makalah sabun

27
SABUN Makalah ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas Petro dan Oleokimia Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Tahun 2009 O l e h : BAMBANG SUTIKNO (0707120212) DESIANA KOMALASARI (0707112514) M. SODIQ (0707120271) MELDA JULIANTI ( 0707120236 ) Y.A. ANDIKA DESPARESI ( 0707120207 )

Upload: amrie1719933567

Post on 27-Oct-2015

159 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sabun

SABUN

Makalah ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas Petro dan

Oleokimia

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau,

Tahun 2009

O l e h :

BAMBANG SUTIKNO (0707120212)

DESIANA KOMALASARI (0707112514)

M. SODIQ (0707120271)

MELDA JULIANTI ( 0707120236 )

Y.A. ANDIKA DESPARESI ( 0707120207 )

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

F A K U L T A S T E K N I K

Page 2: Makalah Sabun

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2009

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis beserta anggota kelompok ucapkan

kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga makalah yang berjudul, “SABUN” telah dapat diselesaikan.

Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Petro dan Oleokimia, jurusan

Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Tahun 2009.

Untuk bisa mewujudkan makalah ini, penulis beserta anggota kelompok

menemui berbagai kendala yang harus dilalui. Namun, berkat dorongan dan

bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini

dapat juga diselesaikan dengan baik.

Sehubungan dengan hal diatas, penulis beserta anggota kelompok ingin

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Ibu Nirwana HZ., dosen mata kuliah Petro dan Oleokimia, Jurusan Teknik

Kimia, Universitas Riau tahun 2009.

2. Rekan-rekan satu angkatan yang telah berbagi informasi dalam

penyelesain makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis dan anggota telah berusaha semaksimal

mungkin untuk menghasilkan hasil yang terbaik. Namun penulis dan anggota

mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan tulisan makalah ini.

Penulis dan anggota berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak dan semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan

Karunia-nya kepada kita semua, Amin.

Pekanbaru, Maret 2009

Page 3: Makalah Sabun

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Sejarah dan Latar Belakang

Sabun adalah senyawa yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak

dengan alkali. Asam lemak ini terdapat di dalam minyak nabati dan lemak hewan.

Reaksi dari minyak nabati dan lemak hewan dengan alkali disebut dengan reaksi

saponifikasi. Selain berasal dari minyak atau lemak, sabun juga dibuat dari

minyak bumi dan gas alam maupun langsung dari tanaman.

Dalam sejarah pengetahuan Sumaria, sabun dibuat dari campuran minyak

dengan abu yang berasal dari pembakaran katu. Sabun yang dihasilkan disebut

dengan sabun kalium dan digunakan untuk mencuci bulu domba. Sabun juga

ditemukan dalam catatan medis Mesir Kuno, yang menyebut sabun berasal dari

soda alami yang disebut dengan natron yang dihasilkan dari dehidrasi Natrium

Karbonat dan dicampur dengan lemak nabati.

Dewasa ini banyak pabrik yang memproduksi sabun dalam berbagai

macam bantuk dan merk. Masing-masing sabun yang diproduksi memiliki

spesifikasi dan mutu tersendiri kemajuan ini terjadi seiring dengan kebutuhan

manusia dan perkembangan iptek.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang modern saat ini, telah banyak

pula sabun-sabun dibuat untuk maksud pencegehan atau pengobatan terhadap

penyakit kulit, sehari-hari pemakaian sabun seiirng digunakan sebagai sabun

mandi, di Rumah sakit sering dipakai oleh para dokter dan perawat untuk mencuci

tangan sebelum dan setelah melakukan operasi atau perawatan terhadap

pasiennya.

Page 4: Makalah Sabun

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1 Pengertian Sabun

Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau

minyak dengan Alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari

Asam Karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus

(alifatik) panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan M

adalah kation dari kelompok alkali atau Ion Ammonium.

Pembuatan sabun melibatkan teknologi kimia yang dapat mengontrol sifat

fisika alami yang terdapat pada sabun. Saponifikasi pada minyak dilihat dari

beberapa perubahan fasa untuk menghilangkan impurity (zat pengganggu) dan

uap air serta dilihat dengan recovery gliserin sebagai produk samping dari reaksi

saponifikasi. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya air, gliserin,

garam dan impurity lain.

II. 2 Bahan Dasar Pembuat Sabun

Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat

sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam

memilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat

digunakan dalam pembuatan sabun antara lain:

1. Tallow (Lemak Hewan)

Tallow adalah lemak padat pada temperatur kamar dan merupakan hasil

pencampuran Asam Oleat (0-40%), Palmitat (25-30%), stearat (15-20%).

Sabun yang berasal dari Tallow digunakan dalam industri sutra dan

industri sabun mandi. Pada indsutri sabun mandi, tallow biasanya

dicampurkan dengan minyak kelapa dengan perbandingan 80% tallow dan

20% minyak kelapa.

Page 5: Makalah Sabun

2. Minyak Kelapa

Minyak kelapa merupakan komponen penting dalam pembuatan sabun,

kerena harga minyak kelapa cukup mahal, maka tidak digunakan untuk

membuat sabun cuci. Minyak kelapa ini berasal dari kopra yang berisikan

lemak putih dan dileburkan pada suhu 15oC.

3. Minyak Inti Sawit

Minyak inti sawit memiliki karekteristik umum, seperti minyak kelapa dan

dapat dijadikan sebagai substituen dari minyak kelapa di dalam pembuatan

sabun mandi. Dengan warna minyak yang terang, minyak inti sawit dapat

digunakan langsung untuk membuat sabun tanpa perlakuan pendahuluan

terlebih dahulu.

4. Minyak Sawit (Palm Oil)

Dalam pembuatan sabun, minyak sawit dapat digunakan dalam berbagai

macam bentuk, seperti Crude Palm Oil, RBD Palm Oil (minyak sawit

yang telah dibleaching dan dideorisasi), Crude Palm falty Acid dan asam

lemak sawit yang telah didestilasi. Crude Plam Oil yang telah dibleaching

digunakan untuk membuat sabun cuci dan sabun mandi, RBD Palm Oil

dapat digunakan tanpa melalui Pre-Treatment terlebih dahulu. Minyak

sawit yang dicampurkan dalam pembuatan sabun sekitar 50% atau lebih

tergantung pada kegunaan sabun yang diproduksi.

5. Alkali

Bahan terpenting lainnya dalam pembuatan sabun adalah alkali seperti

NaOH, KOH, dan lain-lain. NaOH biasanya digunakan untuk membuat

sabun cuci, sedangkan KOH digunakan untuk sabun mandi. Alkali yang

digunakan harus bebas dari kontaminasi logam berat karena

Page 6: Makalah Sabun

mempengaruhi nama dan struktur sabun serta dapat menurunkan resistansi

terhadap oksidasi.

II. 3 Sifat-Sifat Sabun

Sifat – sifat sabun yaitu :

a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku

tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan

sabun dalam air bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH + NaOH

b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air

diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi

pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah

garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.

CH3(CH2)16COONa + CaSO4 →Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses

kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan

untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena

sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun

mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai

Page 7: Makalah Sabun

ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat

organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik

(suka air) dan larut dalam air.

Non polar : CH3(CH2)16 Polar : COONa+

(larut dalam miyak, hidrofobik, (larut dalam air, hidrofilik,

memisahkan kotoran non polar) memisahkan kotoran polar)

Sifat-sifat fisik sabun yang perlu diketahui oleh design engineer dan

kimiawi adalah sebagai berikut:

1. Viskositas

Setelah minyak atau lemak disaponifikasi dengan alkali, maka akan

dihasilkan sabun yang memiliki viskositas yang lebih besar dari pada

minyak atau alkali. Pada suhu di atas 75o C viskositas sabun tidak

dapat meningkat secara signifikan, tapi di bawah suhu 75o C

viskositasnya dapat meningkatkan secara cepat. Viskositas sabun

tergantung pada temperature sabun dan komposisi lemak atau minyak

yang dicampurkan.

2. Panas Jenis

Panas jenis sabun adalah 0,56 Kal/g

3. Densitas

Densitas sabun murni berada pada range 0,96 – 0,99g

II. 4 Reaksi Dasar Pembuatan Sabun

1. Saponifikasi

Pembuatan sabun tergantung pada reaksi kimia organik, yaitu

saponifikasi. Lemak direaksi dengan alkali untuk menghasilkan sabun dan

gliserin. Persamaan reaksi dari saponifikasi adalah:

C3H3(O2CR)3 + NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3

Lemak minyak Alkali Sabun Gliserin

Page 8: Makalah Sabun

Saponifikasi merupakan reaksi ekstern yang menghasilkan padan

sekitar 65 kalori per kilogram minyak yang disaponifikasi. pada rumus

kimia diatas, R dapat berupa rantai yang sama maupun berbeda-beda dan

biasanya dinyatakan dengan R1, R2, R3. rantai R dapat berasal dari laurat,

palmitat, stearat, atau asam lainnya yang secara umum di dalam minyak

disebut sebagai eter gliserida. Struktur gliserida tergantung pada

komposisi minyak. Perbandingan dalam pencampuran minyak dengan

beberapa gliserida ditentukan oleh kadar asam lemak pada lemak atau

minyak tersebut. Reaksi saponifikasi dihasilkan dari pendidihan lemak

dengan alkali dengan menggunakan steam terbuka.

2. Hidrolisa Lemak dan Penetralan dengan Alkali

Pembuatan sabun melalui reaksi hidrolisa lemak tidak langsung

menghasilkan sabun. Minyak atau lemak diubah terlebih dahulu menjadi

asam lemak melalui proses Splitting (hidrolisis) dengan menggunakan air,

selanjutnya asam lemak yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis tersebut

akan dinetralkan dengan alkali sehingga akan dihasilkan sabun. Hidrolisa

ini merupakan kelanjutan dari proses saponifikasi. Secara kimia rekasi

pembuatan sabunnya adalah :

(i) C3H5(O2CR)3 + 3H2O 3RCO2H + C3H5(OH)3

Lemak/ Minyak Air Sabun Gliserida

(ii) 3RCOOH + 3NaOH 3RCOONa + 3H2O

Air yang digunakan pada proses hidrolisis dapat berupa air dingin,

panas atau dalam bentuk uap air panas (steam). Pada proses hidrolisa

lemak, air yang digunakan berada pada tekanan dan temperatur yang

tinggi, supaya reaksi hidrolisa dapat terjadi dengan cepat. Jika natrium

karbonat (Na2CO3) digunakan sebagai penetralan asam lemak, maka

selama reaksi saponifikasi akan mengahsilkan CO2 dan menyebabkan

massa bertambah sehingga material yang ada di dalam reaksi akan tumpah

karena melebihi kapasitas reaksi yang digunakan. Dengan alasan ini, maka

Na2CO3 digunakan pada reaksi yang berada pada reactor yang memiliki

kapasitas yang cukup besar.

Page 9: Makalah Sabun

II. 5 Proses Pembuatan Sabun

Dalam pembuatan sabun terdapat beberapa metoda yang bermacam-

macam dengan proses pembuatan sabun secara umum adalah sebagai berikut :

1. Hidrolisa

a. Proses Batch

Pada proses batch lemak atau minyak yang dipanaskan di dalam

reaktor batch dengan menambahakn NaOH, lemak tersebut dipanaskan

sampai bau NaOH tersebut hilang. Seletah terbentuk endapan lalu

didinginkan kemudian endapan dimurnikan dengan menggunakan air

dan diendapkan lagi dengan garam, kemudian endapan tersebut

direbus dengan air sehingga terbentuk campuran halus yang

membentuk lapisan homogen yang mengapung.

b. Proses Kontinue

Pada proses kontinue secara umum yaitu lemak atau minyak

dimasukkan kedalam reaktor kontinue kemudian dihidrolisis dengan

menggunakan katalis sehingga menghasilkan asam lemak dengan

gliserin. Kemudian dilakukan peyulingan terhadap asam lemak dengan

menambahakna NaOH sehingga terbentuk sabun.

Table 1. Perbandingan Proses Pembuatan Sabun

Parameter Batch autoclave Continous Countereurrent

Suhu ( oC ) 150 – 175 240 250

Tekanan ( Mpa ) 5,2 – 10,0 2,9 – 3,1 5,61

Katalis Zn, Ca, Mg,

Oksida , 1 - 2%

Tanpa Katalis Opsional (Batch autoclave atau

Twichel)

Page 10: Makalah Sabun

Waktu ( Jam ) 5- 10 2-4

Model Operasi Batch Kontinue

Perolehan 85-98% 97-99%

Keuntungan Suhu dan tekanan sedang

Dapat diadaptasikan

untuk skala kecil

Biaya investasi awal lebih

murah dari proses

continue

Tidak butuh ruangan

luas

Kualitas produk

seragam

Perolehan lebih tinggi

Konsentrasi gliserin

tinggi

Biaya operasi lebih

murah

Pengendalian lebih

akurat

Kelemahan Investasi awal agak tinggi

Penanganan katalis

Waktu reaksi lebih lambat

dari proses continue

Biaya tenaga kerja tinggi

Perlu lebih satu tahap

untuk mendapatkan

perolehan yang lebih baik

Investasi awal tinggi

Suhu dan tekanan

tinggi

Perlu tingkat keahlian

penanganan yang

tinggi

2. Proses pembuatan sabun dalam skala laboratorium yaitu :

a. Proses Pendidihan penuh

Proses pendidihan penuh pada dasarnya sama dengan proses batch

yaitu lemak atau miyak dipanaskan di dalam ketel (batch) dengan

menambahakan NaOH yang telah dipanaskan. Selanjutnya campuran

tersebut dipanaskan sampai terbentuk pasta kira-kira setelah 3-4 jam

pemanasan. Setelah terbentuk pasta tambahakn NaCl (10-12%) maka

Page 11: Makalah Sabun

terbentuklah sabun dan alkali, lalu keduanya dipisahkan dengan

menggunakan air panas sehingga dihasilkan produksi utama berupa

sabun dan produksi sampiongan berupa gliserin.

b. Proses semi pendidihan

Pada proses semi pendidiha, semua bahan yaitu lemak atau minyak

dan alkali langsung bercampur kemudian dipanaskan secara bersama-

sama. Terjadilah reaksi saponifikasi. Setelah reaksi saponifikasi

sempurna, maka dapat ditambahkan sodium siklikat dan sabun yang

dihasilkan berwarna gelap.

c. Proses Dingin

Pada proses dingin semua bahan yaitu minyak, alkali dan alkohol

dibiarkan di dalam suatu tempat tanpa dipanaskan pada temperatur

kamar, reaksi antara NaOH dengan uap air (H2O) merupakan reaksi

eksoterm, sehingga dapat menghasilkan panas dan panas tersebut yang

digunakan untuk mereaksikan alkohol dengan minyak, proses dingin

memerlukan waktu selama 24 jam dan mengahsilkan sabun yag

berkualitas tinggi

Syarat – sayarat proses pendinginan adalah :

a. Lemak dan minyak harus murni

b. Konsentrasi NaOH harus terukur dengan teliti

c. Temperatur harus terkontrol dengan baik

d. Menggunakan minyak kelapa

Table 2. Perbandingan Proses Pembuatan Sabun

Proses Cold-made Soap Semi-boiled Soap Continous Proses

Bahan Baku Lebih banyak

digunakan fatty acid

daripada lemak.

Fatty acid ( dari minyak

kelapa atau minyak

marine).

Bisa digunakan pada

lemak atau minyak dan

fatty acid.

Produk Produk bermutu Sabun Lunak ( sabun Produk sabun murni

Page 12: Makalah Sabun

rendah. potash), secara umum

produk bermutu

rendah.

(neat soap dan bar

soap)

Keunggulan Bisa digunakan

untuk skala

kecil

Operasi tidak

membutuhkan

recovery

gliserin

Untuk

perancangan

skala kecil

relative lebih

murah

Operasi tidak

membutuhkan

recovery

gliserin

Waktu reaksi

lebih singkat

(2-3 jam)

Produk lebih

mudah

dikeluarkan

Keseragaman

dan kontinitas

produk terjaga

Gliserin yang

dapat di

recovery lebih

banyak

Kelemahan Butuh

beberapahari

untuk

menyempurna

kan reaksi

Proses rumit

Produk sulit

dikeluarkan

Kualitas

produk tidak

seragam

Butuh

beberapa hari

untuk

menyempurna

kan reaksi

Proses rumit

Produk sulit

dikeluarkan

Kualitas produk

tidak seragam

Butuh banyak

alat

Diperlukan

pengontrolan

yang akurat

Kondisi operasi

pada suhu dan

tekanan vakum

d. Penetralan

Prinsip dasar proses penetralan adalah lemak atau minyak

ditambahakn NaOH sehingga terjadi reaksi saponifikasi dan

dihasilkan sabun dan gliserin. Sabun yang dihasilkan tidak bersifat

Page 13: Makalah Sabun

betral sehingga tidak dapat menghasilkan busa yag banyak oleh

karena itu perlu dilakukan penetralan yaitu dengna menambahkan

Na2CO3.

e. Pemurnian Sabun

Pemurnian sabun adalah suatu perlakuan untuk menghilangkan

impurities yang terlarut dalam larutan alkali dan mengcover lagi

gliserin yang terbebas pada saat reaksi saponifikasi. Asumsi tentang

pemurnian sabun yaitu :

Giserol merupakan jumlah total pelarut dalam pencucian larutan

alkali.

Gliserol ada pada sabun yang dilarutkan dalam larutan alkali.

Ketika sabun dicampurkan dengan pencucian larutan alkali,

gliserol pindah dari larutan alkali pada sabun menjadi pencucian

alkali sampai konsentrasi keduanya stabil.

Bila campuran tadi dibiarkan di stele kemudian dipisahkan menjadi

dua lapisan bagian yaitu lapisan atasnya adalah sabun dan lapisan

bawahnya untuk pencucian alkali.

Ketika pencucian meningkat, kebanyakan gliserol diekstrak pada

saat banyaknya larutan alkali yang dikorbankan.

Secara umum proses pencucian sabun yaitu :

Proses pembasahan, perlakuan terhadap kotoran dan lemak-lemak

Proses menghilangkan kotoran dari permukaan

Mengatur kotoran-kotoran supaya tetap stabil dari larutannya atau

suspensinya.

f. Finishing

Finishing merupakan langkah akhir pada proses pembuatan sabun,

yang meliputi beberapa tahap, yaitu:

Page 14: Makalah Sabun

a. Crutching

Jika sabun murni yang berasal dari ketel atau proses lainnya

akan dicampurkan dengan menggunakan bahan lain, maka sebelum

dibentuk atau dikeringkan, dilakukan pencampuran terlebih dahulu.

Campuran itu dilarutkan di dalam mesin crutcher dahulu. Crutcher

adalah bejana yang berbentuk silindris dengan ukuran kecil,

kapasitasnya 680-2279 dan dilengkapi dengan pengaduk. Crutcher

juga digunakan di dalam pencampuran alkali dengan lemak di

dalam pembuatan sabun dengan proses pendinginan.

b. Framming

Metode yang digunakan untuk mengubah sabun murni atau

cairan sabun panas menjadi padatan yang mudah dibentuk menjadi

batangan atau disebut dengan framming. Framming dilakukan pada

cairan sabun yang berada pada suhu 57-62oC didalam suatu frame

yang memiliki berat 454 – 545 kg berbentuk persegi. Untuk

memadatkan sabun murni diperlukan waktu 3-7 hari. Sabun yang

telah dicetak dapat dipotong menjadi bagian kecil. Penambahan zat

adiktif antioksidan stabilizer dan parfum dilakukan pada saar

crutching sebelum framming.

c. Drying

Berbagai macam metoda pembuatan sabun dengan

menggunakan reaksi saponifikasi yang menghasilkan sabun murni

mengandung air sekitar 30-35%. Sabun murni tersebut diubah

menjadi sabun chip dengan kandungan 5-15% air. Proses

pengeringan yang sederhana dikenal dengan spray drying proses.

Sabun yang mengandung air dilewatkan melalui spary nozzles.

Partikel-partikel kecil ini dikeluarkan oleh spray nozzles dalam

bentuk kering. Pengeringan juga daapt dilakukan pada vakum atau

di dalam atmospherik flash drying.

Page 15: Makalah Sabun

II. 6 Kegunaan dan Kelemahan Sabun

Sebagian besar kegunaan sabun di dalam kehidupan sehari-hari adalah

bahan pencuci. Sedangkan di dalam industri kosmetik sabun memiliki kegunaan

tergantung pada komposisi yang terkandung di dalam sabun itu sendiri.

Asam lemak seperti asam stearat atau asam aleat sebagian besar dikonversi

menjadi sabun dengan mereaksikannya dengan alkali (NaOH, KOH) maupun

dengan alkalominida. Asam lemak banyak digunakan di dalam pembuatan cream

cukur, cream wajah, hand body lotion, dan pewarna rambut.

Sabun stearat digunakan sebagai pengemulsi antara mineral minyak,

lemak ester dan air di dalam pembuatan hand and body lotion.

Berdasarkan penggunaannya, sabun dapat diklasifikasi menjadi 3 jenis,

yaitu:

1. Laundry Soap; untuk sabun cuci.

2. Toilet soap; yang digunakan untuk mandi dan perawatan kulit, termasuk juga

disini medicine soap.

3. Textile soap, yang digunakan untuk pada proses scouring textile, proses

degumming sutera dll.

Kekurangan atau kelemahan dari sabun yaitu :

Kurang stabil terhadap asam

Kurang stabil terhadap basa

Kurang stabil terhadap logam berat

Kurang stabil terhadap air sadah

Page 16: Makalah Sabun

BAB III

KESIMPULAN

III. 1 Kesimpulan

Sabun merupakan senyawa kimia yang berasal dari reaksi lemak atau

minyak dengan alkali. Reaksi dasar dari pembuatan sabun yaitu saponifikasi dan

hidrolisa lemak. Bahan dasar untuk pembuatan sabun dapat berupa minyak atau

lemak, yaitu yang terdiri dari lemak hewan (Tallow), minyak kelapa, minyak tall,

minyak inti sawit, minyak sawit, minyak kulit padi dan minyak marine. Bahan-

bahan tersebut harus memenuhi syarat-syarat karakteristik seperti warna, angka

saponifikasi, bilagan iod dan asam lemak bebasnya. Hal demikian agar dihasilkan

kualitas sabun yang baik dan tidak tergantung kelancaran proses produksinya.

Adapun proses produksi meliputi proses hidrolisa, pendidihan,

pendinginan, penetralan, proses kontrol dan finishing.

Page 17: Makalah Sabun

Sabun yang baik bagi kesehatan adalah sabun dengan kadar parfum yang

rendah tetapi mengandung bahan-bahan anti septik dan bebas dari bakteri adiktif.

DAFTAR PUSTAKA

- Hui, Y. H. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, fifth edition. 1996. New

York: John Willey & Sons Inc

- www.google.com/http:id.

- http://id.wikipedia.org/wiki/Sabun

- http://wapedia.mobi/ms/Sabun

- http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080925015947AAR3lcd

Page 18: Makalah Sabun

Lampiran

Bahan Baku

Minyak

Asam Stearat

Pewarna

Etanol, NaCl

Sediaan 1

Penimbangan

Pemanasan/Pelelehan

NaOH

Pencampuran

Penyiapan Stock Sabun

Pencampuran

PencampuranPencampuranPewangi

PencetakkanSediaan 2Pengemasan

Page 19: Makalah Sabun