makalah sabun
TRANSCRIPT
SABUN
Makalah ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas Petro dan
Oleokimia
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau,
Tahun 2009
O l e h :
BAMBANG SUTIKNO (0707120212)
DESIANA KOMALASARI (0707112514)
M. SODIQ (0707120271)
MELDA JULIANTI ( 0707120236 )
Y.A. ANDIKA DESPARESI ( 0707120207 )
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2009
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis beserta anggota kelompok ucapkan
kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul, “SABUN” telah dapat diselesaikan.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Petro dan Oleokimia, jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Tahun 2009.
Untuk bisa mewujudkan makalah ini, penulis beserta anggota kelompok
menemui berbagai kendala yang harus dilalui. Namun, berkat dorongan dan
bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini
dapat juga diselesaikan dengan baik.
Sehubungan dengan hal diatas, penulis beserta anggota kelompok ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Ibu Nirwana HZ., dosen mata kuliah Petro dan Oleokimia, Jurusan Teknik
Kimia, Universitas Riau tahun 2009.
2. Rekan-rekan satu angkatan yang telah berbagi informasi dalam
penyelesain makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis dan anggota telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menghasilkan hasil yang terbaik. Namun penulis dan anggota
mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan tulisan makalah ini.
Penulis dan anggota berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan
Karunia-nya kepada kita semua, Amin.
Pekanbaru, Maret 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Sejarah dan Latar Belakang
Sabun adalah senyawa yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak
dengan alkali. Asam lemak ini terdapat di dalam minyak nabati dan lemak hewan.
Reaksi dari minyak nabati dan lemak hewan dengan alkali disebut dengan reaksi
saponifikasi. Selain berasal dari minyak atau lemak, sabun juga dibuat dari
minyak bumi dan gas alam maupun langsung dari tanaman.
Dalam sejarah pengetahuan Sumaria, sabun dibuat dari campuran minyak
dengan abu yang berasal dari pembakaran katu. Sabun yang dihasilkan disebut
dengan sabun kalium dan digunakan untuk mencuci bulu domba. Sabun juga
ditemukan dalam catatan medis Mesir Kuno, yang menyebut sabun berasal dari
soda alami yang disebut dengan natron yang dihasilkan dari dehidrasi Natrium
Karbonat dan dicampur dengan lemak nabati.
Dewasa ini banyak pabrik yang memproduksi sabun dalam berbagai
macam bantuk dan merk. Masing-masing sabun yang diproduksi memiliki
spesifikasi dan mutu tersendiri kemajuan ini terjadi seiring dengan kebutuhan
manusia dan perkembangan iptek.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang modern saat ini, telah banyak
pula sabun-sabun dibuat untuk maksud pencegehan atau pengobatan terhadap
penyakit kulit, sehari-hari pemakaian sabun seiirng digunakan sebagai sabun
mandi, di Rumah sakit sering dipakai oleh para dokter dan perawat untuk mencuci
tangan sebelum dan setelah melakukan operasi atau perawatan terhadap
pasiennya.
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Pengertian Sabun
Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau
minyak dengan Alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari
Asam Karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus
(alifatik) panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan M
adalah kation dari kelompok alkali atau Ion Ammonium.
Pembuatan sabun melibatkan teknologi kimia yang dapat mengontrol sifat
fisika alami yang terdapat pada sabun. Saponifikasi pada minyak dilihat dari
beberapa perubahan fasa untuk menghilangkan impurity (zat pengganggu) dan
uap air serta dilihat dengan recovery gliserin sebagai produk samping dari reaksi
saponifikasi. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya air, gliserin,
garam dan impurity lain.
II. 2 Bahan Dasar Pembuat Sabun
Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat
sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan sabun antara lain:
1. Tallow (Lemak Hewan)
Tallow adalah lemak padat pada temperatur kamar dan merupakan hasil
pencampuran Asam Oleat (0-40%), Palmitat (25-30%), stearat (15-20%).
Sabun yang berasal dari Tallow digunakan dalam industri sutra dan
industri sabun mandi. Pada indsutri sabun mandi, tallow biasanya
dicampurkan dengan minyak kelapa dengan perbandingan 80% tallow dan
20% minyak kelapa.
2. Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan komponen penting dalam pembuatan sabun,
kerena harga minyak kelapa cukup mahal, maka tidak digunakan untuk
membuat sabun cuci. Minyak kelapa ini berasal dari kopra yang berisikan
lemak putih dan dileburkan pada suhu 15oC.
3. Minyak Inti Sawit
Minyak inti sawit memiliki karekteristik umum, seperti minyak kelapa dan
dapat dijadikan sebagai substituen dari minyak kelapa di dalam pembuatan
sabun mandi. Dengan warna minyak yang terang, minyak inti sawit dapat
digunakan langsung untuk membuat sabun tanpa perlakuan pendahuluan
terlebih dahulu.
4. Minyak Sawit (Palm Oil)
Dalam pembuatan sabun, minyak sawit dapat digunakan dalam berbagai
macam bentuk, seperti Crude Palm Oil, RBD Palm Oil (minyak sawit
yang telah dibleaching dan dideorisasi), Crude Palm falty Acid dan asam
lemak sawit yang telah didestilasi. Crude Plam Oil yang telah dibleaching
digunakan untuk membuat sabun cuci dan sabun mandi, RBD Palm Oil
dapat digunakan tanpa melalui Pre-Treatment terlebih dahulu. Minyak
sawit yang dicampurkan dalam pembuatan sabun sekitar 50% atau lebih
tergantung pada kegunaan sabun yang diproduksi.
5. Alkali
Bahan terpenting lainnya dalam pembuatan sabun adalah alkali seperti
NaOH, KOH, dan lain-lain. NaOH biasanya digunakan untuk membuat
sabun cuci, sedangkan KOH digunakan untuk sabun mandi. Alkali yang
digunakan harus bebas dari kontaminasi logam berat karena
mempengaruhi nama dan struktur sabun serta dapat menurunkan resistansi
terhadap oksidasi.
II. 3 Sifat-Sifat Sabun
Sifat – sifat sabun yaitu :
a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku
tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan
sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH + NaOH
b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air
diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi
pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah
garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 →Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses
kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan
untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena
sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun
mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai
ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat
organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik
(suka air) dan larut dalam air.
Non polar : CH3(CH2)16 Polar : COONa+
(larut dalam miyak, hidrofobik, (larut dalam air, hidrofilik,
memisahkan kotoran non polar) memisahkan kotoran polar)
Sifat-sifat fisik sabun yang perlu diketahui oleh design engineer dan
kimiawi adalah sebagai berikut:
1. Viskositas
Setelah minyak atau lemak disaponifikasi dengan alkali, maka akan
dihasilkan sabun yang memiliki viskositas yang lebih besar dari pada
minyak atau alkali. Pada suhu di atas 75o C viskositas sabun tidak
dapat meningkat secara signifikan, tapi di bawah suhu 75o C
viskositasnya dapat meningkatkan secara cepat. Viskositas sabun
tergantung pada temperature sabun dan komposisi lemak atau minyak
yang dicampurkan.
2. Panas Jenis
Panas jenis sabun adalah 0,56 Kal/g
3. Densitas
Densitas sabun murni berada pada range 0,96 – 0,99g
II. 4 Reaksi Dasar Pembuatan Sabun
1. Saponifikasi
Pembuatan sabun tergantung pada reaksi kimia organik, yaitu
saponifikasi. Lemak direaksi dengan alkali untuk menghasilkan sabun dan
gliserin. Persamaan reaksi dari saponifikasi adalah:
C3H3(O2CR)3 + NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3
Lemak minyak Alkali Sabun Gliserin
Saponifikasi merupakan reaksi ekstern yang menghasilkan padan
sekitar 65 kalori per kilogram minyak yang disaponifikasi. pada rumus
kimia diatas, R dapat berupa rantai yang sama maupun berbeda-beda dan
biasanya dinyatakan dengan R1, R2, R3. rantai R dapat berasal dari laurat,
palmitat, stearat, atau asam lainnya yang secara umum di dalam minyak
disebut sebagai eter gliserida. Struktur gliserida tergantung pada
komposisi minyak. Perbandingan dalam pencampuran minyak dengan
beberapa gliserida ditentukan oleh kadar asam lemak pada lemak atau
minyak tersebut. Reaksi saponifikasi dihasilkan dari pendidihan lemak
dengan alkali dengan menggunakan steam terbuka.
2. Hidrolisa Lemak dan Penetralan dengan Alkali
Pembuatan sabun melalui reaksi hidrolisa lemak tidak langsung
menghasilkan sabun. Minyak atau lemak diubah terlebih dahulu menjadi
asam lemak melalui proses Splitting (hidrolisis) dengan menggunakan air,
selanjutnya asam lemak yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis tersebut
akan dinetralkan dengan alkali sehingga akan dihasilkan sabun. Hidrolisa
ini merupakan kelanjutan dari proses saponifikasi. Secara kimia rekasi
pembuatan sabunnya adalah :
(i) C3H5(O2CR)3 + 3H2O 3RCO2H + C3H5(OH)3
Lemak/ Minyak Air Sabun Gliserida
(ii) 3RCOOH + 3NaOH 3RCOONa + 3H2O
Air yang digunakan pada proses hidrolisis dapat berupa air dingin,
panas atau dalam bentuk uap air panas (steam). Pada proses hidrolisa
lemak, air yang digunakan berada pada tekanan dan temperatur yang
tinggi, supaya reaksi hidrolisa dapat terjadi dengan cepat. Jika natrium
karbonat (Na2CO3) digunakan sebagai penetralan asam lemak, maka
selama reaksi saponifikasi akan mengahsilkan CO2 dan menyebabkan
massa bertambah sehingga material yang ada di dalam reaksi akan tumpah
karena melebihi kapasitas reaksi yang digunakan. Dengan alasan ini, maka
Na2CO3 digunakan pada reaksi yang berada pada reactor yang memiliki
kapasitas yang cukup besar.
II. 5 Proses Pembuatan Sabun
Dalam pembuatan sabun terdapat beberapa metoda yang bermacam-
macam dengan proses pembuatan sabun secara umum adalah sebagai berikut :
1. Hidrolisa
a. Proses Batch
Pada proses batch lemak atau minyak yang dipanaskan di dalam
reaktor batch dengan menambahakn NaOH, lemak tersebut dipanaskan
sampai bau NaOH tersebut hilang. Seletah terbentuk endapan lalu
didinginkan kemudian endapan dimurnikan dengan menggunakan air
dan diendapkan lagi dengan garam, kemudian endapan tersebut
direbus dengan air sehingga terbentuk campuran halus yang
membentuk lapisan homogen yang mengapung.
b. Proses Kontinue
Pada proses kontinue secara umum yaitu lemak atau minyak
dimasukkan kedalam reaktor kontinue kemudian dihidrolisis dengan
menggunakan katalis sehingga menghasilkan asam lemak dengan
gliserin. Kemudian dilakukan peyulingan terhadap asam lemak dengan
menambahakna NaOH sehingga terbentuk sabun.
Table 1. Perbandingan Proses Pembuatan Sabun
Parameter Batch autoclave Continous Countereurrent
Suhu ( oC ) 150 – 175 240 250
Tekanan ( Mpa ) 5,2 – 10,0 2,9 – 3,1 5,61
Katalis Zn, Ca, Mg,
Oksida , 1 - 2%
Tanpa Katalis Opsional (Batch autoclave atau
Twichel)
Waktu ( Jam ) 5- 10 2-4
Model Operasi Batch Kontinue
Perolehan 85-98% 97-99%
Keuntungan Suhu dan tekanan sedang
Dapat diadaptasikan
untuk skala kecil
Biaya investasi awal lebih
murah dari proses
continue
Tidak butuh ruangan
luas
Kualitas produk
seragam
Perolehan lebih tinggi
Konsentrasi gliserin
tinggi
Biaya operasi lebih
murah
Pengendalian lebih
akurat
Kelemahan Investasi awal agak tinggi
Penanganan katalis
Waktu reaksi lebih lambat
dari proses continue
Biaya tenaga kerja tinggi
Perlu lebih satu tahap
untuk mendapatkan
perolehan yang lebih baik
Investasi awal tinggi
Suhu dan tekanan
tinggi
Perlu tingkat keahlian
penanganan yang
tinggi
2. Proses pembuatan sabun dalam skala laboratorium yaitu :
a. Proses Pendidihan penuh
Proses pendidihan penuh pada dasarnya sama dengan proses batch
yaitu lemak atau miyak dipanaskan di dalam ketel (batch) dengan
menambahakan NaOH yang telah dipanaskan. Selanjutnya campuran
tersebut dipanaskan sampai terbentuk pasta kira-kira setelah 3-4 jam
pemanasan. Setelah terbentuk pasta tambahakn NaCl (10-12%) maka
terbentuklah sabun dan alkali, lalu keduanya dipisahkan dengan
menggunakan air panas sehingga dihasilkan produksi utama berupa
sabun dan produksi sampiongan berupa gliserin.
b. Proses semi pendidihan
Pada proses semi pendidiha, semua bahan yaitu lemak atau minyak
dan alkali langsung bercampur kemudian dipanaskan secara bersama-
sama. Terjadilah reaksi saponifikasi. Setelah reaksi saponifikasi
sempurna, maka dapat ditambahkan sodium siklikat dan sabun yang
dihasilkan berwarna gelap.
c. Proses Dingin
Pada proses dingin semua bahan yaitu minyak, alkali dan alkohol
dibiarkan di dalam suatu tempat tanpa dipanaskan pada temperatur
kamar, reaksi antara NaOH dengan uap air (H2O) merupakan reaksi
eksoterm, sehingga dapat menghasilkan panas dan panas tersebut yang
digunakan untuk mereaksikan alkohol dengan minyak, proses dingin
memerlukan waktu selama 24 jam dan mengahsilkan sabun yag
berkualitas tinggi
Syarat – sayarat proses pendinginan adalah :
a. Lemak dan minyak harus murni
b. Konsentrasi NaOH harus terukur dengan teliti
c. Temperatur harus terkontrol dengan baik
d. Menggunakan minyak kelapa
Table 2. Perbandingan Proses Pembuatan Sabun
Proses Cold-made Soap Semi-boiled Soap Continous Proses
Bahan Baku Lebih banyak
digunakan fatty acid
daripada lemak.
Fatty acid ( dari minyak
kelapa atau minyak
marine).
Bisa digunakan pada
lemak atau minyak dan
fatty acid.
Produk Produk bermutu Sabun Lunak ( sabun Produk sabun murni
rendah. potash), secara umum
produk bermutu
rendah.
(neat soap dan bar
soap)
Keunggulan Bisa digunakan
untuk skala
kecil
Operasi tidak
membutuhkan
recovery
gliserin
Untuk
perancangan
skala kecil
relative lebih
murah
Operasi tidak
membutuhkan
recovery
gliserin
Waktu reaksi
lebih singkat
(2-3 jam)
Produk lebih
mudah
dikeluarkan
Keseragaman
dan kontinitas
produk terjaga
Gliserin yang
dapat di
recovery lebih
banyak
Kelemahan Butuh
beberapahari
untuk
menyempurna
kan reaksi
Proses rumit
Produk sulit
dikeluarkan
Kualitas
produk tidak
seragam
Butuh
beberapa hari
untuk
menyempurna
kan reaksi
Proses rumit
Produk sulit
dikeluarkan
Kualitas produk
tidak seragam
Butuh banyak
alat
Diperlukan
pengontrolan
yang akurat
Kondisi operasi
pada suhu dan
tekanan vakum
d. Penetralan
Prinsip dasar proses penetralan adalah lemak atau minyak
ditambahakn NaOH sehingga terjadi reaksi saponifikasi dan
dihasilkan sabun dan gliserin. Sabun yang dihasilkan tidak bersifat
betral sehingga tidak dapat menghasilkan busa yag banyak oleh
karena itu perlu dilakukan penetralan yaitu dengna menambahkan
Na2CO3.
e. Pemurnian Sabun
Pemurnian sabun adalah suatu perlakuan untuk menghilangkan
impurities yang terlarut dalam larutan alkali dan mengcover lagi
gliserin yang terbebas pada saat reaksi saponifikasi. Asumsi tentang
pemurnian sabun yaitu :
Giserol merupakan jumlah total pelarut dalam pencucian larutan
alkali.
Gliserol ada pada sabun yang dilarutkan dalam larutan alkali.
Ketika sabun dicampurkan dengan pencucian larutan alkali,
gliserol pindah dari larutan alkali pada sabun menjadi pencucian
alkali sampai konsentrasi keduanya stabil.
Bila campuran tadi dibiarkan di stele kemudian dipisahkan menjadi
dua lapisan bagian yaitu lapisan atasnya adalah sabun dan lapisan
bawahnya untuk pencucian alkali.
Ketika pencucian meningkat, kebanyakan gliserol diekstrak pada
saat banyaknya larutan alkali yang dikorbankan.
Secara umum proses pencucian sabun yaitu :
Proses pembasahan, perlakuan terhadap kotoran dan lemak-lemak
Proses menghilangkan kotoran dari permukaan
Mengatur kotoran-kotoran supaya tetap stabil dari larutannya atau
suspensinya.
f. Finishing
Finishing merupakan langkah akhir pada proses pembuatan sabun,
yang meliputi beberapa tahap, yaitu:
a. Crutching
Jika sabun murni yang berasal dari ketel atau proses lainnya
akan dicampurkan dengan menggunakan bahan lain, maka sebelum
dibentuk atau dikeringkan, dilakukan pencampuran terlebih dahulu.
Campuran itu dilarutkan di dalam mesin crutcher dahulu. Crutcher
adalah bejana yang berbentuk silindris dengan ukuran kecil,
kapasitasnya 680-2279 dan dilengkapi dengan pengaduk. Crutcher
juga digunakan di dalam pencampuran alkali dengan lemak di
dalam pembuatan sabun dengan proses pendinginan.
b. Framming
Metode yang digunakan untuk mengubah sabun murni atau
cairan sabun panas menjadi padatan yang mudah dibentuk menjadi
batangan atau disebut dengan framming. Framming dilakukan pada
cairan sabun yang berada pada suhu 57-62oC didalam suatu frame
yang memiliki berat 454 – 545 kg berbentuk persegi. Untuk
memadatkan sabun murni diperlukan waktu 3-7 hari. Sabun yang
telah dicetak dapat dipotong menjadi bagian kecil. Penambahan zat
adiktif antioksidan stabilizer dan parfum dilakukan pada saar
crutching sebelum framming.
c. Drying
Berbagai macam metoda pembuatan sabun dengan
menggunakan reaksi saponifikasi yang menghasilkan sabun murni
mengandung air sekitar 30-35%. Sabun murni tersebut diubah
menjadi sabun chip dengan kandungan 5-15% air. Proses
pengeringan yang sederhana dikenal dengan spray drying proses.
Sabun yang mengandung air dilewatkan melalui spary nozzles.
Partikel-partikel kecil ini dikeluarkan oleh spray nozzles dalam
bentuk kering. Pengeringan juga daapt dilakukan pada vakum atau
di dalam atmospherik flash drying.
II. 6 Kegunaan dan Kelemahan Sabun
Sebagian besar kegunaan sabun di dalam kehidupan sehari-hari adalah
bahan pencuci. Sedangkan di dalam industri kosmetik sabun memiliki kegunaan
tergantung pada komposisi yang terkandung di dalam sabun itu sendiri.
Asam lemak seperti asam stearat atau asam aleat sebagian besar dikonversi
menjadi sabun dengan mereaksikannya dengan alkali (NaOH, KOH) maupun
dengan alkalominida. Asam lemak banyak digunakan di dalam pembuatan cream
cukur, cream wajah, hand body lotion, dan pewarna rambut.
Sabun stearat digunakan sebagai pengemulsi antara mineral minyak,
lemak ester dan air di dalam pembuatan hand and body lotion.
Berdasarkan penggunaannya, sabun dapat diklasifikasi menjadi 3 jenis,
yaitu:
1. Laundry Soap; untuk sabun cuci.
2. Toilet soap; yang digunakan untuk mandi dan perawatan kulit, termasuk juga
disini medicine soap.
3. Textile soap, yang digunakan untuk pada proses scouring textile, proses
degumming sutera dll.
Kekurangan atau kelemahan dari sabun yaitu :
Kurang stabil terhadap asam
Kurang stabil terhadap basa
Kurang stabil terhadap logam berat
Kurang stabil terhadap air sadah
BAB III
KESIMPULAN
III. 1 Kesimpulan
Sabun merupakan senyawa kimia yang berasal dari reaksi lemak atau
minyak dengan alkali. Reaksi dasar dari pembuatan sabun yaitu saponifikasi dan
hidrolisa lemak. Bahan dasar untuk pembuatan sabun dapat berupa minyak atau
lemak, yaitu yang terdiri dari lemak hewan (Tallow), minyak kelapa, minyak tall,
minyak inti sawit, minyak sawit, minyak kulit padi dan minyak marine. Bahan-
bahan tersebut harus memenuhi syarat-syarat karakteristik seperti warna, angka
saponifikasi, bilagan iod dan asam lemak bebasnya. Hal demikian agar dihasilkan
kualitas sabun yang baik dan tidak tergantung kelancaran proses produksinya.
Adapun proses produksi meliputi proses hidrolisa, pendidihan,
pendinginan, penetralan, proses kontrol dan finishing.
Sabun yang baik bagi kesehatan adalah sabun dengan kadar parfum yang
rendah tetapi mengandung bahan-bahan anti septik dan bebas dari bakteri adiktif.
DAFTAR PUSTAKA
- Hui, Y. H. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, fifth edition. 1996. New
York: John Willey & Sons Inc
- www.google.com/http:id.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Sabun
- http://wapedia.mobi/ms/Sabun
- http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080925015947AAR3lcd
Lampiran
Bahan Baku
Minyak
Asam Stearat
Pewarna
Etanol, NaCl
Sediaan 1
Penimbangan
Pemanasan/Pelelehan
NaOH
Pencampuran
Penyiapan Stock Sabun
Pencampuran
PencampuranPencampuranPewangi
PencetakkanSediaan 2Pengemasan