makalah perubahan iklim

75
MAKALAH Perubahan Iklim Selasa, 28 Februari 2012 PERUBAHAN IKLIM BAB PERTAMA (1) PENGARUH LAUT DAN IKLIM 1. Pengaruh Laut Laut dan daratan adalah fluida yang berbeda dalam hal kapasitas menyimpan panas. Peningkatan suhu air (lautan) berlangsung lebih lambat, tetapi air dapat menyimpan panas lebih lama dibandingkan dengan daratan. Hal ini terjadi karena air mempunyai panas spesifik yang tinggi. Panas spesifik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 gram air sebesar 1˚C. Angin yang berhembus melewati bentangan permukaan air dapat menghambat peningkatan atau penurunan suhu udara secara drastis pada wilayah daratan disekitarnya. Oleh sebab itu, iklim di wilayah kepulauan atau dekat pantai akan lebih sejuk untuk daerah tropis dan lebih hangat. Lebih lanjut perbedaan menyimpan dan melepaskan panas tersebut akan berpengaruh terhadap sirkulasi angin dunia yang akhirnya akan mempengaruhi sirkulasi laut. Dalam beberapa literatur, definisi dasar dari arus laut adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat

Upload: tanpa-namaa

Post on 24-Jan-2015

1.901 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah perubahan iklim

MAKALAH Perubahan IklimSelasa, 28 Februari 2012

PERUBAHAN IKLIM

BAB PERTAMA

(1)

PENGARUH LAUT DAN IKLIM

1.         Pengaruh Laut

Laut dan daratan adalah fluida yang berbeda dalam hal kapasitas menyimpan panas.

Peningkatan suhu air (lautan) berlangsung lebih lambat, tetapi air dapat menyimpan panas lebih

lama dibandingkan dengan daratan. Hal ini terjadi karena air mempunyai panas spesifik yang

tinggi. Panas spesifik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 gram

air sebesar 1˚C. Angin yang berhembus melewati bentangan permukaan air dapat menghambat

peningkatan atau penurunan suhu udara secara drastis pada wilayah daratan disekitarnya. Oleh

sebab itu, iklim di wilayah kepulauan atau dekat pantai akan lebih sejuk untuk daerah tropis dan

lebih hangat. Lebih lanjut perbedaan menyimpan dan melepaskan panas tersebut akan

berpengaruh terhadap sirkulasi angin dunia yang akhirnya akan mempengaruhi sirkulasi laut.

Dalam beberapa literatur, definisi dasar dari arus laut adalah gerakan massa

air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara

horizontal (gerakan ke samping).  Gerakan massa air laut tersebut juga digerakan oleh pengaruh

angin. Angin bergerak dari tekanan udara yang tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Jadi

bisa didefinisikan bahwa arus laut dipengaruhi oleh angin yang bergerak dari tekanan udara yang

tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.  Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan arus

Page 2: Makalah perubahan iklim

laut adalah angin, salinitas, suhu, gravitasi bumi, gerak rotasi bumi, konfigurasi benua, dan

topografi dasar laut.

Laut sejak dulu berperan dalam penyebaran panas melalui sirkulasi air laut. Sirkulasi laut

adalah pergerakan massa air di laut. Sirkulasi laut di permukaan dibangkitkan oleh stres angin

yang bekerja di permukaan laut dan disebut sebagai sirkulasi laut yang dibangkitkan oleh angin

(wind driven ocean circulation). Selain itu, ada juga sirkulasi yang bukan dibangkitkan oleh

angin yang disebut sebagai sirkulasi termohalin (thermohaline circulation) dan sirkulasi akibat

pasang surut laut. Sirkulasi termohalin dibangkitkan oleh adanya perbedaan densitas air laut.

Istilah termohalin sendiri berasal dari dua kata yaitu thermo yang berarti temperatur dan haline

yang berarti salinitas. Penamaan ini diberikan karena densitas air laut sangat dipengaruhi oleh

temperatur dan salinitas. Sementara itu, sirkulasi laut akibat pasang surut laut disebabkan oleh

adanya perbedaan distribusi tinggi muka laut akibat adanya interaksi bumi, bulan dan matahari.

Sirkulasi di permukaan membawa massa air laut yang hangat dari daerah tropis menuju

ke daerah kutub. Di sepanjang perjalanannya, energi panas yang dibawa oleh massa air yang

hangat tersebut akan dilepaskan ke atmosfer. Di daerah kutub, air menjadi lebih dingin pada saat

musim dingin sehingga terjadi proses sinking (turunnnya massa air dengan densitas yang lebih

besar ke kedalaman). Hal ini terjadi di Samudera Atlantik Utara dan sepanjang Antartika. Air

laut dari kedalaman secara perlahan-lahan akan kembali ke dekat permukaan dan dibawa

kembali ke daerah tropis, sehingga terbentuklah sebuah siklus pergerakan massa air yang disebut

Sabuk Sirkulasi Laut Global (Global Conveyor Belt). Semakin efisien siklus yang terjadi, maka

akan semakin banyak pula energi panas yang ditransfer dan iklim di bumi akan semakin hangat.

Menurut penelitian yang dilakukan di University of Bern dengan menggunakan model

iklim dengan perata-rataan ke arah zonal (zonally averaged climate model),perubahan iklim yang

terjadi saat ini akibat adanya efek gas rumah kaca bisa merubah dan bahkan mematikan sabuk

sirkluasi laut global (Stocker and Schmittner, 1997).

2.         Pengaruh Iklim

Page 3: Makalah perubahan iklim

Secara langsung maupun tidak langsung, angin dan awan di permukaan bumi terkait

dengan matahari. Panas dari matahari memproduksi perbedaan temperatur, yang mengarahkan

pada perbedaan temperatur. Dan angin selalu bergerak dari tekanan tinggi ke rendah.

Laut menjadi tempat penyimpanan panas matahari, dan arus laut global menggerakkan

energi yang tersimpan tersebut, menyebabkan adanya iklim global, dari angin sepoi-sepoi sampai

adanya badai lautan. Studi mengenai perubahan kecerlangan matahari, memunculkan dugaan

adanya kaitan dengan perubahan iklim. Meskipun masih lebih dipercaya bahwa perubahan iklim

lebih disebabkan karena peningkatan kadar karbon dioksida di bumi, tetapi tidak tertutup

kemungkinan bahwa matahari-pun memberikan sumbangan pada perubahan iklim.

Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian

khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca adalah keadaan atmosfer yang dinyatakan dengan nilai

berbagai parameter, antara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan,

disuatu tempat atau wilayah selama kurun waktu yang pendek (menit, jam, hari, bulan, musim,

tahun). Sementara iklim didefinisikan sebagai Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer,

antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu

yang panjang (Gibbs,1987).

Page 4: Makalah perubahan iklim

Kondisi cuaca dan iklim di muka bumi saat ini

terlihat makin bervariasi dan menyimpang

                     (Sumber : geografiunm.wordpress.com)

Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang

abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen

atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya

sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa ada apresiasi

atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi episode cuaca yang

ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentang

iklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan atau

nilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting. Indonesia mempunyai karakteristik khusus,

baik dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang

spesifik.

Page 5: Makalah perubahan iklim
Page 6: Makalah perubahan iklim

BAB  KEDUA

(2)

PEMANASAN GLOBAL

(GLOBAL WARMING)

Udara di sekeliling kita semakin panas, bukankah  hal itu sudah biasa terjadi di daerah

tropis? Mengapa orang sedunia heboh? Pemanasan global  adalah  kejadian terperangkapnya

radiasi gelombang panjang matahari (infra merah atau gelombang panas) yang dipancarkan oleh

bumi, sehingga tidak dapat lepas ke angkasa dan akibatnya suhu di atmosfer bumi memanas.

Ilustrasi gas rumah kaca yang menyelimuti atmosfer bumiakan menyerap radiasi gelombang panjang yang memanaskan bumi

 (Sumber:4.bp.blogspot.com)

Page 7: Makalah perubahan iklim

Sebagian radiasi gelombang pendek yang dipancarkan oleh bumi diserap oleh gas-gas

tertentu di dalam atmosfer  yang disebut Gas Rumah Kaca (GRK), selanjutnya GRK

meradiasikan kembali panas tersebut ke bumi. Mekanisme ini disebut Efek Rumah Kaca

(ERK)di atmosfer juga akan memaksa iklim untuk melalui ambang batas toleransinya, sehingga

apabila hal ini terjadi iklim akan berubah secara drastis dan akan mengubah sistem-sistem

dinamika alam yang sudah ada. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah sebagai

berikut :

1.      Sumber Gas Rumah Kaca

a. Uap Air, adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan

bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air

berfluktuasi secara regional, dan aktifitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi

konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model iklim, meningkatnya

temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik

akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air ditroposfer, dengan kelembapan

relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan

meningkatnya ERK; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali

semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan

sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan

sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan

GRK seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak

langsung melalui terbentuknya awan.

b. CO2 (Karbon dioksida), Karbon dioksida adalah gas terbanyak

kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan gunung

Page 8: Makalah perubahan iklim

berapi, hasil pernafasan hewan dan manusia (yang menghirup

oksigen dan menghembuskan karbon dioksida) dan pembakaran

material organik seperti tumbuhan. Manusia telah meningkatkan jumlah

karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil,

limbah padat, dan kayu untuk menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada

saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbon dioksida semakin

berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan

lahan pertanian. Karbon dioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan

diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Walaupun lautan dan

proses alam lainnya mampu mengurangi karbon dioksida di atmosfer, aktifitas manusia

yang melepaskan karbon dioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam

untuk menguranginya.

c. CH4 (Metan), Metana yang merupakan komponen utama gas

alam juga termasuk GRK. Ia merupakan insulator yang efektif,

mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan

karbondioksida. Metana dilepaskan ke atmosfir selama produksi dan

transportasi batu bara, gas alam dan  minyak bumi. Metana juga

dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan

sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan

tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan.

d. N2O (Nitrous Oksida),  Nitrogen oksida adalah gas insulator

panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran

bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat

Page 9: Makalah perubahan iklim

menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida, HFCs

(Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur

hexafluoride). GRK lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran

berflourinasi dihasilkan dari peleburan aluminium. HFCs (Hydrofluorocarbons)

terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan

(furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin dibeberapa negara

berkembang masih menggunakan PFCs (Perfluorocarbons) sebagai media pendingin

yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan

yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Para ilmuwan telah lama

mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan.

Perkembangan konsentrasi gas-gas rumah kacadi dalam atmosfer selama 2000 tahun.

(Sumber : IPCC 2007)

Bagaimana gas rumah kaca berperan dalam efek rumah kaca dan

merubah iklim bumi? Mekanismenya kurang lebih dapat dijelaskan sebagai

berikut: "atmosfer," adalah lapisan dari berbagai macam gas yang

menyelimuti bumi, dan merupakan mesin dari sistem iklim secara fisik.

Page 10: Makalah perubahan iklim

Ketika pancaran/radiasi dari matahari yang berupa sinar tampak atau

gelombang pendek memasuki atmosfer, beberapa bagian dari sinar tersebut

direfleksikan atau dipantulkan kembali oleh awan-awan dan debu-debu yang

terdapat di angkasa, sebagian lainnya diteruskan ke arah permukaan

daratan. Dari radiasi yang langsung menuju ke permukaan daratan sebagian

diserap oleh bumi, tetapi bagian lainnya “dipantulkan” kembali ke angkasa

oleh es, salju, air, dan permukaan-permukaan reflektif bumi lainnya. Proses

pancaran sinar matahari dari angkasa menembus atmosfer sampai menuju

permukaan bumi hingga dapat kita rasakan suhu bumi menjadi hangat

disebut efek rumah kaca (ERK). Tanpa ada ERK di sistem iklim bumi, maka

bumi menjadi tidak layak dihuni karena suhu bumi terlalu rendah (minus).

Dari penjelasan di atas dapat kita mengerti bagaimana mekanisme

terjadinya ERK di bumi. Lalu bagaimana keterkaitan antara ERK, pemanasan

global dan perubahan iklim? Secara sederhana dijelaskan sebagai berikut

sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan

kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Sebagaimana telah dijelaskan di

atas, sinar tampak adalah gelombang pendek, setelah dipantulkan kembali

berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar

inframerah), yang kita rasakan. Namun sebagian dari energi panas tersebut

tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan

gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya (komposisinya berlebihan).

Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa (stratosfer)

menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya

Page 11: Makalah perubahan iklim

energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup

lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah ERK berlebihan karena

komposisi lapisan GRK di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya

suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena

suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh

pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.

Meskipun pemanasan global hanya merupakan satu bagian dalam fenomena perubahan

iklim, namun pemanasan global menjadi hal yang penting untuk dikaji. Hal tersebut karena

perubahan temperatur akan memberikan dampak yang signifikan terhadap aktivitas manusia.

Perubahan temperatur bumi dapat mengubah kondisi lingkungan yang pada tahap selanjutkan

akan berdampak pada tempat dimana kita dapat hidup, apa tumbuhan yang kita makan dapat

tumbuh, bagaimana dan dimana kita dapat menanam bahan makanan, dan organisme apa yang

dapat mengancam. Ini artinya bahwa pemanasan global akan mengancam kehidupan manusia

secara menyeluruh.

Namun beberapa penelitian beberapa tahun terakhir mulai meragukan kestabilan sirkulasi

termohalin dalam menahan laju pemanasan global dalam jangka panjang. Dengan suhu bumi

yang semakin meningkat, GRK yang terus meningkat dan es yang terus mencair, dapat

menyebabkan kadar garam air laut berkurang yang pada gilirannya mengakibatkan titik bekunya

meningkat. Pada musim dingin permukaan air di Kutub Utara akan membeku dan menghambat

proses pertukaran panas sehingga dapat mengakibatkan perubahan sirkulasi air laut yang pada

gilirannya mengakibatkan terjadinya perubahan iklim.

2.      Gejala Pemanasan Global

Page 12: Makalah perubahan iklim

Perubahan iklim yang ekstrim dapat mengakibatkan hilangnya ciri dari sebuah daratan.

Entah itu naiknya permukaan laut, penggurunan, angin musim yang deras, gletser meleleh atau

pengasaman laut, perubahan iklim dengan cepat akan mengubah daratan planet kita.

Tanda-tanda pemanasan global mungkin sudah terlihat di permukaan bumi. Bukan

hanya di Indonesia, sejumlah hutan di negara-negara lain juga ikut terbakar ludes. Dalam

beberapa dekade ini, kebakaran hutan meluluhlantakan lebih banyak area dalam tempo yang

lebih lama juga. Ilmuwan mengaitkan kebakaran yang merajalela ini dengan temperatur yang

kian panas dan salju yang meleleh lebih cepat. Musim semi datang lebih awal sehingga salju

meleleh lebih awal juga. Area hutan lebih kering dari biasanya dan lebih mudah terbakar.  Situs

purbakala cepat rusak akibat alam yang tak bersahabat, sejumlah kuil, situs bersejarah, candi dan

artefak lain lebih cepat rusak dibandingkan beberapa waktu silam. Banjir, suhu yang ekstrim dan

pasang laut menyebabkan itu semua.

 Tahun 2010, cuaca ekstrim melanda Eropa dan Australia. Warga bumi mengalami perubahan

cuaca yang tidak biasa. Setelah Asia dilanda hujan terus menerus, sejumlah negara Eropa kini mengalami

musim dingin ekstrim. Badai salju terus turun, dan suhu udara turun drastis. Badan Prakiraan Cuaca

Inggris menilai cuaca dingin ini adalah yang terparah pemanasan global. Dengan iklim yang hangat

membuat udara lebih lembab, yang dapat memicu badai salju yang lebih parah.

Pada tahun yang sama, peristiwa menarik terjadi di Australia. Tak begitu jauh dari garis

katulistiwa, sebagian wilayah di timur Australia mengalami cuaca dingin, bahkan sampai bersalju.  Bagi

kalangan publik dan pengamat setempat, perubahan cuaca ini terbilang tak biasa. Sejumlah wilayah di

Australia, seperti di New South Wales dan Victoria, umumnya menikmati musim panas di akhir

tahun dengan suhu sekitar 30 derajat celsius. Namun saat itu, suhu bisa mencapai hampir nol derajat

celcius, dengan hujan salju setebal 10 hingga 30 sentimeter. Menurut ahli cuaca di badan prakiraan cuaca

Australia, cuaca yang tidak biasa ini terjadi akibat udara bertekanan rendah di laut Selatan, yaitu dari

perairan Antartika di Kutub Selatan. Ini menyebabkan cuaca dingin ekstrim yang sedang melanda Eropa

terbawa hingga ke Australia.

Page 13: Makalah perubahan iklim

Bagaimana nasib Indonesia jika terjadi perubahan iklim? Indonesia akan kehilangan lahan pesisir

dan produksi pangan yang terdapat di daerah dekat pantai terganggu.  Hal ini akan terjadi jika pemanasan

global berkelanjutan, sehingga menimbulkan permukaan air laut naik.

Di Indonesia sendiri, tanda-tanda perubahan iklim akibat pemanasan global telah lama terlihat.

Misalnya, sudah beberapa kali ini kita mengalami musim kemarau yang panjang. Tahun 1982-1983, 1987

dan 1991, kemarau panjang menyebabkan kebakaran hutan yang luas. Hampir 3,6 juta hektar hutan habis

di Kalimatan Timur akibat kebakaran tahun 1983. Musim kemarau tahun 1991 juga menyebabkan 40.000

hektar sawah dipusokan dan produksi gabah nasional menurun drastis dari 46,451 juta ton menjadi 44,127

juta ton pada tahun 1990. Akibatnya, pemerintah Indonesia yang sudah mencapai swasembada beras sejak

1984, terpaksa mengimpor beras dari India, Thailand dan Korea Selatan seharga Rp 200 miliar.  

Ribuan Hektare Sawah di Subang, Jawa Baratmulai mengalami kekeringan pada tahun 2009

(Sumber :wartakota.co.id)

Tahun 2009, Lebih kurang 1.600 hektare sawah di kawasan Pantai Utara (Pantura)

Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jabar) dilanda kekeringan, dan 11.380 hektare sawah lainnya

terancam kekeringan menyusul musim kemarau panjang yang melanda daerah itu. Kondisi ini

diperparah minimnya pasokan air ke ribuan hektare area pertanian warga.

Kemarau panjang yang mulai sering terjadi, menurut beberapa pakar diakibatkan oleh

fenomena El Nino, yaitu naiknya suhu di Samudera Pasifik sampai 31°C sehingga membawa

Page 14: Makalah perubahan iklim

kekeringan di Indonesia. Para ahli klimatologi menyatakan bahwa siklus kejadian El

Nino berlangsung antara 7 sampai 10 tahun. Jika kita berasumsi bahwa kemarau pada 1982-83

adalah akibat El Nino, maka seharusnya kemarau panjang berikutnya terjadi sekitar 1989-90.

Namun kita mengalami kemarau panjang berikutnya di 1987, lima tahun kemudian. Setelah itu,

kemarau panjang kembali terjadi pada 1991, atau empat tahun setelah kemarau 1987.

Selain itu, pada akhir 2004, terjadi gempa bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai

barat Aceh. Gempa yang berkekuatan 9,3 menurut skala Richter merupakan gempa bumi

terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini  sehingga mengakibatkan tsunami setinggi 9

meter. Lalu tahun 2011, hujan deras mengguyur berbagai daerah di Indonesia  lebih deras dari

tahun-tahun yang lalu. Bahkan di beberapa daerah seperti  Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan

wilayah Indonesia lainnya mengalami musim hujan bersifat di atas normal. Berdasarkan

pemantauan Badan Meteorologi dan Geofisika, diketahui bahwa musim hujan 2011 sebesar 37,3

persen daerah mengalami curah hujan di atas normal.

Curah hujan yang tinggi disebabkan oleh fenomena kebalikan dari El Nino yaitu La Nina.

La Nina adalah gejala menurunnya suhu permukaan samudera Pasifik yang membawa angin

serta awan hujan ke Australia dan Asia bagian selatan, termasuk Indonesia. La Nina yang terjadi

menyebabkan curah hujan tinggi disertai angin topan. Apakah kemarau panjang dan curah hujan

di atas normal yang makin sering terjadi merupakan kejadian alam biasa atau merupakan akibat

pemanasan global? Hal ini memang belum dapat dipastikan. Namun, jika pemanasan global

benar-benar terjadi, maka yang akan kita alami adalah kemarau  panjang dan curah hujan di atas

normal dalam  skala yang lebih besar dan  lebih luas sehingga dapat menimbulkan kerugian yang

semakin besar.

Page 15: Makalah perubahan iklim

Tanda-tanda perubahan iklim juga terlihat pada kondisi beberapa pulau di Kalimantan

Timur, khususnya di pulau Tarakan.  Udara yang semakin panas serta sulitnya mendapatkan air

bersih dirasakan oleh seluruh penduduk Tarakan yang mayoritas bermukim di kawasan pesisir.

Tidak hanya itu, kawasan hutan lindung di Tarakan sudah melebihi dari 30 persen yang

diprogramkan pemerintah kota. Namun hal tersebut baru sebatas luas kawasannya, bukan pada

keberadaan hutannya. Kawasan hutan pantai juga sudah mulai hilang perlahan dan digantikan

sebagai lahan aktifitas manusia sehingga ikut menyebabkan perubahan iklim. Berdasarkan hasil

penelitian organisasi Tim Peduli Lingkungan Tarakan, pada tahun 2000-2005 lalu, tercatat 100

hektare hutan mangrove terdegradasi dan yang tersisa saat ini hanya 670 hektare dari

sebelumnya seluas 1.250 hektare hutan mangrove. Selain itu, abrasi di bibir pantai kota Tarakan

juga sudah terlihat dalam beberapa tahun belakangan ini. Berdasarkan pantauan Tim Peduli

Lingkungan sejak 2007 lalu, abrasi tiap tahun mencapai antara 3 hingga 5 meter, salah satunya di

Pantai Amal baru, kelurahan Pantai Amal. Dari data yang ada, dapat digambarkan bahwa kondisi

hutan mangrove di pesisir pantai kota Tarakan sedang mengalami tekanan yang hebat oleh

berbagai bentuk kegiatan sehingga menyebabkan hilangnya hutan mangrove dalam jumlah besar.

Hal ini tentu dapat menimbulkan kerugian jika tidak diatasi secepatnya. Mengingat hutan

mangrove merupakan pelindung pantai dari terjadinya abrasi, selain itu sumber ekonomi bagi

masyarakat sekitar karena merupakan tempat perkembangbiakan ikan dan udang serta biota laut

lainnya. Hutan mangrove mengandung zat hara yang dibutuhkan mahluk hidup serta merupakan

tempat berlindung dan asuhan fauna. Banyak bencana dan kerugian yang terjadi akibat

rusak/hilangnya hutan mangrove, seperti abrasi pantai, intrusi air laut, banjir, hancurnya

pemukiman penduduk diterpa badai laut, hilangnya sumber perikanan alami, dan hilangnya

kemampuan dalam meredam emisi gas rumah kaca.

Foto Abrasi di pantai amal (................................)

3.      Bencana Besar Akibat Pemanasan Global

Selama 13 tahun terakhir, dua belas tahun diantaranya tercatat sebagai tahun-tahun terpanas.

Dengan akumulasi GRK yang terus berlangsung seperti saat ini, pada dua sampai tiga dekade mendatang

peningkatan pemanasan global akan melampaui perhitungan yang telah ada selama ini.  Sebuah panel

Page 16: Makalah perubahan iklim

internasional para ahli yang tergabung dalam Inter-Governmental Panel on Climate Change (IPCC)

memperkirakan bahwa pada tahun 2050 temperatur global akan naik 2-3 derajat celcius. Peningkatan

temperature itu akan menimbulkan bencana besar yakni :

a.        Mencairnya es di kutub Utara dan Selatan

Kutub Utara berada di atas es yang lebih kecil dan lebih tipis dibandingkan dengan

sebelumnya, sementara es tua yang kuat mulai digantikan es muda yang cepat mencair.

Demikian dikatakan beberapa peneliti di NASA dan National Snow and Ice Data Center di

Colorado. Menurut para peneliti tersebut, maksimum es laut Artik pada musim dingin ini

bertambah 15 juta dan 150.000 kilometer persegi, sekitar 720.000 kilometer persegi lebih kecil

dibandingkan dengan rata-rata wilayah Kutub Utara antara tahun 1979 dan 2000. Pada musim

dingin normal, es seringkali memiliki ketebalan tiga meter atau lebih, Namun, pada tahun 2010,

ketebalan lapisan es hampir-hampir tak dapat menembus sasaran yang tepat. Jumlah es laut tebal

mencapai tingkat rendah pada musim dingin dengan luas 680.400 kilometer persegi sehingga

turun 43 persen dari tahun sebelumnya. 

Bila suhu bumi meningkat hingga 30ºC, diramalkan sebagian belahan bumi akan tenggelam,

karena meningkatnya muka air laut akibat melelehnya es di daerah kutub. Sebagai contoh di

negaraVenesia pernah mengalami banjir parah pada bulan November 2009, ketika tingkat air mencapai

131 cm. Venesia telah lama tenggelam, tapi naiknya permukaan air laut telah membuat situasi lebih

mengerikan.Frekuensi banjir meningkat setiap tahun, meninggalkan banyak pertanyaan berapa lama lagi

Venesia bisa tinggal di atas air.

Page 17: Makalah perubahan iklim

 Foto Australia : Bukti nyata dampak daripemanasan global, bongkahan es raksasa menuju laut Selandia Baru

(Sumber : id. stanto.net)

b.      Meningkatnya level permukaan laut (sea level rise)

Mencairnya es di kutub Utara dan kutub Selatan berdampak langsung pada naiknya level

permukaan air laut. Peningkatan suhu atmosfer akan diikuti oleh peningkatan suhu di permukaan

air laut, sehingga volume air laut meningkat maka tinggi permukaan air laut juga akan

meningkat. Pemanasan atmosfer akan mencairkan es di daerah kutub terutama di sekitar pulau

Greenland (di sebelah Utara Kanada), sehingga akan  meningkatkan volume air laut. Kejadian

tersebut menyebabkan tinggi muka air laut di seluruh dunia meningkat antara 10 - 25 cm selama

abad ke-20. Para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut akan terjadi pada abad

ke-21 sekitar 9 - 88 cm.

Page 18: Makalah perubahan iklim

 Grafik perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur daridaerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.

(Sumber : id.wikipedia.org)

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.

Dengan meningkatnya permukaan air laut, peluang terjadi erosi tebing, pantai, dan bukit pasir

juga akan meningkat. Bila tinggi lautan mencapai muara sungai, maka banjir akibat air pasang

akan meningkat di daratan. Bahkan dengan sedikit peningkatan tinggi muka laut sudah cukup

mempengaruhi ekosistem pantai, dan menenggelamkan sebagian dari rawa-rawa pantai. Negara-

negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya,

sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi penduduk dari

daerah pantai.

Indonesia, Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara

yang paling terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia

sudah hilang tenggelam. Ini disebabkan mencairnya permukaan gletser di

kutub yang membuat volume air laut meningkat drastis. Satu lagi pulau

Indonesia terancam tenggelam yang di beritakan beberapa media pada April

2010. Setelah diketahui 13 pulau hilang sejak terjadi tsunami pada 1907 di periran Kabupaten

Simueulu hingga tsunami 2005 di Nias, Sumatra Utara, sekarang di-informasikan ada satu pulau

Page 19: Makalah perubahan iklim

lagi mulai timbul tenggelam di permukaan laut yakni pulau Gosong Kasih. Kondisi Pulau

Gosong Kasih sekarang sering timbul tenggelam. Ketika terjadi pasang, daratan itu tenggelam

oleh air laut, sedangkan saat sedang surut tampak kembali ke atas permukaan perairan Samudera

Hindia. Daratannya tidak hilang tapi sering tenggelam karena permukaan air laut naik. Hal ini

tidak lain akibat dari efek pemanasan global atau pengaruh gempa bumi yang sering terjadi di

perairan barat selatan Aceh. Oleh karena itu, pemukaan air semakin naik atau struktur daratan

pulau turun dari posisi semula.

c. Perubahan Iklim/cuaca yang semakin ekstrim

Pemanasan global berimbas pada semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi.

Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu

tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru akan bermunculan

dengan kecenderungan semakin lama semakin kuat. Kita tentu menyadari betapa panasnya suhu

di sekitar kita belakangan ini dan dapat melihat betapa tidak dapat diprediksinya kedatangan

musim hujan ataupun kemarau yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam

yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan. Ladang tani, perkebunan

yang biasanya menghasilkan akan musnah oleh banjir atau kekeringan. Penduduk akan di buat

makin menderita karena stok bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya akan jauh berkurang

dan harganya pasti akan melambung naik. Pemerintah juga membutuhkan biaya yang banyak

untuk membangun kembali wilayah yang terkena bencana dan menanggulangi penyakit yang

mewabah. Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih

parah. Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga suplai

makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan

menurun 50 persen di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 persen . Tak

terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.

Kita juga dapat mencermati kasus-kasus badai ekstrim yang belum pernah melanda

wilayah-wilayah tertentu di Indonesia. Tahun-tahun belakangan ini kita makin sering dilanda

badai-badai yang mengganggu jalannya pelayaran dan pengangkutan baik via laut maupun udara.

Page 20: Makalah perubahan iklim

Tidak ada satu benua pun di dunia ini yang luput dari perubahan iklim yang ekstrim ini. Cuaca

ekstrim di Indonesia terbagi atas beberapa bagian, yaitu curah hujan yang tinggi (disertai petir

dan angin kencang), naiknya gelombang air laut, terbatasnya jarak pandang, kecepatan angin

kencang di atas rata-rata, adanya puting beliung, dan lain-lain. Efek yang paling dirasakan oleh

Indonesia dari cuaca ekstrim adalah tingginya tingkat curah hujan, yang mengakibatkan

timbulnya banjir di daerah-daerah tertentu.

 Tornado dan Hurricane adalah sesuatu yang mengerikandan bisa menghancurkan bukan saja rumah tetapi juga seluruh kota

(Sumber : rockypanjaitan.blogspot.com)

d. Gelombang panas menjadi semakin ganas

Pemanasan global mengakibatkan gelombang panas menjadi semakin sering terjadi dan

semakin kuat. Pada tahun 2003, daerah Eropa Selatan pernah mendapat serangan gelombang

panas hebat yang mengakibatkan tidak kurang dari 35.000 orang meninggal dunia dengan korban

terbanyak dari Perancis (14.802 jiwa). Perancis merupakan negara dengan korban jiwa terbanyak

karena tidak siapnya penduduk dan pemerintah setempat atas fenomena gelombang panas

sebesar itu. Gelombang panas ini juga menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan panen

merata di daerah Eropa. Mungkin kita tidak mengalami gelombang-gelombang panas maha

Page 21: Makalah perubahan iklim

dahsyat seperti yang dialami oleh Eropa dan Amerika Serikat, tetapi melalui pengamatan dan

dari apa yang kita rasakan sehari-hari betapa panasnya suhu di sekitar kita.

Kenaikan suhu rata-rata bumi selama 157 tahun terakhir(Sumber :  id.wikipedia.org)

Sebanyak 30 persen mahkluk hidup yang ada  sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau

temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat

dingin. Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut jadi

menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya terancam

karena kekurangan bahan makanan.

e. Menipisnya Gletser- sumber air bersih dunia

Gletser adalah daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh dan menciut

seiring dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena tingginya emisi gas

rumah kaca  di atmosfer. Selama tahun 1990- 2005  saja suhu bumi naik 0,15 - 0,3 derajat

celcius.  Gletser Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga sekaligus menyediakan irigasi

dan suplai air minum untuk 500 juta penduduk,menyusut 37 meter pertahun.Gletser di kutub

semakin cepat mencair hingga membuat permukaan air laut di bumi naik. Mencairnya gletser-

gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan pada jangka panjang akan turut

Page 22: Makalah perubahan iklim

menyumbang peningkatan level air laut dunia. Dan sayangnya itulah yang terjadi saat ini.

Gletser-gletser dunia saat ini mencair hingga titik yang mengkhawatirkan.  

Sebuah keindahan yang tak tersentuh, Patagonia, Amerika Selatanbisa secara dramatis diubah oleh perubahan iklim.

(Sumber : www.dunia-unik.info)

f.       Perubahan Lingkungan Picu Munculnya Konflik

Negara yang kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar akan mengalami

panik dan berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin mereka berusaha saling merebut lahan

yang belum rusak.

Tony Karbo, Ph.D., program officer for UPEACE, mengatakan perubahan lingkungan

dapat memicu munculnya konflik yang mengarah pada kekerasan. Perubahan tersebut timbul

sebagai dampak eksploitasi sumber daya alam yang pada akhirnya mengakibatkan kelangkaan

dan kerusakan lingkungan hidup. terdapat beberapa jenis perubahan lingkungan yang berpotensi

melahirkan konflik. Perubahan lingkungan yang dimaksud, antara lain, perubahan iklim akibat

efek rumah kaca, menipisnya lapisan ozon dan ketersediaan air bersih, serta menurunnya kualitas

tanah pertanian akibat sistem konversi tanah. kelangkaan sumber daya alam mendorong migrasi

secara besar-besaran. Adanya perpindahan penduduk berdampak pada berkurangnya

Page 23: Makalah perubahan iklim

produktivitas ekonomi yang melemahkan suatu wilayah. Pada akhirnya, hal tersebut akan

melahirkan konflik antar-etnis dan berbagai bentuk kekerasan ekonomi.

BAB KETIGA(3)

KONTRIBUSI MANUSIA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN LINGKUNGAN

Perubahan  iklim pada hakikatnya adalah sebuah keniscayaan.  Iklim bumi bersifat

dinamis dan senantiasa berubah melalui siklus alamiah.  Perubahan ini dapat dideteksi dan

diteliti oleh para pakar melalui bukti-bukti ilmiah yang tersimpan dalam lingkaran-lingkaran

kambium pohon, inti lapisan es dan endapan lautan.  Nyata sekali bahwa perubahan iklim

dewasa ini nampak memiliki sebuah kecenderungan yang bersifat konstan, yakni meningkatnya

temperatur global.

Page 24: Makalah perubahan iklim

Pada Februari 2007, IPCC mengumumkan temuannya yang menyatakan secara konklusif

bahwa:

       Pemanasan global sedang terjadi

       Peningkatan temperatur global adalah dampak dari aktifitas manusia

       Dengan tren yang ada sekarang, temperatur yang bersifat ekstrem, gelombang panas, dan hujan

lebat akan terus mengalami peningkatan frekuensi.  Temperatur bumi dan lautan akan terus

meningkat dalam milennium selanjutnya.

Mengapa aktifitas manusia menjadi penyebab utama perubahan iklim?  Jawabannya

terletak pada efek gas rumah kaca (GERK).  Aktifitas atau kegiatan manusia yang menjadi

sumber meningkatnya gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global adalah sebagai

berikut:

1.    Peternakan

Kegiatan peternakan, seperti: pemeliharaan ayam, sapi, babi, dan hewan-hewan ternak

lainnya. Kegiatan peternakan memberi sumbangan pemanasan global sekitar 18%. Dalam

laporan  PBB (FAO) yang berjudul Livestock's Long Shadow: Enviromental Issues and Options

(Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi

gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah

kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan

meliputi 9 % karbon dioksida, 37% gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari

CO2), 65 % nitro oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2), serta 64% amonia

penyebab hujan asam. Peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan tanah kering di Bumi

dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak. Peternakan

juga penyebab dari 80% penggundulan Hutan Amazon. Sedangkan laporan yang baru saja

Page 25: Makalah perubahan iklim

dirilis World Watch Institut menyatakan bahwa peternakan bertanggung jawab atas sedikitnya

51 % dari pemanasan global.

2.    Pembangkit Energi

Sektor energi merupakan sumber penting gas rumah kaca, khususnya karena energi

dihasilkan dari bahan bakar fosil, seperti minyak, gas, dan batu bara, di mana batu bara banyak

digunakan untuk menghasilkan listrik. Sumbangan sektor energi terhadap emisi gas rumah kaca

mencapai 25,9%.

3.    Transportasi

Asap kendaraan bermotor, pembakaran bahan bakar fosil pada kegiatan transportasi

seperti: mobil, sepeda motor, truk-truk besar, pesawat terbang, dan semua sarana transportasi

lainnya. Sumbangan seluruh sektor transportasi terhadap emisi GRK mencapai 13,1%.

Sumbangan terbesar terhadap perubahan iklim berasal dari transportasi darat (79,5%), disusul

kemudian oleh transportasi udara (13%), transportasi laut (7%), dan terakhir kereta api (0,5%).

4.    Industri

Gas buangan industri, penggunaan bahan bakar fosil memberikan sumbangan terhadap

emisi gas rumah kaca mencapai 19,4%. Sebagian besar sumbangan kegiatan industri berasal dari

penggunaan bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik atau dari produksi C02secara langsung

sebagai bagian dari pemrosesannya, misalnya saja dalam produksi semen. Hampir semua emisi

gas rumah kaca dari sektor ini berasal dari industri besi, baja, kimia, pupuk, semen, kaca dan

keramik, serta kertas.

5.    Alih Fungsi Hutan

Penebangan hutan yang menyebabkan penyerapan CO2 oleh tumbuhan

berkurang ,karena CO2 adalah bahan baku dalam proses fotosintesis (illegal logging, pabrik

Page 26: Makalah perubahan iklim

kertas, furniture berbahan dasar kayu, ekspor kayu, dsbnya). Kebakaran hutan, selain memiliki

dampak yang sama dengan penebangan hutan, pembakaran hutan juga melepaskan CO2 hasil

pembakaran (pembukaan lahan baru, pembukaan lahan pertanian, dsbnya). Alih fungsi lahan

hutan akibat penebangan ataupun kebakaran tersebut menjadi penyumbangan emisi GRK sebesar

17.4%.

6.    Kegiatan Pertanian

Kegiatan pertanian memberi sumbangan terhadap emisi gas rumah kaca sebesar 13,5%.

Sumber emisi gas rumah kaca pertama-tama berasal dari pengerjaan tanah dan pembukaan hutan.

Selanjutnya, berasal dari penggunaan bahan bakar fosil untuk pembuatan pupuk dan zat kimia

lain. Penggunaan mesin dalam pembajakan, penyemaian, penyemprotan, dan pemanenan

menyumbang banyak gas rumah kaca. Yang terakhir, emisi GRK berasal dari pengangkutan hasil

panen dari lahan pertanian ke pasar.

7.    Hunian dan Bangunan Komersial

Hunian dan bangunan bertanggung jawab sebesar 7,9%. Namun, bila dipandang dari

penggunaan energi, maka hunian dan bangunan komersial bisa menjadi sumber emisi gas rumah

kaca yang besar. Misalnya saja dalam penggunaan listrik untuk menghangatkan dan

mendinginkan ruangan, pencahayaan, penggunaan alat-alat rumah tangga, maka sumbangan

sektor hunian dan bangunan bisa mencapai 30%. Konstruksi bangunan juga mempengaruhi

tingkat emisi GRK. Sebagai contohnya, semen, menyumbang 5% emisi GRK.

8.    Sampah

Limbah sampah menyumbang 3,6% emisi gas rumah kaca. Sampah yang dimaksud bisa

berasal dari sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Sampah (2%) atau dari air limbah

Page 27: Makalah perubahan iklim

atau jenis limbah lainnya (1,6%). Gas rumah kaca yang berperan terutama adalah metana, yang

berasal dari proses pembusukan sampah tersebut.

Pemanfaatan energi secara berlebihan, terutama energi fosil, merupakan penyebab

utama terjadinya perubahan iklim secara global. Revolusi Industri di abad 19 memulai

penggunaan bahan bakar secara besar-besaran untuk aktivitas industri.  Industri-industri tersebut

menciptakan lapangan pekerjaan dan memicu relokasi penduduk dari desa ke kota.  Tren ini

bahkan berlanjut sampai sekarang.  Lahan yang tadinya hijau terus diratakan untuk menyediakan

tanah bagi perumahan.  Sumber daya alam yang ada terus digunakan secara intensif untuk

kebutuhan konstruksi, industri, transportasi dan konsumsi.  Hutan yang semakin rusak, baik

karena kejadian alam maupun penebangan liar, juga menambah jumlah GRK yang dilepaskan ke

atmosfer secara signifikan serta fungsi hutan sebagai penyerap emisi GRK.

     Selain itu pertanian dan peternakan serta sampah yang mengalami peningkatan debit

volume berlipat ganda sangat berperan sebagai penyumbang GRK berupa gas metana (CH4)

yang ternyata memiliki potensi pemanasan global 21 kali lebih besar daripada gas

karbondioksida (CO2).

Populasi asap kendaraandan industri serta kebakaran hutan

Page 28: Makalah perubahan iklim

(Sumber : distanak. Bulelengkap.go.id)

Seluruh hal di atas berujung di satu hal yakni meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah

kaca di atmosfer bumi.  Mereka disebut demikian karena efek yang ditimbulkan menyerupai

lapisan kaca dari sebuah rumah kaca.  Matahari tetap leluasa memancarkan radiasi ke bumi,

namun pantulan radiasi tersebut oleh permukaan bumi terperangkap oleh gas-gas rumah kaca

tadi.  Selanjutnya, lapisan bawah atmosfer bumi secara lambat tapi pasti, mengalami peningkatan

temperatur.

Sejatinya, efek rumah kaca seperti ini adalah sebuah proses alamiah yang penting demi

memungkinkan kehidupan di atas bumi.  Tanpanya, bumi akan menjadi sebuah tempat yang tak

mungkin ditinggali oleh sebagian besar makhluk hidup yang ada sekarang.  Masalahnya terletak

pada manusia yang menyebabkan peningkatan pemanasan global melalui emisi GRK ke

atmosfer bumi.  Inilah yang mengubah keseimbangan alami efek rumah kaca.  Semakin banyak

gas rumah kaca yang diproduksi, semakin banyak radiasi matahari yang “terperangkap” di

lapisan atmosfer kita.  Fenomena inilah yang sekarang sedang terjadi yaitu pemanasan global

pada lapisan bawah atmosfer karena terus meningkatnya akumulasi emisi gas rumah kaca.

BAB KEEMPAT(4)

POTENSI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak

terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah

terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es

dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian

massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Berikui ini dampak-dampak perubahan iklim

terhadap berbagai segi kehidupan :

Page 29: Makalah perubahan iklim

1.    Dampak Terhadap Kenaikan Muka Air Laut

Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair.

Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut.

Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu

karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan

udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut ini juga

akan merusak ekosistem hutan bakau, serta merubah sifat biofisik dan biokimia di zona pesisir.

Gejala ini sebetulnya sudah terjadi di kawasan Delta Mahakam Kalimantan Timur,

apabila suhu air laut naik 1,5 L C setiap tahunnya sampai 2050 akan memusnahkan 98% terumbu

karang dan 50 % biota laut. Di Indonesia kita tak akan lagi menikmati lobster, cumi-cumi dan

rajungan. Di Maluku, nelayan amat sulit memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk

menangkap ikan karena pola iklim yang berubah. Kenaikan muka air laut secara umum akan

mengakibatkan dampak sebagai berikut :

a.    Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir

Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir disebabkan oleh

terjadinya pola hujan yang acak dan  musim hujan yang pendek sementara

curah hujan sangat tinggi (kejadian ekstrim). Kemungkinan lainnya adalah

akibat terjadinya efek backwater dari wilayah pesisir ke darat. Frekuensi dan

intensitas banjir diprediksikan terjadi 9 kali lebih besar pada dekade

mendatang dimana 80% peningkatan banjir tersebut terjadi di Asia Selatan

dan Tenggara (termasuk Indonesia) dengan luas genangan banjir mencapai

2 juta mil persegi. Sebagai contoh, di wilayah kota Tarakan khususnya di Sebengkok,

Karang Anyar, Karang Balik sering mengalami banjir apabila memasuki musim hujan yang

sangat tinggi. Air rata-rata mencapai ketinggian antara 30 sampai 50 cm mengakibatkan

lumpuhnya sistem transportasi dan mengganggu rutinitas warga.

Foto Banjir  (file foto banjir)………….

Page 30: Makalah perubahan iklim

b.    Perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove

Foto Mangrove (File foto mangrove)………….

Kenaikan muka air laut selain mengakibatkan perubahan arus laut pada

wilayah pesisir juga mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove, yang

pada saat ini saja kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Luas hutan

mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982)

menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185

ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi

penurunan hutan mangrove ± 50% dari total luasan semula. Apabila

keberadaan mangrove tidak dapat dipertahankan lagi, maka abrasi pantai

akan kerap terjadi karena tidak adanya penahan gelombang, pencemaran

dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya filter polutan, dan

zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.

c.    Meluasnya intrusi air laut

Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan

muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan

air tanah secara berlebihan. Sebagai contoh, diperkirakan pada periode

antara 2050 hingga 2070, maka intrusi air laut akan mencakup 50% dari luas

wilayah Jakarta Utara.

d.   Ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi

Gangguan terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang terjadi

diantaranya adalah gangguan terhadap jaringan jalan lintas dan kereta api di

Pantura Jawa dan Timur-Selatan Sumatera; genangan terhadap permukiman

penduduk pada kota-kota pesisir yang berada pada wilayah Pantura Jawa,

Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat

Daya, dan beberapa spot pesisir di Papua; hilangnya lahan-lahan budidaya

seperti sawah, payau, kolam ikan, dan mangrove seluas 3,4 juta hektar atau

Page 31: Makalah perubahan iklim

setara dengan US$ 11,307 juta; gambaran ini bahkan menjadi lebih ‘buram’

apabila dikaitkan dengan keberadaan sentra-sentra produksi pangan yang

hanya berkisar 4 % saja dari keseluruhan luas wilayah nasional,  dan penurunan

produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan, seperti di DAS Citarum, Brantas, dan Saddang

yang sangat krusial bagi kelangsungan swasembada pangan di Indonesia.

e.    Berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil

Perubahan iklim yang mengakibatkan kenaikan permukaan air laut akan dapat memberikan

dampak negative terhadap ekosistem pulau-pulau kecil, dimana ekosistem pulau-pulau kecil

akan menjadi rusak, sehingga akan mempengaruhi kehidupan manusia yang tinggal di pulau-

pulau kecil tersebut. Terutama yang topografinya datar (low-lying island) yang memiliki

ketinggian rata-rata satu meter di atas permukaan laut akan menjadi sangat rentan, sehingga

dapat tenggelam atau hilang secara fisik.

2.    Dampak Terhadap Kesehatan

Perubahan iklim tak hanya memicu terjadinya berbagai bencana alam, tetapi juga

melahirkan gangguan kesehatan terhadap penghuni bumi. Dampak-dampak kesehatan yang

timbul akibat perubahan iklim antara lain dampak tidak langsung pada penyakit penyebaran

vektor, cuaca ekstrim, dan dampak langsung pada kesehatan. Dampak tidak langsung pada

penyakit penyebaran vektor bisa dilihat dari penyebaran penyakit malaria yang berubah

bionomiknya. Dampak yang diakibatkan oleh cuaca ekstrim misalnya banjir membawa

lepstospirosis, kholera, dysentri, typhoid fever, menyebarnya spora anthrax, diare, typhoid dan

air laut pasang (rob) membawa Hanta virus, leptospirosis, kholera (zooplankton, phytoplankton).

Sedangkan dampak langsung pemanasan global bagi kesehatan manusia adalah kanker kulit yang

diakibatkan oleh peningkatan ultraviolet. Dr Smith dan para ilmuwan menemukan bahwa pada

tahun 2000 ada sekitar 150.000 kematian prematur di seluruh dunia karena perubahan iklim.

Page 32: Makalah perubahan iklim

Pada gambar di atas, kita dapat melihat bagaimana pemanasan global akan

mempengaruhi perubahan lingkungan seperti perubahan cuaca dan lautan, pergeseran ekosistem

dan degradasi lingkungan.

Page 33: Makalah perubahan iklim

Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara global

(panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan

panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis.

Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan

dan malnutrisi. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke

tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti diare, malnutrisi, defisiensi

mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air

(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).

Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah.

Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak

pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah

perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan

terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan

pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini

berkembang biak.

Degradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga

berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi

udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap

penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung

dan paru kronis, dan lain-lain.

Selain itu, kebakaran hutan juga menghasilkan kualitas udara yang buruk dan

menurunkan derajat kesehatan penduduk di sekitar lokasi. Peristiwa kebakaran hutan tahun 1997

mengakibatkan sekitar 12,5 juta populasi (di delapan provinsi) terpapar asap dan debu (PM10).

Penyakit yang timbul adalah asma, bronkhitis dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut).

Diduga kebakaran hutan juga menghasilkan racun dioksin yang dapat menyebabkan kanker dan

kemandulan bagi wanita (Tempo, 27 Juni 1999).

3.    Dampak Terhadap Pertanian

Page 34: Makalah perubahan iklim

Perubahan  iklim  mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang

sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap

unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, serta naiknya permukaan air laut

akibat pencairan gunung es di kutub utara.

Pada umumnya semua bentuk sistem pertanian sangat sensitif terhadap variasi iklim.

Terjadinya keterlambatan  musim tanam atau panen akan  memberikan dampak yang besar baik

secara langsung maupun  tak langsung, seperti ketahanan pangan, industri pupuk, transportasi

dan lain-lain. Tak menentunya iklim berdampak pada turunnya produksi pangan di Indonesia,

akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Pada tahun 1991, Indonesia mengimpor sebesar

600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras yang diimpor lebih dari satu juta ton (KLH,

1998).

Selain itu, perubahan iklim yang berdampak pada tingginya intensitas hujan dalam

periode yang pendek akan menimbulkan banjir yang kemudian menyebabkan produksi padi

menurun karena sawah terendam air. Data dari Departemen Pertanian (2003)  menunjukkan

bahwa sawah yang dilanda banjir mencapai sekitar 42 ribu hektar. Dari lahan seluas itu, lahan

puso (gagal panen) mencapai sekitar 7 ribu hektar. Tingginya curah hujan juga mengakibatkan

hilangnya lahan karena erosi tanah, akibatnya kerugian yang diderita oleh sektor pertanian

mencapai sebesar US$ 6 milyar pertahun (ADB, 1994). Dalam data Dinas Pertanian Cirebon

tercatat sekitar 143 ribu hektar lahan mengalami terlambat tanam pada bulan Desember dan

Januari (KLH, 1998). Akibatnya dana simpanan milik petani seharusnya untuk modal tanam

digunakan untuk biaya hidup. Sehingga pada saat musim tanam tiba, petani sudah tidak lagi

memiliki modal. Akibatnya petani akan mengalami penurunan pendapatan bahkan terjerat

hutang. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan tanah longsor, akibatnya hasil dari tanaman

dataran tinggi akan menurun.

Perubahan iklim tak hanya menyebabkan banjir tetapi juga kekeringan. Sebagaimana

halnya banjir, kekeringan membawa kerugian yang serupa pada sektor pertanian. Dari Wonogiri,

Jawa Tengah (2003), dikabarkan bahwa sawah yang mengalami kekeringan pada musim

kemarau seluas 21.705 hektar hingga petani mengalami kerugian sebesar Rp 15 milyar lebih.

Sementara tanaman lain yang mengalami kekeringan adalah kacang tanah, yaitu seluas 11.755

Page 35: Makalah perubahan iklim

hektar, dimana 2.164 hektar diantaranya puso (Kompas, 4 Juli 2003). Ditambah dengan

peristiwa El Nino dan La Nina kondisi ketersediaan pangan di Indonesia akan semakin buruk. 

4.    Dampak Terhadap Kehutanan

Diperkirakan akan terjadi pergantian beberapa spesies flora dan fauna yang terdapat di

dalam hutan sebagai akibat perubahan iklim. Beberapa spesies akan terancam punah karena tak

mampu beradaptasi. Sebaliknya spesies yang mampu bertahan akan berkembang tak terkendali

(KLH, 1998). Kebakaran hutan bersumber pada tiga hal, yaitu kesengajaan manusia, kelalaian

manusia dan karena faktor alam. Kebakaran hutan yang kita bahas pada bagian ini adalah yang

disebabkan oleh faktor alam.

Kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor alam, umumnya disebabkan oleh

terjadinya peningkatan suhu udara di lingkungan sekitar hutan. Peningkatan suhu yang terjadi

dalam masa yang cukup lama, seperti musim kemarau panjang, mengakibatkan mudah

terbakarnya ranting-ranting atau daun-daun akibat gesekan yang ditimbulkan. Hal ini

menyebabkan kebakaran hutan dapat terjadi dalam waktu singkat dimana api melahap sekian

hektar luasan hutan dan berbagai macam keanekaragaman hayati yang berada di dalamnya.

Singkat kata, peningkatan suhu meningkatkan peluang terjadinya kebakaran hutan. Oleh karena

itu perubahan iklim yang berdampak pada meningkatnya suhu, dipastikan akan meningkatkan

potensi kebakaran hutan.

Selain hilangnya sejumlah kawasan hutan, kebakaran hutan juga menyebabkan

hilangnya berbagai keanekaragaman hayati, terutama yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Belum lagi dampak sosial dan kesehatan yang ditimbulkan bagi masyarakat setempat.

Menurut Forest Destruction, Climate Change and Palm Oil Expansion in Indonesia

2008, Indonesia menduduki urutan ketiga dunia sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca

dunia, setelah Cina dan Amerika Serikat. Penyebabnya diperkirakan hilangnya 2 juta hektare

lahan hutan di Indonesia setiap tahun, baik karena kebakaran maupun penebangan liar,

khususnya hutan di lahan gambut di Kalimantan.

Page 36: Makalah perubahan iklim

Penebangan hutan yang liar di Kalimantan mengakibatkan Indonesiasemakin hari semakin kekurangan oksigen dan pada akhirnya

berdampak pada bocornya lapisan ozon tepat di atas negara kita.(Sumber : travel.mongabay.com)

Aktivitas penebangan dan kebakaran hutan di Asia Tenggara diperkirakan menyumbang

2 miliar ton karbon dioksida (CO2) ke udara. Nilai ini setara dengan 8 persen emisi global yang

berasal dari ba-han bakar fosil. Dan sekitar 90 persen emisi CO2 dari hutan gambut di Asia

Tenggara disumbangkan oleh Indonesia. Kementerian Negara Lingkungan Hidup menyatakan,

sepanjang 2003-2008, total sumber emisi karbon dioksida di Indonesia setara dengan 638,975

gigaton.

5.    Dampak Terhadap Sumber Daya Air

Air bukan komoditas yang bisa diciptakan manusia. Dengan teknologi manusia hanya

mampu mengendalikan jumlah, kualitas, dan arah alirannya. Air hujan yang jatuh ke permukaan

bumi dapat diubah oleh manusia menjadi bahan baku untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup

dan penghidupan yang sehat dan produktif.  Jumlah air tawar di alam ini relatif tetap tetapi

rentang waktu ketersediaannya cenderung semakin tidak menentu baik karena ekosistem sumber

daya air yang telah rusak parah dan faktor-faktor lokal lainnya maupun karena pengaruh

perubahan iklim global. Perubahan iklim dan cuaca ini juga mempengaruhi variabel utama siklus

Hidrologi yakni terutama curah hujan. Setelah sampai di permukaan tanah, air  rentang waktu

Page 37: Makalah perubahan iklim

ketersediaannya cenderung semakin tidak menentu baik karena ekosistem sumber daya air yang

telah rusak parah dan faktor-faktor lokal lainnya maupun karena pengaruh perubahan iklim

global.

Kenaikan suhu hingga 1ºC akan mengurangi persediaan air dan meningkatkan

kekeringan di beberapa wilayah ekuator. Kenaikan suhu di atas 1ºC akan menimbulkan banjir,

kekeringan, erosi, dan kualitas air yang semakin menurun. Naiknya air laut akan memperluas

pengasinan air tanah sehingga menurunkan persediaan air tawar bagi daerah-daerah di pesisir

pantai. Ratusan juta orang akan menghadapi kekurangan air.

Para ahli memprediksi Indonesia akan mengalami kelangkaan air bersih pada tahun

2025. Diperkirakan Indonesia memiliki total volume air sebesar 308 juta meter kubik.

Berdasarkan data tersebut Indonesia merupakan negara yang kaya akan ketersediaan air. Namun,

sangat disayangkan potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung menurun

akibat pencemaran lingkungan dan kerusakan daerah tangkapan air. Kondisi diperburuk dengan

perubahan iklim yang mulai terasa dampaknya sehingga membuat Indonesia mengalami banjir

pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Padahal di lain pihak

kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara eksponensial seiring

pertambahanpenduduk.

Seorang warga mengangkat air bersih yang diambil dari sambungan air pipa swadaya masyarakat di Kampung Nelayan Paotere, Makassar (22/3/2011). Terbatasnya saluran air pipa di daerah tersebut menyulitkan warga setempat

untuk memperoleh air bersih(Sumber : antaranews.com)

Page 38: Makalah perubahan iklim

Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air di daerah

subpolar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10-40%. Sementara di

daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga

daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.

6.    Dampak Terhadap Kawasan Pesisir

Dampak dari kenaikan muka air laut dan perubahan iklim akan mempengaruhi sektor

yang sangat luas di wilayah pesisir.  Sektor dan daerah yang terkena tekanan berat tersebut

umumnya merupakan sistem alami maupun sistem buatan manusia (man-made). Sistem alami

meliputi berbagai bentuk lahan dan ekosistem, seperti pantai berpasir, pantai berbatu,

tebing(cliffs), dataran  pasang surut, terumbu karang, dan lahan basah termasuk mangrove.

Sistem alami ini akan merespon pemunculan kenaikan permukaan air laut dan perubahan iklim

secara alami, di mana suatu sistem rusak atau bahkan pada kondisi terburuk akan lenyap. Pada

sistem buatan manusia, kota-kota besar terletak di wilayah pesisir dan biasanya kepadatan

penduduk di daerah pesisir ini lebih tinggi daripada di daerah hulu.

7.    Dampak Terhadap Spesies dan Kawasan Alami

Perubahan Iklim membahayakan kelangsungan spesies wilayah tropis. Penelitian telah

menunjukkan bahwa 30 spesies reptil dan amfibi berpindah menuju tempat yang lebih tinggi ke

ekosistem yang lebih dingin. Ahli Biologi Christopher Raxworthy dari Museum Amerika untuk

Sejarah Alam mengatakan bahwa pada akhirnya tidak ada lahan yang lebih tinggi yang tersedia.

Dua spesies katak dan tokek sekarang berada dalam bahaya kepunahan. Perubahan iklim ini

mengakibatkan terjadinya migrasi hewan. Akibat perubahan iklim ikan hiu pun terancam

punah.Studi baru-baru ini yang dimuat dalam jurnal Pelestarian Biologi menyatakan bahwa

populasi dari banyak spesies ikan hiu yang berkurang dengan cepat membuat para ilmuwan

prihatin tentang dampaknya terhadap ekosistem laut secara keseluruhan. Kelompok-kelompok

pelestarian menyerukan agar dilakukan langkah-langkah global untuk melindungi ikan hiu itu,

bahkan beberapa jenis hampir lenyap sama sekali.

Page 39: Makalah perubahan iklim

Ikan hiu terancam punahAkibat dari pemanasan global

(Sumber :news.bbc.co.uk)

Tak hanya ikan hiu, Spesies Anjing Laut Pertama Kali Dideklarasikan Punah Akibat

dari Kegiatan Manusia. Setelah tidak terlihat selama lebih dari 50 tahun, anjing laut di Karibia

atau India Barat sekarang dinyatakan punah. Anjing laut subtropis yang pernah ditemukan secara

berlimpah di Laut Karibia, Teluk Meksiko, dan sebelah barat Samudera Atlantik, pada dasarnya

diburu sampai punah. Dua spesies berhubungan lainnya, anjing laut Mediteranian dan Hawai

baru-baru ini terdaftar sebagai satwa yang terancam punah, dengan perlindungan intensif yang

diperlukan untuk menghindari kepunahan mereka juga.

Pemutihan terumbu karang menyebabkan punahnya berbagai jenisikan karang yang bernilai ekonomi tinggi

(Sumber : indosmarin.com)

Naiknya Kandungan CO2 di Atmosfer Mengganggu Kehidupan Laut. Para ilmuwan dari

Universitas Plymouth di Inggris melakukan evaluasi dampak karbon dioksida yang diserap laut melalui

Page 40: Makalah perubahan iklim

sebuah studi di lubang CO2 alamiah yang ditemukan di Laut Mediterania. Studi tersebut menunjukkan

bahwa di dekat lubang dasar laut ini, CO2 membuat air menjadi lebih asam dan mengakibatkan hilangnya

keanekaragaman laut dalam perbandingan yang sama dengan pengasaman. Karena berkurangnya kalsium

di air yang asam, kerangka keong menjadi hancur dan terumbu karang tidak dapat terbentuk, pemutihan

karang juga menyebabkan punahnya berbagai jenis ikan karang yang bernilai ekonomi tinggi (contohnya,

ikan kerapu macan, kerapu sunu, napoleon dan lain-lain) karena tak ada lagi terumbu karang yang layak

untuk dihuni dan berfungsi sebagai sumber makanan. Padahal Indonesia mempunyai lebih dari 1.650

jenis ikan karang, itupun hanya yang terdapat di wilayah Indonesia bagian timur saja belum terhitung

yang berada wilayah lainnya.  Akibat lebih jauh adalah terjadinya perubahan komposisi ikan di laut

Indonesia. Ikan yang tak tergantung pada terumbu karang akan tumbuh dengan suburnya. Contohnya,

ikan belanak, bandeng, tenggiri dan teri, padahal ikan tersebut mempunyai nilai ekonomis yg lebih rendah

daripada jenis ikan karang.

\

BAB KELIMA

(5)

UPAYA ANTISIPATIF PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

1.        Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

Indonesia bangga sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia,

keanekaragaman bahari yang kaya, dan produktifitas sektor pertanian dan perikanan yang

tinggi.Akan tetapi kekayaan alam ini sedang menghadapi resiko akibat naiknya muka air laut,

banjir,kekeringan, dan tanah longsor yang diperkirakan merupakan dampak yang merusak dari

perubahan iklim global. Untuk melindungi masyarakat termiskin dan mencegah biaya ekonomi

yang dapat mengurangi keberhasilan pembangunan, pemerintah sebaiknya segera memulai

pelaksanaan tindakan antisipatif atas perubahan iklim. Terutama pada sektor pertanian,

kesehatan, kelautan dan perikanan, kehutanan, sumber daya air dan kawasan pesisir.

Page 41: Makalah perubahan iklim

Berkaitan dengan perubahan-perubahan iklim maka upaya-upaya pembangunan yang

dilakukan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu upaya mitigasi dan upaya

adaptasi :

       Upaya Mitigasi bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penyerapan karbon dan pengurangan

emisi gas rumah kaca (GERK) ke atmosfer yang berpotensi menipiskan lapisan ozon. Untuk itu,

upaya mitigasi terutama difokuskan untuk 2 (dua) sektor, yaitu : (a) sektor kehutanan sebagai

sumber mekanisme carbon sink (pemeliharaan hutan berkelanjutan, pencegahan deforstasi dan

degradasi hutan, pencegahan illegal logging, pencegahan kebakaran hutan dan lahan); serta (b)

sektor energi untuk mengurangi emisi GRK yang berasal dari pembangkitan energi, transportasi,

industri, perkotaan dan lahan gambut.

       Upaya Adaptasi merupakan tindakan penyesuaian sistem alam dan sosial untuk menghadapi

dampak negatif dari perubahan iklim. Namun upaya tersebut akan sulit memberikan manfaat

secara efektif apabila laju perubahan iklim melebihi kemampuan beradaptasi. Upaya ini

bertujuan untuk : (a) mengurangi kerentanan sosial-ekonomi dan lingkungan yang bersumber

dari perubahan iklim, (b) meningkatkan daya tahan (resilience) masyarakat dan ekosistem,

sekaligus (c) meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (mengentaskan kemiskinan).

a.    Upaya Antisipatif Dampak Kenaikan Permukaan Air Laut

Antisipasi Dampak Kenaikan Muka Air Laut dapat dilakukan melalui Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional. Secara garis besar RTRWN yang telah ditetapkan aspek legalitasnya

melalui PP No.47/1997 sebagai penjabaran pasal 20 dari UU No.24/1992 tentang Penataan

Ruang memuat arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang negara yang memperlihatkan adanya

pola dan struktur wilayah nasional yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.

Pola pemanfaatan ruang wilayah nasional memuat : (a) arahan kebijakan dan kriteria

pengelolaan kawasan lindung (termasuk kawasan rawan bencana seperti kawasan rawan

gelombang pasang dan banjir) ; dan (b) arahan kebijakan dan kriteria pengelolaan kawasan

budidaya (hutan produksi, pertanian, pertambangan, pariwisata, permukiman, dsb). Sementara

struktur pemanfaatan ruang wilayah nasional mencakup : (a) arahan pengembangan sistem

Page 42: Makalah perubahan iklim

permukiman nasional dan (b) arahan pengembangan sistem prasarana wilayah nasional (seperti

jaringan transportasi, kelistrikan, sumber daya air, dan air baku.

Selain antisipasi yang bersifat makro-strategis diatas, diperlukan pula antisipasi dampak

kenaikan muka air laut yang bersifat mikro-operasional. Pada tataran mikro, maka

pengembangan kawasan budidaya pada kawasan pesisir selayaknya dilakukan dengan

mempertimbangkan beberapa alternatif yang direkomendasikan oleh IPCC (1990) sebagai

berikut :

       Relokasi ; alternatif ini dikembangkan apabila dampak ekonomi dan lingkungan akibat kenaikan

muka air laut sangat besar sehingga kawasan budidaya perlu dialihkan lebih menjauh dari garis

pantai. Dalam kondisi ekstrim, bahkan  perlu dipertimbangkan untuk menghindari sama sekali

kawasan-kawasan yang memiliki kerentanan sangat tinggi.

       Akomodasi ; alternatif ini bersifat penyesuaian terhadap perubahan alam atau resiko dampak

yang mungkin terjadi seperti reklamasi, peninggian bangunan atau

perubahan agriculture menjadi budidaya air payau (aquaculture) ; area-area yang tergenangi

tidak terhindarkan, namun diharapkan tidak menimbulkan ancaman yang serius bagi keselamatan

jiwa, asset dan aktivitas sosial-ekonomi serta lingkungan sekitar.

       Proteksi ; alternatif ini memiliki dua kemungkinan, yakni yang bersifat hard structure seperti

pembangunan penahan gelombang (breakwater) atau tanggul banjir (seawalls) dan yang

bersifat soft structure seperti revegetasi mangrove atau penimbunan pasir (beach nourishment).

Walaupun cenderung defensif terhadap perubahan alam, alternatif ini perlu dilakukan secara

hati-hati dengan tetap mempertimbangkan proses alam yang terjadi sesuai dengan prinsip

“working with nature”.

Dalam mengantisipasi lingkungan hidup terhadap perubahan iklim, kita perlu

memperkuat layanan dasar kesehatan masyarakat. Dan karena iklim yang lebih panas akan

memungkinkan penyebaran nyamuk-nyamuk ke wilayah-wilayah baru, maka diperlukan suatu

sistem pengawasan kesehatan yang lebih handal untuk memonitor penyebaran penyakit seperti

malaria dan deman berdarah dengue.

Page 43: Makalah perubahan iklim

Selain itu langkah-langkah untuk mengendalikan penyakit akibat perubahan iklim dapat

dilakukan dengan cara Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah (MPBW). Cara ini digunakan

untuk mengendalikan penyakit dengan cara melihat prioritas masalah. Wilayah yang akan

diterapakan MPBW haruslah wilayah yang memang menderita penyakit yang cukup tinggi jika

dibandingkan daerah lainnya. Wilayah ini dapat dilihat dari peringkatnya dalam riskesdas yang

ditetapkan oleh menteri kesehatan. Selain MPBW, terdapat berbagai upaya strategis lainnya

untuk mengendalikan efek kesehatan akibat perubahan iklim, yaitu:

       Indonesia Sehat 2020

       Intensifikasi kegiatan pengendalian faktor risiko yang kini sedang dijalankan: STBM, WSLIC

dll

       Networking (clearing house)

       R n D (termasuk ke arifan lokal)

       Pedoman-Guidelines

       Health Promotion berbasis (knowledge and evidences)

c.    Upaya Antisipatif Dampak Pertanian

Perubahan iklim menimbulkan pola curah hujan dan kejadian iklim

ekstrem, peningkatan suhu udara dan peningkatan muka air laut yang dapat

mempengaruhi produksi pertanian dan kondisi sosial-ekonomi petani,

sebagai subyek yang paling penting dalam pembangunan pertanian.

Interaksi sekian macam faktor perubahan iklim serta respons tindakan yang

dilakukan petani dan pengambil kebijakan pertanian akan menentukan masa

depan pertanian Indonesia serta tingkat penghidupan masyarakat dan

tingkat kesejahteraan bangsa. Dampak perubahan iklim yang paling nyata pada sektor

pertanian adalah kerusakan (degradasi) dan penurunan kualitas sumberdaya lahan dan air,

infrastruktur pertanian, penurunan produksi dan produktivitas tanaman pangan, yang akan

menghasilkan ancaman kerentanan dan kerawanan terhadap ketahanan pangan dan bahkan

kemiskinan. Sulit dilukiskan betapa dahsyat dampak sosial-ekonomi yang terjadi, misalnya jika

tiba-tiba tinggi air laut meningkat sampai tiga meter. Dampak tersebut akan dapat ditekan atau

dikurangi intensitasnya apabila kebijakan negara mampu menghasilkan insentif bagi petani dan

Page 44: Makalah perubahan iklim

pelaku lain di sektor pertanian untuk melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sedini

mungkin, sekarang ini. 

1)        Strategi antisipasi

Strategi ini ditujukan untuk menyiapkan strategi mitigasi dan adaptasi berdasarkan kajian

dampak perubahan iklim terhadap (a) sumberdaya pertanian seperti pola curah hujan dan musim

(aspek klimatologis), sistem hidrologi dan sumberdaya air (aspek hidrologis), keragaan dan

penciutan luas lahan pertanian di sekitar pantai; (b) infrastruktur/sarana dan prasarana pertanian,

terutama sistem irigasi, dan waduk; (c) sistem usahatani dan agribisnis, pola tanam,

produktivitas, pergeseran jenis dan varietas dominan, produksi; dan (d) aspek sosial-ekonomi

dan budaya. Berdasarkan kajian tersebut ditetapkan strategi yang harus ditempuh dalam upaya:

(a) mengurangi laju perubahan iklim (mitigasi) melalui penyesuaian dan perbaikan

aktivitas/praktek dan teknologi pertanian, dan (b) mengurangi dampak perubahan iklim terhadap

sistem dan produksi pertanian melalui penyesuaian dan perbaikan infrastruktur (sarana dan

prasarana) pertanian dan penyesuaian dan teknologi pertanian (adaptasi).

2)        Program Mitigasi

Walaupun tidak sepenuhnya benar, sebagai emitor terbesar oksigen (O2) dari hutan dan

areal pertaniannya, Indonesia juga dituding sebagai negara terbesar ketiga dalam mengemisi

GRK, terutama dari sistem pertanian lahan sawah dan rawa, Kebakaran hutan/lahan, emisi dari

lahan gambut. Oleh sebab itu, Indonesia dituntut untuk senantiasa berupaya mengurangi

(mitigasi) emisi GRK,  antara lain melalui :

      CDM ( Clean Development Mechanism )

      Perdagangan karbon ( carbon trading ) melalui pengembangan teknologi budidaya yang mampu

menekan GRK, dan

      Penerapan teknologi budidaya seperti penanaman varietas dan pengolahan lahan dan air dengan

tingkat GRK yang lebih rendah.

3)        Program Adaptasi

Page 45: Makalah perubahan iklim

Strategi adaptasi adalah suatu respon terhadap stimulus atau pengaruh iklim nyata atau

prakiraan yang dapat meringankan dampak buruknya atau memanfaatkan peluang-peluang yang

menguntungkan melalui :

      Reinventarisasi dan redelineasi potensi dan karakterisasi sumberdaya lahan dan air

      Penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama irigasi sesuai dengan

perubahan sistem hidrologi dan sumberdaya air,

      Penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis, terutama pola tanam, jenis tanaman dan varietas,

dan sistem pengolahan tanah.

      Perbanyakan varietas padi yang tahan kekeringan, umur endek

      Penggunaan pupuk organik dan hayati

Penahapan adaptasi dalam pertanian

(Sumber : country Report 2007)

d.   Upaya Antisipatif Dampak Kehutanan

Ancaman dan permasalahan lingkungan yang dihadapi manusia saat ini adalah

pemanasan global dan perubahan iklim. Indonesia memiliki peran yang penting dalam isu

perubahan iklim global dengan menyediakan jasa lingkungan berupa penyerapan emisi karbon

dari hutan yang ada.

Hutan Indonesia yang luasnya 120,3 juta ha diyakini mampu menyerap emisi secara

signifikan. Namun demikian terjadinya deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia juga

Page 46: Makalah perubahan iklim

dianggap sebagai sumber emisi karbon karena melepas CO2 ke atmosfer. Pada kondisi hutan

yang baik, keberadaan hutan bermanfaat sebagai penyimpan dan penyerap emisi karbon atau

emisi GRK. Namun, pada kondisi hutan yang kurang baik, dianggap sebagai sumber emisi

karbon karena melepas CO2 ke atmosfer. Menurut Stern Report, deforestasi menyumbang 18%

dari emisi GRK total dunia, dan 75%-nya berasal dari negara berkembang.

Di Indonesia, sektor kehutanan dan gambut berkontribusi paling besar terhadap tingkat

emisi rumah kaca, yakni 61%. Upaya menurunkannya dilakukan dengan cara menyerap karbon

kembali melalui penanaman, rehabilitasi dan konservasi lahan. Cara tersebut diperkirakan

mampu menurunkan hingga 300 metrik ton karbondioksida per tahun hingga 2020. Cara ini

memang membutuhkan dana yang tidak kurang dari sekitar 630 juta US doliar per tahun.

Gerakan penanaman dan pemeliharaan pohon harus terus digelorakan dan dilakukan secara

kontinyu pada setiap tahun masa tanam. Gerakan tersebut diantaranya dengan mencanangkan

kelanjutan Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan (Gerhan). Hasilnya, sejak tahun 2003 hingga

2007 telah tercapai penanaman pada area seluas 4 juta ha yang tersebar di 33 provinsi. Dalam

waktu 5 hingga 10 tahun mendatang, bangsa Indonesia akan menikmati indahnya bumi Indonesia

hijau berseri.

Untuk mengurangi dampak yang berlebihan dalam pengelolaan sumber daya hutan telah

dilakukan upaya mitigasi terhadap lima masalah pokok di bidang kehutanan yaitu pencegahan

penebangan hutan secara ilegal, penanggulangan kebakaran hutan, restrukturisasi industri

kehutanan, rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan, serta desentralisasi kewenangan

pengelolaan kehutanan. Upaya-upaya tersebut sampai saat ini masih terus dijalankan dan lebih

diintensifkan, dengan hasil kemajuan yang bervariasi. Misalnya dalam menangani penebangan

liar telah dilakukan penggalangan berbagai pihak baik melalui kampanye anti illegal

logging maupun operasi-operasi penegakan hukum di lapangan. Kemudian untuk mengatasi

masalah kebakaran hutan telah dibuat dan disebarkan peta identifikasi kawasan hutan yang

rawan terbakar serta pemberdayaan masyarakat sekitar hutan untuk mengendalikan kebakaran

hutan. Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi telah dilakukan pengalihan kewenangan dan

urusan kehutanan secara bertahap kepada pemerintah daerah sehingga pengawasan oleh

masyarakat luas dapat lebih efektif. Hal ini juga didukung dengan penerapan pengelolaan hutan

Page 47: Makalah perubahan iklim

berbasis masyarakat baik dalam bentuk pengelolaan hutan kemasyarakatan maupun hutan rakyat.

Disamping itu, beberapa kabupaten telah menerbitkan peraturan daerah tentang pengelolaan

hutan berbasis masyarakat sebagai perwujudan pengelolaan sumber daya alam yang partisipatif.

e.    Upaya Antisipatif Dampak Sumber Daya Air

Salah satu persoalan kebutuhan manusia yang terpengaruh sebagai dampak pemanasan

global tersebut adalah ketersedian air. Ketersediaan air merupakan permasalahan yang penting

yang terkait dengan perubahan iklim. Vorosmarty et al. (2000) menunjukan bahwa masalah air

terjadi karena adanya peningkatan penduduk bumi sehingga meningkatkan pula kebutuhan air.

Kebutuhan yang meningkat akan semakin menekan pada sistem air global yang berkaitan dengan

efek pemanasan global. Peningkatan jumlah penduduk dan ekonomi menjadi pendorong utama

kebutuhan air, sementara itu ketersediaannya dipengaruhi oleh peningkatan evaporasi

(penguapan) akibat peningkatan temperatur permukaan bumi. Hal ini berkorelasi pada kebutuhan

akan adanya manajemen terintegrasi sumber daya air, yang bila tidak dilakukan akan berdampak

pada pengrusakan sumber daya air secara fisik, institusional, dan selanjutnya berimplikasi pada

sosioekonomi.

Strategi pertama yang dilakukan dalam program meningkatkan pengelolaan sumber

daya air dengan memperkuat koordinasi PU, Deptan, Dephut, Pemda dan KLH. Pengelolaan

sumber daya air secara terpadu adalah kunci mengantisipasi dampak perubahan iklim. Hal ini di

lakukan dengan cara pengembangan infrastruktur sumber daya air yakni  masih banyak

diperlukan pembangunan bendungan, waduk, dan sistim jaringan irigasi yang handal untuk

menunjang kebijakan ketahanan pangan pemerintah. Di samping itu untuk menjamin

ketersediaan air baku, tetap perlu dilakukan normalisasi sungai dan pemeliharaan daerah aliran

sungai yang ada di beberapa daerah. Pemeliharaan dan pengembangan Sistem Wilayah Sungai

tersebut didekati dengan suatu rencana terpadu dari hulu sampai hilir yang dikelola secara

profesional. Untuk itu perlu dikembangkan teknologi rancang bangun Bendungan Besar,

Bendung Karet, termasuk terowongan, teknologi Sabo, sistem irigasi maupun rancang bangun

pengendali banjir.

Strategi kedua adalah budaya hemat air dan pencegahan kerusakan lingkungan sangat

penting diperkenalkan pada masyarakat secara terus menerus. Apabila kegiatan manusia tidak

Page 48: Makalah perubahan iklim

memperhatikan mutu air akan menimbulkan masalah kehidupan manusia. Kegiatan utama seperti

kegiatan yang dilakukan dalam bidang perindustrian dan pertanian. Kegiatan yang dikhawatirkan

adalah kegiatan yang dapat menimbulkan kontaminasi air yang dapat mengancam terpenuhinya

kebutuhan air yang berasal dari sumber air alami tanpa perlakuan dan pemurnian. Hal tersebut

akan menyebabkan kesulitan mendapatkan air dalam jumlah banyak.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka penghemat air adalah menghentikan

pembuangan sampah dalam segala bentuknya. Artinya semua sampah harus didaur ulang untuk

diambil manfaat sebanyak-banyaknya. Kita harus melakukan usaha penggunaan air lebih sedikit

mungkin dimanapun berada dan untuk kegiatan apapun. Beberapa tindakan yang perlu dilakukan

secara bersama-sama oleh pemerintah, swasta dan masyarakat umum adalah sebagai berikut:

           Mencegah terjadinya kerusakan kronis tempat sumber air melalui pencegahan polusi air

terhadap bahan kimia dan bahan lain yang menimbulkan rusaknya kualitas air sungai dan mata

air.

           Mencegah dan memerangi polusi akibat kecelakaan transportasi, kebakaran, ledakan, kerusakan

pipa dan sebagainya.

           Menjaga dan mengawasi tempat pengolahan sumber air bersih.

           Memonitor sumber air secara berkala baik mutu maupun jumlah air di setiap sumber air.

           Mengatur sumber air dengan cara menjaga fasilitas umum, dan mengatur pemenuhan kebutuhan

air untuk jangka waktu lama.

           Menghemat penggunaan air dengan cara mencegah hilangnya air pada saluran air dan

memonitor penggunaan air PAM (ledeng).

f.     Upaya Antisipatif Dampak Kawasan Pesisir

Strategi adaptasi di wilayah pesisir terhadap penduduk yang menghadapi masalah

kenaikan muka air laut dapat melakukan tiga strategi umum. Pertama, “membuat

perlindungan”, yaitu dengan menanam tanaman penghadang seperti pohon mangrove.Kedua,

“mundur”, dengan bermukim jauh dari pantai. Ketiga, “melakukan penyesuaian”yaitu misalnya,

dengan beralih ke sumber-sumber nafkah yang lain.

Selain itu, dalam hal upaya fasilitasi dan pembinaan teknis kegiatan adaptasi dan mitigasi

perubahan iklim di wilayah pesisir dilakukan melalui beberapa alternatif berikut ini :

Page 49: Makalah perubahan iklim

           Secara Struktural, dalam hal ini upaya dilakukan secara protektif, yaitu dengan membuat

bangunan pantai yang secara langsung melindungi insfrastruktur pesisir  dari kenaikan

permukaan air laut. Kegiatannya bisa dengan struktur keras (hard structure) seperti

pembuatan seawall atau dinding pantai dan struktur lunak (soft strcture) dengan mangrove dan

vegetasi pantai.

           Secara non struktural, dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah bersifat perencanaan,

pendidikan, penyadaran dan penataan ruang dan sebagainya. Pemerintah perlu melakukan upaya-

upaya antisipasi melalui penyusunan kebijakan dan program yang secara tidak langsung akan

mendukung upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan kenaikan muka air laut. Upaya ini

dapat dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :

1)        Penataan ruang wilayah pesisir

Sesuai pasal 9 UU No. 27 tahun 2007 tentang PWP-3-K yang menyatakan bahwa

rencana zonasi wilayah pesisir harus diserasikan, diselaraskan dan diseimbangkan dengan

rencana Tata Ruang Wilayah/RTRW provinsi atau kabupaten/kota. Hal ini bersesuaian dengan

hasil kajian dan rekomendasi IPCC, bahwa pembangunan dikawasan pesisir haruslah

menghindari pengembangan di wilayah pesisir yang rawan dan rentan terhadap dampak kenaikan

permukaan air laut serta mengusahakan agar sistem perlindungan alami pesisir dan pulau-pulau

kecil seperti mangrove, terumbu karang, lamun, gumuk pasir dan lain-lain tetap berfungsi

dengan baik. Dalam penataan ruang pesisir dibuat sedemikian rupa agar mampu mengalokasikan

ruang terbuka hijau untuk meningkatkan kapasitas alami dalam menyerap karbon, sehingga

dampaknya bisa diminimumkan. Juga akan dialokasikan kawasan-kawasan konservasi baik  di

darat maupun di laut yang sebagian berfungsi lindung untuk memperkuat sistem alam, sehingga

kondisi ekosistem darat dan laut tersebut menjadi lebih baik dan akan lebih tahan dalam

menghadapi perubahan iklim yang terjadi.

2)        Gerakan Nasional Bersih Pantai dan Laut

     Program Bersih Pantai (beach clean up) akan menggugah kesadaran masyarakat untuk

melakukan program kemitraan dalam pengendalian pencemaran laut. Pelaksanaan kegiatan

bersih pantai harus diagendakan sebagai kegiatan tahunan, yang diharapkan dari tahun ketahun

kegiatan tersebut menjadi kegiatan yang dinantikan masyarakat. Dengan adanya kegiatan rutin

Page 50: Makalah perubahan iklim

tahunan tersebut, maka dapat dilakukan progam monitoring sampah di pantai dan laut pada

tingkat kabupaten, propinsi dan nasional.

                     Foto Bersih2 Pantai (……………………………….kawasan pesisir)

3)        Rehabilitas Habitat Pesisir

Rehabilitas dilakukan dalam rangka memperbaiki kerusakan yang ada, memulihkan

fungsi dan kualitas habitat, dan meningkatkan kemampuan habitat dalam perubahan iklim.

Upaya penyerapan karbon dapat dilakukan dalam bentuk reforestasi, aforestasi dengan mangrove

dan vegetasi pantai serta perbaikan ekosistem terumbu karang.

4)        Penanaman vegetasi Pantai

Penerapan metode replant (salah satu metode 4R), denganpenanaman 

mangrove atau vegetasi pantai lainnya yang dapatberfungsi sebagai pengen

dali pencemaran laut. Keberadaan ekosistem mangrove dinilai sangat penting selain

berfungsi sebagai tempat pemijahan  biota laut juga memiliki andil dalam mitigasi perubahan

iklim melalui penyerapan emisi CO². Untuk itu kegiatan penanaman mangrove

ini harus dilakukan agar ketahanan pesisir kita dalam menghadapi bencana akibat dampak

perubahan iklim meningkat. Hal ini amat penting mengingat bagaimanapun masyarakat pesisir

yang paling merasakan dampak akibat perubahan iklim.

Foto kegiatan penanaman mangrove ...........................

5)        Pemberdayaan Ekosistem Masyarakat Pesisir

     Kondisi sosial ekonomi pesisir masyarakat pesisir akan terpengaruh banyak akibat

perubahan iklim dan hal itu akan semakin luas dampaknya. Sebab hampir 70 persen penduduk

Indonesia tinggal di wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya pada sumber daya yang ada

di tempat tersebut. Kegiatan adaptasi sosial-ekonomi yang dapat dilakukan adalah melalui : (a)

reinventarisasi potensi dan karateristik sumberdaya, (b) penyesuaian infrastruktur sosial ekonomi

masyarakat, dan (c) penyesuaian pola budidaya dan penangkapan ikan.

g.    Upaya Antisipatif Dampak Kelautan dan Perikanan

Bagi sektor kelautan dan perikanan, cuaca buruk dan ektrim yang diikuti dengan

gelombang besar, badai, dan ’rob’ yang terjadi hampir di seluruh wilayah Nusantara akhir-akhir

ini telah menyengsarakan kehidupan nelayan dan pembudidaya ikan, khususnya pembudidaya

Page 51: Makalah perubahan iklim

tambak di kawasan pesisir.  Ratusan ribu nelayan tidak bisa melaut dan ratusan nelayan hilang

tergulung ombak besar.  Kalaupun ada daerah-daerah pesisir dan laut yang agak teduh, nelayan

harus menangkap ikan lebih jauh ke tengah laut, karena daerah penangkapan ikan (fishing

grounds) semakin jauh ke arah laut lepas. Hal ini tentu telah menyebabkan biaya melaut menjadi

semakim mahal.  Ribuan hektar tambak di Pantura mengalami rusak berat akibat terjangan

gelombang, rob, dan badai.  Pembudidaya rumput laut, baik jenis Gracilaria sp yang ditambak

maupun jenis Eucheuma cotonii yang di laut, di beberapa daerah Pantura, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, dan NTB, banyak yang mengalami penurunan produktivitas. Hal ini

disebabkan karena airnya menjadi lebih tawar dan keruh, atau terlanda rob. Oleh sebab itu, kita

seluruh komponen bangsa harus bersatu padu secara sinergis untuk melakukan upaya mitigasi

dan adaptasi untuk mengatasi dampak perubahan iklim global. 

Pada dasarnya, ada tiga strategi adaptasi yang dapat dilakukan di lingkup sektor kelautan

dan perikanan dalam meminimalisir atau bahkan menghindari dampak negatip perubahan iklim

global Pola.  Pertama adalah dengan pendekatan protektif (membuat perlindungan), yaitu

dengan menanam tanaman (mangrove dan tumbuhan pantai lainnya) atau bangunan (pemecah

gelombang, groin, pematang, dan lainnya) yang secara langsung dapat menahan kenaikan muka

laut, hantaman gelombang besar dan rob.

Kedua, dengan pendekatan akomodatif atau melakukan penyesuaian baik secara fisik

maupun sosial-ekonomi dan budaya hidup. Contohnya adalah: (1) masyarakat pesisir beralih ke

matapencaharian lain yang kemungkinan tidak akan terkena dampak perubahan iklim, (2)

pengembangan spesies budidaya yang tahan terhadap kenaikan suhu, banjir, dan dampak

perubahan iklim lainnya (misalnya melalui rekayasa genetik dan aklimatisasi), dan (3)

pengembangan teknologi produksi (perikanan tangkap maupun perikanan budidaya) baru yang

sesuai dengan keadaan yang bakal terjadi akibat perubahan iklim global. Ketigaadalah dengan

pola retreat (mundur), dengan bermukim, membangun infrastruktur dan bangunan jauh dari bibir

pantai atau membuat dan mengimplementasikan tata ruang berbasis perubahan iklim global.

2.        Meningkatkan Kerjasama  Pemerintah, Swasta dan Masyarakat

Page 52: Makalah perubahan iklim

Mengingat perubahan iklim merupakan permasalahan global dan menyebar di seluruh

Indonesia maka sebagai warga negara yang baik kerjasama antar pemerintah, swasta dan

masyarakat perlu dikembangkan.  

International Youth Conference (IYC) di Yogyakarta yang dihadiri oleh 144 pemuda dari

37 negara menghasilkan 32 resolusi penting guna penanganan perubahan iklim dan lingkungan

untuk setiap negara di dunia. Beberapa butir rekomendasi tersebut diantaranya adalah mendesak

tiap negara mengembangkan sumber energi berkelanjutan dan mempromosikan penggunaan

energi terbarukan, seperti energi surya, panas bumi, dan energi angin. Diikuti kemudian dengan

peningkatan kesadaran masyarakat tentang isu-isu lingkungan melalui media, kurikulum

pendidikan, dan kegiatan pemuda dalam mendukung kepedulian pada lingkungan. Selain

itu masing-masing negara mendorong pengembangan kebijakan konservasi yang

memperhitungkan kebutuhan masyarakat miskin dan terpinggirkan. Setiap negara juga

menetapkan pajak berbasis insentif kepada perusahaan untuk mendanai proyek lingkungan dan

sosial bagi masyarakat yang terkena dampak dan rentan. Negara diharapkan pula untuk

memperkuat kerja sama antara pemerintah dan swasta, melakukan pengelolaan hutan lestari

dalam rangka melestarikan sumber daya hutan dengan mempertimbangkan peran hutan untuk

kesejahteraan umat manusia. setiap negara diharuskan mempromosikan pertukaran pengetahuan

dan pengalaman tentang mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim dengan membangun

jaringan kelembagaan yang ada, baik lembaga pendidikan, organisasi masyarakat sipil, media,

sektor swasta, lembaga-lembaga pemerintahan maupun lembaga agama. Sementara itu, sektor

swasta disarankan untuk mengembangkan lebih banyak produk ramah lingkungan dan

berinvestasi untuk program yang ramah lingkungan, seperti mengurangi emisi bahan kimia,

racun, dan limbah berbahaya serta GRK.

Tidak hanya IYC, DKI Jakarta pun ikut andil dalam mengantisipasi dampak-dampak

yang terjadi pada perubahan iklim.  Berdasarkan hasil kajian economy and environment program

for southeast Asia (EEPSEA), sebuah program di bawah international development research

centre (IDRC) menyebutkan bahwa DKI Jakarta merupakan daerah yang paling rentan terhadap

perubahan iklim. Penyebab tingginya tingkat kerentanan perubahan iklim di DKI Jakarta tidak

hanya dipengaruhi faktor resiko bencana yang selama ini sering melanda Jakarta, seperti banjir,

Page 53: Makalah perubahan iklim

kekeringan maupun peningkatan permukaan air laut (rob), melainkan juga dipengaruhi oleh

tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Pemerintah pusat menjadikan DKI Jakarta

sebagai pilot project untuk mengantisipasi perubahan iklim di Indonesia. Sehingga dalam

mengatasi persoalan yang ada, DKI tidak bekerja sendiri akan tetapi mendapatkan bantuan dari

berbagai instansi sehingga penangannya cepat tuntas.Bahkan secara administrasi, Pemprov DKI

Jakarta juga telah menerbitkan sejumlah regulasi, diantaranya Perda Nomor 6 Tahun 1999

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta, Perda Nomor 02 Tahun 2005 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara, Pergub Nomor 68 Tahun 2005 tentang Pembuatan Sumur

Resapan, dan Pergub Nomor 31 Tahun 2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan

Bermotor. Peraturan tersebut telah diimplementasikan dalam bentuk kegiatan hari bebas

kendaraan bermotor, penanaman 1 juta pohon, pembuatan kawasan hutan lindung, hutan kota,

hutan mangrove, lubang resapan biopori, kawasan bebas merokok, dan normalisasi saluran air.

Untuk mendukung program perubahan iklim di Indonesia khususnya di kota

Tarakan,dalam pertemuan Memperingati Hari Bumi di gedung DPRD kota Tarakan pada 21

April2011, Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Drs. Firmananur,

M.Si menyatakanpesannya untuk mengatasi lingkungan ini. Di antaranya perlu kebersamaan

antar semuastakeholder, termasuk masyarakat. Semakin banyak masyarakat yang peduli

lingkungan, akan semakin baik arah pembangunan di Tarakan. Artinya tidak ada satu pihak pun

yang dapat melakukan sendiri dalam mengelola kondisi alam yang telah rusak akibat terjadinya

perubahan iklim mengingat kompleksitas sumberdaya dan permasalahannya. Kerjasama antar

pemerintah, perguruan tinggi dan swasta, serta masyarakat yang komprehensif mendorong

akselerasi pembangunan kota Tarakan. Dalam pertemuan itu, organisasi Tim Peduli

Lingkungan juga menegaskan keberhasilan mengatasi kerusakan lingkungan baru dapat

dicapai apabila bangsa-bangsa bekerja sama antara pemerintah, jaringan bisnis

dan jugamasyarakat. Wujud kerja sama masyarakat itu misalnya pada pemeliharaan hutan bakau,

seperti yang kita ketahui hutan mangrove atau hutan bakau menyimpan lebih banyak karbon

dibanding kebanyakan hutan tropis. Ini menunjukkan pentingnya pelestarian hutan bakau sebagai

langkah mengatasi perubahan iklim yang mana kerusakannya sangat signifikan akan

berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. Untuk itu kita harus segera melakukan upaya untuk

Page 54: Makalah perubahan iklim

mengubah paradigma bahwa perubahan iklim yang diakibatkan degradasi lingkungan bukan

merupakan krisis semata akan tetapi dapat menjadi peluang untuk melakukan kegiatan

pemulihan dan perbaikan lingkungan yang sekaligus dapat mengatasi krisis ekonomi yang

diakibatkannya. Program pemerintah dalam mengembangkan kota dianggap sangat penting,

namun disamping itu, proses pengembangan tersebut diharapkan tidak mengabaikan kepentingan

lingkungan yang efeknya sangat besar bagi kelangsungan hidup masyarakat di kota ini. Seperti

faktor terbesar terjadinya banjir di Tarakan karena proses Galian C (penambangan pasir dan

pemotongan bukit, dan lainnya) yang tidak diawasi dengan maksimal oleh pemerintah. Tanah

menjadi labil serta juga terjadi pendangkalan pada sungai-sungai, sebab bukit yang merupakan

salah satu pilar bumi sudah dipangkas-pangkas. Ibarat rumah, bukit itu adalah tiang, dan dibawah

bukit terdapat penahan tanah agar tidak goyang, lalu jika bukit sudah hilang, kondisi tanah akan

sangat labil. Sehingga bukit memberikan kontribusi besar bagi kehidupan. Selain itu pihak

swasta juga diminta untuk terlibat dalam program ini melalui program CSR (corporate social

responsibility)

\

Page 55: Makalah perubahan iklim

BAB KEENAM

(6)

PENUTUP

Dari uraian diatas kita dapat melihat bahwa  perubahan iklim bermula pada efek rumah

kaca. Efek ini terjadi akibat adanya emisi dari karbon dioksida. Pada mulanya, karbon dioksida

dianggap bukan sebagai sumber pencemar udara karena Karbon dioksida, merupakan senyawa

normal yang ada di atmosfir sebagai hasil dari siklus karbon dan oksigen. Akan tetapi, karena

semakin banyaknya penggunaan bahan bakar fosil dan adanya intervensi manusia dalam siklus

karbon dan oksigen mengakibatkan produksi karbon dioksida lebih cepat dari pada siklus normal

sehingga terjadi kepincangan, sebagai akibatnya konsentrasi rata-rata karbon dioksida di atmosfir

meningkat.  Pemanasan global ini menyebabkan perubahan iklim.

Pengaruh laut sangat kuat terhadap iklim di bumi terutama untuk menyerap energy

matahari dan mendistribusikannya kembali ke seluruh bagian bumi dalam bentuk arus air.

Perubahan pola arus air yang hangat maupun dingin akan mengakibatkankekacauan iklim,

seperti peristiwa El Nino yang di Indonesia telah dirasakan dalam bentuk temperature udara yang

tinggi, kekeringan yang panjang, kebakaran hutan dan curah hujan yang sedikit. Hal ini dialami

oleh berbagai sector yakni pertanian, kelautan dan perikanan, kesehatan bahkan sektor

kehutanan. Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-

geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir,

peningkatan hujan, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama

penyakit, dsb).

Dampak negatif dari perubahan iklim global ini pun telah di rasakan saat ini  dengan

adanya berbagai bencana yang melanda di seluruh lapisan dunia dan dipastikan bencana ini akan

semakin meningkat pada masa mendatang. Bencana tersebut seperti terjadinya bencana banjir,

tsunami, kekeringan, badai, tanah longsor dan sebagainya, sehingga mempengaruhi keterbatasan

air bersih, kebutuhan sanitasi dasar, ketersediaan pangan yang akan menimbulkan masalah gizi

dan menyebabkan rentan terhadap penyakit.Oleh karena itu, ketika manusia menyadari bahwa

Page 56: Makalah perubahan iklim

aktifitasnya telah mengakibatkan Efek Rumah Kaca yang berlebih, maka diperlukan usaha yang

sungguh-sungguh untuk menguranginya sehingga mencapai keseimbangannya kembali.

Dunia masih mempunyai kesempatan realistis guna menghindari sebagian dari bencana

meluas akibat pemanasan global (global warming). Hal tersebut harus dapat dilaksanakan dan

dipersiapkan melalui berbagai upaya dan langkah – langkah implementasinya. Melindungi diri

dari perubahan iklim dibagi atas upaya mitigasi  mengurangi emisi gas rumah kaca dari

sumbernya) dan adaptasi (mengatasi dampak perubahan iklim ) yang seringkali tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya.

P U S T A K A

Numberi Freddy. Perubahan Iklim, Implikasinya Terhadap Kehidupan Di  Laut, Pesisir dan pulau-pulau Kecil. Jakarta : Fortuna Prima Makmur, 2009

Asian Development Bank, Climate Change in Asia ; Indonesia Country Report on Socio-economic Impacts of Climate Change and a National Response Strategy, Regional Study on Global Environmental Issues, July 1994

Center for Global Environmental Research, Data Book of Sea Level Rise, National Institute for Environmental Studies, Environment Agency of Japan, 1996

Diposaptono S., Pengaruh Pemanasan Global terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia, Direktorat Bina Pesisir – Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil - DKP, 2002.

Kusnoputaranto, Haryoto, dan Dewi Susanna. Kesehatan Lingkungan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000.Water Borne Disease. 16 Desember 2009. www. en.wikipedia.org

Page 57: Makalah perubahan iklim

IPCC (Intergovenrmental Panel on Climate Change), Climate Change 2007 : The Physical Science Basis. Summary for Policy Makers, Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovenrmental Panel on Climate Change. Paris, February 2007. http://www.ipcc.ch/, 2007.

Dr. Tresna Dermawan Kunaefi, Materi Seminar Sehari World Water Day 2011, "Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu dan Berkelanjutan dalam Rangka Adaptasi Perubahan Sistem Iklim Global" Bandung, 25 Maret 2011

Dirjen Penataan Ruang – Depkimpraswil, Kebijakan Kimpraswil dalam rangka Percepatan Pembangunan Kelautan dan Perikanan, Makalah pada Rapat Koordinasi Nasional Departemen Kelautan dan Perikanan Tahun 2002, Hotel Indonesia – Jakarta, 30 Mei 2002.

Slamet S Lilik (Peneliti Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan, Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) , Pemanasan dan Pendinginan Global > Efek

Rumah Kaca. Harian Pikiran Rakyat  Bandung. 2009Diposaptono S., Pengaruh Pemanasan Global terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil di Indonesia,Direktorat Bina Pesisir – Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil - DKP, 2002.

Ditjen Penataan Ruang – Depkimpraswil, Review Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional : Kebijakan Spasial untuk Pengembangan Kemaritiman Indonesia, Bahan Sosialisasi RTRWN dalam rangka Roadshow dengan Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 11 Oktober 2002.

Pengertian Iklim dan Perubahan Iklim. Februari 2009, www.dirgantara-lapan.or.id

F. and M. van Noordwijk. 2007. CO2 emissions depend on two letters. Jakarta, 2009

Upaya Pengendalian Perubahan Iklim dan Pemanasan Global dengan One Man One Tree,15 Mei 2009. www.dephut.go.id

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Tanya-Jawab tentang Isu-isu Perubahan Iklim, Jakarta, 2001

Forest Destruction, Climate Change and Palm Oil Expansion in Indonesia, Jakarta, 2008Newsweek, The Truth about Global Warming, Article on Science and

Technology, Edition July 23, 2001.

The State Ministry of Environment – The Republic of Indonesia, Vulnerability and Adaptation Assessments of Climate Change in Indonesia, Indonesia Country Study on Climate Change, Jakarta, 1998.

Dampak Perubahan Iklim, Bidang Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan, 3 Maret 2009www. iklim.dirgantara-lapan

Perubahan Iklim dan Sirkulasi Global. 18 Desember 2009. www. edukasi.kompasiana.com

Page 58: Makalah perubahan iklim

Hairiah Kurniatun. Tanpa Tahun. PERUBAHAN IKLIM GLOBAL: Penyebab dan dampaknya terhadap lingkungan dan kehidupan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl Veteran, Malang 65145. Email: [email protected] [email protected].

Asosiasi Pengembangan Ilmiah Amerika. Ilmu Pengetahuan dan Solusi Pemanasan Global.www. perubahaniklim.net

Upaya Pengendalian Perubahan Iklim dan Pemanasan Global dengan One Man One, 15 Mei 2009.  www.dephut.go.id

Penanganan sumber air antisipasi perubahan iklim, 4 Februari 2008,www.atanitokyo.blogspot.com

Trewartha and Horn, The impact of international greenhouse gas emissions reduction on Indonesia. Report on Earth System Science, Max Planck Institute for Meteorology, Jerman,1995.

Meiviana, Armely, Diah R Sulistiowati, Moekti H Soejachmoen. BUMI MAKIN PANAS - ANCAMAN PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA. Kerjsama Kementerian Lingkungan Hidup Bidang Pelestarian Lingkungan, Pelangi dan JICA, 2004

Pietsau Amafnini, Upaya Indonesia, 6 Juni 2010, www. sancapapuana.blogspot.com

Stern Reviev : The Economic of  Climate Change (2006), Environmental and Resource Economics, 2001.

Iklim Global, 2 Mei 2007, www. angitselatan.com

Penyebab Perubahan Iklim. 14 Mei 2008, www. walkingonthemoon.multiply.com

Fajar Jasmin. Penyebab Perubahan Iklim. 4 Mei 2010, www. iklimkarbon.com

Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan. 17 Januari  2008www.blogster.com

Apa itu Pemanasan Global,  24 mei 2004 www.pemanasanglobal.netKonferensi Pemuda Internasional untuk Perubahan Iklim Hasilkan 32 Rekomendasi ,25 Februari

2011, www.ugm.ac.idStrategi Adaptasi Sektor Kelautan dan Perikanan Menghadapi Perubahan Iklim Global 2 januari

2011, www. dahuri.wordpress.com

BAB I

PENDAHULUAN

Page 59: Makalah perubahan iklim

A. Latar Belakang Pengaruh iklim terhadap kehidupan manusia. iklim merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena cuaca dan iklim iklim mempunyai peranan yang besar terhadap kehidupan seperti dalam bidang pertanian, perhubungan, telekomunikasi, pariwisata dan budaya masyarakat.