makalah pertumbuhan ekonomi
TRANSCRIPT
PERTUMBUHAN PENDUDUK
1. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung
sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit"
untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu
mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai
pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun contohnya selama periode
1990-2000 adalah sebesar 1,49 persen. Angka ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan
rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada dekade sebelumnya, 1980-1990 yang mencapai 1,97
persen per tahun. Jika dihitung rata-rata laju pertumbuhan penduduk tersebut menurun sebesar
0,5 persen. Faktor yang berpengaruh dalam penurunan laju pertumbuhan penduduk selama
periode 1990-2000 adalah menurunnya tingkat kelahiran dan juga tingkat kematian. Sedangkan
faktor perpindahan boleh dianggap tidak berpengaruh terhadap perkembangan penduduk
Indonesia secara keseluruhan karena orang yang keluar dan masuk Indonesia jumlahnya kecil
dan berimbang.
Untuk pertumbuhan penduduk bagian propinsi-propinsi di Pulau Jawa sangat bervariasi.
Selama kurun waktu 1990-2000 laju pertumbuhan per tahun penduduk DKI Jakarta hanya 0,17
persen. Laju pertumbuhan penduduk propinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta serta Jawa Timur
angkanya sudah dibawah 1 persen.
Namun demikian, Yogyakarta mengalami sedikit kenaikan dibanding periode 1980-1990,
dari 0,57 persen per tahun menjadi 0,72 persen per tahun. Rendahnya tingkat pertumbuhan
penduduk tersebut bukan semata-mata karena telah tercapainya tingkat kelahiran yang rendah,
tetapi dimungkinkan juga karena adanya peningkatan migrasi keluar propinsi tersebut.
Secara umum, laju pertumbuhan penduduk di setiap propinsi mengalami penurunan. Ada
3 propinsi yaitu Riau, D.I. Yogyakarta dan Sulawesi Selatan yang mengalami peningkatan laju
pertumbuhan penduduk dari periode 1980-1990 ke 1990-2000. Propinsi Banten merupakan
propinsi di Jawa dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi sebesar 3,21 persen per tahun
2. Tingkat Pertumbuhan penduduk
Tingkat pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan
maupun penurunannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu
kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran dan
kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non
alami. Migrasi ada dua yaitu migrasi yang dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi
masuk (imigrasi), dan yang dapat mengurangi penduduk disebut migrasi keluar (emigrasi).
a. Kelahiran (Natalitas)
Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat
kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas)
Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain:
1. Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu.
2. Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
3. Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
4. Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.
5. Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak
laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
Faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar. Sedangkan
faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain:
1. Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak.
2. Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi
laki-laki minimal berusia 19 tahun.
3. Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan
hanya sampai anak ke –2.
5. Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.
Untuk faktor-faktor penunjang tingginya angka natalitas (kelahiran) dalam suatu negara antara
lain
1) Kepercayaan dan agama
Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama atau
kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan
sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding bila peserta KB banyak.
2) Tingkat pendidikan
Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula
penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak
secara rasional.
3) Kondisi perekonomian
Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah anak, karena
merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka
penduduknya menjadi banyak.
4) Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan
jumlah kelahiran. Selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang
akan mengurangi angka kelahiran.
5) Adat istiadat di masyarakat
Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai
anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki
lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan
anak laki-laki atau sebaliknya.
6) Kematian dan kesehatan
Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik
memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan
menambah pula jumlah kelahiran.
7) Struktur Penduduk
Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi
dibandingkan yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih banyak anak-anak dan
orang-orang tua usia).
b. Kematian (Mortalitas)
Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka
kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran.
Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian (pro mortalitas) dan
faktor penghambat kematian (anti mortalitas).
a) Faktor pendukung kematian (pro mortalitas)
Faktor ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar, yang termasuk faktor ini adalah :
- Sarana kesehatan yang kurang memadai
- Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
- Terjadinya berbagai bencana alam
- Terjadinya peperangan
- Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri
- Tindakan bunuh diri dan pembunuhan
b) Faktor penghambat kematian (anti mortalitas)
Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah, yang termasuk faktor ini adalah :
- Lingkungan hidup sehat
- Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap
- Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain
- Tingkat kesehatan masyarakat tinggi
- Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk
3. perpindahan penduduk(migrasi)
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima
tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada
tahun 2025 (Tabel 3.1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk
Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade
1990-2000 penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian
antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per tahun.
Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun
penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian.
Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi
menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR)
tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama.
Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak
merata. Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal
luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara
perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar
59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase
penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7
persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5 persen menjadi 6,5 persen pada periode
yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari
pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau
tersebut juga menentukan distribusi penduduk (Tabel 1 ).
Tabel 1 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025
Propinsi 2000 2005 2010 2015 2020 2025
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM 3,929.3 4,037.9 4,112.2 4,166.3 4,196.5 4,196.3
12. SUMATERA UTARA 11,642.612,452.813,217.613,923.614,549.615,059.3
13. SUMATERA BARAT 4,248.5 4,402.1 4,535.3 4,693.4 4,785.4 4,846.0
14. RIAU 4,948.0 6,108.4 7,469.4 8,997.7 10,692.812,571.3
15. JAMBI 2,407.2 2,657.3 2,911.7 3,164.8 3,409.0 3,636.8
16. SUMATERA SELATAN 6,210.8 6,755.9 7,306.3 7,840.1 8,369.6 8,875.8
17. BENGKULU 1,455.5 1,617.4 1,784.5 1,955.4 2,125.8 2,291.6
18. LAMPUNG 6,730.8 7,291.3 7,843.0 8,377.4 8,881.0 9,330.0
19. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 900.0 971.5 1,044.7 1,116.4 1,183.0 1,240.0
31. DKI JAKARTA 8,361.0 8,699.6 8,981.2 9,168.5 9,262.6 9,259.9
32. JAWA BARAT 35,724.039,066.742,555.346,073.849,512.152,740.8
33. JAWA TENGAH 31,223.031,887.232,451.632,882.733,138.933,152.8
34. D I YOGYAKARTA 3,121.1 3,280.2 3,439.0 3,580.3 3,694.7 3,776.5
35. JAWA TIMUR 34,766.035,550.436,269.536,840.437,183.037,194.5
36. BANTEN 8,098.1 9,309.0 10,661.112,140.013,717.615,343.5
51. B A L I 3,150.0 3,378.5 3,596.7 3,792.6 3,967.7 4,122.1
52. NUSA TENGGARA BARAT 4,008.6 4,355.5 4,701.1 5,040.8 5,367.7 5,671.6
53. NUSA TENGGARA TIMUR 3,823.1 4,127.3 4,417.6 4,694.9 4,957.6 5,194.8
61. KALIMANTAN BARAT 4,016.2 4,394.3 4,771.5 5,142.5 5,493.6 5,809.1
62. KALIMANTAN TENGAH 1,855.6 2,137.9 2,439.9 2,757.2 3,085.8 3,414.4
63. KALIMANTAN SELATAN 2,984.0 3,240.1 3,503.3 3,767.8 4,023.9 4,258.0
64. KALIMANTAN TIMUR 2,451.9 2,810.9 3,191.0 3,587.9 3,995.6 4,400.4
71. SULAWESI UTARA 2,000.9 2,141.9 2,277.2 2,402.8 2,517.2 2,615.5
72. SULAWESI TENGAH 2,176.0 2,404.0 2,640.5 2,884.2 3,131.2 3,372.2
73. SULAWESI SELATAN 8,050.8 8,493.7 8,926.6 9,339.9 9,715.1 10,023.6
74. SULAWESI TENGGARA 1,820.3 2,085.9 2,363.9 2,653.0 2,949.6 3,246.5
75. GORONTALO 833.5 872.2 906.9 937.5 962.4 979.4
81. M A L U K U 1,166.3 1,266.2 1,369.4 1,478.3 1,589.7 1,698.8
82. MALUKU UTARA 815.1 890.2 969.5 1,052.7 1,135.5 1,215.2
94. PAPUA 2,213.8 2,518.4 2,819.9 3,119.5 3,410.8 3,682.5
Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju
pertumbuhan yang sangat beragam pula. Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode
1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat
dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-
provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen
dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi
yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode
sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara.
Tabel 1.2. memperlihatkan dua provinsi dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk
minus yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam dan DKI Jakarta. Kondisi ini kemungkinan akibat dari
asumsi migrasi yang digunakan, yaitu pola migrasi menurut umur selama periode proyeksi
dianggap sama dengan pola migrasi periode 1995-2000, terutama untuk provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Pola net migrasi provinsi ini pada periode 1995-2000 adalah minus di atas 10
persen, jauh lebih tinggi dari provinsi-provinsi pengirim migran lainnya.
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025
Propinsi 2000-20052005-20102010-20152015-20202020-2025
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM0.55 0.37 0.26 0.14 -0.00
12. SUMATERA UTARA 1.35 1.20 1.05 0.88 0.69
13. SUMATERA BARAT 0.71 0.60 0.69 0.39 0.25
14. RIAU 4.30 4.11 3.79 3.51 3.29
15. JAMBI 2.00 1.85 1.68 1.50 1.30
16. SUMATERA SELATAN 1.70 1.58 1.42 1.32 1.18
17. BENGKULU 2.13 1.99 1.85 1.69 1.51
18. LAMPUNG 1.61 1.47 1.33 1.17 0.99
19. KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG1.54 1.46 1.34 1.17 0.95
31. DKI JAKARTA 0.80 0.64 0.41 0.20 -0.01
32. JAWA BARAT 1.81 1.73 1.60 1.45 1.27
33. JAWA TENGAH 0.42 0.35 0.26 0.16 0.01
34. D I YOGYAKARTA 1.00 0.95 0.81 0.63 0.44
35. JAWA TIMUR 0.45 0.40 0.31 0.19 0.01
36. BANTEN 2.83 2.75 2.63 2.47 2.27
51. B A L I 1.41 1.26 1.07 0.91 0.77
52. NUSA TENGGARA BARAT 1.67 1.54 1.41 1.26 1.11
53. NUSA TENGGARA TIMUR 1.54 1.37 1.23 1.09 0.94
61. KALIMANTAN BARAT 1.82 1.66 1.51 1.33 1.12
62. KALIMANTAN TENGAH 2.87 2.68 2.48 2.28 2.04
63. KALIMANTAN SELATAN 1.66 1.57 1.47 1.32 1.14
64. KALIMANTAN TIMUR 2.77 2.57 2.37 2.18 1.95
71. SULAWESI UTARA 1.37 1.23 1.08 0.93 0.77
72. SULAWESI TENGAH 2.01 1.89 1.78 1.66 1.49
73. SULAWESI SELATAN 1.08 1.00 0.91 0.79 0.63
74. SULAWESI TENGGARA 2.76 2.53 2.33 2.14 1.94
75. GORONTALO 0.91 0.78 0.67 0.53 0.35
81. M A L U K U 1.66 1.58 1.54 1.46 1.34
82. MALUKU UTARA 1.78 1.72 1.66 1.53 1.37
94. PAPUA 2.61 2.29 2.04 1.80 1.54
Menurut tabel diatas, Riau merupakan kota dengan pertumbuhan penduduk tertinggi pada
tahun 2000-2005. Hal tersebut bisa terjadi karena Riau termasuk kota yang memiliki keunggulan
komparatif karena letaknya yang strategis. Pertama, Riau dekat dengan negara-negara ASEAN,
terutama Singapore, Malaysia dan Thailand. Kedua, Riau terletak di route perdagangan dan
pelayaran internasional di Asia-Pacifik. Ketiga, lokasi Riau dekat dengan Singapore yang
merupakan salah satu pusat perdagangan dunia. Keempat, Riau terletak di tengah Pulau
Sumatera, dilewati lintas Barat dan lintas Timur.
Selain letaknya yang strategis, Riau selama in dikenal sebagai provinsi yang kaya dengan
sumberdaya alam seperti minyak dan gas bumi, mineral, kehutanan, perikanan, pertanian
perkebunan (kelapa sawit, kelapa, karet, sagu), pertanian tanaman pangan, dan kepariwisataan.
Provinsi Riau menghasilkan lebih kurang 60 persen minyak Indonesia, memiliki cadangan gas
alam yang besar di Natuna, penghasil minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia.
Sebagai daerah yang kaya dengan sumberdaya alam dan letaknya yang sangat strategis,
Riau selama ini menjadi primadona bagi para investor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagai dampak dari laju investasi yang sangat tinggi, pertumbuhan ekonomi Riau selalu lebih
tinggi dari rata-rata Indonesia (lihat Tabel 1.3 ).
Tabel 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Riau – IndonesiaTAHUN INDONESIA RIAU NonMG (Migas)
1997 4,70 9,0 (3,16)
1998 -13,13 - 1,81 (-3,86)
1999 0,79 4,16 (3,38)
2000 4,90 10,25 (6,53)
2001 3,32 5,03 (4,20)
2002 3,6 (4,9)*
Sumber: BPS Riau
Secara sektoral, pertumbuhan yang tinggi dialami oleh sektor industri, yang sejak tahun 1999 hingga tahun 2001 mengalami pertumbuhan rata-rata di atas 10 persen per tahun. Sektor-sektor lain yang baik pertumbuhannya adalah perbankan, pertambangan dan sektor pertanian (lihat Tabel 1.4 ).
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Riau Menurut Sektor (Tanpa Migas)
SEKTOR 1996 1997 1998 1999 2000 2001*
Pertanian 5,12 2,03 11,00 9,11 9,14 5,7
Pertambangan 11,47 7,86 -12,02 1,85 7,42 6,5
Industri 15,35 8,64 -4,21 11,86 12,46 12,2
Listrik 6,42 8,62 17,16 5,71 4,66 5,4
Bangunan 15,25 10,58 -27,99 5,55 6,20 4,4
Perdagangan 9,40 8,13 0,81 4,77 4,94 5,4
Angkutan 9,85 8,43 4,29 5,29 6,56 6,2
Bank 6,15 23,11 -5,96 -28,03 34,01 7,5
Jasa 4,17 10,16 2,65 3,25 2,79 4,7
Total Riau 9,00 -1,81 4,16 10,25 7,8
Sumber: BPS Riau
Sebagai dampak tingginya laju investasi dan pertumbuhan ekonomi selama ini, ditambah lagi dengan makin besarnya dana yang dikelola pemerintah daerah Riau sebagai dampak diberlakukannya otonomi daerah, telah menyebabkan semakin tingginya laju pertumbuhan penduduk kota-kota yang ada di Riau. Kenyataannya laju pertumbuhan penduduk Riau termasuk yang tertinggi di Indonesia. Secara dramatis jumlahnya naik dari 1.641.074 jiwa tahun 1971 menjadi 2.281.896 jiwa tahun 1980; 3.278.807 tahun 1990; dan 4.733.948 jiwa tahun 2000. Laju pertumbuhan penduduk tahun 1990-2000 adalah 3,8 persen.
Dari jumlah penduduk total tahun 2000 sebanyak 2.405.282 orang di antaranya adalah laki-laki, dan 2.328.665 perempuan. Dari jumlah penduduk yang ada, sebanyak 474.027 berusia di bawah 5 tahun (0 – 4 tahun); 3.004.181 usia produktif (15 – 59 tahun); dan 194.195 berusia di atas 60 tahun.
Pada tahun 2000 jumlah penduduk Riau yang berpendidikan SD ke bawah 63 %; SLTP
15 %; SLTA 19 %; Akademi ke atas 3 %. Tingkat harapan hidup Riau naik dari 63,98 persen
tahun 1992 menjadi 70,46 persen tahun 2000, sedang tingkat kematian bayi turun cukup drastis
dari 35 tahun menjadi 31,27 tahun 1997.
Di beberapa kota yang ada di Riau, ternyata jumlah penduduk migran cukup besar.
Secara rata-rata jumlah penduduk migran berusia 5 tahun atau lebih tahun 2000 adalah 44,7 % .
Jumlah penduduk migran tertinggi dijumpai di kota Batam, yaitu 82,94 %; diikuti oleh Dumai
77,32 %; Siak 65,81 %; P.Baru 59,08 %; Pelalawan 54,78 %. Sedang kota-kota yang relatif kecil
jumlah penduduk migrannya adalah Bengkalis, yaitu 26,53 %; Indragiri Hilir 22,25 %; dan
Natuna 9,36 %. Dari berbagai kota yang ada, kota-kota yang paling laju pertumbuhan
penduduknya di Riau adalah Batam, Pekanbaru, dan Pangkalan Kerinci. Secara keseluruhan 32
% penduduk Riau tahun 2000 adalah migrants. Suku Melayu hanya sekitar 37,9 %; selebihnya
suku Jawa 24,1 %; Minang 11,1 %; Batak 7,1 %; Banjar 3,8 %, dll. Dari total migrants, sekitar
40 % tinggal di perkotaan (non-farm).
Prosentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian masih tinggi, yaitu sekitar 42,46
%. Sedangkan yang bekerja di sektor perdagangan sekitar 17,44 % dan jasa-jasa 15,58 %.
Prosentase Rumahtangga pemakai listrik tahun 1999 adalah 64,5 %, dan tahun 2000 naik
menjadi 69,9 %. Sebagai perbandingan, prosentase rumahtangga pemakai listrik secara nasional
tahun 1999 dan 2000 masing-masing 83,7 % dan 86,3 %. Prosentase rumahtangga dengan Air
Minum Ledeng tahun1999 sekitar 7,3 %, dan tahun 2000 naik menjadi 10,8 % (nasional masing-
masing 18,6 % dan 19,2 %). Adapun prosentase rumahtangga dengan sumber air minum bersih
tahun 1999 sekitar 36,0 %, tapi tahun 2000 turun menjadi 18,0 % (nasional 48,5 % dan 20,6 %).
Menurut hasil perhitungan sementara PPIP (Program Peningkatan Infrastruktur
Perdesaan) (2002), sesuai data dan kecenderungan yang ada, diperkirakan jumlah penduduk
Riau berkisar antara 8 juta (perkiraan pesimis) hingga 10 juta (perkiraan optimis) tahun 2020.
Demikianlah makalah singkat ini disampaikan, semoga dapat memberikan pengetahuan
yang bermanfaat mengenai pertumbuhan penduduk di Indonesia yang terjadi 10 tahun terakhir
ini.
TINGKAT PERTUMBUHAN PENDUDUK 10 TAHUN TERAKHIR
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Ekonomi Makro
Paper
Oleh
Dwi Atmayanti (10420034)
Windy Fatma Susmala (10420035)
Endang Setyowati Widiandini (104200 )
Recha Stefanie Sitorus (104200 )
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2010