makalah sejarah pengetahuan, metode ilmiah dan struktur
TRANSCRIPT
88
F. SEJARAH PENGETAHUAN, METODE ILMIAH DAN STRUKTUR
PENGETAHUAN ILMIAH
A. Jarum Sejarah Pengetahuan
1. Ilmu pengetahuan dan perkembangannya
Kemunculan ilmu pengetahuan di eropa di mulai pada zaman
yunani kuno. Periode ini sangat penting dalam pradaban manusia
karena pada waktu itu terjadi perubahan pola fikir manusia, dari pola
pikir mitosentoris yang sangat mengandalkan mitos dalam penjelasan
fenomena alam dalam pola pikir logosentris yang sangat
memperhatikan penggunaan kualitas dalam memahami penomena
alam. Kemunculan sains di eropa bermula dari filsuf-filsuf yunani yang
mendiami pantai dan pulau-pulau mediterrianian timur (Ravertz,
1982:7) di akhir abad ke 6 sampai ke 5 SM. Karya mereka hanya
dikenal dengan cuplikan-cuplikan, rujukan-rujukan, dan kutipan-
kutipan yang dibuat oleh para pengarang setelah mereka21
Pada waktu dulu kriteria kesamaan yang menjadi konsep dasar.
Semuamenyatu dalam kesatuan yang batas-batasnya kabur dan
mengambang. Tidak terdapat jarak antara objek yang satu dengan
21
Prof.dr. sabarti akhadian dan winda. Filsafat ilmu lanjutan.. Prenada media group. Jakarta.2011.hlm.113.
89
objek yang lain, antara ujud yang satu dengan ujud yang lain. Konsep
dasar ini baru mengalami perubahan fundamental dengan
berkembangnya abad
Penalaran pada pertengahan abad ke 17. Pohon pengetahuan
mulai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang diketahui,
bagaimana cara mengetahuinya dan untuk apa pengetahuan itu
dipergunakan. Berdasarkan objek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu-
ilmu alam dan ilmu-ilmu social. Dari cabang ilmu yang satu sekarang
ini diperkirakan berkembang lebih dari 650 cabang disiplin ilmu.
Dengan berkembangnya abad penalaran maka konsep dasar
berubah dari kesamaan kepada perbedaan. Mulailah terdapat
perbedaan yang jelas antara berbagai macam ilmu pengetahuan, yang
mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan yang konsekuensinya
yang mengubah struktur kemasyarakatan. Pohon-pohon pengetahuan
mulai mulai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang
diketahui, bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu
digunakan22.
22
Jujun S Suryasumantri.Filsafat Ilmu.Cv Mulyasari.Jakarta.Hlm.102.
90
B. Pengetahuan
Pengetahuan pada hakekatmya merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu.
Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh
manusia disamping berbagai jenis pengetahuan lainya seperti seni dan
agama. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara
langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa
(ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi)
pengetahuan tersebut disusun. Jika ilmu mencoba mengembangkan
sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan
mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variable yang terikat dalam
sebuah hubungan yang bersifat rasional, maka seni (paling tidak seni
sastra), mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga
menjadi bermakna bagi pencipta dan mereka yang meresapinya, lewat
berbagai kemampuan manusia untuk menangkapnya, seperti pikiran
emosi dan pancaindra.
Ilmu mempelajari alam bagaimana adanya terbatas pada lingkup
pengalaman kita. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan
untuk menjawab tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang
sehari-hari dihadapi manusia dan untuk dalam menawarkan berbagai
91
kemudahan kepadanya. Pengetahuan ilmiah, alias ilmu, dapat diibaratkan
sebagai alat bagi manusia dalam memecahkan berbagai macam
persoalan yang dihadapinya. Pemecahan tersebut pada dasaranya adalah
dengan meramalkan dan megontrol gejala alam.oleh sebab itulah, sering
dikatakan bahwa dengan ilmu manusia mencoba manipulasi dan
menguasai alam23.
Dalam buku what is science karya Archie J Bahm ada 6 komponen
dari rancangan bangun ilmu pengetahuan, artinya dengan 6 komponen
tersebut, sesuatu itu bisa disebut ilmu pengetahuan.
1. Adanya masalah: semua masalah menunjukan ciri keilmiahan, suatu
masalah disebut masalah ilmiah, jika memenuhi persyaratan, yaitu
bahwa masalah itu merupakan masalah yang dihadapi dengan sikap
dan metode ilmiah, masalah yang terus mencari solusi; masalah yang
saling berhubungan dengan masalah dan solusi ilmiah lain secara
sistematis
2. Adanya sikap, dalam arti sikap ilmiah: menurut bahm palin tidak
meliputi enam karakteristik pokok, yaitu : keingintahuan, spekulasi,
kemauan untuk objektif, kemauan untuk menggunakan penilaian dan
kesementaraan.
23
Jujun S Suryasumantri.Filsafat Ilmu.Cv Mulyasari.Jakarta.Hlm.106.
92
3. Menggunakan metode ilmiah: menurut archie J. Bahm di pandang
sebagai hipotesa untuk pengujian lebih lanjut
4. Adanya aktivitas: ilmu pengetahuan adalah apa yang dikerjakan oleh
para ilmuan, yang kemudian bisa disebut dengan”riset ilmiah”. Riset
demikian mempunyai dua aspek ilmu dan sosial
5. Adanya kesimpulan: ilmu pengetahuan adalah ilmu pengetahuan yang
dihasilkan. Makanya ilmu pengetahuan sering dipahami sebagai
kumpulan pengetahuan. Bahkan kumpulan ide-ide adalah ilmu
pengetahuan itu sendiri. Kesimpulan pemahaman yang dicapai
sebagai hasil pemecahan masalah
6. Adanya pengaruh: ilmu pengetahuan adalah apa yang digarap oleh
ilmu pengetahuan. Bagian apa yang digarap oleh ilmu pengetahuan
tersebut kemudian menimbulkan pengaruh yang beraneka ragam yang
dihubungan dalam dua hal yaitu : a). Pengaruh ilmu pengetahuan
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dan indrustri (ilmu terapan)
b). Pengaruh ilmu terhadap atau dalam masyarakan dan pradaban24.
C. Metode Ilmiah
Dalam buku filsafat ilmu dan metodelogi penelitian di jelakskan
bahwa Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah
24
Mohammad Muslih. Filsafat ilmu. Belukar gowok, komplek polri. Yogyakarta. 2005. Hal.43
93
sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu
merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Metode
adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan
langkah-langkah sistematis25. Dan penjelasan lain menerangkan bahwa
Metode Ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu. Jadi ilmu didapat dari metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu.
Syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu
tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah. Metode
ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran, sehingga
pengetahuan yang dihasilkan mempunyai karakteristik tertentu yang
diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang
memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusun merupakan
pengetahuan yang dapat diandalkan.
Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir
deduktif dan induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya. Proses
kegiatan ilmiah menurut Ritchie Calder dimulai ketika manusia
mengamati sesuatu. Sehingga, karena masalah ini berasal dari dunia
25
Prof.Dr.Ir.Soetriono. Filsafat ilmu dan metodologi penelitian. CV.Andi offset. Yogyakarta. 2007.Hlm.157
94
empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan objek
yang bersangkutan yang bereksistensi dalam dunia empiris pula.
Karena masalah yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari
jawaban pada dunia yang nyata pula. Ilmu dimulai dengan fakta dan
diakhiri dengan fakta pula, apapun juga teori yang menjembataninya
(Einstein).
Teori merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan
secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori
ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan
objek yang dijelaskannya. Adapun tahapan dalam kegiatan ilmiah, yaitu:
1. Perumusan Masalah yaitu menetapkan masalah penelitian, apa yang
dijadikan masalah penelitian dan apa objeknya.
2. Penyusunan kerangka berpikir adalah mengalirkan jalan pikiran
menurut kerangka yang logis atau menurut logical construct. Hal ini
tidak lain dari menduduk perkarakan masalah yang di teliti (identifikasi)
dalam kerangka teoritis yang relevan dan mampu menangkap,
menerangkan, serta menunjukan prespektif terhadap masalah itu.
3. Perumusan hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari
penyusunan kerangka berfikir, berupa proposisi deduksi. Merumuskan
95
berarti membentuk proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-
kemungkinan serta tingkat-tingkat kebenarannya.
4. Pengujian hipotesis adalah membandingkan atau menyesuaikan
(matiching) segala yang terkandung dalam hipotesis dengan data
empirik. Perbandingan atau penyesuaian itu pada umumnya
didasarkan pada pemikiran yang beranggapan bahwa dialam ini suatu
peristiwa mungkin tidak terjadi secara tersendiri. Dengan katalain,
suatu sebab akan menimbulkan beberapa akibat, atau mungkin pula
suatu akibat ditimbulkan oleh beberapa penyebab.
5. Penarikan kesimpulan; dalam membahas sudah termasuk pekrjaan
interpretasi terhadap hal-hal yang ditemukan dalam penelitian. Dalam
interpretasi penelitian klita diarahkan pada dua titik pandang. Pertama,
kerangka fikir (logical Construct) yang telah disusun, bahkan ini harus
merupakan frame of work pembahasan penelitian. Kedua, pandangan
diarahkan kedepan, yaitu mengaitkan varabel dari topik aktual 26.
D. Struktur Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan
pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan
26
Ibid, 159
96
demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ada pun struktur
pengetahuan ilmiah sebagai berikut :
1.Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan
mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
2.Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan
antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
3.Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara
umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan
kejadian yang terjadi.
4.Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima
tanpa dituntut pembuktiannya.
Pengetahuan ilmiah pada hakikatnya memiliki tiga fungsi yaitu:
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol. Secara garis besar terdapat
empat jenis pola penjelasan yakni deduktif, probabilistic, fungsional dan
teleologis dan genetic penjelasan deduktif menggunakan cara berfikir
deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan cara mencari
kesimpulan secara logis dan permis-permis yang telah ditetapkan
sebelumnya. Penjelasan probablistik merupakan penjelasan yang ditarik
secara induktif dari sejumlah kasus yang dengan demikian tidak
memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif melainkan penjelasan
97
yang bersifat peluang seperti kemungkinan, kemungkinan besar atau
hamper dapat dipastikan. Penjelasan fungsional atau teleologis
merupakan penjelasan yang meletakan sebuah unsur dalam kaitannya
dengan system secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau
arah perkembangan tertentu. Genetic mempergunakan faktor-faktor yang
timbul sebelumnya dalam menjelaskan segala yang muncul kemudian27.
1. Sarana Berpikir IlmiahUntuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah
demham baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika,
matematika dam statistika.
2. BahasaKeunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada
kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuan
berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan berpikir secara sistematis
dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa kemampuan berbahasa
manusia tidak menungkin mengembangkan kebudayaannya,
selanjutnya tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kepada
orang lain.
Jika kita berbicara maka hakikat informasi yang kita sampaikan
mengandung unsur emotif, demikian jika kita menyampaikan perasaan
maka ekspresi itu mengandung unsur informatif. Bahasa
mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan dan sikap
27
Jujun S Suryasumantri.Filsafat Ilmu.Cv Mulyasari.Jakarta.Hlm.142.
98
3. Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian
makna dari pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari matematika
bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan sebuah makna
kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai sarana berpikir
deduktif.
4. Statistika Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika,
merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani
Kuno,Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teori
mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang
dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori
peluang.
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang
ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara
untuk dapat menaruk kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan
mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika
mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan
yang ditarik tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan kepada
kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara dua
faktor atau lebih bersifat kebetuln atau memang benar-benar terkait
dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.