makalah penyempitan lahan pertanian

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa dan kota memiliki corak kehidupan yang berlatar belakang. Umumnya desa bercorak agraris dan penuh dengan ketenangan serta kesederhanaan. Sedangkan kota banyak diartikan sebagai cermin dari pembangunan dan modernisasi yang identik dengan industri, perdagangan, jasa, dan lain- lain. Berbeda dengan di desa, kota berpenduduk padat dan umumnya ramai. Perbedaan corak kehidupan tersebut menimbulkan daya tarik masing-masing sehingga antara keduanya terjadilah interaksi. Banyak hal positif akibat interaksi tersebut. Namun, terlepas dari itu, interaksi tersebut menimbulkan masalah yang sama sekali tidak menguntungkan. Di antara banyak masalah, salah satunya adalah penyempitan lahan pertanian di wilayah pedesaan. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa penyebab terjadinya penyempitan lahan pertanian di wilayah pedesaan? 2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari penyempitan lahan pertanian? 3. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyempitan lahan pertanian? Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 1

Upload: anggita

Post on 20-Jun-2015

6.439 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

makalah, penyempitan lahan pertanian, geografi desa kota

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Desa dan kota memiliki corak kehidupan yang berlatar belakang. Umumnya desa

bercorak agraris dan penuh dengan ketenangan serta kesederhanaan. Sedangkan kota

banyak diartikan sebagai cermin dari pembangunan dan modernisasi yang identik

dengan industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain. Berbeda dengan di desa, kota

berpenduduk padat dan umumnya ramai.

Perbedaan corak kehidupan tersebut menimbulkan daya tarik masing-masing

sehingga antara keduanya terjadilah interaksi. Banyak hal positif akibat interaksi

tersebut. Namun, terlepas dari itu, interaksi tersebut menimbulkan masalah yang sama

sekali tidak menguntungkan. Di antara banyak masalah, salah satunya adalah

penyempitan lahan pertanian di wilayah pedesaan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa penyebab terjadinya penyempitan lahan pertanian di wilayah pedesaan?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari penyempitan lahan pertanian?

3. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyempitan lahan pertanian?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui penyebab terjadinya penyempitan lahan di wilayah pedesaan.

2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penyempitan lahan di pertanian.

3. Mengetahui pencegahan dan penyempitan lahan pertanian.

1.4. Manfaat

1. Diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyempitan

lahan pertanian.

2. Diharapkan dapat menyadari akan dampak atau bahaya yang ditimbulkan dari

penyempitan lahan pertanian.

3. Diharapkan dapat berusaha mencegah dan menanggulangi penyempitan lahan

pertanian.

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 1

Page 2: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Desa dan Kota

2.1.1. Desa

Dalam arti umum, desa adalah permukiman manusia yang letaknya di luar kota

dan penduduknya berpangupa jiwa agraris. Secara khusus, desa memiliki definisi

yang bermacam-macam menurut beberapa versi. Definisi-definisi itu diantaranya :

Menurut Bintarto, desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh

unsure-unsur geografis, sosial, ekonomis, politis, dan cultural yang ada di situ,

dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain.

Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum di

mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan

pemerintahan sendiri.

Desa memiliki tiga unsur yang sangat penting, yaitu daerah, penduduk, dan tata

kehidupan. Daerah dalam arti tanah-tanah pekarangan dan pertanian beserta

penggunaannya termasuk pula aspek lokasi, luas, batas, yang kesemuanya merupakan

lingkungan geografis setempat. Kemudian penduduk meliputi jumlah, pertambahan,

kepadatan, penyebaran, serta mata pencaharian penduduknya. Lalu tata kehidupan,

berkaitan dengan ajaran tentang tata hidup, tata pergaulan, dan ikatan-ikatannya

sebagai warga masyarakat desa.

Desa memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari kota, diantaranya :

Perbandingan lahan dengan manusia (man land ratio cukup besar),

Lapangan kerja yang dominan adalah sektor pertanian,

Hubungan antar warga masih sangat akrab,

Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku.

Desa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori, yaitu :

Berdasarkan luas : desa terkecil (<2km2), desa kecil (2-4 km2), desa sedang (4-

6 km2), desa besar (6-8 km2), dan desa terbesar (8-10 km2).

Berdasarkan kepadatan penduduk : desa terkecil (<100 jiwa/km2), desa kecil

(100-500 jiwa/km2), desa sedang (500-1500 jiwa/km2), desa besar (1500-3000

jiwa/km2), dan desa terbesar (3000-4500 jiwa/km2).

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 2

Page 3: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

Berdasarkan potensi desa : desa nelayan, desa pertanian, dll.

Berdasarkan perkembangannya : desa swadaya (desa terbelakang), desa

swakarya (desa sedang berkembang), dan desa swasembada (desa maju).

2.1.2. Kota

Menurut Bintarto, kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial

ekonomi yang heterogen dan coraknya materialistis. Kota juga dapat diartikan sebagai

benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami dengan

gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang

heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (hinterland).

Kota memiliki tiga unsure penting. Menurut Berry, ketiga unsure tersebut adalah

kerangka (jaringan jalan), daging (kompleks perumahan penduduk), dan darah

(manusia dengan kegiatannya). Ada pula geograf lain yang menafsirkan lebih luas

bahwa daging sebagai lembaga-lembaga kemasyarakatan yang wadahnya berupa

kompleks pasar (ekonomi), kampus/sekolah (pendidikan), rumah sakit (kesehatan),

rumah ibadat (agama), dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Svend Riemer, tiga

unsur tersebut adalah konstruksi materi, relasi sosial, dan transportasi.

Kota dapat dibedakan dengan melihat beberapa aspek, seperti aspek morfologi,

jumlah penduduk, hukum, ekonomi, dan sosial.

Dilihat dari morfologi atau kenampakan fisiknya, kota terdiri dari gedung-

gedung atau bangunan-bangunan besar yang saling berdekatan, serta dilengkapi

dengan berbagai macam fasilitas seperti pasar, bioskop, pegadaian, rumah

sakit, sekolah, listrik, jalan raya, dan lain-lain.

Dilihat dari jumlah penduduknya, dibandingkan dengan desa, kota memiliki

jumlah penduduk yang besar. Di Indonesia, ada standar yang menentukan besar

kecilnya kota berdasarkan jumlah penduduk, yaitu kota kecil (20.000-50.000

jiwa), kota sedang (50.000-100.000 jiwa), kota besar (100.000 hingga 1 juta

jiwa), kota metropolitan (1 juta – 10 juta jiwa), dll.

Pengertian kota dilihat dari hukum, dikaitkan dengan adanya hak-hak hukum

tersendiri bagi penghuni kota.

Dilihat dari segi ekonomi, struktur mata pencaharian kota termasuk non-

agraris, didominasi oleh industri, perdagangan, jasa, dll.

Dilihat dari segi sosial, hubungan antarpenduduk kota disebut impersonal, yaitu

orang bergaul serba lugas, sepintas lalu. Mereka hidup seperti terkotak-kotak

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 3

Page 4: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

oleh kepentingan yang berbeda-beda dan bebas memilih hubungannya dengan

siapa saja yang diinginkannya.

2.1.3. Interaksi Desa-Kota

Sosiolog Hoselitz mengatakan bahwa kota besar melancarkan sifat-sifat

parasiternya terhadap pedesaan dengan perincian : menelaah habis investasi,

menyedot tenaga manusia, mendominasi pola manusiawi, mengganggu

perkembangan kota-kota lain yang lebih kecil, dan cenderung memiliki konsumsi

yang lebih tinggi dibandingkan produksinya.

Paul Harrison dalam bukunya yang berjudul Inside The Third World (1984),

menulis bahwa : Relasi antara kota dan pedesaan di Dunia Ketiga mirip sekali dengan

relasi antara negara-negara yang kaya dan miskin. Pedesaan menghasilkan barang-

barang yang serba murah dibandingkan dengan segalanya yang didatangkannya dari

kota. Pedesaan tak memiliki sistem organisasi dan koordinasi yang mampu memaksa

pihak kota untuk membayar hasilnya dengan harga yang lebih tinggi.

Sebetulnya, hal yang hampir sama juga terjadi di negara-negara berkembang

termasuk di Indonesia. Kota dipandang sebagai pusat-pusat kemajuan dan

modernisasi. Dengan lengkapnya berbagai macam fasilitas, tentu hampir semua orang

tergiur oleh kehidupan di kota. Karena itu, pihak yang berwenang terus berusaha

mengembangkan kota, mengadakan perluasan ke daerah-daerah pinggiran kota.

Dilakukan urbanisasi besar yang bertahap, dalam artian menyangkut proses menjadi

kawasan perkotaan, migrasi masuk kota, berubah pangupajiwa dari bertani ke yang

lain, juga menyangkut perubahan dalam pola perilaku manusia. Sedikit demi sedikit,

budaya masyarakat desa diubah, dan tentu saja lahan-lahan di desa pun terambil demi

melaksanakan urbanisasi yang dipandang sebagai suatu indikator modernisasi dan

kemajuan ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu dampak dari interaksi

antara desa dan kota adalah terjadinya urbanisasi yang berimbas pada penyempitan

lahan pertanian di wilayah pedesaan.

2.2. Penyempitan Lahan Pertanian di Desa

Lahan pertanian, identik dengan wilayah pedesaan yang corak mata pencahariannya

bergerak di sektor agraris. Penyempitan lahan pertanian merupakan suatu istilah yang

digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi dimana lahan pertanian di pedesaan

sudah banyak berkurang. Di Indonesia sendiri, masalah tersebut sudah terjadi selama

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 4

Page 5: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

bertahun-tahun. Menurut data dari Dinas Pertanian dan Peternakan, dari tahun 1999-

2002 diperkirakan mencapai 330.000 ha atau setara dengan 110.000 ha/tahun.

2.2.1. Faktor Penyebab Menyempitnya Lahan Pertanian

Penyempitan lahan pertanian disebabkan oleh berbagai macam faktor,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Urbanisasi

Belum lama berselang, urbanisasi dan pertumbuhan kota dipandang sebagai

suatu indikatordari modernisasi dan kemajuan. Pada tahun 1958 sosiolog Daniel

Lerner masih berpendapat bahwa urbanisasi di Dunia Ketiga merupakan

prakondisi untuk modernisasi dan pembangunan. Urbanisasi yang

menstimulasikan kebutuhan dan partisipasi menyediakan syarat-syarat yang

dibutuhkan untuk apa yang disebut tinggal landas oleh Rostow.

Di negara-negara yang sedang berkembang, urbanisasi melampaui tingkat

yang secara normal dapat diimbangi oleh struktur ekonomi dan sosial intern dari

negara yang bersangkutan. Struktur tersebut cenderung ditentukan oleh pengaruh

kuat dari pihak yang bersistem kapitalis dunia. Adapun hubungan dengan sektor

pertanian di pedesaan acap kali bersifat ekstraktif atau eksploitatif. Kota-kota

menyedot sumber-sumber daya alam dan tenaga manusia.

Gambaran lebih jelasnya, mungkin seperti ini :

Kota, baik di negara maju maupun berkembang merupakan cerminan hidup

modern dan cenderung memiliki taraf hidup yang sedikit lebih tinggi darial pada

desa. Dengan berkembangnya teknologi informasi, desa berinteraksi dengan kota,

yang berdampak pada perubahan mental yang terjadi pada orang-orang desa,

meskipun hal tersebut terjadi sedikit demi sedikit. Dari tontonan di televisi, atau

interaksi dalam dunia maya (internet), terjadi penularan mental orang-orang kota

ke orang-orang desa menjadi materialistis. Perubahan mental inilah yang

mendorong orang-orang desa berurbanisasi, dalam artian bermigrasi ke wilayah

perkotaan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Migrasi ini menyebabkan

lahan-lahan pertanian di wilayah pedesaan tersebut terbengkalai.

Sementara itu, kota terus mengadakan perluasan ke beberapa daerah di

sekitarnya untuk mencapai kemakmuran. Kota yang menuntut cepatnya

perputaran uang tentu lebih berpihak pada sektor industri, perdagangan, dan jasa,

dibandingkan dengan sektor pertanian yang perputaran uangnya cenderung

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 5

Page 6: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

lambat. Dalam rangka perluasan kota, pemerintah daerah dan beberapa pihak

swasta rela membeli lahan-lahan pertanian untuk dikembangkan menjadi pusat

industri, perdagangan, wisata, atau apapun yang dapat menghasilkan uang dengan

cepat dan dalam jumlah yang besar. Sayangnya, lahan-lahan itu umumnya masih

sangat produktif, dan apabila sudah dialihfungsikan, maka lahan tersebut tidak

dapat dipakai lagi menjadi lahan pertanian. Dan sangat disayangkan pula, bahwa

orang-orang desa sebagian besar bersedia menjual lahan-lahan pertanian mereka.

Disini, terjadi pengalihan mata pencaharian penduduk sekitar, dari bertani menjadi

industri, perdagangan, atau yang lainnya. Hal tersebut terjadi karena

pembangunan kegiatan perekonomian baru yang dibangun ini pun merekrut

banyak tenaga kerja sehingga muncul lapangan kerja baru, disertai hilangnya

lapangan kerja lama karena hilangnya lahan pertanian.

Dari gambaran tersebut, terlihat sangat jelas bahwa urbanisasi, baik dalam

artian perpindahan penduduk desa ke kota maupun dalam arti perluasan kota,

menyebabkan lahan-lahan pertanian yang produktif semakin berkurang.

2. Spekulasi Tanah di Perkotaan

Kehidupan di kota-kota nampak mewah pada kaum etnik minoritas dan orang

kaya, seperti misalnya di Malaysia dan Indonesia, sehingga mendatangkan akibat

serius bagi pemilikan tanah di kota. Di kota terjadi konsumsi yang serba mewah,

penggunaan tanah sebagai lambang status dan penumpukkan harta. Harga tanah

bergerak secara spiral, bahkan kota-kota di Dunia Ketiga dilanda gelombang

spekulasi tanah segera setelah terjadinya perkembangan ekonomi. Spekulasi tanah

di pusat-pusat metropolitan Asia memang telah meningkat sedemikian rupa,

sehingga harga tanah di kota lebih tinggi di negara-negara sedang berkembang di

Asia, daripada di negara-negara maju sekalipun. Hal tersebut dikemukakan dalam

laporan PBB tahun 1968.

Hans-Dieter Evers dalam bukunya Sosiologi Perkotaan (1982) menulis bahwa

spekulasi tanah merajalela di Jakarta dan sekitarnya. Para pegawai negeri dan

perwira militer terlibat dalam pemborongan tanah pertanian di desa-desa. Hal ini

merupakan akibat dari berlakunya Undang-Undang Landreform tahun 1960 yang

isinya : hanya anggota ABRI dan pejabat-pejabat pemerintah diperkenankan

memiliki tanah di luar wilayah tempat tinggalnya.

Disimpulkan bahwa bentuk khas pembangunan yang terjadi di pusat-pusat

kota negara-negara Dunia Ketiga menjurus kepada meningkatnya spekulasi tanah,

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 6

Page 7: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

memperkaya kaum elit kota pemilik tanah, dan meningkatkan pemilikan tanah

secara absentee di kawasan pedesaan sekitar kota. Dengan demikian, timbul

ketergantungan sosial ekonomi yang semakin besar dari daerah pedesaan kepada

kota. Lalu, perluasan kota jangkauannya lebih luas daripada daerah-daerah

pinggiran kota dimana pembangunan kota berlangsung.

3. Pertumbuhan Alami Penduduk

Selain urbanisasi, ada faktor lain yang menyebabkan menyempitnya lahan

pertanian, yaitu pertumbuhan penduduk yang berlangsung secara alami. Kita

mengetahui bahwa sifat setiap manusia berbeda. Jika tadi diuraikan bahwa

sebagian besar orang-orang desa rela menjual lahan pertaniannya, maka disini

penulis mengemukakan bahwa, sebagian kecil petani tidak rela menjual lahan

pertaniannya. Hal itu dikarenakan oleh filosofi petani yang sifatnya senang

mengumpul-ngumpulkan harta, untuk diwariskan kepada anak-cucunya.

Penduduk tumbuh secara alami, dan hal ini sangat sulit dicegah. Adanya

anggapan banyak anak banyak rejeki, mendorong sebagian orang desa yang

pikirannya masih kolot terus bereproduksi. Sementara itu jumlah anggota

keluarga semakin bertambah, ditambah lagi terjadinya pernikahan pada anak-anak

mereka. Hal tersebut mendorong kebutuhan akan tempat tinggal baru, karena

suatu rumah tidak mungkin dapat menampung sebuah keluarga yang nantinya

anggotanya terus bertambah. Karena itu, lahan-lahan pertanian yang dimiliki

mereka diwariskan kepada anak cucu mereka untuk dijadikan tempat tinggal.

Meskipun tidak mungkin semua lahan pertanian itu digunakan sebagai

permukiman (tempat tinggal), tetapi setidaknya lahan tersebut makin berkurang.

Dan seiring berjalannya waktu, pertumbuhan terjadi secara alamiah sehingga pada

suatu saat, kebutuhan akan tempat tinggal baru bagi anak cucunya di masa depan

akan muncul dan tentu saja lahan pertanian yang diwariskan turun temurun itu

makin lama makin menyempit.

2.2.2. Dampak dari Penyempitan Lahan Pertanian di Pedesaan

Penyempitan lahan pertanian merupakan suatu akibat dari banyak faktor. Selain

itu, penyempitan lahan pertanian juga dapat berimbas pada hal-hal lain yang

berdampak negatif baik pada orang-orang desa itu sendiri, maupun pada lingkungan.

Dampak-dampak tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Perubahan tata ekologis pedesaan

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 7

Page 8: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

Pembangunan ekonomi nasional dilakukan salah satunya dengan

industrialisasi. Akibat hal tersebut, muncul sumber-sumber ekonomi baru di kota

seperti industri modern, bank multinasional, badan-badan perniagaan, dan lain-

lain. Sementara itu, kota terus berkembang ke wilayah pedesaan. Sebagian lahan

pertanian ‘dikorbankan’ untuk dibangun industri atau permukiman, dan sisanya

masih berupa lahan pertanian, meskipun sudah sangat sempit. Masuknya pengaruh

dominasi kota ke desa memunculkan modernisasi di pertanian dalam arti luas.

Didorong oleh meningkatnya kebutuhan pokok penduduk yang pesat bertambah

dan menciutnya lahan pertanian, maka diusahakan intensifikasi dan menjalar ke

lahan-lahan marginal seperti rawa-rawa, hutan bakau di pantai, dan lereng-lereng

gunung. Bersama itu, kelestarian lingkungan menjadi terancam.

Pertanian di tanah rawa lekas macet juga. Karena air di sana asin, akhirnya

tanahnya menjadi mati.

Hutan bakau yang semula merupakan tempat bertelurnya ikan laut, setelah

disawahkan, fungsinya yang lama berhenti.

Pembukaan hutan untuk membuka lahan pertanian baru mengakibatkan

rusaknya lingkungan. Bila hujan deras, terjadi erosi dan banjir yang dapat

merusak permukiman penduduk, bahkan bangunan irigasi.

Air limbah industry dapat mematikan ikan, tanaman, dan dapat

mengganggu kesehatan penduduk di sekitarnya.

2. Macetnya Perkembangan di Pedesaan

Dengan menyempitnya lahan pertanian, para petani akan menggarap tanahnya

secara intensif agar dapat bertahan hidup. Akhirnya, yang terjadi adalah

kemiskinan yang merata, karena bersama proses itu juga gotong royong masih

berlaku di pedesaan, terutama di kalangan petani. Hal tersebut dapat ditafsirkan

sebagai macetnya perkembangan perekonomian. Selain itu, penduduk yang

semakin bertambah mengakibatkan lahan pertanian semakin sempit. Hal tersebut

berdampak pada macetnya perkembangan pertanian.

3. Menurunnya produksi pangan yang berimbas pada sulitnya masyarakat untuk

mengakses pangan sehingga masih bergantung pada impor.

2.2.3. Pencegahan dan Penanggulangan Penyempitan Lahan Pertanian

Penyempitan lahan pertanian ternyata membawa banyak dampak negatif baik bagi

lingkungan, maupun manusia. Masalah ini terjadi akibat adanya interaksi antara desa

dan kota. Andai saja interaksi tersebut tidak pernah ada, maka mungkin masalah

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 8

Page 9: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

penyempitan lahan pertanian ini pun tidak akan muncul. Namun, seperti yang kita

ketahui bahwa interaksi antara desa dan kota sulit dicegah sehingga masalah ini pun

sulit juga dicegah. Jika masalah ini sudah terjadi, perlu penanggulangan yang tepat.

Berikut ini adalah usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi dan

mencegah bertambahnya penyempitan lahan pertanian :

Untuk menjamin ketersediaan lahan pertanian yang cukup, mencegah dan

mengendalikan terjadinya alih fungsi lahan pertanian serta menjamin akses

masyarakat petani terhadap lahan yang tersedia, pemerintah khususnya

Komisi IV menegaskan perlunya ditopang peraturan perundang-undangan.

RUU yang direncanakan ini bernama Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan.

Peningkatan nilai jual produk pertanian yang dilakukan dengan pemilihan

komoditas pertanian yang pas, sehingga ketika panen harga jualnya tetap

tinggi. Dengan tingginya nilai jual produk pertanian, petani diharapkan dapat

sebisa mungkin mengolah dan mempertahankan lahan pertaniannya agar

tidak dijual kepada sektor non-agraris.

Meningkatkan produktivitas lahan dengan menggunakan tidak hanya urea,

tapi berbagai macam pupuk dalam porsi yang seimbang agar hasilnya lebih

baik. Dalam hal ini, perlu diadakan penyuluhan bagi petani mengenai

keterampilan dan pengetahuan mengenai bertani atau bercocok tanam.

Memperketat pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada masyarakat.

Dalam hal ini, Dinas Tata Ruang Kota perlu ambil andil.

Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah itu hampir tidak memiliki

kecacatan. Namun dalam prakteknya, tetap saja dijumpai kendala-kendala yang

menghambat penanggulangan masalah tersebut. Seperti yang terjadi di kota Solok,

masyarakat mengelabui pemerintah untuk membangun bangunan-bangunan di atas

lahan-lahan pertanian yang produktif. Mereka membuat lahan-lahan produktif

menjadi tidak produktif dengan cara tidak mengairinya dengan irigasi. Setelah lahan

tersebut menjadi lahan kritis, masyarakat akan dengan mudah mendapatkan izin

mendirikan bangunan. Selain kendala dari masyarakat, terkadang pemerintah pun

kurang bisa mempraktekkan hal-hal tersebut dengan baik, mengingat banyak terjadi

kasus suap oleh pihak-pihak swasta (atau pihak lainnya) yang bermaksud mendirikan

bangunan di atas lahan yang masih produktif.

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 9

Page 10: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

Oleh karena itu, sebetulnya tidak banyak yang dapat kita lakukan untuk mencegah

atau menanggulangi penyempitan lahan pertanian di wilayah pedesaan. Banyak

usaha yang telah dilakukan, namun belum tentu semuanya berhasil. Hal tersebut

terjadi karena tiap-tiap orang memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda.

Tidak semua orang dapat mengerti dan peduli terhadap akibat dari apa yang mereka

telah atau akan mereka perbuat. Sehingga akhirnya, hal ini perlu kita renungkan pada

diri kita masing-masing. Hal terkecil, sekaligus terbesar yang dapat kita lakukan

dalam masalah ini adalah menanamkan pada diri masing-masing untuk lebih peduli

akan dampak yang akan ditimbulkan akibat penyempitan lahan pertanian. Sebab,

semua kebijakan-kebijakan itu akan dilaksanakan oleh kita dan dalam prakteknya

sendiri semuanya tergantung kepada bagaimana kita melaksanakannya.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa :

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 10

Page 11: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

Penyempitan lahan pertanian merupakan suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan suatu kondisi dimana lahan pertanian di pedesaan sudah banyak

berkurang.

Penyempitan lahan pertanian diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya

adalah urbanisasi, spekulasi tanah di perkotaan, dan pertumbuhan penduduk

secara alamiah.

Dampak dari penyempitan lahan pertanian diantaranya adalah perubahan tata

ekologis yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan hidup, juga macetnya

perkembangan di pedesaan, dan menurunnya produktivitas pangan.

Pencegahan dan penanggulangan penyempitan lahan pertanian yang telah

dilakukan oleh pemerintah yaitu berupa beberapa kebijakan perlindungan lahan

pertanian, serta peningkatan nilai jual hasil produksi pertanian dan peningkatan

produktivitas lahan.

3.2. Saran

Mengenai masalah penyempitan lahan pertanian ini, penulis menyarankan :

Bagi pemerintah, sebaiknya lebih meningkatkan kualitas perealisasian dalam

melaksanakan kebijakan-kebijakan yang sudah dikeluarkan, seperti mengadakan

penyuluhan kepada masyarakat, khususnya kaum petani, juga mengadakan kontrol

agar pembangunan kota tidak menggerogoti lahan-lahan pertanian dan diusahakan

pembangunan tersebut tidak merugikan sebelah pihak. Dan kesemuanya itu

diharapkan dapat terlaksana dengan jujur.

Bagi masyarakat, sebaiknya perlu menanamkan pemahaman dan rasa peduli

terhadap lingkungan agar tidak merugikan pihak lain atau bahkan pihak sendiri

hanya karena mengatasnamakan pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Daldjoeni, N. 1998. Geografi Kota dan Desa. Bandung : Alumni.

Evers, Hans-Dieter. 1982. Sosiologi Perkotaan (Urbanisasi dan Sengketa Tanah di

Indonesia dan Malaysia). Jakarta : LP3ES.

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 11

Page 12: Makalah Penyempitan Lahan Pertanian

Artikel

Dinas Pertanian dan Peternakan. Rancangan Undang-Undang Tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan. http://www.distanak.bantenprov.go.id. Banten, 14

Desember 2009.

Khairunnisa. Lahan Pertanian Perlu Perlindungan Hukum. http://www.pk-sejahtera.org.

Jakarta, 4 Februari 2009.

---. Lahan Pertanian di Kota Solok Terus Menyusut. http://www.antara-sumbar.com. Solok,

10 Agustus 2009.

---. Lahan Pertanian Belum Menjadi Prioritas. http://els.bappenas.go.id. Jakarta, 3 Maret

2008.

---. Atasi Masalah Penyempitan Lahan Nilai Jual Produk Pertanian Perlu Ditingkatkan.

http://yogya.litbang.deptan.go.id. Yogyakarta, 15 Februari 2008.

Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 12