makalah psikologi - proses berpikir dan pemecahan masalah secara kreatif
DESCRIPTION
Tugas PsikologiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pada makalah bab pendahuluan ini akan diuraikan beberapa hal
mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah (ruang
lingkup masalah), tujuan penulisan, dan manfaat penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia
dan proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau
remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat
tentang jiwa manusia. Menurut plato, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang
mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ; logos = ilmu
pengetahuan). Pada pokoknya, psikologi itu menyibukkan diri dengan masalah
kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci dan
lain-lain. Macam-macam kegiatan psikis pada umumnya dibagi menjadi 4
kategori, yaitu: 1) pengenalan atau kognisi, 2) perasaan atau emosi, 3) kemauan
atau konasi, 4) gejala campuran.
Seperti yang kita ketahui, setiap orang, kelompok, dan organisasi pasti
selalu dihadapkan pada masalah-masalah baik untuk perbaikan, peningkatan
kinerja atau mencari peluang baru. Masalah yang sama sering kali diselesaikan
dengan solusi yang berbeda karena situasi yang semakin dinamis.
Hal ini membutuhkan kreativitas dalam menemukan solusi pemecahan
masalah yang tepat. Kunci utama dari kreativitas adalah kemampuan dalam
menggali ide-ide, metode lain dan pendekatan alternatif untuk mencapai
pemecahan masalah yang efektif dan efisien.
Proses berpikir adalah kecakapan menjalankan akal menjalankan proses
pemikiran/kemahiran berpikir. Pemecahan masalah secara kreatif artinya dapat
1
mengatasi problema daengan mendayagunakan akalnya secara benar. Secara
umum dapat dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada perbedaan
atau konflik antara keadaan satu dengan keadaan yang lain dalam rangka
mencapai tujuan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan berpikir?
b. Apa saja jenis-jenis dalam proses berpikir?
c. Apa saja langkah-langkah dalam proses berpikir?
d. Apa yang dimaksud dengan pemecahan masalah?
e. Apa saja strategi yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah?
f. Bagaimana proses dalam pemecahan masalah?
g. Bagaimana proses berpikir dan pemecahan masalah secara kreatif?
1.3 Batasan Masalah (Ruang Lingkup Masalah)
Mengingat terbatasnya waktu, pengalaman, pengetahuan, serta
keterampilan yang penulis miliki, maka masalah dalam penulisan makalah ini
dibatasi pada pembahasan seperti berikut.
a. Pengertian berpikir
b. Jenis-jenis proses berpikir
c. Langkah-langkah dalam proses berpikir
d. Pengertian pemecahan masalah
e. Strategi pemecahan masalah
f. Proses pemecahan masalah
g. Proses berpikir dan pemecahan masalah secara kreatif
2
1.4 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian dari
berpikir dan pemecahan masalah, mengetahui jenis-jenis dan langkah-langkah
dalam proses berpikir serta proses dalam pemecahan masalah, kemudian untuk
mengetahui apa saja strategi dalam pemecahan masalah, dan yang terakhir
untuk mengetahui bagaimana proses berpikir dan pemecahan masalah secara
kreatif.
1.5 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
pengetahuan bagi para pembaca tentang apa dan bagaimana melakukan proses
berpikir dan pemecahan masalah secara kreatif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan ini berisi uraian mengenai materi-materi yang terdapat pada
batasan masalah atau ruang lingkup masalah. Pada bab ini akan diuraikan
mengenai pengertian berpikir, jenis-jenis proses berpikir, langkah-langkah dalam
proses berpikir, pengertian pemecahan masalah, strategi pemecahan masalah,
proses pemecahan masalah, serta proses berpikir dan pemecahan masalah
secara kreatif.
2.1 Pengertian Berpikir
Berpikir adalah proses tingkah laku dengan menggunakan pikiran untuk
mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan
keputusan atau penyelesaian masalah. Secara sederhana, berpikir adalah
memproses informasi secara mental. Sementara itu, definisi yang paling umum
mengenai berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri
seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses
penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam
diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Dari gambaran ini dapat
dilihat bahwa berpikir pada dasarnya adalah proses psikologi. Pentingnya proses
berpikir dalam pemecahan masalah adalah untuk merangsang proses belajar dan
mengingan serta merespon dalam bentuk pengambilan keputusan.
Sementara itu, terdapat pula bentuk-bentuk dalam berpikir, di antaranya
adalah.
1. Berpikir dengan pengalaman (routine thinking)
Dalam bentuk berpikir ini, kita banyak menghimpun berbagai
pengalaman dari berbagai pengalaman pemecahan masalah yang kita
4
hadapi. Kadang-kadang satu pengalaman dilengkapi oleh
pengalaman-pengalaman yang lain.
2. Berpikir representatif
Dengan berpikir representatif, kita sangat bergantung pada ingatan-
ingatan dan tanggapan-tanggapan saja. Ingatan dan tanggapan
tersebut kita gunakan untuk memecahkan masalah yang kita hadapi.
3. Berpikir kreatif
Dengan berpikir kreatif, kita dapat menghasilkan sesuatu yang baru
serta menghasilkan pengalaman-pengalamann baru.
4. Berpikir reproduktif
Dengan berpikir reproduktif, kita tidak menghasilkan sesuatu yang
baru, tetapi hanya sekadar memikirkan kembali dan mencocokkan
dengan sesuatu yang telah dipikirkan sebelumnya.
5. Berpikir rasional
Untuk menghadapi suatu situasi dalam memecahkan masalah
digunakanlah cara-cara berpikir logis. Dengan berpikir rasional, sangat
diperlukan keaktifan akal kita dalam memecahkan masalah.
2.2 Jenis-jenis Proses Berpikir
Secara garis besar, ada dua macam proses berpikir yaitu berpikir autistik
dan berpikir realistik. Berpikir autistik adalah proses berpikir yang biasanya
dikenal dengan melamun, seperti fantasi, menghayal, dan lain sebagainya.
Berpikir autistik menjadikan seseorang lari dari kenyataannya dan memandang
semua yang ada sebagai gambar-gambar fantastis. Pada kondisi seperti ini,
berpikir autistik merupakan kegiatan mental yang melantur dan tidak
mempunyai tujuan serta arah tertentu. Sementara, berpikir realistik adalah
proses berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata dan
diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi, atau bisa
disebut juga dengan nalar (reasoning).
5
Dalam berpikir, orang mengolah dan mengorganisasikan bagian-bagian
dari pengetahuannya, sehingga pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang
tidak teratur menjadi tersusun serta merupakan kebulatan-kebulatan yang dapat
dikuasai dan dipahami. Dalam hal ini, proses berpikir realistik dibagi menjadi
beberapa bagian.
a. Berpikir deduktif, merupakan proses berpikir yang dimulai dari hal-
hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus. Dalam
cara berpikir ini, orang bertolak dari suatu teori, prinsip ataupun
kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari
situlah, ia menerapkannya kepada fenomena-fenomena khusus, dan
mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
b. Berpikir induktif, merupakan kebalikan dari berpikir deduktif yaitu
proses pengambilan keputusan dimulai dari hal-hal yang bersifat
khusus menuju umum. Istilah ini dikenal dengan generalisasi.
Ketepatan berpikir induktif bergantung pada memadainya kasus yang
dijadikan dasar.
c. Berpikir evaluatif, merupakan proses berpikir secara kritis untuk
menilai baik atau buruk, tepat atau tidak, bahkan bermanfaat atau
tidaknya sebuah gagasan. Karena proses ini merupakan proses
berpikir yang bebas, maka seseorang bisa saja untuk menambah atau
mengurangi gagasan.
d. Berpikir analogi, merupakan berpikir yang didasarkan pada
pengenalan kesamaan. Biasanya, dengan menggunakan perbandingan
atau kontras. Dalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa
kebenaran dari fenomena-fenomena yang pernah dialaminya berlaku
pula bagi fenomena yang sekarang. Kesimpulan dipercaya. yang
diambil dari berpikir analogi ini kebenarannya kurang dapat
Kebenarannya ditentukan oleh faktor ”kebetulan” dan bukan
6
berdasarkan perhitungan yang tepat, dengan kata lain validitas
kebenarannya sangat rendah.
2.3 Langkah-langkah dalam Proses Berpikir
Proses berpikir terbagi dalam beberapa langkah di antaranya sebagai
berikut.
1. Pembentukan Pengertian
Pengertian atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk
melalui tiga tingkatan, yaitu.
a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis.
Obyek tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu.
Misalnya kita ambil manusia dari berbagai bangsa, lalu kita analisa
ciri-cirinya, contohnya manusia Indonesia, ciri-cirinya adalah
makhluk hidup, berbudi, berkulit sawo matang, dan berambut
hitam. Sementara, untuk manusia Eropa, ciri-cirinya adalah
mahluk hidup, berbudi, berkulit putih, berambut pirang atau
putih, serta bermata biru.
b. Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri-
ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada
dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang
tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan dan membuang ciri-ciri yang
tidak hakiki, serta menangkap ciri-ciri yang hakiki. Contoh ciri-ciri
yang hakiki itu adalah makhluk hidup yang berbudi.
2. Pembentukan Pendapat
Yaitu menggabungkan atau memisahkan beberapa pengertian
menjadi suatu tanda yang khas dari masalah itu. Pendapat dibedakan
menjadi tiga macam, di antaranya.
7
a. Pendapat Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas
menyatakan sesuatu, misalnya Si Abdul itu rajin, Si Dodi itu
pandai, dan sebagainya.
b. Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan
tidak adanya suatu sifat sesuatu hal, misalnya Si Toni itu bodoh, Si
Desi malas, dan sebagainya.
c. Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat
yang menerangkan kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada
suatu hal, misalnya hari ini mungkin hujan, Si Teti mungkin tidak
datang, dan sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat
baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam
keputusan, yaitu.
a. Keputusan Induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus
menuju ke satu pendapat umum. Misalnya: Tembaga di panaskan
akan memuai, Perak di panaskan akan memuai, Besi di panaskan
akan memuai, Kuningan di panaskan akan memuai. Jadi
(kesimpulan) semua logam kalau dipanaskan akan memuai
(umum).
b. Keputusan Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang
khusus, sehingga berlawanan dengan keputusan induktif.
Misalnya: Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum),
tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) tembaga kalau
dipanaskan memuai. Contoh lain: Semua manusia terkena nasib
8
mati, Si Karto adalah manusia. Jadi pada suatu hari si Karto akan
mati.
c. Keputusan Analogis
Keputusan analogis adalah keputusan yang diperoleh dengan jalan
membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat
khusus yang telah ada. Misalnya: Totok anak pandai, naik kelas
(khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu
naik kelas.
2.4 Pengertian Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan
perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan
hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005). Salah satu bagian dari proses pemecahan
masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan
sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari
pemecahan masalah yang dilakukan.
Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah ketrampilan
yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam setiap aspek kehidupannya.
Jarang sekali seseorang tidak menghadapi masalah dalam kehidupannya sehari-
hari, karena masalah telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan.
Santrock (2005:356) mengemukakan bahwa pemecahan masalah
merupakan upaya untuk menemukan cara yang tepat dalam mencapai tujuan
ketika tujuan dimaksud belum tercapai (belum tersedia). Sementara itu, Davidoff
(1988:379) mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha yang
cukup keras yang melibatkan suatu tujuan dan hambatan-hambatannya.
Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalandan dengan
demikian dia akan terpacu untuk mencapai tujuan itu dengan berbagai cara.
9
2.5 Strategi Pemecahan Masalah
Sebuah persoalan tidak termasuk ke dalam masalah jika persoalan itu
dapat diselesaikan dengan prosedur algoritme tertentu. Untuk pemecahan
masalah sesungguhnya, peserta didik harus menarik sejumlah kecakapan dan
pengetahuan mereka sebelumnya, kemudian memadukan itu semua dalam
suatu cara baru untuk tiba pada suatu penyelesaian. Untuk itu, diperlukan
berbagai strategi yang dapat membantu mereka dalam memecahkan masalah.
Berikut ini adalah beberapa strategi pemecahan masalah yang sering
digunakan:
1. Trial and Error
Salah satu kemungkinan strategi pemecahan masalah adalah trial
and error sederhana. Akan tetapi, strategi ini biasanya akan
menghabiskan waktu lama sampai kemudian muncul pemecahan
masalahnya. Dengan cara ini banyak masalah dapat pula justru tidak
terpecahkan secara sempurna.
Untuk memecahkan masalah-masalah yang sulit, perlu untuk
memiliki beberapa strategi selain trial and error. Strategi yang ada
seharusnya dijadikan pijakan pada pengkategorian dan
penggambaran yang akurat dari suatu masalah. Tetapi hal ini juga
harus melalui perhitungan batas ingatan jangka pendek. Kita harus
dapat menyelamatkan informasi dan pekerjaan kita tanpa harus
dibatasi oleh ruang kerja yang terlalu sumpek dengan ingatan jangka
pendek. Dengan cara ini kita akan dapat menggunakan strategi lain
selain trial and error
2. Informational Retrieval (mendapatkan kembali informasi)
Dalam beberapa kasus, pemecahan terhadap suatu masalah dapat
menjadi sederhana seperti mengingat kembali informasi
10
(Informational Retrieval) dari ingatan jangka panjang. Informational
Retrieval adalah suatu pilihan penting ketika suatu pemecahan
masalah harus ditemukan dengan cepat. Sebagai contoh seorang pilot
dapat mengingat dengan cepat mengenai hal-hal yang dibutuhkan
untuk menerbangkan maupun mendaratkan pesawat. Ketika seorang
pilot membutuhkan informasi, maka ia tidak punya cukup waktu
untuk duduk dan menghitung jawaban benar karena waktu adalah hal
yang esensial. Oleh karena itu ia gunakan ingatan jangka panjang
untuk suatu jawaban segera. Cara ygn digunakan inilah merupakan
suatu informational retrieval.
3. Algoritma
Semakin kompleks suatu masalah tentu membutuhkan metode
yang semakin kompleks pula. Dalam beberapa kasus kita dapat
menggunakan algoritma. Algoritma adalah metode pemecahan
masalah yang menjamin suatu pemecahan masalah jika tersedia
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkannya. Sebagai
contohnya adalah algoritma untuk memecahkan anagram, yaitu suatu
kelompok huruf-huruf yang dapat diatur kembali menjadi bentuk
suatu kata. Katakanlah kita diberi huruf a, l, dan t. Lalu kita coba alt,
atl, lta, tla, tal, dan akhirnya kita temukan lat (terlambat) sehingga
masalahnya terpecahkan. Contoh lain adalah untuk memindahkan
suhu Fahrenheit ke Celcius maka kita dapat menggunakan rumus =
5/9 x (F-32). Formula ini sebagaimana halnya formula yang lain
merupakan suatu algoritma.
4. Heuristic
Banyak masalah yang dapat kita temukan sehari-hari yang tidak
dapat begitu saja dapat dipecahkan dengan algoritma. Pada bagian ini
11
kita akan belajar menggunakan strategi lain yang disebut dengan
heuristic. Heuristic adalah suatu hukum yang terutama membantu
kita untuk menyederhanakan masalah. Metode ini meski tidak
menjamin suatu pemecahan masalah, tetapi akan mencoba atau
berusaha untuk mencapainya. Suatu metode heuristic mungkin hanya
dapat bekerja dengan baik untuk situasi tertentu, sementara metode
yang lain mungkin hanya digunakan untuk tujuan-tujuan khusus. Akan
tetapi, metode heuristic secara umum dapat digunakan untuk
masalah-masalah manusia yang lebih luas.
Selain strategi-strategi di atas, Stepelman dan Posamentier (1981)
mengemukakan beberapa strategi lagi sebagai tambahan, yaitu menggunakan
komputer, melakukan aproksimasi, menentukan syarat cukup dan syarat perlu,
menentukan karakteristik dari objek, membuat gambar, dan mengumpulkan
data. Dalam memecahkan suatu masalah, tentunya tidak menggunakan semua
strategi di atas sekaligus, akan tetapi dipilih sesuai dengan kondisi masalah.
2.6 Proses Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan masalah ada beberapa tahap yang harus dilalui.
Polya menyarankan tahap-tahap tersebut sebagai berikut.
1. Memahami soal atau masalah
Memahami masalah artinya membuat representasi internal terhadap
masalah, yaitu memberikan perhatian pada informasi yang relevan,
mengabaikan hal-hal yang tidak relevan, dan memutuskan bagaimana
merepresentasikan masalah. Untuk mempermudah memahami
masalah dan mempermudah mendapatkan gambaran umum
penyelesaian, sebaiknya hal-hal yang penting hendaknya dicatat, dan
kalau perlu dibuatkan tabelnya atau pun dibuat sket atau grafiknya.
12
2. Membuat suatu rencana atau cara untuk menyelesaikannya
Membuat suatu rencana atau cara untuk menyelesaikannya,
maksudnya adalah merumuskan model matematika dari soal yang
diberikan. Untuk itu, perlu adanya aturan-aturan tertentu yang dibuat
oleh siswa selama proses pemecahan masalah berlangsung sehingga
dapat dipastikan tidak akan ada satupun alternatif yang terabaikan.
Kemampuan ini sangat tergantung dari pengalaman siswa dalam
menjawab soal. Semakin banyak variasi pengalaman siswa, ada
kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana.
3. Melaksanakan rencana
Melaksanakan rencana, yaitu menyelesaikan model matematika yang
telah dirumuskan. Dengan kata lain siswa meyelesaikan soal itu
dengan cara yang telah dirumuskan pada tahap dua.
4. Menelaah kembali terhadap semua langkah yang telah dilakukan
Menelaah kembali terhadap semua langkah yang telah dilakukan,
yaitu berkaitan dengan penulisan hasil akhir sesuai permintaan soal,
memeriksa setiap langkah kerja, termasuk juga melihat alternatif
penyelesaian yang lebih baik.
Sementara, menurut Wessels ada empat langkah yang harus ditempuh
dalam memecahkan suatu masalah, yaitu.
1. Memahami masalah
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memahami secara
tepat masalah yang sedang dihadapi. Untuk memahami masalah
diperlukan representasi situasi akurat tentang masalah yang sedang
dihadapi. Pada tahap ini, individu perlu melakukan diagnosis terhadap
sebuah situasi, peristiwa atau kejadian, untuk memfokuskan
13
perhatian pada masalah sebenarnya bukan pada gejala-gejala yang
muncul (Lasmahadi, 2005). Pada beberapa masalah, perlu digunakan
diagram atau notasi tertentu (misalnya x, y, dan z) untuk
mempermudah identifikasi dan pemahaman masalahnya (Kangguru,
2007).
2. Menyeleksi solusi
Setelah menentukan akar masalah yang sedang dihadapi, maka
langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi pemecahan yang
akan dan mungkin dapat ditempuh. Copi (Woolfolk & Nicolich, 2004:
324) mengemukakan bahwa salah satu metode yang cukup tepat
untuk diaplikasikan adalah pemikiran analitik (membuat alasan
dengan analogi). Metode ini memberi batas pencarian solusi pada
situasi yang memiliki beberapa kesamaan dengan dengan situasi yang
sedang dihadapi.
3. Memutuskan rencana
Tahap ini ditandai dengan pemilihan dan pengaplikasian suatu
rencana yang telah diseleksi dan dianalisis secara matang untuk
memecahkan suatu masalah. Memutuskan rencana berarti individu
telah mempertimbangkan semua kemungkinan dari masing-masing
solusi yang ada dan memilih solusi yang dianggap terbaik dari sekian
solusi yang ada.
4. Mengevaluasi hasil
Tahapan selanjutnya adalah mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
Tahap ini meliputi verifikasi fakta, baik yang menguatkan maupun
yang melemahkan pilihan-pilihan yang ada.
14
2.7 Proses Berpikir dan Pemecahan Masalah secara Kreatif
Unsur kreatif sangat diperlukan dalam proses berpikir untuk
menyelesaikan suatu masalah. Semakin kreatif seseorang, maka semakin banyak
alternatif penyelesaiannya. Berpikir kreatif adalah suatu cara berpikir di mana
seseorang mencoba menemukan hubungan-hubungan baru untuk memperoleh
jawaban baru terhadap masalah. Dalam berpikir kreatif ini, seseorang dituntut
untuk dapat memperoleh lebih dari satu jawaban terhadap suatu persoalan.
Maka dari itu, diperlukan yang namanya imajinasi. Sementara, yang dimaksud
dengan pemecahan masalah secara kreatif adalah upaya pemecahan masalah
dengan metode yang efektif dan komperhensif.
Dalam berpikir kreatif, proses yang terjadi ternyata harus melalui
beberapa tahapan tertentu. Suatu ide tidak dapat muncul secara tiba-tiba di
dalam pikiran. Ide-ide muncul setelah berbagai macam simbol diolah di alam
bawah sadar kita. Sehingga, agar mampu berpikir secara kreatif dalam
pemecahan masalah, pikiran harus dioptimalkan pada beberapa tahapan yang
harus dilalui. Tahap-tahap tersebut di antaranya.
1. Tahap Preparasi
Pada tahap preparasi (persiapan), pikiran harus mendapat sebanyak
mungkin informasi yang relevan dengan masalah yang sedang
dihadapi. Si pemikir harus benar-benar mengoptimalkan pikirannya
untuk mencari pemecahan masalah melalui hubungan antara inti
permasalahan, aspek masalah, serta informasi yang dimiliki.
Contoh: Pikiran akan berusaha untuk mengumpulkan sebanyak
mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
2. Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah tahap berpikir kreatif dan pengatasan masalah
di mana kejadian mental yang tadinya digerakkan oleh persiapan yang
direncanakan secara intensif, mencapai pencerahan mandiri sehingga
15
tercapai pemahaman yang mengarah pada pengatasan masalah. Pada
tahap inkubasi, ketika proses pemecahan masalah menemui jalan
buntu, biarkan pikiran beristirahat sebentar. Sementara itu pikiran
bawah sadar kita akan terus bekerja secara otomatis mencari
pemecahan masalah. Proses inkubasi yang tengah berlangsung itu
akan sangat tergantung pada informasi yang diserap oleh pikiran.
Semakin banyak informasi, akan semakin banyak bahan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses inkubasi.
Ciri-ciri utama tahap inkubasi adalah sebagai berikut.
a. Inkubasi banyak tergantung dari persiapan yang intensif dan
berhati-hati
b. Inkubasi tidak memerlukan kesadaran berpikir dalam menangani
masalah.
c. Inkubasi meningkatkan berfungsinya belahan otak kanan atau
imajinasi kreatif dengan permunculan pengatasan masalah kreatif.
Contoh: Pikiran akan beristirahat sebentar ketika berbagai
pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses
pemecahan masalah berlangsung terus dalam alam bawah sadar kita
3. Tahap Iluminasi
Pada proses keempat, yakni iluminasi (inspirasi), proses inkubasi
berakhir, karena si pemikir mulai mendapatkan ilham serta
serangkaian pengertian (insight) yang dianggap dapat memecahkan
masalah.
Contoh: Masa inkubasi akan berakhir ketika pemikir memperoleh
semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah.
Misalnya seperti: “Aha!”. Secara tiba-tiba pemecahan masalah
muncul dengan sendirinya.
16
4. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi terjadi setelah muncul pemecahan masalahnya,
dengan tujuan untuk menilai apakah pemecahan masalah tersebut
sudah tepat atau tidak. Bila ternyata cara yang diajukan tidak dapat
memecahkan masalah, si pemikir harus memulainya lagi dari awal
pentahapan, untuk mencari ilham baru yang lebih tepat.
5. Tahap Revisi
Apabila cara pemecahan masalah tersebut sudah tepat atau mungkin
masih memerlukan penyesuaian dan perbaikan-perbaikan di sana-
sini, maka tahap ini adalah tahap revisi, yaitu perbaikan dalam
pemecahan masalah agar dapat menjadi lebih tepat.
17
BAB III
PENUTUP
Pada makalah Bab III ini akan diuraikan mengenai penutup yang berisi
tentang kesimpulan dan saran.
3.1 Kesimpulan
Atas selesainya makalah mengenai proses berpikir dan pemecahan
masalah secara kreatif ini, penulis dapat menarik kesimpulan-kesimpulan seperti
berikut.
1. Unsur kreatif sangat diperlukan dalam proses berpikir untuk
menyelesaikan suatu masalah. Semakin kreatif seseorang, maka
semakin banyak alternatif penyelesaiannya. Berpikir kreatif adalah
suatu cara berpikir di mana seseorang mencoba menemukan
hubungan-hubungan baru untuk memperoleh jawaban baru terhadap
masalah. Sementara, yang dimaksud dengan pemecahan masalah
secara kreatif adalah upaya pemecahan masalah dengan metode yang
efektif dan komperhensif.
2. Agar mampu berpikir secara kreatif dalam pemecahan masalah,
pikiran harus dioptimalkan pada beberapa tahapan yang harus dilalui.
Tahap-tahap tersebut di antaranya adalah tahap preparasi, tahap
inkubasi, tahap iluminasi, tahap evaluasi, dan tahap revisi.
3.2 Saran
Kami sangat menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
baik itu dari isi maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik, saran, dan tanggapan dari para pembaca guna perbaikan
makalah yang akan datang.
18
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Mustafa. 2011. “Berpikir” Online. http://mutiarafatur.blogspot.com.
Diunduh 11 Oktober 2013, pukul 24.25 WITA.
Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Hudari, Muhammad Saidul. 2013. “Proses Berpikir dan Pemecahan Masalah
secara Kreatif” Online. http://lettre-de-raphael.blogspot.com. Diunduh 6
Oktober 2013, pukul 21.54 WITA.
Kurniawan, Intan. 2012. “Berpikir dan Pemecahan Masalah”
Online. http://buntataris.blogspot.com. Diunduh 11 Oktober 2013, pukul
24.30 WITA.
Ndezz. 2011. “Pemecahan Masalah secara Kreatif” Online. http://ndezz-ndezz.blogspot.com. Diunduh 10 Oktober 2013, pukul 18.51 WITA.
Wardhani, Ericha. 2012. “Proses Berpikir Kreatif” Online.
http://ericha-wardhani.blogspot.com. Diunduh 11 Oktober 2013, pukul
24.27 WITA.
19