makalah publik
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keuangan Negara meliputi seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan semua hak dan kewajiban Negara. Dan seluruh rangkaian kegiatan ini memiliki akibat-akibat keuangan sehingga memerlukan adanya suatu perencanaan keuangan yang cermat(budgeting atau penganggaran). Anggaran ini memiliki fungsi diantaranya sebagai pedoman dalam mengelola Negara dalam periode tertentu, sebagai alat pengawasan dan pengendalian masyarakat terhadap kebijakan yang telah dipilih oleh pemerintah dan sebagai alat pengawasan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan yang telah dipilih.Di Indonesia pada awalnya secara resmi digunakan istilah begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun sejak Proklamasi Kemerdekaan, digunakan istilah Anggaran Pendapatan dan Belanja sebagaimana terdapat dalam Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 dan dalam perkembangannya ditambahkan kata Negara menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN ini merupakan perwujudan dari pengelolaan keuanganNegara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab sehinggapenyelenggara Negara (Pemerintah) setiap tahun mengajukanRancangan Undang-Undang (RUU) APBN untuk dibahas bersama DPR.Jika disetujui maka RUU tersebut ditetapkan menjadi Undang-Undang(UU) APBN yang berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.Secara garis besar, APBN memiliki komponen Pendapatan Negaradan Hibah, Belanja Negara, dan Pembiayaan. Anggaran belanja padatahun ini, melalui UU Nomor 47 Tahun 2009 tentang AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Tahun 2010, ditetapkan sebesarRp1.047.666.042.990.000,00 (satu kuadriliun empat puluh tujuh triliunenam ratus enam puluh enam miliar empat puluh dua juta sembilan
ratus sembilan puluh ribu rupiah).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penerimaan Pemerintah dan pengeluaran pemerintah
Menurut Undang-undang Nomor 5,tahun 1974 tersebut pemerintah pusat membagi bantuan
keuangan ke daerah didasarkan pada dua kategori, yaitu pendapatan yang diserahkan kepada
pemerintah daerah dan subsisdi kepada pemerintah daerah.
Tujuan dari alokasi keuangan adalah agar daerah otonom dapat mengurus rumah tangganya
sendiri dengan sebaik-baiknya. Namun karena tidak semua sumber pembiayaan dapat diserahkan
kepada daerah otonom, maka kepada daerah otonom diwajibkan untuk menggali sumber-sumber
keuangannya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian
maka pemerintah daerah otonom dapat merencanakan anggaran pendapatan dan belanja
daerahnya sendiri sesuai dengan kebijaksanaan serta inisiatif sendiri dalam menyelenggarakan
urusan rumah tangganya.
Dalam pasal 55 Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 disebut mengenai sumber pendapatan
daerah otonom yaitu dari:
a) Pendapatan asli daerah otonom sendiri, yaitu terdiri atas:
Hasil pajak daerah
Hasil retribusi daerah
Hasil perusahaan daerah
Lain-lain usaha daerah yang syah
b) Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah pusat yang terdiri dari:
Sumbangan dari pemerintah pusat
Sumbangan-sumbangan lain, yang diatur dengan peraturan perundang-undangan, dan
c) Lain-lain pendapatan yang syah, seperti sumbangan pihak ketiga dan sebagainya.
Jadi pendapatan yang diserahkan atau yang ditunjuk oleh pemerintah pusat meliputi pajak dan
retribusi; sedangkan yang termasuk subsidi pemerintah pusat meliputi sumbangan dari
pemerintah pusat dan bagian dari iuran pembangunan daerah yang kemudian diganti dengan
pajak bumi dan bangunan (PBB), serta pungutan produksi terhadap cengkeh, kopra, dan kayu
hutan.
Sedangkan sumber-sumber penerimaan negara yaitu:
(1) Penerimaan Perpajakan,
Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak
perdagangan internasional.
(a) Pajak dalam negeri. Terdiri atas :
- pajak penghasilan
- pajak pertambahan Nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), cukai, serta pajak
lainnya.
(b) Pajak perdagangan internasional. Terdiri atas :
- bea masuk
- pajak/ pungutan ekspor
(2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
(a) Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA), terdiri atas: migas (minyak bumi dan gas alam, nonmigas
(pertambangan umum, kehutanan, perikanan, dsb),
(b) laba Badan Usaha Milik Negera (BUMN)
(c) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) lainnya.
(3) Hibah.
Hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan swasta dalam negeri,
sumbangan swasta dan pemerintah luar negeri.
Dasar Perhitungan Perkiraan Penerimaan Negara
Untuk memperoleh hasil perkiraan penerimaan negara, ada beberapa hal pokok yang harus
diperhatikan. Hal-hal tersebut adalah :
1. Penerimaan dalam negeri dari migas
Faktor-faktor yang dipertimbangkan :
Produksi minyak rata-rata per hari
Harga rata-rata ekspor minyak mentah
2. Penerimaan dalam negeri di luar migas
Faktor-faktor yang dipertimbangkan :
Pajak penghasilan
Pajak pertambahan nilai
Bea masuk
Cukai
Pajak ekspor
Pajak bumi dan bangunan
Bea materai
Pajak lainnya
Penerimaan bukan pajak
Penerimaan dari hasil penjualan BBM.
Perkiraan Pengeluaran Negara
Secara garis besar, pengeluaran negara dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Pengeluaran rutin
Pengeluaran rutin negara adalah pengeluaran yang dapat dikatakan selalu ada dan telah terencana
sebelumnya secara rutin, diantaranya :
Pengeluaran untuk balanja pegawai
Pengeluaran untuk belanja barang
Pengeluaran untuk subsidi daerah otonom
Pengeluaran untuk membayar bunga dan cicilan hutang
Pengeluaran lain-lain
2. Pengeluaran pembangunan
Secara garis besar, yang termasuk dalam pengeluaran pembangunan diantaranya :
Pengeluaran pembangunan untuk berbagai departemen/lembaga negara, diantaranya untuk
membiayai proyek-proyek pembangunan sektoral yang menjadi tanggung jawab masing-
masing departemen/lembaga negara bersangkutan
Pengeluaran pembangunan untuk anggaran pembangunan daeran (Dati I dan II)
Pengeluaran pembangunan lainnya
Sumber pengeluaran APBN Pengeluaran negara merupakan pengeluaran untuk membiayai kegiatan-kegiatan pada
suatu negara dalam rangka menjalankan fungsinyamewujudkan kesejahteraan rakyat.
Setiap periode anggaran, jumlah pengeluaran pemerintah tidak selalu sama, penyebab pengeluaran pemerintah meningkat yaitu:
1. Meningkatnya fungsi pertahanan, fungsi keamanan, dan fungsi ketertiban.
2. Meningkatnya fungsi pemerintah
3. Meningkatnya fungsi perbankan
4. Meningkatnya fungsi pembangunan
Ada 2 sifat Pengeluaran Pemerintah, yaitu:1. Sifat EkhsautifPengeluaran pemerintah yang ada kontra prestasinya berupa pembelian atau belanja barang atau jasa dalam perekonomian baik untuk konsumsi maupun untuk menghasilkan barang (produksi)
2. Sifat TransferPengeluaran pemerintah yang tidak ada kontra prestasinya yaitu berupa penyimpangan atau pemindahan
Klasifikasi Pengeluaran Negara sesuai APBN adalah sebagai berikut:
1. Belanjaa. Belanja rutinadalah belanja negara untuk pemeliharaan atau untuk penyelenggaraan pemerintah sehingga bersifat rutin dilakukan setiap tahun anggaran, rerta bersifat khasuatif yang berarti manfaatnya hanya untuk tahun anggaran yang bersangkutan. Contoh : Belanja Pegawai, Belanja Barang, Pembayaran Bunga Hutang ( Hutang Dalam Negeri, Hutang Luar Negeri), Subsidi ( Subsidi BBM, Subsidi Non BBM)
b. Belanja PembangunanTidak bersifat rutin tetapi merupakan belanja yang bersifat Investasi sehingga manfaatnya di masa yang akan datang. Belanja ini disebut juga belanja proyek. Contoh : Pembiayaan Pembangunan Rupiah, Pembiayaan Proyek
2. Pembayaran kewajiban negara atau tagihan dari pihak ke-3 (pembayaran hutang)