makalah ppd ttg kreativitas
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAHPERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Tentang
“PERKEMBANGAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK”
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
1. CYNDI NANDA UTARI 121000484205005
2. LASPIYARNI 121000484205018
3. RINTI YULIANIS 121000484205029
Dosen Pembimbing:
DARMANELLA DIAN EKA WATI S.Pd, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMINSOLOK
2013
.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang nantinya akan diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik di Universitas Mahaputra Muhammad Yamin yang berjudul
“Perkembangan Kreativitas Peserta Didik”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Darmanella Dian Eka Wati S.Pd,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari hasil makalah ini belum sepenuhnya sempurna, maka penulis
menerima kritik dan saran demi perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya, akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kreativitas dan Teori Belahan Otak........................................... 2
B. Pengertian Kreativitas Secara Umun......................................... 2
C. Pengertian Kreativitas Menurut Torrance.................................. 3
D. Pendekatan Terhadap Kreativitas............................................... 3
E. Perkembangan Kreativitas……………………………………. 5
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas………………. 7
G. Masalah yang Timbul Pada Anak Kreatif…………………….. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 10
B. Saran .......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu
karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar
kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere
Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi
dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere).
Otak belahan kiri mengarah kepada cara berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan
otak belahan kanan mengarah kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kreativitas?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas ?
C. Tujuan
Tentunya kami sebagai penulis makalah ini mempunyai tujuan terkait dengan
rumusan masalah, yang dengan tujuan tersebut kita dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, tujuannya adalah:
1. Supaya penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang perkembangan kreativitas.
2. Supaya penulis dan pembaca bisa mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kreativitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KREATIVITAS DAN TEORI BELAHAN OTAK
Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu
karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar
kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere
Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi
dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere).
Otak belahan kiri mengarah kepada cara berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan
otak belahan kanan mengarah kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking).
B. PENGERTIAN KREATIVITAS SECARA UMUM
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang
masing-masing. Barron mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Guilford menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada
kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif. Guilford mengemukakan dua cara berpikir,
yaitu cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu
dalam memikirkan sesuatu dengan pandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif
jawaban terhadap suatu persoalan.
Utami Munandar mendefinisikan kreativitas sebagai berikut. “Kreativitas adalah
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta
kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan.” Utami Munandar menekankan bahwa
kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya.
Jadi, yang dimaksud dengan kreativitas adalah cirri-ciri khas yang dimiliki oleh individu
yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau
kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu karya baru yang
dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan, dan
mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir divergen.
C. PENGERTIAN KREATIVITAS MENURUT TORRANCE
Seorang ahli yang sangat menekankan pentingnya dukungan faktor lingkungan bagi
berkembangnya kreativitas adalah Torrance. Ia mengatakan bahwa agar potensi kreatif individu
dapat diwujudkan, diperlukan kekuatan-kekuatan pendorong dari luar yang didasari oleh potensi
dalam diri individu itu sendiri. Menurutnya, kreativitas itu bukan semata-mata merupakan bakat
kreatif atau kemampuan kreatif yang dibawa sejak lahir, melainkan merupakan hasil dari
hubungan interaktif dan dialektis antara potensi kreatif individu dengan proses belajar dan
pengalaman dari lingkungannya.
D. PENDEKATAN TERHADAP KREATIVITAS
Pendekatan dalam studi kreativitas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan
psikologis dan pendekatan sosiologis. Pendekatan psikologis lebih melihat kreativitas dari segi
kekuatan yang ada dalam diri individu sebagai faktor-faktor yang menentukan kreativitas. Salah
satu pendekatan psikologis yang digunakan untuk menjelaskan kreativitas adalah pendekatan
holistik.
Clark menggunakan pendekatan holistic untuk menjelaskan konsep kreativitas dengan
berdasarkan pada fungsi-fungsi berpikir, merasa, mengindra, dan intuisi. Clark menganggap
bahwa kreativitas itu mencakup sintesis dari fungsi-fungsi thinking, feeling, sensing, dan
intuiting.
Thinking merupakan berpikir rasional dan dapat diukur serta dikembangkan melalui
latihan-latihan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Feeling menunjuk pada suatu tingkat
kesadaran yang melibatkan segi emosional. Sensing menunjuk pada suatu keadaan ketika dengan
bakat yang ada diciptakan suatu produk baru yang dapat dilihat atau didengar oleh orang lain.
Intuiting menuntut adanya suatu tingkat kesadaran yang tinggi yang dihasilkan dengan cara
membayangkan, berfantasi, dan melakukan terobosan ke daerah prasadr dan tak sadar.
Pendekatan sosiologis berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan hasil dari proses
interaksi sosial, di mana individu dengan segala potensi dan disposisi kepribadiannya
dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat individu itu berada, yang meliputi ekonomi, politik,
kebudayaan, dan peranan keluarga. Upaya mempelajari kreativitas dengan menggunakan
pendekatan sosiologis, pertama-tama dilakukan oleh Kroeber pada tahun 1914 yang kemudian
dilaporkan dalam sebuah karyanya yang berjudul Configuration of Culture. Dalam
menganalisisnya, Kroeber menggunakan tiga konfigurasi, yaitu waktu, ruang, dan derajat
prestasi suatu peradaban. Berdasarkan analisis yang dilakukan, Kroeber mengambil suatu
kesimpulan bahwa munculnya orang-orang kreatif tinggi dalam sejarah merupakan refleksi dari
pola perkembangan nilai-nilai sosial
Arieti (1976) mengemukakan beberapa faktor sosiologis yang kondusif bagi
perkembangan kreativitas,yaitu :
1. Tersedianya sarana-sarana kebudayaan
2. Keterbukaan terhadap keragaman cara berfikir
3. Adanya keleluasaan bagi berbagai media kebudayaan
4. Adanya toleransi terhadap pandangan-pandangan yang divergen, dan
5. Adanya penghargaan yang memadai terhadap orang-orang yang berprestasi.
E. PERKEMBANGAN KREATIVITAS
Perkembangan kreativitas juga merupakan perkembangan proses kognitif maka
kreativitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif berdasarkan teori yang diajukan
oleh Jean Piaget. Menurut Jean Piaget ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu sebagai
berikut :
1. Tahap Sensori-Motoris
Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Menurut Piaget pada tahap ini interaksi anak
dengan lingkungannya termasuk orang tuanya, terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-
ototnya. Mengenai kreativitasnya menurut Piaget, pada tahap ini belum memiliki kemampuan
untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan anak masih berupa
tindakan fisik yang bersifat refleksi, pandangannya terhadap objek masih belum permanen,
belum memiliki konsep ruang dan waktu, belum memiliki konsep sebab akibat, bentuk
permainannya masih merupakan pengulangan refleks-refleks, belum memiliki tentang diri
ruang, dan belum memiliki kemampuan berbahasa.
2. Tahap Praoperasional
Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab
perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana
intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh
unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang
bermakna dan lingkungan sekitarnya.
3. Tahap Operasional Konkret
Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan
diri dengan realitas konkret dan berkembang rasa ingin tahunya. Menurut Jean Piaget,
interaksinya dengan lingkungan termasuk dengan orang tua sudah semakin berkembang
dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Menurut Jean Piaget
kreativitasnya sudah semakin berkembang. Faktor-faktor memungkinkan semakin
berkembangnya kreativitas itu adalah sebagai berikut :
a. Anak sudah mulai mampu menampilkan operasi-operasi mental.
b. Anak mulai mampu berfikir logis dalam bentuk sederhana.
c. Anak mulai berkembang kemampuannya untuk memelihara identitas diri.
d. Konsep tentang ruang sudah semakin meluas.
e. Anak sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan
datang.
f. Anak sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih
memerlukan bantuan objek-objek konkret.
4. Tahap Operasional Formal
Tahap ini dialami oleh anak usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini menurut Jean Piaget
interaksinya dengan lingkungan sudah amat luas menjangkau banyak teman sebayanya
dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Pada tahap ini
semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi. Beberapa factor yang
mendukung berkembangnya potensi kreativitas, antara lain sebagai berikut :
a. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proporsional
berdasarkan pemikiran logis.
b. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional
berdasarkan pemikiran logis.
c. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relatif.
d. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relatif.
e. Remaja sudah menguasai bahasa abstrak.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS
Kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis, tetapi membutuhkan rangsangan dari
lingkungan. Beberapa ahli mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan
kreativitas. Utami Munandar mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas adalah :
1. Usia
2. Tingkat pendidikan orang tua
3. Tersedianya fasilitas
4. Penggunaan waktu luang.
Faktor-faktor yang dapat mendukung perkembangan kreativitas adalah :
1. Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan.
2. Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya pertanyaan.
3. Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
4. Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
5. Posisi kelahiran
6. Perhatian dari orang tua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan sekolahnya,
dan motivasi diri.
Faktor-faktor yang menghambat berkembangnya kreativitas adalah:
1. Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam menanggung resiko atau
upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui.
2. Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial.
3. Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.
4. Stereotip paranseks atau jenis kelamin.
5. Differensiasi antara bekerja dengan bermain.
6. Tidak mengahrgai terhadap fantasi dan khayalan.
G. MASALAH YANG SERING TIMBUL PADA ANAK KREATIF
Anak-anak kreatif, meskipun memiliki kemampuan atau kelebihan dibandingkan dengan
anak-anak pada umumnya, bukan berarti selalu mulus dalam perkembangan psikologisnya.
Disamping potensi kreatifnya itu jika tidak mendapatkan penanganan secara baik justru
seringkali menimbulkan masalah pada dirinya. Berkenaan dengan ini. Dedi Supriadi (1994)
mengemukakan sejumlah masalah yang sering timbul atau dialami oleh anak-anak kreatif, yaitu
sebagai berikut.
1. Pilihan karier yang tidak realistis
Anak-anak kreatif sering kali cenderung memiliki pilihan karier yang tidak realistis, kurang
populer, dan tidak lazim. Merka juga memiliki banyak alternatif dalam menentukan karier yang
akan ditempuhnya dan bahkan cenderung berubah-ubah. Kondisi psikologis seperti ini jika tidak
mendapatkan bimbingan secara baik dapat mengarahkan dirinya kepada pilihan karier yang
kurang tepat. Akibatnya, dapat menimbulkan frustasi jika pilihannya tidak disadari oleh
pemahaman yang cukup mengenai jenis karier yang akan dipilihnya.
2. Hubungan dengan guru dan teman sebaya
Anak-anak kreatif kadang-kadang mengalami hambatan. Mereka cenderung kritis,
memiliki pendapatnya sendiri, berani mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap pemikiran
orang lain tidak mudah percaya, memiliki keinginan yang seringkali berbeda dengan teman-
teman pada umumnya, serta tidak begitu senang untuk melekatkan diri kepada otoritas.
3. Perkembangan yang tidak selaras
Jika lingkungannya tidak dapat mengakomodasi keunggulan potensi kreatifnya itu, dapat
muncul masaalah dalam diri anak-anak kretif. Masalah yang timbul disebut dengan istilah
uneven development (perkembangan yang tidak selaras) antara kematangan intelektual dengan
perkembangan aspek-aspek emosional dan sosialnya.
4. Tiadanya tokoh-tokoh ideal
Anak-anak kreatif cenderung memiliki tokoh-tokoh orang besar yang sangat diidealkan
dalam hidupnya. Tokoh-tokoh ideal bisa berada dekat di lingkungan sekitarnya, tetapi dapt juga
berada di tempat yang jauh dan sulit dijangkau. Jika tokoh idealnya berada di tempat yang jauh
dan sulit dijangku. Jika tokoh idealnya berada ditempat yang jauh, anak-anak kreatif cenderung
berusaha untuk dapat menjangkau melalui cara mereka sendiri. Kelangkaan tokoh ideal karena
kelangkaan informasi dapat mengakibatkan anak-anak kreatif tersesat kepada pilihan tokoh ideal
yang salah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu
karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar
kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere
Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi
dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere).
Otak belahan kiri mengarah kepada cara berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan
otak belahan kanan mengarah kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking).
B. Saran
Untuk mendapatkan manfaat yang sempurna dari Makalah yang penulis buat ini,
hendaknya pembaca memberikan kritik dan saran serta melakukan pengkajian ulang
(diskusi) terhadap penulisan sehingga penulis terhindar dari kekeliruan.