makalah pendidikan kewarganegaraan fix
DESCRIPTION
Makalah Pendidikan KewarganegaraanTRANSCRIPT
-
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN DAN MORAL
REMAJA
Disusun oleh:
Kelompok V
Sabillah Rosyadi NIM 130110201102
Mikha Herlina NIM 130210102092
Eko Wahyu Andechiana NIM 130210102089
Diana Aini Risky NIM 130803104076
Dwi Indahwati NIM 130803104044
Kenit Ambarwati NIM 130810101121
Bramantio Putra D NIM 130810101118
Haris Mega P NIM 121610101076
A.A.I Puspitasari NIM 121610101087
Windhi Tutut M NIM 121610101088
Anjayani Sri U NIM 121610101094
Rio Faisal A NIM 121610101095
Adita Cahya Islamianti NIM 121810101022
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2014
-
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul Pengaruh
Globalisasi Terhadap Pendidikan Dan Moral Remaja. Selain itu, tidak lupa
penulis menyampaikan salam dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulisan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan berbagai bantuan dan motivasi sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tanpa bantuan dan motivasi dari mereka
tentu penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Sehingga penulis
berharap, semoga makalah ilmiah ini dapat bermanfaat.
Jember, 23 Februari 2014
Penulis
-
iii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat ...................................................................................... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
2.1 Gobalisasi ................................................................................... 6
2.2 Pendidikan Di Indonesia ........................................................... 7
2.2 Moral........................................................................................... 9
2.2 Remaja ........................................................................................ 10
BAB 3. PEMBAHASAN ............................................................................ 15
3.1 Dampak Positif Dan Negatif Globalisasi ................................ 15
3.2 Kondisi Pendidikan Indonesia Saat Ini ................................... 16
3.3 Faktor-Faktor Penyebab Rusaknya Moral Remaja ............... 20
3.4 Mengatasi Kerusakan Moral .................................................... 23
BAB 4. PENUTUP ...................................................................................... 24
4.1 Kesimpulan................................................................................. 24
4.2 Saran ........................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ ix
-
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arus globalisasi yang sedang melanda seluruh penjuru dunia terutama
Indonesia, telah memberikan banyak perubahan terhadap kehidupan masyarakat.
Globalisasi dapat diartikan sebagai proses penyebaran unsur unsur baru
khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak
maupun elektronik.
Globalisasi yang memiliki dua sisi mata uang (positif dan negatif) juga
menjadi penyebab infiltrasi budaya tidak terbendung. Budaya budaya
sedemikian cepat dan mudah saling bertukar tempat dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Termasuk budaya hidup barat yang liberal dan bebas merasuki budaya
ketimuran yang lebih cenderung teratur dan terpelihara oleh nilai nilai agama.
Dampak positif dari globalisasi terhadap moral sebagai contohnya dapat
kita lihat dari cara orang barat memanfaatkan waktu, time is money, jadi kita
meniru slogan tersebut sehingga lebih menghargai waktu dan lebih rajin dalam
bekerja.
Dampak negatif dari arus globalisasi yang terlihat miris adalah perubahan
yang cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak, sehingga menimbulkan
sejumlah permasalahan kompleks melanda negeri ini akibat moral. Dapat
dicontohkan mulai dari hal kecil seperti anak anak sekolah yang membolos pada
jam pelajaran, sampai dengan korupsi. Selain itu terdapat pula tindakan tindakan
kriminal yang setiap hari biasa kita lihat. Hal ini membuktikan bahwa krisis moral
telah dan sedang melanda bangsa ini. Kita sebagai mahasiswa harus turut andil
dalam memahami gejolak gejilak globalisasi yang sudah melanda pada saat ini.
Pelajar pada era globalisasi sekarang ini seperti kehilangan arah dan tujuan.
Mereka terjebak pada lingkaran dampak globalisasi yang lebih mengedepankan
corak hedonisme dan apatisme (acuh tak acuh, tak peduli). Generasi muda saat ini
juga bersifat anarkisme dalam menyuarakan kepentingan rakyat, bahkan banyak
masyarakat yang menganggap generasi muda sekarang disibukkan oleh tawuran
dan bentrokan. Sehingga pada akhirnya keamanan masyarakat menjadi terganggu
-
2
dan kehidupan pembelajaran di lembaga pendidikan atau sekolah tidak kondusif
yang menimbulkan adanya kekhawatiran adanya krisis moral generasi muda yang
seharusnya menjadi agen perubahan sosial menjadi lebih baik namun terhalang
oleh kebahagiaan dunia semata.
Baik media cetak maupun elektronik, yang biasa kita baca dan saksikan
setiap hari, semuanya menyajikan bacaan dan tontonan yang tak jarang kurang
memperhatikan moralitas, sopan santun, dan etika. Terutama bila para pembaca
dan pemirsa tersebut adalah remaja (pelajar) yang belum memiliki bekal
pengetahuan agama yang kuat. Tak hanya itu saja, dari segi ilmu pengetahuan kita
memang memperoleh banyak manfaat dari era globalisasi ini. Namun, dari segi
kebudayaan, kita lebih mendapatkan banyak pengaruh negatif.
Jika dilihat dari segi sistem pendidikan yang ada di Indonesia, sistem
pendidikan kita selama ini masih lebih menitikberatkan dan menjejalkan pada
penguasaan kognitif akademis. Sementara afektif dan psikomotorik seolah olah
dinomorduakan. Sehingga yang terjadi adalah terbentuknya pribadi yang miskin
tata krama, sopan santun, dan etika moral.
Sedikit melihat kehidupan Indonesia tempo dulu. Sejak dulu, Indonesia
sudah dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai negeri yang ramah, sopan, dan
berbudi. Karena hal itu banyak orang orang asing kagum dan tertarik untuk
berkunjung ke negara kita. Melihat kehidupan masyarakat pedesaan yang penuh
ketenangan dan kedamaian menjadi cermin perilaku masyarakat Indonesia.
Praktek tolong menolong atau gotong royong masih melekat kuat dalam diri
dan kebiasaan desa.
Namun yang terjadi di Indonesia saat ini adalah generasi muda lebih
tertarik akan adat kebiasaan negeri lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat
istiadat dan etika bangsa kita. Mereka menganggap lebih keren dan modern, baik
itu gaya hidup maupun tingkah lakunya. Karena hal itulah, timbul pergaulan bebas
di kalangan remaja (pelajar), dan mempengaruhi pikiran serta tingkah laku
generasi muda. Merosotnya moral pada generasi muda membuat Indonesia akan
semakin terpuruk dan memiliki masa depan yang suram.
-
3
Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia,
pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar
dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bisa dinikmati umat manusia. Namun sebaliknya, kemajuan tersebut juga beriringan
dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi dalam era globalisasi sekarang
ini. Pendidikan sudah menjadi komoditas yang makin menarik. Suatu fenomena
menarik dalam hal pembiayaan pendidikan menunjukkan gejala industrialisasi
sekolah. Bahkan beberapa sekolah mahal didirikan dan dikaitkan dengan
pengembangan suatu kompleks perumahan elite.
Sekolah-sekolah nasional plus di kota-kota besar di Indonesia dimiliki oleh
pebisnis tingkat nasional dan didirikan dengan mengandalkan jaringan
multinasional berupa adopsi kurikulum dan staf pengajar asing.
Otonomi pendidikan tinggi membawa implikasi hak dan kewajiban
perguruan tinggi negeri dan swasta untuk mengatur pengelolaannya sendiri
termasuk mencari sumber-sumber pendapatan untuk menghidupi diri. Konsekuensi
logis dari otonomi kampus, saat ini perguruan tinggi seakan berlomba membuka
program baru atau menjalankan strategi penjaringan mahasiswa baru untuk
mendatangkan dana.
Berkurangnya tanggung jawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan
mengarah pada gejala privatisasi pendidikan. Dikotomi sekolah negeri dan swasta
menjadi kabur dan persaingan antar sekolah akan makin seru. Akibat langsung dari
privatisasi pendidikan adalah segregasi siswa berdasarkan status sosio-ekonomi.
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan
mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, aneka
macam materi yang berpengaruh negatif bertebaran di internet, misalnya:
pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang
bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh
-
4
siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak
ditawarkan melalui internet.
Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis
teknologi baru seperti internet dan computer. Namun, terjadi ketergantungan mesin-
mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet, dapat menyebabkan
kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak
bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, selanjutnya kami akan membahas
tentang bagaimana pengaruh globalisasi terhadap pendidikan dan moral bangsa
khususnya generasi muda, dan cara berada di dalam arus globalisasi dalam bidang
pendidikan maupun moral, sehingga mendapatkan manfaat positifnya, tanpa perlu
terseret arus yang negatif.
1.2 Rumusan Masalah
Berikut ini merupakan rumusan masalah dari penulisan makalah :
1. Apa sajakah dampak positif dan negatif dari globalisasi?
2. Bagaimanakah kondisi pendidikan di Indonesia saat ini akibat pengaruh
globalisasi?
3. Bagaimanakah upaya mengatasi tantangan globalisasi di bidang
pendidikan?
4. Bagaimanakah hubungan globalisasi dan moral remaja saat ini?
5. Bagaimana cara generasi muda menanggulangi perubahan moral yang
terjadi di tengah arus globalisasi?
1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dampak positif dan negatif globalisasi dalam kehidupan
masyarakat
-
5
2. Mengetahui kondisi pendidikan di Indonesia saat ini akibat pengaruh
globalisasi
3. Mengetahui upaya upaya dalam mengatasi tantangan globalisasi di bidang
pendidikan
4. Mengetahui hubungan globalisasi dan moral remaja saat ini
5. Mengetahui cara generasi muda menanggulangi perubahan moral yang terjadi
di tengah arus globalisasi.
1.4 Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari penulisan makalah ini adalah membentuk
generasi muda yang memiliki pendidikan dan moral yang kuat sesuai dengan dasar
negara Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi.
-
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "GLOBALISASI" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru
khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak
maupun elektronik.
Ada pula yang mengatakan globalisasi yaitu sebagai berikut :
1. hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi,
2. suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah.
(Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005) Globalisasi pada
hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian
ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh
dunia.
Globalisasi merupakan suatu bentuk perubahan dari perubahan zaman
menjadi serba modern dan berteknologi. Adanya globalisasi membawa kehidupan
masyarakat mengalami perubahan. Pola kehidupan menjadi individualis dan mulai
meninggalkan tradisi maysarakat.
Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal
dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang
menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara
asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai
diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia.Globalisasi secara
fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan
kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan
transportasi, perusahaan-perusahaan berskala internasional serta cabang-
cabangnya.
-
7
Perkembangan globalisasi sangat mempengaruhi kemajuan dalam bidang
teknologi dan informasi. Akibatnya inovasi-inovasi dalam bidang komputer, seolah
mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu
dan aktivitas. Kemajuan iptek yang telah dicapai sekarang benar-benar telah diakui
dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan
umat manusia. Sehingga membantu kita semua untuk lebih mudah dalam
melakukakn pekerjaan. Karena itu kita juga merasakan dampaknya baik tu bersifat
positif maupun negatif.
2.2 Pendidikan di Indonesia
Dalam pembukaan UUD 1945 dicantumkan bahwa filsafat Negara kita adalah
pancasila, pengalaman membuktikan, bahwa pancasila merupakan kepribadian,
tujuan dan pandangan hidup bangsa. Dengan demikian pedoman yang harus
menjadi dasar sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaaskan hidup
bangsa adalah pancasila, sehingga pendidikan nasional adalah pendidikan
pancasila. Pengembangan suatu sistem pendidikan nasional merupakan suatu usaha
untuk mewujudkan wawasan nusantara yang mencakup perwujudan kepulauan
nusantara sebagai kesatuan politik, satu kesatuan budaya dan ekonomi dan kesatuan
pertahanan dan keamanan. Sebagai realisasi dari upaya tersebut, pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur
dengan undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional pada tanggal 27 maret 1989.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki
dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Didalam praktek pendidikan khususnya pada sistem persekolahan, di dalam
rentangan antara tujuan umum dan tujuan yang sangat khusus terdapat sejumlah
tujuan antara. Tujuan antara berfungsi untuk menjembatani pencapaian tujuan
umum dari sejumlah tujuan rincian khusus. Umumnya ada 4 jenjang tujuan di
-
8
dalamnya terdapat tujuan antara , yaitu tujuan umum, tujuan instruksional, tujuan
kurikuler, dan tujuan instruksional.
Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah Pancasila.
Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan
tertentu untuk mencapainya.
Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran.
Tujuan instruksional, tujuan pokok bahasan dan sub pokok bahasan disebut
tujuan instruksional, yaitu penguasaan materi pokok bahasan/sub pokok
bahasan.
Sedangkan tujuan pendidikan Indonesia tertulis pada Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta
peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan. Dalam PPRI
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 26 ayat satu
disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar:
Kecerdasan
Pengetahuan
Kepribadian
Akhlak Mulia
Keterampilan untuk hidup mandiri
Mengikuti pendidikan lebih lanjut
Selanjutnya tujuan pendidikan menengah umum sama seperti yang
disebutkan pada pasal 26 ayat satu mengenai tujuan pendidikan dasar. Tujuan
pendidikan menengah kejuruan pada ayat tiga pasal yang sama berbunyi:
1. Kecerdasan
2. Pengetahuan
3. Kepribadian
4. Akhlak mulia
5. Keterampilan untuk hidup mandiri
6. Mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
-
9
Terakhir dari PP tersebut yang akan dibahas adalah pasal yang sama ayat 4
tentang tujuan pendidikan tinggi yang mengatakan untuk mempersiapkan peserta
didik menjadi masyarakat yang:
1. Berakhlak mulia
2. Memiliki pengetahuan
3. Terampil
4. Mandiri
5. Mampu menemukan, mengembangkan, dan menerapkan ilmu, teknologi,
serta seni yang bemanfaat bagi kemanusiaan.
Dengan demikian tujuan pendidikan Indonesia yang sudah komprehensif
mencakup afeksi, kognisi, dan psikomotor hendaklah dikembangkan secara
berimbang, optimal, dan integratife. Kesimpulannya secara konsep atau dokumen
tujuan pendidikan Indonesia tidak berbeda secara berarti dengan tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan oleh para ahli pendidikan di dunia.
Oleh sebab itu tujuan atau arah dan fungsi utama sistem pendidikan nasional
itu adalah mengembangkan manusia, masyarakat, dan lingkungannya. Dengan
demikian sistem pendidikan nasional harus berfungsi mengembangkan bangsa dan
kebudayaan nasional. Pembangunan disini ialah pembangunan manusia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal tersebutlah yang
menentukan arah pendidikan nasional.
2.3 MORAL
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin,
bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi
pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian
moral,yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk
formalnya berbeda. Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah ajaran
baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Al-Ghazali (1994: 31)
mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai
perangai(watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan
-
10
sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa
perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Sementara itu Wila Huky,
sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986: 22) merumuskan pengertian
moral secara lebih komprehensip rumusan formalnya sebagai berikut :
1. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna
dasartertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan
tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup
atau agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran,
4. bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
2.4 Remaja
Pengertian Remaja Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau
keterbukaan terhadap lawan jenis. Konsep ini tidak jauh berbeda dengan
Poerwadarminta (1984: 813) yang menyatakan remaja adalah: (1) Mulai dewasa;
sudah sampai umur untuk kimpoi, (2) Muda (tentang anak laki-laki dan
perempuan); mulai muncul rasa cinta birahi meskipun konsep ini kelihatan
sederhana tetapi setidaknya menggambarkan sebagaian dari pengertian remaja.
Batasan remaja menurut Drajat (1989: 69) yaitu masa pemilihan yang ditempuh
oleh seorang dari mana anak-anak menjadi dewasa. Dengan arti lain sebuah situasi
yang menjembatangi menuju ke tingkat dewasa. Masa remaja ini berlansung kira-
kira 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun. Akhir masa remaja antara usia 16
sampai 18 tahun yang oleh Drajat (1989: 75). Dikatakan masa usia matang secara
hukum pada masa ini remaja sangat ingin dihargai kehadirannya oleh orang
sekitarnya. Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Suardi (1986:
98)
yang menyatakan remaja adalah masa perantara dari masa anak-anak menuju
dewasa yang bersifat kompleks, menyita banyak perhatian dari remaja itu sendiri
dengan orang lain, dan masa penyesuaian diri terdidik. Selain itu, masa ini juga
-
11
adalah masa konflik, terutama konflik remaja dengan dirinya sendiri dengan remaja
yang lain sehingga membutuhkan penanganan khusus yang menuntut tanggung
jawab paripurna. Beberapa defenisi remaja di atas dapat disimpulkan bahwa remaja
adalah suatu masa atau periode menuju tahap dewasa yang ditandai dengan umur
berkisar antara 13-18 tahun, mulai tertarik kepada lawan jenis, dan memiliki
permasalahan yang kompleks. Guna kelengkapan pengertian remaja dapat dilihat
pada ciri-ciri remaja dalam berbagai sudut pandang berikut ini : Ciri-Ciri Remaja
Mengenai ciri-ciri remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari
berbagai segi. Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku.
Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang
dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi akhir.
Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut. 1). Adolensi dini Fase ini berarti
preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/
ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan
atau sahabat karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti
perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif. 2). Adolensi
menengah Fase ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis
mulai meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran,
misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam
perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga
kritik..tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap
salah dan tidak benar, seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi,
dan desploritas lebih terarah untuk meminta bantuan. 3). Adolesensi akhir Masa ini
remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya
.Ia lebih bersifat menerimadan mengerti malahan sudah mulai menghargai sikap
orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan
sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya.
Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan
konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan jiwanya. Memerlukan
bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya. Argumen
lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh
-
12
Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja
umumnya telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode
anak mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin
sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki
mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi canggung
dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan
phisikis anak. Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak,
ingatan logis makin lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu
dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami
pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi.
Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak
berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan,
meskipun di sisi lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi
pertentangan antara hasrat kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan
Abdul Wahid, 1991:50). Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada
masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta,
persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut
masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai
berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan
realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan
jasmani dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha
mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja
yang sudah hampir masuk dewasa. Pengertian & Ciri-Ciri Remaja Perkembangan
Remaja dan Aspek-Aspeknya Perkembangan Fisik Perkembangan fisik sudah di
mulai pada masa praremaja dan terjadi cepat pada masa remaja awal yang akan
makin sempurna pada masa remaja pertengahan dan remaja akhir. Cole (dalam
monks, 2002:16) berpendapat bahwa perkembangan fisik merupakan dasar dari
perkembangan aspek lain yang mencakup perkembangan psikis dan sosialis.
Artinya jika perkembangan fisik berjalan secara baik dan lancar, maka
perkembangan psikis dan sosial juga akan lancar. Jika perkembangan fisik
terhambat sulit untuk mendapat tempat yang wajar dalam kehidupan masyarakat
-
13
dewasa. Perkembangan Kognitif Remaja Perkembangan kognitif remaja menurut
Piaget (dalam Elisabet,1999:117) menjelaskan bahwa selama tahap operasi formal
yang terjadi sekiyar usia 11-15 tahun. Seorang anak mengalami perkembangan
penalaran dan kemampuan berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya
berdasarkan pengalaman langsung. Struktur kognitif anak mencapai pematangan
pada tahap ini. Potensi kualitas penalaran dan berfikir (reasoning dan thinking)
berkembang secara maksimum. Setelah potensi perkembangan maksimum ini
terjadi, seorang anak tidak lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas
penalaran pada tahap perkembangan selanjutnya. Remaja yang sudah mencapai
perkembangan operasi formal secara maksimum mempunyai kelengkapan
struktural kognitif sebagai mana halnya orang dewasa. Namun, hal itu tidak berarti
bahwa pemikiran (thinking) remaja dengan penalaran formal (formal reasoning)
sama baiknya dengan pemikiran aktual orang dewasa karena hanya secara potensial
sudah tercapai. Perkembangan Emosi Remaja Emosi merupakan salah satu aspek
psikologis manusia dalam ranah efektif. Aspek psikologis ini sangat berperan
penting dalam kehidupan manusia pada umumnya, dan dalam hubungannya dengan
orang lain pada khususnya. Keseimbangan antar ketiga ranah psikologis sangat di
butuhkan sehingga manusia dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan stimulus
yang di hadapinya. Prawitasari (dalam Zailani, 1887:85) mengembangkan alat
pengungkap emosi dasar manusia berupa foto-foto sebagai ekspresi wajah dari
berbagai model dasar manusia yaitu : senang, sedih, terkejut, jijik, marah, takut dan
malu. Pada masa remaja, ekspresi emosi yang nampak kadang-kadang tidak
mengembangkan kondisi emosi yang sebenarnya, misalnya orang yang marah
seribu bahasa. Ekspresi emosi sifatnya sangat individual atau subjektif, tergantung
pada kondisi pribadi masing-masing orang. Manifestasi emosi yang sering muncul
pada remaja termasuk higtened emotionality atau meningkatkan emosi yaitu
kondisi emosinya berbeda dengan keadaan sebelumnya. Ekspresi meningkatnya
emosi ini dapat berupa sikap binggung, emosi meledak-ledak, suka berkelahi, tidak
ada nafsu makan, tidak punya gairah apapun, atau mungkin sebaliknya melarikan
diri membaca buku. Di samping kondisi emosi yang meningkat, juga masih
dijumpai beberapa emosi yang menonjol pada remaja termasuk khawatir, cemas,
-
14
jengkel, frustasi cemburu, iri, rasa ingin tahu, dan afeksi, atau rasa kasih sayang dan
perasaan bahagia.
-
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Dampak Positif Dan Dampak Negatif Globalisasi
3.1.1 Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap Adanya globalisasi dalam budaya
menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional
menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam
beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik Dibukanya industri yang memproduksi
alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu
usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
3.1.2 Dampak Negatif
Dampak negatif globalisasi adalah sebagai berikut.
a. Pola Hidup Konsumtif Perkembangan industri yang pesat membuat
penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu
masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak
pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lai n dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan Tidak semua budaya Barat baik dan cocok
diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli
adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebasremaja ,
dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada
beberapa individu yang dapat mengikuti arus globalisasi maka akan
-
16
memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang
stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangansosial
3.2 Kondisi Pendidikan Di Indonesia Saat Ini
Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik
melalui bimbingan, pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik
mengalami proses diri ke arah tercapainya pribadi yang dewasa. Dengan demikian,
diharapkan pendidik dapat melakukan bimbingan serta pengajaran pada peserta
didik hingga pada akhirnya peserta didik menjadi pribadi yang dewasa. Guru selain
bertugas untuk mengajar yang secara umum didefinisikan menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa, guru juga dituntut untuk mampu mendidik siswa menjadi
pribadi yang memiliki akhlak mulia. Berbakti kepada orang tua, guru, maupun
mengabdikan diri untuk masyarakat. Pendidikan berasal dari kata dasar didik yang
artinya memelihara dan member latihan, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran (KBBI, 2003)
Jangan sampai baik buruknya prestasi siswa hanya dibebankan kepada guru.
Semua elemen harus mendukung dalam tercapainya prestasi belajar siswa.
Terutama peran orang tua sangat vital dalam berhasil tidaknya siswa sekolah. Anak
usia SD, SMP, maupun SMA harus dipantau dan diawasi oleh orang tua masing-
masing ketika berada di rumah. Baik itu porsi belajar serta teman bermain. Hal ini
untuk mengantisipasi bebasnya anak bergaul ataupun berteman dengan siapa pun.
Karena lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang menunjang
terbentuknya pribadi pelajar tersebut.
Realitas saat ini, masih banyak siswa yang belum memiliki pribadi yang baik,
tidak memiliki tata krama ketika berbicara dengan gurunya, bahkan secara terang-
terangan berani melawan atau pun membantah nasihat guru. Sungguh ironi yang
perlu dituntaskan sampai ke akar-akarnya. Peran orang tua juga harus ikut
mendukung, di rumah siswa harus diajari tata krama yang baik, sopan santun,
maupun diajari tutur kata yang lemah lembut. Sampai saat ini, pada tahun 2012
-
17
kesadaran siswa terhadap tata krama semakin berkurang. Bahkan sikap nyapu
rancang dalam bahasa jawa pun sebagian besar mereka tidak tahu.
Dari tahun ke tahun, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang
dan maju. Negara Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara yang
lain. Perlu kita ketahui sebuah negara dikatakan maju bila pendidikan di negara
tersebut juga maju. Nah saat ini, kesadaran siswa akan kewajibannya untuk belajar
semakin hilang. Mereka hanya ingin sesuatu yang instan tanpa berusaha dengan
gigih. Alhasil ketika menilik nilai semesteran yang baru selesai dilaksanakan.
Sebagian besar dari mereka harus melakukan remidi untuk memperbaiki nilainya.
Sungguh PR besar yang harus dilakukan baik oleh orang tua maupun guru di
sekolah tersebut jika ingin negara Indonesia tidak tertinggal dengan negara lainnya.
Beberapa faktor yang mengakibatkan mutu pendidikan sulit untuk
ditingkatkan antara lain:
1. Kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan
pendekatan educational production function yang tidak konsekuen.
2. Penyelenggaraan pendidikan secara sentralistik dan Jawa sentris. Keputusan
birokrasi dalam hal ini hampir menyentuh semua aspek sekolah, yang
kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi sekolah tersebut. Akibatnya,
sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk
mengembangkan lembaganya.
3. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan masih kurang.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan hanya bersifat dukungan dana.
Padahal yang lebih penting adalah partisipasi dalam hal proses pendidikan
yang meliputi; (1) pengambil keputusan, (2) monitoring, (3) evaluasi, dan
(4) akuntabilitas.
Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu:
1. Meningkatkan Anggaran Pendidikan
Pemerintah bertanggung jawab untuk menanggung biaya pendidikan
bagi warganya, baik untuk sekolah negeri maupun sekolah swasta.
2. Manajemen pengelolaan pendidikan
-
18
Manajemen pendidikan yang baik harus memperhatikan
profesionalisme dan kreativitas lembaga penyelenggara pendidikan
3. Bebaskan sekolah dari suasana bisnis
Sekolah bukan merupakan ladang bisnis bagi pejabat Dinas Pendidikan,
kepala sekolah, guru maupun perusahaan swasta. Tetapi sekolah
merupakan tempat untuk mencerdaskan bangsa.
4. Perbaikan kurikulum
Penyusunan kurikulum hendaknya mempertimbangkan segala potensi
alam, sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang ada.
Pendidikan demokratis harus membekali warga negara dengan dasar
yang teguh dalam sosio-ekonomis, mendorong tanggung jawab dan
tindakan yang berani di segala bidang, memerangi penyalahgunaan
propaganda
5. Pendidikan Agama
Pendidikan agama di sekolah bukan sebagai penyampaian dogma atau
pengetahuan salah satu agama tertentu pada siswa tetapi sebagai
penginternasionalisasian nilai-nilai kebaikan, kerendahan hati , cinta
kasih dan sebagainya.
6. Pendidikan yang melatih kesadaran kritis
Sikap yang kritis dan toleran, akan merangsang tumbuhnya kepekaan
sosial dan rasa keadilan. Oleh karena itu diharapkan bisa mengatasi
kemelut sosial, budaya, politik dan ekonomi bangsa ini.
7. Pemberdayaan Guru
Guru hendaknya lebih kreatif, inovatif, terampil, berani berinisiatif serta
memiliki sikap politik yang jelas.
8. Memperbaiki kesejahteraan Guru
Guru merupakan faktor dominan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Oleh karena itu upaya perbaikan kesejahteraan guru perlu ditingkatkan.
Dengan demikian, guru tidak hanya dituntut untuk meningkatkan
wawasan maupun mutu mengajarnya serta meghasilkan output yang
baik.
-
19
Seperti dilansir oleh Kompas.com tanggal 28 Oktober 2009 menyebutkan
bahwa tiga hasil studi internasional menyatakan, kemampuan siswa Indonesia
untuk semua bidang yang diukur secara signifikan, Indonesia berada dibawah rata-
rata skor internasional yang sebesar 500. Jika dibandingkan dengan siswa
Internasional, Indonesia hanya mampu menjawab soal dengan kategori rendah dan
sangat sedikit, atau bahkan tidak ada yang mampu menjawab soal dengan kategori
pemikiran tingkat tinggi.
Untuk Indonesia, pendidikan tak terjangkau oleh rakyat kecil, karena
mahalnya biaya pendidikan itu sendiri. Lembaga pendidikan di Indonesia seolah
telah dijadikan ladang bisnis dan dikomersialkan. Kebijakan ini memang sangat
disayangkan, karena dapat mengubur impian masyarakat kelas sosial kebawah
untuk menikmati pendidikan setinggi-tingginya. Salah satu implikasinya
adalah, kualitas mahasiswa pun jadi dipertanyakan. Bukan tidak mungkin uang
yang berbicara, siapa yang lebih banyak ia yang akan menang. Bisa jadi mereka
memiliki kemampuan intelektual yang pas-pasan. Sementara mereka yang
memiliki kemampuan lebih tidak bisa mengenyam perguruan tinggi karena
terkendala oleh faktor finansial yang tidak mencukupi.
Meskipun saat ini banyak bantuan-bantuan dari pemerintah dalam hal
pendidikan seperti BOS, dan lainnya, namun banyak penyelewengan-
penyelewengan anggaran pendidikan yang dilakukan oleh aparat dinas pendidikan
baik di daerah maupun sekolah. Penyelewengan dana pendidikan itu terutama
dalam alokasi untuk rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
Akibatnya adalah dana BOS yang dapat dinikmati oleh siswa jumlahnya berkurang
atau bahkan tidak sampai ke tangan mereka. Seperti yang telah dipaparkan oleh
Febri Hendri, Peneliti Senior Indonesia Corruption Watch (ICW) saat menyoal
Evaluasi Kinerja Departemen Pendidikan Nasional Periode 2004 2009 di Jakarta,
Rabu (9/9). Menurut Febri, selama kurun waktu 2004-2009, sedikitnya terungkap
142 kasus korupsi di sektor pendidikan. Kerugian negara mencapai Rp 243,3 miliar.
(Kompas.com tanggal 9 September 2009).
-
20
Akibat dari mahalnya pendidikan yang hanya bisa dinikmati oleh kelas sosial
atas adalah ketidak merataan pendidikan di Indonesia, dimana mereka yang
memiliki kecerdasan intelektual tinggi dan seharusnya dibina di sekolah, justru
tidak dapat bersekolah dikarenakan mahalnya biaya pendidikan. Bagi Indonesia
sendiri adalah menurunnya kualitas SDM dan pendidikan bangsa, sehingga bangsa
Indonesia akan mengalami kemunduran. Diketahui bahwa pendidikan adalah pilar
utama terselenggaranya negara yang maju dan berkualitas. Jjika dalam dunia
pendidikan saja banyak masalah-masalah seperti sulitnya mendapatkan pendidikan
yang layak karena faktor lemahnya finansial, maka akas sulit bagi Indonesia untuk
dapat bersanding dengan negara-negara lain.
3.3 Faktor-faktor penyebab rusaknya moral remaja akibat pengaruh
globalisasi
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya moral remaja
yang diakibatkan oleh globalisasi :
a. Kemajuan teknologi
Dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positif tetapi
tidak dapat di pungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat berdampak negatif bagi
kerusakan moral. Perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang
dampaknya sangat berbahaya bila tidak di gunakan oleh orang yang tepat.
b. Memudarnya kualitas keimanan
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai
dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak,
kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan
Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran
agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan
demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah
masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan
masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karen pengawasan
masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang
disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani
-
21
melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam
masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan pelanggaran moral, dengan
sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan
pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya
kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi
adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya
sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan.
Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah
memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana,
karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.
c. Pengaruh lingkungan
d. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga,
sekolah, maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan seperti
semestinya. Moral bukan hanya dipelajari secara tulisan dan lisan tapi juga harus
dilakukan pembiasaan agar dapat tertanam didalam kebiasaan mereka.
e. Derasnya arus budaya materialistis, hedonistis, dan sekularistis
Gejala penyimpangan ini terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar
kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai
agama. Penyaluran arus budaya yang demikian didukung oleh para penyandang
modal yang semata-mata hanya ingin memperoleh keuntungan material dan
memanfaatkan kecenderungan para remaja tanpa memperhatikan dampaknya bagi
kerusakan moral.
Dewasa ini sering kita mendengar dari radio atau bacaan dari surat kabar
tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi
mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom
dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal
yang dapat merusak moral. Namun, gejala penyimpangan tersebut terjadi karena
pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu
dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa
dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang
-
22
disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran,
pertunjukan-prtunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu
didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan
material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan
dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga
termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para
remaja dan generasi muda umumnya.
e. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber
daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang
sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian
semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata
mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak
mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya
tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, mareri dan
sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan
dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau
mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara
moral mereka sudah kehiangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa
yang demikian itu semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya
dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah
seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan
aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.
f. Hilangnya identitas diri sebagai bangsa Indonesia
Tercerabutnya akar budaya, remaja kini merasa malu dengan budaya sendiri dan
merasa bangga dengan budaya asing. Dengan adanya berbagai media yang sering
diakses oleh para remaja, membuat mereka ingin seperti yang mereka idolakan
(proses tersebut perlahan telah mengubah gaya hidup remaja. Di satu sisi hal ini
berdampak positif karena memacu perubahan, namun di lain sisi telah
mengantarkan mereka pada budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma
pada masyarakat tertentu (misalnya: pacaran yang berlebihan, dugem, hedonis,
-
23
konsumtif, dll.) Hilangnya identitas diri para remaja dihadapkan pada proses
mengikuti dan meniru trend asing terus-menerus, misalnya pop Korea yang sedang
menjadi kiblat para remaja kini. Mereka merubah penampilan (model rambut, mode
pakaian), gaya hidup, dan lebih mudah menerima budaya bangsa lain dibanding
melestarikan budaya sendiri, hal ini dapat melahirkan budaya campuran sebagai
akibat dari adanya globalisasi.
3.4 Cara Mengatasi Kerusakan Moral
Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih
teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan
akhlak. Karena kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri.
Apabila seseorang bergaul di lingkungan yang baik,maka ia akan timbul
kepribadian yang baik juga. Dan apabila seseorang bergaul pada kondisi lingkungan
yang kurang baik,maka akan timbul kepribadian yang kurang baik juga.
1. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang,
terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian
dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus,
kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada
sikap anak. Seperti halnya karena kurangnya perhatian orang
tua,seseorang akan cenderung melampiaskan amarahnya pada orang lain
dengan tindakan yang tidak wajar dilakukan oleh kaum muda.
2. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk
menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan
merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan
kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi
kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada
perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan
mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di
sekelilingnya.
-
24
3. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara mendekatkan diri kepada
Yang Maha Kuasa. Lebih memperdalam dan mengamalkan ajaran
agama sesuai kepercayaan masing-masing.
4. Adanya mata kuliah Pendidikan moral dan Pengembangan karakter
salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan yang didikuti mahasiswa
untuk menanamkan pada diri masing-masing akan pentingnya
pendidikan karakter untuk memperbaiki moral bangsa. Lalu pendidikan
agama yang didalamnya terdapat berbagai pendekatan untuk menuju
moral yang lebih baik serta memperteguh penanaman nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mampu memanfaatkan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebaik-baiknya.
6. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam sistem pendidikan, yang
dapat dilaksanakan dengan cara:
a) Menyisipkan nilai nilai moral di setiap proses belajar
mengajar.
b) Membentuk kelas motivasi.
c) Menambah mata pelajaran tentang pendidikan moral.
d) Mata pelajaran yang substansinya sudah mengandung nilai-nilai
moral hedaknya lebih aplikatif, tidak hanya text book semata.
e) Menyeimbangkan porsi antara materi belajar akal (cerdas) dan
hati (moral).
-
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan penulisan makalah ini adalah :
1. Dampak positif globalisasi yang mampu mengubah pola pikir
masyarakat dari irasional menjadi rasional, membantu manusia
menyelesaikan permasalahnya dengan efektif dan efisien, dan
menyediakan lapangan pekerjaan yang mampu mereduksi angka
pengangguran. Sedangkan dampak negatif globalisasi adalah
munculnya gaya hidup konsumtif, individualistik, kebarat-baratan dan
kesenjangan sosial.
2. tujuan atau arah dan fungsi utama sistem pendidikan nasional adalah
mengembangkan manusia, masyarakat, dan lingkungannya. Dengan
demikian sistem pendidikan nasional berfungsi mengembangkan bangsa
dan kebudayaan nasional. Pembangunan disini ialah pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya. Hal tersebutlah yang menentukan arah pendidikan nasional.
3. faktor-faktor yang menyebabkan rusaknyan moral remaja sekarang
diantaranya adalah kemajuan teknologi, memudarnya kualitas
keimanan, pengaruh lingkungan, kurang efektifnya pembinaan moral
yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah, maupun
masyarakat,derasnya arus budaya materialistis, hedonistis, dan
sekularistis, belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari
pemerintah.
4. Peran orang tua, wawasan seseorang, iman taqwa, pendidikan moral,
integrasi pendidikan karakter dapat menjadi salah satu solusi
kemerosotan moral remaja.
4.2 Saran
Pendidikan moral mampu membentuk karakter remaja yang kuat, tidak
mudah terpengaruh oleh arus negatif globalisasi sehingga diperlukan adanya sinergi
dari pemerintah, dinas pendidikan dan orang tua untuk membentuk penduduk
-
25
Indonesia yang mampu bertahan ditengah derasnya arus negatif globalisasi dan
mampu memanfaatkan peluang arus positif globalisasi.
-
Daftar Pustaka
Buku
Al-Ghazali, 2002. Rahasia Zikir dan Doa. Bandung : Karisma.
Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.
Semarang : Aneka Ilmu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1989. Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka.
Drajad, Z. 1997. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta : Bulan
Bintang.
Jamli, Edison dkk.Kewarganegaraan. 2005. Jakarta : Bumi Akasara.
Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Suardi, Edi, Pedagogik 2, Sistem dan Tujuan Pendidikan, Bandung: Angkasa,
1986.
PRASETYO, Eko. Orang miskin dilarang sekolah. Yogyakarta: Resist Book,
2005.
Widjaja, A.W. (1985). Pedoman Pokok-Pokok dan Materi Perkuliahan Pancasila
di Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Internet
http://meetabied.wordpress.com/2009/12/24/remaja-dan-ciri-cirinya/ [24 Februari
2014]
http://netsains.com/2009/04/psikologi-remaja-karakteristik-dan-
permasalahannya/http://catur.dosen.akprind.ac.id/2009/03/30/remaja-dan-internet/
[24 Februari 2014]
http://psikonseling.blogspot.com/2009/03/psikologi-perkembangan-pada-
remaja.html [24 Februari 2014]
http://panjiaromdaniuinpai2e.blogspot.com/2008/03/psikologi-perkembangan-
remaja_27.html. [24 Februari 2014]
-
25
Januar S. Indra. Globalisasi Pendidikan.
Http://Zag.7p.Com/Globalisasi_Pendidikan.Htm Akses Tanggal 28 Oktober
2009.
Tanje, Sixtus. Globalisasi Pendidikan Dan Ketidaksiapan Sekolah. Http://Re-
Searchengines.Com/Sixtus0409.Html akses tanggal 28 Oktober 2009.