makalah pengantar ekonomi kelembagaan | nadia itona siregar

11
N adia Itona Siregar live isn't movie|Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan M AY 10, 2013 BY NADIASIREGAR03 Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan Analisis Kebijakan Pemerintah Mengenai Pertambangan Terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam (Pada Kasus PT Freeport) Oleh Kelompok 8: Nadia Itona Siregar / I34110027 Amanda Yunita / I34110091 Cynda Adissa Lianita / I34110101 Hanung Suryo Panggondo N / I3411013

Upload: kevin-candra

Post on 21-Jan-2016

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ekonomi kelembagaan

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

Nadia Itona Siregar

live isn't movie|Sains Komunikasi dan PengembanganMasyarakat

Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan

MAY 10, 2013 BY NADIASIREGAR03

Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan

Analisis Kebijakan Pemerintah Mengenai Pertambangan Terhadap Pengelolaan Sumber DayaAlam

(Pada Kasus PT Freeport)

Oleh Kelompok 8:

Nadia Itona Siregar / I34110027

Amanda Yunita / I34110091

Cynda Adissa Lianita / I34110101

Hanung Suryo Panggondo N / I3411013

Page 2: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatserta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah PengantarEkonomi Kelembagaan, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), FakultasEkonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada waktunya. Makalah ini berjudul“Analisis Kebijakan Pemerintah Mengenai Pertambangan Terhadap Pengelolaan Sumber DayaAlam (Pada Kasusu PT Freeport)”. Dalam makalah ini penulis menjelaskan bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah terkait kebijakan pertambangan yang mempengaruhi kelestarian sumberdaya alam.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen pengajar Mata Kuliah Pengantar EkonomiKelembagaan yang telah memberikan penjelasan-penjelasan terkait dengan Kelembagaan. Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi parapembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritikdan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demikesempurnaan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bogor, 28 April 2013

Penulis

Page 3: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

DAFTAR ISI

Halaman cover

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

1.1 Latar Belakang. 1

1.2 Permasalahan. 1

1.3 Tujuan. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 2

BAB III PEMBAHASAN.. 4

3.1 Kebijakan-kebijakan dan Implementasi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terkaitpertambangan 4

3.2 Dampak-dampak penerapan kebijakan yang tidak tegak hukum terhadap sumber daya alam 6

BAB IV PENUTUP. 8

4.1 Kesimpulan. 8

4.2 Saran. 8

DAFTAR PUSTAKA.. 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Page 4: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

Era saat ini negara berkembang dituntut untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pembangunan. Pembangunan merupakanupaya untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraanmanusia. Pembangunan dikatakan dapat memberikan dampak penting apabila di dalamprosesnya menyebabkan perubahan lingkungan yang sangat mendasar pada lingkungan yangmengalami proses pembangunan.

Meningkatnya pembangunan di berbagai aspek menyebabkan permintaan terhadap barang danjasa yang disediakan oleh alam mendorong terjadinya eksplorasi dan eksploitas sumber dayaalam. Tak hanya hal tersebut yang menjadi penyebab rusaknya sumber daya alam, perusahaandan investor-investor yang tidak bertanggung jawab yang terus menerus mengeruk keuntungan-keuntungan dari sumber daya Indoneisa. Kegiatan ekplorasi dan ekploitasi yang terjadi secaraterus-menerus dapat mengancam kelangsungan hidup organisme di lingkungan tersebut.

Salah satu bentuk pembangunan yang dilaksanakan adalah dengan membuka lahanpertambangan yang dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Namun padakenyataannya hal tersebut tidak berlangsung sejalan dengan apa yang diinginkan untukmeningkatkan pertumbuhan ekonomi bahkan sebaliknya terjadi marjinalisasi masyarakat danpemanfaatan sumber daya alam secara tidak berkelanjutan. Perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi terbaru yang tidak ramah lingkungan dan kurangnya etika serta perilaku yangberpihak pada kepentingan pelestarian lingkungan juga turut memberikan andil dalam prosespenurunan kualitas dan kuantitas sumber daya alam. Dengan demikian sangat diperlukannyasebuah kelembagaan dalam mengatur dan mengontrol pelaksanaan kegiatan pertambangan.

1.2 Permasalahan

Dalam makalah ini permasalahan yang akan dibahas adalah kebijakan-kebijakan yang telahdibuat oleh pemerintah serta permasalahan yang terjadi dalam pertambangan Indonesia terkaitkebijakan yang telah dibuat.

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang telah dibuat olehpemerintah serta menganalisis permasalahan yang terjadi dalam pertambangan Indonesia terkaitkebijakan yang telah dibuat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Schotter, Kelembagaan merupakan regulasi atas tingkah laku manusia yang disepakatioleh semua anggota masyarakat dan merupakan penata interaksi dalam situasi tertentu yangberulang. Dalam kelembagaan, terdapat berbagai konsep penting yang menjadi dasar. Salahsatunya dijelaskan oleh Douglas North. North menyusun teori yang disebut ilmu ekonomikelembagaan. Dalam pidatonya yang berjudul “economic performance trough times” iamenjelaskan :

Page 5: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

“Institutions are the humanly devised constraints that structure human interaction. They are madeup of formal constraints (rules, laws, constitutions), informal constraints (norms of behavior,conventions, and self imposed codes of conduct), and their enforcement characteristics. Togetherthey define the incentive structure of societies and specifically economies. Institutions and thetechnology employed determine the transaction and transformation costs that add up to the costsof production.”

Maksud dari tulisan tersebut adalah ia membagi sebuah konsep kelembagaan menjadi dua, yaitukelembagaan formal Peraturan tertulis seperti perundang-undangan, kesepakatan (agreements),perjanjian kontrak, peraturan bidang ekonomi, bisniss, politik dan lain-lain, baik yang berlakubaik pada level international, nasional, regional maupun lokal. Dan kelembagaan informal sebagai kelembagaan yang keberadaannya di masyarakat umumnya tidak tertulis seperti adatistiadat, tradisi, pamali, kesepakatan adat, konvensi dan lain-lain.

Kelembagaan sangat penting dalam mengatur dan mengelola sumber daya alam agarkepentingan semua pihak terpenuhi secara adil dan bijaksana. Menurut Marfai (2005) PengelolaanLingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yangmeliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Terkait dengan pemanfaatan sumber dayaalam sebagai kasus pertambangan, hukum merupakan instrumen pembatas mengenai kapan,dimana, seberapa banyak dan bagaimana anggota sebuah komunitas memanfaatkan sumber dayaalam.

Dalam kasus pertambangan, kegiatan pertambangan tergolong pada ruang lingkup Agraria. Ruang lingkup agraria menurut UUPA sama dengan ruang lingkup sumberdayaagraria/sumberdaya alam menurut MPR RI No. IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agrariadan Pengelolaan Sumberdaya Alam. Ruang lingkup agraria sumber daya agraria/sumber dayaalam dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bumi

Pengertian bumi menurut Pasal 1 ayat (4) UUPA adalah permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi dibawahnya serta yang berada dibawah air. Permukaan bumi menurut Pasal 4 ayat (1)adalah tanah.

2. Air

Pengertian air menurut Pasal 1 ayat (5) UUPA adalah air yang berada do perairan pedalamanmaupun air yang beradadi laut wilayah Indonesia. Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang No.11Tahun 1974 tentang pengairan, disebutkan bahwa pengertian air meliputi air yang terdapat didalam dan atau berasal dari sumber-sumber air, baik yang terdapat di atas maupun dibawahpermukaan tanah, teta[i tidak meliputi air yang terdapat di laut.

3. Ruang angkasa

Pengertian ruang angkasa menurut Pasal 1 ayat(6) UUPA adalah ruang di atas bumi wilayahIndonesia dan ruang di atas air wilayah Indonesia. Pengertian ruang angkasa menurut Pasal 48UUPA, ruang di atas bumi dan air yang mengandung tenaga dan unsur-unsur yang dapatdigunakan untuk usaha-usaha memelihara dan memperkembangkan kesuburan bumi, air sertakekayaan alam yang terkandung di dalamnya dan hal-hal yang bersangkutan dengan itu.

Page 6: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

4. Kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi disebut bahan, yaitu unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan, termasuk batuan-batuan mulia yang merupakanendapan-endapan alam (Undang-undang No. 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan PokokPertambangan.

Dalam ruang lingkup agraria dijelaskan bahwa pertambangan juga termasuk di dalamnya,yang kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam UU No. 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuanPokok Pertambangan. Menurut UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral danBatubara, dalam pasal 1 tentang ketentuan umum, menyebutkan bahwa pertambangan adalahseluruh tahapan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubarayang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Dalammelakukan kegiatan penambangan pada umumnya menimbulkan dampak, ada yang berdampakpositif dan berdampak negatif.

Dalam pertambangan umum, dampak negatif biasanya terjadi pada usaha pertambangan padakegiatan eksploitasi dan pengolahan atau pemurnian.Dampak yang timbul dari kegiataneksploitasi adalah adanya ganguan keseimbangan permukaan dari tanah sedangkan dampakyang timbul dari usaha pengolahan dan pemurnian adalah adanya pencermaran air danpencemaran udara akibat bahan-bahan kimia atau kotoran-kotoran sisa yang terjadi dalampengolan atau pemurnian atau sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia tertentu dalamproses pengolahan atau pemurnian. Sedangkan, dampak positif atau manfaat dapat memberikanhasil atau keuntungan yang memuaskan bagi yang melakukan kegiatan penambangan bahan-bahan galian ( Pigome,2001).

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kebijakan-kebijakan dan Implementasi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terkaitpertambangan

Pemerintah telah membuat berbagai aturan-aturan dan kebijakan kebijakan yang sebagaiberikut:

Kewajiban Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan IUP Khusus (IUPK)

Mineral dan Batubara (“UU Minerba”) mengatur beberapa kewajiban secara umum yang harusditaati oleh pemegang IUP dan IUPK, yakni:

a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik, yang mewajibkan pemegang IUP danIUPK untuk:

1. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;2. keselamatan operasi pertambangan;3. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan

pasca tambang;4. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;5. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair,

atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media

Page 7: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

lingkungan;

b. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;

c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara;

d. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan;

e. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.

Reklamasi dan Pascatambang

Menurut Pasal 99 UU Minerba, setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencanareklamasi dan rencana pasca tambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksiatau IUPK Operasi Produksi. Pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang. Hal ini dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atauIUPK dengan pemegang hak atas tanah. Pemegang wajib menyediakan dana jaminan reklamasidan pasca tambang. Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannyadapat menetapkan pihak ketiga dengan dana jaminan yang telah disediakan pemegang.

Di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang(“PP 78/2010”), Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasidan pascatambang. Reklamasi dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan eksplorasi.Reklamasi dan pascatambang dilakukan terhadap lahan terganggu pada kegiatan pertambangandengan sistem dan metode:

1. penambangan terbuka; dan2. penambangan bawah tanah.

Kewajiban-kewajiban lainnya ialah Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standardan baku mutu lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu daerah. Pemegang IUP dan IUPKjuga wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam aturan-aturan tersebut seudah jelas bahwa setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan diIndonesia wajib menjaga kelesatarian sumber daya alam yang telah dimanfaatkannya. Namundalam kenyataannya dalam kasus Freeport hal tersebut tidak berjalan sesuai dengan kebijakandan aturan yang telah dibuat. PT Freeport Indonesia, perusahaan yang pernah terdaftar sebagaisalah satu perusahaan multinasional terburuk tahun 1996(http://web.archive.org/web/20010831184653/http:/www.geocities.com/RainForest/1387/tenworst.html)adalah potret nyata sektor pertambangan Indonesia. Keuntungan ekonomi yang dibayangkantidak seperti yang dijanjikan, sebaliknya kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasipertambangan terus memburuk dan menuai protes akibat berbagai pelanggaran hukum danHAM, dampak lingkungan serta pemiskinan rakyat sekitar tambang.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI – Indonesian Forum for Environment) adalahforum organisasi lingkungan hidup non-pemerintah terbesar di Indonesia. Dalam laporanWALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Tentang Dampak pencemaran LingkunganHidup Operasi Freeport-Rio Tinto di Papua. Laporan ini memaparkan kerusakan lingkunganberat dan pelanggaran hukum sebagai berikut:

Page 8: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

Pelanggaran hukum: Temuan kunci pada laporan ini adalah Freeport-Rio Tinto telah gagalmematuhi permintaan pemerintah untuk memperbaiki praktik pengelolaan limbah berbahayaterlepas rentang tahun yang panjang di mana sejumlah temuan menunjukkan perusahaantelah melanggar peraturan lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup tak kunjungmenegakkan hukum karena Freeport-Rio Tinto memiliki pengaruh politik dan keuangan yangkuat pada pemerintah. Begitu kuatnya sampai-sampai proposal Freeport-Rio Tinto untukmengelak dari standard baku mutu air sepertinya sedang dipertimbangkan.Banyak bentuk pelanggaran dan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT Freeportdiantara lainnya 11 bentuk kategori kerusakan alam akibat PT Freeport sebagai berikut:

1. Tembaga yang dihamburkan dan pencemaran: Freeport dengan alasan mendapatkan bijitembaga mentah secepat mungkin, pengerukan dan pembuangan dilakukan tanpa pengolahanyang bersifat penghamburan tembaga dan pencemaran lingkungan.

2. Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage): Hampir semua limbah batuan dari tambangGrasberg sejak tahun 1980an sampai 2003 yang berjumlah kira-kira 1.300 juta ton berpotensimembentuk asam. menunjukkan 10 pencemaran ARD dengan tingkat kandungan tembagasekitar 800 mg/L telah meresap ke air tanah di pegunungan tanah Papua disekitar daerahoperasi Freeport yang terbilang sangat luas.

3. Teknologi yang tak layak: Erosi dari limbah batuan mencemari perairan di gunung dangundukan limbah batuan yang tidak stabil telah menyebabkan sejumlah kecelakaan, satu fatal.Kestabilan gundukan limbah batuan merupakan problema serius jangka panjang. Situs-situs penting bagi suku Amungme telah hancur olehnya, seperti Danau Wanagon yang sudahlenyap terkubur di bawah tempat pembuangan limbah batuan di Lembah Wanagon.

4. Pembekapan tanaman: Pengendapan tailing membekap kelompok tanaman subur denganmenyumbat difusi oksigen ke zona akar tanaman, sehingga tanaman mati. Proses ini telahterjadi pada sebagian bagian besar ADA, meninggalkan tegakan mati pohon sagu danpepohonan lain di daerah terkena dampak.

5. Tingkat racun tailing dan dampak terhadap perairan: Sebagian besar kehidupan air tawartelah hancur akibat pencemaran dan perusakan habitat sepanjang daerah aliran sungai yangdimasuki tailing. Total Padatan Tersuspensi (TSS) dari tailing secara langsung berbahayabagi insang dan telur ikan, serta organisme pemangsa, organisme yang membutuhkan sinarmatahari (photosynthetic), dan organisme yang menyaring makanannya (filter feeding).Tembaga menghambat kerja insang ikan. Uji tingkat racun (toxicity) dan potensi peresapanbiologis (bioavailability) di daerah terkena dampak operasi Freeport-Rio Tinto menunjukkanbahwa sebagian besar tembaga larut dalam air sungai terserap oleh mahluk hidup danditemukan pada tingkat beracun.

Kelembagaan yang telah dibuat oleh pemerintah yaitu UU Minerba tidak berjalan dengansemestinya serta kebijakan-kebijakan lainnya seperti di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang (“PP 78/2010”), Pemegang IUP Eksplorasidan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang. Lemahnya penegakkanhukum, pengawasan dan kontrol yang dilakukan oleh pemerintah serta adanya tekanan-tekanandari pihak yang berkuasa (pihak yang berkuasa: pihak yang mempunyai modal banyak dan dapatmenghindar dari ranah hukum).

Pemerintah justru mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan pihak PT Freeportseperti kasus bahwa saham Freeport yang harus dialihkan dalam waktu 5 tahun pertama adalahsebesar 10 persen. Karena dalam kurun waktu lima tahun setelah Kontrak Karya ditandatangani

Page 9: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

Freeport telah merencanakan akan melakukan investasi besar-besaran di Grasberg, pihakperusahaan pertambangan ini berharap bahwa ketentuan divestasi dalam Kontrak Karya GenerasiV dapat diperingan, khusus bagi Freeport. Freeport berhasil. pemerintah kemudian mengeluarkanPP Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalamRangka Penanaman Modal Asing yang mengizinkan investasi asing secara penuh (100%).Peraturan Pemerintah ini dikeluarkan pada tahun 1994, sedangkan Kotrak Karya V denganFreeport ditandatangani pada bulan Desember 1991, atau 3 tahun sebelum PP No.20 dikeluarkan.Dengan PP No.20 ini pula, kesempatan pemerintah untuk ikut memiliki saham mayoritas diFreeport menjadi hilang.

3.2 Dampak-dampak penerapan kebijakan yang tidak tegak hukum terhadap sumber daya alam

Telah dipaparkan diatas bahwa PT Freeport telah banyak melanggar hukum dan kebijakantentang pelestarian lingkungan. Hal ini diakibatkan tidak tegasnya dan kurangnya kontrolpemerintah terhadap usaha pertambangan yang terjadi di Indonesia. Lalainya pemerintah inimengakibatkan berbagai kerugian dan kerusakan sumber daya alam. Fakta yang terjadi dilapangan, PT Freeport Indonesia melakukan penjajahan dan penjarahan secara ugal-ugalan atassumber daya alam yang kita miliki tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan (Alam, 2011; M.Zen dan Widiyanto, 2006).

Penambangan terbuka yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia di puncak Grastberg,menghasilkan batuan limbah dan tailing hingga 700 ribu ton. Limbah tailing dan batuan itu dapatmenenggelamkan wilayah seluas 200 km2 atau seluas Kota Bandung (Paripurno, dkk, 2010: 3).Tanah yang telah digaruk oleh PT Freeport Indonesia otomatis akan meninggalkan lubang yangdalam dan luas. Batubara mencatat bahwa pertambangan terbuka di Erstberg menyisakan lubangsedalam 360 meter dan lubang tambang Grasberg telah mencapai diameter 2,4 kilometer dengankedalaman 800 meter (www.eramuslim.com (http://www.eramuslim.com)).

Akibatnya, daerah sekitar penambangan rawan terhadap tanah longsor dan banjir. Hal ini selainmerusak lingkungan dan ekosistem hutan, juga membahayakan para pekerja di lokasi tambang. Eksploitasi yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia jelas menimbulkan efek merusak (destroy)yang luar biasa terhadap lingkungan. Menurut perhitungan Greenomics Indonesia, biaya yangdibutuhkan untuk memulihkan lingkungan yang rusak adalah Rp67 triliun. Biaya ini tidaksebanding dengan klaim yang dikeluarkan oleh PT Freeport Indonesia bahwa pemerintah pusatmendapatkan keuntungan langsung US$ 3,8 miliar atau Rp36 triliun (Mafri dalamwww.stofest.org (http://www.stofest.org)).

Tampak jelas bahwa ekologi disekitar lokasi pertambangan telah rusak dan tidak hanya masalahekologi juga yang telah rusak namun dari segi sosial masyarakat pun termajinalkan karena lahan-lahan mereka telah diperuntukkan untuk pertambangan PT Freeport dengan tidak diiringinyasuatu pemerdayaan masyarakat yang berkelanjutan.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Page 10: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan-kebijakan yang telahdibuat tidak sesuai dengan fakta yang terjadi dilapangan. Bahkan pemerintah telah menciptakansuatu kebijakan yang merugikan masyarakat Indonesia. Hal ini diakibatkan lemahnya kontroldan pengawasan serta kesadaran pemerintah dalam menindaklanjuti PT Freeport yang telahmelakukan berbagai pelanggaran-pelanggaran baik pelanggaran dibidang hukum danpelanggaran dalam kelestarian lingkungan. Dalam kelembagaan yang terpenting adalah sebuahpenegakkan hukum yang seharusnya diterapkan oleh pemerintah Indonesia, namun padakenyataannya penegakkan hukum tidak terjadi dalam kasus PT Freeport.

4.2 Saran

Dari beberapa uraian diatas, perlu adanya penegasan hukum dan pengontrolan terhadapperusahaan pertambangan yang ada di Indonesia dalam menerapkan undang–undang atauaturan mengenai pertambangan, dalam hal pelestarian lingkungan alam harus lebih diperketatdan dijalankan dengan sebenar–benarnya. Hal ini didukung dengan ditegaskannya hukum yangberlaku dalam ranah pertambangan serta penekanan terhadap peranan dari CSR (Corporate SosialResponsibility) dalam menjaga kearifan lokal dan pengembangan masyarakat disekitarpertambangan. Pelaksanaan CSR dalam suatu perusahaan perlu diperhaitkan dan benar-benarditerapkan pada setiap perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Aryani D. 2011. Kasus Freeport, Hilangnya Nurani Pemerintah. Koran Antara news.com.[Internet]. [dikutip pada tanggal 27 April 2013]. Dapat diunduh dari:http://www.antaranews.com/berita/286476/kasus-freeport-hilangnya-nurani-pemerintah(http://www.antaranews.com/berita/286476/kasus-freeport-hilangnya-nurani-pemerintah)

Bobobladi. 2012. Kebobrokan Freeport-Pencemaran Lingkungan dan HAM Perusahaan EmasTerbesar di Indonesia. [Internet]. [dikutip pada tanggal 27 April 2013]. Dapat diunduh dari:http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/11/22/kebobrokan-freeport-pencemaran-lingkungan-pelanggaran-ham-perusaan-emas-terbesar-di-indonesia-510902.html(http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/11/22/kebobrokan-freeport-pencemaran-lingkungan-pelanggaran-ham-perusaan-emas-terbesar-di-indonesia-510902.html)

Johan Kurnia. 2012. Kewajiban Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan IUP Khusus(IUPK). [Internet]. [dikutip pada tanggal 27 April 2013]. Dapat diunduh dari: http://www.hukumpertambangan.com/kewajiban-pemegang-izin-usaha-pertambangan-iup-dan-iup-khusus-iupk/ (http://www.hukumpertambangan.com/kewajiban-pemegang-izin-usaha-pertambangan-iup-dan-iup-khusus-iupk/)

Yudiatmaja WE. 2012. Nasionalisasi PT Freeport Indonesia. [Internet]. [dikutip pada tanggal 27April 2013]. Dapat diunduh dari: http://wayuguci.edublogs.org/files/2012/04/Nasionalisasi-PT-Freeport-Indonesia-1rgp7u5.pdf (http://wayuguci.edublogs.org/files/2012/04/Nasionalisasi-PT-Freeport-Indonesia-1rgp7u5.pdf)

Blog at WordPress.com. | The Sunspot Theme.

Page 11: Makalah Pengantar Ekonomi Kelembagaan | Nadia Itona Siregar

Follow

Follow “Nadia Itona Siregar”

Powered by WordPress.com