makalah pembelajaran ilmu sosial untuk anak usia dini upi

Upload: slampack

Post on 09-Oct-2015

1.153 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Pembelajaran Ilmu Sosial Untuk Anak Usia Dini Upi

TRANSCRIPT

MAKALAH PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNTUK ANAK USIA DINI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugasMata Kuliah Pembelajaran IPS untuk AUDDosen : Dra. Hj. Momoh Halimah, M.Pd.

Disusun oleh :

YAYAH HAERIYAH, S.PdNIM. 1406669LILIS DIANI, S.PdNIM. 1406711IIM ROHIMAH, S.PdNIM. 1406712

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIAKAMPUS TASIKMALAYA2014

25

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNTUK ANAK USIA DINI. Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk mata kuliah Pembelajaran IPS untuk AUD.Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu, khususnya kepada guru mata pelajaran yang telah memberikan pengarahan dan dorongan dalam makalah ini.Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Banjar, September 2014Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 3C. Tujuan 3BAB II PEMBAHASAN 4A. Perkembangan Kognitif dan Kemampuan Calistung 4B. Tahap Perkembangan Kognitif AUD 8C. Tahapan Kognitif Anak 11D. Model Pembelajaran Reggio Emilia 18BAB III KESIMPULAN 24DAFTAR PUSTAKA 25

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAnak adalah masa depan bangsa yang harus ditumbuhkembangkan jiwa dan raganya untuk menjadi anak yang cerdas, terampil dan berahlak mulia. Anak usia dini harus dikembangkan motorik kasar dan motorik haluasnya. Bagi anak bermain adalah belajar atau belajar seraya bermain. Bagaimana menciptakan permainan yang dapat mengembangkan pertumbuhan fisik melalui motorik kasar dan bagaimana mengembangkan motorik halusnya.Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dimasa sekarang sangat penting bagi tumbuh kembang anak-anak kita, khususnya di usia 0 sampai dengan 6 tahun. Hal ini sangat penting untuk perkembangan anak khususnya dalam perkembangan perilaku, bakat, pengetahuan. Pada masa-masa usia tersebut anak sangat peka dengan segala sesuatu dilingkungannya. Apabila lingkungan mengajarkan hal yang positif mengarah ke perilaku yang membuat anak terdidik dengan baik, maka anak akan terbentuk baik pila pola pendidikan dan perilakunya. Untuk itu diperlukan pola pembelajaran yang tepat bagi anak usia diniPerkembangan era globalisasi sekarang ini telah berdampak pada perubahan segala aspek kehidupan. Mulai dari aspek ekonomi, budaya, hingga yang terlihat jelas ialah pada aspek sosial. Seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman, sikap sosial masyarakat Indonesia saat ini telah banyak mengalami perubahan. Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak usia dini. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh semakin luasnya pengaruh budaya asing yang berkembang di Indonesia saat ini melalui berbagai macam sumber.Anak-anak usia dini pada umumnya merupakan objek yang paling mudah terkena pengaruh-pengaruh dari luar, baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sehingga perlu adanya keterlibatan antara pihak keluarga, sekolah dan juga lingkungan untuk membimbing, mendampingi, serta mengawasi setiap perkembangan sikap sosial pada anak. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan perubahan sikap sosial dan mental anak selama anak berada di lingkungan keluarga. Begitu juga dengan guru, hendaknya selalu membimbing dan mengarahkan anak didiknya menuju hal-hal yang positif. Pembentukan sikap sosial dasar pada anak bisa ditanamkan melalui pengamalan terhadap mata pelajaran tertentu yang berkaitan dengan aspek kehidupan sosial. Misalnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang berisi kajian-kajian konsep dasar IPS. Sehingga anak dapat mengembangkan sikap-sikap sosial dalam hidup bermasyarakat berawal dari sikap sosial dasar yang telah dikembangkan sejak usia dini.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimanakah perkembangan kognitif dan kemampuan calistung?2. Bagaimanakah tahap perkembangan kognitif AUD?3. Bagaimanakah kognitif anak?4. Bagaimanakah model pembelajaran reggio?

C. Tujuan1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kognitif dan kemampuan calistung?2. Untuk mengetahui bagaimana tahap perkembangan kognitif AUD?3. Untuk mengetahui bagaimana kognitif anak?4. Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran reggio?

BAB IIPEMBAHASAN

A. Perkembangan Kognitif dan Kemampuan CalistungNAEYC (National Association for the Education of Young Children) memberikan pernyataannyayang senada tentang kesiapan sekolah : School must be able to respond to a diverse range of abilities within any group of children, and the curriculum in the early grades must provide meaningful contexs for children learning rather than focusing primarily on isolated skills acquisition. (sekolah harus dapat merespon berbagai kemampuan anak dalam kelompoknya, dan kurikulum di usia dini harus memberikan konteksyang bermakna bagi anak, bukan menekankan pada perolehan ketrampilanyang sulit dijangkau).Kesiapan membaca, menulis dan berhitung, sudah dapat dimulai sejak anak berusia pra sekolah. Kesiapan membaca pada anak dapat terlihat antara lain dari kemampuan anak untuk (1) mendengar dan membedakan bunyi bahasa; (2) memahami konsep tulisan; (3) memberi arti pada bacaan; (4) memahami dan menginterpretasi tulisan sederhana dan sebagainya. Kegiatan membaca merupakan sebuah proses berpikiryang perlu dipelajari dan dilatih, karena tidak terjadi secara otomatis. Dalam mengajarkan anak membaca, diperlukan bimbinganyang bersifat individual, waktuyang tidak sedikit, dan kesabaran pendidik dalam memotivasi anak. Kesiapan membaca dapat mengembangkan pemahaman anak tentang hubungan antara bahasa lisan dan simbol-simbol tulisan. Dengan memiliki kesiapan membaca, anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan berbagai kosa kata.Kesiapan menulis berawal dari ide/gagasanyang muncul,yang akan dituliskan di atas kertas. Dalam melatih anak kesiapan menulis, pendidik perlu memberikan kebebasan pada anak untuk mengutarakan idenya secara alamiah, sebagaimana ketika anak berbicara. Anak perlu dimotivasi agar tidak perlu cemas atau khawatir saat menulis. Pendidik perlu menjelaskan secara eksplisit bahwa jikaada tulisanyang salah, anak memiliki kesempatan untuk menghapus atau merubahnya. Ide-ideyang muncul juga masih dapat disusun kembali, demikian pula jikaada pengejaanyang salah. Anak perlu dijelaskan pula tentang manfaat memiliki ketrampilan menulisyang akan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Kesiapan menulis dapat membantu anak untuk menulis dengan tujuanyang jelas, menulis kalimat secara benar, menggunakan tanda bacayang tepat, menulis dengan jelas dan relative rapi, merangkai ide dengan baik serta memilih kata-katayang tepat.Kesiapan berhitung terkait erat dengan kemampuan anak dalam matematika. Anak perlu dijelaskan bahwa matematika sangat penting dalam kehidupan, dan kita membutuhkan ketrampilan ini dalam kehidupan sehari hari misalnya untuk membaca jam, membeli barang atau mainan, menghitung skor saat bermain game dan sebagainya. Pendidik perlu menjadi contoh bagi anak sebagai pribadiyang menyukai kegiatan berhitung. Anak pun perlu dimotivasi untuk menganggap dirinya sebagai ahli matematikayang dapat menyelesaikan masalah dan memiliki ketrampilan bernalar. Materi dalam pembelajaran matematika mencakup banyak hal, diantaranya berkaitan dengan bentuk, symbol angka, penjumlahan, pengurangan dan pengelompokkan.Peran Pendidik dalam Mengajarkan Kesiapan Calistung pada Anak :1. Peran pendidik dalam memfasilitasi anak agar senang membaca:a. Menjadikan kegiatan membaca sebagai hobiyang menyenangkan bagi anak, misalnya dengan mencari buku bacaan/majalahyang menarik dan membacanya bersama, membacakan anak tulisan di kotak makanan atau minuman anak, label atau petunjuk di jalan dan sebagainya.b. Membaca puisi atau sajak bersama dengan anak. Saat membaca, orang tua dapat membantu anak dengan menunjuk bacaan, dengan menggerakkan jari dari arahyang tepat.c. Menyimak saat anak belajar membaca.d. Mengajak anak secara rutin mengunjungi toko buku atau perpustakaan.e. Menjadikan buku sebagai alternatif hadiahyang istimewa di saat saat tertentu.f. Menyediakan buku, majalah, dan kertas di rumah agar bisa diakses dengan mudah oleh anak.g. Memotivasi anakyang lebih tua untuk membacakan cerita untuk adiknya.h. Mendampingi anak belajar membaca dan menuliskan apayang telah dibaca.2. Peran pendidik dalam memfasilitasi anak agar senang menulis:a. Memberi contoh pada anak bahwa kita senang menulis surat, menuliskan pesan singkat untuk anggota keluarga, menulis daftar belanjaan dan sebagainya.b. Mengirim surat atau kartu ucapan untuk anak.c. Memotivasi anak untuk senang membuat gambar dan merancang huruf huruf.d. Bermain ejaan misalnya crossword puzzles, scrabble, atau bermain peran sebagai pelayan restoranyang mencatat menuyang dipesan pelanggan.e. Berbincang dengan anak tentang motivasi orang menulis.3. Peran pendidik dalam memfasilitasi anak agar senang berhitung:a. Motivasi anak bahwa matematikaadalah kegiatanyang mudah dan menyenangkan.b. Memberitahu anak bahwa matematikaada di mana-mana, misalnya berat dan tinggi badan anak memerlukan hitungan matematika; membeli kue memerlukan kemampuan berhitung, dan juga menentukan waktu sekolah.c. Membantu anak berhitung dengan menghapal, atau memikirkannya di luar kepala.d. Melatih anak tentang angka, jumlah, perbandingan dan sebagainya.e. Bermain tebakan dengan menggunakan berbagai angka.f. Mengelompokkan benda-benda misalnya berdasarkan ukuran, warna atau bentuk.4. Peran pendidik terkait dengan strategi mengajar calistung:a. Membuat perencanaan mengajaryang sesuai dengan tahapan perkembangan, kebutuhan dan minat anak.b. Menciptakan lingkungan belajaryang nyaman bagi anak dan memberikan kesempatan pada anak untuk melatih kemampuannya dalam calistung.c. Menggunakan berbagai metode dan pendekatan dalam mengajarkan anak calistung dengan melibatkan seluruh potensi inteligensi anak/multiple inteligensi.d. Mengajarkan anak variasi teknikyang tepat dalam calistung.e. Menyediakan media/peralatanyang dapat mendukung anak untuk meningkatkan pemahamannya (bisa menggunakan bahanyangada di lingkungan sekitar atau membuat media sederhana).

B. Tahap Perkembangan Kognitif AUDPerkembangan kognitif anak usia dini adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak konsepsi hingga usia delapan tahun.Tahap perkembangan kognitif anak usia dini berarti tahap perkembangan kognitif anak dari sejak lahir sampai pada usia 8 tahun. Piaget membaginya dalam tahap sensori motorik untuk usia 0 24 bulan dan tahap pra opersional 18 7 tahun. Untuk perkembangan kognitif pada tahapan sensori motorik, dapat lebih mudah dipelajari melalui tabel yang telah disarikan dari buku Santrock berikut:Perkembangan Kognitif Permanensi Objek1. Tahap 1 ( 0 1 bulan)Skema refleks bawaan (berwujud tingkah laku refleks)2. Tahap 2 (1 4 bulan)Modifikasi skema stadium 1 atas dasar pengaruh pengalaman, mengakibatkan koordinasi antara lain koordinasi mata tangan (reaksi sirkuler yang primer) tertuju pada badan sendiri, misal mulai bermain 3 bulan: menolong meraban, bermain-main dengan jari kakinya sendiri Tahap 1 dan 2 ( 0-4 bulan).Bayi mengikuti objek yang bergerak dengan mata sampai objek menghilang, perhatian segera hilang dan memandang sebentar pada tempat objek menghilang3. Tahap 3 ( 4-8 bulan)Perkembangan skema yang menyebabkan akibat yang menarik dalam lingkungan orientasi ekstern, (reaksi sirkuler yang sekunder ditujukan pada lingkungan, misalnya membuka pintu atau tas) Reaksi sirkuler yang sekunder (Piaget) Functionlust(K. Buhler) Motivasi efektif = bergaul secara efektif dengan lingkungan (White)Tiga macam nama untuk satu gejala yang sama, tingkah laku satu mengundang tingkah laku berikutnya (sirkuler) Tahap 3 ( 4-8 bulan).Mengikutin objek dengan mata, fiksasi bila gerakan objek berhenti, tahu sebelumnya posisi yang akan datang berdasarkan proses gerakan. Mengikuti secara visual sampai melampaui tempat menghilangnya objek Imisal, membungkuk dari kursi untuk melihat objek yang jatuh). Dapat mengenal objek yang hanya nampak sebagian. Tidak mencoba memegang bila menghilang meskipn mampu. Tidak heran bila objek menghilang.4. Tahap 4 ( 8-12 bulan)Koordinasi respons stadium 3 mengakibatkan tingkah laku intensional, nampak seperti inteligen (koordinasi reaksi-reaksi sekunder) Tahap 4 ( 8-12 bulan).Mencoba memegang dengan tangan objek yang menghilang dari pandangan mata.nmencari terus di tempat menemukan sebelumnya meskipun melihat kalau dipindah. Kebiasaan motorik: Carilah di tempat yang sebelumnya kau menemukannya penting di sini pola aksi sensoris.5. Tahap 5 ( 12-18 bulan)Trial and error yang aktif, dorongan eksplorasi tertuju pada penemuan skema alat-tujuan (reaksi sirkuler yang tersier mulai sekarang bukan secara kebetulan melainkan atas dasar dorongan untuk mengadakan eksplorasi dan manipulasi dengan objek-objek baru) Tahap 5 ( 12-18 bulan)Mencari objek di tempat yang untuk terakhir dilihatnya menghilang, misal di tangan, bukan di bawah lap atau layar tempat objek ditinggalkan.6. Tahap 6 ( 18-24 bulan)Penemuan skema alat tujuan yang baru melalui kombinasi mental internal dari skema-skema yang direpresentasi secara simbolis. Perpindahan dari fungsi sensori motoris ke fungsi simbolis kognitif (permulaan berpikir)Tahap ( 18-24 bulan)Anak menggunakan kecakapan simbolis yang baru berkembang untuk membayangkan kemungkinan berbagai perpindahan yang tidak nampak daripada objek yang tersembunyi, tidak khusus terikat pada perpindahan yang nampak.

C. Tahapan Kognitif AnakPiaget seperti dalam kutipan Siti Aisyah telah mengidentifikasi 4 periode utama dalam perkembangan kognitif, yaitu periode sensori motor (lahir s/d 2 tahun) periode praoperasional (2 s/d 7 tahun), periode operasi konkret (7 s/d 11 tahun) dan periode operasi formal (11 tahun ketas).Dalam makalah ini akan dibahas periode sensori motor dan periode praoperasional, yaitu periode-periode dimana anak mencapai usia 7 tahun. Berikut adalah table kedua periode tersebut beserta penjelasan ringkas tentang ciri-ciri perilaku yang muncul dalam setiap tahap yang terdapat dalam kedua periode tersebut.1. Tahap Sensori Motor (Lahir s/d 2 Tahun)Tahap sensori motor, yaitu sejak lahir hingga sekitar dua tahun dari masa bayi adalah suatu periode, dapat mengkoordinasikan input sensor dan kemampuan gerakannya untuk membentuk skema perilaku yang memungkinkannya bergerak dalam lingkungan dan megetahui lingkungannya. Selama dua tahun pertama, bayi berkembang dari mahluk yang bergerak dengan reflex dan dengan pengetahuan yang sangat terbatas kepada pemecahan masalah (problem solver) yang telah belajar banyak tentang dirinya, teman dekatnya, dan benda serta dalam kejadian dalam dunianya sehari-hari.a. Perkembangan keterampilan pemecahan masalahPiaget member cirri bulan pertama hidup bayi sebagai tahap kegiatan reflex yaitu suatu periode dimana perilaku bayi terbatas pada latihan reflex yang dialami, menambahkan obyek baru kedalam skema refleksif ini (sebagai contoh, menghisap selimut dan mainan seperti menghisap putting susu). Dan menghantarkan reflex kepada benda nyata (bayi mulai mengenggam dan menghisap benda nyata).b. Perkembangan imitasi (peniruan)Piaget menemukan adanya adaptasi peniruan yang signifikan bermakna, dan dia sangat tertarik pada perkembangan adaptasi peniruan tersebut. Pengamatannya mengarahkan pada keyakinan bahwa bayi tidak mampu meniru respons yang asli yang ditunjukkan oleh contoh (orang dewasa) hingga usia 8-12 bulan. Akan tetapi skema peniruan bayi ini tidak akurat, seperti yang dicontohkan. Ketika kita membengkokkan dan meluruskan jari kita, bayi mungkin akan meniru dengan membuka dan menutup seluruh tangannya. Jadi, peniruan yang akurat terhadap kejadian respons yang paling sederhana, mungkin akan memerlukan latihan berhari-hari atau mungkin berminggu-minggu, dan ratusan contoh dibutuhkan sebelum bayi usia 8-12 bulan dapat memahami dan menikmati permainan sensori moto, seperti cilukba.c. Perkembangan ketetapan bendaSalah satu penemuan yang perlu dicatat dalam periode sensori motor ini adalah perkembangan ketetapan benda, yaitu suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika benda tersebut tidak lagi dapat terlihat atau terdeteksi oleh indra lainnya. Jika kita memindahkan sebuah jam dan menutupnya dengan buku, kita tetap menyadari bahwa jam tersebut masih tetap ada. Tetapi bayi sangat tergantung pada panca indra dan kemampuan motorik untuk memahami suatu benda maka ia berpikir bahwa suatu benda ada apabila dapat di indrai.d. Evaluasi tahap sensori motor dari teori PiagetPencapaian intelektual anak selama periode sensori motor benar-benar terlihat. Dalam waktu 2 tahun yang singkat, anak telah berkembang dari refleksif dan mahluk yang tidak bergerak kepada pemikir yang terencana yang dapat bergerak sendiri., memecahkan masalah dikepalanya dan bahkan mengkomunikasikan beberapa pemikirannya kepada temannya. penundaan peniruan muncul lebih awal dari yang telah dikatakan Piaget, dan bayi yang masi sangat mudah mengetahui lebih banyak tentang benda dari pada yang diperkirakan orang dewasa padanya.2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)Ketika anak memasuki tahap praoperasional, kita melihat peningkatan yang drastis dalam penggunaan mental simbolnya (kata-kata dan imajinasi) untuk menggambarkan benda, situasi dan kejadian. Pada dasarnya, suatu symbol adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Misalnya kata anjing mewakili binatang berkaki empat, ukuran sedang dan bersifat lokal.Contoh yang paling jelas dari penggunaan symbol bagi Piaget adalah bahasa. Contoh lain penggunaan symbol pada anak kecil adalah penundaan, peniruan, menggambar, perbandingan mental, dan permainan simbolik (misalnya berpura-pura menggunakan sepatu sebagai telepon atau memberi makan anjing dengan bubur khayalan).Masih mengutip piaget, menurutnya, perkembangan kognitif pada anak-anak bermula dari perhatian mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Pada usia 4 (empat) bulan, misalnya , anak mampu mengembangkan apa yang disebut Piaget dengan istilah Intentionality. Intentionnality adalah kemampuan anak dalam melakukan sesuatu agar apa yang diinginkannya terpenuhi. Istilah ini juga sering disebut dengan tindakan agar rasa ingin tahunya terjawab. Sekedar contoh, bayi belajar bahwa jika dirinya menangis, maka ibu atau pengasuhnya akan datang. Oleh karena itu ketika bayi belum mampu berkata-kata sebagaimana orang dewasa, ia hanya akan selalu menangis agara apa yang diinginkannya dapat tercapai. Bahkan anak yang agak dewasapun, masih sering menangis jika keinginannya tidak dipenuhi. Itulah,belajarnyabayi,menangis.Dalam perkembangan selanjutnya, anakanak akan mencari apa yang dinginkannya secara mandiri . misalnya nak ingin bermain boneka, maka ia akan mencari boneka yang pernah dilihatnya. Ia datang mencari ke tempat dimana ia melihat boneka terakhir kalinya. Bahkan, pada tahap ini anak mampu menyingkirkan barang-barang yang sekiranya menghalangi boneka dengan dirinya. Dalam situasi tertentu, mungkin ia telah jengkel karena tidak menemukan boneka yang dinginkannya. Ia protes dengan cara menangis. tetapi hal ini dilaukann ketika ada orang dewasa di dekatnya. Tangisan itu dimaksudkan agar orang di dekatnya mau membantu mencari boneka yang sedang dicarinya tersebut.Kemudian, sekitar usia 18 bulan, penalaran anak-anak sudah mulai berkembang lebih tinggi . ia sudah mampu mencari benda-benda yang sengaja disembunyikan di berbagai tempat tersembunyi. Inilah sebabnya mengapa anak-anak pada tahap ini sangat senang jika diajak bermain petak umpat. Mereka seolah-olah merasa tertantang dengan melakukan permainan tersebut. Di samping itu, anak-anak pada tahap ini juga telah mampu mengingat perilaku orang-orang di sekitarnya, mengingat kejadian di masa lalu, kemudian menirukannya.Setelah itu pada usia antara 3 sampai dengan 4 tahun, anak-anak sudah mulai mampu melakukan manipulasi lingkungan dan mencoba hal-hal baru. Bahkan, mereka telah mampu menggeneralisasikan satu situasi kes ituasi yang lain. Dengan tekhnik tertentu, anak-anak mampu membawa dirinya untuk menguasai berbagai rintangan di lingkungan yang baru saja mereka temukan tersebut.Pada tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, anak-anak mulai menaruh perhatian pada simbol-simbol di sekitarnya. Dalam waktu yang tidak lama, mereka akan mengetahui bahwa berbagai simbol tersebut mempunyai arti dan makna tersendiri. Pemahaman terhadap berbagai simbol tersebut mempunyai arti dan makna tersendiri. Pemahaman terhadap berbagai simbol tersebut secara tidak langsung meransang anak untuk menaruh perhatian pada kertas yang terdapat gambar menarik dan tulisan di sampingnya. Mulai dari sisni, anak-anak telah tertarik untuk Belajar membaca, menulis dan berhitung. Tahap ini biasanya dilalui anak ketika usianya telah mencapai 5,5 hingga 6 tahun.Selain Piaget, teori dasar kognitif juga dirumuskan oleh seorang ahli perkembangan dari Rusia yang dikenal dengan nama Lev Vygotsky. Dia seperti yang diutip oleh Siti Aisyah menekankan bahwa (1) perkembangan kognitif muncul dalam konteks budaya sosial yang mempengaruhi bentuk yang diambilnya, dan (2) kemampuan kognitif anak yang paling penting akan berkembang dari interaksi sosial dengan orang tua, guru, dan orang-orang lain yang lebih kompeten.3. Tahap Operasional Konkret (umur 7 atau 8 - 11 atau 12 tahun)Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi.Namun sungguh pun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak.4. Tahap Operasional Formal ini antara umur 11/12 - 18 tahun.Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :a. Bekerja secara efektif dan sistematis.b. Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.c. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.d. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal operation.Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.

D. Model Pembelajaran Reggio EmiliaModel pembelajaran Reggio Emilia merupakan contoh model pembelajaran anak usia dini yang dicetuskan oleh Loris Mallaguzzi. Model pembelajaran Reggio Emilia membantu anak-anak untuk belajar dengan membangun konstruksi pembelajarn mereka sendiri, dimana anak-anak dapat belajar sesuai dengan tingkatan usianyayang semuanya dilakukan dengan cara berpikir yang rkspresif, komunikatif dan ilmiah. Model pembelajaran Reggio Emilia merupakan sebuah model pembelajaran yang mengarah kepada kepentingan dari anak itu sendiri secara seutuhnya. Model pembelajaran Reggio Emilia menerapkan pembelajaran proyekyang merupakan pengkajianyang lebih mendalam mengenai topik atau konsepyang sangat berarti bagi anak. Proyek dapat dilakukan oleh anak-anak selama beberapa hari atau beberapa minggu. Proyekyang diambil oleh anak-anak berdasarkan pada pengalaman dan konsep nyata kehidupan. Perencanaan berdasarkan model pembelajaran proyek berusaha meningkatkan proses berpikir anak, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan negosiasi-sosial. Prinsip model pembelajaran Reggio Emilia adalah sebagai berikut:1. KurikulumemergentKurikulum dibangun berdasarkan minat anak-anak. Topik untuk pembelajaran diperoleh melalui pembicaraan dengan anak-anak, sampai kepada masyarakat atau peristiwa keluarga, seperti halnya minat atau kesukaan anak-anak. Perencanaan kelompok merupakan suatu komponen penting dalam pembelajaran.2. Proyek (pekerjaan)Proyek merupakan suatu pembelajaran mengenal konsep secara lebih mendalam terhadap gagasan dan minatyang muncul dalam kelompok. Proyek dapat dilaksanakan selama satu minggu atau dapat berlanjut sepanjang tahun pelajaran. Sepanjang proyek, guru membantu anak-anak untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran, seperti tata cara meneliti topik dalam pembelajaran dalam kelompok anak.3. Kerja sama/kolaborasiKerja sama/kolaborasi dipertimbangkan dalam model pembelajaran Reggio Emilia untuk membantu pemahaman koksep pada anak. Anak-anak diarahkan untuk melaksanakan diskusi, dialog, kritik, membandingkan, membuat hipitesis dan memecahkan masalah. Model pembelajaran Reggio Emilia memfokuskan pada keseimbangan antara pengembangan kemampuan idividu dan keanggotaan kelompok.4. Guru sebagai penelitiPeran guru dalam model pembelajaran Reggio Emilia sangat kompleks. Selain aktif sebagai pendidik, peran guruyang bertama dan utama adalah sebagai pembelajar bersama anak-anak. Selain itu, guru juga merupakan peneliti dan sebagai peneliti guru harus dengan seksama menyimak/mendengarkan, mengamati, dan mendokumentasi-kan pekerjaan anak-anak dan pertumbuhan komunitas agar dapat merangsang proses berpikir dan kerja sama anak-anak dengan sebayanya.5. DokumentasiSerupa dengan portofolio, dokumentasi merupakan perekaman semua bukti proses pembelajaranyang memberikan gambaran ketika anak-anak sedang terlibat dalam pembelajaran atau ketika sedang melakukan sesuatu, penggunaan kata-kata yang mereka ucapkan, perasaan dan pemikiran anak-anak. Dokumentasi digunakan sebagai asesmen dan pertimbangan bagi guru untuk melakukan sesuatu.6. LingkunganDalam model pembelajaran Reggio Emilia, lingkungan dipertimbangkan sebagai guru yang ketiga. Para guru sangat berhatihati dalam menata ruangan untuk pembelajaran anak baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, sekaligus ruangan untuk penataan hasil karya anak. Kompetensi pembelajaran dalam model pembelajaran Reggio Emilia adalah: Mengkomunikasikan kekuatan ide-ide dan hak-hak anak, potensi, dan sumber-seumberyang seringkali terabaikan Mempromosikan studi, penelitian, eksperimen dalam pembelajaran dengan konteks pembelajaran yang aktif, konstruktif dan kreatif. Meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran yang tinggi terhadap nilai-nilai kerjasama dan kebermaknaan hubungan antara anak dan keluarganya. Menjadikan topik utama dari nilai-nilai penelitian, observasi, interpretasi dan dokumentasi dari pengetahuan yang dibangun dari proses berpikir anak. Mengorganisasikan kunjungan terbimbing ke dalam program pendidikan, pameran budaya, seminar, dan kursus-kursus dalam isu pendidikan dan budaya anak usia dini.Peranan guru dalam pendidikan dengan model pembelajaran Reggio Emilia adalah untuk membantu bagi anak dalam pengalaman belajar anak, mendorong agar anak mengeluarkan ide-ide, cara pemecahan masalah dan konflik, mengatur kelas dan benda-benda yang ada di kelas agar menjadi tempat yang menyenangkan, mengatur jenis barang-barang di kelas agar dapat membantu anak membuat keputusan mengenai benda- benda yang akan digunakan, mendokumentasikan perkembangan anak melalui visual, videotape, tape recorder, dan portfolio, membantu anak melihat hubungan yang ada antara pembelajaran dan pengalaman yang didapatnya, membantu anak mengekspresikan pengetahuan yang mereka dapatkan atau miliki melalui bentuk-bentuk presentasi, membentuk hubungan yang baik dengan guru-guru lainnya dan para orang tua, membuat dialog dan diskusi mengenai projek-projek yang dilakukan dengan para orang tua dan guru lainnya, menjaga bentuk hubungan yang sudah terbentuk dalam diri anak antara rumahnya, sekolah, dan komunitas lainnya.Pandangan model pembelajaran Reggio Emilia terh adap suatu proyek pembelajaran adalah:1. Memunculkan ide-ide yang diberikan anak atau dari minat anak.2. Projek dapat diprovokasi oleh guru untuk membantu perkembangan anak.3. Projek dapat diperkenalkan oleh guru melalui hal-hal yang menjadi minat anak. Misalnya: gedung-gedung tinggi, bentuk bangunan.4. Projek harus merupakan sesuatu yang membutuhkan banyak waktu dalam pengerjaannya agar dapat berkembang dalam pengerjaannya, sehingga anak dapat mendiskusikan ide-ide baru untuk melanjutkan pengerjaan projek, untuk bernegosiasi (dengan teman kelompok atau teman-teman sekelas mengenai bagaimana mengerjakan projek tersebut), dan untuk melatih anak mengurangi konflik.5. Projek harus memiliki bentuk yang kongkrit, men yangkut pengalaman yang ditemui anak dalam kehidupannya, penting bagi anak untuk lebih mengetahuinya, dan harus cukup besar untuk memuat perbedaan pendapat. Selain itu, projek juga harus kaya akan ekspresi dalam penyajiannya.

BAB IIIKESIMPULAN

Dari uraian dalam pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap sosial dasar pada anak bisa dimulai sejak usia dini, khususnya sejak anak berada pada tingkat Usia Dini. Dalam prosesnya, pembentukan sikap sosial dasar pada anak dapat diwujudkan dengan cara mengaplikasikan nilai yang terkandung dalam bidang pengembangan sehari-hari di sekolah. Dari ilmu-ilmu sosial tersebut anak dapat mempelajari dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan juga lingkungan masyarakat mulai dari usia dini hingga pada saat anak hidup bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitifhttp://blog.tp.ac.id/perkembangan-kognitif-dan-kemampuan-calistung-baca-tulis-hitungDR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta. Hal. 35-39http://primazip.wordpress.com/2013/06/08/perkembangan-kognitif-anak-usia-dini/http://blog.tp.ac.id/model-pembelajaran-reggio-emilia