makalah pendidikan kewarganegaraan fix

31
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN DAN MORAL REMAJA Disusun oleh: Kelompok V Sabillah Rosyadi NIM 130110201102 Mikha Herlina NIM 130210102092 Eko Wahyu Andechiana NIM 130210102089 Diana Aini Risky NIM 130803104076 Dwi Indahwati NIM 130803104044 Kenit Ambarwati NIM 130810101121 Bramantio Putra D NIM 130810101118 Haris Mega P NIM 121610101076 A.A.I Puspitasari NIM 121610101087 Windhi Tutut M NIM 121610101088 Anjayani Sri U NIM 121610101094 Rio Faisal A NIM 121610101095 Adita Cahya Islamianti NIM 121810101022 UNIVERSITAS JEMBER JEMBER 2014

Upload: agung-istri-puspita-dewi

Post on 24-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

TRANSCRIPT

  • MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

    PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN DAN MORAL

    REMAJA

    Disusun oleh:

    Kelompok V

    Sabillah Rosyadi NIM 130110201102

    Mikha Herlina NIM 130210102092

    Eko Wahyu Andechiana NIM 130210102089

    Diana Aini Risky NIM 130803104076

    Dwi Indahwati NIM 130803104044

    Kenit Ambarwati NIM 130810101121

    Bramantio Putra D NIM 130810101118

    Haris Mega P NIM 121610101076

    A.A.I Puspitasari NIM 121610101087

    Windhi Tutut M NIM 121610101088

    Anjayani Sri U NIM 121610101094

    Rio Faisal A NIM 121610101095

    Adita Cahya Islamianti NIM 121810101022

    UNIVERSITAS JEMBER

    JEMBER

    2014

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul Pengaruh

    Globalisasi Terhadap Pendidikan Dan Moral Remaja. Selain itu, tidak lupa

    penulis menyampaikan salam dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW.

    Penulisan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan

    Kewarganegaraan. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh

    pihak yang telah memberikan berbagai bantuan dan motivasi sehingga dapat

    menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tanpa bantuan dan motivasi dari mereka

    tentu penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa

    makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan segala

    kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

    dari rekan-rekan pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Sehingga penulis

    berharap, semoga makalah ilmiah ini dapat bermanfaat.

    Jember, 23 Februari 2014

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

    BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4

    1.3 Tujuan ........................................................................................ 4

    1.4 Manfaat ...................................................................................... 5

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

    2.1 Gobalisasi ................................................................................... 6

    2.2 Pendidikan Di Indonesia ........................................................... 7

    2.2 Moral........................................................................................... 9

    2.2 Remaja ........................................................................................ 10

    BAB 3. PEMBAHASAN ............................................................................ 15

    3.1 Dampak Positif Dan Negatif Globalisasi ................................ 15

    3.2 Kondisi Pendidikan Indonesia Saat Ini ................................... 16

    3.3 Faktor-Faktor Penyebab Rusaknya Moral Remaja ............... 20

    3.4 Mengatasi Kerusakan Moral .................................................... 23

    BAB 4. PENUTUP ...................................................................................... 24

    4.1 Kesimpulan................................................................................. 24

    4.2 Saran ........................................................................................... 25

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ ix

  • BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Arus globalisasi yang sedang melanda seluruh penjuru dunia terutama

    Indonesia, telah memberikan banyak perubahan terhadap kehidupan masyarakat.

    Globalisasi dapat diartikan sebagai proses penyebaran unsur unsur baru

    khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak

    maupun elektronik.

    Globalisasi yang memiliki dua sisi mata uang (positif dan negatif) juga

    menjadi penyebab infiltrasi budaya tidak terbendung. Budaya budaya

    sedemikian cepat dan mudah saling bertukar tempat dan saling mempengaruhi satu

    sama lain. Termasuk budaya hidup barat yang liberal dan bebas merasuki budaya

    ketimuran yang lebih cenderung teratur dan terpelihara oleh nilai nilai agama.

    Dampak positif dari globalisasi terhadap moral sebagai contohnya dapat

    kita lihat dari cara orang barat memanfaatkan waktu, time is money, jadi kita

    meniru slogan tersebut sehingga lebih menghargai waktu dan lebih rajin dalam

    bekerja.

    Dampak negatif dari arus globalisasi yang terlihat miris adalah perubahan

    yang cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak, sehingga menimbulkan

    sejumlah permasalahan kompleks melanda negeri ini akibat moral. Dapat

    dicontohkan mulai dari hal kecil seperti anak anak sekolah yang membolos pada

    jam pelajaran, sampai dengan korupsi. Selain itu terdapat pula tindakan tindakan

    kriminal yang setiap hari biasa kita lihat. Hal ini membuktikan bahwa krisis moral

    telah dan sedang melanda bangsa ini. Kita sebagai mahasiswa harus turut andil

    dalam memahami gejolak gejilak globalisasi yang sudah melanda pada saat ini.

    Pelajar pada era globalisasi sekarang ini seperti kehilangan arah dan tujuan.

    Mereka terjebak pada lingkaran dampak globalisasi yang lebih mengedepankan

    corak hedonisme dan apatisme (acuh tak acuh, tak peduli). Generasi muda saat ini

    juga bersifat anarkisme dalam menyuarakan kepentingan rakyat, bahkan banyak

    masyarakat yang menganggap generasi muda sekarang disibukkan oleh tawuran

    dan bentrokan. Sehingga pada akhirnya keamanan masyarakat menjadi terganggu

  • 2

    dan kehidupan pembelajaran di lembaga pendidikan atau sekolah tidak kondusif

    yang menimbulkan adanya kekhawatiran adanya krisis moral generasi muda yang

    seharusnya menjadi agen perubahan sosial menjadi lebih baik namun terhalang

    oleh kebahagiaan dunia semata.

    Baik media cetak maupun elektronik, yang biasa kita baca dan saksikan

    setiap hari, semuanya menyajikan bacaan dan tontonan yang tak jarang kurang

    memperhatikan moralitas, sopan santun, dan etika. Terutama bila para pembaca

    dan pemirsa tersebut adalah remaja (pelajar) yang belum memiliki bekal

    pengetahuan agama yang kuat. Tak hanya itu saja, dari segi ilmu pengetahuan kita

    memang memperoleh banyak manfaat dari era globalisasi ini. Namun, dari segi

    kebudayaan, kita lebih mendapatkan banyak pengaruh negatif.

    Jika dilihat dari segi sistem pendidikan yang ada di Indonesia, sistem

    pendidikan kita selama ini masih lebih menitikberatkan dan menjejalkan pada

    penguasaan kognitif akademis. Sementara afektif dan psikomotorik seolah olah

    dinomorduakan. Sehingga yang terjadi adalah terbentuknya pribadi yang miskin

    tata krama, sopan santun, dan etika moral.

    Sedikit melihat kehidupan Indonesia tempo dulu. Sejak dulu, Indonesia

    sudah dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai negeri yang ramah, sopan, dan

    berbudi. Karena hal itu banyak orang orang asing kagum dan tertarik untuk

    berkunjung ke negara kita. Melihat kehidupan masyarakat pedesaan yang penuh

    ketenangan dan kedamaian menjadi cermin perilaku masyarakat Indonesia.

    Praktek tolong menolong atau gotong royong masih melekat kuat dalam diri

    dan kebiasaan desa.

    Namun yang terjadi di Indonesia saat ini adalah generasi muda lebih

    tertarik akan adat kebiasaan negeri lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat

    istiadat dan etika bangsa kita. Mereka menganggap lebih keren dan modern, baik

    itu gaya hidup maupun tingkah lakunya. Karena hal itulah, timbul pergaulan bebas

    di kalangan remaja (pelajar), dan mempengaruhi pikiran serta tingkah laku

    generasi muda. Merosotnya moral pada generasi muda membuat Indonesia akan

    semakin terpuruk dan memiliki masa depan yang suram.

  • 3

    Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia,

    pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar

    dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

    bisa dinikmati umat manusia. Namun sebaliknya, kemajuan tersebut juga beriringan

    dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi dalam era globalisasi sekarang

    ini. Pendidikan sudah menjadi komoditas yang makin menarik. Suatu fenomena

    menarik dalam hal pembiayaan pendidikan menunjukkan gejala industrialisasi

    sekolah. Bahkan beberapa sekolah mahal didirikan dan dikaitkan dengan

    pengembangan suatu kompleks perumahan elite.

    Sekolah-sekolah nasional plus di kota-kota besar di Indonesia dimiliki oleh

    pebisnis tingkat nasional dan didirikan dengan mengandalkan jaringan

    multinasional berupa adopsi kurikulum dan staf pengajar asing.

    Otonomi pendidikan tinggi membawa implikasi hak dan kewajiban

    perguruan tinggi negeri dan swasta untuk mengatur pengelolaannya sendiri

    termasuk mencari sumber-sumber pendapatan untuk menghidupi diri. Konsekuensi

    logis dari otonomi kampus, saat ini perguruan tinggi seakan berlomba membuka

    program baru atau menjalankan strategi penjaringan mahasiswa baru untuk

    mendatangkan dana.

    Berkurangnya tanggung jawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan

    mengarah pada gejala privatisasi pendidikan. Dikotomi sekolah negeri dan swasta

    menjadi kabur dan persaingan antar sekolah akan makin seru. Akibat langsung dari

    privatisasi pendidikan adalah segregasi siswa berdasarkan status sosio-ekonomi.

    Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan

    mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, aneka

    macam materi yang berpengaruh negatif bertebaran di internet, misalnya:

    pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang

    bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh

  • 4

    siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak

    ditawarkan melalui internet.

    Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis

    teknologi baru seperti internet dan computer. Namun, terjadi ketergantungan mesin-

    mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet, dapat menyebabkan

    kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak

    bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, selanjutnya kami akan membahas

    tentang bagaimana pengaruh globalisasi terhadap pendidikan dan moral bangsa

    khususnya generasi muda, dan cara berada di dalam arus globalisasi dalam bidang

    pendidikan maupun moral, sehingga mendapatkan manfaat positifnya, tanpa perlu

    terseret arus yang negatif.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berikut ini merupakan rumusan masalah dari penulisan makalah :

    1. Apa sajakah dampak positif dan negatif dari globalisasi?

    2. Bagaimanakah kondisi pendidikan di Indonesia saat ini akibat pengaruh

    globalisasi?

    3. Bagaimanakah upaya mengatasi tantangan globalisasi di bidang

    pendidikan?

    4. Bagaimanakah hubungan globalisasi dan moral remaja saat ini?

    5. Bagaimana cara generasi muda menanggulangi perubahan moral yang

    terjadi di tengah arus globalisasi?

    1.3 Tujuan

    Tujuan yang akan dicapai dari penyusunan makalah ini adalah :

    1. Mengetahui dampak positif dan negatif globalisasi dalam kehidupan

    masyarakat

  • 5

    2. Mengetahui kondisi pendidikan di Indonesia saat ini akibat pengaruh

    globalisasi

    3. Mengetahui upaya upaya dalam mengatasi tantangan globalisasi di bidang

    pendidikan

    4. Mengetahui hubungan globalisasi dan moral remaja saat ini

    5. Mengetahui cara generasi muda menanggulangi perubahan moral yang terjadi

    di tengah arus globalisasi.

    1.4 Manfaat

    Manfaat yang akan diperoleh dari penulisan makalah ini adalah membentuk

    generasi muda yang memiliki pendidikan dan moral yang kuat sesuai dengan dasar

    negara Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi.

  • BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Globalisasi

    Menurut asal katanya, kata "GLOBALISASI" diambil dari kata global, yang

    maknanya ialah universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru

    khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak

    maupun elektronik.

    Ada pula yang mengatakan globalisasi yaitu sebagai berikut :

    1. hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi,

    2. suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas

    wilayah.

    (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005) Globalisasi pada

    hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian

    ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik

    kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh

    dunia.

    Globalisasi merupakan suatu bentuk perubahan dari perubahan zaman

    menjadi serba modern dan berteknologi. Adanya globalisasi membawa kehidupan

    masyarakat mengalami perubahan. Pola kehidupan menjadi individualis dan mulai

    meninggalkan tradisi maysarakat.

    Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal

    dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang

    menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara

    asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai

    diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia.Globalisasi secara

    fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan

    kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan

    transportasi, perusahaan-perusahaan berskala internasional serta cabang-

    cabangnya.

  • 7

    Perkembangan globalisasi sangat mempengaruhi kemajuan dalam bidang

    teknologi dan informasi. Akibatnya inovasi-inovasi dalam bidang komputer, seolah

    mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu

    dan aktivitas. Kemajuan iptek yang telah dicapai sekarang benar-benar telah diakui

    dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan

    umat manusia. Sehingga membantu kita semua untuk lebih mudah dalam

    melakukakn pekerjaan. Karena itu kita juga merasakan dampaknya baik tu bersifat

    positif maupun negatif.

    2.2 Pendidikan di Indonesia

    Dalam pembukaan UUD 1945 dicantumkan bahwa filsafat Negara kita adalah

    pancasila, pengalaman membuktikan, bahwa pancasila merupakan kepribadian,

    tujuan dan pandangan hidup bangsa. Dengan demikian pedoman yang harus

    menjadi dasar sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaaskan hidup

    bangsa adalah pancasila, sehingga pendidikan nasional adalah pendidikan

    pancasila. Pengembangan suatu sistem pendidikan nasional merupakan suatu usaha

    untuk mewujudkan wawasan nusantara yang mencakup perwujudan kepulauan

    nusantara sebagai kesatuan politik, satu kesatuan budaya dan ekonomi dan kesatuan

    pertahanan dan keamanan. Sebagai realisasi dari upaya tersebut, pemerintah

    mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur

    dengan undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang sistem

    pendidikan nasional pada tanggal 27 maret 1989.

    Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,

    pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki

    dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan

    merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

    Didalam praktek pendidikan khususnya pada sistem persekolahan, di dalam

    rentangan antara tujuan umum dan tujuan yang sangat khusus terdapat sejumlah

    tujuan antara. Tujuan antara berfungsi untuk menjembatani pencapaian tujuan

    umum dari sejumlah tujuan rincian khusus. Umumnya ada 4 jenjang tujuan di

  • 8

    dalamnya terdapat tujuan antara , yaitu tujuan umum, tujuan instruksional, tujuan

    kurikuler, dan tujuan instruksional.

    Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah Pancasila.

    Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan

    tertentu untuk mencapainya.

    Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran.

    Tujuan instruksional, tujuan pokok bahasan dan sub pokok bahasan disebut

    tujuan instruksional, yaitu penguasaan materi pokok bahasan/sub pokok

    bahasan.

    Sedangkan tujuan pendidikan Indonesia tertulis pada Undang-Undang

    Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta

    peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan. Dalam PPRI

    No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 26 ayat satu

    disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar:

    Kecerdasan

    Pengetahuan

    Kepribadian

    Akhlak Mulia

    Keterampilan untuk hidup mandiri

    Mengikuti pendidikan lebih lanjut

    Selanjutnya tujuan pendidikan menengah umum sama seperti yang

    disebutkan pada pasal 26 ayat satu mengenai tujuan pendidikan dasar. Tujuan

    pendidikan menengah kejuruan pada ayat tiga pasal yang sama berbunyi:

    1. Kecerdasan

    2. Pengetahuan

    3. Kepribadian

    4. Akhlak mulia

    5. Keterampilan untuk hidup mandiri

    6. Mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya

  • 9

    Terakhir dari PP tersebut yang akan dibahas adalah pasal yang sama ayat 4

    tentang tujuan pendidikan tinggi yang mengatakan untuk mempersiapkan peserta

    didik menjadi masyarakat yang:

    1. Berakhlak mulia

    2. Memiliki pengetahuan

    3. Terampil

    4. Mandiri

    5. Mampu menemukan, mengembangkan, dan menerapkan ilmu, teknologi,

    serta seni yang bemanfaat bagi kemanusiaan.

    Dengan demikian tujuan pendidikan Indonesia yang sudah komprehensif

    mencakup afeksi, kognisi, dan psikomotor hendaklah dikembangkan secara

    berimbang, optimal, dan integratife. Kesimpulannya secara konsep atau dokumen

    tujuan pendidikan Indonesia tidak berbeda secara berarti dengan tujuan-tujuan

    pendidikan yang diinginkan oleh para ahli pendidikan di dunia.

    Oleh sebab itu tujuan atau arah dan fungsi utama sistem pendidikan nasional

    itu adalah mengembangkan manusia, masyarakat, dan lingkungannya. Dengan

    demikian sistem pendidikan nasional harus berfungsi mengembangkan bangsa dan

    kebudayaan nasional. Pembangunan disini ialah pembangunan manusia seutuhnya

    dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal tersebutlah yang

    menentukan arah pendidikan nasional.

    2.3 MORAL

    Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin,

    bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi

    pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian

    moral,yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk

    formalnya berbeda. Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah ajaran

    baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Al-Ghazali (1994: 31)

    mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai

    perangai(watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan

  • 10

    sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa

    perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Sementara itu Wila Huky,

    sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986: 22) merumuskan pengertian

    moral secara lebih komprehensip rumusan formalnya sebagai berikut :

    1. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna

    dasartertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan

    tertentu.

    2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup

    atau agama tertentu.

    3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran,

    4. bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai dengan nilai

    dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.

    2.4 Remaja

    Pengertian Remaja Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau

    keterbukaan terhadap lawan jenis. Konsep ini tidak jauh berbeda dengan

    Poerwadarminta (1984: 813) yang menyatakan remaja adalah: (1) Mulai dewasa;

    sudah sampai umur untuk kimpoi, (2) Muda (tentang anak laki-laki dan

    perempuan); mulai muncul rasa cinta birahi meskipun konsep ini kelihatan

    sederhana tetapi setidaknya menggambarkan sebagaian dari pengertian remaja.

    Batasan remaja menurut Drajat (1989: 69) yaitu masa pemilihan yang ditempuh

    oleh seorang dari mana anak-anak menjadi dewasa. Dengan arti lain sebuah situasi

    yang menjembatangi menuju ke tingkat dewasa. Masa remaja ini berlansung kira-

    kira 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun. Akhir masa remaja antara usia 16

    sampai 18 tahun yang oleh Drajat (1989: 75). Dikatakan masa usia matang secara

    hukum pada masa ini remaja sangat ingin dihargai kehadirannya oleh orang

    sekitarnya. Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Suardi (1986:

    98)

    yang menyatakan remaja adalah masa perantara dari masa anak-anak menuju

    dewasa yang bersifat kompleks, menyita banyak perhatian dari remaja itu sendiri

    dengan orang lain, dan masa penyesuaian diri terdidik. Selain itu, masa ini juga

  • 11

    adalah masa konflik, terutama konflik remaja dengan dirinya sendiri dengan remaja

    yang lain sehingga membutuhkan penanganan khusus yang menuntut tanggung

    jawab paripurna. Beberapa defenisi remaja di atas dapat disimpulkan bahwa remaja

    adalah suatu masa atau periode menuju tahap dewasa yang ditandai dengan umur

    berkisar antara 13-18 tahun, mulai tertarik kepada lawan jenis, dan memiliki

    permasalahan yang kompleks. Guna kelengkapan pengertian remaja dapat dilihat

    pada ciri-ciri remaja dalam berbagai sudut pandang berikut ini : Ciri-Ciri Remaja

    Mengenai ciri-ciri remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari

    berbagai segi. Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku.

    Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang

    dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi akhir.

    Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut. 1). Adolensi dini Fase ini berarti

    preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/

    ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan

    atau sahabat karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti

    perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif. 2). Adolensi

    menengah Fase ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis

    mulai meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran,

    misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam

    perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga

    kritik..tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap

    salah dan tidak benar, seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi,

    dan desploritas lebih terarah untuk meminta bantuan. 3). Adolesensi akhir Masa ini

    remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya

    .Ia lebih bersifat menerimadan mengerti malahan sudah mulai menghargai sikap

    orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan

    sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya.

    Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan

    konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan jiwanya. Memerlukan

    bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya. Argumen

    lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh

  • 12

    Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja

    umumnya telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode

    anak mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin

    sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki

    mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi canggung

    dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan

    phisikis anak. Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak,

    ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu

    dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami

    pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi.

    Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak

    berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan,

    meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi

    pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan

    Abdul Wahid, 1991:50). Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada

    masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta,

    persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut

    masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai

    berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan

    realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan

    jasmani dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha

    mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja

    yang sudah hampir masuk dewasa. Pengertian & Ciri-Ciri Remaja Perkembangan

    Remaja dan Aspek-Aspeknya Perkembangan Fisik Perkembangan fisik sudah di

    mulai pada masa praremaja dan terjadi cepat pada masa remaja awal yang akan

    makin sempurna pada masa remaja pertengahan dan remaja akhir. Cole (dalam

    monks, 2002:16) berpendapat bahwa perkembangan fisik merupakan dasar dari

    perkembangan aspek lain yang mencakup perkembangan psikis dan sosialis.

    Artinya jika perkembangan fisik berjalan secara baik dan lancar, maka

    perkembangan psikis dan sosial juga akan lancar. Jika perkembangan fisik

    terhambat sulit untuk mendapat tempat yang wajar dalam kehidupan masyarakat

  • 13

    dewasa. Perkembangan Kognitif Remaja Perkembangan kognitif remaja menurut

    Piaget (dalam Elisabet,1999:117) menjelaskan bahwa selama tahap operasi formal

    yang terjadi sekiyar usia 11-15 tahun. Seorang anak mengalami perkembangan

    penalaran dan kemampuan berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya

    berdasarkan pengalaman langsung. Struktur kognitif anak mencapai pematangan

    pada tahap ini. Potensi kualitas penalaran dan berfikir (reasoning dan thinking)

    berkembang secara maksimum. Setelah potensi perkembangan maksimum ini

    terjadi, seorang anak tidak lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas

    penalaran pada tahap perkembangan selanjutnya. Remaja yang sudah mencapai

    perkembangan operasi formal secara maksimum mempunyai kelengkapan

    struktural kognitif sebagai mana halnya orang dewasa. Namun, hal itu tidak berarti

    bahwa pemikiran (thinking) remaja dengan penalaran formal (formal reasoning)

    sama baiknya dengan pemikiran aktual orang dewasa karena hanya secara potensial

    sudah tercapai. Perkembangan Emosi Remaja Emosi merupakan salah satu aspek

    psikologis manusia dalam ranah efektif. Aspek psikologis ini sangat berperan

    penting dalam kehidupan manusia pada umumnya, dan dalam hubungannya dengan

    orang lain pada khususnya. Keseimbangan antar ketiga ranah psikologis sangat di

    butuhkan sehingga manusia dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan stimulus

    yang di hadapinya. Prawitasari (dalam Zailani, 1887:85) mengembangkan alat

    pengungkap emosi dasar manusia berupa foto-foto sebagai ekspresi wajah dari

    berbagai model dasar manusia yaitu : senang, sedih, terkejut, jijik, marah, takut dan

    malu. Pada masa remaja, ekspresi emosi yang nampak kadang-kadang tidak

    mengembangkan kondisi emosi yang sebenarnya, misalnya orang yang marah

    seribu bahasa. Ekspresi emosi sifatnya sangat individual atau subjektif, tergantung

    pada kondisi pribadi masing-masing orang. Manifestasi emosi yang sering muncul

    pada remaja termasuk higtened emotionality atau meningkatkan emosi yaitu

    kondisi emosinya berbeda dengan keadaan sebelumnya. Ekspresi meningkatnya

    emosi ini dapat berupa sikap binggung, emosi meledak-ledak, suka berkelahi, tidak

    ada nafsu makan, tidak punya gairah apapun, atau mungkin sebaliknya melarikan

    diri membaca buku. Di samping kondisi emosi yang meningkat, juga masih

    dijumpai beberapa emosi yang menonjol pada remaja termasuk khawatir, cemas,

  • 14

    jengkel, frustasi cemburu, iri, rasa ingin tahu, dan afeksi, atau rasa kasih sayang dan

    perasaan bahagia.

  • BAB 3. PEMBAHASAN

    3.1 Dampak Positif Dan Dampak Negatif Globalisasi

    3.1.1 Dampak Positif

    a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap Adanya globalisasi dalam budaya

    menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional

    menjadi rasional.

    b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya

    ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam

    beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.

    c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik Dibukanya industri yang memproduksi

    alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu

    usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup

    masyarakat.

    3.1.2 Dampak Negatif

    Dampak negatif globalisasi adalah sebagai berikut.

    a. Pola Hidup Konsumtif Perkembangan industri yang pesat membuat

    penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu

    masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak

    pilihan yang ada.

    b. Sikap Individualistik Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju

    membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lai n dalam

    beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.

    c. Gaya Hidup Kebarat-baratan Tidak semua budaya Barat baik dan cocok

    diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli

    adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebasremaja ,

    dan lain-lain.

    d. Kesenjangan Sosial Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada

    beberapa individu yang dapat mengikuti arus globalisasi maka akan

  • 16

    memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang

    stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangansosial

    3.2 Kondisi Pendidikan Di Indonesia Saat Ini

    Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik

    melalui bimbingan, pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik

    mengalami proses diri ke arah tercapainya pribadi yang dewasa. Dengan demikian,

    diharapkan pendidik dapat melakukan bimbingan serta pengajaran pada peserta

    didik hingga pada akhirnya peserta didik menjadi pribadi yang dewasa. Guru selain

    bertugas untuk mengajar yang secara umum didefinisikan menyampaikan materi

    pelajaran kepada siswa, guru juga dituntut untuk mampu mendidik siswa menjadi

    pribadi yang memiliki akhlak mulia. Berbakti kepada orang tua, guru, maupun

    mengabdikan diri untuk masyarakat. Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang

    artinya memelihara dan member latihan, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan

    kecerdasan pikiran (KBBI, 2003)

    Jangan sampai baik buruknya prestasi siswa hanya dibebankan kepada guru.

    Semua elemen harus mendukung dalam tercapainya prestasi belajar siswa.

    Terutama peran orang tua sangat vital dalam berhasil tidaknya siswa sekolah. Anak

    usia SD, SMP, maupun SMA harus dipantau dan diawasi oleh orang tua masing-

    masing ketika berada di rumah. Baik itu porsi belajar serta teman bermain. Hal ini

    untuk mengantisipasi bebasnya anak bergaul ataupun berteman dengan siapa pun.

    Karena lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang menunjang

    terbentuknya pribadi pelajar tersebut.

    Realitas saat ini, masih banyak siswa yang belum memiliki pribadi yang baik,

    tidak memiliki tata krama ketika berbicara dengan gurunya, bahkan secara terang-

    terangan berani melawan atau pun membantah nasihat guru. Sungguh ironi yang

    perlu dituntaskan sampai ke akar-akarnya. Peran orang tua juga harus ikut

    mendukung, di rumah siswa harus diajari tata krama yang baik, sopan santun,

    maupun diajari tutur kata yang lemah lembut. Sampai saat ini, pada tahun 2012

  • 17

    kesadaran siswa terhadap tata krama semakin berkurang. Bahkan sikap nyapu

    rancang dalam bahasa jawa pun sebagian besar mereka tidak tahu.

    Dari tahun ke tahun, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang

    dan maju. Negara Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara yang

    lain. Perlu kita ketahui sebuah negara dikatakan maju bila pendidikan di negara

    tersebut juga maju. Nah saat ini, kesadaran siswa akan kewajibannya untuk belajar

    semakin hilang. Mereka hanya ingin sesuatu yang instan tanpa berusaha dengan

    gigih. Alhasil ketika menilik nilai semesteran yang baru selesai dilaksanakan.

    Sebagian besar dari mereka harus melakukan remidi untuk memperbaiki nilainya.

    Sungguh PR besar yang harus dilakukan baik oleh orang tua maupun guru di

    sekolah tersebut jika ingin negara Indonesia tidak tertinggal dengan negara lainnya.

    Beberapa faktor yang mengakibatkan mutu pendidikan sulit untuk

    ditingkatkan antara lain:

    1. Kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan

    pendekatan educational production function yang tidak konsekuen.

    2. Penyelenggaraan pendidikan secara sentralistik dan Jawa sentris. Keputusan

    birokrasi dalam hal ini hampir menyentuh semua aspek sekolah, yang

    kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi sekolah tersebut. Akibatnya,

    sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk

    mengembangkan lembaganya.

    3. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan masih kurang.

    Partisipasi masyarakat dalam pendidikan hanya bersifat dukungan dana.

    Padahal yang lebih penting adalah partisipasi dalam hal proses pendidikan

    yang meliputi; (1) pengambil keputusan, (2) monitoring, (3) evaluasi, dan

    (4) akuntabilitas.

    Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu:

    1. Meningkatkan Anggaran Pendidikan

    Pemerintah bertanggung jawab untuk menanggung biaya pendidikan

    bagi warganya, baik untuk sekolah negeri maupun sekolah swasta.

    2. Manajemen pengelolaan pendidikan

  • 18

    Manajemen pendidikan yang baik harus memperhatikan

    profesionalisme dan kreativitas lembaga penyelenggara pendidikan

    3. Bebaskan sekolah dari suasana bisnis

    Sekolah bukan merupakan ladang bisnis bagi pejabat Dinas Pendidikan,

    kepala sekolah, guru maupun perusahaan swasta. Tetapi sekolah

    merupakan tempat untuk mencerdaskan bangsa.

    4. Perbaikan kurikulum

    Penyusunan kurikulum hendaknya mempertimbangkan segala potensi

    alam, sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang ada.

    Pendidikan demokratis harus membekali warga negara dengan dasar

    yang teguh dalam sosio-ekonomis, mendorong tanggung jawab dan

    tindakan yang berani di segala bidang, memerangi penyalahgunaan

    propaganda

    5. Pendidikan Agama

    Pendidikan agama di sekolah bukan sebagai penyampaian dogma atau

    pengetahuan salah satu agama tertentu pada siswa tetapi sebagai

    penginternasionalisasian nilai-nilai kebaikan, kerendahan hati , cinta

    kasih dan sebagainya.

    6. Pendidikan yang melatih kesadaran kritis

    Sikap yang kritis dan toleran, akan merangsang tumbuhnya kepekaan

    sosial dan rasa keadilan. Oleh karena itu diharapkan bisa mengatasi

    kemelut sosial, budaya, politik dan ekonomi bangsa ini.

    7. Pemberdayaan Guru

    Guru hendaknya lebih kreatif, inovatif, terampil, berani berinisiatif serta

    memiliki sikap politik yang jelas.

    8. Memperbaiki kesejahteraan Guru

    Guru merupakan faktor dominan dalam penyelenggaraan pendidikan.

    Oleh karena itu upaya perbaikan kesejahteraan guru perlu ditingkatkan.

    Dengan demikian, guru tidak hanya dituntut untuk meningkatkan

    wawasan maupun mutu mengajarnya serta meghasilkan output yang

    baik.

  • 19

    Seperti dilansir oleh Kompas.com tanggal 28 Oktober 2009 menyebutkan

    bahwa tiga hasil studi internasional menyatakan, kemampuan siswa Indonesia

    untuk semua bidang yang diukur secara signifikan, Indonesia berada dibawah rata-

    rata skor internasional yang sebesar 500. Jika dibandingkan dengan siswa

    Internasional, Indonesia hanya mampu menjawab soal dengan kategori rendah dan

    sangat sedikit, atau bahkan tidak ada yang mampu menjawab soal dengan kategori

    pemikiran tingkat tinggi.

    Untuk Indonesia, pendidikan tak terjangkau oleh rakyat kecil, karena

    mahalnya biaya pendidikan itu sendiri. Lembaga pendidikan di Indonesia seolah

    telah dijadikan ladang bisnis dan dikomersialkan. Kebijakan ini memang sangat

    disayangkan, karena dapat mengubur impian masyarakat kelas sosial kebawah

    untuk menikmati pendidikan setinggi-tingginya. Salah satu implikasinya

    adalah, kualitas mahasiswa pun jadi dipertanyakan. Bukan tidak mungkin uang

    yang berbicara, siapa yang lebih banyak ia yang akan menang. Bisa jadi mereka

    memiliki kemampuan intelektual yang pas-pasan. Sementara mereka yang

    memiliki kemampuan lebih tidak bisa mengenyam perguruan tinggi karena

    terkendala oleh faktor finansial yang tidak mencukupi.

    Meskipun saat ini banyak bantuan-bantuan dari pemerintah dalam hal

    pendidikan seperti BOS, dan lainnya, namun banyak penyelewengan-

    penyelewengan anggaran pendidikan yang dilakukan oleh aparat dinas pendidikan

    baik di daerah maupun sekolah. Penyelewengan dana pendidikan itu terutama

    dalam alokasi untuk rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.

    Akibatnya adalah dana BOS yang dapat dinikmati oleh siswa jumlahnya berkurang

    atau bahkan tidak sampai ke tangan mereka. Seperti yang telah dipaparkan oleh

    Febri Hendri, Peneliti Senior Indonesia Corruption Watch (ICW) saat menyoal

    Evaluasi Kinerja Departemen Pendidikan Nasional Periode 2004 2009 di Jakarta,

    Rabu (9/9). Menurut Febri, selama kurun waktu 2004-2009, sedikitnya terungkap

    142 kasus korupsi di sektor pendidikan. Kerugian negara mencapai Rp 243,3 miliar.

    (Kompas.com tanggal 9 September 2009).

  • 20

    Akibat dari mahalnya pendidikan yang hanya bisa dinikmati oleh kelas sosial

    atas adalah ketidak merataan pendidikan di Indonesia, dimana mereka yang

    memiliki kecerdasan intelektual tinggi dan seharusnya dibina di sekolah, justru

    tidak dapat bersekolah dikarenakan mahalnya biaya pendidikan. Bagi Indonesia

    sendiri adalah menurunnya kualitas SDM dan pendidikan bangsa, sehingga bangsa

    Indonesia akan mengalami kemunduran. Diketahui bahwa pendidikan adalah pilar

    utama terselenggaranya negara yang maju dan berkualitas. Jjika dalam dunia

    pendidikan saja banyak masalah-masalah seperti sulitnya mendapatkan pendidikan

    yang layak karena faktor lemahnya finansial, maka akas sulit bagi Indonesia untuk

    dapat bersanding dengan negara-negara lain.

    3.3 Faktor-faktor penyebab rusaknya moral remaja akibat pengaruh

    globalisasi

    Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya moral remaja

    yang diakibatkan oleh globalisasi :

    a. Kemajuan teknologi

    Dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positif tetapi

    tidak dapat di pungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat berdampak negatif bagi

    kerusakan moral. Perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang

    dampaknya sangat berbahaya bila tidak di gunakan oleh orang yang tepat.

    b. Memudarnya kualitas keimanan

    Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai

    dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak,

    kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan

    Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran

    agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan

    demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah

    masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan

    masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karen pengawasan

    masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang

    disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani

  • 21

    melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam

    masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan pelanggaran moral, dengan

    sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan

    pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya

    kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi

    adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya

    sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan.

    Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah

    memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana,

    karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.

    c. Pengaruh lingkungan

    d. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga,

    sekolah, maupun masyarakat.

    Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan seperti

    semestinya. Moral bukan hanya dipelajari secara tulisan dan lisan tapi juga harus

    dilakukan pembiasaan agar dapat tertanam didalam kebiasaan mereka.

    e. Derasnya arus budaya materialistis, hedonistis, dan sekularistis

    Gejala penyimpangan ini terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar

    kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai

    agama. Penyaluran arus budaya yang demikian didukung oleh para penyandang

    modal yang semata-mata hanya ingin memperoleh keuntungan material dan

    memanfaatkan kecenderungan para remaja tanpa memperhatikan dampaknya bagi

    kerusakan moral.

    Dewasa ini sering kita mendengar dari radio atau bacaan dari surat kabar

    tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi

    mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom

    dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal

    yang dapat merusak moral. Namun, gejala penyimpangan tersebut terjadi karena

    pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu

    dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa

    dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang

  • 22

    disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran,

    pertunjukan-prtunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu

    didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan

    material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan

    dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga

    termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para

    remaja dan generasi muda umumnya.

    e. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.

    Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber

    daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang

    sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian

    semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata

    mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak

    mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya

    tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, mareri dan

    sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan

    dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau

    mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara

    moral mereka sudah kehiangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa

    yang demikian itu semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya

    dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah

    seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan

    aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.

    f. Hilangnya identitas diri sebagai bangsa Indonesia

    Tercerabutnya akar budaya, remaja kini merasa malu dengan budaya sendiri dan

    merasa bangga dengan budaya asing. Dengan adanya berbagai media yang sering

    diakses oleh para remaja, membuat mereka ingin seperti yang mereka idolakan

    (proses tersebut perlahan telah mengubah gaya hidup remaja. Di satu sisi hal ini

    berdampak positif karena memacu perubahan, namun di lain sisi telah

    mengantarkan mereka pada budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma

    pada masyarakat tertentu (misalnya: pacaran yang berlebihan, dugem, hedonis,

  • 23

    konsumtif, dll.) Hilangnya identitas diri para remaja dihadapkan pada proses

    mengikuti dan meniru trend asing terus-menerus, misalnya pop Korea yang sedang

    menjadi kiblat para remaja kini. Mereka merubah penampilan (model rambut, mode

    pakaian), gaya hidup, dan lebih mudah menerima budaya bangsa lain dibanding

    melestarikan budaya sendiri, hal ini dapat melahirkan budaya campuran sebagai

    akibat dari adanya globalisasi.

    3.4 Cara Mengatasi Kerusakan Moral

    Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih

    teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan

    akhlak. Karena kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri.

    Apabila seseorang bergaul di lingkungan yang baik,maka ia akan timbul

    kepribadian yang baik juga. Dan apabila seseorang bergaul pada kondisi lingkungan

    yang kurang baik,maka akan timbul kepribadian yang kurang baik juga.

    1. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang,

    terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian

    dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus,

    kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada

    sikap anak. Seperti halnya karena kurangnya perhatian orang

    tua,seseorang akan cenderung melampiaskan amarahnya pada orang lain

    dengan tindakan yang tidak wajar dilakukan oleh kaum muda.

    2. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk

    menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan

    merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan

    kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi

    kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada

    perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan

    mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di

    sekelilingnya.

  • 24

    3. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara mendekatkan diri kepada

    Yang Maha Kuasa. Lebih memperdalam dan mengamalkan ajaran

    agama sesuai kepercayaan masing-masing.

    4. Adanya mata kuliah Pendidikan moral dan Pengembangan karakter

    salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan yang didikuti mahasiswa

    untuk menanamkan pada diri masing-masing akan pentingnya

    pendidikan karakter untuk memperbaiki moral bangsa. Lalu pendidikan

    agama yang didalamnya terdapat berbagai pendekatan untuk menuju

    moral yang lebih baik serta memperteguh penanaman nilai-nilai

    Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

    5. Mampu memanfaatkan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    sebaik-baiknya.

    6. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam sistem pendidikan, yang

    dapat dilaksanakan dengan cara:

    a) Menyisipkan nilai nilai moral di setiap proses belajar

    mengajar.

    b) Membentuk kelas motivasi.

    c) Menambah mata pelajaran tentang pendidikan moral.

    d) Mata pelajaran yang substansinya sudah mengandung nilai-nilai

    moral hedaknya lebih aplikatif, tidak hanya text book semata.

    e) Menyeimbangkan porsi antara materi belajar akal (cerdas) dan

    hati (moral).

  • BAB 4. PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Kesimpulan penulisan makalah ini adalah :

    1. Dampak positif globalisasi yang mampu mengubah pola pikir

    masyarakat dari irasional menjadi rasional, membantu manusia

    menyelesaikan permasalahnya dengan efektif dan efisien, dan

    menyediakan lapangan pekerjaan yang mampu mereduksi angka

    pengangguran. Sedangkan dampak negatif globalisasi adalah

    munculnya gaya hidup konsumtif, individualistik, kebarat-baratan dan

    kesenjangan sosial.

    2. tujuan atau arah dan fungsi utama sistem pendidikan nasional adalah

    mengembangkan manusia, masyarakat, dan lingkungannya. Dengan

    demikian sistem pendidikan nasional berfungsi mengembangkan bangsa

    dan kebudayaan nasional. Pembangunan disini ialah pembangunan

    manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia

    seluruhnya. Hal tersebutlah yang menentukan arah pendidikan nasional.

    3. faktor-faktor yang menyebabkan rusaknyan moral remaja sekarang

    diantaranya adalah kemajuan teknologi, memudarnya kualitas

    keimanan, pengaruh lingkungan, kurang efektifnya pembinaan moral

    yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah, maupun

    masyarakat,derasnya arus budaya materialistis, hedonistis, dan

    sekularistis, belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari

    pemerintah.

    4. Peran orang tua, wawasan seseorang, iman taqwa, pendidikan moral,

    integrasi pendidikan karakter dapat menjadi salah satu solusi

    kemerosotan moral remaja.

    4.2 Saran

    Pendidikan moral mampu membentuk karakter remaja yang kuat, tidak

    mudah terpengaruh oleh arus negatif globalisasi sehingga diperlukan adanya sinergi

    dari pemerintah, dinas pendidikan dan orang tua untuk membentuk penduduk

  • 25

    Indonesia yang mampu bertahan ditengah derasnya arus negatif globalisasi dan

    mampu memanfaatkan peluang arus positif globalisasi.

  • Daftar Pustaka

    Buku

    Al-Ghazali, 2002. Rahasia Zikir dan Doa. Bandung : Karisma.

    Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.

    Semarang : Aneka Ilmu.

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1989. Kamus Besar Bahasa

    Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka.

    Drajad, Z. 1997. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta : Bulan

    Bintang.

    Jamli, Edison dkk.Kewarganegaraan. 2005. Jakarta : Bumi Akasara.

    Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

    Pustaka.

    Suardi, Edi, Pedagogik 2, Sistem dan Tujuan Pendidikan, Bandung: Angkasa,

    1986.

    PRASETYO, Eko. Orang miskin dilarang sekolah. Yogyakarta: Resist Book,

    2005.

    Widjaja, A.W. (1985). Pedoman Pokok-Pokok dan Materi Perkuliahan Pancasila

    di Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

    Internet

    http://meetabied.wordpress.com/2009/12/24/remaja-dan-ciri-cirinya/ [24 Februari

    2014]

    http://netsains.com/2009/04/psikologi-remaja-karakteristik-dan-

    permasalahannya/http://catur.dosen.akprind.ac.id/2009/03/30/remaja-dan-internet/

    [24 Februari 2014]

    http://psikonseling.blogspot.com/2009/03/psikologi-perkembangan-pada-

    remaja.html [24 Februari 2014]

    http://panjiaromdaniuinpai2e.blogspot.com/2008/03/psikologi-perkembangan-

    remaja_27.html. [24 Februari 2014]

  • 25

    Januar S. Indra. Globalisasi Pendidikan.

    Http://Zag.7p.Com/Globalisasi_Pendidikan.Htm Akses Tanggal 28 Oktober

    2009.

    Tanje, Sixtus. Globalisasi Pendidikan Dan Ketidaksiapan Sekolah. Http://Re-

    Searchengines.Com/Sixtus0409.Html akses tanggal 28 Oktober 2009.