanaan dan Pengoprasian Perjalanan Wisata. Bumi
Aksana. Jakarta.
Suwantoro G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Depertemen
Kebudayaan dan Pariwisata (DEPBUDPAR). Jakarta.
Wardiyatna, M.H.2006. Metode Penelitian Pariwisata. Andi. Yogyakarta.