makalah peramalan hpt

10
II. ISI 2.1. Antraknosa pada Cabai 2.2. Layu Bakteri pada Cabai 2.2.1. Nama Penyakit dan Penyebab Layu bakteri merupakan salah satu penyakit penting yang terdapat pada tanaman cabai (Capsicum annum). Penyebab penyakit ini adalah bakteri Ralstonia solanacearum. Berikut taksonomi bakteri Ralstonia solanacearum: Kingdom: Bacteria Divisi: Proteobacteria Kelas: Betaproteobacteria Ordo: Burkholderiales Family: Ralstoniaceae Genus: Ralstonia solanacearum Ralstonia solanacearum adalah spesies yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan oleh variabilitas genetiknya yang luas dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan setempat, sehingga di alam dijumpai berbagai strain R. solanacearum dengan ciri yang sangat beragam, seperti patogenisitas, virulensi, reaksi fisiologi dan biokimia, reaksi serologi, serta kepekaannya terhadap bakteriofage (Semangun, 1988). Ditinjau dari segi morfologi dan fisiologinya, R. solanacearum merupakan bakteri gram negatif,

Upload: hafshah-mahfudhah

Post on 23-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Antraknosa Cabai dab Layu Bakteri

TRANSCRIPT

Page 1: makalah peramalan HPT

II. ISI

1.1. Antraknosa pada Cabai

1.2. Layu Bakteri pada Cabai

1.2.1.Nama Penyakit dan Penyebab

Layu bakteri merupakan salah satu penyakit penting yang terdapat pada

tanaman cabai (Capsicum annum). Penyebab penyakit ini adalah bakteri

Ralstonia solanacearum. Berikut taksonomi bakteri Ralstonia

solanacearum:

Kingdom: Bacteria

Divisi: Proteobacteria

Kelas: Betaproteobacteria

Ordo: Burkholderiales

Family: Ralstoniaceae

Genus: Ralstonia solanacearum

Ralstonia solanacearum adalah spesies yang sangat kompleks. Hal ini

disebabkan oleh variabilitas genetiknya yang luas dan kemampuannya

untuk beradaptasi dengan lingkungan setempat, sehingga di alam dijumpai

berbagai strain R. solanacearum dengan ciri yang sangat beragam, seperti

patogenisitas, virulensi, reaksi fisiologi dan biokimia, reaksi serologi, serta

kepekaannya terhadap bakteriofage (Semangun, 1988).

Ditinjau dari segi morfologi dan fisiologinya, R. solanacearum

merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,5-0,7

x 1,5-2,5 μm, berflagela, bersifat aerobik, tidak berkapsula, serta

membentuk koloni berlendir berwarna putih (Tim Penulis Penebar

Swadaya, 2003). Adanya lendir inilah yang membedakan penyakit layu

bakteri dengan layu fusarium (Lelliot dan Stead, 1987).

1.2.2.Deskripsi Gejala

Gejala yang ditimbulkan akibat serangan bakteri Ralstonia solanacearum

adalah tanaman seperti kekurangan air, daun muda pada pucuk tanaman

Page 2: makalah peramalan HPT

menjadi layu, dan daun-daun tua atau daun-daun di bagian bawah menguning

(Cavalcante et.al., 1995). Setelah beberapa hari seluruh daun menjadi layu

permanen, sedangkan warna daun tetap hijau, kadang-kadang sedikit

kekuningan. Jaringan vaskuler dari batang bagian bawah dan akar menjadi

kecoklatan (Gambar 8). Apabila batang atau akar tersebut dipotong melintang

dan dicelupkan ke dalam air jernih akan keluar cairan keruh koloni bakteri

yang melayang dalam air menyerupai kepulan asap. Gejala penyakit ini akan

sama pada tanaman dalam stadia pertumbuhan generatif.

1.2.3.Sifat Patogen dan Siklus Patogen

Ralstonia solanacearum merupakan patogen tular tanah yang bersifat

monosiklik dengan kisaran inang yang relatif luas. Ralstonia

solanacearum dapat bertahan dalam tanah hingga 2 tahun tanpa adanya

inang (Brown et al., 1980 dalam Eka, 2007). Patogen ini dapat bertahan

pada bagian tanaman yang terinfeksi, selain itu patogen juga dapat

bertahan pada beberapa inang alternative dan tanah. Penyebaran patogen

dapat melalui air irigasi, tanah yang mengandung inokulum ataupun alat-

alat pertanian.

Tanah basah dan hangat baik untuk bakteri ini. Bakteri layu sensitif

terhadap pH tanah yang tinggi, tanah yang rendah suhu, kelembaban tanah

yang rendah dan tingkat kesuburan rendah. Meskipun bakteri mampu

mereproduksi dan menyebabkan infeksi pada rentang temperatur yang

Page 3: makalah peramalan HPT

luas, suhu yang paling menguntungkan adalah 29-35oC dengan

kelembababn mencapai 80%. Populasi R. solanacearum menurun secara

signifikan ketika terjadi peningkatan suhu tanah dan penurunan

kelembaban tanah. Akan tetapi, pada kelembaban yang tinggi dan

temperatur yang rendah, bakteri dapat bertahan

R. solanacearum dapat masuk dan menginfeksi melalui luka-luka di

bagian akar, termasuk luka yang disebabkan nematoda atau organisme

lain. Selanjutnya bakteri masuk ke jaringan tanaman bersama-sama unsur

hara dan air secara difusi dan menetap di pembuluh xilem dalam ruang

antar sel (Duriat, 1997). Bakteri memperbanyak diri melalui pembuluh

xilem (Agrios, 2005) dan merusak sel-sel tanaman yang ditempatinya

tersebut sehingga pengangkutan air dan zat-zat makanan terganggu oleh

massa bakteri dan selsel pembuluh xilem yang hancur (Duriat, 1997).

Hancurnya sel-sel tanaman tersebut karena bakteri mengeluarkan enzim

penghancur dinding sel tanaman yang mengandung selulosa dan pektin

yang dikenal dengan nama enzim selulase dan pektinase. Akibat dari

serangan ini, proses translokasi air dan nutrisi menjadi terganggu, sehingga

tanaman menjadi layu dan mati (Agrios, 2005).

1.2.4.Rumus Van Der Plank dan Grafik Perkembangan Penyakit

R. solanacearum merupakan patogen yang bersifat monosiklik, maka

rumus Van Der Plank untuk patogen ini adalah:

Xt = X0 (1 + rt)

Keterangan:

Xt = Inokulum awal

R = laju perkembangan penyakit

T = waktu

Faktor utama yang berpengaruh terhadap perkembangan penyakit yang

disebabkan oleh R. solanacearum adalah jumlah inokulum awal yang

tersedia.

Page 4: makalah peramalan HPT

Berdasarkan rumus Van Der Plank, grafik perkembangan penyakit yang

diakibatkan oleh R.solanacearum adalah:

Grafik tersebut dapat menggambarkan bahwa pengendalian yang dapat

dilakukan untuk menurunkan laju epidemi penyakit adalah dengan cara

menurunkan X0 (jumlah inokulum awal).

1.2.5.Teknik Pengendalian Berdasarkan Van Der Plank

Waktu Pengendalian Teknik Pengendalian (Penurunan X0)

Pra tanam - Lahan yang sudah terserang penyakit ini

diberi kapur dan diberakan selama kurang

lebih 2 tahun untuk memutus siklus patogen

- Melakukan pergiliran tanaman dengan

tanaman yang berbeda famili

- Menggunakan benih varietas tahan

- Melakukan pembersihan gulma yang dapat

menjadi inang sekunder di lahan pertanaman

sebelum penanaman

- Melakukan solarisasi dengan pemberian

mulsa bening sebelum penanaman

- Pengaturan jarak tanam untuk mengurangi

kelembaban

Page 5: makalah peramalan HPT

- Media yang digunakan untuk penyemaian

menggunakan lapisan sub soil 1,5-2 m di

bawah permukaan tanah), pupuk kandang

matang yang halus dan pasir kali pada

perbandingan 1:1:1. Campuran media ini

dipasteurisasi selama 2 jam.

Saat tanam - Melakukan pemberian pupuk kandang yang

telah masak (Pupuk kandang yang belum

masak dapat memacu perkembangan bakteri

ini memalui kenaikan suhu tanah yang

disebabkan oleh proses fermentasi pupuk

organik)

- Mengurangi penggunaan pupuk Urea (pupuk

Urea yang berlebih dapat menyebabkan

tanaman sukulen dan mudah terserang

patogen)

- Mencabut tanaman yang terserang

1.2.6.Grafik Analisis Pengendalian Penyakit dan Komponen Penting

Pengendalian

b a = X0 (Inokulum awal)

a b = penurunan inokulum pada saat

pertanaman

c c = penurunan inokulum awal sejak

awal pertanaman

Teknik Pengendalian Penyakit:

Page 6: makalah peramalan HPT

b (penurunan inokulum pada saat pertanaman)

- Melakukan pemberian pupuk kandang yang telah masak (Pupuk

kandang yang belum masak dapat memacu perkembangan bakteri ini

memalui kenaikan suhu tanah yang disebabkan oleh proses fermentasi

pupuk organik)

- Mengurangi penggunaan pupuk Urea (pupuk Urea yang berlebih dapat

menyebabkan tanaman sukulen dan mudah terserang patogen)

- Mencabut tanaman yang terserang

c (penurunan inokulum sejak awal pertanaman)

- Lahan yang sudah terserang penyakit ini diberi kapur da diberakan

selama kurang lebih 2 tahun untuk memutus siklus patogen

- Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang berbeda famili

- Menggunakan benih varietas tahan

- Melakukan pembersihan gulma yang dapat menjadi inang sekunder di

lahan pertanaman sebelum penanaman

- Melakukan solarisasi dengan pemberian mulsa bening sebelum

penanaman

- Pengaturan jarak tanam untuk mengurangi kelembaban

- Media yang digunakan untuk penyemaian menggunakan lapisan sub

soil 1,5-2 m di bawah permukaan tanah), pupuk kandang matang yang

halus dan pasir kali pada perbandingan 1:1:1. Campuran media ini

dipasteurisasi selama 2 jam.

Berdasarkan rumus Van Der Plank dan Grafik diatas, komponen terpenting

yang harus dikendalikan untuk menurunkan laju epidemi penyakit layu

bakteri yang disebabkan oleh R. solanacearum adalah menurunkan X0

(jumlah inokulum awal). Penurunan X0 dilakukan karena bakteri

R.solanacearum merupakan patogen tular tanah yang bersifat monosiklik,

dimana bakteri tersebut dapat bertahan diluar inang (seperti bertahan di

tanah) selama kurang lebih 2 tahun. Penyebaran patogen ini dapat melalui

tanah, air irigasi, dan melalui benih. Keberadaan patogen ini bergantung

pada ketersediaan jumlah inokulum awal, sehingga pengendalian yang

Page 7: makalah peramalan HPT

dilakukan adalah dengan cara mengurangi jumlah inokulum awal

(menurunkan X0)

2.2.7 Peramalan Penyakit Layu Bakteri

Pada penyakit layu bakteri pada tanaman cabai yang disebabkan oleh

Ralstonia solanacearum, inoculum awal biasanya terdapat di tanah karena

penyakit layu bakteri ini merupakan penyakit tular tanah atau soil borne.

Perkembanganya epidemi penyakit layu bakteri dapat diprediksi apabila bakteri

hidup baik pada kelembaban yang tinggi, yaitu sekitar 80% dan berada pada

suhu antara 29-35o C. Bakteri layu sangat merugikan pada tanah-tanah yang

basah, karena pada keadaan basah absorbsi air oleh tanaman akan lebih tinggi

dan mengakibatkan tanaman menjadi lebih sukulen dan aktivitas bakteri

meningkat.