makalah rasionalisme.doc

Upload: jul

Post on 27-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 MAKALAH RASIONALISME.doc

    1/6

    1.BAB I PENDAHULUAN

    Para filsuf dari berbagai zaman telah menggunakan jalan dancara pikir, yang

    mereka harap mampu menuntun mereka pada akar dari ilmu pengetahuan. Sebuah

    kebenaran yang mendefinisikan semesta, memetakan dunia, dan pada akhirnya mampu

    menjabarkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Rasionalisme, adalah salah satunya. Filsafat

    modern yang lebih berfokus pada pencarian dasar ilmu pengetahuan dari kenyataan

    yang sesungguhnya, didorong oleh kebangkitan masa Renaisans. Dimana para

    perintisnya seperti, Galileo, Francis Bacon, dan Descartes terus-menerus memborbardir

    konsep-konsep teologi filsafat skolastik dengan ilmu pengetahuan modern. Apa yang

    diyakini sebagai kebenaran di masa skolastik, ternyata tidak lain adalah kesesatan yang

    mengendap berabad-abad. Bumi tidaklah berbentuk seperti cakram, nyatanya ia

    berbentuk bulat dan tidak mempunyai ujung. Bumi juga bukanlah pusat tata surya,

    dimana matahari dan planet lain mengitarinya, melainkan bumilah yang selama ini

    mengitari matahari. Doktrin lama yang disodorkan kepada para ahli dan filsufterbantahkan oleh kebenaran logika dan pembuktian ilmiah. Ilmu-ilmu alam yang

    menuntut kebenaran nyata dan utuh, sudah tidak bisa lagi bergantung pada pemikiran

    ketuhanan dan serba gaib. Disinilah pemikiran menggunakan rasio menjadi populer

    untuk dijadikan dasar dan tumpuan kebenaran. Makalah ini selanjutnya akan membahas

    rasionalisme secara ringkas melingkupi asal mula, definisi, dan para filsuf penggerak

    paham ini serta buah-buah pemikiran mereka.

    3. BAB II PEMBAHASAN

    A. Rasionalisme

    Rasionalisme secara etimologis berasal dari bahasa inggris rasionalism yangberakar dari bahasa latin yaitu ratio yang berarti akal. Sedangkan menurut Kamus Besar

    Bahasa Indonesia rasionalisme adalah teori (paham) yang menganggap bahwa pikiran

    dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem (kebenaran) yang

    lepas dari jangkauan indra, paham yang lebih mengutamakan (kemampuan) akal

    daripada emosi atau batin. Arti lain dari rasionalisme atau gerakan rasional adalah

    doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui

    pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma,

    atau ajaran agama. Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai

    aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam

    penjelasan. Dan seperti dinyatakan A.R. Lacey dalam A Dictionary Phlosophy (1996)rasionalisme adalah pandangan yang mementingkan akal sebagai sumber pengetahuan

    dan kebenaran. Rasionalisme dalam Bourke (1962) diartikan sebagai sebuah metodologi

    atau sebuah teori yang meyakini syarat kebenaran bukanlah apa yang dirasa indera

    tetapi dipikirkan dengan logis dan deduktif. Karena itulah para rasionalis mengedepankan

    akal dan kemampuan logika diatas eksperimen serta pembuktian-pembuktian fisik, atau

    dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy (2004) sebut dengan adanya cara-cara

    tertentu (dalam rasionalisme) yang mampu membangun konsep dan pengetahuan tanpa

    bergantung pada pengalaman inderawi. Disinilah rasionalisme

    2.4.berhadapan dengan empirisme, paham yang menuntut sebuah pengetahuan

    dibuktikan, diteliti, dan dihadirkan dalam wujud fisik yang nyata. Rasionalisme secaraumum terciri dengan penggunaan pendekatan deduktif, yaitu pendekatan umum ke

    http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-3-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-3-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-4-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-4-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-4-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-3-638.jpg?cb=1411448285
  • 7/25/2019 MAKALAH RASIONALISME.doc

    2/6

    khusus dimana peraikan kesimpulan dilakukan dengan merumuskan teori-teori dan fakta

    yang tersedia. Disinilah rasionalisme membentuk a priori, sebuah penilaian yang

    didasarkan pada teori dan logika daripada pengamatan dan eksperimen nyata.

    Sebaliknya Empirisme menggunakan pendekatan induktif, yaitu pendekatan khusus ke

    umum dimana sebuah fenomena tertentu diamati, dicari faktor dan penyebabnya,

    diperluas dan dikembangkan hingga ditarik kesimpulannya secara umum. Disini jualah a

    posteriori terbentuk, yaitu pendapat yang memerlukan pembuktian, eksperimen, dan

    fakta secara fisik. Rasionalis dan empiris seperti dua sisi mata uang. Meskipun saling

    berbeda, mereka juga tidak bisa dilepaskan satu dengan lainnya. Karena bahkan

    Descartes yang membangun fondasi rasionalisme dan John Locke yang menancapkan

    pasak-pasak empirisme pun bisa saling sependapat tentang sifat alami pikiran manusia

    (the nature of human ideas). Dan seperti yang dikatakan Leibniz dalam bukunya

    Monadology bahwa kita cenderung seorang yang empiris karena sepertiga diri kita

    adalah apa yang kita perbuat. Rasionalisme sendiri secara garis besar memiliki 3 dalil

    dasar, yaitu: asumsi tentang intuisi dan deduksi, asumsi tentang pengetahuan yang telah

    ada dalam diri, atau asumsi tentang konsep yang telah ada dalam diri. 1. Asumsi Tentang

    Intuisi Dan Deduksi (The Intuition/Deduction Thesis) Intuisi adalah bagian dari

    pengetahuan a priori yang meyakini sesuatu berdasarkan berntuk rasionalnya, ketika kita

    hanya perlu melihat sesuatu untuk meyakini ia

    3.5.rasional atau tidak. Sementara deduksi merupakan penarikan kesimpulan dari

    beberapa premis untuk menghasilkan kesimpulan yang logis. Jika argumen-argumen

    yang kita ajukan valid, kita bisa mendeduksi premis-premis yang berdasarkan intuisi.

    Sebagai contoh, secara intuitif kita tau bahwa angka tiga adalah angka prima dan angka

    tiga juga lebih besar dari angka dua. Kita kemudian mendeduksinya menjadi ada sebuah

    angka prima yang lebih besar dua. Dengan ini, intuisi dan deduksi dapat dikombinasikanuntuk mendapat a priori. 2. Asumsi Tentang Pengetahuan yang Telah Ada Dalam Diri

    (The Innate Knowledge Thesis) Sejalan dengan asumsi sebelumnya, asumsi ini juga

    meyakini pengetahuan membentuk a priori. Namun, kedua asumsi berbeda pendapat

    tentang bagaimana pengetahuan itu didapatkan. Jika sebelumnya intuisi diyakini sebagai

    akar pengetahuan, maka asumsi ini membawa pengetahuan yang diwariskan (Innate

    Knowledge) sebagai sumber asumsinya. Bahwa menurut asumsi ini, pengetahuan

    hanyalah bagian dari logika alami kita masing-masing. Kemudian ada fenomena tertentu

    yang memicu kita mendalami pengetahuan tersebut, akan tetapi fenomena bukanlah

    pengetahuan. Pengetahuan sudah ada pada kita sejak awal, fenomena hanya

    mengarahkan fokus perhatian kita padanya. 3. Asumsi Tentang Konsep yang Telah AdaDalam Diri (The Innate Concept Thesis) Sebagian filsuf menyamakan asumsi ini dengan

    asumsi kedua, namun sebagian lain membedakannya. Salah satu yang

    mempertahankan asumsi ini adalah Leibniz, yang menganalogikan konsep pemikiran

    seperti sebuah garis urat pada batu marmer. Pikiran sama halnya seperti sebongkah

    marmer yang dipahat menjadi patung.

    4.6.Sebelum memahat, para pengrajin tentu telah menyadari bentuk apa yang cocok untuk

    marmer itu dari garis uratnya. Meskipun mereka perlu mengukir, memoles, dan

    memunculkan garis-garisnya, tapi perlu disadari bahwa garis itu sudah ada dalam batu.

    Sama halnya dengan kita, garis-garis pada batu itu adalah kecenderungan berpikir kita,

    kebiasaan alami, potensi, dan bakat yang kita miliki, meski seringkali untuk membuatnyakentara ia perlu disalurkan pada suatu aktifitas. B. Ren Descartes (1596-1650 M) Rene

    http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-5-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-5-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-6-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-6-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-5-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-6-638.jpg?cb=1411448285
  • 7/25/2019 MAKALAH RASIONALISME.doc

    3/6

    Descartes atau dalam bahasa latin Renatus Certsius, lahir pada 31 Maret 1596 di La

    Haye Totiraine, sebuah daerah di Perancis Tengah.Pada tahun 1604 hingga tahun 1612,

    Descartes belajar di College des Jesuites de la Fleche. Disana Descartes belajar ilmu

    logika, filsafat, matematika, dan fisika. Pada tanggal 11 Februari 1650 di usia yang ke 54

    tahun, Descartes meninggal dunia di Swedia karena terkena penyakit radang paru-paru.

    Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Perancis pada tahun 1667 dan tengkoraknya

    disimpan di Museum dHistoire Naturelle, Paris. Descartes layaknya sosok kontemporer

    dari Galileo dan Kepler. Tetapi ia jauh lebih beruntung dibandingkan pendahulunya,

    karena ia lahir di masa-masa awal revolusi ilmiah yang mengikis kejayaan abad

    pertengahan dan filsafat skolastik. Meski ia sendiri menghabiskan waktu sekolah di

    Jesuit, namun ia merasa resah dengan banyaknya konsep-konsep yang salah diajarkan

    disana. Hingga pada tahun 1619 ia memulai perjalanan filsafatnya dengan membongkar

    ke bagian yang paling dasar dari filsafat dan membangunnya kembali dari nol. Layaknya

    membangun rumah, ia akan menyusun fondasi yang kuat, kemudian tiangnya, baru

    setelah itu dinding dan atapnya, satu persatu.

    5.7.Ia menyangsikan segala hal. Ia berusaha mengosongkan pikirannya dari segala apa

    yang ia yakini, menjatuhkan penilaian atas segala hal. Karena untuk dapat menyangsikan

    sesuatu, ia perlu melihat melepaskan keyakinannya, bahkan pada sesuatu yang sudah

    sangat jelas kebenarannya. Dalam perenungannya, pertama-tama Descartes berpikir,

    bahwa ketika seseorang bermimpi maka cenderung ia tidak menyadari bahwa ia sedang

    bermimpi, segalanya bisa terlihat sangat nyata dan benar sampai ia bangun dari

    mimpinya. Jadi mungkin saja ia sendiri sedang bermimpi saat ini, bisa saja ia tidak

    sedang duduk dikursi, menulis, dsb. Bahkan, dalam penyangsiannya, Descartes berpikir

    bahwa mungkin saja Tuhan sebenarnya bukan tuhan, melainkan kejahatan yang sedang

    berusaha menyesatkannya. Mungkin saja seluruh inderanya, penciumannya,penglihatannya, pendengarannya, hanyalah ilusi. Termasuk apa yang ia rasakan,

    gerakan, dan anggota tubuhnya juga hanya ilusi. Lalu apa mungkin, seorang individu

    hanya terdiri dari objek zat yang berpikir, tanpa memiliki wujud/bentuk? Namun

    kemudian descartes menyadari, bahwa jika ada penyesatan, maka past ada yang

    disesatkan. Maka dari itu, orang yang disesatkan pasti benar-benar ada, karena tidak

    mungkin mengecoh pikiran seseorang jika orangnya sendiri tidak ada. Bisakah aku

    dikatakan berpikir dengan kesadaranku jika nyatanya aku tidak sadar. Jawabnya tentu

    tidak. Maka meskipun objek yang kulihat mungkin bukanlah hal nyata, tapi tidak bisa

    dipungkiri aku sadar akan objek yang kulihat. Aku mungkin tidak melihat langit, tetapi aku

    benar-benar melihat apa yang terlihat seperti langit. Dengan kata lain, Descartesmenyimpulkan bahwa ketika aku sadar, pastilah aku ada. Aku berpikir, maka aku ada

    (Cogito, ergo sum.)

    6.8.Dengan menyangsikan segala hal, Descrates berakhir dengan kesimpulan Aku

    berpikir maka aku ada, bahwa ketika semua hal dapat disangsikan, maka aku yang

    menyangsikan ini semakin nyata dan benar-benar ada. Descartes menuangkan

    pemikirannya itu dengan membuat sebuah metode yang sangat terkenal yang sering

    disebut dengan Cogito Descartes atau metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt)

    atau metode Cogito. Beberapa karya filsafat yang dihasilkan oleh Rene Descartes

    selama studi dan perenungan filsafatnya antara lain Discours de la Methode (Discourse

    on Method) yang diterbitkan pada tahun 1637, Meditationes de Prima Philosophia(Meditations on the First Philosophy) pada tahun 1642, dan Principes de la Philosophie

    http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-7-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-7-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-8-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-8-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-7-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-8-638.jpg?cb=1411448285
  • 7/25/2019 MAKALAH RASIONALISME.doc

    4/6

    (Principles of Philosophy) pada tahun 1644 sebelum kematiannya 6 tahun kemudian. C.

    Baruch De Spinoza (1632-1677 M) Baruch de Spinoza lahir pada tahun 1632 dan

    meninggal pada tahun 1677. Spinoza adalah seorang filosof keturunan Yahudi-Portugis

    yang lahir dan besar di Belanda. Selama kehidupannya, Spinoza tidak hanya belajar

    matematika dan ilmu-ilmu alam tetapi dia juga mempelajari bahasa Latin, Yunani,

    Belanda, Spanyol, Perancis, Yahudi, Jerman, dan Italia. Pemikiran Spinoza adalah ajaran

    mengenai Subtansi tunggal yang artinya Allah atau Tuhan itu sama halnya dengan alam.

    Jadi Tuhan dan alam itu adalah satu substansi, ini berarti tidak ada Tuhan yang berkuasa

    atau mengatur semesta, yang ada hanyalah alam, wujud alam inilah Tuhan. Dengan

    pemikitannya ini, Spinoza disebut sebagai penganut panteisme-monistik. Akibat dari

    pemikirannya ini Baruch Spinoza diasingkan oleh golongannya sendiri

    7.9.karena Kala itu tulisan Spinoza memang dinilai sangat radikal, penyangkalannya

    terhadap hal gaib bahkan kepada malaikat, mukjizat, kitab suci bangsanya, dan banyak

    lagi. Keluarganya memutuskan hubungan dengannya, ia dikucilkan dari kotanya

    Sinagoga, dikutuk, bahkan hampir ditikam, hingga akhirnya ia pergi menyepi di pinggir

    Amsterdam dan mengubah namanya menjadi Benedictus de Spinoza. Ia sendiri

    sebenarnya pernah ditawari mengajar di Universitas Heidelberg, namun kekhawatirannya

    kepada respon masyarakat terhadap tulisannya membuat Spinoza mengurungkan

    tawaran itu dan lebih memilih bekerja membuat lensa hingga ia tutup usia pada usia 44

    tahun akibat TBC paru-paru. Karyanya yang populer setelah diterjemahkan adalah renati

    Descartes Principiorum Philosophiae (Prinsip Filsafat Descartes) tahun 1663, dan

    TractatusTheologico-Politicus (Traktat politis-Teologis) tahun 1670. Dan ada beberapa

    karya pentingnya yang baru terbit setelah kematiannya, seperti Ethica More Geometrico

    Demonstrata (Etika Dibuktikan Secara Geometris) tahun 1677 dan Tractatus de

    Intellectus Emendatione (Traktat tentang Perbaikan Pemahaman) pada tahun yangsama. D. Gottfried Wilhelm von Leibniz (1646-1716 M) Nama asli dari Leibniz adalah

    Gottfried Wilhelm Freiherr Von Leibniz. Dia adalah seorang filsuf Jerman keturunan

    Sorbia dan berasal dari Sachsen yang lahir pada tanggal 1 Juli 1646. Berkat ayahnya,

    seorang professor bernama Friedrich Leibniz, Leubniz dari kecil dipaparkan berbagai

    ilmu klasik dan alam yang membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap masalah-

    masalah yuridis, falsafi, astronomi, fisika, matematika, hingga pada usia 20 tahun ia

    mampu meraih gelar doktoralnya.

    8.10.Bahkan ia sempat mendirikan Academy of Sciences, sebua organisasi yang sama

    bergengsinya dengan Royal Society (perkumpulan ilmuwan inggris). Otaknya yang encer

    dan penuh ide-ide ini membuatnya dipandang sebagai filsuf Jerman original pertama.Leibniz tidak hanya dikenal sebagai filosof saja tetapi dia juga seorang matematikawan,

    fisikawan, sejarawan, bahkan seorang politikus. Sama halnya dengan Spinoza, pemikiran

    Leibniz juga mengikuti pemikiran dari Descartes tetapi bedanya adalah jika Descartes

    terkenal dengan Cogitonya dan Spinoza terkenal dengan Subtstansinya maka Leibniz

    juga memiliki pemikirannya sendiri yang disebut dengan Monad yang ia jelaskan secara

    utuh dalam bukunya La Monadologie (Monadologi) yang terbit tahun 1714. Dimana

    dalam buku itu ia menyebut istilah monad, yaitu substansi yang berbeda satu dengan

    yang lain, dan adanya monad purba atau supermonad yang menciptakan dan mengatur

    monad-monad itu. Disinilah Leibniz secara tidak langsung mengakui adanya Tuhan, Zat

    yang Maha mengatur dan mencipta semesta. Dalam tulisannya, ia cenderungmenyelaraskan bidang teologi (ilmu ketuhanan) dengan ilmu pengetahuan. Meski Leibniz

    http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-9-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-9-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-10-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-10-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-9-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-10-638.jpg?cb=1411448285
  • 7/25/2019 MAKALAH RASIONALISME.doc

    5/6

    sebenarnya banyak terinspirasi dari pemikira-pemikiran Spinoza, namun ia tidak ingin

    dicap subversif, seorang murtad dan sebagainya. Bahkan ia pernah menerbitkan buku

    Discours de Metaphysique (Wacana Metafisika) tahun 1686 yang didalamnya ia banyak

    menyinggung masalah teologi dan banyak tulisannya dalam bidang keagamaan

    berusaha menemukan keselarasan ajaran-ajaran protestan dan katolik.

    9.11.E. Christian Wolff (1679-1754 M) Seorang filosof Jerman yang sangat berpengaruh

    dalam rasionalisme di Jerman pada abad ke-18. Christian Wolff juga dikenal dengan

    Wolfius. Dia lahir pada tanggal 24 Januari 1679 di Breslau, Habsburg, Silesia. Pemikiran

    yang digunakan Wolff pada dasarnya mengikuti sekaligus menyusun kembali pemikiran

    dari Leibniz agar menjadi satu sistem, sehingga bis diterapkan pada segala bidang ilmu

    pengetahuan. Meskipun demikian masih ada perbedaan dari bagian-bagian kecil dari

    filsafat Leibniz. Dalam penyusunannya itu Wolff banyak menggunakan unsur Skolastik.

    12.BAB III PENUTUP

    10. Berpikir rasional berarti mendasari pikiran dengan akal dan logika. Kebenaran

    didapat dari hasil berpikir dan meramu fakta, teori, serta kenyataan indrawi yang ada.

    Dampaknya, paham ini mengeliminir pengetahuan yang dirasa tidak masuk akal, tidak

    ada logikanya, seperti hal-hal gaib, malaikat atau mukjizat. Namun, bukan berarti

    rasionalisme sama dengan atheisme. Para rasionalis yang selalu mengedepankan

    pemikiran logis, lama kelamaan terbentur kenyataan bahwa memang ada kekuatan di

    luar dirinya yang mengatur jagad raya. Tidak bisa dipungkiri bahwa semesta berjalan

    dalam mekanisme tertentu, yang belum bisa mereka jelaskan. Dari Descartes hingga

    Leibniz, semuanya menyusun konsep pemikiran yang memberikan tempat pada

    mekanisme alam dengan adanya suatu Zat pengatur. Substansi, monad, atau apapunmereka menamakannya, sungguh hakikatnya mereka hanya berusaha menjelaskan

    konsep ketuhanan.

    1.13.DAFTAR PUSTAKA

    Hardiman, F. Budi. 2011. Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern.

    Jakarta: Penerbit Erlangga. Longworth, Guy. Tanpa tahun. Rationalism and Empiricism.

    Diakses tanggal 15 September 2014 dari

    http://www2.warwick.ac.uk/fac/soc/philosophy/people/

    faculty/longworth/keyideasrationalismempiricism.pdf. Marlina, Hazier Ika Silvia. Tanpatahun. Rasionalisme. Diakses pada tanggal 15 September 2014 dari

    http://www.academia.edu/4132542/Rasionalisme. Suhartono, Suparlan, Dasar-Dasar

    Filsafat Cogiro Ergo Sum (Rene Descartes), Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009. S. Suria

    Sumantri, Jujun, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar

    Harapan, 1998. Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990.

    Tanpa nama. Tanpa tahun. Descartes and Rationalism. Diakses tanggal 15 September

    2014 dari http://faculty.arts.ubc.ca/rjohns/descartes_rationalism.pdf. Wang, Torrey. 2012.

    Empiricism, Rationalism, and Platos Innatism. Diakses tanggal 15 September 2014 dari

    http://www3.nd.edu/~twang6/teaching/Handout1EmpRat.pdf. Zubaedi dkk, Filsafat Barat

    Dari Logika Baru Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn, Yogyakarta,Ar-Ruzz Media, 2007. http://id.wikipedia.org/wiki/Ren_Descartes

    http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-11-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-11-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-12-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-12-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-13-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-13-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-11-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-12-638.jpg?cb=1411448285http://image.slidesharecdn.com/makalahrasionalisme-140923045514-phpapp01/95/makalah-rasionalisme-13-638.jpg?cb=1411448285
  • 7/25/2019 MAKALAH RASIONALISME.doc

    6/6