makalah peledakan andi mercury
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Definisi
Operasi peledakan merupakan salah satu kegiatan pada penambangan bijih
untuk melepaskan batuan dari massa batuan induknya. Demikian pula halnya
dengan tambang batubara. Peledakan di tambang batubara umumnya diterapkan
pada lapisan penutup (overburden), namun demikian dapat pula diterapkan pada
lapisan batubaranya. Pada saat ini peledakan terhadap lapisan batubara sudah
jarang dilakukan terutama pada tambang batubara bawah tanah, karena dari
pengalaman dibeberapa tempat banyak mengundang bahaya yang tidak saja
memusnahkan peralatan produksi, bahkan juga terhadap tenaga kerjanya.
Kebakaran tambang batubara akibat peledakan memang relatif mudah terjadi,
khususnya pada tambang batubara bawah tanah, karena batubara terbentuk dari
kayu-kayu purba yang secara fisik mudah terbakar.
Perencanaan peledakan merupakan suatu tahapan pemberaian bahan galian
dan dibuat agar diperoleh suatu teknik peledakan yang ekonomis, efisien dan
ramah lingkungan. Oleh sebab itu sasaran utama dari perencanaan peledakan
adalah mempersiapkan sejumlah bahan peledak dan asesorisnya agar diperoleh
ukuran fragmentasi yang sesuai dengan proses selanjutnya dan memenuhi target
produksi. Disamping itu harus pula dipersiapkan cadangan bahan peledak dalam
gudang yang setiap enam bulan sekali yang harus habis dan diisi ulang dengan
bahan peledak baru.
I. 2 Tujuan Peledakan
Pekerjaan peledakan pada massa batuan mempunyai tujuan tertentu, yaitu :
1. Membongkar atau melepas
2. Memecahkan dan memindahkan
3. Membuat rekahan, dan sebagainya.
1
Teknik peledakan yang di pakai tergantung tujuan peledakan dan
pekerjaan atau proses lanjutan setelah peledakan. Supaya pekerjaan peledakaan
berhasil dengan baik sesuai dengan rencana perlu diperhatikan factor-faktor
sebagai berikut :
a. Karakteristik atau sifat batuan yang diledakan, termasuk data
geoteknik.
b. Sifat-sifat bahan peledak.
c. Teknik/metoda peledakan yang dipakai.
Suatu peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat lubang tembak
yang diisi sejumlah bahan peledak. Dengan pengetahuan teknik/metoda peledakan
dapat dibuat rencana geometri peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai
untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
I. 3 Manfaat Peledakan
Manfaat dari peledakan pada usaha pertambangan adalah sebagai berikut :
1. Membantu memecahkan material
2. Membantu meningkatkan produksi
3. Mempercepat kegiatan penambangan.
Peledakan di laksanakan apabila material yang akan di gali terlalu keras,
menggunakan alat mekanis jauga tidak bisa, maka peledakan adalah metoda yang
tepat untuk memberaikan batuan. Karena apabila peledakan juga di pakai pada
material lunak, maka akan menghabiskan biaya sangat mahal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Dasar Teori
Salah satu metode pemberaian pada batuan adalah metode pemboran
dan peledakan. Metode pemboran dan peledakan bertujuan untuk menghancurkan,
melepas ataupun membongkar batuan dari batuan induknya, untuk memenuhi target
produksi dan memindahkan batuan yang telah hancur menjadi tumpukan material
(muckpile) yang siap untuk dimuat ke dalam alat angkut. Salah satu indikator untuk
menentukan keberhasilan suatu kegiatan pemboran dan peledakan adalah tingkat
fragmentasi batuan yang dihasilkan dari kegiatan pemboran dan peledakan tersebut.
Diharapkan ukuran fragmentasi batuan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan
pada kegiatan penambangan selanjutnya. Fragmentasi batuan yang memerlukan
pemecahan ulang dinyatakan sebagai bongkah, sehingga diperlukan upaya pemecahan
ulang agar batuan tersebut bisa digunakan. Untuk dapat mencapai tujuan di atas,
diperlukan kontrol dan pengawasan terhadap faktor yang dapat mempengaruhi
suatu operasi peledakan.
II. 2 Pola Pemboran untuk Peledakan Tambang Terbuka
Pola pemboran merupakan suatu pola dalam pemboran untuk
menempatkan lubang – lubang ledak secara sistematis. Pola pemboran ada 2
macam, yaitu : Pola pemboran sejajar (parallel pattern) dan Pola pemboran
selang-seling (staggered pattern).
Pola pemboran sejajar adalah pola pemboran dengan penempatan lubang
ledak dengan baris (row) yang berurutan dan sejajar dengan burden. Sedangkan
pola pemboran selang-seling merupakan pola pemboran yang penempatan
lubang-lubang ledaknya selang-seling setiap kolomnya.
Pada kondisi di lapangan, pola pemboran sejajar lebih mudah dalam
pembuatan dan pengaturannya, namun fragmentasi yang dihasilkan kurang
seragam, sedangkan untuk pola pemboran selang-seling fragmentasi yang
dihasilkan lebih seragam walaupun lebih sulit dalam pengaturan di lapangan.
Menurut hasil penelitian pada peledakan batuan yang kompak dan
3
homogen, menunjukkan bahwa produktivitas dan tingkat fragmentasi hasil
peledakan menggunakan pola pemboran selang-seling lebih baik dibandingkan
dengan pola pemboran sejajar. Hal ini disebabkan karena pada pola pemboran
selang-seling, energi yang dihasilkan terdistribusi lebih optimal dalam batuan.
II. 3 Pola Peledakan pada Tambang Terbuka
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-lubang bor
dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya, ataupun antara lubang
bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan
berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang
diharapkan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak.
b. Corner cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah
satu sudut dari bidang bebasnya.
c. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk huruf V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan
secara serentak untuk semua lubang ledak.
2. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan
dengan watu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.
Setiap lubang ledak yang akan diledakkan harus memiliki ruang yang cukup
kearah bidang bebas terdekat agar energi terkonsentrasi secara maksimal sehingga
lubang tembak akan terdesak, mengembang, dan pecah.
4
Tipe- tipe Sekuen Inisiasi ( Dari ICI Explosive )
1. Square, Row by Row.
Drilled : B = S, Square
Instantaneous row firing is
not recommended by ICI
2. Square, V
Drill : B = S, Square
Ratio ¿Effektif SpacingEffektif Burden
= SEBE
=2
3. Square, VI
Drill : B = S, Square
Ratio ¿Effektif SpacingEffektif Burden
= SEBE
=5
4. Square, VI
Drill : B = S, Square
Ratio ¿Effektif SpacingEffektif Burden
= SEBE
=3,25
5
II. 4 Mekanisme Pecahnya Batuan Akibat Peledakan
Pada prinsipnya, pecahnya batuan akibat energi peledakan dapat dibagi dalam tiga
tahap, yaitu : dynamic loading, quasi-static loading, dan release of loading.).
1. Proses pemecahan batuan tingkat I (dynamic loading)
Pada saat bahan peledak diledakkan di dalam lubang ledak, maka terbentuk
Temperatur dan tekanan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan hancurnya batuan di
sekitar lubang ledak serta timbulnya gelombang kejut (shock wave) yang
merambat menjauhi lubang ledak dengan kecepatan antara 3000-5000 m/detik,
sehingga menimbulkan tegangan tangensial yang mengakibatkan adanya rekahan
menjari mengarah keluar di sekitar lubang ledak.
2. Proses pemecahan batuan tingkat II (quasi-static loading)
Tekanan yang meninggalkan lubang ledak pada proses pemecahan tingkat II
adalah positif. Apabila shock wave mencapai bidang bebas (free face) akan
dipantulkan kemudian berubah menjadi negatif sehingga menimbulkan
gelombang tarik (tensile wave). Karena gelombang tarik ini lebih besar dari
kekuatan tarik batuan, maka batuan akan pecah dan terlepas dari batuan
induknya (spalling) yang dimulai dari tepi bidang bebasnya.
3. Proses pemecahan batuan tingkat III (release of loading)
Karena pengaruh tekanan dan temperatur gas yang tinggi maka retakan
menjari yang terjadi pada proses awal akan meluas secara cepat yang
diakibatkan oleh kekuatan gelombang tarik dan retakan menjari. Massa batuan
yang ada di depan lubang ledak akan terdorong oleh terlepasnya kekuatan
gelombang tekan yang tinggi dari dalam lubang ledak, sehingga pemecahan
batuan yang sebenarnya akan terjadi. Umumnya batuan akan pecah secara
alamiah mengikuti bidang-bidang yang lemah, seperti kekar dan bidang
perlapisan.
II. 5 Geometri Peledakan
Kondisi batuan dari suatu tempat ketempat yang lain akan berbeda walaupun
mungkin jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa batuan yang akan
mempengaruhi karakteristik massa batuan secara fisik maupun mekanik. Perlu
Diamati kenampakan struktur geologi, misalnya retakan atau rekahan, sisipan
6
(fissure) dari lempung, bidang diskontinuitas dan sebagainya. Kondisi geologi
semacam itu akan mempengaruhi kemampu-ledakan (blastability). Tentunya pada
batuan yang relatif kompak dan tanpa didominasi struktur geologi seperti tersebut
di atas, jumlah bahan peledak yang diperlukan akan lebih banyak −untuk jumlah
produksi tertentu dibanding batuan yang sudah ada rekahannya. Jumlah bahan
peledak tersebut dinamakan specific charge atau Powder Factor (PF) yaitu
jumlah bahan peledak yang dipakai per m3 atau ton produksi batuan (kg/m3 atau
kg/ton). Dengan demikian makin keras suatu batuan pada daerah tertentu
memerlukan PF yang tinggi agar tegangan batuan terlampaui oleh kekuatan
(strength) bahan peledak.
1. Geometri Peledakan Jenjang
Terdapat beberapa cara untuk menghitung geometri peledakan yang telah
diperkenalkan oleh para akhli, antara lain: Anderson (1952), Pearse (1955), R.L.
Ash (1963), Langefors (1978), Konya (1972), Foldesi (1980), Olofsson (1990),
Rustan (1990) dan lainnya. Cara-cara tersebut menyajikan batasan konstanta
untuk menentukan dan menghitung geometri peledakan, terutama menentukan
ukuran burden berdasarkan diameter lubang tembak, kondisi batuan setempat dan
jenis bahan peledak. Disamping itu produsen bahan peledak memberikan cara
coba-coba (rule of thumb) untuk menentukan geometri peledakan, diantaranya ICI
Explosive, Atlas Powder Company, Sasol SMX Explosives Engineers Field Guide
dan lain-lain. Gambar di bawah ini memperlihatkan geometri peledakan dan cara
menghitung dimensi geometri peledakan tersebut diperlihatkan di bawah ini dan
dapat digunakan sebagai acuan.
7
2. Rancangan Menurut R.L. ASH
Burden dihitung berdasarkan diameter lubang ledak dengan
mempertimbangkan konstanta KB yang tergantung pada jenis atau grup batuan
dan bahan peledak. Konstanta KB dihitung dirumuskan sbb:
KB = KB.std x AF1 x AF2
Keterangan :
KB = Konstanta burden
KB.std = Konstanta yang tergantung jenis batuan dan bahan peledak lihat table 1
Tabel 1. Burden Standar (KB.std) menurut R.L. Ash
Type of explosives
Rock Group
Soft (<2 t/m3)Medium (2-2,5 t/m3)
Hard (>2,5 t/m3)
Low density (0,8 - 0,9 g/cc) and low strengt
30 2520
Medium density 1,0 - 1,2 g/cc) and medium strength 35, 30, 25High density (1,3 - 1,6 g/cc) and high strength 40, 35, 30
AF1 = { Energi Potensial ba h an PeledakEnergi Potensial Ba han Peledak }
13
AF2 = {SGBATUAN STAND
SGBATUAN}
13
Selanjutnya dimensi geometri peledakan dihitung sebagai berikut :
a. Burden (B), ft = B = Kb x De
12
b. Kedalaman lubang ledak (L) = KL x B ; KL antara 1,5 – 4
c. Subdrilling (J) = KJ x B ; KJ antara o,2 –0,4
d. Stemming (T) = KT x B ; KT antara o,7 – 1,0
e. Spasi (S) ; KS untuk mengukur spasi tergantung pada kondisi retakan
(joints) di sekitar lokasi yang akan diledakkan, jumlah bidang bebas dan
8
sistem penyalaan (firing) yang diterapkan. Beberapa contoh kemungkinan
perbedaan kondisi di lapangan sebagai berikut:
a) Bila orientasi antar retakan hampir tegak lurus, sebaiknya S = 1,41 B
b) Bila orientasi antar retakan mendekati 60° sebaiknya S = 1,15 B dan
menerapkan interval waktu long-delay
c) Bila peledakan dilakukan serentak antar baris, maka ratio spasi dan burden
(S/B) dirancang seperti pada Gambar 4 dan 5 dengan pola bujursangkar
(square pattern).
d) Bila peledakan dilakukan pada bidang bebas yang memanjang, maka
sistem penyalaan dan S/B.
e) Powder Factor
Powder factor (Pf) adalah suatu bilangan untuk menyatakaan jumlah
material yang diledakan atau di bongkar oleh sejumlah tertentu bahan peledak,
dapat dinyatakan dalam ton/lb atau lb/ton. “Powder factor” dipengaruhi oleh
pada peledakan dan “free face”.
Untuk menghitung Pf harus diketahui luas daerah yang diledakan (A),
tinggi jenjang (L), panjang muatan dari sebuah lubang tembak (PC), “loading
density” (de) dan “material density ratio” (dr).
dr = SG(62,4 )
2000=0,0312 ( SG )( ton
cuft)
W = AL (dr), ton
E = (de) (PC) N, lb
Pf = W/E, ton/lb
W = Batuan atau material yang diledakan
N = Jumlah lubang bor
Dalam kenyataan di lapangan harga W didapat dari pengukuran sebelum
peledakan dan pengukuran setelah hasil ledakan habis terangkut. Hal tersebut
dilakukan berulang kali, sehingga didapat Wrata2 untuk pola peledakan yang sama.
Harga E didapat dan jumlah bahan peledak yang dimasukan kedalam lubang-
lubang tempak setiap kali peledakan Erata2 adalah harga rata-rata dan E masing-
masing lubang tembak tersebut. Harga Pf merupakan hasil bagi antara Wrata2 dan
9
Erata2.
f. Volume setara
Volume setara (equivalent volume = Eq) adalah suatu angka yang menyatakan
setiap meter atau feet pemboran setara denagan sejumlah volume atau berat
tertentu material/batuan yang diledakan, dinyatakan dalam m3 per meter, cuft per
ft atau ton per m, ton/ft.
Eq sangat berguna untuk menaksir kemampuan dari alat bor yang
dipergunakan untuk pembuat lubang tembak. Harga Eq sangat tergantung pada
pola peledakan yang dipakai.
Dalam pekerjaan tambang salah satu factor yang mempengaruhi pola
peledakan adalah ukuran alat muat dan system pemuatan.
Macam-macam system pemuat, yaitu :
a. “parallel approach”
b. “Frontal approach” : “comer cut” atau “side cut”
“box cut” atau “through cut”
Eq = W
n xh
Keterangan : n = jumlah lubang bor dalam pola peledakan
H= Kedalaman Lubang bor
10
BAB III
PENUTUP
III. 1 KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas mengenai peledakan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa proses peledakan didalam dunia pertambangan sangat penting sekali demi
berjalannya proses gali yang bagian dari proses industry pertambangan. Kita tahu
bahwa peledakan sendiri dilakukan apabila material yang akanb kita gali sudah
tidak memungkinkan dengan alat gali mekanis jadi dilakukan proses peledakan.
Dari berbagai bahan yang telah di pahami penulis bahwa Rancangan Peledakan
pada tambang terbuka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Peledakan dilaksanakan bertujuan memecahkan dan membongkar batuan,
apabila material yang akan di gali lunak maka tidak perlu menggunakan
system peledakan, karena system peledakan pada tambang terbuka
menghabiskan biaya yang mahal dan padat resiko.
2. Pada Rancangan Peledakan kita dapat merancang/mengatur pola
peledakan sesuai dengan yang kita inginkan seperti : Burden (B), spacing
(S), kedalaman lubang bor (H), subdrilling (J), (stemming), serta jumlah
lubang tembak.
3. Pada pelaksanaan peledakan banyak factor yang mempengarui kelancaran
peledakan misalnya hujan, keadaan geologi material yang akan di ledakan,
Bahan peledak yang di gunakan, pola pemboran, dan sebagainya.
11
Daftar Pustaka
1. Saptono, Singgih., 2006, Teknik Peledakan, Diktat Kuliah Jurusan
Teknik Pertambangan, Yogyakarta.
2. S. Koesnaryo, Pemboran untuk penyediaan Lubang Ledak, Diktat
Kuliah Jurusan Teknik Pertambangan, Yogyakarta.
3. S. Koesnaryo, Rancangan Peledakan Batuan, Diktat Kuliah Jurusan Teknik
Pertambangan, Yogyakarta.
4. Ash, R.L., Design of Blasting Round, “Surface Mining”, B.A. Kennedy,
Editor, Society for Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc, 1990, pp.
565 - 584.
12